S062108001
Dosen Pengampu :
2021
Kata Pengantar
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................................3
Daftar Gambar..........................................................................................................5
Daftar Tabel.............................................................................................................6
BAB I.......................................................................................................................7
PENDAHULUAN...................................................................................................7
1.1 Latar Belakang..........................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................8
1.3 Tujuan........................................................................................................9
1.4 Manfaat......................................................................................................9
BAB II....................................................................................................................10
PEMBAHASAN......................................................................................................9
2.1 Sampling Kualitas Udara Ambien.............................................................9
2.1.1 Penentuan Lokasi Sampling Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien
10
2.1.2 Penentuan Lokasi Sampling Uji Pemantauan Kualitas Udara Roadside
13
2.2 Sampling Kualitas Udara Emisi..............................................................16
2.2.1 Penentuan Lokasi Sampling Udara Emisi...........................................16
2.2.2 Titik Pengambilan Contoh Uji (Sampling Point) dan Penentuan
Kecepatan Alir pada Setiap Titik.......................................................................18
2.2.3 Teknik Pengambilan Sampel Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak...19
2.2.4 Teknik Pengambilan Sampel Udara Emisi Sumber Bergerak.............20
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................22
3.2 Saran........................................................................................................22
Daftar Pustaka........................................................................................................23
SOAL EVALUASI................................................................................................25
Daftar Gambar
No Gambar Halama
n
1. Lokasi Pemantauan Kualitas Udara Ambien....................................................9
2. Posisi Lubang Pengambilan Sampling pada Cerobong..................................15
Daftar Tabel
No Tabel Halama
n
Tabel 1. Baku Mutu Pengukuran Kualitas Udara Ambien.................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan hal terpenting penunjang kehidupan. Segala aspek kegiatan
memerlukan air sebagai bahan pokok dalam melakukan kegiatan-kegiatan
tersebut. Selain itu tubuh makhluk hidup sebagian besar adalah air sehingga tubuh
sangat bergantung dengan air. Air di bumi sangat melimpah, hal ini dapat dilihat
dengan begitu luas lingkungan perairan di bumi dan lebih dari 98% air yang ada
di bumi terdapat di bawah permukaan tanah di bawah pori-pori batuan.
Air permukaan merupakan air yang berada di atas permukaan tanah misalnya,
danau dan sungai. Menurut Soegianto (2005) air yang berasal dari air hujan yang
jatuh ke permukaan tanah, sebagian menguap dan sebagian lainnya mengalir ke
sungai, saluran air lalu disimpan di dalam danau, waduk dan rawa merupakan
jenis air permukaan. Sedangkan Limbong (2008) mendefinisikan air permukaan
sebagai air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Jadi, Air permukaan adalah
air yang terkumpul di atas tanah yang dapat dengan mudah dilihat oleh mata. Pada
umumnya sumber air yang berasal dari permukaan, merupakan air yang kurang
baik untuk langsung dikonsumsi manusia. Oleh karena itu sumber air yang berasal
dari air permukaan perlu adanya pengolahan terlebih dahulu sebelum
dimanfaatkan.
Sampai saat ini air permukaan masih merupakan sumber air yang memberikan
konstribusi terbesar untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik untuk
memenuhi kebutuhan langsung hidupnya maupun sebagai sumber air irigasi untuk
kegiatan budidaya pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan maupun
peternakan). Dengan demikian pemanfaatan air permukaan sebagai sumber air
irigasi maupun untuk keperluan hajat hidup manusia yang lainnya perlu dikelola
dengan baik sesuai dengan potensinya sehingga dapat dimanfaatkan secara lestari.
Kehidupan makhluk hidup yang sangat bergantung dengan pasokan air ini
membuat ketersediaan air harus selalu ada dan dalam kondisi yang baik untuk
digunakan. Jika air tersebut terkontaminasi dengan zat-zat berbahaya maka proses
kehidupan serta berbagai kegiatan akan terganggu. WHO memperkirakan 80%
penyakit di dunia bersinggungan dengan sanitasi dan air yang tidak layak. Namun
demikian sampai saat ini sebagian besar kebutuhan air masih mengandalkan dari
sumber air permukaan. Oleh karena itu, sumber air permukaan perlu dikelola
dengan baik sehingga mampu memberikan manfaat baik.
Pengertian pencemaran air sendiri adalah jika suatu air yang dianalisis
kemudian ditemukan indikasi adanya penurunan kualitas air sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut di atas adalah
baku mutu air yang ditetapkan dan berfungsi sebagai tolok ukur untuk
menentukan telah terjadinya pencemaran air, juga merupakan arahan tentang
tingkat kualitas air yang akan dicapai atau dipertahankan oleh setiap program
kerja pengendalian pencemaran air. Pengendalian pencemaran air sendiri
merupakan upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta
pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu
air (PP No. 82 Tahun 2001).
Pencemaran air permukaan diakibatkan karena adanya kegiatan industri,
kegiatan rumah tangga, kegiatan pariwisata disekitar sumber air permukaan, dan
juga adanya kegiatan penangkapan perikanan dan kegiatan pertanian membuat
menurunnya kualitas air permukaan (Melinda et al., 2019). Penggunaan air yang
tidak memenuhi kriteria standar kualitas sesuai peruntukannya dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh keberadaan
mikroorganisme patogen, zat kimia beracun dan zat radioaktif. Indikator
pencemaran sungai tersebut dapat diamati secara fisik, kimiawi, mikrobiologis,
radioaktivitas serta senyawa organik dan pestisida. Limbah dari kegiatan manusia
yang umumnya langsung dibuang ke dalam sumber air permukaan seperti sungai
dan waduk, akan berdampak sangat buruk terhadap kualitas air permukaan
tersebut. Dampak buruk terhadap kualitas air permukaan tersebut sangat
bergantung dari jenis, jumlah dan sifat dari limbah yang masuk ke dalam sumber
air permukaan (Ahdiaty & Fitriana, 2020). Untuk mengetahui apakah sumber air
permukaan tersebut tercemar atau tidak maka diperlukan pemantauan terhadap
kualitas air permukaan.
Pemantauan terhadap kualitas air permukaan ini perlu dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar status pencemaran yang terjadi. Status mutu air
merupakan kondisi yang dapat menunjukkan kondisi lingkungan perairan
tercemar atau tidak dalam waktu tertentu dengan melakukan pengukuran kualitas
air permukaan dengan variabel yang telah ditentukan pada baku mutu sesuai
peruntukannya (Alam et al., 2016). Baku mutu yang digunakan adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Variabel yang diperlukan untuk pengukuran
kualitas air permukaan yang digunakan antara lain temperatur, Total Suspended
Solid (TSS), derajat keasaman (pH), kelarutan oksigen (DO), Biological Oxygen
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Amonia, dan Total Coliform.
Selanjutnya dilakukan analisis menggunakan indeks pencemaran yang terdapat
pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KepMen LH) Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Pemantauan terhadap kualitas air permukaan yang dilakukan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantanya seperti letak titik lokasi pengambilan sampel air,
metode pengambilan sampel uji, waktu, peralatan yang digunakan, jenis
parameter yang akan dianalisis dan debit air. Pemantauan kualitas air permukaan
ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan makhluk hidup.
Langkah awal dalam memantau kualitas air permukaan adalah dengan cara
sampling air permukaan yang dapat dilakukan dengan berbagai teknik sampling.
Teknik sampling harus dilakukan dengan cara yang representatif sehingga
pemantauan kualitas air permukaan yang dihasilkan valid dengan sampelnya
(Arrazy, 2020). Makalah ini akan membahas mengenai bagaimana teknik
sampling yang dapat dilakukan untuk pemantauan kualitas air permukaan
sehingga air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari tidak menimbulkan efek
negatif bagi makhluk hidup.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam
makalah ini adalah :
1. Mengetahui teknik sampling dalam pemantauan kualitas air permukaan.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan makalah di atas, maka manfaat yang diperoleh setelah
membaca makalah ini adalah :
1. Sebagai prasyarat akademik dalam memenuhi tugas UAS Mata Kuliah
Metode Pengukuran Parameter Lingkungan dan Teknik Sampling
2. Memberikan informasi terhadap masyarakat mengenai bagaimana metode
yang digunakan untuk melakukan pemantauan terhadap kualitas air air
permukaan berdasarkan SNI 6989.57:2008 tentang Metoda pengambilan
contoh air permukaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sampling Air
Sampling berasal dari kata sampel yang berarti bahan/specimen yang
digunakan untuk pemeriksaan. Maksud pengambilan contoh uji (sampling)
sendiri, adalah mengumpulkan volume contoh uji yang akan diteliti dengan
jumlah sekecil mungkin, tetapi masih mewakili secara keseluruhan (representatif),
untuk ditentukan atau diukur karakteristiknya. Dimana sampel representatif itu
masih mempunyai sifat–sifat yang sama dengan sumber contoh tersebut (misal
badan air/sungai, danau/waduk, mata air, sumur dll.).
Pengambilan contoh uji adalah merupakan langkah pertama dari serangkaian
penelitian suatu badan air, dimana urutannya adalah sebagai berikut:
(1) Pengambilan contoh uji yang representatif
(2) Transportasi dan penanganan contoh uji
(3) Analisa di laboratorium
Jadi jelas bahwa hasil analisa hanya berlaku, jika langkah – langkah lain telah
dilaksanakan dengan lengkap. Syarat-syarat untuk dilakukannya pengampilan
contoh uji air (sampling air) ini sendiri yaitu meliputi:
(1) Pengambilan contoh uji yang representatif (meliputi: pemilihan lokasi,
Teknik pengambilan contoh uji yang tepat, dan metode pengawetan yang
benar)
(2) Peralatan dan intrumentasi yang terkalibrasi
(3) Sumber daya manusia yang memadai
Sampling air berarti melakukan pengambilan sejumlah volume suatu badan air
yang akan diteliti, dengan jumlah sekecil mungkin, tapi masih mewakili, atau
dapat dikatakan masih mempunyai sifat-sifat yang sama dengan badan air
tersebut. Tujuan umum sampling air dilakukan yaitu:
- Pengumpulan data / Rona Lingkungan awal.
- Pemantauan
- Pengawasan
- Penelitian dan
- Penegakan Hukum Lingkungan.
Untuk mencapai tujuan diatas maka sampling harus dikerjakan agar:
a. Mendapatkan sampel yang representatif (mewakili kumpulannya),
Obyektif (sesuai dengan keadaan yang sebenarnya), teliti dan tepat
(terjamin kebenarannya), tepat waktu (sesuai dengan kebutuhan saat
tertentu) dan Relevan (menunjang persoalan yang dihadapi).
b. Menghindari kontaminasi sampel
c. Mencegah Degradasi Analit/perubahan kondisi analit sebelum sampel
sampai di laboratorium.
2.2 Pengertian Air Permukaan
Air permukaan merupakan sumber penting pasokan air bagi masyarakat. Air
permukaan merupakan air yang berada di atas permukaan tanah, dalam kondisi
mengalir atau diam. Air permukaan tidak mampu terserap, karena lapisan tanah
sangat keras. Nantinya aliran yang terkumpul akan mengalir menuju suatu titik,
seperti sungai, danau maupun laut. Air permukaan dibagi dalam dua jenis, yakni
perairan darat dan perairan laut. Berikut Ini Merupakan Pengertian Air Permukaan
Menurut Para Ahli.
Soegianto (2005) Air permukaan adalah air yang berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan tanah, sebagian menguap dan sebagian lainnya
mengalir ke sungai, saluran air lalu disimpan di dalam danau, waduk dan
rawa.
Limbong (2008) Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di
permukaan bumi. Jadi, Air permukaan adalah air yang terkumpul di atas
tanah yang dapat dengan mudah dilihat oleh mata. Pada umumnya sumber
air yang berasal dari permukaan, merupakan air yang kurang baik untuk
langsung dikonsumsi manusia. Oleh karena itu sumber air yang berasal
dari air permukaan perlu adanya pengolahan terlebih dahulu sebelum
dimanfaatkan.
Air permukaan (surface water) meliputi air sungai, danau, waduk, rawa dan
genangan air lainnya, tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang
mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheads atau drainage basins.
Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan
permukaan (surface run off) dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut
aliran air sungai (river run off). Sekitar 60 % air yang masuk ke sungai berasal
dari
hujan, pencairan es/salju, dan sisanya berasal dari air tanah. Wilayah di sekitar
daerah aliran sungai yang menjadi tangkapan air disebut catchment basin (Effendi,
2003).
Air permukaan dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya yaitu air sungai, air
danau, air rawa, dan air laut.
Air Sungai
Sungai merupakan air tawar yang memiliki aliran dimana sumbernya ada di
daratan yang bermuara ke laut, danau maupun sungai yang lebih besar. Air hujan,
mata air maupun cairan gletser akan mengalir melalui sebuah saluran menuju
tempat yang lebih rendah. Mula-mula saluran yang dilalui ini relative sempit dan
pendek. Tetapi secara proses alamiah aliran ini mengikis daerah-daerah yang di
laluinya. Akibatnya saluran ini semakin lama semakin lebar serta panjang dan
terbentuklah sungai.
Air Danau
Danau merupakan cekungan-cekungan yang ada di permukaan bumi, baik itu
akibat proses tektonik, vulkanik atau proses lain yang membuat adanya cekungan
lama kelamaan akan terisi oleh air sungai yang mengalir dan bermuara di
cekungan tersebut. Danau sangat penting keberadaannya bagi kehidupan
khususnya manusia antara lain sebagai cadangan air untuk kepentingan perairan
(irigasi), air minum sebagai sumber pembangkit tenaga listrik, sebagai sarana
olahraga dab rekreasi sebagai pengatur air untuk mencegah banjir dan sebagai
tempat untuk kegiatan perikanan (tambak udang dan ikan) serta manfaat lainnya.
Danau ialah suatu badan air yang dikelilingi oleh tanah. Ada jutaan danau di
dunia. Salah satu yang bertinggi ialah Danau Titicaca di pegunungan Andes antara
Boliyia dan peru yang berada di sekitar 3810 m (12.500 kaki) diatas permukaan
laut. Danau terendah ialah Laut Mati antara Israel dan Yordania. Ini lebih dari 395
m (1.300 kaki) dibawah permukaan laut Air di danau berasal dari hujan, salju, es
mencair, sungai dan air tanah rembesan. Kebanyak danau berisi air tawar.
Air Rawa
Rawa ialah daerah yang selalu tergenang air dan memiliki kadar air yang
relative tinggi. Air di rawa terlihat kotor karena tempat itu mengandung bahan
organik yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang mati. Akibatnya air yang
menggenang menyebabkan tanah menjadi asam. Sebuah rawa merupakan daerah
lahan secara permanen jenuh atau diisi dengan air. Banyak rawa bahkan tertutup
oleh air ada dua jenis utama dari rawa yaitu Rawa air tawar Dan Rawa-rawa air
asin. Rawa yang didominasi oleh pohon-pohon, mereka sering disebut untuk jenis
pohon yang tumbuh di dalamnya seperti rawa cemara atau rawa kayu. Rawa air
tawar biasanya ditemukan didaratan sedangkan rawa air asin biasanya ditemukan
di sepanjang daerah pesisir. Rawa merupakan daerah transisi mereka tidak benar-
benar tanah atau benar-benar air.
Air Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya
seperti air laut yang berada di laut. Berdasarkan luas dan bentuknya, klasifikasi
laut terdiri dari Teluk adalah bagian laut yang menjorok ke darat, Selat adalah laut
yang relative sempit dan terletak antara dua pulau, Laut adalah perairan yang
terletak di antara pulau-pulau yang relative lebih luas dibandingkan dengan selat
dan Samudera adalah laut yang sangat luas dan terletak diantara benua.
Karakteristik masing-masing jenis air permukaan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Karakteristik Masing-masing Jenis Air Permukaan
a) Badan Air
Adalah tempat dan wadah diatas permukaan daratan yang terisi dan atau
menghasilkan air yaitu rawa, danau, sungai, waduk dan saluran air. Perhatikan :
Titik pengambilan contoh harus mewakili (representatif) dan hindari
pengambilan buih dari permukaan air
Untuk sungai yang besar atau aliran-aliran yang airnya tidak bercampur
rata, maka diperlukan contoh yang lebih banyak dari beberapa tempat
pemukiman sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman yang berbeda-
beda pada setiap lokasi.
Apabila menggunakan perahu atau peralatan lain hindari aliran yang
bergejolak (turbulensi).
Titik pengambilan contoh berjarak 1-5 Km dari hilir atau dari sumber
pencemaran, atau 500 m di hilir danau atau air terjun
b) Aliran Terbatas
Titik pengambilan contoh air dari peralatan pipa, tangki, bejana, filter,
kondensor, evaporator adalah pada titik antara air masuk dan air keluar
Titik pengambilan contoh air tidak boleh dekat dengan sambungan untuk
menghindari pengaruh gejolak arus di dalam pipa, titik pengambilan
contoh diambil pada jarak 25 % dari diameter pipa sampai maksimum 100
mm dari dinding pipa
c) Generator Uap
Tidak untuk pengambilan contoh tergantung pada disain generator uap
Hindari tempat dimana fase uap dan fase air tidak dapat dipisahkan
Lakukan pengambilan contoh melalui koli pendingin
1. Kick Sampling
Metode ini digunakan pada perairan dangkal dengan air yang mengalir.
Jaring tangan dipegang secara vertikal melawan aliran sungai dengan
muka jaring berada pada jarak 1-2 dm di depan kaki operator (pengambil
sample). Setelah itu bergerak mundur secara perlahan dengan mengaduk
dan menendang sedimen lumpur ke dalam jaring. Pada umumnya hal ini
dilakukan selama 1 menit atau sampai jarring terhalang dengan lumpur
sehingga air tidak bisa melewati jarring. Kemudian kosongkan isi jarring
dengan mengeluarkan Lumpur ke dalam wadah (tangki kecil), dan
digunakan penjepit atau pinset untuk mengambil organisme yang terjaring
di jaring.
Alat pengambil contoh sederhana dapat berupa ember plastik yang dilengkapi
dengan tali, gayung plastik yang bertangkai panjang.
CATATAN Dalam praktiknya, alat sederhana ini paling sering digunakan dan
dipakai untuk mengambil air permukaan atau air sungai kecil yang relatif dangkal.
Gambar 6. Contoh Alat Pengambil Contoh Air Point Sampler Tipe Vertikal
Gambar 7. Contoh Alat Pengambil Contoh Air Point Sampler Tipe Horizontal
Alat pengambil contoh jenis ini digunakan untuk mengambil contoh air dalam
rentang waktu tertentu secara otomatis. Contoh yang diperoleh ini merupakan
contoh gabungan selama periode tertentu (lihat Gambar 9).
D. Alat Pendingin
Alat ini dapat menyimpan contoh air permukaan yang diambi pada suhu 4 °C
± 2 °C, digunakan untuk menyimpan contoh air permukaan untuk pengujian sifat
fisika dan kimia.
F. Alat Penyaring
Alat ini dilengkapi dengan pompa isap atau pompa tekan serta dapat menahan
saringan yang mempunyai ukuran pori sebesar 0,45 μm.
A. Kalibrasi DO Meter
DO meter YSI 550A (YSI Incorporated) adalah alat untuk mengecek kualitas
oksigen terlarut dalam air dan suhu air. Pada saat alat ini hendak digunakan untuk
mengetahui kadar oksigen dan suhu air dari posisi off/ mati, maka sebelumnya
alat ini harus terlebih dahulu harus dikalibrasikan. Berikut cara mengkalibrasikan
alat ini:
1. Tekan tombol power on/ off
2. Tekan tombol pilihan secara bersamaan
3. Tekan tombol enter
4. Tekan tombol enter
5. Tunggu sampai angka menunjukkan 100.0 atau mendekati 100.0 kemudian
tekan tombol enter
6. Tekan tombol enter
7. Tekan tombol enter
8. Tekan tombol mode
9. Sudah siap digunakan untuk mengecek suhu air dan kadar oksigen
B. Kalibrasi pH Meter
pH meter adalah alat untuk mengecek sifat keasaman dan kebasaan dari dalam
air. Pada saat alat ini hendak digunakan untuk mengetahui sifat
keasaman/kebadaan suatu sampel air dari posisi off/ mati, maka sebelumnya alat
ini harus terlebih dahulu harus dikalibrasikan. Berikut cara mengkalibrasikan alat
ini:
1. Siapkan pH meter yang akan dikalibrasi, larutan buffer pH 4 dan 7,
aquades, dan tissue.
2. Tuang larutan buffer pH 4 dan 7 sebanyak 50 mL ke dalam wadah.
3. Tuang aquades masing-masing sebanyak 50 mL ke dalam dua wadah yang
berbeda (untuk membilas bekas celupan pH 4 dan 7).
4. Bilas elektroda pH meter dengan aquades lalu keringkan dengan tissue.
5. Celup elektroda pH meter ke dalam larutan buffer pH 4, lalu tekan tombol
CAL. Tunggu sampai pembacaan pH stabil. Jika sudah stabil pada angka
4,00 - 4,02 (sesuai spesifikasi larutan buffer), tekan HOLD ENT.
6. Bilas kembali elektroda pH meter dengan aquades bekas celupan pH 4 lalu
keringkan dengan tissue.
7. Celup elektroda pH meter ke dalam larutan buffer pH 7. Tunggu sampai
pembacaan pH stabil. Jika sudah stabil pada angka 6,99 - 7,01 (sesuai
spesifikasi larutan buffer), tekan HOLD ENT.
8. Bilas kembali elektroda pH meter dengan aquades bekas celupan pH 7,
tunggu sampai 10 menit untuk menstabilkan pembacaan, lalu keringkan
dengan tissue.
9. pH meter sudah terkalibrasi.
C. Kalibrasi Termometer
Termometer adalah alat untuk mengecek suhu atau temperature pada suatu
sampel air permukaan. Pada saat alat ini hendak digunakan untuk mengetahui
besarnya suhu suatu sampel air dari kondisi pada suhu 0°C, maka sebelumnya alat
ini harus terlebih dahulu harus dikalibrasikan. Berikut cara mengkalibrasikan alat
ini:
1. Mempersiapkan termometer alkohol atau termometer air raksa yang
skalanya belum ditentukan.
2. Siapkan es batu dan air secukupnya.
3. Masukkan air dan es batu ke dalam sebuah wadah (nantinya wadah ini
digunakan sebagai pemanas).
4. Lalu, masukkan termometer ke dalam wadah air tersebut.
5. Sebelum dimasukkan ke dalam wadah termometer memiliki suhu lebih
panas daripada es batu. Nantinya, pada saat termometer yang dimasukkan
ke dalam wadah air, maka zat (air raksa, alkohol) pada kolom termometer
yang menunjukan nilai suhu akan bergerak turun secara perlahan.
Diamkan saja hingga zat tersebut berhenti bergerak sama sekali.
6. Pada saat zat di dalam termometer berhenti bergerak maka menandakan
jika termometer sudah berada pada keseimbangan termal. Kemudian anda
tandai posisi kolom zat (air raksa, alokohol) pada saat berhenti bergerak.
Tanda tersebut menunjukan titik beku air.
7. Tahap selanjutnya, panaskan termometer, air dan es batu yang ada di
dalam wadah pemanas secara bersamaan menggunakan kompor. Pada saat
air semakin panas, zat pada kolom termometer akan naik secara perlaha.
Ketika air mendidih maka zat pada kolom termometer ikut berhenti, tandai
posisi ini. Tanda ini berarti zat tersebut menunjukakan titik didih air.
D. Kalibrasi Turbidimeter
E. Kalibrasi Konduktometer
Konduktometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan daya hantar
suatu larutan dan mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam air
dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom cairan selain itu konduktometer
memiliki kegunaan yang lain yaitu mengukur daya hantar listrik yang diakibatkan
oleh gerakan partikel di dalam sebuah larutan. Konduktometer juga dapat
digunakan untuk mengukur besarnya jumlah ion serta konsentrasi padatan yang
terlarut (Total Dissolved Solid/TDS) di dalam sebuah larutan/air. Konsentrasi ion
di dalam larutan berbanding lurus dengan daya hantar listriknya. Artinya, semakin
banyak ion mineral yang terlarut, maka akan semakin besar kemampuan larutan
tersebut untuk menghantarkan listrik dan sebaliknya. Urutan kerja kalibrasi
konduktometer adalah :
1. Siapkan larutan elektrolit sesuai dengan kebutuhan
2. (10µS/cm, 500µS/cm, 1410 µS/cm, dan sebagainya).
3. Bilas elektroda dengan air DI (De Ionisasi/ air bebas ion) dan
4. keringkan dengan menggunakan kertas tisu.
5. Nyalakan konduktometer dengan menekan tombol ON/OFF.
6. Masukan elektroda kedalam larutan elektrolit.
7. Tekan tombol CAL, putar elektroda agar larutan elektrolit homogen.
8. Biarkan beberapa saat sampai nilai yang tertera di layar tidak berubah.
9. Angkat elektroda dari larutan elektrolit, kemudian bilas dengan air DI
beberapa kali dan keringkan dengan kertas tisu.
10. Konduktometer telah siap digunakan.
2.10 Wadah Contoh
C. Cara pengambilan sampel air untuk uji senyawa organik mudah menguap
(VOC) berdasarkan SNI 6989-57:2008 dapat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a) selama melakukan pengambilan contoh untuk pengujian senyawa VOC,
sarung tangan lateks harus terus dipakai, sarung tangan plastik atau sintetis
tidak boleh digunakan;
b) saat mengambil contoh untuk analisa VOC, contoh tidak boleh terkocok
untuk menghindari aerasi, aerasi contoh akan menyebabkan hilangnya
senyawa volatil dari dalam contoh;
c) bila menggunakan alat bailer (Gambar 10)
1) jangan menyentuh bagian dalam septa, buka vial VOC 40 mL dan
masukkan contoh secara perlahan ke dalam vial hingga terbentuk convex
meniscus di puncak vial;
2) tutup vial secara hati-hati dan tidak boleh ada udara dalam vial;
3) balikkan vial dan tahan;
4) bila terlihat gelembung dalam vial, contoh harus diganti dan ambil contoh
yang baru.
d) seluruh vial diberi label yang jelas, bila menggunakan vial bening bungkus
dengan aluminium foil dan simpan dalam tempat pendingin;
e) bila air limbah mengandung residual klorin tambahkan 80 mg Na2SO3 ke
dalam 1 L contoh;
f) contoh VOC karena sifatnya yang volatil, maka pengambila contoh
dilakukan secara sesaat (grab contoh), bukan komposit.
CATATAN. Contoh VOC biasanya dibuat dalam dua atau tiga buah
contoh, tergantung kebutuhan laboratorium; ulangi pengambilan contoh
bila diperlukan.
D. Cara pengambilan sampel air untuk uji oksigen terlarut berdasarkan SNI
6989-57:2008 dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
Pengambilan contoh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Cara Langsung
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan cara titrasi, sebagai berikut:
a) siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang diketahui serta
dilengkapi dengan tutup asah;
b) celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol
searah dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol dengan
tenang, atau dapat pula dengan menggunakan sifon;
c) isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung
udara selama pengisian, kemudian botol ditutup;
d) contoh siap untuk dianalisa.
2. Cara Khusus
Tahapan pengambilan contoh dengan cara alat khusus, dilakukan sebagai berikut:
a) siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang diketahui serta
dilengkapi dengan tutup asah;
b) masukkan botol ke dalam alat khusus (lihat Gambar 5);
c) ikuti prosedur pemakaian alat tersebut;
d) alat pengambil contoh untuk pengujian oksigen terlarut ini dapat ditutup
segera setelah terisi penuh.
E. Cara pengambilan sampel air untuk uji senyawa aromatik dan akrolein
serta akrilonitril berdasarkan SNI 6989-57:2008 dapat dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a) lakukan pengambilan contoh untuk pengujian senyawa aromatik, tetapi
vialnya hanya diisi setengah dan sisanya ditambahkan dengan asam dalam
jumlah yang diperlukan;
b) untuk pengujian senyawa akrolein dan akrilonitril contoh diatur hingga pH
4 - 5;
c) contoh akrolein dan akrilonitril harus dianalisa dalam waktu 3 hari setelah
pengambilan contoh.
F. Cara pengambilan sampel air untuk uji senyawa organik yang dapat
diekstraksi berdasarkan SNI 6989-57:2008 dapat dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a) ambil contoh dengan menggunakan Bailer;
b) buka tutup botol gelas 1 L secara hati-hati agar tidak menyentuh bagian
dalam dari tutup;
c) isi botol hingga 1 cm dari puncak botol;
d) bila satu bailer tidak cukup untuk mengisi botol, tutup botol untuk
menghindari kontaminasi contoh dan ambil lagi contoh, dan lanjutkan
pengisian botol;
e) bila contoh memerlukan analisa pestisida, pH contoh harus diatur antara
pH 5 - 9 dengan menggunakan H2SO4 atau NaOH.
G. Cara pengambilan sampel air untuk uji total logam dan zat terlarut
berdasarkan SNI 6989-57:2008 dapat dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a) bilas botol contoh dan tutupnya dengan contoh yang akan dianalisa;
b) buang air pembilas dan isi botol dengan sampel hingga beberapa cm di
bawah puncak botol agar masih tersedia ruang untuk menambahkan
pengawet dan melakukan pengocokan.
a) Sumber air alamiah, yaitu pada lokasi yang belum atau sedikit terjadi
pencemaran (titik 1, lihat Gambar 11).
b) Sumber air tercemar, yaitu pada lokasi yang telah menerima limbah (titik
4, lihat Gambar 11).
c) Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu pada lokasi tempat penyadapan
sumber air tersebut. (titik 2 dan 3, lihat Gambar 11).
d) Lokasi masuknya air ke waduk atau danau (titik 5, lihat Gambar 11).
Lokasi pengambilan contoh air danau atau waduk disesuaikan dengan tujuan
pengambilan contohnya, berdasarkan SNI 6989.57:2008 tentang Metode
Pengambilan Contoh Air Permukaan paling tidak diambil dilokasi-lokasi sebagai
berikut:
a) Tempat masuknya sungai ke waduk atau danau.
b) Ditengah waduk atau danau.
c) Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan.
d) Tempat keluarnya air dari waduk atau danau.
Gambar 14. Titik pengambilan Contoh Air Pada Danau atau Waduk
KETERANGAN:
Epilimnion: lapisan atas danau atau waduk yang suhunya relatif sama
Termoklin atau metalimnion: lapisan danau atau waduk yang mengalami
penurunan suhu yang cukup besar (lebih dari 1°C/m)
Hipolimnion: lapisan bawah danau atau waduk yang mempunyai suhu
relatif sama dan lebih dingin dari lapisan di atasnya, biasanya lapisan ini
mengandung kadar oksigen yang rendah dan relatif stabil
Dari gambar tersebut, perhitungan nilai rata-rata harian adalah 6,1. Akan tetapi
apabila contoh hanya diambil setiap hari keempat, maka nilai rata-rata menjadi 9.
Sedangkan bila diambil setiap hari pertama nilai rata-ratanya menjadi 3. Untuk
mengetahui kesalahan ini maka frekuensi pengambilan contoh setiap minggu
diambil sebanyak dua kali, sehingga diperlukan 6 kali pengambilan dalam periode
tiga minggu.
B. Hubungan antara waktu pengambilan sampling air dengan jenis sumber air
Berdasarkan jenis sumber air dan tingkat pencemarannya sebagai berikut :
1. Sungai/saluran yang tercemar berat, setiap dua minggu sekali selama
setahun.
2. Sungai/saluran yang telah tercemar ringa sampai sedang, sebulan sekali
selama setahun.
3. Sungai/saluran alami yang belum tercemar, tiga bulan sekali selama
setahun.
4. Waduk/danau setiap dua bulan sekali selama setahun.
5. Air tanah setiap tiga bulan sekali selama setahun.
6. Air meteorik sesuai dengan keperluan.
c) Pengaturan Waktu
Jika menggunakan cara pengaturan waktu dapat menghindari kesalahan
pemeriksaan yang disebabkan oleh perubahan unsur selama penyimpanan. Batas
waktu pemeriksaan tidak boleh melebihi batas waktu maksimum penyimpanan
agar tidak terjadi perubahan unsur yang tidak dikehendaki.
Pengawetan contoh dilakukan apabila pemeriksaan tidak dapat langsung
dilakukan setelah pengambilan contoh, berdasarkan SNI 6989.57:2008 tentang
Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan, pengawetan contoh air permukaan
dapat dilakukan berdasarkan tabel berikut:
2.17 Metode Analisis Parameter Kualitas Air Permukaan
Dalam melakukan analisis parameter kualitas air permukaan harus didasarkan
pada suatu aturan. Indonesia menggunakan SNI (Standar Nasional Indonesia)
dalam melakukan pengukuran apapun. Berikut bebrapa metode yang digunakan
dalam menganalisis parameter kualitas air permukaan disesiakan pada Tabel 1.
Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air. Dari definisi tersebut kita dapat melihat bahwa baku
mutu air dan kriteria mutu air memiliki pengertian yang hampir serupa. Keduanya
sama-sama menetapkan ukuran bagi kualitas air permukaan. Perbedaannya,
kriteria mutu air merupakan acuan yang berlaku umum bagi setiap peruntukan,
sementara baku mutu air berlaku khusus pada sumber air tertentu, melekat pada
kelas air yang telah ditetapkan untuk sumber air tersebut (atau segmennya).
Dalam menetapkan baku mutu air, pemerintah merujuk kriteria mutu air
dalam Lampiran PP No. 82 Tahun 2001. Jika kelas sungai telah ditetapkan tanpa
menetapkan baku mutunya, maka kriteria mutu otomatis berlaku sebagai baku
mutu air. Sebagaimana dijelaskan di atas, jika kelas sungai belum ditetapkan,
maka baku mutu air mengacu pada kriteria mutu Kelas 2. Beberapa parameter
yang paling umum ditemui berikut acuan baku mutunya adalah sebagai berikut:
2.19 Penanganan Sampel di Lapangan
Sampel merupakan bukti fisik dan harus dapat mendukung proses
pengambilan kebijakan, oleh sebab itu diperlukan rekaman data dan rangkaian
pengamanan sampel, untuk menjamin ketertelusuran sampel, mulai dari
pengambilan sampai dengan sampel dianalisis.
Pada setiap pengambilan sampel air, kondisi air dan kondisi lapangan selalu
dicatat dalam “Rekaman Data Pengambilan Sampel”, karena faktor ini akan
mempengaruhi parameter yang akan diukur.
Sampel yang telah diambil melalui teknik pengambilan yang benar harus
diperlakukan dengan benar pula mulai dari lokasi pengambilan sampel sampai
sampel dianalisis di laboratorium. Perlakuan terhadap sampel yang telah diambil
meliputi:
a) Pengawetan
b) Pemberian label/tanda
c) Pengisian Formulir Rangkaian Pengamanan Sampel/Chain of Custody
d) Pengamanan /Penyegelan
Pemberian label/tanda dilakukan terhadap bagian luar wadah sampel dan tutup
wadah, segera setelah sampel diambil untuk mencegah kesalahan titik
pengambilan sampel, parameter, dan faktor lainnya antara sampel yang satu
dengan lainnya. Ada berbagai cara yang dilakukan untuk pemberian label pada
wadah contoh. Informasi minimum yang diperlukan untuk pelabelan contoh
meliputi :
a) Penandaan lokasi, seperti penomoran
b) Titik/Lokasi pengambilan
c) Tanggal dan Waktu Pengambilan
d) Keterangan singkat mengenai jenis contoh
e) Petugas Pengambilan Contoh
f) Catatan tambahan (seperti pH, temperatur dan lain lain)
A. Contoh Split
a) Contoh terbelah diambil dari satu titik dan dimasukkan ke dalam wadah
yang sesuai.
b) Contoh dicampur sehomogen mungkin serta dipisahkan ke dalam dua
wadah yang telah disiapkan.
c) Kedua contoh tersebut diawetkan dan mendapatkan perlakuan yang sama
selama perjalanan dan preparasi serta analisa laboratorium.
B. Contoh Duplikat
a) Contoh diambil dari titik yang sama pada waktu yang hampir bersamaan.
b) Bila contoh kurang dari lima, contoh duplikat tidak diperlukan.
c) Bila contoh diambil 5 sampai dengan 10 contoh, satu contoh duplikat
harus diambil.
d) Bila contoh diambil lebih dari10 contoh, contoh duplikat adalah 10% per
kelompok parameter matrik yang diambil.
3.2 Saran
Studi lebih lanjut terkait sampling pemantauan kualitas air permukaan baik
dari sumber air sungai, air waduk, air danau, air rawa serta air laut untuk
memperoleh informasi yang lebih lengkap.
Daftar Pustaka
Coronge, M, A., Tjarang, W., & Irmawaty, R.(2018). Analisis Tingkat Emisi Pada
Cerobong Asap Pabrik Semen Tonosa Pakkep, Jurnal Purifikasi, 2(18(, Hal
87-92
Erou, A., & Fadhillah, F(2019). Inventarisasi & Status Mutu Udara Ambien,
Jurnal Teknologi Lingkungan, Hal 32-40
Lan, H., Hartonen, K., & Riekkola, M.(2020). Miniaturised Air Sampling
Techniques for Analysis of Volatile Organic Compound in Air, Trends in
Analytical Chemistry, Hal 1-22
Schinelle, K., & Dunn, R,F.(2016). Air Pollution Control Technology Handbook
Sec Edition.
Triyanti, A., & Santikayasa, I,D.(2006). Analisis Pola Unsur Meteorologi dan
Konsentrasi Polutan di Udara Ambien, J Agromet, 20(2) Hal 17-26