Anda di halaman 1dari 12

Teknik Pengenceran (dilution method)

Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies
diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di ambil
kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil
0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan
mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin
juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita
jadikan piaraan murni. Jika kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh
tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan
menggunakan koloni ini sebagai sampel (Trianda, 2011)
Trianda. 2011. Inokulasi Mikroba Mkrobiologi. www.Trianda.herisonsurbakti.com. Diakses pada
tanggal 22 Maret 2013. Campalagian

Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu
benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan
udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida
dan glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo, 1993).
Alat yang akan digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum harus disterilisasi terlebih dahulu untuk
membebaskan semua bahan dan peralatan tersebut dari semua bentuk kehidupan. Sterilisasi merupakan suatu
proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia
(etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Syaifuddin, 2008).

Sterilisasi yang umum dilakukan dapat berupa:


a. Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat
dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat
temperatur atau tekanan tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat bejana/ruang panas
(oven dengan temperatur 170o 180oC dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang
umumnya untuk peralatan gelas).
b. Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan
formalin).
c. Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi
atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter.
Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikelpartikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (Suriawiria, 2005)

Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta

Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau
mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak
terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini
sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui
oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi

(Pelczar dan Chan,

2005).
Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari
kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis
digunakan sepanjang kegiatan berlangsung baik alat, bahan, lingkungan sekitar
maupun praktikannya, untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan metode
sterilitas. Penguasaan teknik aseptic ini sangat diperlukan dalam keberhasilan
laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan
yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi (Oram, 2001).
Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr. 2001. Biology Living System. Glencoe Division Mc Millan
Company. Waterville.

Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan


ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar
terbebas dari kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar
kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya
menghuni

bermacam-macam

bagian

tubuh

kita,

termasuk

mulut,

saluran

pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme sehingga


diperlukan teknik yang dapat meminimalisirnya seperti pengisolasian. (Pelczar dan
Chan, 2005).
Autoklaf digunakan sebagai alat sterilisasi uap dengan tekanan tinggi. Penggunaan autoklaf untuk
sterilisasi, tutupnya jangan diletakkan sembarangan dan dibuka-buka karena isi botol atau tempat
medium akan meluap dan hanya boleh dibuka ketika manometer menunjukkan angka 0 serta
dilakukan pendinginan sedikit demi sedikit. Medium yang mengandung vitamin, gelatin atau gula,
maka setelah sterilisasi medium harus segera didinginkan. Cara ini untuk menghindari zat tersebut
terurai. Medium dapat langsung disimpan di lemasi es jika medium sudah dapat dipastikan steril
(Dwidjoseputro, 1994).
Amelia,G., R, et. al. 2005. Isolasi dan Pengujian Aktivasi Enzim Amilase dan Protease Mikroba dari
Terasi Asal Kalimantan Timur. Bogor: Pusat Penelitian Biologi.
Dwidjoseputro, D, 2010, Dasar-dasar mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Hadioetomo, R. , 2009, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi, Gramedia: Jakarta.
Lim,D, 2008, Microbiology, 2nd Edition, McGrow-hill book, New york.
Schegel, G.H, 2008, General Microbiologi seventh edition, Cambrige University Press, USA.
Suriawiria, U, 2005, Mikrobiologi Dasar, Papas Sinar Sinanti, Jakarta.

Volk & Wheeler, 2008, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi kelima, Erlangga: Jakarta.
Syaifuddin, 2008. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu
benda. Ilmu Penyakit Tumbuhan. 4(12): 54-57.
Trihastuti, 2008. Bahan agar yang utama adalah galaktan (komplek karbohidrat yang diekstrak dari alga genus
Gelidium). Agroteknologi. 2(3): 12-16.

Gielen, S., Aerts, R., dan Seels, B., 2004. Biocontrol agents of Botrytis
cinerea tested in climate chambers by making artificial infection on tomato
leafs, Commun Agric Appl Biol Sci 69 (4): 631-9
Nutrient agar adalah medium pertumbuhan mikrobiologi umum digunakan untuk budidaya rutin
non-pemilih bakteri. Hal ini berguna karena tetap solid bahkan pada suhu relatif tinggi. Juga, bakteri
tumbuh di nutrient agar tumbuh di permukaan, dan jelas terlihat sebagai koloni kecil. Dalam kaldu
nutrisi, bakteri tumbuh dalam cairan, dan dipandang sebagai zat pekat, bukan rumpun sejelas
dibedakan (Vidi, 2012)
Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan
antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA dibuat dari campuran ekstrak daging dan
peptone dengan menggunakan agar sebagai pemadat. Dalam hal ini agar digunakan sebagai pemadat,
karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam sehingga
tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef dan pepton digunakan
sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang
sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Medium Nutrient Agar (NA)
merupakan medium yang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana
medium ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri
(Harry, 2012).

Media dapat digolongkan berdasarkan atas susunan kimianya, sifat wujudnya dan fungsinya.
Penggolongan media berdasarkan susunan kimia :
1. Media anorganik. Yaitu media yang tersusun dari bahan-bahan anorganik
2. Media organik. Yaitu media yang tersusun dari bahan-bahan organik
3. Media sintetik (media buatan). Yaitu media yang susunan kimianya diketahui dengan pasti.
Media ini umumnya digunakan untuk mempelajari kebutuhan makanan suatu mikroba
4. Media non sintetik. Yaitu media yang susunan kimianya tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Media ini umumnya digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari taksonomi mikroba
(Sutedjo,1996).
Penggolongan media berdasarkan sifat wujudnya
1. Media cair yaitu media yang berbentuk cair
2. Media padat. Yaitu media yang berbentuk padat. Media ini dapat berupa bahan organik
alamiah, misalnya yang dibuat dari kentang, wortel, dan lain-lain, atau dapat juga berupa
3.

bahan anorganik misalnya silica gel


Media padat yang dapat dicairkan, (semi solid), yaitu yang apabila dalam keadaan panas
berbentuk cair, sedangkan dalam keadaan dingin berbentuk padat, misalnya media agar
(Sutedjo,1996).

Penggolongan media berdasarkan fungsinya


1. Media diperkaya. Yaitu media yang ditambahi zat-zat tertentu misalnya serum darah ekstrak
tanaman dan lain sebagainya, sehinggan dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba yang
bersifat heterotrof.
2. Media selektif. Yaitu media yang ditambahi zat kimia tertentu untuk mencegah pertumbuhan
mikroba lain (bersifat selektif). Misalnya media yang mengandung Kristal violet pada kadar
tertentu dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi
pertumbuhan bakteri gram negative.
3. Media diferensial. Yaitu media yang ditambahi zat kimia (bahan) tertentu yang menyebabkan
suatu mikroba membentuk pertumbuhan atau mengadakan perubahan tertentu sehingga dapat
dibedakan tipe-tipenya. Misalnya media daerah agar dapat digunakan untuk membedakan
4.

bakteri homolitik (pemecah darah) dan bakteri non hemolitik.


Media penguji. Yaitu media dengan susunan tertentu yang digunakan untuk pengujian

vitamin. Vitamin asam-asam amino, antibiotika dan lain sebagainya.


5. Media untuk perhitungan jumlah mikroba. Yaitu media spesifik yang digunakan untuk
6.

menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan.


Media khusus. Yaitu media untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba dan
kemampuannya untuk mengadakan perubahan-perubahan kimia tertentu (Sutedjo,1996).
Cara pembuatan media
Garis besar pembuatan media yang tersusun atas beberapa bahan adalah sebagai
berikut :

a.

Mencampur bahan-bahan : bahan-bahan yang dilarutkan dalam air suling. Kemudian

b.

dipanaskan dalam pemanas air supaya larutannya homogeny.


Menyaring : beberapa jenis media kadang-kadang perlu disaring, dan sebagai penyaringan
dapat digunakan kertas saring, kapas atau kain. Untuk media agar atau gelatin penyaringan

c.

harus dilakukan dalam keadaan panas.


Menentukan dan mengatur pH : penentuan pH media dapat dilakukan dengan menggunakan
kertas pH, pH meter atau dengan komparator blok. Pengaturan pH media dapat dilakukan

dengan penambahan asam atau basa (organik atau anorganik).


d. Memasukkan media ke dalam tempat tertentu : sebelum disterilakan, media dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, Erlenmeyer atau wadah lain yang bersih, kemudian dibungkus kertas
sampul (kertas perkamen) supaya tidak basah sewaktu disterilkan.
e. Sterilisasi : pada umumnya sterilisasi media dilakukan dengan uap panas di dalam autoclave,
pada suhu 121 C selama 15-30 menit (Sutedjo,1996).
Sutedjo, Mul Mulyani. 1996. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta : Jakarta

Ada beberapa teknik menggores yang biasa digunakan :


2.2.2 Metode tebar
Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petridish dan
dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu disebarkan dalam
medium batang yang sama dapat digunakan dapat menginokulasikan pinggan kedua untuk
dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan
muncul koloni koloni yang terpisah-pisah.
2.2.3 Metode tuang
Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan pengenceran
adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel
di dalam tabung (Winarni, 1997).
2.2.4 Metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung jarum ose yang
didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media (Winarni, 1997)

Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri
dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangattinggi.
Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agarsemua alat
yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agarmenghindari
terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998).

Teknik Aseptik
Sebelum benar-benar dilakukan proses kultur mikroorganisme, pertama kali kita harus
mempertimbangkan bagaimana agar tidak terjadi kontaminasi. Mikroorganisme ada dimanamana. Karena ukurannya yang sangat kecil, mereka mudah lepas dalam udara dan
permukaan. Maka dari itu, kita harus mensterilisasikan medium kultur secepatnya setelah
preparasi untuk pemindahan mikroorganisme siap dikontaminasikan, ini biasanya terbunuh.
Bagaimanapun, itu sama pentingnya untuk tindakan pencegahan sampai penanganan
berikutnya mediun kultur harus tetap steril. Demikian materi yang lain yang akan kontak juga
harus tetap terjaga kesterilannya (Cappuccino, 1983).
Teknik yang digunakan dalam pencegahan kontaminasi hingga kultur manipulasidan media
kultur steril disebut teknik aseptik. Keunggulan itu dibutuhkan keberhasilan dalam
laboratorium mikrobiologi, dan salah satu cara belajar dengan pendamping mikrobilogi.
Kontaminasi udara paling sering menjadi masalah karena udara selalu kontak dengan partikel
debu dan umumnya banyak komunitas mikroorganisme didalamnya.Ketika wadah dibuka
maka segera ditangani agar tidak terkontaminasi dengan udara sekitar. Transfer aseptik pada
kultur dari salah satu medium ke medium yang lain harus lihai dengan loop inokulasi atau
jarum harus disterilkan oleh pembakaran pada nyala api. Dalampertumbuhan kultur

dibutuhkan tempat yang mudah dipindahkan ke permukaan agar datar,dimana pertumbuhan


suatu koloni berasal dari pertumbuhan dan pembelahan sel tunggal (Cappuccino, 1983)

DAFTAR PUSTAKA
Atlas,R.M.1946.Handbook Of Microbiological Media 3th Edition.CRC Press: Amerika
Curtis, Helena, Barnes, N. Sue. 1999. Biology 5th edition. Worth Publisher Inc. New
York
Indra.2008.Media Pertumbuhan. http://ekmonsaurus.com/data/media.PDF. Diakses
pada tanggal 8 April 2010
Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Balai
Penelitian

Bioteknologi

http://anekaplanta.wordpress.com/2008

Tanaman

Pangan,

Bogor.

/03/02/teknik-penyimpanan-dan-

pemeliharaan-mikroba/. Diakses pada tanggal 8 April 2010


Madigan, M.T.2003.Brock Biology Of Microorganism. Pearson Education, Inc: Amerika
Nakano, M.M., dan Zuber, P., 1998. Anaerobic growth of a "strict aerobe"
(Bacillus subtilis). Annu Rev Microbiol 52: 165-90.

Oram, R.F. S., Paul. J. Hummer, Jr.2001. Biology Living System. Glencoe Division
Mc Millan Company. Waterville.
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book
Company. New York.

Pelczar,M.J; and E.C.S.Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 2.


Jakarta:UI-press
Suryowinoto, M 1985. Budidaya Jaringan dan Manfaatnya. Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta

Rachdie. 2006. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba. http://rachdie


.blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-mikroba/.
Diakses pada tanggal 8 April 2010
Todar, K., 2008.Staphylococcus aureus and Staphylococcal Disease. USA:
Wisconsin, Madison. Available from :
http://www.textbookofbacteriology.net/staph.html
Madigan M. T., J. Martinko, J. Parker, et al. 2003, Brock Biology of
Microorganisms, 10th ed., Pearson Education, Inc., New York.
Budiarti, Lia Yulia. 2009. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Terintegrasi.
Penerbit Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Barrow, G.I., and R. K. A. Feltham. 1993. Cowan and Steels Manual for the
Identification of Medical Bacteria Third Edition. Syndicate of the University of
Cambridge: United Kingdom
Irianto, K.2006, Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2,
CV. Yrama Widya. Bandung.

Madigan, M. 2005. Brock Biology Of Microorganism. Englewood


Cliff: Prentice Hall
Pikoli, M.R., P. Adiawati dan D.I. Astuti. 2000. Isolasi bertahap dan
identifikasi isolate bakteri termofilik pendegradasi minyak bumi dan
unsure bangko. J PROC 2 (1) : 53-58.
Ratna, Sri, 1990, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Jakarta : Gramedia.

Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan


Air Buangan Secara Biologis, Penerbit Alumni, Bandung.

Sutedjo, dkk. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.


Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek.
Gramedia, Jakarta.
Hogg S. 2005. Essential microbiology. England: John Wiley and Son
Inc.

Michael J. Pelczar 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas


Indonesia Press. Jakarta.
Morello JA, Paul AG, Helen EM 2002. Laboratory manual and
workbook in microbiology applications to patient care. New York:
The McGrawHill Companies.
Martopo, S. 1987. Dampak Limbah Terhadap Lingkungan. Bahan
Diskusi Kursus Singkat Penanganan Limbah Secara Hayati.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Schlegel, Hans 1994. Mikrobiologi Umum edisi keenam, Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Pracaya, 2000. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya.
Jakarta
Singleton dan Sainsbury 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular
Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Penerbit Universitas Muhamadiyah
Press, Malang

Pembahasan
Medium NA berfungsi untuk menumbuhkan mikroba atau bakteri pada permukaan sehingga mudah
diisolasi dan diidentifikasi. Medium ini dapat dibuat dalam 2 jenis, yaitu NA miring dan NA tegak.
NA miring digunakan untuk membiakkan mikroba sedangkan NA tegak digunakan untuk menstimulir
pertumbuhan bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen. NA digolongkan pula medium umum sebab
dapat digunakan untuk menumbuhkan beberapa jenis bakteri.

Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan
dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalamlangkah awal identifikasi.
Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak
sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi
menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal
dan membran selselapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di
antaradua lapis membran sel (Manurung, 2010).
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri itu tidak
berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu
teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu
teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitianpenelitian mikrobiologi (Rizki, 2008).
Penambahan violet pada bakteri. Kristal violet merupakan reagen yang berwarna ungu.Kristal violet
ini merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna padamikroorganisme target. Kristal
violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan selmikroorganisme yang bersifat asam. Dengan
perlakuan seperti itu, sel mikroorganismeang transparan akan terlihat berwarna (ungu). Pemberian
kristal violet pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna ungu muda. Perbedaan respon

terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah didasarkan pada struktur dan komposisi
dinding sel bakteri. Bakteri gram positif mengandung protein dan gram negatif mengandung
lemak dalam persentasi lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Kristal violet yang diteteskandidiamkan
selama 1 menit bertujuan agar cat atau pewarna ini dapat melekat sempurna pada dinding sel bakteri.
Penambahan lugol pada bakteri. Lugol merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna yang berfungsi
memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme target ataumengintensifkan warna utama.
Pemberian lugol pada pengecatan Gram dimaksudkanuntuk memperkuat pengikatan warna oleh
bakteri. Kompleks zat lugol terperangkapantara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram
positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian
alkoholmemungkinkan hilang dari sel. Lugol yang diteteskan didiamkan selama 1 menit bertujuan
agar pengikatan warna oleh bakteri menjadi semakin lebih kuat.
Selanjutnya, 1 tetes alkohol 96% diteteskan di atas objek glass tersebut kemudiandidiamkan selama
45 detik. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan air hingga warnanyahilang. Etanol 95% merupakan
solven organik yang berfungsi untuk membilas (mencuci)atau melunturkan kelebihan zat warna pada
sel bakteri (mikroorganisme). Tercucitidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel,
bila komponen dinding selkuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila
komponen dindingsel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna akan tercuci. Pemberian alkohol
pada pengecatan ini dapat mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme(bakteri)
akan tetap berwarna ungu atau bakteri menjadi tidak berwarna. Pemberian alkohol 96% juga
menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar permeabilitasdinding sel.
Selanjutnya diteteskan 1 tetes safranin di atas kaca objek tersebut kemudian didiamkans e l a m a 1
menit. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan air hingg a warnanya
h i l a n g . Safranin merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi
untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan
denganalkohol. Dengan kata lain, safranin memberikan warna pada mikroorganisme non targetserta
menghabiskan sisa-sisa cat atau pewarna. Pewarnaan safranin masuk ke dalam seldan menyebabkan
sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding
selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori porimengkerut, daya rembes dinding sel dan
membran menurun sehingga pewarna safranintidak dapat masuk sehingga sel berwarna
ungu.Pemberian reagen atau pewarna yang berganti dari satu pewarna ke pewarna lain denganwaktu
yang telah ditentukan disebabkan karena zat-zat warna tersebut dapat berikatan dengan
komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena itulah rentang waktu pemberian zat warna
yang satu ke yang lainnya tidak lama sehingga proses identifikasi bakteri berlangsung cepat.Setiap
akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap kacaobjekdengan
menggunakan air. pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihansetiap zat
warna yang sedang diberikan. Setiap akhir pembilasan pada masing-masing reagen, perlu
dilakukan penyerapan air bilasan dari air dengan menggunakan kertas tissuagar aquades tidak
tercampur dengan reagen atau pewarna baru yang akan diberikan. Setelah pembilasan
terakhir, gelas benda dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop.J i k a t e r b e n t u k w a r n a u n g u
m a k a t e r m a s u k g o l o n g a n b a k t e r i g r a m p o s i t i f , d a n j i k a terbentuk warna merah atau
merah muda maka termasuk golongan bakteri gram negatif

Farrdiaz. 2007. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.


Jutono, Joedoro, Sri Hartadi, Siti, K.S., Suhadi, D., 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum.
UGM Press. Yogyakarta.
Madigan, M. 2005. Brock Biology Of Microorganism. Englewood Cliff: Prentice Hall

Michael. 2008. Microbiology 2nd Edition USA : WMC Brown Publisher.


Nakano, M.M., dan Zuber, P., 1998. Anaerobic growth of a "strict aerobe"
(Bacillus subtilis). Annu Rev Microbiol 52: 165-90.
Todar, K., 2008.Staphylococcus aureus and Staphylococcal Disease. USA:
Wisconsin, Madison. Available from : http://www.textbookofbacteriology.net/staph.html

Waluyo, Lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Universitas Muhamadiah Malang: Malang.

Pengov, A. and Ceru, S. (2003) Antimicrobial drug susceptibility of Staphylococcus aureus strains
isolated from bovine and ovine mammary glands. J. Dairy Sci. 86: 3157-3163
Mutschler, E. (1991) Dinamika obat Edisi kelima. Penerbit IPB. Bandung.
Cobas A., Soria A., Martinez M.,and Villamiel, M. 2010. A comprehensive survey of garlic
functionally. Nova Science Publishhers,Inc. 1-60.
Sudarsono, D. Gunawan, S. Wahyono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002. Tumbuhan Obat II.
Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional UGM.
Hariana, 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya Wisma Hijau
Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Jantung. Jakarta: Penebar Swadaya

Rao, A.S. (2004). Intoduction to Microbiology. PHI Learning. India.


Winarno, F.G.(2000).Sterilisasi Komersial Produk Pangan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Monruw. 2010. Uji Iod. (terhubung berkala) http://monruw.wordpress.com/2010/03/12/uji-iod/ (29
April 2012).
Wahyudi, 2005. Kimia Organik II. UM Press. Malang.
Muchtadi, D, 1992. Petunjuk Laboratoriun Teknologi Pasca Panen Sayurandan Buah-Buahan. Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Saleh. 2004. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Penerbit Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Rukmana, R & Yuniarsih, Y. (2001). Aneka Olahan Ubi Kayu. Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai