Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TEKNIK

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN


MIKROBA

KELOMPOK I

Nama : Ardi Herdiana ( 114 1825002 )

Nama Anggota Kelompok : Abigael Angelina ( 114 1720001 )

Abiyyu Muhammad W ( 114 1720002 )

Agung Wijayanto ( 114 1720004 )

Apertika Prasetyati ( 114 1720005 )

Andi Muhammad Fahrizal ( 114 1825001 )

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

TEKNIK KIMIA

2019
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN
MIKROBA

I. TUJUAN

 Menentukan pengaruh suhu, pengaruh pH dan bahan kimia terhadap pertumbuhan


biakan E. Coli dan B. Subtilis.

II. DASAR TEORI

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau substansi atau masa zat
suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah
tinggi, bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan
lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran
koloni yang semakin besar atau subtansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut
semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel
mikroba itu sendiri.
Kehidupan mikroorganisme pada umumya sangat tergantung pada faktor
lingkungan. Faktor lingkungan itu meliputi faktor abiotik dan faktor biotic. Faktor
abiotik adalah faktor luar seperti suhu, pH, tekanan osmosis. Sedangkan faktor biotik
adalah dari mikroorganisme itu sendiri.
Faktor-faktor tersebut meliputi:
1. Faktor fisik, misalnya : suhu, tekanan osmosis, kandungan oksigen, pH, dan lain-
lain.
2. Faktor kimia, misalnya senyawa racun.
3. Faktor biologi, misalnya interaksi dengan mikroorganisme lain.
Berikut adalah penjelasan singkat mengenai beberapa faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme:

1. Temperatur
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu
pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum.
Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu
optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum
adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba.

Pengaruh suhu pada pertumbuhan bakteri akan tampak jelas pada siklus
pertumbuhannya. Terutama perpanjangan atau perpendekan fase adaptasinya
tergantung pada tinggi rendahnya suhu. Suhu yang tinggi menyebabkan fase
adaptasi menjadi lebih pendek sebaliknya suhu rendah akan menyebabkan fase
adaptasi lebih panjang. Selain itu suhu tinggi dapat mematikan bakteri sedangkan
suhu rendah bersifat menghambat pertumbuhan saja.
Masing-masing mikrobia memerlukan temperatur tertentu untuk hidupnya.
Temperatur pertumbuhan suatu mikrobia dapat dibedakan dalam temperatur
minimum, optimum, dan maksimum. Berdasarkan temperatur pertumbuhannya
mikrobia dapat dibedakan menjadi Psikhrofil, mesofil, dan termofil.

Namun bakteri juga memiliki batasan suhu tertentu dia bisa tetap bertahan hidup,
ada tiga jenis bakteri berdasarkan tingkat toleransinya terhadap suhu lingkungannya:

1. Mikroorganisme psikrofil yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada suhu


yang dingin, dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum dibawah 20oC.
2. Mikroorganisme mesofil, yaitu mikroorganisme yang dapat hidup secara
maksimal pada suhu yang sedang, mempunyai suhu optimum di antara 20oC
sampai 50oC
3. Mikroorganisme termofil, yaitu mikroorganisme yang tumbuh optimal atau
suka pada suhu yang tinggi, mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu
diatas 40oC, bakteri jenis ini dapat hidup di tempat-tempat yang panas
bahkan di sumber-sumber mata air panas bakteri tipe ini dapat ditemukan,
pada tahun 1967 di yellow stone park ditemukan bakteri yang hidup dalam
sumber air panas bersuhu 93-94oC.
Daya tahan terhadap temperatur tiap spesies berbeda-beda. Dalam
pertumbuhannya bakteri memiliki suhu optimum dimana pada suhu tersebut
pertumbuhan bakteri menjadi maksimal. Dengan membuat grafik pertumbuhan suatu
mikroorganisme, maka dapat dilihat bahwa suhu optimum biasanya dekat puncak
range suhu. Di atas suhu ini kecepatan tumbuh mikroorganisme akan berkurang.
diperlukan suatu metode. Metode pengukuran pertumbuhan yang sering digunakan
adalah dengan menentukan jumlah sel yang hidup dengan jalan menghitung koloni
pada pelat agar dan menentukan jumlah total sel atau jumlah massa sel. Selain itu
dapat dilakukan dengan cara metode langsung dan metode tidak langsung.

2. pH
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup
pada pH tinggi (medium alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia,
actinomycetes, dan bakteri pengguna urea. Hanya beberapa bakteri yang bersifat
toleran terhadap kemasaman, misalnya Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina
ventriculi. Bakteri yang bersifat asidofil misalnya Thiobacillus. Jamur umumnya
dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam pada media dengan
pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka
pertumbuhan didominasi oleh bakteri.

Atas dasar daerah-daerah pH bagi kehidupan mikroorganisme dibedakan menjadi


3 golongan besar yaitu:

1. Mikroorganisme yang asidofilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH


antara 2,0-5,0
2. Mikroorganisme yang mesofilik (neutrofilik), yaitu jasad yang dapat tumbuh
pada pH antara 5,5-8,0
3. Mikroorganisme yang alkalifilik, yaitu jasad yang dapat tumbuh pada pH
antara 8,4-9,5 Suhu, lingkungan, gas dan pH adalah faktor-faktor fisik utama
yang harus dipertimbangkan di dalam penyediaan kondisi optimum bagi
pertumbuhan kebanyakan spesies bakteri.
3. Pengaruh zat kimia (desinfektan) terhadap mikroba
1. Mengubah permeabilitas membran cytoplasma sehingga lalu lintas zat-zat yang
keluar masuk sel mikroba menjadi kacau.
2. Oksidasi. Beberapa oksidator kuat dapat mengoksidasi unsur sel tertentu sehingga
fungsi unsur itu terganggu, misalnya mengoksidasi suatu enzym.
3. Terjadinya ikatan kimia ion-ion logam tertentu dapat mengikatkan diri pada
beberapa enzym sehingga fungsi enzym itu terganggu.
4. Memblokir beberapa reaksi kimia. Misalnya preparat sulfa memblokir syntesa
folic acid di dalam sel mikroba.
5. Hydrolysa asam atau basa kuat dapat menghydrolisakan struktur sel sehingga
hancur.
6. Mengubah sifat colloidal protoplasma sehingga menggumpal dan selnya mati.
Dalam kehidupan sehari-hari , banyak bahan kimia dapat digunakan untuk
pengendalian mikroorganisme. Karena diketahui bahwa zat-zat kimia dapat
menghambat atau mematikan mikroorganisme.

III. ALAT DAN BAHAN


Pengaruh Suhu dan pH
A. Alat B. Bahan
1. Tabung Reaksi 1. Suspensi bakteri E.Coli dan B.Subtilis
2. Rak Tabung Reaksi 2. Media Glucose broth
3. Pipet Volume 3. Alkohol 70%
4. Inkubator
5. Pembakar Bunsen
Pengaruh Bahan Kimia
A. Alat B. Bahan
1. Tabung Reaksi 1. Aquadest steril
2. Rak tabung reaksi 2. Media PCA / NA
3. Cawan petri 3. Lysol
4. Pinset 4. Betadine
5. Kertas saring steril 5. Alkohol 70%

IV. CARA KERJA


Pengaruh Suhu
Inokulasikan biakan E.Coli dan B.Subtilis dengan pipet steril ke dalam 3 tabung
medium cair Glucose Broth masing-masing sebanyak 1 ml.

Inkubasi satu seri tabung masing-masing (E.Coli dan B.Subtilis) pada suhu 5˚C,
30˚C dan 50˚C selama 24 – 48 jam

Diamati pertumbuhan yang terjadi

Pengaruh pH
Inokulasikan biakan E.Coli dan B.Subtilis dengan pipet steril ke dalam 3 tabung
medium cair Glucose Broth dengan pH 5, 7 dan 9, masing-masing sebanyak 1 ml.

Biarkan 1 tabung medium dari masing-masing pH tidak di inokulasi dan digunakan
sebagai kontrol

Inkubasikan pada suhu kamar selama 24 – 48 jam

Diamati pertumbuhan yang terjadi

Pengaruh Bahan Kimia


Dicairkan medium agar dalam penangas air dan dinginkan sampai suhunya
mencapai 40-45˚C

Diteteskan 0.2 ml suspensi biakan bakteri (E.Coli dan B.Subtilis) masing-masing ke
dalan setiap cawan petri

Dituangkan media agar secara aseptik ke dalam setiap cawan petri yang sudah
ditetesi dengan suspensi biakan, ratakan dan biarkan membeku

Dibakar pinset diatas nyala api, diambil dua buah cakram kertas dengan pinset satu
persatu, dicelupkan kertas saring pertama ke dalam aquadest steril dan letakan diaras
permukaan agar pada cawan petri pertama, dicelupkan kertas saring kedua ke dalam
larutan betadine dan letakan pada cawan petri yang sama dengan jarak tertentu

Dilakukan hal yang sama, hanya pada cawan petri kedua dicelupkan ke dalam
alkohol dan lysol

Diinkubasi pada suhu kamar selama 24 – 48 jam

Diamati perubahan yang terjadi dan diukur zona bening yang timbul
V. HASIL PENGAMATAN

Pengaruh suhu
Uji Mikroba
Perlakuan Kontrol Gambar
E.coli B.Subtilis

5˚C - - -

30˚C - ++ -
Suhu

50˚C - - -
Pengaruh pH
Uji Mikroba
Perlakuan Kontrol Gambar
E.coli B.Subtilis

pH 5 - - -

pH pH 7 + ++ -

pH 9 + ++ -

Keterangan :
+ = Sedikit Keruh
++ = Keruh
+++ = Sangat Keruh
- = Media Bening
Pengaruh Bahan Kimia
E.coli B.Subtilis

Bahan Kimia D (cm) Gambar D (mm) Gambar

3.2
Betadine 3

Aquadest 0 0

Alkohol 0
0

Lysol 0.35 1.3


VI. PEMBAHASAN

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas kehidupan mikroba antara lain
faktor abiotik yang meliputi temperatur, kelembaban, tekanan osmosis, pengaruh pH,
pengaruh logam berat serta pengaruh zat-zat kimia. Sedangkan faktor biotik meliputi
bebas hama serta asosiasi. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka dilakukanlah
pengamatan tentang pengaruh suhu, pH, cahaya, zat kimia dan logam berat terhadap
pertumbuhan bakteri. Perlu diketahui bahwa aktivitas kehidupan suatu jasad
memerlukan keadaan sekitar yang sesuai, yang dapat mempengaruhi sifat morfologi
dan fisiologi dari jasad akan menyesuaikan dengan keadaan sekitar yang ada pada
waktu itu.
Praktikum kali ini menggunakan jenis bakteri B.Subtilis dan E.coli yang digunakan
untuk uji pertama yaitu pengaruh suhu dengan rentang suhu 50C, 300C dan 500C .
Menurut Peliatra (2004) bakteri B.Subtilis. termasuk bakteri yang bersifat mesofilik
karena pertumbuhan optimumnya pada suhu 300C sampai 370C dan tumbuh baik pada
NaCl 1-3 % dan mempunyai morfologi yaitu warna koloni putih susu dan bentuk
koloni bulat.
Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan bahwa pada suhu dibawah 300C tidak
terjadi pertumbuhan bakteri, dan pada suhu ruang 300C terlihat pertumbuhan bakteri
sedangkan pada suhu diatas 300C tidak terlihat terjadinya pertumbuhan bakteri. Suhu
optimum pertumbuhan bakteri yaitu pada suhu 300C sampai 370C. Hal ini juga
berlaku untuk bakteri E.Coli, bakteri ini termasuk golongan yang bersifat mesofilik.
Untuk uji kedua yaitu pengaruh pH pada pertumbuhan mikroba. Pada waktu
pertumbuhan suatu mikroba, konsentrasi ion hidrogen (pH) didalam media tempat
tumbuhnya mempengaruhi protein (baik enzim dan sistem pengangkutannya) yang
terdapat pada membran selnya. Struktur protein itu akan berubah bila pH dalam media
juga berubah. Mikroba memiliki enzim yang berfungsi sempurna pada kisaran pH
tertentu, yang jika terjadi penyimpanan pH maka pertumbuhan maupun
metabolismenya dapat terhenti. Biasanya, mikroba tumbuh pada pH sekitar 7,0 namun
adapula yang dapat tumbuh pada pH 2,0 dan pH 10,0. Bakteri tumbuh pada kisaran pH
agak basa yaitu 5,8 sampai 6 karena pada pH 5,7 bakteri dapat terhambat
pertumbuhannya.
Dari hasil percobaan mikroba uji diinokulasaikan dalam medium pada 3 variasi pH
yaitu pH asam (5), pH netral (7) dan pH basa (9). Setelah inkubasi, diamati
pertumbuhannya dan hasilnya yaitu pada Bacillus subtilis, ada pertumbuhan pada pH 7
dan 9 dengan ditandai dengan adanya kekeruhan. Namun untuk pH asam tidak terdapat
pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan jenihnya medium, artinya bakteri ini tidak
mengalami pertumbuhan optimum pada suasana asam. Hal ini juga berlaku untuk
bakteri E.Coli.
Untuk uji ketiga yaitu pengaruh bahan kimia pada pertumbuhan mikroba.
Pengamatan pengaruh zat-zat kimia dilakukan dengan mengukur zona hambatan
terhadap masing-masing zat kimia. Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri
terhambat pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah
daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media agar oleh
antibiotik. Pada percobaan ini digunakan antibiotika, desinfektan maupun antiseptik.
Antiseptik adalah zat-zat yang digunakan untuk mematikan / menghentikan
pertumbuhan kuman pada jaringan hidup, khususnya diatas kulit atau selaput mukosa.
Desinfektan adalah zat-zat yang digunakan untuk mencegah infeksi dengan jalan
pemusnahan hama patogen pada benda-benda tak hidup. Sementara antibiotik adalah
zat-zat kimia yang dihasilkan oleh mikroba, terutama bakteri dan fungi, yang
berkhasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroba lain yang toksisitasnya
bagi manusi relatif kecil.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada uji pengaruh faktor biotik,
pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan kimia terhadap
pertumbuhan B.Subtilis dan E.Coli. Pengamatan dilakukan setelah inkubasi selama 7
hari, dengan mengamati dan mengukur pertumbuhan koloni. Persentase zona hambat
dihitung untuk mengetahui sejauh mana bahan kimia dapat memberikan pengaruh
penghambat terhadap diameter koloni B.Subtilis dan E.Coli. Pada bakteri B.Subtilis
zona hambat betadine adalah 3.0 mm, pada lysol adalah 1.3 mm dan tidak terdapat
zona hambat pada sampel alkohol maupun aquadest. Sedangkan zona hambat bakteri
E.Coli zona hambat betadine adalah 3.2 mm, pada lysol adalah 0.35 mm dan tidak
terdapat zona hambat pada alkohol dan aquadest. Terlihatnya zona hambat (zona
berwarna bening) pada betadine dan lysol mengindikasi adanya penghambatan
pertumbuhan mikroba, ini karena zat anti mikroba atau antibakteri pada kedua ekstrak
yang ditambahkan ke dalam medium pertumbuhan konsentrasinya sesuai, sehingga zat
anti mikroba atau anti bakteri bekerja dengan maksimal. Akuadest pelarut yang
universal. Oleh karena itu air dengan mudah menyerap atau melarutkan berbagai
partikel yang ditemuinya dan dengan mudah menjadi tercemar. Kekuatan antiseptik
dari akuadest hanya melarutkan dari bakteri namun tidak dapat mencegah
pertumbuhan dan bakteri dalam jangka waktu yang lama. Alkohol dan lysil adalah
bahan yang cepat menguap terutama untuk alcohol sehingga jarak zona hambatnya
lebih kecil dibandingkan dengan betadine.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan suhu pertumbuhannya bakteri dapat
diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu mesofil, psikrofil dan termofil. Berdasarkan
pH pertumbuhannya bakteri dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu asidofilik,
mesofilik (neutrofilik) dan alkalifilik. E.Coli dan B.Subtilis dapat tumbuh pada suhu
optimum 300C - 370C termasuk golongan mesofil dan dapat tumbuh pada pH 7 (netral) dan
9 (basa). Betadine memiliki zona bening paling besar pada pertumbuhan di media bakteri
E.Coli dan B.Subtilis, berarti betadine lebih ampuh membunuh mikroba.
Daftar Pustaka

Thayib, Soeminarti, dkk.1997.Petunjuk Praktikum Mikrobiologi


Teknik.Serpong:Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Teknologi Indonesia.
Wibowo, Agung.2012.Faktor Lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba.
https://id.scribd.com diakses pada 18 Juli 2019
Oto, Herdi.2012.Uji Kekuatan Antibiotik.
http://cahjeparacommunity.blogspot.com diakses pada 18 Juli 2019
Lampiran
Skema Kerja
a. Pengaruh suhu
Disiapkan 4 tabung reaksi

Diberi etiket

50C
300C 370C kontrol

+ 10 ml medium GNB

Masukkan 2 ose suspensi bakteri

Diinkubasi selama 1 x 24 jam

b. Pengaruh pH

Disiapkan 4 tabung reaksi


pH 5
pH 7 pH 9 kontrol

+ 10 ml medium GNB

Masukkan 2 ose suspensi bakteri


Pseudomonas aeroginosa

Diinkubasi selama 1 x 24 jam

c. Pengaruh zat kimia

Anda mungkin juga menyukai