Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI II

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN (SUHU)


TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

Disusun oleh:
RATNA YUNITA
1711050047

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK D4


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
PURWOKERTO
2019
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN (SUHU)
TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
I. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapatmengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal inidikarenakan, mikroba
selain menyediakan nutrient yang sesuai untukkultivasinya, juga diperlukan faktor
lingkungan yang memungkinkanpertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba
tidak hanya bervariasidalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan
respon yangmenunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya
kultivasiberbagai tipe mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient serta
faktorlingkungan yang sesuai (Pelczar, 1986).
Salah satu faktor yangmempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah suhu.
Untuk pertumbuhan tiap-tiap jasad mempunyai suhu pertumbuhan yang berbeda-
beda, yaitu ada maksimum danoptimum (Dwijoseputro, 1994). Di dalam alam
yang sewajarnya, bakteri jarang menemui zat-zat kimia yang menyebabkan ia
sampai mati karenanya. Hanya manusia di dalam usahanya untuk membebaskan
diri dari kegiatan bakteri meramu zat-zat yang dapat meracuni bakteri, akan tetapi
tidak meracuni diri sendiri atau meracuni zat makanan yang diperlukannya. Zat-
zat yang hanya menghambat pembiakan bakteri dengan tidak membunuhnya
disebut zat antiseptik atau zat bakteriostatik (Dwidjoseputro,1994).
Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Faktor utama yang menentukan bagaimana
desinfektan bekerja adalah kadar dan suhu desinfektan, waktu yang diberikan
kepada desinfektan untuk bekerja, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada, dan
keadaan bahan yang didesinfeksi. Jadi terlihat sejumlah faktor harus diperhatikan
untuk melaksanakan tugas sebaik mungkin dalam perangkat suasana yang ada.
Desinfeksi adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena tujuannya
adalah perusakan agen – agen patogen. Berbagai istilah digunakan sehubungan
dengan agen – agen kimia sesuai dengan kerjanya atau organisme khas yang
terkena. Mekanisme kerja desinfektan mungkin beraneka dari satu desinfektan ke
yang lain. Akibatnya mungkin disebabkan oleh kerusakan pada membran sel atau
oleh tindakan pada protein sel atau pada gen yang khas yang berakibat kematian
atau mutasi (Volk dan Wheeler, 1993).
Daya tahan terhadap temperature tidak sama bagi tiap-tiap spesies. Ada
spesiesyang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam cairan
medium padatemperature 60 oC, sebaliknya bakteri yang membentuk spora genus
Bacillus dan genusClostridium itu tetap hidup setelah dipanasi dengan uap 100 oC
atau lebih selama kira-kirasetengah jam (Dwijoseputro, 1994). Temperatur maut
(Termal Death Point) adalah temperature yang serendah-rendahnya yang dapat
membunuh bakteri yang berada dalam standar medium selama 10 menit. Tidak
semua individu dari suatu spesies mati bersama-sama pada suatu temperatur
tertentu. Biasanya individu yang satu lebih tahan daripada individu yang lain
terhadapsuatu pemanasan sehingga tepat bila kita katakana adanya angka
kematian pada suatutemperatur (Termal Death Rate) (Dwijoseputro, 1994). Oleh
sebab itu dalam praktikum kali ini praktikan mengamati pertumbuhan bakteri
pada suhu yang berbeda-beda untuk mengetahui pada suhu berapa saja bakteri
tersebut dapat ditumbuhkan.

II. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum pemeriksaan pengaruh suhu, mahasiswa
diharapkan mampu:
1. Mengetahui suhu pertumbuhan ideal dari beberapa jenis bakteri.
2. Bagaimana menentukan suhu yang optimal bagi pertumbuhan sel bakteri.
3. Suhu yang ideal bagi aktivitas enzim di dalam sel bakteri.

III. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Hari/tanggal : Rabu, 10 April 2019
2. Waktu : 15.30 – 17.30
3. Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Lantai 3

IV. TINJAUAN PUSTAKA


Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain
menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor
lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba
tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan respon
yang menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi
berbagai tipe mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan
yang sesuai (Pelczar & Chan, 1986).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal
yang penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk
mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia. Beberapa
faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai
zat gizi, waktu, suhu, air, pH dan tersedianya oksigen (Buckle, 1985).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan,
akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH
dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia.
Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-
faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup,
yaitu mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme,
dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan
faktorfaktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH,
tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor
kimia (misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya (Hadioetomo,
1993).
Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan
karena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh temperatur, maka pola pertumbuhan
bakteri dapat sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga mempengaruhi
laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme. Keragaman
temperatur dapat juga mengubah proses-proses metabolik tertentu serta morfologi
sel (Pelczar & Chan, 1986).
Mengenai pengaruh temperatur terhadap kegiatan fisiologi, maka
mikroorganismedapat bertahan di dalam suatu batas temperatur tertentu. Menurut
(Madigan dkk., 2012), berdasarkan atas batas temperatur itu, bakteri dapat dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Bakteri psikofil, yaitu bakteri yang memiliki temperatur optimum tumbuh
padatemperature 15 oC atau lebih rendah.
2. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang memiliki temperatur optimum tumbuh
padatemperature lebih dari 45 oC.
3. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang memiliki temperatur optimum tumbuh
padatemperature antara 45 – 80 oC.
V. METODE
1. Alat
- Cawan petri
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Jarum ose
- Refrigerator (kulkas)
- Inkubator
- Spidol transparansi
- Korek api
- Plastik wrapp
- Tisu
2. Bahan
- Medium Trypticase Soy Broth (TSB)
- Medium Trypticase Soy Agar (TSA)
- Kultur 24 jam P. aeruginosa
- Kultur 24 jam S. Thermophilus
- Alkohol
3. Cara Kerja
- Menyiapkan 4 buah medium TSA cawan yang setiap cawan diberi garis
menggunakan spidol transparansi pada bagian bawahnya sehingga
diperoleh 3 bagian yang sama. Menuliskan pada masing-masing bagian
tersebut nama spesies bakteri uji yang akan diinokulasikan. Nama spesies
bakteri uji tersebut adalah Escherichia coli, Streptococcus thermophillus
dan Pseudomonas aeruginosa.
- Menginokulasikan (strak lurus) masing-masing bakteri uji ke medium
TSA cawan sesuai dengan nama bakteri yang telah dituliskan. Setelah itu
menuliskan pada bagian tutup cawan petri keterangan suhu inkubasi (4 oC,
20 oC, 37 oC, dan 60 oC).
- Menginkubasi semua medium TSA cawan sesuai dengan suhu yang tertera
pada tutup cawan petri (4 oC, 20 oC, 37 oC, dan 60 oC) selama 24 – 48 jam.
Selama proses inkukbasi, posisi medium TSA cawan dalam posisi terbalik.
- Mengamati ada tidaknya pertumbuhan koloni bakteri pada masing-masing
medium yang diinkubasi pada suhu yang berbeda, kemudian mencatat
hasil pengamatan pada tabel di bawah ini.
- Mengklasifikasikan jenis-jenis bakteri tersebut apakah termasuk dalam
kelompok psikrofilik, mesofilik, termofilik, fakultatif atau termofilik
obligat.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTIKUM


1. Hasil Praktikum
Bakteri
Suhu
E. coli P. aeruginosa S. thermophylus
o
4C 1+ - -
20 oC 2+ 2+ 2+
37 oC 3+ 3+ 3+
60 oC - - -

A B

C D
o
Keterangan: A (pertumbuhan bakteri pada suhu 4 C), B (pertumbuhan bakteri
pada suhu 20 oC), C (pertumbuhan bakteri pada suhu 37 oC), D
(pertumbuhan bakteri pada suhu 60 oC).

2. Pembahasan
Pada praktikum pengaruh suhu terhadap pertumbuhan bakteri, dilakukan
perlakuan terhadap tiga koloni bakteri yaitu bakteri E. coli, P. aeruginosa, dan
S. thermophylus. Bakteri kultur ditumbuhkan dalam medium agar cawan
dalam tiga bagian koloni yang berbeda. Pada koloni 1, 2 maupun koloni 3
diberi perlakuan berupa pemanasan pada suhu 4 oC, 20 oC, 37 oC dan 60 oC
dan ditunggu selama 1 x 24 jam untuk melihat hasil pertumbuhan bakteri pada
medium tersebut. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bakteri pada koloni
1 yang dipanaskan pada suhu 4 oC mengalami pertumbuhan yang sedikit (+1).
Kemudian pada suhu 20 oC pertumbuhan bakteri sedang (+2), pada suhu 37 oC
pertumbuhan bakteri banyak (+3), dan pada suhu 60 oC tidak terlihat adanya
pertumbuhan bakteri yang terjadi pada medium agar cawan. Sehingga dari
data, diketahui bahwa bakteri pada Koloni 1 (E. coli) tersebut yang dapat
tumbuh hanya pada suhu 4 oC sampai 37 oC.
Pada bekteri koloni II terdapat hasil yang sedikit berbeda. Pada koloni 2
(P. aeruginosa) yang dipanaskan pada suhu 4 oC pertumbuhan bakteri tidak
ada sama sekali. Pada suhu 20 oC pertumbuhan bakteri yang ada sedang (2+),
serta pada suhu 37 oC pertumbuhan bakteri banyak. Artinya, suhu yang dapat
menunjang pertumbuhan bakteri ini berkisar antara 20 oC hingga 37 oC.
Perlakuan pada bakteri koloni 3 (S. thermophylus) dengan suhu yang
sama menghasilkan hasil yang sama dengan bakteri P. aeruginosa yaitu
dipanaskan pada suhu 4 oC pertumbuhan bakteri tidak ada sama sekali. Pada
suhu 20 oC pertumbuhan bakteri yang ada sedang (2+), serta pada suhu 37 oC
pertumbuhan bakteri banyak. Bakteri ini dapat tumbuh dalam kisaran pH 20
o
C hingga 37 oC.
Menurut (Dwijoseputro, 1994) berdasarkan batas temperatur , bakteri
dapat dibagi atas:
1. Bakteri termofilik (politermik) yaitu bakteri yang tumbuh baik sekali
padatemperature 55oC-60oC.
2. Bakteri mesofil (mesotermik) yaitu bakteri yang dapat hidup dengan
baikantara 5o-60oC, temperature optimumnya 25oC-40oC.
3. Bakteri psikofil (oligotermik) yaitu bakteri yang dapat hidup antara 0-
30oC,temperature optimumnya 10oC-20oC.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Brooks, dkk., 1994, Mikrobiologi Kedokteran Edisi 2, Penerbit buku Kedokteran
EGC, Jakarta. 2.
Dwidjoseputro, 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambaran, Jakarta.
Fardiaz, S., 1992, Analisa mikrobiologi Pangan, Gramedia, Jakarta.
Hadioetomo, R.S., 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi,
Gramedia, Jakarta.
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press,
Jakarta. 6. Volk &Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1. Erlangga.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai