Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI

MODUL C
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP
PERTUMBUHAN MIKROBA

TANGGAL PRAKTIKUM
MINGGU, 9 AGUSTUS 2020

Disusun Oleh :
Mega Indah
1141820024

KELOMPOK VI
Naharuddin
Nana Indri Yani
Nova Dewi Herawati
Rizki Romadhon Akbar
Debora Firiyana S.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
TANGERANG SELATAN
2020
I. TUJUAN
Tujuan pada praktikum ini adalah :
1) Mengetahui pengaruh temperature terhadap petumbuhan mikroba
2) Mengetahui pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroba
3) Mengetahui pengaruh bahan kimia terhadap pertumbuhan mikroba

II. DASAR TEORI


Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat
morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient
yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang
memungkinkan pertumbuhan mikroba secara optimum. Mikroba tidak hanya
bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi menunjukkan respon yang
menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe
mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai
(Pelczar & Chan, 1986).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan hal
yang penting dalam ekosistem pangan. Suatu pengetahuan dan pengertian tentang
faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut sangat penting untuk
mengendalikan hubungan antara mikroorganisme-makanan-manusia. Beberapa faktor
utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat gizi,
waktu, suhu, air, pH dan tersedianya oksigen (Buckle, 1985).
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih
tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain .Bakteri memiliki ratusan ribu
spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim.
Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki
ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah
organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan
berukuran renik/ mikroskopis (Anonim, 2008).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan,
akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari
medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun
faktor- faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor
abiotik. Di mana, faktorfaktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu
mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat
dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-
faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan
osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal:
adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya (Hadioetomo, 1993).
Karena semua proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan
karena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh temperatur, maka pola pertumbuhan
bakteri dapat sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga mempengaruhi
laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme. Keragaman temperatur
dapat juga mengubah prosesproses metabolik tertentu serta morfologi sel (Pelczar &
Chan, 1986).
Medium harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak terlalu asam atau basa.
Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa, dengan pengecualian
basil kolera (Vibrio cholerae). Pada dasarnya tak satupun yang dapat tumbuh baik
pada pH lebih dari 8. Kebanyakan patogen, tumbuh paling baik pada pH netral (pH7)
atau pH yang sedikit basa (pH 7,4). Beberapa bakteri tumbuh pada pH 6;tidak jarang
dijumpai organisme yang tumbuh baik pada pH 4 atau 5. Sangat jarang suatu
organisme dapat bertahan dengan baik pada pH 4; bakteri autotrof tertentu merupakan
pengecualian. Karena banyak bakteri menghasilkan produk metabolisme yang
bersifat asam atau basa (Volk&Wheeler,1993).
Di dalam alam yang sewajarnya, bakteri jarang menemui zat-zat kimia yang
menyebabkan ia sampai mati karenanya. Hanya manusia di dalam usahanya untuk
membebaskan diri dari kegiatan bakteri meramu zat-zat yang dapat meracuni bakteri,
akan tetapi tidak meracuni diri sendiri atau meracuni zat makanan yang
diperlukannya. Zat-zat yang hanya menghambat pembiakan bakteri dengan tidak
membunuhnya disebut zat antiseptik atau zat bakteriostatik (Dwidjoseputro,1994).
Desinfektan adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Faktor utama yang menentukan bagaimana
desinfektan bekerja adalah kadar dan suhu desinfektan, waktu yang diberikan kepada
desinfektan untuk bekerja, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada, dan keadaan
bahan yang didesinfeksi. Jadi terlihat sejumlah faktor harus diperhatikan untuk
melaksanakan tugas sebaik mungkin dalam perangkat suasana yang ada. Desinfeksi
adalah proses penting dalam pengendalian penyakit, karena tujuannya adalah
perusakan agen – agen patogen. Berbagai istilah digunakan sehubungan dengan agen
– agen kimia sesuai dengan kerjanya atau organisme khas yang terkena. Mekanisme
kerja desinfektan mungkin beraneka dari satu desinfektan ke yang lain. Akibatnya
mungkin disebabkan oleh kerusakan pada membran sel atau oleh tindakan pada
protein sel atau pada gen yang khas yang berakibat kematian atau mutasi (Volk dan
Wheeler, 1993).
Suhu merupakan faktor penting dalam pertumbuhan mikroba. Pada umumnya
batas suhu pertumbuhan mikroba terletak antar 0⁰C sampai 90⁰C, sehingga dikenal
suhu minimum, optimum, dan maksimum.
Berdasarkan kisaran suhunya, mikroba dibagi menjadi tiga kelompok:

1) Psikofilik adalah kelompok mikroba yang dapat hidup dan tumbuh pada daerah
dengan suhu 0⁰C sampai 30⁰C dengan temperature optimumnya 15⁰C.
2) Mesofilik adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh dan bertahan hidup
pada keadaan dengan suhu optimum antara 25⁰C-37⁰C, minimum 15⁰C, dan
maksimum di sekitar 55⁰C.
3) Termofilik adalah kelompok mikroba yang hidup pada suhu yang tinggi. Suhu
optimum untuk mikroba kelompok ini adalah 55⁰C-60⁰C. minimum 40⁰C, dan
maksimum 75⁰C. bakteri ini biasanya terdapat pada sumber air panas dan
tempattempat denga keadaan suhu tinggi.
Setiap organisme memiliki pH hidup yang berbeda-beda. Kebanyakan
organisme dapat tumbuh pada kisaran pH 5-8. Berdasarkan pH yang ada, mikroba
dibagi menjadi tiga kelompok mikroba yaitu asidofil, neutrofil, dan alkalifil.
Asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh dengan kisaran pH 2-5. Nutrofil adalah
bakteri yang hidup pada pH 5,5-8,0.
Sementara alkalifil dapat tumbuh pada kisaran pH 8,4-9,5. Bakteri meiliki
pH minimum, optimum dan maksimum. pH optimum bakteri adalah kisaran 6,5-
7,5, sedangkan jamur memiliki kisaran pH yang lebih luas (Suriawiria, 2003).
Semua bakteri dan jamur tumbuh baik pada media yang basah dan udara
yang lembab. Kenyataan ini merupakan dasar pengawetan bahan makanan dengan
proses pengeringan. Air sangat penting bagi kehidupan, karena mikroorganisme
hanya dapatr mengambil makanan dari luar ke dalam larutan (holophytis)
(Suhartini, 2006).
Sebagian besar bakteri adalah chemothrope, karena itu pertumbuhannya
tidak tergantung pada adanya cahaya matahari. Pada beberapa spesies, cahaya
matahari dapat membunuhnya karena pengaruh sinar UV. Pada beberapa mikroba
lainnya, intensitas cahaya bukan merupakan factor terpenting yang membatasi
pertumbuhan mikroba tersebut (Entijang, 2003).
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, dan memperbanyak
jumlah, menguji sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba, dimana
proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk
menghindari kontaminasi pada media (Sumarsih, 2003).
Dalam pertumbuhan mikroorganisme, perlu dibedakan antara pertumbuhan
masing-masing sel (sel individu) dan pertumbuhan kelompok sel-sel, baik pada
medium padat maupun pada medium cair. Pertumbuhan pada medium cair,
biasanya pertumbuhannya homogen, tetapi tergantung dari jenis
mikroorganismenya. Kapang atau jamur biasanya tumbuh pada permukaan medium
berupa gumpalan-gumpalan miselium yang melayang-layang dalam medium.
Sedangkan pada medium padat terjadi pertumbuhan pada permukaan mediumnya,
biasanya dalam bentuk koloni ( Drs. M. Natsir Djide, MS dan Dra. Sartini, Msi ;
194).
Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat atau
mematikan mikroorganisme pada jaringan hidup, yang mempunyai efek membatasi
dan mencegah infeksi agar tidak menjadi lebih parah. Desinfektan adalah senyawa
kimia yang digunakan untuk menghambat atau mematikan mikroorganisme, yang
digunakan pada benda mati dan dengan cepat menghasilkan efek letal yang tidak
terpulihkan. Antiseptika dan desinfektansia dapat merusak sel dengan cara
koagulasi atau denaturasi protein sel atau menyebabkan sel mengalami lisis, yaitu
dengan mengubah struktur membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran
sel (Drs. M. Natsir Djide, MS dan Dra. Sartini, Msi : 254).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1) Cawan petri
2) Tabung reaksi
3) Kapas
4) Pipet volume
5) Bulp
6) Kertas saring
7) Pinset
8) Bunsen
9) Vortex
Bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah :
1) Alkohol 70%
2) Suspensi Escherichia Coli dan Serratia Marcescens
3) Media NA
4) Media glucose broth
5) Aquadest

IV. CARA KERJA

A. Pengaruh Faktor Suhu


1) Dipersiapkan 9 buah tabung reaksi yang sudah berisi media glucose broth
1. 3 tabung yang pertama diberi label E.coli 5⁰C, Serratia
Marcescens 5⁰C dan kontrol 5⁰C
2. 3 tabung yang kedua diberi label E.coli 30⁰C, Serratia
Marcescens 30⁰C dan kontrol 30⁰C
3. 3 tabung yang ketiga diberi label E.coli 50⁰C, Serratia
Marcescens 50⁰C dan kontrol 50⁰C
2) Ditambahkan pada masing masing tabung 0.05 ml suspensi bakteri,
kecuali tabung kontrol
3) Ditutup semua tabung kemudian di vortek lalu di suhu 5⁰C dimasukkan
ke dalam kulkas, suhu 30⁰C di suhu ruang dan suhu 50⁰C di inkubator
lalu diinkubasi
4) Kemudian diamati

B. Pengaruh Faktor pH
1) Dipersiapkan 9 buah tabung reaksi yang sudah berisi media glucose broth
1. 2 tabung pertama di beri label E.coli pH 5, Serratia Marcescens
pH 5
2. 2 tabung kedua di beri label E.coli pH 7, Serratia Marcescens pH 7
3. 2 tabung ketiga di beri label E.coli pH 9, Serratia Marcescens pH
9
4. 1 tabung untuk kontrol pH
2) Dimasukkan suspensi bakteri masing masing 0.2 ml ke semua tabung
kecuali tabung kontrol
3) Ditutup semua tabung dan di vortex
4) Kemudian diinkubasi di dalam suhu ruang
5) Lalu diamati

C. Pengaruh Faktor Kimia


1) Dipersiapkan media dengan cara menanam media secara pour plate
2) 2 cawan pertama untuk E coli dan 2 cawan lainnya untuk Serratia
Marcescens yang masing masing di beri kertas saring yang sudah di
celup aquadest dan alkohol disisi yang berbeda
3) Dipersiapkan media dengan cara menanam media secara pour plate 2
cawan pertama untuk E coli dan kedua untuk Serratia Marcescens yang
masing masing masing di beri kertas saring yang sudah di celup lisol dan
betadine di sisi yag berbeda
4) Kemudian diinkubasi
5) Lalu diamati

V. DATA PENGAMATAN
1) Pengaruh pH dan Suhu
NO Perlakuan Pertumbuhan Mikroba
E.coli Serratia Kontrol
Marcescens
1 Suhu
5⁰C Tidak Tumbuh Tidak Tumbuh Tidak Tumbuh
(Bening) (Bening) (Bening)
30⁰C Tumbuh Tumbuh Tidak Tumbuh
(Keruh) (Keruh) (Bening)
50⁰C Tumbuh Tumbuh Tidak Tumbuh
(Sedikit Keruh) (Sedikit Keruh) (Bening)

2 pH
5 Tidak Tumbuh Tidak Tumbuh Tidak Tumbuh
(Bening) (Bening) (Bening)
7 Tumbuh Tumbuh Tidak Tumbuh
(Sedikit Keruh) (Sedikit Keruh) (Bening)
9 Tumbuh Tumbuh Tidak Tumbuh
(Keruh) (Sedikit Keruh) (Bening)

a. Pengaruh suhu

5⁰C 30⁰C 50⁰C

b. Pengaruh pH

pH 5 pH 7 pH 9

B. Pengaruh Faktor Kimia


No Perlakuan Diameter (mm)
E.coli Serratia
Marcescens
1 Aquadest steril 0 0
2 Alkohol 0 0
3 Betadine 6 7
4 Lisol 2 2
Bakteri E.Coli

Alkohol + Aquadest Lysol + Betadine

Bakteri Serratia Marcescens

Alkohol + Aquadest Lysol + Betadine

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini menggunakan jenis bakteri Serratia Marcescens dan


E.coli. yang digunakan untuk uji pertama yaitu apakah pengaruh suhu yang
digunakan selama inkubasi berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri tersebut.
Berdasarkan suhu pertumbuhannya juga bakteri dapat diklasifikasikan menjadi tiga
golongan yaitu mesofil, psikrofil dan termofil. Golongan mesofil, bakteri yang
tergolong mesofil dapat tumbuh pada suhu 10⁰C sampai 47⁰C. Tetapi suhu optimum
pertumbuhannya adalah 30⁰C sampai 45⁰C. Untuk golongan psikrofil umumnya
mikroorganisme yang dapat tumbuh pada suhu 0⁰C.
Bakteri Serratia Marcescens bersifat fakultatif anaerob sehingga mampu
hidup pada keadaan yang sangat ekstrim, seperti pada lingkungan yang terpapar
antiseptik, desinfektan, dan air destilasi, selain itu bakteri ini juga dapat hidup dalam
kisaran suhu 5°C - 40°C dan dalam kisaran pH antara 5-9 (Saputra, 2010).
Berdasarkan hasil pengamatan bakteri Serratia Marcescens dapat tumbuh di suhu
30°C.
Bakteri E.Coli tumbuh dengan baik pada temperature 30ᵒC, tumbuh namun
tidak maksimal pada 50ᵒC dan tidak tumbuh sama sekali pada 5ᵒC. Hal ini
menunjukkan sifatnya yang merupakan bakteri mesofilik. Sedangkan pada pengaruh
power of hydrogen (pH), pada suasana asam, bakteri ini tidak tumbuh sama sekali
menunjukkan bahwa ia tidak tahan dalam asam, namun bakteri ini tumbuh dengan
cukup baik pada pH 7 dan lebih baik pada pH 9 menunjukkan kemampuannya yang
dapat tumbuh pada suasana netral-basa.
Bakteri Serratia Marcescens menunjukkan sifat yang sama pada variasi
temperature dengan bakteri E.Coli yaitu : Tumbuh dengan baik pada temperatur 30ᵒC,
tumbuh namun tidak maksimal pada 50ᵒC dan tidak tumbuh sama sekali pada 5ᵒC. hal
ini menunjukkan sifatnya yang merupakan bakteri mesofilik. Sedangkan pada
pengaruh pH, Serratia Marcescens tumbuh pada pH netral dan juga 9 namun tidak
menunjukkan tingkat pertumbuhan lebih baik.
Bahan aktif Betadine adalah Povidon-iodin, yang merupakan zat antimikroba
dengan spektrum paling luas yang mampu membunuh bakteri, jamur, protozoa dan
virus. Povidon-iodin secara efektif mampu mengendalikan penyebaran infeksi topikal
bagi penggunanya. Studi In-Vitro menunjukkan bahwa Povidon-iodin sebagai bahan
aktif utama Betadine dapat mengatasi 99.99% kuman penyebab infeksi dalam 15
detik dan tidak menimbulkan resistensi yang bermakna secara klinis yang artinya
dapat sering digunakan tanpa perlu khawatir kehilangan efektifitasnya dalam
membunuh bakteri, jamur, protozoa ataupun virus. Sesuai dengan klaim ini, pada
praktikum kali ini dalam metode cakram difusi betadine mendapat kan area zona
bening terluas dibanding bahan kimia lain : Serratia Marcescens dengan ukuran 8
mm.
Lysol ialah desinfektan dengan bahan aktif benzalkonium chloride dan atau
hydrogen peroxide, lysol lebih banyak digunakan dari pada desinfektan-desinfektan
untuk membersihkan permukaan lembut ataupun keras dari kuman-kuman. Pada
praktikum kali ini Lysol memiliki daya hambat sama pada bakteri Serratia
Marcescens dan E.Coli.
Alkohol umumnya digunakan sebagai desinfektan pada permukaan benda
mati dan atau alat-alat bedah. Alcohol yang terbaik untuk mencegah bakteri adalah
alcohol dengan kada 70%, hal ini disebabkan dengan kadar tersebut factor sentuh
alcohol dengan mikroorganisme lebih lama disbanding alcohol dengan konsentrasi
lebih tinggi (lebih cepat menguap). Hal ini juga memberi waktu bagi alcohol merusak
dinding sel mikroorganisme dan membunuhnya. Pada praktikum kali ini, alcohol
mampu mencegah bakteri E.Coli dan bakteri Serratia Marcescens tumbuh, terlihat
dari zona bening pada pengujian cakram difusi yang telah dilakukan.
Pada praktikum kali ini (cakram difusi) juga digunakan aquades steril. Pada
bagian ini, tidak terdapat zona bening sama sekali, yang menunjukkan bahwa aquades
steril tidak memiliki daya hambat pada bakteri.

VII. KESIMPULAN
A. E.colli dan Serratia Marcescens tumbuh dengan baik pada temperature
30ᵒC,tumbuh namun tidak maksimal pada 50ᵒC dan tidak tumbuh sama sekali
pada 5ᵒC.
B. Menunjukkan bahwa aquades steril tidak memiliki kemampuan menghambat
bakteri sama sekali. Pada praktikum Serratia Marcescens betadine memiliki
daya hambat terbaik dengan diameter zona bening 7mm, kemudian alcohol 0
mm, dan kemudian Lysol 2. Sedangkan pada bakteri E.Coli betadine juga
memiliki daya hambat terbaik dengan diameter zona bening 6mm, kemudian
Lysol 2 mm, dan kemudian alcohol 0 mm.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Anonim.2008., Bakteri – Ciri ciri, Struktur, Perkembangbiakan, Bentuk dan
Manfaatnya.Diakses pada 21 November 2014.
Brooks, Geo F. Janet S. Butel, dan Stephen A. Mourse . 2004 . Mikrobiologi
Kedokteran . Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.
Dwidjoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambaran.
Jakarta. Fardiaz, S. 1992. Analisa mikrobiologi Pangan. Gramedia.
Jakarta.
Hadioetomo, R.S., 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi,
Gramedia,Jakarta.
Thayib, Soeminarti dkk. 1997. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Serpong :
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Teknologi Indonesia.

http://repository.unimus.ac.id/2813/6/BAB%20II.pdf (diakses : 14 Agustus 2020)


IX. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai