Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

PERENCANAAN BANGUNAN PENYEDIAAN AIR MINUM DI DESA


SUNGAI RAYA KECAMATAN SUNGAI RAYA KEPULAUAN
KABUPATEN BENGKAYANG, KALIMANTAN BARAT

Dosen Pengampu : Ricka Aprillia, M.T

Disusun Oleh :
Devina (T0218003)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
KALIMANTAN BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas karunia, hidayah dan
nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporaan mengenai “Perencanaan
Bangunan Penyediaan Air Minum Di Desa Sungai Raya Kecamatan Sungai Raya
Kepulauan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat”. Penulisan laporan ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas besar yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Perencanaan Bangunan Penyediaan Air Minum (PBPAM)
yaitu Ibu Ricka Aprillia, M.T. Laporan ini ditulis dari hasil analisis penyusun
yang bersumber dari internet, artikel dan juga  jurnal sebagai referensi, tak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah PBPAM atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan laporan ini. Juga kepada rekan mahasiswa
yang telah membantu sehingga dapat terselesaikannya laporan ini.
Penyusun berharap, dengan membaca laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua, semoga hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai materi
ini. Laporan ini masih jauh dari sempurna, maka penyusun mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Demikan
laporan ini, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun dan yang membacanya,
sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang materi ini.

Pontianak, 20 Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan perencanaan bangunan pengolahan air minum ini dilakukan di
Kecamatan Sungai Raya Kepulauan Kabupaten Bengkayang. Kecamatan ini
terletak di Provinsi Kalimantan Barat.

1.2 Latar Belakang Kegiatan Perencanaan


Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Air dimanfaatkan
untuk memenuhi berbagai aktivitas manusia termasuk kebutuhan air untuk minum.
Untuk itu perlu adanya perhatian khusus dalam penyediaan air minum ini mulai
dari kualitas air, jumlah ketersediaan air yang ada hingga kontinuitas dari air
tersebut. Agar kebutuhan akan air disebuah daerah dapat terpenuhi maka perlu
diadakannya perencanaan sistem pengolahan air minum di setiap wilayah di
Indonesia yang belum memiliki pengolahan bangunan air minum yang baik. Salah
satu nya di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan. Dalam perencanaan bangunan
pengolahan air minum ini pemilihan proses pengolahan disesuaikan dengan
kondisi dan situasi dari desa tersebut.

1.3 Kondisi Lokasi Kegiatan Perencanaan


Kecamatan Sungai Raya Kepulauan merupakan daerah yang dikelilingi pantai
atau sering disebut dengan daerah pesisir. Jumlah penduduk di Kecamatan Sungai
Raya Kepulauan pada akhir tahun 2019 adalah sebanyak 22.838 jiwa. Dengan
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 11.603 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
yang ada sebanyak 11.235 jiwa. Kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan
Sungai Raya Kepulauan adalah sebanyak 58 jiwa per kilometer persegi.
Luas wilayah Kecamatan Sungai Raya Kepulauan adalah sebesar 394,00 km 2 atau
sekitar 7,30% dari seluruh luas Kabupaten Bengkayang. Kecamatan Sungai Raya
Kepulauan terbagi dalam 5 desa. Dilihat dari luas per desa, laus wilayah desa yang
paling besar adalah desa Karimunting dengan luas wilayah sebesar 194,50 km2
atau sekitar 49,37% dari total luas Kecamatan Sungai Raya Kepulauan sedangkan
luas desa yang paling kecil adalah desa Sungai Keran dengan luas wilayah hanya
15,30 km2 atau sekitar 3,88% dari seluruh luas wilayah Kecamatan Sungai Raya
Kepulauan. Dan untuk 3 desa lainnya yaitu desa Sungai Raya, Pulau Lemukutan
dan desa Rukmajaya rata-rata luas wilayah < 57,73 km2.

Agar kebutuhan air di daerah Kecamatan Sungai Raya Kepulauan tersebut dapat
terpenuhi maka perlu dilakukannya perencanaan dan perancangan bangunan dari
pengolahan air minum tersebut agar dapat memnuhi suplai kebutuhan air di desa
tersebut. Untuk itu pelu kajian dan analisis yang lebih mendalam terkait
bagaimana kualitas air baku, proses pengolahan yang akan digunakan serta
bagaimana detail desain dari bangunan-bangunan pengolahan air bersih yang tepat
untuk pengolahan air baku.

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Perencanaan


Adapun ruang lingkup kegiatan perencanaan bangunan pengolahan air bersih yang
dibuat meliputi:
a. Layout bangunan dan fasilitas penunjang
b. Desain sistem (skema)
c. Desain bangunan (desain sipil) yang terdiri dari:
i. Denah (plan)
ii. Tampak (view)
iii. Potongan (section) memanjang (long) dan melintang (cross) atau
potongan lain bila perlu
iv. Detail bangunan pada bagian yang dianggap perlu atau memerlukan
teknik konstruksi khusus.

1.5 Sistematika Laporan Perencanaan


Laporan perencanaan bangunan pengolahan air minum untuk Kecamatan Sungai
Raya Kepulauan akan disusun dengan urutan sebagai berikut:
- BAB I Pendahuluan yabg berisi keterangan kenapa dan dimana perancangan
dibuat, uraian singkat tentang kondisi lokasi kegiatan perancangan, cakupan
pekerjaan perancangan dan tata urut isi laporan perancangan
- BAB II Analisa Sumber Air Baku
- BAB III Rancangan Sistem Pengolahan Air
- BAB IV Rancangan Bangunan Pengolahan Air
- BAB V Rancangan Fasilitas Penunjang
- BAB VI Perkiraan Anggaran Biaya Pelaksanaan Pekerjaan
- BAB VII Spesifikasi Teknik untuk Pelaksanaan Pekerjaan
- BAB VIII Peta dan Gambar Rancangan
BAB II
ANALISA SUMBER AIR BAKU
2.1 Sumber Air
Sumber air baku yang digunakan oleh masyarakat sekitar desa Sungai Raya terdiri
dari beberapa sumber yaitu diantaranya :
a. Air Sungai, air sungai yang digunakan berasal dari Daerah Aliran Sungai
(DAS) Sungai Raya dengan luas 50.000 hektare. Sungai ini sebagai jalan
utama keluar masuknya kapal nelayan dan sebagai sumber air yang digunakan
untuk kegiatan sehari-hari Sedangkan untuk air minum sebagaian masyarakat
yang bertempat tinggal dikaki gunung memanfaatkan sumber mata air sebagai
air baku guna memenuhi kebutuhan air mereka serta memanfaatkan air hujan
sebagai air baku untuk air minum.
b. Mata Air Gunung Sungai Raya, mata air ini yang biasanya digunakan sebagai
sumber air minum.
c. Air Hujan, air hujan biasanya ditampung secara mandiri oleh masyarakat pada
wadah penampungan seperti drum ataupun tempayan.

Sedangkan dalam rancangan ini air baku yang diguanakan berasal dari air
sungai yang memiliki lebar sekitar 35 meter dan debit 50 L/detik , muka air
rendah 1 meter dan muka air tinggi/banjir sekitar 2 meter. Debit yang tersedia
pada sungai Raya pada kondisi normal adalah 50 L/detik x 3600 detik/jam
atau sekitar 4.320.000L/hari. Dan diperkiraan total kebutuhan air perhari
sekitar 3.755.803 L/hari pada tahun 2040.

Bangunan pengolahan air minum ini dirancang dengan umur rencana 20


tahun, dan dengan perkiraan kapasitas pengolahan sudah tidak cukup efektif
atau mengalami penurunan hingga hanya dapat melayani sekitar 70% hingga
80% saja.
2.2 Standar Kualitas Air Baku
Dalam perancangan bangunan pengolahan air minum ini kualitas air harus
diperhatikan dengan berpedoman pada undang-undang, peraturan menteri yang
ada serta regulasi-regulasi terkait dengan kualitas air bersih. Adapun kualitas air
bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya menurut SK.Dirjen PPM
dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun 2000/2001, dapat
dibedakan ke dalam 5 kategori sebagai berikut :
1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total koliform kurang dari 50.
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum.
2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung koliform 51-100mg/l.
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman.
3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung koliform 101-1000mg/l. Air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan,mengairi pertanaman.
4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung koliform 1001-2400mg/l.
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman.
5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung koliform
lebih2400mg/l.

Air baku yang berkualitas harus memenuhi syarat – syarat yang mencakup sifat –
sifat fisika dan kimia air. Syarat ini harus sesuai dengan standar yang telah
dikeluarkan oleh Depatemen Kesehatan sesuai dengan SK Menkes RI No.
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawas Kualitas Air
Minum.
Tabel 2.1 Data Kualitas Air Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.907/Menkes/SK/VII/2002

(Sumber : Digilib, Unpas. 2010)


2.3 Kualitas Air Baku Sungai Raya
Kualitas air yang ada pada sungai raya yang akan dijadikan sebagai sumber air
baku ditinjau berdasarkan parameter fisik ialah sebagai berikut:
a. Warna
Untuk kualitas air yang ada di sungai raya perlu dilakukan penambahan bahan
kimia seperti tawas, karena warna airnya yang keruh. Warna air di sungai raya
beragam kadang berwarna cokelat milo, kadang juga berwarna cokelat susu,
dan untuk menanganinya dapat di gunakan zat kimia yang dapat menjernihkan
air.

b. Polusi
Air sungai di desa Sungai Raya tak jarang biasanya di temui sampah rumah
tangga atau sampah plastik. Masih ada beberapa oknum masyarakat yang
membuang sampah di sepanjang aliran sungai. Hal itu mengharuskan
perencana untuk membuat jaring filtrasi agar sampah juga tidak ikut masuk
memenuhi bangunan intake.

Selain sampah, oli bekas kapal motor nelayan juga biasanya mencemari sungai.
Kebocoran oli dari kapal motor yang bersandar di tepian dermaga sungai membuat
kualitas air sungai semakin menurun dan terkadang menimbulkan bau yang tidak
sedap.

2.4 Kuantitas Air Baku


Untuk kuantitas sumber air yang ada di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan atau
DAS Sungai Raya tidak terlalu luas dan besar di bandingkan dengan DAS Sungai
Duri. Namun sumber air yang ada disana cukup banyak jika digunakan sebagai
sumber air bagi satu desa. Selain air sungai air pegunungan juga masih dapat
digunakan sebagai sumber air jikalau suatu saat nanti air dari Pengolahan yang
akan direncanakan mengalami kendala.
BAB III
RANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN AIR

3.1 Kebutuhan Air


Dalam sistem penyediaan air bersih atau air minum ini diperlukan data jumlah
kebutuhan air diperlukan pada periode waktu yang ditetapkan pada saat
perencanaan yaitu sekitar 20 tahun. Sehingga rancangan bangunan pengolahan air
dapat melayani jumlah perkiraan kebutuhan air tersebut. Untuk penentuan
besarnya kebutuhan air bersih pada tugas ini menggunakan data yang telah ada
pada tugas SPAM di semester terdahulu. Kebutuhan hari maksimum pada daerah
perencanaan untuk tahun 2040 diperkirakan sebesar 4131383,3 l/det.

Tabel. 3.1 Total Kebutuhan Air Di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan

(Sumber : Data dari tugas SPAM Devina. 2020)


Data dari tabel total kebutuhan air di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan diatas
didapat dari hasil perhitungan dan analisis pada tugas Sistem Pengolahan Air
Minum terdahulu. Dari data di atas maka dapat diketahui jumlah fluktuasi air
perhari dan data jumlah fluktuasi air perjam dari tahun 2020 hingga tahun 2040 di
Kecamatan Sungai Raya Kepualuan.
Tabel 3.2 Fluktuasi Pemakaian Air di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan

(Sumber: Tugas SPAM Devina.2020)

3.2 Tahapan Sistem Penyediaan Air Minum


Berdasarkan pertimbangan kemampuan sosial, ekonomi, penduduk dan juga biaya
yang dibutuhkan untuk membangun Instalansi pengolahan air minum ditentukan
secara bertahap sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2020
hingga 2040 mendatang.
Adapun tahapan dari SPAM dibuat dengan maksud agar :
1. Merencanakan kapasitas unit setempat setepat mungkin di dalam memenuhi
kebutuhan air yang dibutuhkan.
2. Memberikan gambaran-gambaran perencanaan unit-unit pengolahan yang akan
dibangun.
3. Menghindari pemborosan dari segi biaya, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan.

3.3 Skema Rencana Sistem Pengolahan


Dilihat dari kondisi air sungai raya maka sistem pengolahan yang digunakan yaitu
dengan unit-unit sebagai berikut:
Gambar. 1 Proses Pengolahan Instalansi Air Minum di Desa Sungai Raya

1. Intake
Merupakan bangunan pengambilan air baku. Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan yaitu :
- Debit intake jauh lebih kecil dari debit sumber air baku
- Tinggi air minimum, maksimum dan rata-rata sumber air baku
- Kecepatan aliran pada air permukaan/sungai
- Jangan sampai terbawa oleh lumpur yang ada pada sungai

2. Pra-sedimentasi
Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel tersuspensi dengan
berat jenis yang lebih besar dari berat jenis air. Pengendapan dilakukan
dengan jalan penyimpanan air dalam jangka waktu tertentu. Penggunaan unit
ini tergantung dari karakteristik air bakunya. Proses yang terjadi pada
pengolahan ini adalah penghilangan padatan tersuspensi secara gravitasi pada
sebuah rak. Efisiensi proses bergantung pada ukuran partikel padatan
tersuspensi yang akan dihilangkan dan tingkat pengendapannya masing-
masing (Schulz dan Okun, 1984: 31).

3. Koagulasi – Flokulasi
Koagulasi adalah penambahan koagulan yang disertai dengan pengadukan
cepat sehingga menghasilkan partikel tersuspensi yang halus, sedangkan
flokulasi adalah pengadukan secara lambat untuk mengumpulkan dan
mengendapkan partikel-partikel atau flok-flok yang terbentuk. Koagulasi dan
flokulasi ini terjadi adanya destabilisasi dan tumbukan antar partkel bebas
(Reynold, 1982: 15).

Pada prinsipnya ada dua aspek yang penting didalam proses koagulasi dan
flokulasi yaitu :
- Pembubuhan bahan kimia koagulan
- Pengadukan bahan kimia tersebut dengan air baku.

Aplikasi dari koagulasi dan flokulasi ini dilakukan dalam dua rector yang
berbeda yaitu koagulator dan flokulator (Darmasetiawan, 2001: 18). Menurut
Darmasetiawan (2001: 19), ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan
suatu proses koagulan :
- Jenis bahan kimia koagulan
- Dosis pembubuhan bahan kimia
- Pengadukan dari bahan kimia

4. Sedimentasi
Sedimentasi atau pengendapan adalah pemisahan partikel yang ada di dalam
air secara gravitasi. Keberadaan partikel di dalam air di ukur dengan melihat
kekeruhan atau dengan mengukur secara langsung berat zat padat yang
terlarut (Darmasetiawan, 2001:64).
Menurut Reynold (1982:69), Sedimentasi merupakan pengendapan cairan
terurai dengan menggunakan atau memanfaatkan gaya gravitasi, untuk
memindahkan zat padat yang tertahan. Hal ini digunakan dalam pengolahan
air. Pengendapan partikel sedimentasi terbagi menjadi :
- Pengendapan dengan kecepatan konstan (discrete settling)
- Pengendapan dengan kecepatan berubah (flocculan settling)

Pemilihan sedimentasi tergantung dari tipe dan ukuran flok yang dihasilkan
dari proses flokulasi. Jenis sedimentasi yang sering digunakan adalah :
- Plain sedimentasi
- Upflow sludge blanket clarifier
- Inclineed plat/tube sedimentasi
- Upflow sludge resirculasi sedimentasi

5. Filtrasi
Menurut Reynolds (1982 : 131), filtrasi adalah pemisahan antara cairan dan
padatan dengan menggunakan medium berpori dan material berpori untuk
memisahkan sebanyak mungkin partikel halus tersuspensi yang ada dari
cairan. Filtrasi ini bertujuan untuk menyaring air yang sudah melewati proses
koagulasi, flokulasi dan sedimentasi agar dihasilkan air minum yang bermutu
tinggi.

Saringan dapat diklasifikasikan menurut media penyaringan yang digunakan


menjadi (Reynold, 1982 : 131):
- Saringan dengan medium tunggal, menggunakan satu macam medium,
misalnya pasir atau anthrasit.
- Saringan dengan medium ganda, menggunakan dua macam medium,
misalnya pasir dan anthrasit.

- Saringan multimedia, menggunakan tiga macam medium, misalnya pasir,


anthrasit dan garnet.

Saringan dengan medium tunggal, yaitu saringan pasir, dapat dibedakan


menjadi dua macam:
- Saringan pasir lambat
Saringan pasir lambat memiliki beberapa keuntungan bila dibandingkan
dengan saringan pasir cepat, yaitu saringan pasir lambat lebih murah dan
sederhana dalam hal pembuatan maupun pengoperasiannya sehingga tetap
dapat dibangun di daerah pedesaan.
Metode pembersihan media pasir pada saringan pasir lembat adalah dengan
cara mencuci pasir seperti biasa, yaitu dengan pengerukan pada lapisan
yang paling atas, kemudian dicuci di luar bak dan dikembalikan ke filter
setelah beberapa waktu. Biasanya proses pembersihan pasir ini memakan
waktu lebih lama bila dibandingkan dengan pembersihan pada saringan
pasir cepat.

- Saringan pasir cepat


Pada proses penjernihan air, saringan pasir cepat lebih penting bila
dibandingkan dengan saringan pasir lambat karena teknik dari saringan
pasir cepat dapat menghasilkan air jernih dalam jumlah besar dan dalam
waktu yang relatif lebih singkat. Air baku yang memiliki tingkat kekeruhan
yang cukup tinggi harus ditambahkan dengan bahan kimia terlebih dahulu
pada proses sebelumnya, yaitu pada proses koagulasi agar tingkat
kekeruhannya menjadi lebih rendah sehingga dapat mengurangi beban
pengotoran pada pasir sewaktu proses berjalan.
Pembersihan saringan pasir cepat dilakukan dengan menggunakan
pengaliran balik (back washing), yaitu sistem aliran air keatas dari lapisan
dasar dengan kecepatan tinggi sehingga kotoran yang terakumulasi pada
pasir akan terangkat dan dialirkan ke drain pembuangan. Luas permukaan
unit filter pasir cepat lebih kecil dibandingkan dengan filter pasir lambat.

6. Desinfeksi
Desinfeksi diar bertujuan untuk membunuh bakteri, protozoa, dan virus serta
ukuran partikel disinfeksi yang dikehendaki adalah berukuran kecil dan yang
tidak bersifat racun terhadap manusia (Al-Layla, 1978:219).
Menurut Reynold (1982:527), klorinasi adalah desinfektan yang paling
banyak digunakan karena cara tersebut murah dan efektif untuk digunakan
pad akonsentrasi rendah. Klorinasi ini dapat diaplikasikan baik dalam bentuk
gas maupun hipoklorit, namun bentuk yang paling umum digunakan adalah
gas.

3.4 Alternatif Pengolahan


Dalam perencanaan bangunan pengolahan air minum ini ada beberapa alternatif
pengolahan air yang dapat diterapkan untuk memperbaiki kualitas masing-
masing parameter air sungai tersebut.

Tabel 3.3 Alternatif Unit Pengolahan Air Minum


No Parameter Alternatif Pengolahan
1. Warna Pengolahan Pokok :
- Koagulasi dan Sedimentasi
- Saringan Pasir Cepat

Alternatif Pengolahan :
- Koagulasi dan Sedimentasi
- Saringan Pasir Cepat
- Super Klorinasi

2. Kekeruhan Pengolahan Pokok :


- Koagulasi dan Sedimentasi
- Saringan Pasir Cepat

Alternatif Pengolahan :
- Screening
- Prasedimentasi
- Saringan Pasir Lambat

3. Zat Organik Pengolahan Pokok :


- Koagulasi dan Sedimentasi
- Saringan Pasir Cepat
- Desinfeksi
- Preklorinasi (untuk zat organik yang sangat
tinggi)

Alternatif Pengolahan :
- Prasedimentasi
- Saringan Pasir Lambat
- Karbon Aktif

BAB IV
RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
BAB V
RANCANGAN BANGUNAN PENUNJANG
3.6 Bangunan Penunjang
Dalam membantu pengoptimalan dan efektivitas dari instalansi pengolahan air
minum dibutuhkan beberapa bangunan penunjang seperti ;
a. Ruang Kontrol
Ruangan ini dibuat sebagai ruang pemantauan atau pengendalian dari sistem
kerja pada unit operasi sehingga apabila terjadi kerusakan pada alat
operasional dapat langsung diketahui dan diperbaiki. Selain itu juga
pemantauan ini dapat sekaligus sebagai sarana pemeliharaan alat alat yang ada
pada unit operasi tersebut.

b. Ruang Laboratorium
Berfungsi untuk memantau dan memeriksa hasil dari pengolahan air terutama
pada unit proses. Agar kualitas air yang dihasilkan dapat terjaga hingga sampai
ke rumah masyarakat.

c. Ruang Proses Pembubuhan Zat Kimia


Fungsi dari ruangan ini yaitu sebagai tempat penambahan bahan kimia pada
proses pengoahan air dan untuk melindungi tangki pembubuhan tersebut dari
kontaminasi.

d. Ruang Pompa
Berfungsi sebagai ruangan tempat meletakkan pompa yang digunakan untuk
memompa air dari intake dan reservoir ke jaringan distribusi.

e. Gudang Penyimpanan Alat dan Bahan Kimia


Sebagai tempat penyimpanan peralatan dan bahan kimia yang digunakan
sebagai sarana operasional dan agar memudahkan dalam pencarian barang
tersebut apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.

f. Ruang Pembangkit Tenaga Listrik dan Ruang Ginset


Ruangan yang diguankan untuk menyimpan generator atau genset yang
berfungsi untuk menyediakan kebutuhan listrik cadangan apabila listrik yang
di suplai PLN berkurang.

g. Klinik Kesehatan
Sebagai sarana dalam memenuhi kesehatan dan keselamatan kerja karyawan
yang bekerja di tempat tersebut

h. Musholla
Tempat ibadah karyawan di sekitar lokasi instalansi agar tidak terlalu jauh
menuju masjid untuk beribadah.
BAB VI
PERKIRAAN ANGGARAN BIAYA PELAKSANAAN PEKERJAAN
BAB VII
SPESIFIKASI TEKNIK PELAKSANAAN PEKERJAAN
BAB VIII
PETA DAN GAMBAR RANCANGAN
BAB IX
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai