Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh


faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat
morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient
yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang
memungkinkan pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba tidak hanya
bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan respon yang
menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe
mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai
(Pelczar & Chan, 1986).

Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal


yang penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk
mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia. Beberapa faktor
utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat gizi,
waktu, suhu, air, pH dan tersedianya oksigen (Buckle, 1985).

Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu


pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum.
Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu
optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum
adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba.

Pengaruh temperatur pada petumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan atas


tiga golongan yaitu: Mikroorganisme Psikofilik, adalah bakteri yang dapat bertahan
hidup antara temperatur 0°C sampai 30°C. Sedangkan temperatur optimumnya antara
10°C sampai 20°C. Mikroorganisme mesofilik adalah bakteri yang dapat bertahan
hidup antara temperatur 5°C sampai 60°C. Sedangkan temperatur optimumnya antara
25°C sampai 40°C. Mikroorganisme Termofilik adalah bakteri yang dapat bertahan
hidup antara temperatur 55°C sampai 65°C, meskipun bakteri ini juga dapat
berkembang biak pada temperatur yang lebih rendah ataupun lebih tinggi dengan
batas optimumnya antara 40°C sampai 80°C.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh suhu yang berbeda terhadap
pertumbuhan bakteri dan jamur.
2. Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap pertumbuhan bakteri dan
jamur.
3. Untuk mengetahu pengaruh tekanan somitik terhadap pertumbuhan
bakteri dan jamur.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum faktor faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba ini ialah:
1. praktikan dapat mengetahu pengaruh suhu terhadap pertumbuhan
mikroba
2. praktikan dapat mengetahui pengaruh pH terhadap pertumbuhan
mikroba
3. praktikan dapat mengetahui pengaruh tekanan osmotic terhadap
perumbuhan mikroba.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan Mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh


faktor lingkungan. Perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat
morfologi dan fisiologi. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme yaitu faktor abiotik, meliputi pengaruh suhu, pH dan pengaruh daya
desinfektan. Selain itu juga pengaruh biotik yaitu antibiose. temperatur juga
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan mikroorganisme.

Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu


pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum.
Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu
optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum
adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba.

Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan


menjadi beberapa yaitu :

 Mikroba psikrofil (kriofil), mesofil kelompok mikroba yang dapat tumbuh


pada suhu 0-300C dengan suhu optimum sekitar 150C.
 Mikroba Mesofil adalah kelompok mikroba pada umumnya, mempunyai suhu
minimum 150C suhu optimum 25-370C dan suhu maksimum 45-550C.
 Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba
termofil. Mikroba ini mempunyai membran sel yang mengandung lipida
jenuh, sehingga titik didihnya tinggi. Selain itu dapat memproduksi protein
termasuk enzim yang tidak terdenaturasi pada suhu tinggi. Di dalam DNA-
nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang relatif besar, sehingga
molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi. Kelompok ini mempunyai suhu
minimum 40 0C, optimum pada suhu 55-60 0C dan suhu maksimum untuk
pertumbuhannya 75 0C. Untuk mikroba yang tidak tumbuh dibawah suhu 30
0C dan mempunyai suhu pertumbuhan optimum pada 60 0C, dikelompokkan
kedalam mikroba termofil obligat. Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh
dibawah suhu 30 0C, dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif.

Bakteri yang hidup di dalam tanah dan air, umumnya bersifat mesofil, tetapi ada
juga yang dapat hidup diatas 50 0C (termotoleran). Contoh bakteri termotoleran
adalah Methylococcus capsulatus. Contoh bakteri termofil adalah Bacillus,
Clostridium, Sulfolobus, dan bakteri pereduksi sulfat/sulfur. Bakteri yang hidup di
laut (fototrof) dan bakteri besi (Gallionella) termasuk bakteri psikrofil.

A. Suhu tinggi

Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum, akan
memberikan beberapa macam reaksi.

(1) Titik kematian thermal, adalah suhu yang dapat memetikan spesies mikroba
dalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu.

(2) Waktu kematian thermal, adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu
spesies mikroba pada suatu suhu yang tetap. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik
kematian thermal ialah waktu, suhu, kelembaban, spora, umur mikroba, pH dan
komposisi medium.

Tabel 2.1 Waktu kematian thermal (TDT/ thermal death time) untuk beberapa jenis
bakteri

Nama Mikroba Waktu (Menit) Suhu


Escherichia coli 20-30 57
Staphylococcus aureus 19 60
Spora Bacilus subtilis 20-50 100
Spora Clostridium botulinum 100-330 100
B. Suhu Rendah

Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan gangguan


metabolisme. Akibat-akibatnya adalah

(1) Cold shock , adalah penurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan kematian
bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada fase logaritmik

(2) Pembekuan (freezing), adalah rusaknya sel dengan adanya kristal es di dalam air
intraseluler

(3) Lyofilisasi , adalah proses pendinginan dibawah titik beku dalam keadaan vakum
secara bertingkat. Proses ini dapat digunakan untuk mengawetkan mikroba
karena air protoplasma langsung diuapkan tanpa melalui fase cair (sublimasi).

Pengaruh ph terhadap pertumbuhan mikroba berkaitan dengan kondisi asam atau


basanya lingkungan suatu mikroba. Jika pH lebih rendah dari 7 (pH netral), berarti
kondisi berada dalam keadaan asam. Sementara itu, nilai pH di atas 7 menunjukkan
bahwa kondisi berada dalam keadaam basa (alkifilik). Jika dilihat dari pH, umumnya
bakteri dapat tumbuh dengan baik pada pH netral (neutrofilik), yaitu 6,5 sampai
7,5. Namun, ada juga mikroba yang tahan pada kondisi pH rendah atau asam
(asidofilik) dan mikroba yang tahan pada kondisi pH tinggi atau basa (alkalifilik)
(Tortora dkk., 2010; Madigan dkk., 2011).

Faktor tekanan osmotik berkaitan dengan seberapa tinggi konsentrasi zat terlarut,
seperti garam, gula, dan substansi lain, berada dalam suatu zat pelarut (air). Pengaruh
tekanan osmotik terhadap pertumbuhan mikroba adalah substansi yang terlarut
mempunyai afinitas kepada air, membuat air berasosiasi dengannya sehingga lebih
sedikit tersedia untuk organisme. Jika konsentrasi larutan pada suatu lingkungan
melebihi yang berada dalam sitoplasma, air di dalam sel akan keluar. Hal tersebut
akan memberikan ancaman yang serius karena sel bisa dehidrasi sehingga sel tidak
dapat tumbuh. Berdasarkan bentuk adaptasi terhadap tekanan osmotik, mikroba
dikelompokkan menjadi halophile, osmophile, dan xerophile (Madigan dkk., 2011).
III. METODE

3.1 Alat Dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum faktor faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba ini antara lain ialah spritus, rak tabung reaksi, tabung reaksi,
cawan petri, jarum ose, oven, dan kulkas.
Untuk bahan yang diperlukan pada praktkum ini adalah isolate jamur
Tricoderma, isolate bakteri staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aerugenosa,
dan Echericia colli. Media yang digunakan media PDA untuk isolate jamur dan NB
untuk isolate bakteri. Kemudian memerlukan Alkohol.
3.2. Skema kerja

Suhu refrigerator (16 oC)

Suhu Suhu ruang (25oC)

Suhu oven inkubator (37oC)

Faktor-faktor yang pH
mempengaruhi
pertumbuhan mikroba 7

NaCl 0,5%

NaCl 5%

Tekanan Osmotik

NaCl 15%

NaCl 25%
3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Faktor Suhu


Sebelum melakukan kerja, lingkungan kerja disterilkan terlebih dahulu
dengan metode aseptis. Isolat disiapkan diantaranya Staphylococcus epidermidis,
Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aeruginosa dan jamur Trichoderma.
Masing-masing isolat diberi perlakuan dengan menginokulasikan isolat dengan
metode aseptis kedalam tabung reaksi yang sudah berisi garam fisiologis dan
ditempatkan pada suhu yang sudah ditentukan yaitu; suhu ruang (25ºC), suhu oven
(37ºC), dan suhu refrigerator (16ºC), kemudian diinkubasi, dan dilakukan
pengamatan pada hari ke 2 dan 7.
3.3.2 Faktor pH
Sebelum elakukan kerja, lingkungan disterilkan terlebih dahulu dengan
metode aseptis. Isolat disiapkan, diantaranya isolat bakteri Staphylococcus
epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, dan jamur Trichoderma. Masing-masing
isolat diberi perlakuan dengan menginokulasi kedalam medium NA dan PDA yang
sudah ditentukan pH nya antara lain pH 3, pH 5, pH 7, dan pH 9. Dilakukan
pengamatan pada hari ke 2 dan 7.
3.3.3 Faktor tekanan osmotik
Disediakan cawan petri yang sudah berisi medium dengan masing-masing
cawan petri brisi konsentrasi NaCl yang berbeda yaitu 0,5%, 5%, 15%, dan 25%.
Tiap cawan petri dibagi menjadi 3 bagian dengan menggunakan penggaris dan spidol.
Masing-masing isolat bakteri diinokulasikan disetiap bagian daerah yang berbeda.
Dan untuk isolat jamur Trichoderma diinokulasikan dengan metode agar disk.
Dilakukan pengamatan pada hari ke 2 dan 7.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

4.1.1 Tabel hasl pengamatan suhu terhadap pertumbuhan mikroba

Pertumbuhan
Hari Hari ke-
kelompok Nama Isolat Suhu ke-2 7 Kontaminasi
24-11- 29-11-
2019 2019
1 Staphylococcus Oven(37°C) + + Tidak
epidermidis
Ruang(25°) + ++ Tidak

Refrigerator ++ ++ Tidak
(16°C)
2 Staphylococcus Oven(37°C) + + Tidak
epidermidis
Ruang(25°) + ++ Tidak

Refrigerator + + Tidak
(16°C)
3 Staphylococcus Oven(37°C) + + Tidak
epidermidis
Ruang(25°) + + Tidak

Refrigerator - - Tidak
(16°C)
4 Pseudomonas Oven(37°C) --- --- Tidak
aeruginosa
Ruang(25° --- Tidak
C) --
Tidak
Refrigerator
(16°C)
+ +
5 Pseudomonas Oven(37°C) + + Tidak
aeruginosa
Ruang(25° + ++ Tidak
C)
Tidak
Refrigerator + +
(16°C)
6 Pseudomonas Oven(37°C) + ++ Tidak
aeruginosa
Ruang(25°C) + +++ Tidak

Refrigerator + + Tidak
(16°C)

7 Pseudomonas Oven(37°C) - - Tidak


aeruginosa
Ruang(25°C) ++ +++ Tidak

Refrigerator - - Tidak
(16°C)
8 Trichoderma sp Oven(37°C) - - Tidak

Ruang(25°C) -- --- Tidak

Refrigerator - - Tidak
(16°C)

4.1.2 Tabel hasil pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroba

Pertumbuhan
Hari Hari ke-
kelompok Nama Isolat pH ke-2 7 Kontaminasi
24-11- 29-11-
2019 2019
1 Staphylococcus + + Tidak
epidermidis
Trichoderma sp + +++ Tidak
Pseudomonas 3
aeruginosa - - Tidak

2 Staphylococcus 5 + + Tidak
epidermidis
Trichoderma sp + + Tidak
Pseudomonas
aeruginosa + + Tidak
3 Staphylococcus 7 + ++ Kontam
epidermidis
Trichoderma sp + + Kontam
Pseudomonas
aeruginosa + --- Tidak

4 + __
9 Kontam
Staphylococcus ++ ---
epidermidis
Trichoderma sp Kontam
Pseudomonas
aeruginos
++ - Kontam

5 Staphylococcus 3 - + Tidak
epidermidis
Trichoderma sp - - Tidak
Pseudomonas
aeruginosa - - Tidak
6 Staphylococcus 5 + + Tidak
epidermidis
Trichoderma sp + + Tidak
Pseudomonas
aeruginosa + ++ Tidak

7 Staphylococcus ++ ++ Tidak
epidermidis
Trichoderma sp + +++ Kontam
Pseudomonas 7
aeruginosa ++ ++ Kontam

8 Staphylococcus 9 ++ ++ Tidak
epidermidis
Trichoderma sp ++ ++ Kontam
Pseudomonas
aeruginosa ++ ++ Kontam
4.1.3 Tabel hasil pengaruh tekanan osmotic terhadap pertumbuhan mikroba

Pertumbuhan
Hari Hari ke-
kelompok Nama Isolat Konsentrasi ke-2 7 Kontaminasi
NaCl 05-12- 29-11-
2019 2019
1 Trichoderma sp - + Tidak

Staphylococcus + + Tidak
epidermidis 0,5%
+ +++ Tidak
Escherichia coli
Tidak
Pseudomonas + +
aeruginosa

2 Trichoderma sp 5% _ + Tidak

Staphylococcus _ _ Tidak
epidermidis
_ - Tidak
Pseudomonas
aeruginosa
_ - Tidak
Escherichia coli

3 Trichoderma sp 15% - - Kontam

Staphylococcus - - Tidak
epidermidis
- - Tidak
Escherichia coli
- +
Pseudomonas Tidak
aeruginosa
4 - -
Trichoderma sp 25% Tidak
- -
Staphylococcus Tidak
epidermidis
- - Tidak
Escherichia coli
- -
Pseudomonas Tidak
aeruginosa

5 Trichoderma sp 0,5% - ++ Tidak

Staphylococcus + + Tidak
epidermidis
- + Tidak
Escherichia coli
++ Tidak
Pseudomonas +
aeruginosa

6 Trichoderma sp 5% - + Tidak

Staphylococcus - - Tidak
epidermidis
- - Tidak
Escherichia coli
- - Tidak
Pseudomonas
aeruginosa

7 Trichoderma sp - - Tidak

Staphylococcus - - Tidak
epidermidis 15%
- - Tidak
Escherichia coli
+ + Tidak
Pseudomonas
aeruginosa

8 Trichoderma sp 25 % - - Tidak
Staphylococcus - - Tidak
epidermidis
- - Tidak
Pseudomonas
aeruginosa
- - Tidak
Escherichia coli
4.2 pembahasan

Terdapat banyak factor yang dapat mempengaruhi aktivitas


kehidupan mikroba antara lain factor abiotic yang meliputi temperature,
kelembababn, tekananan osmotic, pengaruh pH, pengaruh logam -logam,
suhu. Sedangkan factor biotik meliputi bebas hama serta asosiasi.
Berdasarkan factor-faktor tesebut, maka dlakukan pengamatan tentang
factor suhu,pH dan tekanan osmotic terhadap pertumbuhan mikroba. Perlu
diketahui bahwa aktivitas kehidupan suatu makhluk hidup memerlukan
keadaan sekitar yang sesuai,yang dapat mempengaruhi sifat morfologi dan
fisiologi dari makhluk hidupakan menyesuaikan dengan keadaan sekitar yang ada
pada waktu itu.Pada praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh dari Suhu,
pH, dan tekanan osmotic terhadap pertumbuhan dari mikroba.

Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan


menjadi mikroba psikrofil (kriofil), mesofil, dan termofil. Psikrofil adalah kelompok
mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-300C dengan suhu optimum sekitar 150C .
Mesofil adalah kelompok mikroba pada umumnya, mempunyai suhu 150C suhu
optimum 25-370 dan suhu maksimum 45-550 C . Mikroba yang tahan hidup pada
suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba termofil. Mikroba ini mempunyai
membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehinggatitik didihnya tinggi. Selain itu
dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi pada suhu
tinggi. Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang relatif
besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi. Kelompok ini
mempunyai suhu minimum 40C optimum pada suhu 55-60C dan suhu maksimum
untuk pertumbuhannya 75C.

Pada praktikum ini,ada 2 bakteri yang digunakan yaitu staphylococcus


epidermidis, pseudomonas aeruginosa, dan satu isolate jamur yaitu tricoderma sp.
Pertumbuhan mikroba diamati pada hari ke dua dan hari ketujuh dengan masing-
masing konsetrasi suhu 37°C(dioven),25°C(suhu ruang),dan
16°C(Refrigenerator).Pertumbuhan diamati pada hari kedua dan tujuh karna pada
waktu 48 jam dan 168 jam pertumbuhan bakteri sudah cukup sempurna sehingga
mudah untuk diamati. Berdasarkan tabel pengamatan yang diperoleh pada
pertumbuhan bakteri staphyloccus epidermidis dengan konsentrasi suhu 37°C pada
pengamatan hari kedua atau waktu 48 jam, bakteri dapat tumbuh tetapi
pertumbuhannya kurang sempurna, sedangkan bakteri yang berada pada suhu yang
dingin yakni 16°C pertumbuhannya cukup sempurna disbanding dengan suhu 37°C,
dan untuk suhu ruang pengamatan bakteri pada hari ketujuh , pertumbuhan bakteri
cukup sempurna disbanding dengan pengamatan pertumbuhan pada hari kedua. Pada
ketiga konsentrasi suhu yang bebeda-beda tersebut tidak terjadi kontaminasi
pertumbuhan pada bakteri Stapylococcus epdermidis. Sedangkan untuk bakteri
pseudomonas aeruginosa pertumbuhannya pada suhu 37°C dan 25°C tidak
mengalami pertumbuhan bak pada pengamatan kedua dan pengamatan ketujuh , akan
tetapi pada suhu 16°C bakteri pseudomona auriginosa mengalami pertumbuhan yang
tidak terlalu sempurna. Pertumbuhan bakteri pada kelompok lima dan enam
memberikan hasil walau pertumbuhan bakternya tidak telalu sempurna, dapat dilihat
berdasarkan pertumbuhan bakteri dari beberapa kelompok, yaitu pada suhu ruang
yakni 25°C bakteri dapat tumbuh netral/baik.

Trichoderma sp. adalah jamur saprofit tanah yang secara alami merupakan
parasit yang menyerang banyak jenis jamur penyebab penyakit tanaman (spektrum
pengendalian luas). Populasi Trichoderma sp. dapat tumbuh baik pada kisaran suhu
rata-rata 17°C-34°C Berdasakan tabel pengamatan yang didapat , untuk pertumbuhan
jamur trichoderma sp mulai dari pengamatn hari kedua dan pengmatan ketujuh tidak
memberikan hasil, baik pada suhu oven,suhu ruang, dan suhu refrigenerator.

Selain dari factor suhu, pH juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri . pada


praktikum ini medium yang digunakan adalah medium PDA. Pengamatan pengaruh
pH dilakukan pada 48 jam dan 168, yakni pada pengamatan hari kedua dan
pengamatan pada hari ketujuh. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel
diatas bahwa pada pengamatan pada hari kedua pertumbuhan bakteri
Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa dan jamur Trichoderma
sp,bakteri dan jamur tetap dapat tumbuh pada pH yang berbeda-beda yakni pada pH
3,5, 7, dan 9, akan tetapi tidak dijumpai pertumbuhan yang sangat optimal, bakteri
dan jamuur tesebut dapat tumbuh pada kisaran yang sedang,sedangkan utuk
pengamatan pertumbuhan pada hari ketujuh terjadi peningkatan pertumbuhan, akan
tetap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dan jamur Trichoderma sp pada
pH 3 baik pada pengamatan hari kedua dan hari ketujuh bakteri dan jamur ini tidak
tumbuh sama sekali. P umumnya kebanyakan bakteri memliki pertumbuhan optimum
pada pH 6,5-7,5, mungkin hal inilah yang menyebabkan bakteri Pseudomonas
aeruginosa tidak dapat tumbuh dengan sempurna, dan tidak terjadi kontaminasi
sehingga pertumbuhan bakteri dan jamur tidak terhambat. Pada pH 7 dan 9,
pertumbuhan jamur trichoderma sp dan bakteri pseudomonas aeruginosa mengalami
kontaminasi,hal ini mungkin terjadi pada saat menginokulasikan isolate kami kurang
hat-hatti sehingga bakteri yang berada diruangan tersebut dapat masuk kedalam
bersaaman pada saat menginokulasikan sehingga terjadilah kontaminasi.

Pada percobaan ini prosedur yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh tekanan
osmosis pada pertumbuhan mikroba adalah dengan menyiapkan cawan petri yang
dibagi tiga dengan konsesntrasi NaCl yangng berbeda-beda yaitu 0,5%, 5%, 15% dan
25%. Selanjutnya, kultur biakan bakteri dan jamur Trichoderma sp, Staphylococcus
epidermidis, Escherichia coli,Pseudomonas aeruginosa , diinokulasi kedalam
masing-masing bagian cawan petri yang sudah dibagi tersebut . Inokulasi dilakukan
secara aseptic agar tidak ada bakteri atau mikroba yang dapat mengkontaminasi
kultur biakan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Percobaan ini bakteri
diinokulasi dengan konsentrasi NaCl yang berbeda-beda untuk mengetahui reaksi dan
pengaruh tekanan osmosis terhadap pertumbuhan bakteri. Berdasarkan hasil
percobaan yang dilakukan pada bakteri Staphylococcus epidermidis diperoleh hasil
bahwa pada konsesntrasi NaCl 0,5% terdapat cukup(tidak terlalu banyak) bakteri
yang tumbuh bahkan bakteri yang tumbuh hanya terdapat pada dua kelompok yaitu
pada kelompok 1dan 5, sedangkan pada kelompok yang lain bakteri tidak ada
tumbuh,dan pada jamur trichoderma sp pada kelompok 3 mengalami kontaminasi,
hal ini terjadi mungkin praktikan kurang berhati hati dalam menginokulasikan isolate
kedalam mediuam sehingga bakteri dari ruangan/bakteri yang lain ikut masuk dan
menyebabkabkan kontaminasi . Konsentrasi yang lebih tinggi yaitu konsesntrasi
NaCl 5%,15%, dan 25% bakteri yang tumbuh semakin sedikit. Pada percobaan
menggunakan bakteri Escherichia Coli diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi NaCl
0,5% jumlah bakteri yang tumbuh mengalami peningkatan pada pengamatan dihari
ke7, dan pada konsentrasi HCL yang semakin tinggi yakni 5%,15% dan 25%dimana
pada pengamatan bakteri hari kedua(2x24 jam) bakteri tumbuh itupun tidak
optimal(sangat sedikit) dan ketika dilakukan pengamatan di hari ketujuh
(7x24jam)bakteri tidak tumbuh lagi.Sedangkan pada bakteri staphylococcus
epidermidis dengan konsentrasi HCL 0,5% bakteri dapat tumbuh baik pada
pengamatan hari kedua dan hari ketujuh, akan tetapi semakin tinggi konsentrasi HCL
jumlah bakteri yang tumbuh semakin berkurang bahkan sama sekal tidak terjadi
pertumbuhan. Untuk bakteri pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi HCL 0,5%
masih terdapat bakteri yang tumbuh akan tetapi pertumbuhannya pun tidak terlalu
banyak/optimal, Namun, pada konsentrasi NaCl 5% ,15% hanya terdapat sediki
bakteri yang tumbuh dan lebih dominan pada bakteri yang tidak tumbuh. , sedangkan
pada konsentrasi 25% tidak terdapat bakteri yang tumbuh.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh , pengaruh tekanan osmosis pada
pertumbuhan bakteri disebabkan karena adanya perbedaan tekanan osmosis didalam
dan diluar sel yang akan menyebabkan gangguan pada sistem metabolism sel bakteri
jika lingkungan mempunyai tekanan osmosis yang besar.. Jika bakteri ditempatkan
pada larutan hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolysis.
Dimana plasmolysis ini adalah proses mengerutnya protoplasma dan diikuti dengan
penarikan sitoplasma dari dinding sel karena gerakan air keluar dari sel. Proses
plasmolysis dalam praktikum ini ditunjukkan dengan penambahan konsesntrasi NaCl
yang terlalu besar, sehingga menyebabkan bakteri dehidrasi dan mati.
Hasil praktikum yang dilakukan terhadap ketiga bakteri dan jamur tersebut sesuai
dengan beberapa referensi yang diperoleh, salah satunya yaitu dari (Dwidjosepoetro,
1995) bahwa Medium yang paling cocok bagi kehidupan bakteri adalah medium yang
isotobik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri ditempatkan di dalam suatu larutan
hipertonik terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis. Larutan garam
atau larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan terjadinya plasmolisis
ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling akan kemasukan air
sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri dengan kata lain bakteri dapat
mengalami plasmoptisis. Jika perubahan nilai osmosis larutan medium tidak terjadi,
akan tetapi perlahan – lahan sebagai akibat dari penguapan air, maka bakteri dapat
menyesuaikan diri, sehingga tidak terjadi plasmolosis secara mendadak. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa bakteri Staphylococcus epidermidis, Escherichia Coli ,
pseudomonas aeruginosa dan jamur trichoderma merupakan golongan bakteri dan
jamur haldurik yang tahan atau dpat tumbuh pada kondisi dengan tekanan osmosis
tertentu namun tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi.
V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai