Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies
diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di ambil
kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil
0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan
mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin
juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita
jadikan piaraan murni. Jika kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh
tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan
menggunakan koloni ini sebagai sampel (Trianda, 2011)
Trianda. 2011. Inokulasi Mikroba Mkrobiologi. www.Trianda.herisonsurbakti.com. Diakses pada
tanggal 22 Maret 2013. Campalagian
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu
benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan
udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida
dan glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo, 1993).
Alat yang akan digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum harus disterilisasi terlebih dahulu untuk
membebaskan semua bahan dan peralatan tersebut dari semua bentuk kehidupan. Sterilisasi merupakan suatu
proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia
(etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Syaifuddin, 2008).
Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau
mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak
terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini
sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui
oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi
2005).
Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari
kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis
digunakan sepanjang kegiatan berlangsung baik alat, bahan, lingkungan sekitar
maupun praktikannya, untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan metode
sterilitas. Penguasaan teknik aseptic ini sangat diperlukan dalam keberhasilan
laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan
yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi (Oram, 2001).
Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr. 2001. Biology Living System. Glencoe Division Mc Millan
Company. Waterville.
bermacam-macam
bagian
tubuh
kita,
termasuk
mulut,
saluran
Volk & Wheeler, 2008, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi kelima, Erlangga: Jakarta.
Syaifuddin, 2008. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu
benda. Ilmu Penyakit Tumbuhan. 4(12): 54-57.
Trihastuti, 2008. Bahan agar yang utama adalah galaktan (komplek karbohidrat yang diekstrak dari alga genus
Gelidium). Agroteknologi. 2(3): 12-16.
Gielen, S., Aerts, R., dan Seels, B., 2004. Biocontrol agents of Botrytis
cinerea tested in climate chambers by making artificial infection on tomato
leafs, Commun Agric Appl Biol Sci 69 (4): 631-9
Nutrient agar adalah medium pertumbuhan mikrobiologi umum digunakan untuk budidaya rutin
non-pemilih bakteri. Hal ini berguna karena tetap solid bahkan pada suhu relatif tinggi. Juga, bakteri
tumbuh di nutrient agar tumbuh di permukaan, dan jelas terlihat sebagai koloni kecil. Dalam kaldu
nutrisi, bakteri tumbuh dalam cairan, dan dipandang sebagai zat pekat, bukan rumpun sejelas
dibedakan (Vidi, 2012)
Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan
antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA dibuat dari campuran ekstrak daging dan
peptone dengan menggunakan agar sebagai pemadat. Dalam hal ini agar digunakan sebagai pemadat,
karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam sehingga
tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef dan pepton digunakan
sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang
sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Medium Nutrient Agar (NA)
merupakan medium yang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana
medium ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri
(Harry, 2012).
Media dapat digolongkan berdasarkan atas susunan kimianya, sifat wujudnya dan fungsinya.
Penggolongan media berdasarkan susunan kimia :
1. Media anorganik. Yaitu media yang tersusun dari bahan-bahan anorganik
2. Media organik. Yaitu media yang tersusun dari bahan-bahan organik
3. Media sintetik (media buatan). Yaitu media yang susunan kimianya diketahui dengan pasti.
Media ini umumnya digunakan untuk mempelajari kebutuhan makanan suatu mikroba
4. Media non sintetik. Yaitu media yang susunan kimianya tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Media ini umumnya digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari taksonomi mikroba
(Sutedjo,1996).
Penggolongan media berdasarkan sifat wujudnya
1. Media cair yaitu media yang berbentuk cair
2. Media padat. Yaitu media yang berbentuk padat. Media ini dapat berupa bahan organik
alamiah, misalnya yang dibuat dari kentang, wortel, dan lain-lain, atau dapat juga berupa
3.
a.
b.
c.
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri
dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangattinggi.
Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agarsemua alat
yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agarmenghindari
terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998).
Teknik Aseptik
Sebelum benar-benar dilakukan proses kultur mikroorganisme, pertama kali kita harus
mempertimbangkan bagaimana agar tidak terjadi kontaminasi. Mikroorganisme ada dimanamana. Karena ukurannya yang sangat kecil, mereka mudah lepas dalam udara dan
permukaan. Maka dari itu, kita harus mensterilisasikan medium kultur secepatnya setelah
preparasi untuk pemindahan mikroorganisme siap dikontaminasikan, ini biasanya terbunuh.
Bagaimanapun, itu sama pentingnya untuk tindakan pencegahan sampai penanganan
berikutnya mediun kultur harus tetap steril. Demikian materi yang lain yang akan kontak juga
harus tetap terjaga kesterilannya (Cappuccino, 1983).
Teknik yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi hingga kultur manipulasidan media
kultur steril disebut teknik aseptik. Keunggulan itu dibutuhkan keberhasilan dalam
laboratorium mikrobiologi, dan salah satu cara belajar dengan pendamping mikrobilogi.
Kontaminasi udara paling sering menjadi masalah karena udara selalu kontak dengan partikel
debu dan umumnya banyak komunitas mikroorganisme didalamnya.Ketika wadah dibuka
maka segera ditangani agar tidak terkontaminasi dengan udara sekitar. Transfer aseptik pada
kultur dari salah satu medium ke medium yang lain harus lihai dengan loop inokulasi atau
jarum harus disterilkan oleh pembakaran pada nyala api. Dalampertumbuhan kultur
DAFTAR PUSTAKA
Atlas,R.M.1946.Handbook Of Microbiological Media 3th Edition.CRC Press: Amerika
Curtis, Helena, Barnes, N. Sue. 1999. Biology 5th edition. Worth Publisher Inc. New
York
Indra.2008.Media Pertumbuhan. http://ekmonsaurus.com/data/media.PDF. Diakses
pada tanggal 8 April 2010
Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai
Penelitian
Bioteknologi
http://anekaplanta.wordpress.com/2008
Tanaman
Pangan,
Bogor.
/03/02/teknik-penyimpanan-dan-
Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr.2001. Biology Living System. Glencoe Division
Mc Millan Company. Waterville.
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book
Company. New York.
Pembahasan
Medium NA berfungsi untuk menumbuhkan mikroba atau bakteri pada permukaan sehingga mudah
diisolasi dan diidentifikasi. Medium ini dapat dibuat dalam 2 jenis, yaitu NA miring dan NA tegak.
NA miring digunakan untuk membiakkan mikroba sedangkan NA tegak digunakan untuk menstimulir
pertumbuhan bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen. NA digolongkan pula medium umum sebab
dapat digunakan untuk menumbuhkan beberapa jenis bakteri.
Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan
dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalamlangkah awal identifikasi.
Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak
sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi
menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal
dan membran selselapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di
antaradua lapis membran sel (Manurung, 2010).
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu tidak
berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu
teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu
teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitianpenelitian mikrobiologi (Rizki, 2008).
Penambahan violet pada bakteri. Kristal violet merupakan reagen yang berwarna ungu.Kristal violet
ini merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna padamikroorganisme target. Kristal
violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan selmikroorganisme yang bersifat asam. Dengan
perlakuan seperti itu, sel mikroorganismeang transparan akan terlihat berwarna (ungu). Pemberian
kristal violet pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna ungu muda. Perbedaan respon
terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah didasarkan pada struktur dan komposisi
dinding sel bakteri. Bakteri gram positif mengandung protein dan gram negatif mengandung
lemak dalam persentasi lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Kristal violet yang diteteskandidiamkan
selama 1 menit bertujuan agar cat atau pewarna ini dapat melekat sempurna pada dinding sel bakteri.
Penambahan lugol pada bakteri. Lugol merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna yang berfungsi
memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme target ataumengintensifkan warna utama.
Pemberian lugol pada pengecatan Gram dimaksudkanuntuk memperkuat pengikatan warna oleh
bakteri. Kompleks zat lugol terperangkapantara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram
positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian
alkoholmemungkinkan hilang dari sel. Lugol yang diteteskan didiamkan selama 1 menit bertujuan
agar pengikatan warna oleh bakteri menjadi semakin lebih kuat.
Selanjutnya, 1 tetes alkohol 96% diteteskan di atas objek glass tersebut kemudiandidiamkan selama
45 detik. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan air hingga warnanyahilang. Etanol 95% merupakan
solven organik yang berfungsi untuk membilas (mencuci)atau melunturkan kelebihan zat warna pada
sel bakteri (mikroorganisme). Tercucitidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel,
bila komponen dinding selkuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila
komponen dindingsel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna akan tercuci. Pemberian alkohol
pada pengecatan ini dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme(bakteri)
akan tetap berwarna ungu atau bakteri menjadi tidak berwarna. Pemberian alkohol 96% juga
menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar permeabilitasdinding sel.
Selanjutnya diteteskan 1 tetes safranin di atas kaca objek tersebut kemudian didiamkans e l a m a 1
menit. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan air hingg a warnanya
h i l a n g . Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi
untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan
denganalkohol. Dengan kata lain, safranin memberikan warna pada mikroorganisme non targetserta
menghabiskan sisa-sisa cat atau pewarna. Pewarnaan safranin masuk ke dalam seldan menyebabkan
sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding
selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori porimengkerut, daya rembes dinding sel dan
membran menurun sehingga pewarna safranintidak dapat masuk sehingga sel berwarna
ungu.Pemberian reagen atau pewarna yang berganti dari satu pewarna ke pewarna lain denganwaktu
yang telah ditentukan disebabkan karena zat-zat warna tersebut dapat berikatan dengan
komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena itulah rentang waktu pemberian zat warna
yang satu ke yang lainnya tidak lama sehingga proses identifikasi bakteri berlangsung cepat.Setiap
akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap kacaobjekdengan
menggunakan air. pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihansetiap zat
warna yang sedang diberikan. Setiap akhir pembilasan pada masing-masing reagen, perlu
dilakukan penyerapan air bilasan dari air dengan menggunakan kertas tissuagar aquades tidak
tercampur dengan reagen atau pewarna baru yang akan diberikan. Setelah pembilasan
terakhir, gelas benda dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop.J i k a t e r b e n t u k w a r n a u n g u
m a k a t e r m a s u k g o l o n g a n b a k t e r i g r a m p o s i t i f , d a n j i k a terbentuk warna merah atau
merah muda maka termasuk golongan bakteri gram negatif
Waluyo, Lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Universitas Muhamadiah Malang: Malang.
Pengov, A. and Ceru, S. (2003) Antimicrobial drug susceptibility of Staphylococcus aureus strains
isolated from bovine and ovine mammary glands. J. Dairy Sci. 86: 3157-3163
Mutschler, E. (1991) Dinamika obat Edisi kelima. Penerbit IPB. Bandung.
Cobas A., Soria A., Martinez M.,and Villamiel, M. 2010. A comprehensive survey of garlic
functionally. Nova Science Publishhers,Inc. 1-60.
Sudarsono, D. Gunawan, S. Wahyono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002. Tumbuhan Obat II.
Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional UGM.
Hariana, 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya Wisma Hijau
Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Jantung. Jakarta: Penebar Swadaya