Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH

METODE TEKNIK SAMPLING AIR PERMUKAAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah


Metode Pengukuran Parameter Lingkungan dan
Teknik Sampling

Kinkind Raras Heliani

S062108001

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Pranoto, M.Sc, C.EIA, C.WS

PROGRAM PASCASARJANA KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2021
Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Metode
Pengukuran Parameter Lingungan dan Teknik Sampling, dengan judul “Metode
Tenik Sampling Air Permukaan”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak dan makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan duni pendidikan

Surakarta, 7 Desember 2021

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................................3
Daftar Gambar..........................................................................................................5
Daftar Tabel.............................................................................................................6
BAB I.......................................................................................................................7
PENDAHULUAN...................................................................................................7
1.1 Latar Belakang..........................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................8
1.3 Tujuan........................................................................................................9
1.4 Manfaat......................................................................................................9
BAB II....................................................................................................................10
PEMBAHASAN......................................................................................................9
2.1 Sampling Kualitas Udara Ambien.............................................................9
2.1.1 Penentuan Lokasi Sampling Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien
10
2.1.2 Penentuan Lokasi Sampling Uji Pemantauan Kualitas Udara Roadside
13
2.2 Sampling Kualitas Udara Emisi..............................................................16
2.2.1 Penentuan Lokasi Sampling Udara Emisi...........................................16
2.2.2 Titik Pengambilan Contoh Uji (Sampling Point) dan Penentuan
Kecepatan Alir pada Setiap Titik.......................................................................18
2.2.3 Teknik Pengambilan Sampel Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak...19
2.2.4 Teknik Pengambilan Sampel Udara Emisi Sumber Bergerak.............20
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................22
3.2 Saran........................................................................................................22
Daftar Pustaka........................................................................................................23
SOAL EVALUASI................................................................................................25

Daftar Gambar
No Gambar Halama

n
1. Lokasi Pemantauan Kualitas Udara Ambien....................................................9
2. Posisi Lubang Pengambilan Sampling pada Cerobong..................................15
Daftar Tabel
No Tabel Halama

n
Tabel 1. Baku Mutu Pengukuran Kualitas Udara Ambien.................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan hal terpenting penunjang kehidupan. Segala aspek kegiatan
memerlukan air sebagai bahan pokok dalam melakukan kegiatan-kegiatan
tersebut. Selain itu tubuh makhluk hidup sebagian besar adalah air sehingga tubuh
sangat bergantung dengan air. Air di bumi sangat melimpah, hal ini dapat dilihat
dengan begitu luas lingkungan perairan di bumi dan lebih dari 98% air yang ada
di bumi terdapat di bawah permukaan tanah di bawah pori-pori batuan.
Air permukaan merupakan air yang berada di atas permukaan tanah misalnya,
danau dan sungai. Menurut Soegianto (2005) air yang berasal dari air hujan yang
jatuh ke permukaan tanah, sebagian menguap dan sebagian lainnya mengalir ke
sungai, saluran air lalu disimpan di dalam danau, waduk dan rawa merupakan
jenis air permukaan. Sedangkan Limbong (2008) mendefinisikan air permukaan
sebagai air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Jadi, Air permukaan adalah
air yang terkumpul di atas tanah yang dapat dengan mudah dilihat oleh mata. Pada
umumnya sumber air yang berasal dari permukaan, merupakan air yang kurang
baik untuk langsung dikonsumsi manusia. Oleh karena itu sumber air yang berasal
dari air permukaan perlu adanya pengolahan terlebih dahulu sebelum
dimanfaatkan.
Sampai saat ini air permukaan masih merupakan sumber air yang memberikan
konstribusi terbesar untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik untuk
memenuhi kebutuhan langsung hidupnya maupun sebagai sumber air irigasi untuk
kegiatan budidaya pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan maupun
peternakan). Dengan demikian pemanfaatan air permukaan sebagai sumber air
irigasi maupun untuk keperluan hajat hidup manusia yang lainnya perlu dikelola
dengan baik sesuai dengan potensinya sehingga dapat dimanfaatkan secara lestari.
Kehidupan makhluk hidup yang sangat bergantung dengan pasokan air ini
membuat ketersediaan air harus selalu ada dan dalam kondisi yang baik untuk
digunakan. Jika air tersebut terkontaminasi dengan zat-zat berbahaya maka proses
kehidupan serta berbagai kegiatan akan terganggu. WHO memperkirakan 80%
penyakit di dunia bersinggungan dengan sanitasi dan air yang tidak layak. Namun
demikian sampai saat ini sebagian besar kebutuhan air masih mengandalkan dari
sumber air permukaan. Oleh karena itu, sumber air permukaan perlu dikelola
dengan baik sehingga mampu memberikan manfaat baik.
Pengertian pencemaran air sendiri adalah jika suatu air yang dianalisis
kemudian ditemukan indikasi adanya penurunan kualitas air sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut di atas adalah
baku mutu air yang ditetapkan dan berfungsi sebagai tolok ukur untuk
menentukan telah terjadinya pencemaran air, juga merupakan arahan tentang
tingkat kualitas air yang akan dicapai atau dipertahankan oleh setiap program
kerja pengendalian pencemaran air. Pengendalian pencemaran air sendiri
merupakan upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta
pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu
air (PP No. 82 Tahun 2001).
Pencemaran air permukaan diakibatkan karena adanya kegiatan industri,
kegiatan rumah tangga, kegiatan pariwisata disekitar sumber air permukaan, dan
juga adanya kegiatan penangkapan perikanan dan kegiatan pertanian membuat
menurunnya kualitas air permukaan (Melinda et al., 2019). Penggunaan air yang
tidak memenuhi kriteria standar kualitas sesuai peruntukannya dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh keberadaan
mikroorganisme patogen, zat kimia beracun dan zat radioaktif. Indikator
pencemaran sungai tersebut dapat diamati secara fisik, kimiawi, mikrobiologis,
radioaktivitas serta senyawa organik dan pestisida. Limbah dari kegiatan manusia
yang umumnya langsung dibuang ke dalam sumber air permukaan seperti sungai
dan waduk, akan berdampak sangat buruk terhadap kualitas air permukaan
tersebut. Dampak buruk terhadap kualitas air permukaan tersebut sangat
bergantung dari jenis, jumlah dan sifat dari limbah yang masuk ke dalam sumber
air permukaan (Ahdiaty & Fitriana, 2020). Untuk mengetahui apakah sumber air
permukaan tersebut tercemar atau tidak maka diperlukan pemantauan terhadap
kualitas air permukaan.
Pemantauan terhadap kualitas air permukaan ini perlu dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar status pencemaran yang terjadi. Status mutu air
merupakan kondisi yang dapat menunjukkan kondisi lingkungan perairan
tercemar atau tidak dalam waktu tertentu dengan melakukan pengukuran kualitas
air permukaan dengan variabel yang telah ditentukan pada baku mutu sesuai
peruntukannya (Alam et al., 2016). Baku mutu yang digunakan adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Variabel yang diperlukan untuk pengukuran
kualitas air permukaan yang digunakan antara lain temperatur, Total Suspended
Solid (TSS), derajat keasaman (pH), kelarutan oksigen (DO), Biological Oxygen
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Amonia, dan Total Coliform.
Selanjutnya dilakukan analisis menggunakan indeks pencemaran yang terdapat
pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KepMen LH) Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Pemantauan terhadap kualitas air permukaan yang dilakukan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantanya seperti letak titik lokasi pengambilan sampel air,
metode pengambilan sampel uji, waktu, peralatan yang digunakan, jenis
parameter yang akan dianalisis dan debit air. Pemantauan kualitas air permukaan
ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan makhluk hidup.
Langkah awal dalam memantau kualitas air permukaan adalah dengan cara
sampling air permukaan yang dapat dilakukan dengan berbagai teknik sampling.
Teknik sampling harus dilakukan dengan cara yang representatif sehingga
pemantauan kualitas air permukaan yang dihasilkan valid dengan sampelnya
(Arrazy, 2020). Makalah ini akan membahas mengenai bagaimana teknik
sampling yang dapat dilakukan untuk pemantauan kualitas air permukaan
sehingga air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari tidak menimbulkan efek
negatif bagi makhluk hidup.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah :

1. Bagaimana teknik sampling dalam pemantauan kualitas air permukaan?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dalam
makalah ini adalah :
1. Mengetahui teknik sampling dalam pemantauan kualitas air permukaan.

1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan makalah di atas, maka manfaat yang diperoleh setelah
membaca makalah ini adalah :
1. Sebagai prasyarat akademik dalam memenuhi tugas UAS Mata Kuliah
Metode Pengukuran Parameter Lingkungan dan Teknik Sampling
2. Memberikan informasi terhadap masyarakat mengenai bagaimana metode
yang digunakan untuk melakukan pemantauan terhadap kualitas air air
permukaan berdasarkan SNI 6989.57:2008 tentang Metoda pengambilan
contoh air permukaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sampling Air
Sampling berasal dari kata sampel yang berarti bahan/specimen yang
digunakan untuk pemeriksaan. Maksud pengambilan contoh uji (sampling)
sendiri, adalah mengumpulkan volume contoh uji yang akan diteliti dengan
jumlah sekecil mungkin, tetapi masih mewakili secara keseluruhan (representatif),
untuk ditentukan atau diukur karakteristiknya. Dimana sampel representatif itu
masih mempunyai sifat–sifat yang sama dengan sumber contoh tersebut (misal
badan air/sungai, danau/waduk, mata air, sumur dll.).
Pengambilan contoh uji adalah merupakan langkah pertama dari serangkaian
penelitian suatu badan air, dimana urutannya adalah sebagai berikut:
(1) Pengambilan contoh uji yang representatif
(2) Transportasi dan penanganan contoh uji
(3) Analisa di laboratorium
Jadi jelas bahwa hasil analisa hanya berlaku, jika langkah – langkah lain telah
dilaksanakan dengan lengkap. Syarat-syarat untuk dilakukannya pengampilan
contoh uji air (sampling air) ini sendiri yaitu meliputi:
(1) Pengambilan contoh uji yang representatif (meliputi: pemilihan lokasi,
Teknik pengambilan contoh uji yang tepat, dan metode pengawetan yang
benar)
(2) Peralatan dan intrumentasi yang terkalibrasi
(3) Sumber daya manusia yang memadai
Sampling air berarti melakukan pengambilan sejumlah volume suatu badan air
yang akan diteliti, dengan jumlah sekecil mungkin, tapi masih mewakili, atau
dapat dikatakan masih mempunyai sifat-sifat yang sama dengan badan air
tersebut. Tujuan umum sampling air dilakukan yaitu:
- Pengumpulan data / Rona Lingkungan awal.
- Pemantauan
- Pengawasan
- Penelitian dan
- Penegakan Hukum Lingkungan.
 Untuk mencapai tujuan diatas maka sampling harus dikerjakan agar:
a. Mendapatkan sampel yang representatif (mewakili kumpulannya),
Obyektif (sesuai dengan keadaan yang sebenarnya), teliti dan tepat
(terjamin kebenarannya), tepat waktu (sesuai dengan kebutuhan saat
tertentu) dan Relevan (menunjang persoalan yang dihadapi).
b. Menghindari kontaminasi sampel
c. Mencegah Degradasi Analit/perubahan kondisi analit sebelum sampel
sampai di laboratorium.
2.2 Pengertian Air Permukaan
Air permukaan merupakan sumber penting pasokan air bagi masyarakat. Air
permukaan merupakan air yang berada di atas permukaan tanah, dalam kondisi
mengalir atau diam. Air permukaan tidak mampu terserap, karena lapisan tanah
sangat keras. Nantinya aliran yang terkumpul akan mengalir menuju suatu titik,
seperti sungai, danau maupun laut. Air permukaan dibagi dalam dua jenis, yakni
perairan darat dan perairan laut. Berikut Ini Merupakan Pengertian Air Permukaan
Menurut Para Ahli.

 Soegianto (2005) Air permukaan adalah air yang berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan tanah, sebagian menguap dan sebagian lainnya
mengalir ke sungai, saluran air lalu disimpan di dalam danau, waduk dan
rawa.
 Limbong (2008) Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di
permukaan bumi. Jadi, Air permukaan adalah air yang terkumpul di atas
tanah yang dapat dengan mudah dilihat oleh mata. Pada umumnya sumber
air yang berasal dari permukaan, merupakan air yang kurang baik untuk
langsung dikonsumsi manusia. Oleh karena itu sumber air yang berasal
dari air permukaan perlu adanya pengolahan terlebih dahulu sebelum
dimanfaatkan.

Air permukaan (surface water) meliputi air sungai, danau, waduk, rawa dan
genangan air lainnya, tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang

mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheads atau drainage basins.
Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan
permukaan (surface run off) dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut
aliran air sungai (river run off). Sekitar 60 % air yang masuk ke sungai berasal
dari
hujan, pencairan es/salju, dan sisanya berasal dari air tanah. Wilayah di sekitar
daerah aliran sungai yang menjadi tangkapan air disebut catchment basin (Effendi,
2003).

Air permukaan banyak digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain


yaitu untuk diminum, kebutuhan rumah tangga, irigasi, pembangkit listrik,
industri, serta mendukung semua bentuk kehidupan dan mempengaruhi kesehatan,
gaya hidup, dan kesejahteraan ekonomi manusia (Igwe, 2017). Berikut ini
karakteristik air permukaan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Karakteristik Air Permukaan

Air permukaan dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya yaitu air sungai, air
danau, air rawa, dan air laut.

 Air Sungai
Sungai merupakan air tawar yang memiliki aliran dimana sumbernya ada di
daratan yang bermuara ke laut, danau maupun sungai yang lebih besar. Air hujan,
mata air maupun cairan gletser akan mengalir melalui sebuah saluran menuju
tempat yang lebih rendah. Mula-mula saluran yang dilalui ini relative sempit dan
pendek. Tetapi secara proses alamiah aliran ini mengikis daerah-daerah yang di
laluinya. Akibatnya saluran ini semakin lama semakin lebar serta panjang dan
terbentuklah sungai.

 Air Danau
Danau merupakan cekungan-cekungan yang ada di permukaan bumi, baik itu
akibat proses tektonik, vulkanik atau proses lain yang membuat adanya cekungan
lama kelamaan akan terisi oleh air sungai yang mengalir dan bermuara di
cekungan tersebut. Danau sangat penting keberadaannya bagi kehidupan
khususnya manusia antara lain sebagai cadangan air untuk kepentingan perairan
(irigasi), air minum sebagai sumber pembangkit tenaga listrik, sebagai sarana
olahraga dab rekreasi sebagai pengatur air untuk mencegah banjir dan sebagai
tempat untuk kegiatan perikanan (tambak udang dan ikan) serta manfaat lainnya.
Danau ialah suatu badan air yang dikelilingi oleh tanah. Ada jutaan danau di
dunia. Salah satu yang bertinggi ialah Danau Titicaca di pegunungan Andes antara
Boliyia dan peru yang berada di sekitar 3810 m (12.500 kaki) diatas permukaan
laut. Danau terendah ialah Laut Mati antara Israel dan Yordania. Ini lebih dari 395
m (1.300 kaki) dibawah permukaan laut Air di danau berasal dari hujan, salju, es
mencair, sungai dan air tanah rembesan. Kebanyak danau berisi air tawar.

 Air Rawa
Rawa ialah daerah yang selalu tergenang air dan memiliki kadar air yang
relative tinggi. Air di rawa terlihat kotor karena tempat itu mengandung bahan
organik yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang mati. Akibatnya air yang
menggenang menyebabkan tanah menjadi asam. Sebuah rawa merupakan daerah
lahan secara permanen jenuh atau diisi dengan air. Banyak rawa bahkan tertutup
oleh air ada dua jenis utama dari rawa yaitu Rawa air tawar Dan Rawa-rawa air
asin. Rawa yang didominasi oleh pohon-pohon, mereka sering disebut untuk jenis
pohon yang tumbuh di dalamnya seperti rawa cemara atau rawa kayu. Rawa air
tawar biasanya ditemukan didaratan sedangkan rawa air asin biasanya ditemukan
di sepanjang daerah pesisir. Rawa merupakan daerah transisi mereka tidak benar-
benar tanah atau benar-benar air.

 Air Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya
seperti air laut yang berada di laut. Berdasarkan luas dan bentuknya, klasifikasi
laut terdiri dari Teluk adalah bagian laut yang menjorok ke darat, Selat adalah laut
yang relative sempit dan terletak antara dua pulau, Laut adalah perairan yang
terletak di antara pulau-pulau yang relative lebih luas dibandingkan dengan selat
dan Samudera adalah laut yang sangat luas dan terletak diantara benua.
Karakteristik masing-masing jenis air permukaan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Karakteristik Masing-masing Jenis Air Permukaan

2.3 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Melakukan Pengambilan


Contoh Air Permukaan
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Pengambilan Contoh Air :
1. Macam-macam Contoh Air
Karakteristik dari perairan mungkin tidak banyak berubah selama beberapa
waktu, tetapi banyak juga aliran air yang selalu berubah di dalma waktu singkat.
Contohnya karakteristik air di hulu umumnya hanya berubah karena pengaruh
hujan sehingga perubahan dapat bersifat harian bahkan jam-jaman. Untuk
memperoleh contoh yang mewakili keadaan yang sesungguhnya dapat dipilih tiga
metode:
a. Contoh sesaat (grap sample)
b. Contoh gabungan waktu (composite sample)
c. Contoh gabungan tempat (integreted sample)

a) Contoh Sesaat (Grap Sample)


Contoh sesaat mewakili keadaan air pada suatu saat dari suatu tempat. Apabila
suatu sumber air mempunyai karakteristik yang tidak banyak berubah didalam
suatu periode atau didalam batas jarak waktu tertentu maka contoh sesaat tersebut
cukup mewakili keadaan waktu dan tempat tersebut. Umumnya metode ini dapat
dipakai untuk sumber air alamiah tetapi tidak mewakili keadaan air buangan atau
sumber air yang banyak dipengaruhi oleh bahan buangan. Bila suatu sumber atau
air buangan diketahui mempunyai karakteristik yang banyak berubah maka
beberapa contoh sesaat diambil berturut-turut untuk jangka waktu tertentu dan
pemeriksaannya dilakukan sendiri-sendiri, tidak disatukan seperti pada metode
gabungan. Jangka waktu pengambilan sampel air berkisar antara 5 menit sampai 1
jam atau lebih, umumnya periode pengambilan sampel selama 24 jam.
Pemeriksaan parameter tertentu memerlukan metode sesaat seperti pengukuran
suhu, pH, kadar gas terlarut, CO2, sulfida, sulfat, sianida dan klorin.
b) Contoh Gabungan Waktu (Composite Sample)
Contoh gabungan waktu adalah campuran contoh-contoh sesaat yang diambil
dari suatu tempat yang sama pada waktu yang berbeda. Hasil pemeriksaan contoh
gabungan menunjukkan keadaan merata dari tempat tersebut didalam suatu
periode. Umumnya pengambilan contoh dilakukan secara terus menerus selama
24 jam tetapi dalam beberapa hari dilakukan secara intensif untuk jangkan waktu
yang lebih pendek. Untuk mendapatkan contoh gabungan waktu (composite
sample) perlu diperhatikan agar setiap contoh yang dicampurkan mempunyai
volume yang sama. Apabila volume akhir dari suatu contoh gabungan 1-5 Liter,
maka untuk selang waktu 1 jam selama periode pengambilan contoh 24 jam
dibutuhkan volume contoh masing-masing sebanyak 200-220 mL.
c) Contoh Gabungan Tempat (Integreted Sample)
Merupakan campuran contoh-contoh sesaat yang diambil dari tempat yang
berbeda pada waktu yang sama. Hasil pemeriksaan contoh gabungan
menunjukkan keadaan merata dari suatu daerah atau tempat pemeriksaan. Metode
ini berguna apabila diperlukan pemeriksaan kualitas air dari suatu penampang
aliran sungai yang dalam atau lebar atau bagian-bagian penampang tersebut
memiliki kualitas yang berbeda. Metode ini umumnya tidak dilakukan untuk
pemeriksaan kualitas air danau atau air waduk karena pada umumnya
menunjukkan gejala yang berbeda kualitasnya karena kedalaman atau lebarnya.
Didalam hal ini selalu dipergunakan metode pemeriksaan terpisah.

2. Selang Waktu antara Sampling dan Analisa


Makin pendek selang waktu antara pengambilan contoh dan analisa, hasil akan
semakin baik. Sebenarnya sukar untuk menentukan selang waktu tersebut karena
tergantung dari sifat contoh air, parameter yang akan diperiksa serta cara
penyimpanan. Perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan organisme dapat dicegah
dengan menyimpan dalam tempat gelap dan temperatur yang rendah (lemari es)
sampai pemeriksaan dilakukan. Berikut ini adalah batasan waktu maksimum
untuk pemeriksaan Fisika dan Kimia:
 Air bersih : 72 jam
 Air sedikit tercemar : 48 jam
 Air kotor/air limbah : 12 jam

3. Pengawetan Contoh Air Permukaan


Pengawetan contoh yang sempurna untuk sampel perairan adalah tidak
mungkin, mengingat sifat-sifat kestabilan dari masing-masing unsur yang
terkandung pada contoh tersebut tidak mungkin dicapai dengan sempurna. Fungsi
pengawetan adalah memperlambat proses perubahan kimia dan biologis yang
tidak terelakan. Pengawetan sangat sukar karena hampir semua pengawet
mengganggu untuk beberapa pengujian. Menyimpan sampel pada suhu rendah
(4°C) mungkin merupakan cara terbaik. Untuk mengawetkan contoh sampai hari
berikutnya penggunaan reagent pengawet dapat dilakukan selama tidak
mengganggu proses analisa dan penambahan ke dalam botol dilakukan sebelum
pengisian contoh sehingga contoh dapat diawetkan secepatnya. Tidak ada satu
metode pengawetan yang memuaskan karena itu dipilih pengawetan yang sesuai
dengan tujuan pemeriksaan. Semua metode pengawetan kemungkinan kurang
memadai untuk bahan-bahan tersuspensi. Penggunaan Formaldehid tidak
dianjurkan karena mempengaruhi sangat banyak pemeriksaan.
Metode pengawasan pada umumnya terbatas pada kontrol pH, penambahan
zat kimia, pendinginan dan pembekuan. Parameter-parameter tertentu lebih
banyak dipengaruhi oleh penyimpanan contoh sebelum dianalisa daripada yang
lainnya. Beberapa jenis kation dapat hilang karena diserap oleh dinding wadah
gelas seperti alumunium (Al), Kadmium (Kd), Krom (Cr), Tembaga (Cu), Besi
(Fe), Timbal (Pb), Mangan (Mn), Perak (Ag) dan Seng (Zn). Sebaiknya untuk
parameter-parameter diatas, contoh diambil secara terpisah dan ditampung dalam
botol bersih serta diasamkan dengan HCl pekat atau H2SO4 pekat sampai pH 2,0
untuk mengurangi absorbsi pada dinding wadah. Parameter pH, temperatur dan
gas terlarut harus segera diperiksa di lapangan karena parameter tersebut mudah
sekali berubah dalam waktu singkat.

4. Frekuensi Pengambilan dan Keterangan Contoh


Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan frekuensi pengambilan contoh
air permukaan dan keterangan contoh air permukaan diantaranya yaitu:
a. Volume dan frekuensi pengambilan contoh harus cukup
b. Pengambilan contoh dilakukan 2 minggu sekali atau sebulan sekali untuk
sumber air besar dan setiap 5 hari untuk air sungai
c. Pengambilan contoh setiap jam bila di lokasi pengambilan contoh terjadi
variasi yang lebih besar atau pada tempat terjadinya pencemaran
d. Setiap contoh diberi keterangan (pada wadahnya) meliputi:
 Jenis air, misalnya air tanah, air limbah, air sungai, air laut
 Lokasi atau titik pengambilan contoh, disebutkan lokasi yang
pasti/jelas dimana sampel diambil
 Parameter yang akan diperiksa
 Cuaca saat pengambilan sampel
 Tanggal dan waktu (jam) pengambilan sampel
 Nama yang mengambil sampel

5. Titik Pengambilan Contoh

a) Badan Air
Adalah tempat dan wadah diatas permukaan daratan yang terisi dan atau
menghasilkan air yaitu rawa, danau, sungai, waduk dan saluran air. Perhatikan :
 Titik pengambilan contoh harus mewakili (representatif) dan hindari
pengambilan buih dari permukaan air
 Untuk sungai yang besar atau aliran-aliran yang airnya tidak bercampur
rata, maka diperlukan contoh yang lebih banyak dari beberapa tempat
pemukiman sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman yang berbeda-
beda pada setiap lokasi.
 Apabila menggunakan perahu atau peralatan lain hindari aliran yang
bergejolak (turbulensi).
 Titik pengambilan contoh berjarak 1-5 Km dari hilir atau dari sumber
pencemaran, atau 500 m di hilir danau atau air terjun

b) Aliran Terbatas
 Titik pengambilan contoh air dari peralatan pipa, tangki, bejana, filter,
kondensor, evaporator adalah pada titik antara air masuk dan air keluar
 Titik pengambilan contoh air tidak boleh dekat dengan sambungan untuk
menghindari pengaruh gejolak arus di dalam pipa, titik pengambilan
contoh diambil pada jarak 25 % dari diameter pipa sampai maksimum 100
mm dari dinding pipa

c) Generator Uap
 Tidak untuk pengambilan contoh tergantung pada disain generator uap
 Hindari tempat dimana fase uap dan fase air tidak dapat dipisahkan
 Lakukan pengambilan contoh melalui koli pendingin

2.4 Perencanaan Pengambilan Pengambilan Sampel


Pengambilang sampel yang telah direncanakan dengan baik akan mendukung
pelaksanaan yang optimal dengan demikian pengambilansampel merupakan tahap
awal yang dilakukan dalam penentuan kualitas sampel air yang akan menentukan
hasil pekerjaan pada berikutnya. Secara garis besar prosedur pengambilan sampel
air terdiri dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pengambilan sampel, serta
Quality Asurance (QA) dan Quality Control (QC) pengambilan sampel air. Hal
penting bagi pengambil sampel sebelum ke lapangan adalah Menyusun
perencanaan dalam suatu dokumen yang membantu dalam setiap tahapan
oengambilan sampel air secara jelas dan sistematik. Beberapa hal yang perlu
dilakukan dalam perencanaan pengambilan sampel adalah :
1. Menentukan tujuan pengambilan sampel air
2. Menentukan alat pengambilan sampel yang sesuai
3. Menentukan apakah alat pengambilan sampel harus sesuai dengan standar
atau peraturan tertentu
4. Menentukan metode analisis
5. Pemilihan tehnik sampling dan menentukan apakah sampling dilakukan
random atau acak
6. Menentukan jumlah, volume, dan jenis wadah sampel
7. Menentukan waktu, lokasi sampling, dan jenis sampel
8. Menentukan frekuensi sampling
9. Menyiapkan pengendalian mutu
10. Menyiapkan dokumentasi
a. Daftar periksa persiapan pengambilan sampel
b. Formular rekaman data pengambilan sampel
c. Laporan pengambilan sampel
11. Pengamanan sampel
a. Identifikasi/pengkodean sampel
b. Pengemasan sampel
c. Penyegelan wadah sampel bila diperlukan
d. Tindakan pencegahan selama transportasi ke laboratorium jika ada
ketidaksesuaian
e. Penyimpanan sampel di laboratorium

2.5 Persiapan Pengambilan Sampel Air


Persiapan yang harus dilakukan sebelum pengambilan sampel dilapangan
antara lain adalah:
a. Personil pengambil sampel
b. Persiapan peralatan pengambil sampel
c. Persiapan peralatan uji parameter lapangan
d. Persiapan peralatan pendukung
e. Persiapan prosedur pengambilan sampel air permukaan
f. Persiapan wadah sampel
g. Persiapan bahan pengawet, jika diperlukan
h. Mengkalibrasialat pengukur parameter lapangan
i. Persiapan dokumentasi
j. Persiapan pengendalian mutu lapangan
k. Persiapan rekaman lapangan
2.6 Prosedur Pengambilan Sampel Air di Lapangan
Prosedur yang dilakukan dalam pengambilan sampel di lapangan sampai siap
dibawa dan dianalisis di laboratorium adalah :
1. Menyiapkan wadah sampel
2. Membilas wadah sampel dengan air suling;
3. Menyiapkan alat pengambil sampel yang sesuai dengan keadaan sumber
air;
4. Membilas alat pengambil sampel dengan air suling;
5. Membilas alat pengambil sampel sebanyak 3 kali dengan sampel yang
akan diambil;
6. Mengambil sampel sesuai titik sampling dan memasukkannya ke dalam
wadah yang sesuai peruntukan analisis;
7. Mengukur mencatat kondisi lapangan dan membuat peta lokasi.
8. lakukan segera pengujian parameter lapangan seperti parameter lapangan :
suhu, pH, oksigen terlarut (DO), kekeruhan (Turbidity), daya hantar listrik
(DHL) dan TDS yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat
diawetkan;
9. hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan;
10. Memberi label pada wadah sampel;
11. dilakukan pengawetan sesuai peruntukan pengujian di laboratorium;
12. Mengamankan sampel serta wadah (disegel dengan benar);

2.7 Metode Sampling Air Permukaan


Beberapa metode sampling air adalah sebagai berikut :

1. Kick Sampling
Metode ini digunakan pada perairan dangkal dengan air yang mengalir.
Jaring tangan dipegang secara vertikal melawan aliran sungai dengan
muka jaring berada pada jarak 1-2 dm di depan kaki operator (pengambil
sample). Setelah itu bergerak mundur secara perlahan dengan mengaduk
dan menendang sedimen lumpur ke dalam jaring. Pada umumnya hal ini
dilakukan selama 1 menit atau sampai jarring terhalang dengan lumpur
sehingga air tidak bisa melewati jarring. Kemudian kosongkan isi jarring
dengan mengeluarkan Lumpur ke dalam wadah (tangki kecil), dan
digunakan penjepit atau pinset untuk mengambil organisme yang terjaring
di jaring.

2. The Brush Method


The brush method merupakan suatu metode dengan menggunakan
tongkat atau sikat untuk mengeluarkan organisme dari bawah batu,
lumpur, akar tanaman dan tumbuhan-tumbuhan di permukaan sungai
kemudian dimasukkan kedalam suatu wadah atau tangki yang kecil.
3. Netting
Pada metode netting ini digunakan saringan atau jaring tangan yang
dijalankan berlawanan dengan arus air dan pengamilannya hanya pada
permukaan air saja kemudian dimasukkan kedalam tangki kecil kemudian
di identifikasi.

4. Sampling The Bottom


Metode sampling the bottom menggunakan perairan yang dalam
mungkin agak sulit.Dalam kondisi ini lebih baik menggunakan sebuah
perahu dan bottom sampler. Sampel dikumpulkan dengan menggunakan
saringan halus yang berukuran 0.5mm dan sedimen yang didapat dari
sampel di hilangkan oleh gerakan yang sangat cepat di permukaan air.
Sampel yang didaptakan di masukkan kedalam suatu wadah dan
diidentifikasi.

2.8 Alat Pengambil Contoh

A. Persyaratan Alat Pengambil Contoh


Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh;
b) Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya;
c) Contoh mudah dipindahkan ke dalam wadah penampung tanpa ada sisa
bahan tersuspensi di dalamnya;
d) Mudah dan aman di bawa;
e) Kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian.

B. Jenis-Jenis Alat Pengambil Contoh

a) Alat Pengambil Contoh Sederhana

Alat pengambil contoh sederhana dapat berupa ember plastik yang dilengkapi
dengan tali, gayung plastik yang bertangkai panjang.

CATATAN Dalam praktiknya, alat sederhana ini paling sering digunakan dan
dipakai untuk mengambil air permukaan atau air sungai kecil yang relatif dangkal.

Gambar 3. Contoh Alat Pengambil Contoh Sederhana Gayung Bertangkai Panjang


Keterangan gambar: A adalah pengambil contoh terbuat dari polietilen B adalah
handle (tipe teleskopi yang terbuat dari aluminium atau stanlestil

Gambar 4. Contoh Alat Pengambil Air Botol Biasa Secara Langsung

Gambar 5. Contoh Alat Pengambil Air Botol Biasa dengan Pemberat

b) Alat pengambil Contoh Pada Kedalaman Tertentu

Alat pengambil contoh untuk kedalaman tertentu atau point


sampler digunakan untuk mengambil contoh air pada kedalaman yang telah
ditentukan pada sungai yang relatif dalam, danau atau waduk. Ada dua tipe point
sampler yaitu tipe vertikal dan horisontal (lihat Gambar 6 dan 7).

Gambar 6. Contoh Alat Pengambil Contoh Air Point Sampler Tipe Vertikal
Gambar 7. Contoh Alat Pengambil Contoh Air Point Sampler Tipe Horizontal

c) Alat Pengambil Contoh Gabungan Kedalaman

Alat pengambil contoh gabungan kedalaman digunakan untuk mengambil


contoh air pada sungai yang dalam, dimana contoh yang diperoleh merupakan
gabungan contoh air mulai dari permukaan sampai ke dasarnya (lihat Gambar 8).

Gambar 8. Contoh Alat Pengambilan Contoh Air Gabungan Kedalaman

d) Alat pengambil Contoh Otomatis

Alat pengambil contoh jenis ini digunakan untuk mengambil contoh air dalam
rentang waktu tertentu secara otomatis. Contoh yang diperoleh ini merupakan
contoh gabungan selama periode tertentu (lihat Gambar 9).

Gambar 9. Contoh Alat Pengambil Contoh Otomatis


C. Alat Pengukur Parameter Lapangan

Macam-macam alat pengukur parameter lapangan berdasarkan SNI 6989-57:2008


meliputi:
a) DO meter atau peralatan untuk metode Winkler;
b) pH meter;
c) Termometer;
d) Tubdimeter;
e) Konduktimeter dan
f) Satu set alat pengukur debit.

D. Alat Pendingin
Alat ini dapat menyimpan contoh air permukaan yang diambi pada suhu 4 °C
± 2 °C, digunakan untuk menyimpan contoh air permukaan untuk pengujian sifat
fisika dan kimia.

E. Alat Ekstraksi (Corong Pisah)


Corong pemisah terbuat dari bahan gelas atau teflon yang tembus pandang
sehingga jika melakukan pemisahan menggunakan corong pisah, akan lebih
mudah memisahkan fase pelarut dari contoh air permukaan yang diambil.

F. Alat Penyaring
Alat ini dilengkapi dengan pompa isap atau pompa tekan serta dapat menahan
saringan yang mempunyai ukuran pori sebesar 0,45 μm.

2.9 Kalibrasi Alat yang Digunakan untuk Sampling Air Permukaan

A. Kalibrasi DO Meter

DO meter YSI 550A (YSI Incorporated) adalah alat untuk mengecek kualitas
oksigen terlarut dalam air dan suhu air. Pada saat alat ini hendak digunakan untuk
mengetahui kadar oksigen dan suhu air dari posisi off/ mati, maka sebelumnya
alat ini harus terlebih dahulu harus dikalibrasikan. Berikut cara mengkalibrasikan
alat ini:
1. Tekan tombol power on/ off
2. Tekan tombol pilihan secara bersamaan
3. Tekan tombol enter
4. Tekan tombol enter
5. Tunggu sampai angka menunjukkan 100.0 atau mendekati 100.0 kemudian
tekan tombol enter
6. Tekan tombol enter
7. Tekan tombol enter
8. Tekan tombol mode
9. Sudah siap digunakan untuk mengecek suhu air dan kadar oksigen

B. Kalibrasi pH Meter

pH meter adalah alat untuk mengecek sifat keasaman dan kebasaan dari dalam
air. Pada saat alat ini hendak digunakan untuk mengetahui sifat
keasaman/kebadaan suatu sampel air dari posisi off/ mati, maka sebelumnya alat
ini harus terlebih dahulu harus dikalibrasikan. Berikut cara mengkalibrasikan alat
ini:
1. Siapkan pH meter yang akan dikalibrasi, larutan buffer pH 4 dan 7,
aquades, dan tissue.
2. Tuang larutan buffer pH 4 dan 7 sebanyak 50 mL ke dalam wadah.
3. Tuang aquades masing-masing sebanyak 50 mL ke dalam dua wadah yang
berbeda (untuk membilas bekas celupan pH 4 dan 7).
4. Bilas elektroda pH meter dengan aquades lalu keringkan dengan tissue.
5. Celup elektroda pH meter ke dalam larutan buffer pH 4, lalu tekan tombol
CAL. Tunggu sampai pembacaan pH stabil. Jika sudah stabil pada angka
4,00 - 4,02 (sesuai spesifikasi larutan buffer), tekan HOLD ENT.     
6. Bilas kembali elektroda pH meter dengan aquades bekas celupan pH 4 lalu
keringkan dengan tissue.
7. Celup elektroda pH meter ke dalam larutan buffer pH 7. Tunggu sampai
pembacaan pH stabil. Jika sudah stabil pada angka 6,99 - 7,01 (sesuai
spesifikasi larutan buffer), tekan HOLD ENT.     
8. Bilas kembali elektroda pH meter dengan aquades bekas celupan pH 7,
tunggu sampai 10 menit untuk menstabilkan pembacaan, lalu keringkan
dengan tissue.
9. pH meter sudah terkalibrasi.

C. Kalibrasi Termometer

Termometer adalah alat untuk mengecek suhu atau temperature pada suatu
sampel air permukaan. Pada saat alat ini hendak digunakan untuk mengetahui
besarnya suhu suatu sampel air dari kondisi pada suhu 0°C, maka sebelumnya alat
ini harus terlebih dahulu harus dikalibrasikan. Berikut cara mengkalibrasikan alat
ini:
1. Mempersiapkan termometer alkohol atau termometer air raksa yang
skalanya belum ditentukan.
2. Siapkan es batu dan air secukupnya.
3. Masukkan air dan es batu ke dalam sebuah wadah (nantinya wadah ini
digunakan sebagai pemanas).
4. Lalu, masukkan termometer ke dalam wadah air tersebut.
5. Sebelum dimasukkan ke dalam wadah termometer memiliki suhu lebih
panas daripada es batu. Nantinya, pada saat termometer yang dimasukkan
ke dalam wadah air, maka zat (air raksa, alkohol) pada kolom termometer
yang menunjukan nilai suhu akan bergerak turun secara perlahan.
Diamkan saja hingga zat tersebut berhenti bergerak sama sekali.
6. Pada saat zat di dalam termometer berhenti bergerak maka menandakan
jika termometer sudah berada pada keseimbangan termal. Kemudian anda
tandai posisi kolom zat (air raksa, alokohol) pada saat berhenti bergerak.
Tanda tersebut menunjukan titik beku air.
7. Tahap selanjutnya, panaskan termometer, air dan es batu yang ada di
dalam wadah pemanas secara bersamaan menggunakan kompor. Pada saat
air semakin panas, zat pada kolom termometer akan naik secara perlaha.
Ketika air mendidih maka zat pada kolom termometer ikut berhenti, tandai
posisi ini. Tanda ini berarti zat tersebut menunjukakan titik didih air.

D. Kalibrasi Turbidimeter

Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk menguji kekeruhan, yang


biasanya dilakukan pengujian adalah pada sampel cairan misalnya sampel air
permukaan. Kalibrasi alat ini harus dilakukan rutin selama 3 bulan sekali. Berikut
cara mengkalibrasikan alat ini:
1. Hidupkan alat tubdimeter dengan menekan tombol power, tunggu hingga
keluar angka 0,00 NTU pada display layer. Pasrikan alat tubdimeter telah
dinyalakan sekurang-kurangnya selama satu jam.
2. Tekan tombol “Cal/Zero”, pilih vial stabical 0,1 NTU. Bersihkan vial
dengan tissue, kemudian tempatkan vial didalam holder vial, kemudian
tutup holder dan tekan tombol “enter”.
3. Alat akan menghitung mundur dari 60 ke 0, dan akan melakukan
pengukuran. Kemudian alat akan otomatis melanjutkan ke standar stabical
berikutnya dan display akan membaca 20 NTU
4. Ulangi langkah diatas menggunakan standar stabical 20, 100, dan 800
NTU
5. Setelah standar stabica; terakhir diukur, kemudian tekan tombol
“Cal/Zero” maka alat akan berubah ke mode pengukuran

Kemudian untuk memverifikasi Kalibrasi alat tubdimeter ini dilakukan langkah-


langkah berikut:
1. Sebelum digunakan untuk analisis, kalibrasi alat turbidimeter diverifikasi
menggunakan 3 standar StablCal.
2. Setelah alat dinyalakan, biarkan alat warming up sekurang-kurangnya 20
menit
3. Tempatkan standar 0,1 NTU pada alat, kemudian tutup cpver dan biarkan
alat membaca. Pastikan pembacaan kurang dari 0,10 NTU
4. Kemudian lakukan langkah diatas untuk standar 20 NTU. Pastikan hasil
pembacaan didalam range 5% dari nilai sertifikat.
5. Lakukan untuk standar stablcal 200 NTU. Pastikan hasil pembacaan
didalam range 5% dari nilai sertifikat.

E. Kalibrasi Konduktometer
Konduktometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan daya hantar
suatu larutan dan mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam air
dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom cairan selain itu konduktometer
memiliki kegunaan yang lain yaitu mengukur daya hantar listrik yang diakibatkan
oleh gerakan partikel di dalam sebuah larutan. Konduktometer juga dapat
digunakan untuk mengukur besarnya jumlah ion serta konsentrasi padatan yang
terlarut (Total Dissolved Solid/TDS) di dalam sebuah larutan/air. Konsentrasi ion
di dalam larutan berbanding lurus dengan daya hantar listriknya. Artinya, semakin
banyak ion mineral yang terlarut, maka akan semakin besar kemampuan larutan
tersebut untuk menghantarkan listrik dan sebaliknya. Urutan kerja kalibrasi
konduktometer adalah :
1. Siapkan larutan elektrolit sesuai dengan kebutuhan
2. (10µS/cm, 500µS/cm, 1410 µS/cm, dan sebagainya).
3. Bilas elektroda dengan air DI (De Ionisasi/ air bebas ion) dan
4. keringkan dengan menggunakan kertas tisu.
5. Nyalakan konduktometer dengan menekan tombol ON/OFF.
6. Masukan elektroda kedalam larutan elektrolit.
7. Tekan tombol CAL, putar elektroda agar larutan elektrolit homogen.
8. Biarkan beberapa saat sampai nilai yang tertera di layar tidak berubah.
9. Angkat elektroda dari larutan elektrolit, kemudian bilas dengan air DI
beberapa kali dan keringkan dengan kertas tisu.
10. Konduktometer telah siap digunakan.
2.10 Wadah Contoh

A. Persyaratan Wadah Contoh


Persyaratan wadah contoh yang digunakan untuk menyimpan contoh
berdasarkan berdasarkan SNI 6989.57: 2008 tentang Metode Pengambilan Contoh
Air Permukaan diantaranya sebagai berikut:
1. terbuat dari bahan gelas atau plastik Poli Etilen (PE) atau Poli Propilen
(PP) atau teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE);
2. dapat ditutup dengan kuat dan rapat;
3. mudah dicuci;
4. tidak mudah pecah;
5. wadah contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi harus dapat disterilkan;
6. tidak menyerap zat-zat kimia dari contoh;
7. tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam contoh;
8. tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah dengan contoh.

B. Persiapan Wadah Contoh


Tahapan langkah-langkah persiapan wadah contoh berdasarkan SNI 6989.57:
2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan dapat dilakukan
menggunakan tahapan sebagai berikut:
a) Untuk menghindari kontaminasi contoh di lapangan, seluruh wadah
contoh harus benar-benar dibersihkan di laboratorium sebelum dilakukan
pengambilan contoh.
b) Wadah yang disiapkan jumlahnya harus selalu dilebihkan dari yang
dibutuhkan, untuk  jaminan mutu, pengendalian mutu dan cadangan.
c) Jenis wadah contoh dan tingkat pembersihan yang diperlukan tergantung
dari jenis contoh yang akan diambil

C. Wadah contoh untuk pengujian senyawa organik yang mudah menguap


(Volatile Organic Compound, VOC)

Langkah kerja dalam mempersiapkan wadah contoh untuk menyimpan sampel


air permukaan yang akan dilakukan uji terhadap kandungan senyawa organik
yang mudah menguap berdasarkan SNI 6989.57: 2008 tentang Metode
Pengambilan Contoh Air Permukaan dapat dilakukan tahapan sebagai berikut:
a) Cuci gelas vial, tutup dan septum dengan deterjen. Bilas dengan air biasa,
kemudian bilas dengan air bebas analit;
b) Bilas dengan metanol berkualitas analisis dan dikeringkan;
c) Setelah satu jam, keluarkan vial dan dinginkan dalam posisi terbalik di
atas lembaran aluminium foil;
d) Setelah dingin, tutup vial menggunakan tutup yang berseptum.

 CATATAN 1 Saat pencucian wadah contoh, hindari penggunaan sarung


tangan plastik atau karet dan sikat.
 CATATAN 2 Untuk beberapa senyawa organik yang mudah menguap
yang peka cahaya seperti senyawa yang mengandung brom, beberapa jenis
pestisida, senyawa organik poli-inti (Poli Aromatik Hidrokarbon, PAH),
harus digunakan botol berwarna coklat.

D. Wadah Contoh untuk Pengujian Senyawa Organik yang Dapat Diekstraksi

Langkah kerja dalam mempersiapkan wadah contoh untuk menyimpan sampel


air permukaan yang akan dilakukan uji terhadap kandungan senyawa organik
yang dapat diekstraksi berdasarkan SNI 6989.57: 2008 tentang Metode
Pengambilan Contoh Air Permukaan dapat dilakukan tahapan sebagai berikut:
a) Cuci botol gelas dan tutup dengan deterjen. Bilas dengan air biasa,
kemudian bilas dengan air bebas analit;
b) Masukkan 10 mL aseton berkualitas analisis ke dalam botol dan rapatkan
tutupnya, kocok botol dengan baik agar aseton tersebar merata
dipermukaan dalam botol serta mengenai lining teflon dalam tutup;
c) Buka tutup botol dan buang aseton. Biarkan botol mengering dan
kemudian kencangkan tutup botol agar tidak terjadi kontaminasi baru.

E. Wadah Contoh untuk Pengujian Logam Total dan Terlarut

Langkah kerja dalam mempersiapkan wadah contoh untuk menyimpan sampel


air permukaan yang akan dilakukan uji terhadap kandungan logam total dan
terlarut berdasarkan SNI 6989.57: 2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air
Permukaan dapat dilakukan tahapan sebagai berikut:
a) Cuci botol gelas atau plastik dan tutupnya dengan deterjen kemudian bilas
dengan air bersih;
b) Bilas dengan asam nitrat (HNO3) 1:1, kemudian bilas lagi dengan air bebas
analit sebanyak 3 kali dan biarkan mengering, setelah kering tutup botol
dengan rapat.
F. Wadah Contoh untuk Pengujian KOB, KOK dan Nutrien

Langkah kerja dalam mempersiapkan wadah contoh untuk menyimpan sampel


air permukaan yang akan dilakukan uji terhadap kandungan KOB, KOK dan
nutrien berdasarkan SNI 6989.57: 2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air
Permukaan dapat dilakukan tahapan sebagai berikut:
a) Cuci botol dan tutup dengan deterjen bebas fosfat kemudian bilas dengan
air bersih;
b) Cuci botol dengan asam klorida (HCl) 1:1 dan bilas lagi dengan air bebas
analit sebanyak 3 kali dan biarkan mengering, setelah kering tutup botol
dengan rapat.

G. Wadah contoh untuk pengujian anorganik non-logam

Langkah kerja dalam mempersiapkan wadah contoh untuk menyimpan sampel


air permukaan yang akan dilakukan uji terhadap kandungan KOB, KOK dan
nutrien berdasarkan SNI 6989.57: 2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air
Permukaan dapat dilakukan tahapan sebagai berikut:
a) Cuci botol dan tutup dengan deterjen, bilas dengan air bersih kemudian
bilas dengan air bebas analit sebanyak 3 kali dan biarkan hingga
mengering;
b) Setelah kering tutup botol dengan rapat.

H. Pencucian Wadah Contoh

Tahapan langkah-langkah pencucian wadah contoh berdasarkan SNI 6989.57:


2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan dapat dilakukan
menggunakan tahapan sebagai berikut:

a) Wadah contoh harus dicuci dengan deterjen dan disikat untuk


menghilangkan partikel yang menempel di permukaan;
b) Bilas wadah contoh dengan air bersih hingga seluruh deterjen hilang;
c) Bila wadah contoh terbuat dari bahan non logam, maka cuci dengan asam
HNO3 1:1, kemudian dibilas dengan air bebas analit;
d) Biarkan wadah contoh mengering di udara terbuka;
e) Wadah contoh yang telah dibersihkan diberi label bersih-siap untuk
pengambilan contoh.

2.11 Cara Pengambilan Contoh Air Permukaan


A. Cara pengambilan contoh untuk pengujian kualitas air berdasarkan SNI
6989.57:2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan secara
umum dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a) siapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber airnya;
b) bilas alat pengambil contoh dengan air yang akan diambil, sebanyak 3
(tiga) kali;
c) ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam
penampung sementara, kemudian homogenkan;
d) masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis;
e) lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya
hantar listrik, pH dan oksigen terlarut yang dapat berubah dengan cepat
dan tidak dapat diawetkan;
f) hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus;
g) pengambilan contoh untuk parameter pengujian di laboratorium dilakukan
pengawetan

B. Pengambilan sampel untuk parameter fisik (pH, Suhu, TDS, konduktivitas


dan kekeruhan) berdasarkan SNI 6989.57:2008 tentang Metode
Pengambilan Contoh Air Permukaan adalah sebagai berikut:
a) Menyiapkan alat pengambilan contoh air yang sesuai dengan keadaan
sumber lain;
b) Membilas alat dengan contoh air yang akan diambil, sebanyak tiga kali;
c) Mengambil contoh air sesuai dengan keperluan dan ukur pH, suhu, TDS,
konduktivitas dan kekeruhannya;
d) Contoh air yang diambil dibuang, tidak digunakan untuk parameter yang
lain;
e) Apabila contoh air diambil dari beberapa titik (komposit), maka
pengukuran contoh dilakukan pada setiap titik.

C. Cara pengambilan sampel air untuk uji senyawa organik mudah menguap
(VOC) berdasarkan SNI 6989-57:2008 dapat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a) selama melakukan pengambilan contoh untuk pengujian senyawa VOC,
sarung tangan lateks harus terus dipakai, sarung tangan plastik atau sintetis
tidak boleh digunakan;
b) saat mengambil contoh untuk analisa VOC, contoh tidak boleh terkocok
untuk menghindari aerasi, aerasi contoh akan menyebabkan hilangnya
senyawa volatil dari dalam contoh;
c) bila menggunakan alat bailer (Gambar 10)
1) jangan menyentuh bagian dalam septa, buka vial VOC 40 mL dan
masukkan contoh secara perlahan ke dalam vial hingga terbentuk convex
meniscus di puncak vial;
2) tutup vial secara hati-hati dan tidak boleh ada udara dalam vial;
3) balikkan vial dan tahan;
4) bila terlihat gelembung dalam vial, contoh harus diganti dan ambil contoh
yang baru.
d) seluruh vial diberi label yang jelas, bila menggunakan vial bening bungkus
dengan aluminium foil dan simpan dalam tempat pendingin;
e) bila air limbah mengandung residual klorin tambahkan 80 mg Na2SO3 ke
dalam 1 L contoh;
f) contoh VOC karena sifatnya yang volatil, maka pengambila contoh
dilakukan secara sesaat (grab contoh), bukan komposit.

Gambar 10. Alat Pengambil Contoh untukParameter VOC Tipe Bailer

 CATATAN. Contoh VOC biasanya dibuat dalam dua atau tiga buah
contoh, tergantung kebutuhan laboratorium; ulangi pengambilan contoh
bila diperlukan.

D. Cara pengambilan sampel air untuk uji oksigen terlarut berdasarkan SNI
6989-57:2008 dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
Pengambilan contoh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Cara Langsung
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan cara titrasi, sebagai berikut:
a) siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang diketahui serta
dilengkapi dengan tutup asah;
b) celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol
searah dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol dengan
tenang, atau dapat pula dengan menggunakan sifon;
c) isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung
udara selama pengisian, kemudian botol ditutup;
d) contoh siap untuk dianalisa.

2. Cara Khusus
Tahapan pengambilan contoh dengan cara alat khusus, dilakukan sebagai berikut:
a) siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang diketahui serta
dilengkapi dengan tutup asah;
b) masukkan botol ke dalam alat khusus (lihat Gambar 5);
c) ikuti prosedur pemakaian alat tersebut;
d) alat pengambil contoh untuk pengujian oksigen terlarut ini dapat ditutup
segera setelah terisi penuh.

E. Cara pengambilan sampel air untuk uji senyawa aromatik dan akrolein
serta akrilonitril berdasarkan SNI 6989-57:2008 dapat dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a) lakukan pengambilan contoh untuk pengujian senyawa aromatik, tetapi
vialnya hanya diisi setengah dan sisanya ditambahkan dengan asam dalam
jumlah yang diperlukan;
b) untuk pengujian senyawa akrolein dan akrilonitril contoh diatur hingga pH
4 - 5;
c) contoh akrolein dan akrilonitril harus dianalisa dalam waktu 3 hari setelah
pengambilan contoh.

F. Cara pengambilan sampel air untuk uji senyawa organik yang dapat
diekstraksi berdasarkan SNI 6989-57:2008 dapat dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a) ambil contoh dengan menggunakan Bailer;
b) buka tutup botol gelas 1 L secara hati-hati agar tidak menyentuh bagian
dalam dari tutup;
c) isi botol hingga 1 cm dari puncak botol;
d) bila satu bailer tidak cukup untuk mengisi botol, tutup botol untuk
menghindari kontaminasi contoh dan ambil lagi contoh, dan lanjutkan
pengisian botol;
e) bila contoh memerlukan analisa pestisida, pH contoh harus diatur antara
pH 5 - 9 dengan menggunakan H2SO4 atau NaOH.

G. Cara pengambilan sampel air untuk uji total logam dan zat terlarut
berdasarkan SNI 6989-57:2008 dapat dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
a) bilas botol contoh dan tutupnya dengan contoh yang akan dianalisa;
b) buang air pembilas dan isi botol dengan sampel hingga beberapa cm di
bawah puncak botol agar masih tersedia ruang untuk menambahkan
pengawet dan melakukan pengocokan.

2.12 Lokasi dan Titik Pengambilan Contoh

A. Lokasi Pengambilan Contoh Pada Sungai Berdasarkan Pemantauan


Kualitas Air
Lokasi pemantauan kualitas air sungai berdasarkan SNI 6989.57:2008 tentang
Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan pada umumnya dilakukan pada
sumber air sungai sebagai berikut:

a) Sumber air alamiah, yaitu pada lokasi yang belum atau sedikit terjadi
pencemaran (titik 1, lihat Gambar 11).
b) Sumber air tercemar, yaitu pada lokasi yang telah menerima limbah (titik
4, lihat Gambar 11).
c) Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu pada lokasi tempat penyadapan
sumber air tersebut. (titik 2 dan 3, lihat Gambar 11).
d) Lokasi masuknya air ke waduk atau danau (titik 5, lihat Gambar 11).

 CATATAN Untuk informasi yang lebih rinci, maka pengambilan contoh


tidak boleh secara komposit.

Gambar 11. Contoh Lokasi pengambilan Air Permukaan

B. Titik Pengambilan Contoh Air Sungai


Titik pengambilan contoh air sungai berdasarkan SNI 6989.57:2008 tentang
Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan ditentukan berdasarkan debit air
sungai yang diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, contoh diambil pada satu titik
ditengah sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari permukaan atau
diambil dengan alat integrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari
permukaan sampai ke dasar secara merata (lihat Gambar 12);
b) Sungai dengan debit antara 5 m3/detik - 150 m3/detik, contoh diambil pada
dua titik masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada
kedalaman 0,5 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat
integrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai
ke dasar secara merata (lihat Gambar 12) kemudian dicampurkan;
c) Sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, contoh diambil minimum
pada enam titik masing-masing pada jarak 1/4, 1/2, dan 3/4 lebar sungai
pada kedalaman 0,2 dan 0,8 kali kedalaman dari permukaan atau diambil
dengan alat integrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari
permukaan sampai ke dasar secara merata (lihat Gambar 12) lalu
dicampurkan.

Gambar 12. Titik Pengambilan Contoh Air Sungai

C. Lokasi Pengambilan Contoh Air Pada Danau atau Waduk

Lokasi pengambilan contoh air danau atau waduk disesuaikan dengan tujuan
pengambilan contohnya, berdasarkan SNI 6989.57:2008 tentang Metode
Pengambilan Contoh Air Permukaan paling tidak diambil dilokasi-lokasi sebagai
berikut:
a) Tempat masuknya sungai ke waduk atau danau.
b) Ditengah waduk atau danau.
c) Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan.
d) Tempat keluarnya air dari waduk atau danau.

Gambar 13. Diagram Lokasipengambilan Contoh Air Danau

D. Titik Pengambilan Contoh Air Danau atau Waduk

Titik pengambilan contoh berdasarkan SNI 6989.57:2008 tentang Metode


Pengambilan Contoh Air Permukaan yang disesuaikan dengan kedalaman
danau/waduk sebagai berikut (lihat Gambar 14):
a) Danau atau waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh diambil
di 2 (dua) titik yaitu permukaan dan bagian dasar, kemudian dicampurkan
(komposit kedalaman).
b) Danau atau waduk yang kedalamannya 10 m – 30 m, contoh diambil di 3
(tiga) titik yaitu permukaan, lapisan termoklin dan bagian dasar kemudian
dicampurkan (komposit kedalaman).
c) Danau atau waduk yang kedalamannya 31 m – 100 m, contoh diambil di 4
(empat) titik yaitu permukaan, lapisan termoklin, di atas lapisan
hipolimnion, dan bagian dasar kemudian dicampurkan (komposit
kedalaman).
d) Danau atau waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik pengambilan
contoh ditambah sesuai keperluan kemudian dicampurkan (komposit
kedalaman).

Gambar 14. Titik pengambilan Contoh Air Pada Danau atau Waduk
KETERANGAN:
 Epilimnion: lapisan atas danau atau waduk yang suhunya relatif sama
 Termoklin atau metalimnion: lapisan danau atau waduk yang mengalami
penurunan suhu yang cukup besar (lebih dari 1°C/m)
 Hipolimnion: lapisan bawah danau atau waduk yang mempunyai suhu
relatif sama dan lebih dingin dari lapisan di atasnya, biasanya lapisan ini
mengandung kadar oksigen yang rendah dan relatif stabil

2.13 Waktu Pengambilan Contoh Air Permukaan


Waktu pengambilan sampel air permukaan berdasarkan SNI 03-7016-2004
tentang “Tata cara pengambilan contoh dalam rangka pemantauan kualitas air
pada suatu daerah pengaliran sungai” dengan memperhatikan perubahan kualitas
air yang terus menerus perlu dipertimbangkan dalam penentuan waktu
pengambilan sampel pada sumber air. Sampel perlu diambil pada waktu tertentu
dan periode yang tetap sehingga data dapat digunakan untuk mengevaluasi
perubahan kualitas air, akan tetapi kualitas air pada saat tersebut tidaklah
menggambarkan kualitas air pada saat-saat yang lain. Hal ini terjadi terutama pada
kualitas air yang berubah setiap waktu. Sebagai contoh pada Gambar 15
menunjukkan perubahan kualitas air yang sangat ekstrim selama pengukuran
selama tiga minggu.
Gambar 15. Contoh perubahan Kualitas Air Pada Pengukuran Selama 3 Minggu

Dari gambar tersebut, perhitungan nilai rata-rata harian adalah 6,1. Akan tetapi
apabila contoh hanya diambil setiap hari keempat, maka nilai rata-rata menjadi 9.
Sedangkan bila diambil setiap hari pertama nilai rata-ratanya menjadi 3. Untuk
mengetahui kesalahan ini maka frekuensi pengambilan contoh setiap minggu
diambil sebanyak dua kali, sehingga diperlukan 6 kali pengambilan dalam periode
tiga minggu.

A. Waktu pengambilan contoh dilakukan berdasarkan keperluan sebagai


berikut:
1. Untuk keperluan survai pendahuluan dalam rangka pengenalan daerah,
waktu pengambilan contoh dapat dilaksanakan pada saat survai.
2. Untuk keperluan perencanaan dan pemanfaatan diperlukan data
pemantauan kualitas air, yang diambil pada waktu tertentu dan periode
yang tetap
3. Untuk studi atau penelitian, harus disesuaikan.

B. Hubungan antara waktu pengambilan sampling air dengan jenis sumber air
Berdasarkan jenis sumber air dan tingkat pencemarannya sebagai berikut :
1. Sungai/saluran yang tercemar berat, setiap dua minggu sekali selama
setahun.  
2. Sungai/saluran yang telah tercemar ringa sampai sedang, sebulan sekali
selama setahun.
3. Sungai/saluran alami yang belum tercemar, tiga bulan sekali selama
setahun.
4. Waduk/danau setiap dua bulan sekali selama setahun.
5. Air tanah setiap tiga bulan sekali selama setahun.
6. Air meteorik sesuai dengan keperluan.

2.14 Penyaringan Contoh Air Permukaan


Bila analisis tidak dapat segera dilakukan, maka perlu dilakukan penyaringan
di lapangan untuk pemeriksaan parameter yang terlarut. Berdasarkan SNI
6989.57:2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan cara
penyaringan dapat dilakukan sebagai berikut:

a) Contoh yang akan disaring diambil sesuai keperluannya;


b) Masukkan contoh tersebut ke dalam alat penyaring yang telah dilengkapi
saringan yang mempunyai ukuran pori 0,45 μm dan saring sampai selesai;
c) Air saringan ditampung dalam wadah yang telah disiapkan sesuai
keperluannya.

2.15 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Air Permukaan


Pemeriksaan kualitas air sebaiknya dilakukan segera setelah pengambilan
contoh. Hal ini disebabkan karena dalam waktu yang relatif singkat selama
penyimpanan mulai berlangsung perubahan-perubahan yang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Berdasarkan SNI 03-7016-2004 tentang Tata Cara
Pengambilan Contoh Dalam Rangka Pemantauan Kualitas Air Pada Suatu Daerah
Aliran Sungai (DAS) reaksi-reaksi berikut merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kadar suatu zat selama penyimpanan diantaranya yaitu:
a) Reaksi Secara Biologi
Aktifitas metabolisme dari mikroorganisme antara lain dapat mengubah kadar
nitrat, nitrit, ammonia, N-organik, fosfat organik dan menurunkan kadar fenol
serta indikator zat organik seperti KOB, KOK, KOT dan nilai permanganat.
Selain dari pada itu aktifitas mikroorganisme dapat mereduksi sulfat menjadi
sulfida.
b) Reaksi Secara Kimia
Terjadinya reaksi kimia dalam air dapat menyebabkan bahan-bahan polimer
menjadi depolimer dan sebaliknya, serta terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi.
Selain itu perubahan kadar gas terlarut dalam air dapat pula merubah pH dan
alkaliniti, sulfida, sulfit, ferro, sianida, dan iodida dapat hilang karena oksidasi.
Kromium valensi 6 dapat direduksi menjadi valensi 3.
c) Reaksi Secara Fisika
Terjadinya reaksi fisika dapat menyebabkan penyerapan koloid, zat-zat
terlarut, atau zat-zat tersuspensi oleh permukaan tempat wadah contoh.
Penyimpanan air di dalam botol gelas dalam waktu yang cukup lama dapat
menyebabkan terjadinya penggerusan natrium, silika dan boron. Selain itu dapat
pula terjadi penggumpalan zat-zat koloid yang diserap oleh sedimen.

2.16 Cara Pengawetan Contoh Air Permukaan


Apabila pemeriksaan air tidak dapat dilakukan segera setelah pengambilan
contoh dan akan ditangguhkan maka cara yang terbaik adalah dengan
mendinginkan contoh pada suhu 4°C. Apabila hal ini tidak mungkin dilakukan,
maka dapat digunakan zat pengawet tertentu dengan syarat zat tersebut tidak
mengganggu atau mengubah kadar zat yang diperiksa. Salah satu tujuan
pengawetan ialah untuk memperlambat perubahan komposisi kimia kualitas air.
Penambahan bahan kimia sebagai bahan pengawet dapat menyebabkan contoh
tersebut tidak sesuai lagi untuk penetapan parameter tertentu. Metode pengawetan
dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam berdasarkan SNI 03-7016-2004
tentang Tata Cara Pengambilan Contoh Dalam Rangka Pemantauan Kualitas Air
Pada Suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti dijelaskan berikut ini:

a) Pengawetan Secara Fisika (Pendinginan)


Metode pengawetan dengan cara pendinginan dilakukan dengan menyimpan
contoh pada suhu kurang lebih 4°C dan lebih baik lagi ditempat gelap. Perlakuan
ini dimaksudkan untuk memperlambat aktifitas biologi dan mengurangi kecepatan
reaksi secara kimia dan fisika. Keuntungan metode ini adalah tidak mengganggu
unsur-unsur yang ditetapkan. Bila pendinginan tidak mungkin dilakukan pada
suhu 4°C maka botol contoh dapat disimpan dalam bongkahan-bongkahan es.

b) Pengawetan Secara Kimia


Pengawetan secara kimia dapat dilakukan dengan beberapa metode.
1) Pengasaman Pengawetan contoh dengan penambahan asam sampai pH
lebih kecil atau sama dengan 2, biasanya dilakukan untuk pengawetan
logam terlarut dan logam total sehingga pemeriksaannya dapat ditunda
selama beberapa minggu. Khusus untuk logam merkuri waktu
penyimpanan paling lama 7 hari dan bila perlu disimpan lebih lama lagi
harus ditambahkan bahan pengoksidasi biasanya KMnO4 atau K2Cr2O7.
Pengasaman menjadi pH ≤ 2 juga dapat menghalangi aktifitas biologi,
sehingga dapat digunakan untuk pemeriksaan unsur-unsur yang dapat
mengalami perubahan secara biologi.
2) Biosida Pengawetan contoh dengan penambahan biosida akan
menghalangi aktifitas biologi. Salah satu bahan biosida yang umum
digunakan ialah larutan HgCl2 dimana konsentrasi HgCl2 dalam contoh
sekitar 20-40 mg/L. Penggunaan bahan ini harus hati-hati bila dalam
laboratorium yang sama dilakukan pengukuran kadar merkuri dalam
konsentrasi rendah karena dapat terkontaminasi oleh HgCl2.
3) Keadaan khusus Penetapan unsur-unsur tertentu memerlukan perlakuan
yang tersendiri. Sebagai contoh untuk pengawetan sianida ditambahkan
larutan NaOH sehingga pH menjadi 10-11.

c) Pengaturan Waktu
Jika menggunakan cara pengaturan waktu dapat menghindari kesalahan
pemeriksaan yang disebabkan oleh perubahan unsur selama penyimpanan. Batas
waktu pemeriksaan tidak boleh melebihi batas waktu maksimum penyimpanan
agar tidak terjadi perubahan unsur yang tidak dikehendaki.
Pengawetan contoh dilakukan apabila pemeriksaan tidak dapat langsung
dilakukan setelah pengambilan contoh, berdasarkan SNI 6989.57:2008 tentang
Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan, pengawetan contoh air permukaan
dapat dilakukan berdasarkan tabel berikut:
2.17 Metode Analisis Parameter Kualitas Air Permukaan
Dalam melakukan analisis parameter kualitas air permukaan harus didasarkan
pada suatu aturan. Indonesia menggunakan SNI (Standar Nasional Indonesia)
dalam melakukan pengukuran apapun. Berikut bebrapa metode yang digunakan
dalam menganalisis parameter kualitas air permukaan disesiakan pada Tabel 1.

Tabel 1. Metode Analisis Parameter Kualitas Air Permukaan


No Parameter Parameter Metode
1 Temperatur/Suhu °C SNI 06-6989.23-2005
2 Total Disolved Solids (TDS) mg/L SNI 06-6989.27-2005
3 Total Suspended Solids (TSS) mg/L SNI 06-6989.3-2005
4 Daya Hantar Listrik (DHL) μs -
5 Tingkat keasaman (pH) - SNI 06-6989.11-2004
6 Besi/Iron mg/L SNI 6989.4-2009
7 Mangan/Manganese mg/L SNI 6989.5-2009
8 Kadmium/Cadmium mg/L SNI 6989.16-2009
9 Seng/Zinc mg/L SNI 6989.7-2009
10 Timbal/Lead mg/L SNI 6989.8-2009
11 Tembaga/Copper mg/L SNI 6989.6-2009
12 Cr6+/Chromium heksavalent mg/L SNI 6989.71-2009
13 Nitrat/Nitrate mg/L APHA 2005:4500-NO3-N
14 Nitrit/Nitrite mg/L SNI 06-6989.9-2004
15 NH3-N/Amonia Bebas mg/L SNI 06-6989.30-2005
16 PO4-P/Phosphate mg/L APHA 2005:4500-P D
17 Chemical Oxygen Demand (COD) mg/L SNI 6989.2-2009
18 Biological Oxygen Demand (BOD) mg/L SNI 6989.72-2009
19 Klorida/Chloride mg/L SNI 6989.19-2009

2.18 Baku Mutu Air Permukaan

Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air. Dari definisi tersebut kita dapat melihat bahwa baku
mutu air dan kriteria mutu air memiliki pengertian yang hampir serupa. Keduanya
sama-sama menetapkan ukuran bagi kualitas air permukaan. Perbedaannya,
kriteria mutu air merupakan acuan yang berlaku umum bagi setiap peruntukan,
sementara baku mutu air berlaku khusus pada sumber air tertentu, melekat pada
kelas air yang telah ditetapkan untuk sumber air tersebut (atau segmennya).

PP No. 82 Tahun 2001 memperbolehkan Pemerintah atau Pemerintah Daerah


untuk menetapkan baku mutu air yang lebih ketat dibandingkan dengan kriteria
mutu air pada kelas yang sudah ditetapkan dan juga penambahan parameter dalam
baku mutu air. Penetapan baku mutu air oleh Pemerintah dilakukan dengan
Keputusan Menteri untuk sungai yang lintas batas Provinsi dan/atau lintas batas
Negara. Sedangkan penetapan baku mutu air oleh Pemerintah Provinsi dilakukan
dengan Peraturan Daerah untuk sungai yang berada dalam dua atau lebih wilayah
Kabupaten/Kota.

Dalam menetapkan baku mutu air, pemerintah merujuk kriteria mutu air
dalam Lampiran PP No. 82 Tahun 2001. Jika kelas sungai telah ditetapkan tanpa
menetapkan baku mutunya, maka kriteria mutu otomatis berlaku sebagai baku
mutu air. Sebagaimana dijelaskan di atas, jika kelas sungai belum ditetapkan,
maka baku mutu air mengacu pada kriteria mutu Kelas 2. Beberapa parameter
yang paling umum ditemui berikut acuan baku mutunya adalah sebagai berikut:
2.19 Penanganan Sampel di Lapangan
Sampel merupakan bukti fisik dan harus dapat mendukung proses
pengambilan kebijakan, oleh sebab itu diperlukan rekaman data dan rangkaian
pengamanan sampel, untuk menjamin ketertelusuran sampel, mulai dari
pengambilan sampai dengan sampel dianalisis.

A. Rekaman Pengambilan Sampel

Pada setiap pengambilan sampel air, kondisi air dan kondisi lapangan selalu
dicatat dalam “Rekaman Data Pengambilan Sampel”, karena faktor ini akan
mempengaruhi parameter yang akan diukur.

Pengamatan lapangan selama pengambilan sampel sangat penting dilakukan,


karena dapat membantu dalam interpretasi data. Hasil pengamatan lapangan saat
pengambilan sampel perlu dicatat atau direkam sebelum meninggalkan lokasi
pengambilan sampel termasuk bila ada kejadian luar biasa pada saat pengambilan
sampel. Pengamatan lapangan tersebut perlu dilengkapi dengan foto dan sketsa
lokasi pengambilan sampel yang menggambarkan titik pengambilan sampel yang
diambil serta informasi yang ada seperti sumber pencemar dan lain sebagainya.

Sampel yang telah diambil melalui teknik pengambilan yang benar harus
diperlakukan dengan benar pula mulai dari lokasi pengambilan sampel sampai
sampel dianalisis di laboratorium. Perlakuan terhadap sampel yang telah diambil
meliputi:
a) Pengawetan
b) Pemberian label/tanda
c) Pengisian Formulir Rangkaian Pengamanan Sampel/Chain of Custody
d) Pengamanan /Penyegelan

Pemberian label/tanda dilakukan terhadap bagian luar wadah sampel dan tutup
wadah, segera setelah sampel diambil untuk mencegah kesalahan titik
pengambilan sampel, parameter, dan faktor lainnya antara sampel yang satu
dengan lainnya. Ada berbagai cara yang dilakukan untuk pemberian label pada
wadah contoh. Informasi minimum yang diperlukan untuk pelabelan contoh
meliputi :
a) Penandaan lokasi, seperti penomoran
b) Titik/Lokasi pengambilan
c) Tanggal dan Waktu Pengambilan
d) Keterangan singkat mengenai jenis contoh
e) Petugas Pengambilan Contoh
f) Catatan tambahan (seperti pH, temperatur dan lain lain)

B. Rangkaian Pengamanan Sampel (Chain of Custody)


Rangkaian pengamanan sampel dituangkan dalam “Formulir Rangkaian
Pengamanan Sampel”. Formulir berisi informasi kondisi pengambilan sampel, dan
diisi oleh petugas pengambil sampel dan dilengkapi oleh petugas penerima
sampel. Secara umum pengamanan sampel dan data dilakukan dengan cara:
a) Identifikasi/pengkodean sampel
b) Pengemasan sampel
c) Penyegelan wadah sampel
d) Pencegahan kontaminasi selama tranportasi ke laboratorium
e) Penyimpanan sampel di laboratorium
f) Abnormalitas/hal-hal yang menyimpang dari prosedur yang ditetapkan
perlu dicatat

Laboratorium penguji yang dipilih untuk menganalisis sampel yang telah


diambil sedapat mungkin adalah laboratorium kompeten yang terdekat dengan
lokasi pengambilan sampel, yaitu laboratorium yang terakreditasi atau telah
menerapkan jaminan mutu dan pengendalian mutu sesuai SNI ISO/IEC
17025:2008 untuk parameter yang dimaksud, dengan menyerahkan rekaman
rangkaian pengamanan sampel yang dilakukan. Bila memungkinkan, dapat juga
menggunakan jasa pelayanan pengiriman sehingga sampel dapat diterima di
laboratorium sebelum melebihi batas penyimpanan maksimum.

Pengiriman sample harus disertai dengan Rangkaian Pengamanan Sampel


(Chain of Custody) dan Berita Acara Penyerahan Sampel. Pada umumnya
Rangkaian Pengamanan Sampel berisi informasi sebagai berikut:
a) Jumlah sampel yang dikirim
b) Tanggal dan waktu pengambilan masing-masing sampel
c) Nama pelanggan dan alamatnya
d) Deskripsi matrik sampel
e) Parameter yang akan diuji
f) Metode analisis yang dibutuhkan tiap sampel
g) Pengawet yang digunakan bila ada
h) Jumlah wadah masing-masing sampel
i) Waktu dan tanggal penerimaan
j) Tandatangan orang yang membawa dan menerima sampel.

Rangkaian Pengamanan Sampel juga mengandung bagian untuk memberikan


komentar terhadap masing-masing sampel, sebagai contoh kondisi sampel pada
saat diterima, temperatur dalam penyimpan sampel, atau catatan tambahan
termasuk abnormalitas sampel pada saat sampel sampai ke laboratorium.

2.20 Jaminan Mutu Pengambilan Sampel Air Permukaan


Jaminan mutu merupakan bagian penting dalam menghasilkan data lapangan
yang dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan hukum. Komponen-
komponen jaminan mutu terdiri dari:

a) Personil yang terlibat dalam pengambilan sampel harus merupakan bagian


dari organisasi yang legal dan bebas dari pengaruh dan tekanan apapun.
b) Personil pengambil sampel memenuhi kualifikasi pendidikan yang tepat,
pelatihan yang memadai, pengalaman yang sesuai dan ketrampilan yang
bisa ditunjukkan.
c) Dokumentasi pengambilan sampel harus baik dan benar mulai dari
perencanaan, pengambilan sampel, pelabelan, transportasi, penerimaan,
penanganan, perlindungan dan penyimpanan.
d) Pemeliharaan rekaman kalibrasi peralatan yang digunakan untuk
pengukuran parameter lapangan.
e) Gunakan alat gelas bebas kontaminasi.
f) Gunakan alat ukur yang terkalibrasi.

Untuk menjaga dan mengamankan mutu sampel di lapangan, sebaiknya


sampel ditangani oleh sesedikit mungkin petugas sedangkan orang yang bertugas
dan bertanggung jawab terhadap keamanan sampel adalah pengambil sampel.
Pengambil sampel harus orang yang telah mengikuti pelatihan pengambilan
sampel, setidaknya mengetahui bagaimana memilih titik pengambilan dan cara
pengambilan sampel, cara pengawetan, serta cara pengisian formulir yang
berkaitan dengan penanganan sampel dilapangan.

2.21 Pengendalian Mutu Pengambilan Sampel Air Permukaan


Pengendalian mutu di lapangan merupakan bagian yang sangat penting dari
suatu program jaminan mutu dilapangan (Field quality assurance). Disamping itu
perlu dilakukan kontrol mutu pada pengambilan contoh yang bertujuan untuk
memperoleh contoh representatif dan kontrol kontaminasi seperti penggunaan
contoh blanko, contoh split, dan contoh duplikat. Untuk menjamin kelayakan
pengambilan contoh maka kemampuan melacak seluruh kejadian selama
pelaksanaan pengambilan contoh harus dijamin. Berdasarkan SNI 6989.57:2008
tentang Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan kontrol akurasi dapat
dilakukan dengan beberapa cara berikut ini:

A. Contoh Split
a) Contoh terbelah diambil dari satu titik dan dimasukkan ke dalam wadah
yang sesuai.
b) Contoh dicampur sehomogen mungkin serta dipisahkan ke dalam dua
wadah yang telah disiapkan.
c) Kedua contoh tersebut diawetkan dan mendapatkan perlakuan yang sama
selama perjalanan dan preparasi serta analisa laboratorium.

B. Contoh Duplikat
a) Contoh diambil dari titik yang sama pada waktu yang hampir bersamaan.
b) Bila contoh kurang dari lima, contoh duplikat tidak diperlukan.
c) Bila contoh diambil 5 sampai dengan 10 contoh, satu contoh duplikat
harus diambil.
d) Bila contoh diambil lebih dari10 contoh, contoh duplikat adalah 10% per
kelompok parameter matrik yang diambil.

C. Contoh Blanko Media


a) Digunakan untuk medeteksi kontaminasi pada media yang digunakan
dalam pengambilan contoh (peralatan pengambilan, wadah).
b) Peralatan pengambilan, sedikitnya satu blanko peralatan harus tersedia
untuk setiap dua puluh) contoh per kelompok parameter untuk matrik yang
sama.
c) Wadah, salah satu wadah yang akan digunakan diambil secara acak
kemudian diisi dengan media bebas analit dan dibawa ke lokasi
pengambilan contoh. Blanko tersebut kemudian dibawa ke laboratorium
untuk dianalisis.

D. Contoh Blanko Perjalanan


a) Blanko digunakan apabila contoh yang diambil bersifat mudah menguap.
b) Sekurang-kurangnya satu blanko perjalanan disiapkan untuk setiap jenis
contoh yang mudah menguap.
c) Berupa media bebas analit yang disiapkan di laboratorium.
d) Blanko dibawa ke lokasi pengambilan, ditutup selama pengambilan contoh
dan dibawa kembali ke laboratorium.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Air merupakan elemen yang sangat penting khususnya bagi makhluk hidup
sehingga perlu adanya pemantauan terkait kualitas air permukaan agar tidak
menimbulkan dampak negatif bagi makhluk hidup. Pemantauan kualitas air
dilakukan untuk jenis air permukaan dengan harapan mampu memberikan
informasi terkait kualitas air yang digunakan dalam kebutuhan hidup manusia
sehingga adanya air permukaan ini dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam
berbagai bidang diantaranya seperti pariwisata, perikanan, perkebunan, pertanian,
bahkan dapat menjaga keutuhan ekosistem air yang ada. Dari pemantauan yang
dilakukan dapat digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki kualitas air
permukaan. Langkah awal dalam pemantauan kualitas air permukaan adalah
dengan sampling air permukaan yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
dan baku mutu yang ada. Sampling air permukaan bertujuan untuk memberikan
sampel yang dapat mewakili kualitas air permukaan secara keseluruhan.

3.2 Saran
Studi lebih lanjut terkait sampling pemantauan kualitas air permukaan baik
dari sumber air sungai, air waduk, air danau, air rawa serta air laut untuk
memperoleh informasi yang lebih lengkap.
Daftar Pustaka

Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 19-7117.2-2005. Emisi Gas Buang


Sumber Tidak Bergerak Penentuan Lokasi dan Titik-titik Lintas Pengambilan
Contoh Uji Partikel : Jakarta

Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 19-7117.1-2005. Emisi Gas Buang


Sumber Tidak Bergerak Penentuan Kecepatan Alir : Jakarta

Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 19-7117.2-2005. Emisi Gas Buang


Sumber Tidak Bergerak Penentuan Lokasi dan Titik-titik Lintas Pengambilan
Contoh Uji Partikel : Jakarta

Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 19-7119.6-2005. Penentuan Lokasi


Pengambilan Contoh uji Pemantauan Kkualitas Udara Ambien : Jakarta

Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 19-7119.9-2005. Penentuan Lokasi


Pengambilan Contoh uji Pemantauan Kualitas Udara Roadside : Jakarta

Bayrakzur, H., Sezer, F., & Turaliooglu.(2005). A Kriging-Based Approach for


Locating a Sampling Site in the Assessment of Air Quality, Stoch
Environmental Risk Assess, Hal 301-305

Coronge, M, A., Tjarang, W., & Irmawaty, R.(2018). Analisis Tingkat Emisi Pada
Cerobong Asap Pabrik Semen Tonosa Pakkep, Jurnal Purifikasi, 2(18(, Hal
87-92

Damayanti, R., Santoso, P., & Subhiyah, H.(2019). Analisis Perhitungan


Ketinggian Cerobong Paada AEET 10 MeV Dengan Kondisi Tanpa Sistem
Ventilasi, Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir, 1(16), Hal 13-16

Eko, R,H.(2016). Pemantauan Kualitas Udara, Universitas Dian Nuswantoro

Emission Standards and Engineering Division.(1978). Stack Sampling Technical


Information A collection of Monographs and Papers Volume IV, EPA-450/2-
78-042d, California

Erou, A., & Fadhillah, F(2019). Inventarisasi & Status Mutu Udara Ambien,
Jurnal Teknologi Lingkungan, Hal 32-40

Fluria, R.(2016). Analisis Kualitas Udara di Daerah Penambangan Batu Kapur


Bukit Tui Kota Padang Panjang, Eksata, 1(2), Hal 31-37
Garibaldi.(2015). Evaluasi Pemantauan Emisi Sumber Tidak Bergerak
(Cerobong) Boiler Industri Kimia di Daerah Cilegon, Universitas Jenderal
Soedirman, Hal 1-15

Handon, H.A.(1976). Particulate Sampling Strategies for Large Power Plants


Including Nonuniform Flow, USEPA ORD, ESRL, Research Triangle Park,
NC. EPA-600/2-76-170

Kurniawan.(2017). Pengukuran Parameter Kualitas Udara di Bukit Kota Tabang


Berbasis ISPU, Jurnal Teknologi Lingkungan, 1(2), Hal 1-13

Lan, H., Hartonen, K., & Riekkola, M.(2020). Miniaturised Air Sampling
Techniques for Analysis of Volatile Organic Compound in Air, Trends in
Analytical Chemistry, Hal 1-22

Landrigan, P, J.(2017). Air Pollution and Health, Vol 2, Hal 4-5

Minaro, M,D., Banon, D., & Egea, J, A.(2020). A Multi-Pollutan Methodology to


Locate a Singer Air Quality Monitoring Station in Small and Medium-Site
Urban Areas, Environmental Pollution, Hal 1-10

Masito, A.(2018). Analisis Resiko Kualitas Udara Ambien dan Gangguan


Pernapasan pada Masyarakat di Wilayah Kalianah Surabaya, Jurnal Agromet,
4(10), Hal 394-401

Purwanta, C,P., Arthana, I, W., & Suarna, I, W.(2015). Inventarisasi Emisi


Sumber Bergerak di Jalan Kota Denpasar, Universitas Udayana, 1(9), Hal 1-9
Rina Febrina.(2013). Analisis Kualitas Udara Ambien Di Kawasan Industri
Bandar Lampung, Universitas Lampung

Ruslinda, Y., Gunawan, H., & Noviade, N.(2015). Analisis Konsentrasi PM 10 di


Udara Ambien Roadside Jaringan Jalan Sekunder Kota Padang, Prosiding
Andalas Civil Engineering National Conference, Hal 100-106

Schinelle, K., & Dunn, R,F.(2016). Air Pollution Control Technology Handbook
Sec Edition.

Triyanti, A., & Santikayasa, I,D.(2006). Analisis Pola Unsur Meteorologi dan
Konsentrasi Polutan di Udara Ambien, J Agromet, 20(2) Hal 17-26

U.S.EPA.(2005). Emission Inventory Improvement Program: Preferred and


Alternative Methodes For Gathering And Locating Specific Emission
Inventory Data. Washington, DC: U.S.EPA
Xie, R., Zhao, G., Zhu, B, Z., & Chevallier, J.(2018). Examining the Factors
Affecting Air Pollutan Emission Growth in China, Environmental Modeling
& Assessment, Hal 1-12
SOAL EVALUASI
Soal Pilihan Ganda! Pilihlah Jawaban yang Menurut Anda Benar!

1. Pencemar udara di setiap lokasi memiliki konsentrasi yang berbeda-beda,


salah satunya diakibatkan oleh….
A. Luas bangunan
B. Bentuk bangunan
C. Kesehatan manusia
D. Kecepatan angin
E. Spesies hewan
2. Sampling kualitas udara ambien lebih baik dilakukan pada pukul….
A. 00.00 – 04.00 WIB
B. 04.00 – 08.00 WIB
C. 08.00 – 12.00 WIB
D. 12.00 – 16.00 WIB
E. 16.00 – 20.00 WIB
3. Apabila lokasi sampling berada di antara gedung dan pohon maka teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara….
A. Menempatkan alat sampling lebih rendah dari bangunan
B. Menempatkan alat sampling lebih rendah dari pohon
C. Menempatkan alat sampling lebih tinggi dari pohon
D. Menempatkan alat sejajar dengan bangunan
E. Menempatkan alat sejajar dengan pohon
4. Penambahan lokasi alternative pada saat melakukan sampling udara emisi
karena….
A. Untuk mengetahui kualitas udara di lokasi lain
B. Untuk mengetahui perbandingan kualitas udara
C. Lokasi pengukuran semula kondisinya tidak memenuhi persyaratan
D. Lokasi pengukuran semula memiliki konsentrasi polutan tinggi
E. Lokasi pengukuran semula tidak ada pepohonan
5. Penentuan lokasi lubang sampling udara emisi harus menjaga keamanan
petugas salah satunya dilakukan dengan cara….
A. Cerobong yang bersih sehingga tidak menganggu pernapasan
B. Tangga yang kuat untuk masuk cerobong
C. Cerobong yang kuat
D. Cerobong dari industry yang tidak berbahaya
E. Lokasi industry dekat dengan rumah sakit
6. Alat yang digunakan dalam sampling udara ambien ada bermacam-macam,
untuk mengetahui arah dan kecepatan angin menggunakan alat….
A. Higrometer
B. Flowmeter
C. Impinger
D. Anemometer
E. Termometer
7. Salah satu metode sampling udara emisi dengan cara menghubungkan udara
ambien dengan sumber cerobong disebut dengan metode….
A. In Situ monitoring
B. Extended sources monitoring
C. Extractive monitorin
D. Remote monitoring
E. Ex situ monitoring
8. Prinsip penentuan lokasi sampling udara emisi dilakukan dengan….
A. Penentuan lokasi sampling dilaksanakan pada suatu tempat paling
sedikit 8 kali diameter cerobong dari hulu dan 2 kali dari hilir
B. Penentuan lokasi sampling dilaksanakan pada suatu tempat paling
sedikit 2 kali diameter cerobong dari hulu dan 8 kali hilir
C. Penentuan lokasi sampling dilaksanakan pada suatu tempat paling
sedikit 8,5 kali diameter cerobong dari hulu dan 2,5 kali hilir
D. Penentuan lokasi sampling dilaksanakan pada suatu tempat paling
sedikit 2,5 kali diameter cerobong dari hulu dan 8,5 kali hilir
E. Penentuan lokasi sampling dilaksanakan pada suatu tempat paling
sedikit 2 kali diameter baik dari hulu maupun hilir
9. Berikut yang bukan termasuk sumber udara emisi adalah….
A. Cerobong Asap
B. Knalpot Motor
C. Knalpot Mobil
D. Minyak Wangi
E. Kebakaran Hutan
10. Sampling kualitas udara dilakukan terlebih dahulu dengan syarat apabila….
A. Populasi penduduk sedikit
B. Populasi penduduk banyak
C. Dengan dengan pepohonan
D. Jauh dari pepohonan
E. Dekat dengan rumah sakit

Soal Uraian! Tuliskan Jawaban Anda dengan Baik dan Benar!

1. Jelaskan perbedaan udara ambien dengan udara emisi!


Jawaban : Udara ambien merupakan udara bebas permukaan bumi yang
dibutuhkan oleh kehidupan makhluk hidup. Udara emisi adalah udara yang
dikeluarkan oleh sumber emisi
2. Jelaskan faktor yang dapat mempengaruhi sampling kualitas udara ambien!
Jawaban : faktor topografi, kepadatan benduduk, tingkat emisi, dan
morfologi meliputi angin, suhu, kelembaban, sinar matahari,
3. Jelaskan perbedaan udara emisi berdasarkan sumbernya!
Jawaban : Berdasarkan sumbernya, udara emisi dibedakan menjadi dua
yaitu emisi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak. Emisi sumber
bergerak bersumber dari knalpot kendaraan bermotor. Emisi sumber tidak
bergerak bersumber dari cerobong asap industry.
4. Jelaskan apa saja yang perlu diperhatikan saat menentukan titik sampling
udara ambien!
Jawaban : Area dengan konsentrasi pencemar tinggi hendaknya didahulukan
untuk dilakukan pemantauan dengan menggunakan satu atau lebih stasiun
pemantauan yang dibutuhkan di sekitar daerah dengan emisi tinggi. Area
dengan kepadatan penduduk tinggi dan ditambah dengan adanya pencemaran
yang berat dilakukan pemantauan terlebih dahulu. Di daerah sekitar lokasi
penelitian yang diperuntukkan untuk kawasan studi maka stasiun
pengambilan contoh uji perlu ditempatkan di sekeliling daerah. Untuk daerah
proyeksi, cara menentukan efek akibat perkembangan mendatang
dilingkungannya maka diperlukan stasiun yang ditempatkan di daerah-daerah
yang diproyeksikan. Informasi terkait kualitas udara di seluruh wilayah studi
harus diperoleh agar kualitas udara diseluruh wilayah dapat dipantau.
5. Jelaskan menurut pendapat kalian mengapa titik sampling udara harus
mewakili seluruh kualitas udara yang terdapat di lokasi!
Jawaban : titik sampling harus mewakili seluruh kualitas udara yang berarti
bahwa sampling harus dilakukan secara representative karena apabila titik
sampling tidak mewakili kualitas udara keseluruhan maka sampel akan
memperoleh hasil yang tidak valid dan tidak sesuai dengan kondisi kualitas
udara sekitar.

Anda mungkin juga menyukai