Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

MORFOLOGI JAMUR BENANG

DPP/DPJ : Dewi Restuana Sihombing,S.Si,M.Si.

Asisten : 1.Nia Wulandari Ginting

2.Ade belina Sinaga

Oleh:

Santo Samuel N.Lumbanbatu

170410010

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOPROSES

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Jamur benang merupakan jamur yang dapat membentuk miselium dan


berbagai bentuk spora. Jamur benang adalah golongan fungi yang membentuk
jaringan miselium dan spora yang tampak teteapi tidak dapat membentuk badan buah
yang mikroskopis. Jamur dapat berkembang biak dengan dua cara yaitu seksual dan
aseksual. Berdasarkan spora seksualnya sebagai contoh yaitu Ascomycetes yang
memebentuk spora seksual dalam struktur tertentu yang disebut askus. Sedangkan
berdasarkan spora aseksualnya adalah Basidiomycetes yang memebentuk seksual
dalam basidium. Morfologi dan penataan spora aseksual berperan dalam identifikasi
jamur. Oleh karena itu, perlu dilakukannya praktikum ini untuk mengetahui
morfologi jenis-jenis jamur benang.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mengamati morfologi jamur benang secara mikroskopis dan makroskopis.


2. Membedakan jenis jenis jamur dan morfologinya.

1.3 Waktu dan tempat praktikum

Hari tanggal : Rabu 31 Oktober 2018.

Waktu : 14.00-selesai

Tempat : Laboratorium Mikrobiologi dan Bioproses Universitas Katolik


Santo Thomas Sumatera
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Jamur adalah sekelompok mikroorganisme yang digabungkan dalam takson


kingdom fungi, berdasarkan sistem Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri yang
khas yaitu bersifat heterotrof yang mengabsorbsikan nutrient dan memiliki kitin pada
dinding selnya. Jamur dapat bersifat saprotrof dengan mendapatkan nutrisi dari
organisme hidup, atau dengan bersimbisos mutualisme dengan satu organisme.
Produksi kitin, sejenis polisakarida adalah synapomorphy (sifat yang serupa) antara
fungi, choanoflagellata dan hewan. Hal ini menjadi bukti bahwa secara evolusioner,
fungi lebih dekat ke hewan dibandingkan tumbuhan. Kingdom fungi dapat dibagi
menjadi empat filum, yaitu Chyhydiomycota, Zygomycota, Ascomycota dan
Basidiomycota. Masing-masing filum ini memiliki anggota baik uniseluler maupun
multiseluler (Purves, 2003). Struktur sel jamur benang memiliki kesamaan dengan
tumbuhan yaitu

Struktur sel jamur benang memiliki kesamaan dengan tumbuhan yaitu

dengan adanya dinding sel. Dinding sel jamur benang sangat kokoh dan resisten

terhadap serangan enzim, suatu hal yang menguntungkan bagi jamur benang

karena hifa-hifa harus menembus tanah dan aneka substrat lainnya. Dinding spora

jamur benang kurang lebih tujuh kali lebih tebal daripada dinding hifa (Moore-

Landecker, 1996). Di bawah dinding yang kuat terdapat lapisan yang melindungi

isi sel, yaitu membran sel. Komposisi kimia membran sel jamur benang diduga

terdiri dari senyawa-senyawa sterol, protein (berupa molekul-molekul yang

amorf), serta senyawa-senyawa fosfolipid. Komponen isi sel jamur benang sama
dengan organisme ekaryotik pada umumnya yaitu nukleus, mitokondria, retikulum
endoplasma, ribosom, apparatus Golgi, mikrobodi (peroksisom, glioksisom,
hidrogenesom, lisosom dan liposom)

Klasifikasi jamur yang penting dalam mikroniologi ialah kelas Mycomycetes,


kelas Pycomytes, kelas Ascomycetes dan kelas Ceuteromycetes. Perbedaan yang
penting diantara kelas Pycomycetes dan Ascomycetes ialah bahwa miselium
Pycomycetes serupa tabung panjang yang tidak terbagi-bagi, sedangkan miselium
Ascomycetes serupa tabung panjang yang bersekat-sekat. Miselium dapat bercabang-
cabang, suatu helai disebut hifa. Tubuh Mycomycetes tidak terdiri atas hifa atau
miselium, tetapi berupa seonggok plasma yang tidak selalu terwadahi dalam satu sel
(Dwidjoseputro, 2010).

Kapang adalah fungi multiseluler ysng mempunyai filamen dan


pertumbuhannnya pada makanan dapat dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika
spora telah timbul akan berbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang.
Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak=thalli) yang tersusun dari filamen yang
bercabang disebut hifa (tunggal=hypa; jamak=hypae). Kumpulan dari hifa disebut
misselium (tunggal=myselium; jamak=mycelia) (Pelczar, 2011).

Kapang (jamur benang) merupakan mikroba dalam kelompok fungi yang


berbentuk filamen, yaitu strukturnya terdiri dari benang-benang halus yang disebut
hifa. Kumpulan dari banyak hifa membentuk kumpulan massa yang disebut miselium
dan lebih mudah dilihat oleh mata tanpa menggunakan mikroskop. Contoh miselium
adalah serat putih seperti kapas yang tumbuh pada tempe. Kapang juga mempunyai
struktur yang disebut spora yang pada umumnya terletak pada ujung-ujung dari hifa.
Spora merupakan struktur yang sangat ringan dan mudah menyebar kemana-mana.
Spora adalah alat perkembangbiakan kapang karena pada kondisi substrat dan
lingkungan yang baik spora dapat bergerminasi dan tumbuh menjadi struktur kapang
yang lengkap (Anonim, 2012).
Menurut fungsinya ada dua tipe hifa, yaitu hifa vegetatif dan hifa fertil ialah
hifa yang dapat membentuk sel-sel reproduktif (menghasilkan alat-alat pembiakan)
seperti spora. Biasanya hifa ini tumbuh tegak sebagai hifa udara. Hifa vegetatif ialah
hifa yang berfungsi mendapatkan makanannya dari substrat. Hifa ini biasanya
menjalar diatas permukaan atau menembus kedalam substrat (Nazaruddin 2014) .

Fungi berdasarkan penampakannya dikelompokkan kedalam jamur benang


dengan nama lain kapang (moulds and malds)khamir(yeast) dan cendawan
(mushrooms).Adapun menurut analisis molekuler ,jamur benang atau kapang dari
kapang adalah organisme tang secara filogenetik bersifat diverse.Artinya jamur
benang dan khamir terdapat dalam kelompok besar dari ascomycates dan
basidiocymetes,sedangkan cendawan diartikan dasri Musrooms umumnya termasuk
dalam kelompok Homobasidioimycetes yang monofiletik(ganjar,2006)
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan bahan

Alat

Adapun alat-alat yang duigunakan dalam praktikum ini adalah


mikroskop,jarum enten,jarum preparat,gelas benda dan gelas penutup,lampu spiritus

Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan


laktofenol,alcohol 96%,biakan jamur murni pada media taoge dalam cawan petri
:Rhizopus .sp.,Mucor sp.,Penicilium sp.,Aspergillus sp.,Monilia sp.

3.2 Prosedur kerja

Adapun prosedur kerja yang kami lakukan adalah:

Dibersihkan gelas benda dan penutup sampai bebas lemak dan debu dengan
alcohol,kemudian panaskan diatas lampu spiritus.

1. Setelah dingin di teteskan 1-2 larutan laktofenol diatas gelas benda.


2. Diambil sedikit miselium jamur yang tersedia pada jamur enten dan
letakkan diatas gelas benda.
3. Diratakan miselium dengan menggunakan 2 jarum preparat agar
miselium terlihat terpisah satu sama lain.
4. Ditutup dengan gelas penutup dengan hati hati.
5. Diamati dengan mikroskop perbesaran lemah,kemudian dengan
perbesaran sedang.
6. Digambar dan di beri keterangannya
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

Jamur adalah mikroorganisme yang sel-selnya berinti sejati atau eukariotik,


berbentuk benang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin atau selulosa
atau keduanya, heterotrof, absortif dan sebagian besar tubuhnya terdiri dari bagian
vegetatif berupa hifa dan genertif yaitu spora. Jamur pada ummnya multiseluler
(bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara
makan, struktur tubuh pertumbuhan dan reproduksinya. Tubuh jamur terdiri dari
komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium.
Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah struktur
menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa (Pelczar, 2011).

Morfologi secara harfiah berarti ‘pengetahuan tentang bentuk’ (morphas). Morfologi


jamur merupakan ilmu yang memepelajari tentang bentuk jamur dan mencakup
bagian-bagiannya. Jamur benang yang berukuran kecil dan biasanya bersifat
uniseluler dapat diamati dengan mikroskop. Mikroskop merupakan alat bantu yang
memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Ada dua
jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu mikroskop
dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo).
Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop
cahaya dan mikroskop elektron (Tarigan, 2008). Pada praktikum ini, identifikasi
jamur dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektrik binokuler dengan
mengamati sifta-sifat morfologinya dan fisologinya.
Praktikum kali ini, dilakukan pengamatan morfologi jamur, dengan menggunakan
empat sampel produk pangan yaitu iwel, permen susu, sawut dan dendeng. Pada iwel
yaitu jamur Aspergillus sp. Pada permen susu yaitu jamur Rhizopus oligosporus,
pada sawut yaitu jamur Penicillium sp., dan pada dendeng yaitu jamur Neurospora sp.

Hasil morfologi Aspergillus sp. jamur pada iwel yaitu terdapat vesikula,
konidiofor, sel kaki dan miselium. Warna yang tampak pada jamur Aspergillus sp
yang ada pada hasil pengamatan yaitu kecoklatan. Menurut Nazaruddin (2014)
morfologi dari Aspergillus sp. yaitu konidia, sterigmata, vesikula, konidiofor, sel
kaki, dan miselium. Morfologi yang nampak pada hasil pengamatan tidak sama
dengan literarur, kemungkinan hal ini disebabkan pada saat pengambilan jamur pada
medium terjadi kesalahan yaitu biakan yang diambil terlalu sedikit atau pada saat
difiksasi terlalu panas. Karakteristik iwel yaitu iwel terbuat dari beras ketan dimana
ketan mengandung banyak nutrisi yaitu energi yang terkandung sebesar 362
kilokalori, protein 6,7 gram, karbohidrat 79,4 gram. Kadar air yang sesuai untuk
ketan untuk pengembangan yaitu antara 8-9%. Kerenyahan suatu produk dipengaruhi
oleh Aw (aktivitas air). Makin kecil Aw maka produk akan semakin kering. Dalam
bidang pangan, Aspergillus sp. sangat bermanfaat yaitu banyak digunakan dalam
fermentasi kedelai untuk kecap, dalam produksi asam sitrat (pengawet makanan) dan
produksi enzim amiloglukoside. Aspergillus sp. dapat menghasilkan mitoksin,
dimana mitoksin ini didefinisikan sebagai zat yang diproduksi oleh jamur dalam
bahan makanan, dan bersifat tahan terhadap panas sehingga dengan pengolahan,
pemanasan tidak menjamin berkurangnya aktifitas toksin tersebut. Pada pengamatan
iwel dengan menggunakan mikroskop elektron ditemukan jamur Aspergillus sp.
dengan warna dasar putih kekuningan dan kondiospora berwarna coklat. Pengamatan
ini dilakukan dengan perbesaran 10x0,25.

Pengamatan pada sampel permen susu ditemukan jamur yaitu Rhizopus oligosporus.
Jamur ini termasuk ke dalam ordo Mucorales dari fillum Zygomycota, mempunyai
hifa tidak bersekat, berinti banyak dan melakukan reproduksi secara aseksual dan
seksual. Koloni jamur ini berwarna abu kecoklatan. Sporangifor tunggal dengan
dinding halus atau agak sedikit kasar. Sporangia globosa pada saat masak berwarna
hitam kecoklatan. Jamur ini dapat tumbuh optimum pada suhu 30-35oC dan banyak
ditemukan ditanah, buah dan sayuran yang membusuk serta roti yang sudah lama.
Pada pengamatan permen susu ditemukan Rhizopus oligosporus dengan perbesaran
40x10 berwarna coklat pada sporangium, orange pada sporangiofor dan berbentuk
spiral.

Pengamatan pada sampel sawut ditemukan jamur yaitu Penicillium sp. Jamur ini
adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Ascomycta. Memiliki ciri hifa
bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium tidak
memiliki selubung pelindung sehingga berbeda dari sporangium. Spora yang
dihasilkan konidium disebut konidia, sedangkan tangkainya disebut konidiofor.
Tempat pembentukan dan pematangan spora disebut dengan sterigma. Jamur ini
banyak ditemukan pada zat organik biodegredable. Pada pengamatan sawut dengan
perbesaran 40x10 berwarna kuning atau oranye. Bagian yang terlihat hanya sterigma,
metula dan brachia.

Neurospora sp. ini tumbuh pada olahan pangan yaitu dendeng. Morfologi jamur
Neurospora sp. berdasarkan hasil pengamatan yaitu hifa dan konidia. Sedangkan
menurut Ellin (2013) morfologi jamur Neurospora sp. adalah konidia, hifa, dan
konidiofor. Dendeng mengandung 410 kalori; 25,6 gram lemak; 11 gram karbohidrat
dan 33,2 gram protein setiap 100 gram dendeng. Jamur Neurospora sp. hidup pada
suhu rendah atau tempat lembab. Jadi aktivitas air pada jamur ini sendiri sangat
tinggi. Neurospora sp. ini biasa digunakan pada pembuatan oncom. Neurospora sp ini
berwarna orange dan sering tumbuh di kayu yang telah dibakar.

Jamur Aspergillus sp., Rhizopus oligosporus, Penicillium sp., dan Neurospora sp.,
merupakan jamur yang menguntungkan. Aspergillus sp., dimanfaatkan dalam
pembuatan kecap dan tauco yang terbuat dari kacang kedelai. Rhizopus oligosporus
dimanfaatkan dalam pembuatan tempe. Penicillium sp., dapat dimanfaatkan sebagai
antibiotik (Penicillium nutatum) dan pembuatan keju (Penicillium camembertil). Dan
Neurospora sp., digunakan dalam pembuatan oncom.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah faktor substrat,


kelembapan, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia di
lingkungannya. Substrat merupaan sumber utama nutrien bagi jamur. Kelembapan
dari jamur merupaka faktor yang penting bagi pertumbuhan jamur, kelmbapann yang
diperlukan oleh jamur berbeda-beda tergantung pada jenisnya. Suhu lingkungan juga
berperan penting dalam bagi pertumbuhan, berdasarkan suhu dapat dikelompokkan
menjadai psikofil, mesofil dan termofil. pH substart sangat penting karena enzim-
enzim tertentu hanya akan mengurai substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH
tertentu. Senyawa-senyawa kimia yang tidak diperlukan lagi akan dikeluarkan
kelingkungan sebagai bentuk dari pengamanan terhadap organisme lain.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa


kesimpulan antara lain:

1.Jamur benang merupakan jamur berbentuk benang, multiseluler, tidak berklorofil,


umumnya hidup sebagai saprofit dan parasit.

2.Jamur yang digunakan dalam praktikum ini adalah Aspergillus sp., Neurospora sp.,
Rhizopus oligosporus dan Penicillium sp.

3.Pada makanan iwel ditemukan jamur Aspergillus sp., pada permen susu ditemukan
jamur Rhizopus oligosporus, pada swut yaitu Penicillium sp., dan pada dendeng yaitu
Neurospora sp.

4.Jamur Aspergillus sp., Rhizopus oligosporus, Penicillium sp., dan Neurospora sp.
termasuk kedalam jamur yang menguntungkan.
5.Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah substrat, kelembapan, suhu,
derajat keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia dilingkungannya.

Breuer, A. 2005. About Mold. www.ronstate.cdu/ehs/Mold.htm. Cary, J.W., M.A.


Klich, and S.B. Beltz. 2005. Characterization of aflatoxinproducing fungi outside of
Aspergillus section Flavi. Mycologia 97 (2): 425-432.

CBWInfo.com. 1999. Aflatoxins: Essential Data. www.ronstate.cdu/ehs/ Mold.htm

Divakaran, S. 2000. Studies on the toxicity of shrimp (Penaeus vannamei) fed diets
dased with aflatoxin B1 to humans. Journal of Aquatic Food Product Technology
9(3): 115-120.

Domsch, K.H., W. Gams, and T. Anderson. 1980. Compendium of Soil Fungi.


London: Academic Press.

Etzel, R.A. 2005. Mycotoxins. Linking Evidence and Experience. http://www.mold-


survivor.com/jamamycotoxins.html Frazier,

W.C. and D.C. Westhoff. 1988. Food Microbiology. 4th ed. New York: Tata
McGraw-Hill Publishing Company Limited. Ganjar, I., R.A. Samson, K. van den
Tweel-Vermeulen, A. Oetari, dan I. Santosa. 1999. Pengenalan Kapang Tropik.
Jakarta: Universitas Indonesia.

Hastono, S. 2003. Cendawan dan permasalahannya terhadap kesehatan hewan. Jurnal


Veteriner 4 (2): 1-4. Ito, Y., S.W. Peterson, D.T. Wicklow, and T. Goto. 2001.
Mycological Research 105: 233-239.

Kurtzman, C.P., B.W. Horn, and C.W. Hesseltine. 1987. Aspergillus nomius, a new
aflatoxin-producing species related to Aspergillus flavus and Aspergillus tamarii.
Antonie van Leeuwenhoek 53 (3):147-158.
Lanyasunya, T.P., L.W. Wamae, H.H. Musa, O. Olowofeso, and I.K. Lokwaleput.
2005. The risk of mycotoxins contamination of dairy feed and milk on smallholder
dairy farms in Kenya. Pakistan Journal of Nutrition 4 (3): 162-169. Malloch

Anda mungkin juga menyukai