Anda di halaman 1dari 9

ACARA II

SANITASI UDARA DAN RUANG

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara II adalah untuk mengetahui seberapa
banyaknya jumlah mikroba di udara dan ruangan.
B. Tinjaun Pustaka

Pengelolaan sanitasi lingkungan pelabuhan merupakan kegiatan untuk


menciptakan lingkungan di wilayah pelabuhan sesuai standar, berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan. Kegiatan sanitasi lingkungan adalah upaya
pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin
menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi
perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia
(Widyati R, 2002 dalam Pulungan dkk, 2012).
Higiene merupakan suatu cara mencapai kondisi-kondisi higienis. Hal
ini berlaku untuk makanan, peralatan, ruang pengolahan, pakaian, dan tubuh
manusia. Sanitasi lebih mengarah pada usaha kongkret dalam mewujudkan
kondisi higienis dan usaha ini dinyatakan dengan gerakan di lapangan berupa
pembersihan, penataan, sterilisasi, penyemprotan hama, dan sejenisnya. Jika
higiene merupakan tujuan, maka sanitasi merupakan tindakan nyata untuk
mencapai tujuan tersebut (Bartono, 2000 dalam Masdarini dan Devi, 2011).
Sanitasi merupakan upaya pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengatur faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai
penyebaran penyakit tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa sanitasi merupakan
usaha menciptakan atau memelihara kondisi yang mampu mencegah terjadinya
kontaminasi makanan atau terjadinya penyakit karena makanan. Kegiatan
sanitasi tentu harus disesuaikan dengan tahapan-tahapan pengolahan makanan.
Sanitasi meliputi sanitasi lingkungan, sanitasi udara, sanitasi pekerja, dan
sanitasi peralatan yang digunakan untuk mengolah makanan
(Saparinto dkk, 2006).
Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU) merupakan usaha untuk
mengawasi kegiatan yang berlangsung di tempat -tempat umum terutama yang
erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga
kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah. Tempat-
tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai
tempat, sarana dan kegiatan tetap. diselenggarakan oleh badan pemerintah,
swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat.
Untuk dapat melakukan kegiatan STTU secara lengkap harus ditinjau melalui
tiga aspek pendekatan yaitu aspek teknis yang meliputi persyaratan dan
peraturan mengenai Tempat Umum tersebut dan keterkaitan Tempat Umum
tersebut dengan fasilitas sanitasi dasar, aspek sosial diantaranya adalah
ekonomi dan sosial budaya, dan aspek administrasi dan manajemen
diantaranya adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dengan baik. Tetapi
kendala yang dialami sangatlah kompleks sehingga antara teori dan praktek
dalam kegiatan STTU ini sulit untuk dapat berjalan dan berfungsi secara
optimal (Adriani, 2005).
Sanitasi merupakan bagian terpenting dalam proses pengolahan pangan
yang harus dilaksanakan dengan baik. sanitasi dapat didefinisikan sebagai
usaha pencegahan penyakit dengan menghilangkan atau mengatur faktor-faktor
lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut.
Sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan aseptik dalam persiapan, pengolahan, dan
penyajian makanan, perbersihan dan sanitasi lingkungan (ruang) kerja dan
kesehatan pekerja (Purnawijayanti, 2001).
Sanitasi lingkungan adalah cara dan usaha individu atau masyarakat
untuk memantau dan menegendalikan lingkungan hidup eksternal yang
berbahaya bagi kesehatan serta dapat mengancam kelangsungan hidup
manusia. Usaha-usaha yang dapay dilakukan untuk penyehatan lingkungan
fisik antara lain penyediaan air bersih, mencegah terjadinya pencemaran udara,
air, dan tanah, serta memutus rantai penularan penyakit infeksi dan lain-lain
yang dapat membahayakan serta menimbulkan kesakitan pada manusia atau
masyarakat (Chandra, 2006).
Salah satu faktor penting yang mendukung pangan adalah sanitasi.
Sanitasi mencakup cara kerja yang bersih dan aseptis dalam berbagai bidang,
meliputi persiapan, pengolahan, penyiapan atau transpor makanan, kebersihan
dan sanitasi ruangan serta alat-alat pengolahan pangan. Serta kebersihan dan
kesehatan kerja di bidang pengolahan dan penyajian
(Morriot 1999 ; Jenie & Fardiaz 1989 dalam Damayanthi dkk, 2008).
Kondisi yang tidak baik pada lingkungan dapat menyebabkan penularan
penyakit. Kondisi ini dapat terjadi jika tidak menjaga kebersihan lingkungan
atau suatu ruangan. Tanpa disadari ada mikroba yang bisa tumbuh dimana saja,
termasuk di dalam ruang yang dianggap bersih apalagi ruangan seperti toilet.
Sudah dapat dipastikan banyak mikroba yang tumbuh. Untuk itu sanitasi
lingkungan penting dilakukan untuk mencegah kondisi tersebut (Scott, 2002).
Sanitasi lingkungan sangat berdampak pada kesehatan. Hal ini
tergantung dari kebiasaan hidup. Kondisi sanitasi yang cukup baik, akan
membuat kesehatan juga akan baik. Untuk itu, kebiasaan hidup harus diubah
menjadi lebih baik, untuk kesehatan yang baik, karena sanitasi sangat
berhubungan erat dengan kesehatan (Heller et all, 2003).
Salah satu program untuk meningkatkan sanitasi adalah dengan
menyumpai air bersih untuk kehidupan sehari-hari. Walaupun yang berperan
adalah sanitasi lingkungan atau juga udara, tapi suplai air bersih juga menjadi
faktor untuk terciptanya sanitasi yang baik. Air yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari banyak yang mengandung mikroba yang tidak baik
untuk kesehatan. Untuk itu, suplai air bersih sangat penting untuk mendukung
sanitasi untu kesehtan yang lebih baik (Otti, 2012).
Pertumbuhan penduduk yang tinggi saat ini, sangat berpengaruh pada
kesehatan. Banyaknya penduduk akan mempengaruhi sanitasi lingkungan.
Tidak setiap orang perduli terhadap kebersihan lingkungan. Untuk itu, harus
disadari bahwa sanitasi lingkungan sangat penting untuk kesehatan. Karena
semakin hari banyak penyakit-penyakit baru yang muncul karena kurangnya
sanitasi. Dalam hal ini sanitasi lingkungan berperan penting untuk kesehatan
(Dorice et all, 2008).

C. Metodologi Percobaan
1. Alat
a) Petridis
b) Lap pembersih
2. Bahan
a) Media agar
b) Alkohol
c) Air bersih
3. Cara kerja
a) Sanitasi Udara

Cawan petri

Disterilkan tangan menggunakan alkohol

Dibuka cawan petri di tempat yang akan diuji

Dibiarkan selama 30 menit

Ditutup kembali cawan petrinya

Dibungkus dengan kertas payung

Diinkubasi selama 2 hari


b) Sanitasi Ruang

Diamati perubahan yang terjadi

Media agar
Ditempelkan selama 4 detik pada meja yang belum
dibersihkan

Diinkubasi dengan posisi dibalik dengan suhu 30°C


selama 2 hari
Diamati dan ditentukan densitas mikrobanya
Densitas = jumlah koloni x (1000cm2/luas media cm2)
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Sanitasi Udara
Kel Perlakuan Jumlah koloni densitas
1
Lab. THP bagian belakan 28 8248,8
2
3
Kamar Mandi TBUD -
4
5
Kantin Bagian Selatan TBUD -
6
7
Lab. THP bagian depan 80 25163,2
8
9
Kamar Mandi Gedung D 8 2356,8
10
11
Kantin Bagian Kiri TBUD -
12
Sumber : Laporan Sementara

Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi


udara. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi
kontaminasi dari lingkungan sekitar mengakibatkan udara mengandung
berbagai mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita
yang mengalami infeksi saluran pencernaan dan dari ruangan yang digunakan
untuk fermentasi. Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya melekat
pada bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam droplet air. Udara
mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari Nitrogen (N2)
23%, Oksigen (O2) 21 % dan gas lainnya 1%. Selain gas juga terdapat debu,
kapang, bakteri, khamir, virus dan lain-lain. Walaupun udara bukan medium
yang baik untuk mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara. Adanya
mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-zat
organik dan debu. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis
Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering.
Sanitasi merupakan persyaratan yang mutlak bagi industri pangan sebab
sanitasi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan
daya awet produk. Tujuan dari sanitasi udara adalah untuk mengetahui jenis
mikroorganisme yang terdapat di udara. Pengujian dilakukan menggunakan
media agar Na yang sudah disediakan pada cawan petri. Tutup cawan petri
dibuka dan dibiarkan diudara terbuka selama 30 menit. Pengujian sanitasi
udara dilakukan ditiga tempat yang berbeda yaitu, laboratorium THP, kamar
mandi, dan kantin. Setelah 30 menit cawan petri ditutup kembali dan
diinkubasi pada suhu 30oC selama 2 hari. Lalu dihitung densitas koloninya
yang terdapat pada cawan petri.
Dari hasil yang diperoleh, terjadi penyimpangan dengan teori yang ada.
Densitas koloni tertinggi terdapat pada Laboratorium THP. Hal tersebut dapat
terjadi karena lab THP yang pada saat dilakukan pengujian banyak orang di
dalamnya, serta kondisi lab yang dekat dengan ruang terbuka.
Kondisi udara yang mengandung berbagai mikroorganisme tergantung
dari banyak faktor yaitu, adanya debu, tetesan air, dan pergerakan udara yang
terbawa oleh gerak angin dari ventilasi atau manusia yang bergerak.Adanya
mikroorganisme yang tumbuh di masing-masing cawan menandakan bahwa
udara di tempat tersebut tidak selamanya bebas dari kontaminasi
mikrooganisme dan dengan adanya pengujian ini membuktikan bahwa adanya
aktifitas di setiap tempat menunjukan adanya mikrooganisme yang ada di
tempat tersebut.

Tabel 2.2 Data Hasil Perhitungan Jumlah Mikroorganisme


Kel Perlakuan Jumlah koloni Densitas
1
Meja belum dibersihkan 14 220,176
2
3
Meja dibersihkan dengan lap basah 72 1132,336
4
5
Meja dibersihkan dengan alkohol 181 2846,569
6
7
Meja belum dibersihkan 32 503,263
8
9
Meja dibersihkan dengan lap basah 4 62,907
10
11
Meja dibersihkan dengan alkohol 40 6290,792
12
Sumber : Laporan Sementara
Tujuan lebih rinci dari praktikum sanitasi ruang adalah untuk
mengetahui jumlah mikroba yang dapat berkembang biak di suatu ruang.
Dalam praktikum yang digunakan adalah meja. Meja yang diteliti adalah meja
yang belum dibersihkan, meja yang dibersihakan dengan lap basah, dan meja
yang dibersihkan dengan alkohol. Dengan mengetahui jumlah mikroba yang
tumbuh atau berkembang akan mengetahui di ruangan tersebut steril atau tidak
dari pertumbuhan mikroba.
Sanitasi ruang penting dilakukan, karena dalam bidang kita, bidang
pangan, kebersihan menjadi salah satu hal terpenting dalam pengolahan pangan
yang akan dikomsumsi. Selain pada cara pengolahan yang bersih, tentu saja
ruangan yang digunakan untuk mengolah jua harus terjaga kebersihannya.
Karena di dalam ruangan ternyata dapat tumbuh beberapa mikroorganisme
yang tentunya dapat mempengaruhi kebersihan pangan yang diolah dan
kesehatan manusia jika pangan tersebut dikonsumsi. Tanpa kita sadari ruangan
yang kita anggap bersih sekalipun seperti pada laboratotium THP ternyata
masih banyak mikroorganisme yang dapat tumbuh. Untuk itu sanitasi ruang
penting dilakukan untuk tetap menjaga kebersihan, khusunya kebersihan
pangan.
Pada hasil percobaan, ternyata meja yang dibersihkan dengan
menggunakan alkohol, mikroba yang tumbuh justru lebih banyak, sedangkan
pada meja yang belum dibersihkan mikroba yang tumbuh justru sedikit. Pada
meja yang dibersihkan dengan lap basah mikroba yang tumbuh juga lebih
sedikit dari pada meja yang dibersihkan dengan alkohol. Padahal seharusnya
meja yang dibersihkan dengan alkohol, kemungkinan mikroba dapat tumbuh
itu menjadi semakin kecil. Tetapi hasilnya justru berbeda, hali ini mungkin
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain, mungkin karena
media agar untuk meja yang dibersihkan dengan alkohol sudah terkontaminasi
sebelumnya, misalnya sering dibuka tutup, atau bisa juga alkohol yang
digunakan sudah tidak steril artinya jug asudah terkontaminasi oleh
mikroorganisme.

E. Kesimpulan
Dari praktikum acara V, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :
1. Tujuan dari sanitasi udara adalah untuk mengetahui jenis mikroorganisme
yang terdapat di udara
2. Densitas koloni tertinggi terdapat pada Laboratorium THP
3. Kondisi udara yang mengandung berbagai mikroorganisme tergantung dari
banyak faktor yaitu, adanya debu, tetesan air, dan pergerakan udara yang
terbawa oleh gerak angin dari ventilasi atau manusia yang bergerak.
4. Tujuan dari sanitasi ruang adalah untuk mengetahui jumlah mikroba yang
tumbuh dalam suatu ruang.
5. Sanitasi ruang penting dilakukan karena menyangkut kebersihan ruangan
yang digunakan untuk pengolahan pangan.
6. Pada percobaan, mikroba yang tumbuh pada meja yang dibersihkan
dengan alkohol justru lebih banyak dari pada meja yang belum
dibersihkan.
7. Jumlah mikroba yang tumbuh pada meja yang belum dibersihkan pada
shift 2 sebanyak 32 koloni dengan densitasnya 503,263.
8. Jumlah mikroba yang tumbuh pada meja yang dibersihkan dengan lap
basah pada shift 2 sebanyak 4 koloni dengan densitasnya 62,907.
9. Jumlah mikroba yang tumbuh pada meja yang dibersihkan dengan alkohol
pada shift 2 sebanyak 40 koloni dengan densitasnya 6290,792.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani Retno. 2005. Manajemen Sanitasi Pelabuhan Domestik Di Gresik. Jurnal


Kesehatan Lingkungan Vol.1, No.2.
Chandra Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Damayanthi Evy., Lilik N Yulianti., Vitriani Y Suprapti., Fitriana Sari. 2008.
Aspek Sanitasi dan Higiene di Kantin Asrama Tingkat Persiapan Bersama
(TPB) Institut Pertanian Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan Vol 3 No 1.
Dorice Kuitcah., Kamgang Kabeyene Beyala Véronique., Sigha Nkamjou Luc1.,
Lienou Gaston., Ekodeck Georges Emmanuel. 2008. Water Supply,
Sanitation And Health Risks In Yaounde, Cameroon. African Journal of
Environmental Science and Technology Vol. 2 No 11.
Heller Leo., Enrico Antonio Colosimo., Carlos Mauricio de Figueiredo Antunes.
2003. Environmental Sanitation Conditions And Health Impact: A Case-
Control Study. Revista da Sociedade Brasileira de Medicina Tropical Vol 36
No 1.
Masdarini Luh., Mazarina Devi. 2011. Pemahaman, Sikap, Dan Unjuk Kerja
Higiene-Sanitasi Siswa Dalam Pengolahan Dan Penyajian Makanan Di
SMK Bidang Keahlian Tata Boga. Teknologi Dan Kejuruan, Vol. 34, No. 2.
Otti VI. 2012. Developing a Sustainable Water Supply and Sanitation Programme
Management in the Rural Areas of Nigeria. International Journal of
Engineering and Technology Volume 2 No. 6.
Pulungan Sri Rezki., Irnawati Marsaulina., Evi Naria. 2012. Higiene Dan Sanitasi
Terminal Pelabuhan Roro Kota Dumai Tahun 2012.
Purnawiyanti Hiasinta A. 2001. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam
Pengolahan Makanan. Kanisius. Yogyakarta.
Scott Elizabeth. 2002. Dry Sanitation Solutions. Journal of Rural and Remote
Environmental Health Vol 1 No 2.
Saparinto Cahyo., Ida Purnomowati., Diana Hidayati. 2006. Bandeng Duri Lunak.
Kanisius. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai