Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH MIKROBIOLOGI

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MIKROORGANISME

“Disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas pertama pada mata kuliah mikrobiologi”

DISUSUN OLEH :
NAMA : THYLKA MAWADHA TAMAGOLA
NIM : G70120066

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2021
A. Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah atau total massa
sel yang melebihi inokulum asalnya. Pertumbuhan merupakan suatu proses kehidupan
yang irreversible artinya tidak dapat dibalik kejadiannya. Pertumbuhan didefinisikan
sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat
dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel,
pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan
pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba.
Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang
berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian.
1) Fase Lag/Adaptasi. Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mulamula
akan mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di
sekitarnya. Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya:
• Medium dan lingkungan pertumbuhan. Jika medium dan lingkungan
pertumbuhan sama seperti medium dan lingkungan sebelumnya, mungkin
tidak diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika nutrient yang tersedia dan
kondisi lingkungan yang baru berbeda dengan sebelumnya, diperlukan
waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim.
• Jumlah inokulum. Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat
fase adaptasi.
Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena beberapa sebab, misalnya: (1) kultur
dipindahkan dari medium yang kaya nutrien ke medium yang kandungan nuriennya
terbatas, (2) mutan yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan
komposisi sama seperti sebelumnya.
2) Fase Log/Pertumbuhan Eksponensial. Pada fase ini mikroba membelah dengan
cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini kecepatan
pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH dan
kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban
udara. Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada fase
lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Akhir
fase log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan :
• Nutrien di dalam medium sudah berkurang
• Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat
pertumbuhan mikroba
3) Fase Stationer. Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang
tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih
kecil karena sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena
kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda
dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan
terhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.
4) Fase Kematian. Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami
kematian karena beberapa sebab yaitu:
• Nutrien di dalam medium sudah habis
• Energi cadangan di dalam sel habis
Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis
mikroba.
Mikroorganisme untuk pertumbuhannya memerlukan nutrisi dan faktor lingkungan untuk
kelangsungan hidupnya. Mikroorganisme memerlukan komponenkomponen tertentu
untuk pertumbuhannya, yaitu :
1) Energi, mikroorganisme dapat dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan
kebutuhan energinya, yaitu : mikroorganisme fototrof dan kemotrof.
Mikroorganisme fototrof menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energinya,
sedangkan mikroorganisme kemotrof sumber energi berasal dari oksidasi senyawa
organik seperti glukosa atau senyawa anorganik seperti H₂S atau NaNO₂.
2) Sumber karbon, berdasarkan kebutuhan karbonnya mikroorganisme dapat
dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu : mikroorganisme autotrof dan heterotrof.
Mikroorganisme autotrof adalah mikroorganisme yang menggunakan karbon
anorganik (CO₂) sebagai sumber karbonnya, sedangkan mikroorganisme heterotrof
memerlukan sumber karbon organik, misalnya glukosa.
3) Sumber nitrogen, mikroorganisme mengambil sumber N dalam bentuk gas
nitrogen, amonium, garam nitrat atau berupa N dari senyawa organik (mis. asam
amino)
4) Elemen non metal, terutama sulfur dan fosfor.
5) Elemen metal, terdiri dari Ca2+, Zn 2+, Na, Cu2+, Mn2+ ,Mg2+, Fe2+, Fe2+ dalam
bentuk garam-garam anorganik. Ion-ion ini berperan penting dalam osmoregulasi,
mengatur aktivitas enzim, dan transfer elektron.
6) Vitamin, penting dalam pertumbuhan sel dan diperlukan dalam jumlah sedikit. Juga
berperan sebagai koenzim.
7) Air, semua sel memerlukan air dalam mediumnya sebagai pelarut, sehingga nutrien
dengan berat molekul rendah dapat melewati membran sel.
Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta
kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga
bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan
jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva
pertumbuhannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme
yaitu:
1) Tingkat keasaman (pH)
Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral dan pH 4,6-7,0
merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang dan
khamir tumbuh pada pH yang lebih rendah.
2) Suhu
Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum
tertentu untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba
dibedakan atas tiga kelompok sebagai berikut:
• Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan pada
suhu 0-20° C
• Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20-
45°C
• Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45° C
Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh
baik pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen umumnya mempunyai
suhu optimum pertumbuhan sekitar 37° C, yang juga adalah suhu tubuh manusia.
Oleh karena itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan
beberapa bakteri pathogen. Mikroba perusak dan pathogen umumnya dapat tumbuh
pada kisaran suhu 4-66° C.
3) Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai
sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah :
karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil
logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian. Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang
menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat
tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada
menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
4) Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba dibedakan
atas 4 kelompok sebagai berikut:
• Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
• Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
• Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa
adanya oksigen.
• Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada konsentrasi
yang lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal di udara.
Mikroba perusak pangan sebagian besar tergolong aerob, yaitu
membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali bakteri yang dapat
tumbuh pada saluran pencernaan manusia yang tergolong anaerob
fakultatif.
B. Perkembangan Mikroorganisme
Perkembangan mikroorganisme dapat terjadi secara seksual dan aseksual yang paling
banyak terjadi adalah perkembangbiakan aseksual. Perkembangan biakan aseksual terjadi
dengan pembelahan biner, yakni satu sel induk membelah menjadi dua sel anak. Kemudian
masing-masing sel anak membentuk dua sel anak lagi, dan seterusnya. Tipe lain cara
perkembangbiakan aseksual disamping pembelahan biner (binaryfission) adalah
pembelahan ganda (multiplefission) dan perkuncupan (budding).
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, V.O., & Yempita Effendi. 2013. Mikrobiologi Hasil Perikanan Jilid 1. Padang: Bung
Hatta University Press
Hamdiyati, Yanti. Pertumbuhan Dan Pengendalian Mikroorganisme II. FMIPA. Jurnal
Pendidikan Biologi UPI. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai