Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGENDALIAN MIKROORGANISME

MAKALAH PENGENDALIAN MIKROORGANISME

I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peranan mikroorganisme dalam kehidupan sangat penting, teknologi
mikrobiologis telah memecahkan sekelumit permasalahan manusia.
Pengadaan energi, pangan , obat-obatan merupakan hasil dari peranan
mikroorganisme. Fermentasi sel mikrobe menghasilkan alkohol dapat
digunakan untuk bahan bakar alternatif. Pengadaan nutrisi untuk pakan
ternak merupakan salah satu terobosan pemecahan masalah dalam
pengadaan pakan ternak. Namun mikroorganisme dapat meneyebabkan
permasalahan, hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia,
hewan, serta tanaman yang menimbulkan penyakit. Bukan hanya itu
aktifitas negatif menimbulkan rusaknya bahan makanan hingga berakibat
tidak dapat di konsumsi bahkan beracun. Karena itu perlu adanya suatu
usaha untuk mengendalikan aktifitas dari mikroba. Yang di maksud
pengendalian di sini adalah upaya pemberantasan, penghambatan dan
pemusnahan sel mikroba dan segala bentuk sel vegetatif. Telah banyak
di temukan teknik-teknik dalam pengendalian mikroorganisme seperti
desinfektan, sterilisasi, pasteurisasi, antiseptik, germisida,
bakteoristatik, bakterisid yang tentu saja tiap -tiap teknik harus melewati
serangkaian prosedur yang benar sehingga upaya pengendalian dapat
memberikan hasil yang maksimal. Perlu di garis bawahi bahwa tiap -tiap
teknik memiliki suatu tujuan dalam pengendalian seperti teknik
sterilisasi yang bertujuan untuk membunuh segala macam sel mikroba
dan bentuk vegetatifnya.
1.1 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya, yaitu :
1. Apa peranan negatif dari kapang?
2. Apa objek yang diserang oleh kapang dan bagaimana proses kapan
menyerang objek tersebut ?
3. Bagaimana cara untuk mengendalikannya?

1.2 Tujuan
Adapun tujuannya, yaitu :
1. Untuk mengetahui peranan negatif dari kapang.
2. Untuk mengetahui objek yang diserang oleh kapang dan bagaimana
proses kapang menyerang objek tersebut.
3. Untuk mengetahui cara pengendaliannya.

II
TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Kapang
Kapang (Mold) adalah fungi multiseluler yang mempunyai
filamen, dan pertumbuhannya pada substrat mudah dilihat karena
penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-
mula berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk
berbagai warna tergantung dari jenis kapang (Ali, 2005).
Menurut Fardiaz (1992), kapang terdiri dari suatu thallus yang
tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut hifa. Kumpulan dari
hifa membentuk suatu jalinan yang disebut miselium. Setiap hifa
memiliki lebar 5-10 m (Pelczar dan Chan, 1986).
Menurut Fardiaz (1992), dan Waluyo (2004), kapang dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa tidak bersekat
atau nonseptat dan hifa bersekat atau septat. Septat akan membagi hifa
menjadi bagian-bagian, dimana setiap bagian tersebut memiliki inti
(nukleus) satu atau lebih. Kapang yang tidak memiliki septat maka inti
sel tersebar di sepanjang hifa. Dinding penyekat pada kapang disebut
dengan septum yang tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma masih
dapat bebas bergerak dari satu ruang ke ruang lainnya. Kapang yang
bersekat antara lain
kelas Ascomycetes, Basidiomycetesdan Deuteromycetes. Sedangkan
kapang yang tidak bersekat yaitu kelas
Phycomycetes (Zygomycetes dan Oomycetes).

Reproduksi Kapang
Secara alamiah kapang berkembang biak dengan berbagai cara,
baik aseksual dengan pembelahan, penguncupan, atau pembentukan
spora. Dapat pula secara seksual dengan peleburan nukleus dari kedua
induknya. Pada pembelahan, suatu sel membelah diri untuk membentuk
dua sel anak yang serupa. Pada penguncupan suatu sel anak tumbuh dari
penonjolan kecil pada sel inangnya (Waluyo, 2004).
Menurut Fardiaz (1992), secara aseksual spora kapang diproduksi
dalam jumlah banyak, berukuran kecil dan ringan, serta tahan terhadap
keadaan kering. Spora ini mudah beterbangan di udara, dan bila berada
pada substrat yang cocok, maka spora tersebut tumbuh menjadi miselium
baru.

Spora aseksual yaitu:


1. Konidiospora atau konidia, yaitu spora yang dibentuk di ujung
atau di sisi suatu hifa. Konidia kecil dan bersel satu disebut disebut
mikrokonidia. Sedangkan konidia besar dan banyak disebut
makrokonidia.
2. Sporangiospora. Spora bersel satu, terbentuk di dalam kantung
spora yang disebut sporangium di ujung hifa khusus yang disebut
sporangiofora.
1. Oidium atau arthrospora, spora bersel satu ini terjadi karena
segmentasi pada ujung-ujung hifa. Sel-sel tersebut selanjutnya
membulat dan akhirnya melepaskan diri sebagai spora.
2. Klamidospora, spora ini berdinding tebal, dan sangat resisten
terhadap keadaan yang buruk yang terbentuk pada sel -sel hifa
vegetatif.
3. Blastospora, terbentuk dari tunas pada miselium yang
kemudian tumbuh menjadi spora. Juga terjadi pada pertunasan
sel-sel khamir.(Ali, 2005).

Perkembangbiakan secara generatif atau seksual dilakukan


dengan isogametatau heterogamet. Pada beberapa spesies perbedaan
morfologi antara jenis kelamin belum nampak sehingga semua disebut
isogamet. Tapi pada beberapa spesies mempunyai perbedaan gamet
besar dan kecil sehingga disebut mikrogamet (sel kelamin jantan)
dan makrogamet (sel kelamin betina).

Spora seksual yaitu:


1. Askospora. Spora bersel satu terbentuk di dalam kantung yang
disebut dengan askus. Biasanya terdapat 8 askospora di dalam
setiap askus.
2. Basidiospora. Spora bersel satu terbentuk gada yang
dinamakan basidium.
3. Zigospora. Spora besar dan berdinding tebal yang terbentuk
apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi
dinamakan gametangia.
4. Oospora. Spora terbentuk di dalam struktur betina khusus yang
disebut oogonium. Pembuahan telur atau oosfer oleh gamet
jantan di anteridium menghasilkan oospora. Dalam setiap
oogonium terdapat satu atau lebih oosfer.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kapang


1. Kebutuhan air
Kebanyakan kapang membutuhkan air minimal untuk
pertumbuhannya dibandingkan dengan khamir dan bakteri (Waluyo,
2004). Air merupakan pelarut esensil yang dibutuhkan bagi semua reaksi
biokimiawi dalam sistem hidup dan sekitar 90% menyusun berat basah
sel (Ali, 2005).

2. Suhu pertumbuhan
Kebanyakan kapang bersifat mesofilik, yaitu mampu tumbuh baik
pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang
adalah sekitar 25-30oC, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-
37oC atau lebih. Beberapa kapang bersifat psikotrofik yakni dapat
tumbuh baik pada suhu lemari es, dan beberapa bahkan masih
dapat tumbuh lambat pada suhu dibawah suhu pembekuan, misal -5
sampai -10oC, selain itu beberapa kapang bersifat termofilik yakni
mampu tumbuh pada suhu tinggi (Waluyo, 2004).

3. Kebutuhan oksigen dan pH


Semua kapang bersifat aerobik, yakni membutuhkan oksigen
dalam pertumbuhannya. Kebanyakan kapang dapat tumbuh baik pada pH
yang luas, yakni 2,0-8,5, tetapi biasanya pertumbuhannya akan baik bila
pada kondisi asam atau pH rendah (Waluyo, 2004).

4. Nutrien
Waluyo (2004) menyatakan nutrisi sangat dibutuhkan kapang
untuk kehidupan dan pertumbuhannya, yakni sebagai sumber karbon,
sumber nitrogen, sumber energi, dan faktor pertumbuhan (mineral dan
vitamin). Nutrien tersebut dibutuhkan untuk membentuk energi dan
menyusun komponen-komponen sel.
Kapang dapat menggunakan berbagai komponen sumber makanan,
dari materi yang sederhana hingga materi yang kompleks. Kapang
mampu memproduksi enzim hidrolitik, seperti amilase, pektinase,
proteinase dan lipase. Maka dari itu kapang mampu tumbuh pada bahan
yang mengandung pati, pektin, protein atau lipid.

5. Komponen penghambat
Beberapa kapang mengeluarkan komponen yang dapat
menghambat pertumbuhan organisme lainnya. Komponen ini disebut
antibiotik, misalnya penisilin yang dip roduksi oleh Penicillium
chrysogenum, dan clavasin yang diproduksi oleh Aspergillus clavatus.
Sebaliknya, beberapa komponen lain bersifat mikostatik atau
fungistatik, yaitu menghambat pertumbuhan kapang, misalnya asam
sorbat, propionat dan asetat, atau ber sifat fungisidal yaitu membunuh
kapang (Fardiaz, 1992).

Agensia hayati Nama ilmiah Mekanisme pengendalian


Jamur Trichoderma viride, T. Mikoparasit, antibiotik dan
harzianum,T. koningii, T. enzimatik
hamatum, T. pseudokoningii Pesaing dan antibiosis.
Penicillium sp Mikoparasit
Peniophora gigantean
Phytium oligandrum
Sporodesmium sclerotivorum
Gliocladium virens
Tabel.2.1Beberapa agensia pengendali mekanisme hayati tanaman .
III
PEMBAHASAN

3.1 Peranan Negatif Kapang


Aktifitas kapang yang tidak di harapkan dapat menimbulkan
kerugian untuk manusia. Rusaknya bahan pangan, penyebaran penyakit
infeksi pada manusia, hewan, tumbuhan merupakan hal yang merugikan
yang berdampak pada kerugian kesehatan. Beberapa jenis kapang
berperan dalam kontaminasi bahan pangan sehingga menimbulkan
mikotoksin seperti spesies aspergilus flavus yang menghasilkan
aflatoksin yang menimbulkan toksin pada kcang tyanah, jagung.
Aflatoksin merupakan mikotoksin yang bersifat heptotoksik dan
karsinogenik yang tentunya sangat berbahaya untuk kesehatan.
Penicillium citrinum merupakan spesies kapang yang kerap kali
mengontaminasi beras, kacang tanah, dan jagung. Spesies ini dapat
bersifat neprotoksik ( Makfould, 1993) dan hepatotoksik (Hastuti,
2001). Kapang Aspergilus clavatus dapat mengontaminasi jagung, dan
gandum ( Wallace et al 1976, Hesseltine et al 1981 dalam pitt and
hocking, 1985 ). Kapang ini juga dapat mengontaminasi kacang tanah
dan kenari ( Jimanenez et al 1991 ) dan biji lada rusak ( Hastuti 1996)
Spesies kapang ini menghasilkan Patulin yang bersifat nephrotoksi,
neurotoksik dan hepatotoksik (betina 1989). Masih banyak mikotoksin
yang di hasilkan oleh spesies kapang seperti fumonisin, ochratoksin,
zearalenon sterigmatosisitin yang di hasilkan oleh kapang yang
mengontaminasi hasil pangan dan pangan olahan. Pencemaran yang
ditimbulkan bukan hanya pada bahan pangan saja tetapi pencemaran
terjadi pada pakan ternak yang tentu saja sangat berbahaya bagi ternak
dan bila di konsumsi akan berdampak pula pada manusia. Perlu di
ketahuio bahwa mikotoksin merupakan hasil dari metabolisme kapang
yang bersifat sitotoksik dan menimbulkan terganggunya pembentukan
protein di dalam sel. Pakan dalam bentuk tepung lebih mudah tercemar
dibandimgkan bila dalam bentuk butiran. Jagung atau bahan baku lain
dalam bentuk utuh atau butiran masih mempunyai pelindung di
bandingkan dalam bentuk tepung sehingga lebih tahan terhadap cemaran
cendawan ( Yanuarti 2004).

3.2 Objek yang Diserang oleh Kapang dan Bagaimana Proses Kapang
Menyerang Objek Tersebut
Aktifitas kapang yang tidak di harapkan dapat menimbulkan
kerugian bagi objek yang di infeksinya. Kapang dapat menginfeksi pada
manusia, tumbuhan, hewan, bahan pangan, obat -obatan. Prednisolon
misalnya merupakan obat yang dapat di cemari oleh kapang yang
menimbulkan perubahan warna pada obat tersebut. Pakan ternak rentan
oleh pencemaran kapang karena di sebebkan jenis pakan itu sendiri.
Pakan tepung rentang sekali di kontaminasi oleh kapang. Spesies kapang
Aspergilus flavus yang menginfeksi kacang tanah, jagung yang
dihasilkan dari proses metabolisme dari kapang. Mikotoksin dapat
merusak strukrur sel seperti membran dan bersifat sitotoksik.
Mikotoksin dapat mengganggu proses sintesis protein dalam sel seperti
pada DNA dan RNA. Jenis mikotoksin yaitu aflanoksin, fumonisin,
ochratoksin, zearalenon sterigmatosistin.Sesungguhnya setiaop kapang
dapat menghasilkan toksin dan apabila terdpat mikroorganisme lain
dapat timbulnya persaingan sehingga efek dari toksisifikasin yang
ditimbulkan dapat berkurang. Respon tubuh terhadap kehadiran toksin
yaitu dengan adanya antibodi sebagai suatu sistem imun dalam tubuh
yang dapat mendetoksifikasi. Tentunya dengan usaha -usaha
menggunakan antibiotik dapat membantu lebih banyak dalam
penyembuhan toksin.
3.3 Cara Pengendalian
Setiap mikroorganisme mempunyai respons yang berbeda terhadap
faktor
lingkungan. Suhu, tinggi rendahnya suhu mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme. Bakteri dapat tumbuh dalam rentang suhu minus 5 0 C
sampai 80 0 C, tetapi bagaimanapun juga setiap species mempunyai
rentang suhu yang pendek yang ditentukan oleh sensitifitas sistem
enzimnya terhadap panas.
Psikrofil adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 0 o C sampai
20 o C. Suhu optimumnya sekitar 15 o C. Karakteristik istimewa dari
semua bakteri psikrofil adalah akan tumbuh pada suhu 0 5 o C. Mesofil
adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 20 o C sampai 45 o C.
karakteristik istimewa dari semua bakteri mesofil adalah kemampuannya
untuk tumbuh pada suhu tubuh (37 o C) dan tidak dapat tumbuh pada suhu
di atas 45 o C.
Derajat keasaman (pH), pengaruh pH terhadap pertumbuhan tidak
kalah pentingnya dari pengaruh temperatur. Ada pH minimum, pH
optimum, dan pH maksimum. Rentang pH bagi pertumbuhan bakteri
antara 4 9 dengan pH optimum 6,5 7,5. Jamur lebih menyukai pH
asam, rentang pH pertumbuhan jamur dari 1 9 dan pH optimumnya 4
6. Selama pertumbuhan pH dapat berubah, naik atau turun, bergantung
kepada komposisi medium yang diuraikan. Bila ingin pH konstan selama
pertumbuhan harus diberikan larutan penyangga atau buffer yang sesuai
dengan media dan jenis mikroorganisme.
Kebutuhan oksigen, oksigen tidak mutlak diperlukan
mikroorganisme karena ada juga kelompok yang tidak memerlukan
oksigen bahkan oksigen merupakan racun bagi per tumbuhan.
Mikroorganisme terbagi atas empat kelompok berdasarkan kebutuhan
akan organisme, yaitu mikroorganisme aerob yang memerlukan oksigen
sebagai akseptor elektron dalam proses respirasi.
Mikroorganisme anaerob adalah mikroorganisme yang tidak
memerlukan O 2 karena oksigen akan membentuk H 2 O 2 yang bersifat
toksik dan meyebabkan kematian. Mikroorganisme anaerob tidak
memiliki enzim katalase yang dapat menguraikan H 2 O 2 menjadi air dan
oksigen. Mikroorganisme fakultatif anaerob adalah mikroorganisme
yang tetap tumbuh dalam lingkungan kelompok fakultatif anaerob.
Mikroorganisme mikroaerofilik adalah mikroorganisme yang
memerlukan oksigen dalam jumlah terbatas karena jumlah oksigen yang
berlebih akan menghambat kerja enzim oksidatif dan menimbulkan
kematian.
Kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan
dengan cara membunuh mikroorganisme, atau menghambat
pertumbuhannya. Kontrol terhadap pertumbuhan dapat dilakukan secara
:
1. Fisik
Secara fisik, menggunakan uap air panas dan tekanan tinggi,
diperoleh panas lembab, efektif dengan menggunakan autoklaf.
Sterilisasi dengan otoklaf memerlukan suhu 121 0 C, tekanan 15 psi/1,5
kg/cm2, selama 15 menit. Sterilisasi fisik dapat juga dengan panas
kering menggunakan oven160 0 C, 2 jam. Sterilisasi dengan oven untuk
alat-alat gelas dan bahan yang tidak tembus air.
2. Secara kimia
Penggunaan senyawa kimia untuk mengendalikan
pertumbuha mikroorganisme , contoh : HgCl (0,1%), menyebabkan
koagulasi protein .
3. Secara mekanik
Bahan yang mudah rusak karena pemanasan, misalnya vitamin,
enzim, serum, antibiotik. Contoh : filtrasi, menggunakan filter berupa
membran dengan tebal tertentu, terbuat dari asbes, diatom, porselen,
kaca berpori, selulosa. membran selulosa : diameter pori 0,01 -10 m
Bahan/zat yang tidak dapat dipanaskan pada suhu lebih dari 100 0 C, dapat
dilakukan pasteurisasi dan tindalisasi. Pasteurisasi memerlukan
pemanasan 63-73 o C, digunakan untuk pengawetan air, susu, bir, anggur.
Pasteurisasi dapat membunuh mikroorganisme pathogen
(Mycobacterium, Salmonella, Coxiella) dan beberapa mikroorganisme
normal.
Pengendalian mikroorganisme ditujukan untuk:
1. Pengendalian Kapang untuk Pencegahan Penyakit
Pengendalian hayati oleh mikroorganisme baik jamur ataupun
bakteri dapat terjadi melalui satu atau beberapa mekanisme seperti:
antibiosis, kompetisi, hiperparasit, induksiresistensi dan memacu
pertumbuhan tanaman (Cook dan Baker, 1974., Van Loon,2000.,
Kloeppet et al,1999., Schippers et al, 1987).
Mekanisme antibiosis merupakan penghamb atan patogen oleh
senyawa metabolik yang dihasilkan oleh agensia hayati seperti: enzim,
senyawa-senyawa volatile, zat pelisis dan senyawa antibiotik lainnya.
Salah satu contoh adalah agensia hayati kelompok jamur. Jamur
diketahui mampu menghasilkan bermacam senyawa beracun (toksis)
untuk melawan organisma lainnya (Burge, 1988). Dalam mengkolonisasi
suatu substrat jamur mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
sejumlah produk ektraselular yang bersifat racun. Kemampuan jamur
menghasilkan suatu antibiotik sangatlah penting dalam menentukan
kemampuannya untuk mengkolonisasi dan mengatur keberadaannya
dalam suatu substrat. Antibiotik dapat juga mengakibatkan terjadinya
endolisis atau autolisis yaitu pecahnya sitoplasma suatu sel oleh enzim
yang diikuti kematian yang mungkin disebabkan kekurangan hara,
antibiotik ataupun kerusakan dinding sel. Dengan demikian berhasil
tidaknya suatu organisma pengendali hayati sebagai agensia hayati
bergantung pada kemampuan antibiotik yang dihasilkannya menekan
pertumbuhan dan perkembangan patogen tanaman (Baker dan Cook,
1982).
Kompetisi adalah suatu mekanisme penekanan aktivitas patogen
oleh agensia hayati terhadap sumber-sumber terbatas seperti zat organik,
zat anorganik, ruang dan faktor faktor pertumbuhan lainnya. Salah satu
contoh adalah persaingan akan ruang/tempat pada akar. Contoh
ektomikoriza merupakan agensia yang dapat digunakan sebagai agen
pengendali hayati. Jamur tersebut mampu membungkus secara efektif
seluruh akar dan menempati bagian rizosfer sehingga apabila ada
mikroorganisme lain seperti misalnya Armilaria mellea atau
Phytophthora spp, maka patogen tersebut tidak dapat lagi
mengkolonisasi bagian tersebut.
2. Pengendalian Kapang dalam Bahan Makanan
Pengendalian mikroorganisme dalam bahan makanan perlu
dilakukan supaya bahan makan tersebut tidak cepat rusak atau busuk.
Kerusakan bahan makanan oleh mikroorganisme terjadi
karenamikroorganisme tersebut berkembangbiak dan bermetabolisme
sedemikian rupa sehingga bahan makanan mengalami perubahan
sedemikian rupa yang menyebabkan rusaknya bahan makanan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangbiakan mikroorganisme
diantaranya :
a. Waktu generasi
b. Faktor intrinsik
c. Faktor ekstrinsik
d. Faktor proses
e. Faktro implisit
Beberapa istilah dalam mengendalikan jumlah populasi kapang,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
Cleaning dan Sanitasi sangat penting di dalam mengurangi jumlah
populasi mikroorganisme pada suatu ruang/tempat. Prinsip cleaning dan
sanitasi adalah menciptakan lingkungan yang tidak dapat menyediakan
sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sekaligus membunuh sebagian
besar populasi mikroba.
2. Desinfeksi
Proses pengaplikasian bahan kimia (desinfektans) terhadap
peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk membunuh sel vegetatif
mikrobial. Desinfeksi diaplikasikan pada benda dan hanya berguna
untuk membunuh sel vegetatif saja, tidak mampu membunuh spora.
3. Antiseptis
Merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptis terhadap
tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau menghambat aktivitas
mikroba.
4. Sterilisasi
Proses menghancurkan semua jenis kehidupan sehingga menjadi
steril. Sterilisasi seringkali dilakukan dengan pengap likasian udara.
IV
KESIMPULAN

Aktifitas kapang yang tidak di harapkan dapat menimbulkan


kerugian untuk manusia.Diantaranya dapat menjadikan rusaknya bahan
pangan, penyebaran penyakit infeksi pada manusia, hewan,
tumbuhan sehingga menjadihal yang merugikan dan berdampak pada
kerugian kesehatan.
Perlunya pengendalian atau upaya preventif agar bisa mengurangi dan
menghilangkan peranan negative kapang dapat dilakukan dengan
beberapa carapengendalian kapang dapat dilakukan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi
2. Desinfeksi
3. Antiseptis
4. Sterilisasi
5. Germisida
6. Antibiotik (Bakterisid & Bakterostatis)
DAFTAR PUSTAKA

Pelczar dan Chan. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi Edisi 1. Jakarta : UI


Press
Pelczar dan Chan. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi Edisi 2. Jakarta : UI
Press
Prof. Utamai Sri Hastuti. Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Bidang
Ilmu Mikrobiologi Pada FMIPA Universitas Negeri Malang (UM).
16 Desember 2010.
Riza Zainuddin Ahmad, 2008 Cemaran Kapang Pada Pakan
Dan Pengendaliannya. Balai Besar Penelitian Veteriner. Bogo

Anda mungkin juga menyukai