Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan pada mikroorganisme didefinisikan sebagai pertumbuhan berat sel.

Pertumbuhan adalah merupakan pertambahan secara teratur semua komponen sel suatu

organisme. Pembelahan sel adalah hasil dari pembelahan sel. Pada jasad bersel tunggal

(uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu.

Misalnya pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri

itu sendiri. Pada jasad bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan

pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau

bertambah besar jasadnya.

Dalam membahas pertumbuhan mikroorganisme harus dibedakan antara pertumbuhan

masing-masing individu sel dan pertumbuhan kelompok sel atau pertumbuhan

populasi.Pertumbuhan bakteri atau mikroorganisme dapat diukur dengan dua cara yaitu

secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara

langsung dapat dilakukan dengan metode total count, turbidikmetrik, berat kering,

electronic counter, plating techique, fltrasi membran. Sedangkan pengukuran

pertumbuhan mikroorganisme secara tidak langsung dapat dilakukan dengan metode

viable count, aktivitas metabolik dan berat sel kering.

Petumbuhan mikroorganisme ini dipengaruhi oleh beberapa faktor abiotik/

lingkungan. Yang tergolong faktor –faktor abiotik antara lain, suhu, derajat keasaman

(PH), kelembapan, cahaya, sumber nutrisi, zat kimia, dan tekanan osmosis.

Berdasarkan uraian teori singkat pada latar belakang di atas, maka penulis bermaksud

memberikan penjelasan terkait materi “Lingkungan Abiotik yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Mikroba”

1
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut:

1. Faktor abiotik apa saja yang mempengaruhi mempengaruhi mikroorganisme?

2. Apa PH meter bisa digunakan untuk mengukur pengaruh faktor linkungan terhadap

pertumbuhan mikroorganisme?

3. Apa TDS meter bisa digunakan untuk mengukur pengaruh faktor linkungan terhadap

pertumbuhan mikroorganisme?

4. Apa saja metode untuk mengukur pertumbuhan mikroorganisme?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi mikroorganisme.

2. Apa PH meter bisa digunakan untuk mengukur pengaruh faktor linkungan terhadap

pertumbuhan mikroorganisme?

3. Apa PH meter bisa digunakan untuk mengukur pengaruh faktor linkungan terhadap

pertumbuhan mikroorganisme?

4. Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan untuk megukur pertumbuhan

mikroorganisme.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Mikroorganisme

Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan


lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba.
Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan.
Mikroba tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor fisik (abiotik) dan faktor kimia (biotic).
a) Faktor biotik
1) Interaksi dalam satu populasi mikroorganisme
2) Interaksi antar berbagai macam dan populasi mikroorganisme: netralisme,
sinergisme, mutualisme.
b) Faktor abiotik
1) Suhu
Suhu adalah  salah satu faktor lingkungan terpenting  yang mempengaruhi 
kehidupan  dan pertumbuhan organisme. Pertumbuhan mikroorganisme
memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi
suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu
terendah tetapi mikroorganisme masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu
paling baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.  Suhu maksimum adalah suhu
tertinggi untuk kehidupan mikroorganisme. Berdasarkan kisaran suhu
pertumbuhannya, mikroorganisme dapat dikelompokkan menjadi mikroorganisme
psikrofil (kriofil), mesofil, dan termofil. Psikrofil adalah kelompok
mikroorganisme yang dapat tumbuh pada suhu 0-300C dengan suhu optimum
sekitar 150C.
2) Derajat PH
Mikroorganisme umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri
dapat hidup pada pH tinggi (medium alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat,
rhizobia, actinomycetes, dan bakteri pengguna urea. Hanya beberapa bakteri yang
bersifat toleran terhadap keasaman, misalnya Lactobacilli, Acetobacter, dan

3
Sarcina ventriculi. Bakteri yang bersifat asidofil misalnya Thiobacillus. Jamur
umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroorganisme ditanam
pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila
pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. 
Berdasarkan pH-nya mikroba/ mikroorganisme dapat dikelompokkan menjadi
3 yaitu(a) mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH
2,0-5,0, (b) mikroba mesofil (neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat
hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c) mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang
dapat hidup pada pH 8,4-9,5.
3) Kelembapan (Aktifitas air)
Mikroorganisme  memerlukan air untuk  hidup dan berkembang biak,  oleh
karena itu pertumbuhan sel  mikroorganisme  di dalam suatu  makanan sangat
dipengaruhi  oleh jumlah air. Air merupakan bagian terbesar  dari komponen sel
(70 -80 %), air  juga dibutuhkan sebagai reaktan  dalam berbagai reaksi biokimia.
Tidak semua air yang terdapat dalam bahan pangan dapat digunakan oleh
mikroorganisme .beberapa keadaan dimana air tidak  digunakan oleh
mikroorganisme yaitu :
a. Adanya solut dan ion  dapat mengikat air di dalam larutan ,
misalnya adanya gula atau garam pada konsentrasi tinggi akan
mengikat air dari bahan pangan,  bahkan dapat  mengikat air  dari
dalam sel mikroorganisme jika konsentrtasi solut diluar  sel lebih
tinggi dari pada di dalam sel.
b. Koloid hidrofilik (gel) dapat mengikat air , dimana sebanyak 3-4 %
agar di dalam medium  dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
c. Air dalam bentuk kristal es  tidak digunakan oleh mikroorganisme.
4) Cahaya
Cahaya umumnyadapat merusak mikroba yang tidak mempunyai pigmen

fotosintesis. Cahaya mempunyai pengaruh germisida, terutama cahaya

bergelombang pendek dan bergelombang panjang. Pengaruh germisida dari sinar

bergelombang panjang disebabkan oleh panas yangditimbulkannya, misalnya

sinar inframerah. Sinar x (0,005-1,0 Ao), sinar ultra violet (4000-2950Ao), dan

4
sinar radiasi lain dapat membunuh mikroba. Apabila tingkat iradiasi yang diterima

sel mikroba rendah, maka dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada mikroba.

5) Nutrisi
Semua mikroorganisme memerlukan makanan   yang akan menjadi sumber
energi  dan menyediakan  unsu-unsur  kimia dasar  untuk pertumbuhan sel. Unsur-
unsur  dasar tersebut adalah  karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur,  fosfor,
magnesium, zat besi ,  dan sejumlah kecil logam  lainnya.
a.       Eneregi, biasanya diperoleh  dari substansi mengandungkarbon
b.      Nitrogen untuk sintesa protein
c.       Sumber enersi
d.      Vitamin dan mineral  yang berkaitan dengan faktor pertumbuhan
Ada dua jenis nutrisi dasar, organisme  dapat bersifat heterotrofik atau
autotrofik.
a. Nutrisi heterotrofik
Mikroorganisme yang tumbuh pada makanan  umumnya bersifat 
heterotrof yaitu menggunakan  karbohidrat sebagai sumber energi dan karbon
walaupun komponen organik lainnya  yang mengandung karbon mungkin 
juga dapat digunakan. Kebanyakan organisme heterotrof menggunakan
komponen organik  yang mengandung nitrogen  sebagai sumber Nutrisi, tetapi
beberapa dapat  pula  menggunakan sumber nitrogen  anorganik.
Streptopkoki, stapilokoki dan berbagai  organisme heterotrof lainnya, 
mungkin membutuhkan beberapa sumber  nitrogen organik lainnya dalam
bentuk asam  amino purin dan pirimidin  serta faktor-faktor pertumbuhan 
seperti vitamin E, Thiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), asam
nikotinat (niasin) piridoksin (B6), asam  pantotenat dan kobalamin (vitamin
B12) dibutuhkan oleh  organisme  yang tergolong pemilih  dan sukar tumbuh.
b. Nutrisi autotrofik
Organisem autotrofik merip dengan tumbuhan, karena mereka mampu
mempergunakan substansi anorganik sederhana sebagai makanannya. Ada
banyak bakteri yang bersifat autotrofik
Sehingga hanya sedikit substansi yang tidak mengalami biodegradasi,
dalam arti tidak dapat dipecah  oleh suatu spesies bakteri. Beberapa bakteri

5
dapat hidup dalam beton dan lainnya lagi dapat hidup dalam desinfekstan
seperti asam karbol (”carbolic acid”).
Bakteri autotrofik memperoleh energi dengan dua cara:
a) Bakteri kemosintetik seperti baktri nitrifikasi memperoleh energi dengan 
mengoksidasi senyawa anorganik. Spesiesn nitrosomonas mengubah garam
amonium menjadi nitrit dan  spesies nitro bakter  mengubah nitrit menjadi
nitrat.
b) Bakteri fotosintetik memiliki pigmen  yang erat kaitannya dengan klorofil
yang dijumpai pada tumbuhan dan  oleh karenanya dapat mempergunakan
energi  matahari. Energi ini digunakan untuk mensintesis substansi organik
komplek  dari senyawa sederhana  seperti air dan karbondioksida

6) Zat Kimia
Telah diketahui banyak zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme atau membunuh  mikroorganisme yang telah ada. Bahan kimia 
yng bersifat bakteriostatik atau fungstatik adalah bahan- bahan kimia  yang
dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau kapang (fungi),
sedang  bakterisidal dan  fungisidal  adalah bahan-bahan  kimia yang dapat
membunuh  bakteri atau kapang. 
Berbagai logam  asam, halogen, alkohol, fenol, deterjen dan antibiotika
mempunyai efek antimikroba yang dipergunakan dalam  industri pengolahan
bahan pangan  dalam desinfeksi dan sanitasi alat-alat  pengolahan   dan ruangan-
ruangan pabrik  atau kadang-kadang sebagai  bahan ayng ditambahkan  dalam 
bahan pangan sebagai zat pengawet.  Kerja dari bahan-bahan  kimia antimikroba
ini  dapat bersifat khas yaitu hanya efektif pada jenis-jenis  mikroorganisme
tertentu.  Sebagai contoh  antibiotika jenis penisilin dan tetrasiklin  hanya dapat
membunuh  bakteri  tetapi tidak membunuh khamir tau kapang.
Beberapa bahan yang besifat spektrum luas  seperti hipoklorit  dapat
mematikan lebih  banyak  jenis  mikroorganisme. Efektivitas dari setiap bahan
antimikroba ini  tergantung pada  jumlah yang digunakan, waktu  penggunaan
dadn faktor-faktor  lingkungan lainnyua seperti pH.

6
B. PH meter

PH meter adalah jenis alat ukur untuk mengukur derajat keasaman atau kebasaan
suatu cairan. Skala pH /scale mulai dari 0 ke 14.0 dengan nilai tengah, 7.0 berarti netral.
Suatu cairan atau larutan dengan suatu pH dibawah 7.0 digolongkan asam. Sementara
suatu larutan diatas pH 7.0 disebut basa (alkaline.)
Jenis PH meter yang sering digunakan adalah Ph meter elekrtonik/ elektroda. Disebut PH
meter elektroda karena didalam alat tersebut terdapat elektroda khusus yang berfungsi untuk
mengukur pH bahan-bahan semi padat , elektroda (probe pengukur) terhubung sebuah alat
elektronik yang mengukur dan menampilkan nilai pH. Probe atau Elektroda merupakan bagian
penting dari pH meter, Elektroda adalah batang seperti struktur biasanya terbuat dari kaca. Pada
bagian bawah elektroda ada bohlam, bohlam merupakan bagian sensitif dari probe yang berisi
sensor. Jangan pernah menyentuh bola dengan tangan dan bersihkan dengan bantuan kertas
tisu dengan tangan sangat lembut. Untuk mengukur pH larutan, probe dicelupkan ke dalam
larutan. Probe dipasang di lengan dikenal sebagai probe lengan
Cara pengoperasian pH meter:
1. Nyalakan dan biarkan alat itu mengalami pemanasan; waktu yang diperlukan sangat
pendek jika rangkaian itu bertipe zat padat. Sementara itu pastikan bahwa larutan-
larutan buffer yang diperlukan untuk kalibrasi pH-meter telah tersedia. Ini paling
mudah dilakukan dengan melarutkan sebiji “ Tablet buffer” (ini dapat diperoleh dari
banyak pemasok pH-meter dari toko suplai laboratorium) kedalam volume tertentu air
suling.
2. Jika alat itu dilengkapi dengan tombol pengendali temperatur yang tidak automatis,
baca temperatur larutan-larutan dan setel pengendali pada temperatur itu; jika terdapat
pengendali automatis, maka benamkan pengindera temperatur kedalam larutan buffer
standar pertama yang ditaruh dalam sebuah piala kecil yang telah dibilas dengan
sedikit larutan itu.

7
3. Celupkan gabungan elektrode ke dalam piala itu  juga, dan jika ada setel saklar
selector alat itu untuk pembacaan pH.
4. Sesuaikan tombol pengendali “Set
Buffer” sampai pembacaan alat ukur itu cocok dengan pH larutan buffer itu.
5. Ambil gabungan elektrode itu (dan alat raba temperatur jika digunakan) bilas dalam
air suling, dan kemudian celupkan dalam larutan buffer kedua yang ditaruh dalam
piala kecil. Jika pembacaan alat ukur itu tidak tepat dengan pH larutan ini, ubahlah
tombol pengendali, “Slop”, sampai diperoleh pembacaan yang diminta.
6. Ambil elektrode gabungan itu, bilas dalam air suling, taruh lagi dalam larutan buffer
yang pertama dan pastikan bahwa pembacaaan alat menunjukkan nilai pH  yang
benar; jika tidak, ulang prosedur kalibrasi ini.
7. Jika kalibrasi itu memuaskan, bilas elektrode dan lain-lain, dengan air suling, dan
masukan ke dalam larutan uji yang ditaruh dalam piala kecil. Baca pH larutan itu.
8. Ambil elektrode dan lain-lain itu, bilas dalam air suling, dan biarkan tercelup dalam
air suling.
C. TDS Meter

TDS berasal dari kata Total Dissolve Solid, yaitu definisinya adalah ukuran zat yang
terlarut dalam air baik zat organic maupun anorganik. Bisa jadi dalam air ada zat terlarut
seperti garam, logam TDS Meter adalah alat untuk mengukur zat terlarut yang digambarkan
dalam satuan Part Per Million ataupun PPM.

Sedangkan TDS Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur partikel padatan yang
terlarut pada air minum yang tidak dapat dilihat oleh kasat mata. Partikel yang mungkin
terlarut dalam air minum adalah kandungan besi logam (besi, alumunium, tembaga, mangan,
seng dan lain lainnya). Selain itu partikel padatan tersebut, mungkin juga terlarut partikel non

8
padatan seperti mikro organisme. Partikel padatan maupun non padatan yang terlarut pada air
akan tampilkan pada angka digital displaynya. Fungsi TDS Meter ini adalah untuk mengukur
kualitas cairan yang digunakan pada pengairan, pemeliharaan air aquarium, pembuatan air
mineral, air reverse osmosis, air aki, air limbah, air sadah, budidaya hidroponik, koloid perak,
proses kimia, Air destilasi air pada kolam renang, dan juga untuk mengetahui air minum
mana yang aman dikonsumsi tubuh serta biasa juga untuk mengetahui kualitas air murni.

Cara pengoperasian TDS ,meter:

1. Buka tutup bawah dari TDS meter, tutup bawah TDS meter ini juga merupakan batas
paling atas dari posisi TDS ketika dicelupkan ke air. Atau dengan kata lain, TDS
meter tidak boleh dicelupkan ke air melebihi garis tutup TDS meter.
2. Tekan tombol ON/ OFF sampai TDS menunjukkan angka 000 atau 0000 (TDS Ec
meter).
3. Celupkan TdS meter sampai batas (lihat nomer 1 diatas).
4. Baca nilai pengukurannya.
5. Untuk mempertahankan nilai penunjukkan TDS meter ketika TDS meter diangkat
diangkat dari air, tekan tombol hold.
6. Selesai

D. Metode Pengkuran Pada Pertumbuhan Mikroorganisme

Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur berdasarkan konsentrasi sel (jumlah sel

per satuan isi kultur) ataupun destilasi sel (berat kering dari sel-sel persatuan isi kultur).

Dua parameter ini tidak selalu sama karena berat kering sel rata-rata bervariasi pada tahap

berlainan dalam pertumbuhan kultur, kedua parameter tersebut juga tidak bermakna sama

dalam penelitian mengenai biokimia mikroorganisme atau gizi mikroorganisme. Densitas

sel adalah kuantitas yang lebih bermakna, sedangkan dalam penelitian mengenai

inaktivitas mikroorganisme, kosentrasi sel adalah kuantitas yang bermakna.

Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk

mengetahui mutu bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan

9
pada bahan pangan tersebut. Beberapa dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur

jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan.

Perhitungan massa sel secara langsung atau tidak langsung sering digunakan untuk

mengukur pertumbuhan sel selama proses fermentasi, dimana komposisi substrat atau

bahan yang difermentasi dapat diamati dan diukur dengan teliti.

Untuk menentukan massa sel mikroba dalam suatu populasi, dilakukan dengan cara

menumbuhkannya dalam suspensi homogen pada medium yang sesuai dengan

konsentrasi (jumlah sel/ ml) dan densitasnya (mg/ml), dihitung adanya peningkatan

seiring dengan waktu. Pada kultur pertumbuhan mikroba dapat ditentukan laju

pertumbuhan dan waktu penuh.Metode penentuan massa sel dapat dibedakan menjadi dua

cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran pertumbuhan

mikroorganisme secara langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara,yaitu :

1) Metode Total Count

Pada metode ini sampel ditaruh di suatu ruang hitung (seperti hemasitometer)

dan jumlah sel dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop

(Hadioetomo, 1993).

Jika setetes kultur dimasukkan kedalam wadah (misalnya hemasitometer) yang

diketahui volumenya, maka jumlah sel yang dapat dihitung. Akan tetapi cara tersebut

memiliki keterbatasan, yaitu tidak dapat membedakan sel hidup atau mati dan tidak

dapat digunakan pada jumlah sel yang sangat sedikit (kurang dari 102 sel/ml)

(Purwoko, 2007).

Kelemahan lainnya ialah sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil

seperti bakteri karena kekebalan hemositometer tidak memungkinkan digunakannya

lensa objektif celup minyak. Hal ini dibatasi dengan cara mencernai sel sehingga

menjadi lebih mudah dilihat. Kelemahan lain lagi ialah kadang-kadang cenderung

10
bergerombol sehingga sukar membedakan sel-sel individu. Cara mengatasinya ialah

mencerai-beraikan gerombolan sehinggga tersebut dengan menambahkan bahan anti

gumpalan seperti dinatrium etilanadiamina tetra asetat dan tween-80 sebanyak 0,1%.

Keuntungan metode ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak

peralatan (Hadioetomo, 1993).

2)  Metode Turbidimetrik

Bila kita harus memeriksa kosentrasi sel jumlah besar biakan, maka metode

cawan bukanlah pilihan yang baik karena tidak hanya memakan waktu tetapi juga

memerlukan media dan pecah-belah dalam jumlah besar. Untuk kasus demikian

tersedia metode yang lebih cepat dan praktis, yaitu pengukuran kekeruhan biakan

dengan fotokilometer (Hadioetomo, 1993).

Secara rutin jumlah sel bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung

kekeruhan (turbiditas) kultur. Semakin keruh suatu kultur, semakin banyak jumlah

sel. Prinsip dasar metode turbidimeter  adalah jika cahaya mengenai sel, maka

sebagian cahaya diserap dan sebagian cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang diserap

propisional (sebanding lurus dengan jumlah sel bakteri). Ataupun jumlah cahaya yang

diteruskan berbanding terbalik dengan jumlah sel bakteri. Semakin banyak jumlah sel,

semakin sedikit cahaya yang diteruskan. Metode ini memiliki kelemahan tidak dapat

membedakan antara sel mati dan sel hidup (Purwoko, 2007).

3) Metode Berat Kering

Cara yang paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode berat kering.

Metode tersebut relatif mudah dilakukan, yaitu kultur disaringan atau disentrifugasi,

kemudian bagian yang disaring atau yang mengendap hasil sentrifugasi dikeringkan.

Pada metode ini juga tidak dapat membedakan sel yang hidup dan mati. Akan tetapi

keterbatasan itu tidak mengurangi manfaat metode tersebut dalam hal mengukur

11
efesiensi fermentasi, karena pertumbuhan diukur dengan satuan berat, sehingga dapat

diperhitungkan dengan parameter konsumsi substrat dan produksi senyawa yang

diinginkan (Purwoko, 2007).

4) Metode Elektronic Counter

Pada pengukuran ini, suspensi mikroorganisme dialirkan melalui lubang kecil

(orifice) dengan bantuan aliran listrik. Elektroda yang ditempatkan pada dua sisi

orifice mengukur tekanan listrik (ditandi dengan naiknya tekanan) pada saat bakteri

melalui orifice. Pada saat inilah sel terhitung. Keuntungan metode ini adalah hasil bisa

diperoleh dengan lebih cepat dan lebih akurat, serta dapat menghitung sel dengan

ukuran besar. Kerugiannya metode ini tidak bisa digunakan untuk menghitung bakteri

karena adanya gangguan derbit, filamen, dan sebagainya, serta tidak dapat

membedakan antara sel hidup dan sel mati (Pratiwi, 2008).

5) Metode Plating Techique

Metode ini merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak (visible) dan di

dasarkan pada asumsi bahwa bakteri hidup akan tumbuh, membelah dan

memproduksi satu koloni tunggal. Satuan perhitungan yang dipakai adalah CFU

(colony forming unit) dengan cara membuat seri pengenceran sampel dan

menumbuhkan sampel pada media padat. Pengukuran dilakukan pada plat dengan

jumlah koloni berkisar 25-250 atau 30-300. Keuntungan metode ini adalah sederhana,

mudah dan sensitif karena menggunakan colony counter sebagai alat hitung dapat

digunakan untuk menghitung mikroorganisme pada sampel makanan, air ataupun

tanah. Kerugiannya adalah harus digunakan media  yang sesuai dan perhitungannya

yang kurang akurat karena satu koloni tidak selalu berasal dari satu individu sel

(Pratiwi, 2008).

6) Metode filtrasi membran

12
Pada metode ini sampel dialirkan pada suatu sistem filter membran dengan

bantuan vaccum. Bakteri yang terperangkap selanjutnya ditumbuhkan pada media

yang sesuai dan jumlah koloni dihitung. Keuntungan metode ini adalah dapat

menghitung sel hidup dan sistem perhitungannya langsung, sedangkan kerugiannya

adalah tidak ekonomis (Pratiwi, 2008).

Metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara tidak langsung dapat

dilakukan dengan beberapa metode sebagai berikut :

1) Metode Viable Count

Kultur diencerkan sampai batas yang di inginkan. Kultur  encer ditumbuhkan

kembali pada media, sehingga di harapkan setiap sel tumbuh menjadi 1 koloni

beberapa saat berikutnya, biasanya 4-12 jam. Akan tetapi  cara ini memiliki

keterbatasan, yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih dari sebenarnya  (kemungkinan

besar 1 koloni dapat berasal dari 2 sel) dan tidak dapat di aplikasikan pada bakteri

yang tumbuh lambat. Pada metode tersebut yang perlu diperhatikan adalah jumlah sel

bakteri harus mendekati kelipatan 10 pada setiap pengencerannya. Jika tidak

pengenceran di anggap gagal. Misalnya cawan yang dapat dihitung jumlah selnya

adalah yang mempunyai jumlah sel sekitar 2-4 untuk sampel pengenceran (10-x ), 20-

40 untuk sampel pengenceran (10(x+1)) dan 200-400 untuk sampel pengenceran (10-

) (Purwoko, 2007).
(x+2)

2) Metode Aktivitas Metabolik

Metode ini di dasarkan pada asumsi bahwa produk metabolit tertentu,

misalnya asam atau CO2, menunjukkan jumlah mikroorganisme yang terdapat di

dalam media. Misalnya pengukuran produksi asam untuk menentukan jumlah vitamin

yang di hasilkan mikroorganisme (Pratiwi, 2008).

3) Metode Berat Sel Kering

13
Metode ini umum digunakan untuk mengukur pertumbuhan fungi berfilamen.

Miselium fungi dipisahkan dari media dan dihitung sebagai berat  kotor. Miselium

selanjutnya dicuci dan dikeringkan dengan alat pengering (desikator) dan ditimbang

beberapa kali hingga mencapai berat yang konstan yang dihitung sebagai berat sel

kering (Pratiwi, 2008).

Menurut Pelezar and Chan (1986), juga menyatakan bahwa penentuan massa

sel berdasar jumlah partikel dengan menggambarkan sinar yang dilewatkan pada

suspensi sel. Jumlah sinar yang dihambat proporsional dengan massa sel yang ada,

semakin banyak massa sel yang ada dalam susupensi maka sinar yang dihamburkan

akan semakin banyak. Sejumlah sinar tersebut akan mencapai suatu alat (sejenis

detector), dimana alat tersebut akan dihubungkan dengan skala pembacaan untuk

absorbansi. Semakin banyak jumlah sinar yang tertangkap oleh detector maka nilai

absorbansi yang terbaca akan semakin besar. Intensitas cahaya yang ditransmisikan

dan diabsorbansi oleh larutan dapat ditentukan dengan hukum Lambert-Beer . Rasio

intensitas yang diteruskan (I) dengan intensitas cahaya mula-mula (I 0) disebut persen

transmitansi (%T). Semakin keruh suatu suspensi maka semakin kecil %T. secara

matematis hukum Lambert-Beer yaitu:

A = log (I0/It) = – log(I0/It) = – log T = abc

Dimana :

A : absorbansi

a : tetapan absorbivitas

b : tebal laritan yang dilalui sinar

c : konsentrasi larutan

14
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba ada dua yaitu, faktor abiotik

dan biotik. Faktor biotik terdiri atar interaksi dalam satu populasi mikroba dan

interaksi diantara berbagai macam populasi mikroba (Netralisme, Komensalisme,

Sinerginisme, Mutualisme). Sedangkan faktor abiotik terdiri atas: suhu, PH,

kelembapan, cahaya, nutrisi, zat kimia.

2. PH meter adalah jenis alat untuk mengukur derajat keasaman atau kebasaan suatu

cairan. PH merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi

kehidupan mikroorganisme dalam air.

3. TDS Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur partikel padatan yang terlarut pada

air minum yang tidak dapat dilihat oleh kasat mata. Pengukuran ada tidaknya atau banyak

sedikitnya kandungan zat/ partikel dalam larutan bisa menunjukkan ada tidaknya

pertumbuhan mikroorganisme.

4. Metode pengukuran mikroba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perhitungan

langsung dan tidak langsung. Perhitungan langsung meliputi metode turbidimetri,

total count, dan berat kering. Perhitungan tidak langsung yaitu viable count.

B.  Saran

Saran yang dapat saya ajukan dalam makalah ini gunakanlah makalah ini sebagai sumber

bacaan untuk menambah wawasan/pemahaman dan bisa menjadi bahan pembelajaran bagi

mahasiswa mengenai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan metode

pengukuran mikroba.

15
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, Silvia T. 2008. MikrobiologiFarmasi. FakultasFarmasiUGM : Yogyakarta.

http://zonabawah.blogspot.com/2011/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

http://adnanhidayat32.blogspot.com/2012/03/perhitungan-jumlah

bakteri.htmlhttp://pertumbuhanmikrobiologi.blogspot.co.id/

http://awaluddinihsan.blogspot.co.id/2014/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-

none_21.html

16

Anda mungkin juga menyukai