Oleh
Dea Putri Andeska
Eka Nurhasanah
Fatmawati Putri
Nuraini Prija Agustina
Retno Khusniati Rofiqoh
Rizani Oktanisyah
Sarah Niati
Try Larasati
Yovita Selvie Pasaribu
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal yang
penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk
mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia. Beberapa
faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai
zat gizi, waktu, suhu, air, pH dan tersedianya oksigen (Buckle, 1985). Kehidupan
bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga
mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium
tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-
faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik.
Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu
mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat
dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-
faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan
osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia
(misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya (Hadioetomo, 1993).
Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan karena
laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh temperatur, maka pola pertumbuhan
bakteri dapat sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga
mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme.
Keragaman temperatur dapat juga mengubah proses-proses metabolik tertentu
serta morfologi sel (Pelczar & Chan, 1986).
3. Fase Stasioner.
Pada saat digunakan kondisi biakan rutin, akumulasi produk limbah,
kekurangan nutrien, perubahan pH, dan faktor lain yang tidak diketahui akan
mendesak dan mengganggu biakan, mengakibatkan penurunan kecepatan
pertumbuhan. Selama fase ini, jumlah sel yang hidup tetap konstan untuk
periode yang berbeda, bergantung pada bakteri, tetapi akhirnya menuju
periode penurunan populasi. Dalam beberapa kasus, sel yang terdapat dalam
suatu biakan yang populasi selnya tidak tumbuh dapat memanjang,
membengkak secara abnormal, atau mengalami penyimpangan, suatu
manifestasi pertumbuhan yang tidak seimbang.
Alasan bakteri tidak melakukan pembelahan sel pada fase statis bermacam-
macam. Beberapa alasan yang dapat dikemukan akan adalah :
a. Nutrien habis
b. Akumulasi metabolit toksik (misalnya alkohol,asam, dan basa)
c. Penurunan kadar oksigen
d. Penurunan nilai aw (ketersediaan air)
4. Fase Penurunan Populasi Atau Fase Kematian.
Pada saat medium kehabisan nutrien maka populasi bakteri akan menurun
jumlahnya, Pada saat ini jumlah sel yang mati lebih banyak daripada sel
yang hidup.Penyebab utama kematian adalah autolisis sel dan penurunan
energi seluler. Beberapa bakteri hanya mampu bertahan beberapa jam
selama fase statis dan akhirnya masuk ke dalam fase kematian, sementara itu
beberapa bakteri hanya mampu bertahan sampai harian dan mingguan pada
fase statis dan akhirnya masuk ke fase kematian. Beberapa bakteri bahkan
mampu bertahan sampai puluhan tahun sebelum mati, yaitu dengan
mengubah sel menjadi spora.
Berikut ini adalah tabel pertumbuhan rata-rata (mm.day-1) dari lima jenis
jamur/fungi berbeda pada media PDA dengan suhu 25°C - 5°C.
Temperature (°C)
Fungi 25 20 15 10 5
C.g. 6.3 5.0 3.4 1.6 0.6
C.a. 4.6 2.4 1.2 0.8 0.3
B.d. 21.2 8.5 6.5 1.5 0.8
B.p. 25.6 12.0 10.5 4.1 0.7
Phomopsis sp. 7.1 4.4 3.4 1.4 0.0
Pada penelitian lain, mengenai pengaruh suhu terhadap populasi bakteri dalam
media mineral sederhana dengan LAS sebagai satu-satunya sumber karbon,
dengan menggunakan media LAS dengan bakteri uji genus spesies Pseudomonas
adalah bahwa isolat P3.2 dan C2.3, memiliki variasi yang nyata pada laju
pertumbuhannya, artinya suhu memberikan pengaruh yang sangat nyata pada
kedua isolat ini. Sementara itu dua isolat lain yaitu C2.1 dan C2.2 memiliki variasi
laju pertumbuhan yang tidak begitu besar. Untuk isolat C2.1 variasi yang ada pada
suhu 30oC sedangkan pada isolat C2.2 variasi ada pada suhu 40oC, sedangkan
untuk isolat P2.1 tidak berbeda nyata pada tiap variasi suhu yang ada (p>0,05).
Kelima isolat memiliki laju pertumbuhan optimum yang berbeda, isolat P3.2
memiliki laju pertumbuhan terbaik pada suhu 40oC, sedangkan isolat C2.1, C2.2
dan C2.3 mempunyai laju pertumbuhan yang baik pada suhu 30oC. Dari data yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa laju pertumbuhan isolat bakteri dipengaruhi
oleh suhu dan isolat yang berbeda. Pada tabel tersebut dapat dilihat
Linear Alkilbenzena Sulfonat (LAS) itu sendiri merupakan surfaktan anionik yang
digunakan secara luas untuk menggantikan golongan Alkil Benzena Sulfonat
(ABS) sebagai bahan pembersih (detergen). Bakteri anggota Genus Pseudomonas
sp. dominan di sedimen ekosistem sungai yang tercemar deterjen. Hasil penelitian
menunjukan bahwa strain bakteri anggota genus Pseudomonas yang diisolasi dari
ekosistem sungai tercemar memiliki potensi yang baik dalam mendegradasi LAS
(Suharjono et al., 2007).
Adapun kesimpulan yang didapat dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Variasi suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroba, baik fungi maupun bakteri.
2. Jenis fungi Botryosphaeria dothidea (B.d.) dan Botryosphaeria parva (B.p.) yang
mengalami pertumbuhan maksimal pada suhu 25°C.
3. Bakteri anggota Genus Pseudomonas umumnya tumbuh pada suhu optimal yaitu
37 – 40oC.
4. Pertumbuhan yang paling intensif pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus diamati pada suhu 43°C.
5. Pertumbuhan mikroba pada suhu maksimal akan membuat pertumbuhan mikroba
menurun, akibat enzim yang ada pada mikroba akan rusak oleh suhu yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Copper V. S., Bennet A. F., Lenski R. E., 2001. Evolution of thermal dependence of
growth rate of Escherichia coli population during 20,000 generations in a
constantenvironment. Evolution.(5) 55: 889-896.
Elmsly, T.A. And J. Dixon. 2003. Growth Rates Of RipeRot Fungi At Different
Temperatures. New Zealand Avocado Growers’ Association Annual Research
Report Vol 8 Hal: 77 - 84
Medvedova, Alzbeta. 2009. The Effect of Temperature and Water Activity on the
Growth ofStaphylococcus aureus. Hlm 29-30 vol. 27.