Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, sampah adalah sesuatu yang tidak asing
lagi ditelinga masyarakat, setiap mata memandang selalu ada sampah,
memang berlebihan jika penulis mengatakan demikian. Namun semua itu
memang kenyataan yang tidak dapat penulis pungkiri lagi. Sampah
merupakan kotoran; bisa sesuatu yang tak terpakai dan dibuang; semua barang
yang dibuang karena di anggap tak berguna lagi, berarti dapat penulis
katakana sampah adalah barang bekas, barang buangan, barang tidak berguna,
barang kotor dan lain-lain. Seharusnya dimanfaatkan, diolah dikelola sesuai
dengan prosedur 3R Reduce (mengurangi penggunaan barang yang
menghasilkan sampah), Reuse (menggunakan kembali barang yang biasa
dibuang), dan Recycle (mendaur ulang sampah).

Dalam kenyataannya, pengelolaan pengolahan sampah dalam


kehidupan sehari-hari tidak seperti yang kita bayangkan. Sampah banyak
dijumpai dimana-mana tanpa adanya pengelolaan yang baik. Pengelolaan
yang buruk mengakibatkan pencemaran baik pencemaran udara, air di dalam
dan atas permukaan, tanah, serta munculnya berbagai macam penyakit yang
mengancam kesehatan masyarakat. Sampah sering menjadi barang tidak
berarti bagi manusia, sehingga menyebabkan sikap acuh tak acuh terhadap
keberadaan sampah. Orang sering membuang sampah sembarangan, seolah-
olah mereka tidak memiliki salah apapun. Padahal membuang sampah
merupakan perbuatan tidak menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan.

Kedaung adalah salah satu dari tujuh desa yang berada di Kecamatan
Kemiling Kota Bandar Lampung. Letak wilayah tersebut dekat dengan Jalan
Raya Lintas Sumatera. Luas wilayah dusun II ini sekitar + 6 Ha, sebagian

1
besar penduduk bekerja sebagai buruh dan wiraswasta, sebagian kecil sebagai
PNS , TNI dan POLRI. Adapun pengelolaan sampah di dusun ini perlu
diperhatikan dikarenakan masih banyak terdapat kotak sampah yang tidak
sesuai dengan persyaratan yang ada di UU no 18 tahun 2018 sehingga masih
terdapat sampah yang berserakan disekitar kotak sampah maupun disaluran
air, serta belum adanya penerapan pengelolaan sampah sebelum diangkut dan
dibuang ke TPA. Hal ini mengakibatkan jumlah sampah yang dibuang ke
TPA tinggi sehingga TPA cepat penuh. Oleh karena itu kami mengambil
dusun Way Layap sebagai lokasi pengamatan dan penerapan ilmu yang telah
kami dapatkan khususnya mata kuliah Perencanaan Pengelolaan Sampah.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang ada yaitu masih belum terkelolanya sampah dengan
baik dan kurangnya partisipasi masyarakat serta kurangnya kesadaran perilaku
untuk membuang sampah pada tempatnya di Kelurahan Kedaung Kecamatan
Kemiling Kota Bandar Lampung

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yaitu merencanakan pengelolaan sampah di Desa
Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung

2. Tujuan khusus
- Untuk mengetahui komposisi dan karakteristik sampah yang ada di
Desa Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung
- Untuk mengetahui sistem pewadahan, pengumpulan ,pengangkutan,
dan pembuangan yang ada di Desa Kedaung Kecamatan Kemiling
Kota Bandar Lampung

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah


Menurut undang-undang nomor 23 tahun 1997, Limbah adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan. Menurut WHO, sampah adalah sesuatu
yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya
atau pemilik semula (Tandjung,). “Sampah adalah sumber daya yang tidak
siap pakai” (Radyastuti).

Menurut UU No. 18 tahun 2008 Sampah adalah kegiatan sehari-hari


manusia dan/proses alam yang berbentuk padat. Sampah menurut asal zat
yang dikandungnya, secara garis besar dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organic adalah sampah
yang berasal dari makhluk hidup, misalnya plastic, kertas, kaca, kaleng,
dan besi. Sampah anorganik banyak yang sulit hancur dan sulit diolah.
Untuk mengolah sampah ini memerlukan biaya dan teknologi tinggi.
Kedua, dilihat dari sumbernya; sampah ini bisa dibedakan menjadi tiga
macam, yakni sampah rumah tangga adalah sampah yang dihasilkan dari
rumah tangga, sampah industri, meliputi buangan hasil proses indutri, dan
sampah makhluk hidup adalah jenis benda buangan dari makhluk hidup.

Sampah anorganik yang terbagi menjadi sampah rumah tangga,


sampah industry, dan sampah makhluk hidup. Intensitas pencemarannya
sangat tinggi dan selanjutnya menimbulkan kerugian untuk masyarakat,
sampah rumah tangga misalnya setiap hari kita diposisikan sebagai
produsen sampah yang senantiasa memproduksi sampah terus-menerus.
Sampah bermanfaat jika dimanfaatkan dengan baik dan merugikan jika

3
dibiarkan tanpa ada pengelolaan yang baik. Dampak negative dari
pengelolaan sampah yang tidak tepat akan menyebabkan beberapa
kerugian. Pengelolaan yang buruk mengakibatkan pencemaran baik
pencemaran udara, air di dalam dan atas permukaan, tanah, serta
munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam kesehatan
masyarakat.
Pencemaran di berbagai elemen akan terjadi, sampah yang menumpuk
menyebabkan pencemaran udara, sampah yang dibuang sembarangan di
sungai menyebabkan pencemaran air, membuang sampah anorganik
seperti plastic dan kaleng akan menyebabkan pencemaran tanah karena
benda tersebut sulit diuraikan oleh bakteri pengurai tanah. Pencemaran-
pencemaran itu nantinya akan membuat kerugian bagi masyarakat sendiri
karena menyebabkan beberapa penyakit. Pola hidup kotor dengan
membuang sampah yang tidak tepat yang kedepannya akan menyebabkan
kerugian yang fatal bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

Jika sampah dikelola dan diolah dengan baik, akan menghasilkan


manfaat positif bagi masyarakat. Lingkungan menjadi bersih , pencemaran
dapat diminimalisir, dapat tercipta beberapa barang yang bermanfaat bagi
manusia jika di daur ulang. Sampah bisa dimanfaatkan sebagai kompos
untuk pupuk organic, selain itu juga bisa diolah menjadi energi bio arang,
biomass dan energi untuk listrik. Lebih jauh sampah dapat dijadikan
barang-barang aksesoris, barang fungsional dan sebagai bahan bangunan.

Pengelolaan yang baik salah satunya dengan cara daur ulang, daur ulang
adalah penggunaan kembali material/barang yang sudah tidak terpakai untuk
menjadi produk lain. Langkah-langkahnya adalah pemisahan; pisahkan
barang/material yang dapat didaur ulang dengan sampah yang harus dibuang
ke penimbunan sampah. Pastikan barang/material tersebut kosong dan akan
lebih baik jika dalam keadaan bersih. Penyimpanan; simpanlah

4
barang/material kering yang sudah dipisahkan tadi dimasukkan ke dalam
boks/kotak tertutup tergantung jenis barangnya, misalnya boks untuk kertas
bekas, botol bekas, dll.

2.2 Sistem Pewadahan Sampah


Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di
sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual
umumnya ditempatkan di muka rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan
wadah sampah komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses.
Sampah diwadahi sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya
jenis wadah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dikelola agar
memudahkan dalam penanganan berikutnya, khususnya dalam upaya daur-
ulang. Di samping itu, dengan adanya wadah yang baik, maka:

 Bau akibat pembusukan sampah yang juga menarik datangnya lalat, dapat
diatasi.
 Air hujan yang berpotensi menambah kadar air di sampah, dapat
kendalikan
 Pencampuran sampah yang tidak sejenis, dapat dihindari

5
Berdasarkan letak dan kebutuhan dalam sistem penanganan sampah, maka
pewadahan sampah dapat dibagi menjadi beberapa tingkat (level), yaitu:

1. Level-1 : wadah sampah yang menampung sampah langsung dari


sumbernya. Pada umumnya wadah sampah pertama ini diletakkan di temp
2. at-tempat yang terlihat dan mudah dicapai oleh pemakai, misalnya
diletakkan di dapur, di ruang kerja, dsb. Biasanya wadah samp ah jenis ini
adalah tidak statis, tetapi mudah diangkat dan dibawa ke wadah
sampah level-2.
3. Level-2: bersifat sebagai pengumpul sementara, merupakan wadah yang
menampung sampah dari wadah level -1 maupun langsung dari
sumbernya. Wadah sampah level-2 ini diletakkan di luar kantor, sekolah,
rumah, atau tepi jalan atau dalam ruang yang disediakan, seperti dalam
apartemen bertingkat . Melihat perannya yang berfungsi sebagai titik temu
antara sumber sampah dan sistem pengumpul, maka guna kemudahan
dalam pemindahannya, wadah sampah ini seharusnya tidak bersifat
permanen, seperti yang diarahkan dalam SNI tentang pengelolaan sampah
di Indonesia. Namun pada kenyataannya di permukiman permanent, akan
dijumpai wadah sampah dalam bentuk bak sampah permanen di depan
rumah, yang menambah waktu operasi untuk pengosongannya.

4. Level-3: merupakan wadah sentral, biasanya bervolume besar yang akan


menampung sampah dari wadah level-2, bila sistem memang
membutuhkan. Wadah sampah ini sebaiknya terbuat dari konstruksi
khusus dan ditempatkan sesuai dengan sistem pengangkutan sampahnya.
Mengingat bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sampah tersebut,
maka wadah sampah yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut : kuat dan tahan terhadap korosi, kedap air, tidak

6
mengeluarkan bau, tidak dapat dimasuki serangga dan binatang, serta
kapasitasnya sesuai dengan sampah yang akan ditampung.

Wadah sampah hendaknya mendorong terjadinya upaya daur-ulang, yaitu


disesuaikan dengan jenis sampah yang telah terpilah. Di negara maju
adalah hal yang umum dijumpai wadah sampah yang terdiri dari dari
beragam jenis sesuai jenis sampahnya. Namun di Indonesia, yang sampai
saat ini masih belum berhasil menerapkan konsep pemilahan, maka paling
tidak hendaknya wadah tersebut menampung secara terpisah, misalnya:

1. Sampah organik, seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan,
dengan wadah warna gelap seperti hijau
2. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lain-lainnya, dengan
wadah warna terang seperti kuning
3. Sampah bahan berbahaya beracun dari rumah tangga dengan warna merah,
dan dianjurkan diberi lambang (label) khusus

Di Indonesia dikenal pola pewadahan sampah individual dan komunal. Wadah


individual adalah wadah yang hanya menerima sampah dari sebuah rumah, atau
sebuah bangunan, sedang wadah komunal memungkinkan sampah yang
ditampung berasal dari beberapa rumah atau dari beberapa bangunan. Pewadahan
dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual maupun komunal,
dan sebaiknya disesuaikan dengan jenis sampah. Beberapa hal pentinSg yang
perlu diperhatikan:

 Pada umumnya wadah sampah individual level-2  ditempatkan di tepi jalan


atau di muka fasilitas umum, dan wadah sampah komunal terletak di suatu

7
tempat yang tebuka, sehingga memudahkan para petugas untuk
mengambilnya dengan cepat, teratur, dan higienis.
 Wadah sampah dari rumah sebaiknya diletakkan di halaman muka, dianjurkan
tidak di luar pagar, sedang wadah sampah hotel dan sejenisnya ditempatkan di
halaman belakang
 Tidak mengambil lahan trotoar, kecuali bagi wadah sampah untuk pejalan
kaki
 Didesain secara indah, dan dijamin kebersihannya, khususnya bila terletak di
jalan protokol
 Tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya.
 Mudah untuk pengoperasiannya, yaitu mudah dan cepat untuk dikosongkan.
 Jarak antar wadah sampah untuk pejalan kaki minimal 100 m.
 Mudah dijangkau oleh petugas sehingga waktu pengambilan dapat lebih cepat
dan singkat.
 Aman dari gangguan binatang ataupun dari pemungut barang bekas, sehingga
sampah tidak dalam keadaan berserakan.
 Tidak mudah rusak dan kedap air.

Penentuan ukuran volume biasanya berdasarkan jumlah penghuni tiap


rumah/sumber, timbulan sampah per pemakai, tingkat hidup masyarakat,
frekuensi pengambilan atau pengumpulan sampah dan cara pemindahan sampah,
manual atau mekanik. Berdasarkan pedoman dari Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah, maka:

a. Pola pewadahan individual: diperuntukkan bagi daerah pemukiman


berpenghasilan tinggi dan daerah komersial. Bentuk yang dipakai tergantung
selera dan kemampuan pengadaannya dari pemiliknya, dengan kriteria:
 Bentuk: kotak, silinder, kantung, kontainer.
 Sifat: dapat diangkat, tertutup.

8
 Bahan: logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat kedap terhadap air,
panas matahari, tahan diperlakukan kasar, mudah dibersihkan.
 Ukuran: 10-50 liter untuk pemukiman, toko kecil, 100-500 liter untuk kantor,
toko besar, hotel, rumah makan.

b. Pola pewadahan komunal: diperuntukkan bagi daerah pemukiman


sedang/kumuh, taman kota, jalan, pasar. Bentuk ditentukan oleh pihak instansi
pengelola karena sifat penggunaannya adalah umum, dengan kriteria:
 Bentuk: kotak, silinder, kontainer.
 Sifat: tidak bersatu dengan tanah, dapat diangkat, tertutup.
 Bahan: logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat kedap terhadap air,
panas matahari, tahan diperlakukan kasar, mudah dibersihkan.
 Ukuran: 100-500 liter untuk pinggir jalan, taman kota, 1-10 m3 untuk
pemukiman dan pasar.
 Pengadaan: pemilik, badan swasta (sekaligus sebagai usaha promosi hasil
produksi), instansi pengelola.

2.3 Pengumpulan Sampah


Jenis Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara
pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke (1)
tempat pembuangan sementara atau ke (2) pengolahan sampah skala kawasan,
atau (3) langsung ke tempat pembuangan atau pemerosesan akhir tanpa
melalui proses pemindahan. Operasional pengumpulan dan pengangkutan
sampah mulai dari sumber sampah hingga ke lokasi pemerosesan akhir atau
ke lokasi pembuangan akhir, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
langsung (door to door), atau secara tidak langsung (dengan
menggunakanTransfer Depo/Container) sebagai Tempat Penampungan
Sementara (TPS), dengan penjelasan sebagai berikut:

9
1. Secara Langsung (door to door): Pada sistem ini proses pengumpulan dan
pengangkutan sampah dilakukan bersamaan. Sampah dari tiap-tiap sumber
akan diambil, dikumpulkan dan langsung diangkut ke tempat pemrosesan,
atau ke tempat pembuangan akhir.
2. Secara Tidak Langsung (Communal): Pada sistem ini, sebelum diangkut ke
tempat pemerosesan, atau ke tempat pembuangan akhir, sampah dari masing-
masing sumber akan dikumpulkan dahulu oleh sarana pengumpul seperti
dalam gerobak tangan (hand cart) dan diangkut ke TPS. Dalam hal ini, TPS
dapat pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan guna
mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke pemerosesan akhir.
Pada sistem communal ini, sampah dari masing – masing sumber akan
dikumpulkan dahulu dalam gerobak tangan (hand cart)  atau yang sejenis dan
diangkut ke TPS. Gerobak tangan merupakan alat pengangkutan sampah
sederhana yang paling sering dijumpai di kota-kota di Indonesia, dan memiliki
kriteria persyaratan sebagai berikut:
 Mudah dalam loading dan unloading
 Memiliki konstruksi yang ringan dan sesuai dengan kondisi jalan yang
ditempuh Sebaiknya mempunyai tutup

2.3 Pengaturan atau Ketentuan Hukum Pengelolaan Sampah

- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

- Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah


Rumah Tangga Dan Sampah Sejenih Sampah Rumah Tangga

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang


Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Persampahan

10
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang
tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga

- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang


Pedoman Pelaksanaan Reduce,Reuse,dan Recycle melalui Bank Sampah

- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2011 tentang


Pedoman Materi Muatan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman


Pengelolaan Sampah

- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2009


tentang Sampah;

- UU no 18 tahun 2018

Standar Nasional Indonesia – SNI

- SNI 19-2454-2002 : Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan

- SNI 03-3241-1994 : Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan


Akhir Sampah

- SNI 03-3242-1994 : Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman

- SNI 19-3964-1994 : Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh


Timbulan Sampah Perkotaan

11
- SNI 19-3983-1995 : Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil
dan Kota Sedang di Indonesia

- SNI 3234-2008 : Pengelolaan Sampah Permukiman

BAB III
HASIL

3.1 Gambaran Umum Wilayah


3.1.1 Letak Geografis
Kecamatan Kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam
wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan Kemiling merupakan kecamatan
hasil pemekaran dari kecamatan induknya, yaitu Tanjung Karang Barat, yang
berdasarkan pada peraturan daerah Nom. 4 tahun 2001 tanggal 03 Oktober
2001 Tentang Pembangunan, Penghapusan dan Pemekaran Kecamatan dan
Kelurahan di Kota Bandar Lampung.
Kecamatan Kemiling merupakan bagian wilayah kota Bandar lampung yang
berpenduduk lebih kurang 56.375 jiwa pada tahun 2017 dengan luas wilayah
2.765 Ha.
Adapun batas wilayah Kecamatan Kemiling adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Raja Basa


2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Teluk Betung Utara
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Karang Barat
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran

Pada tahun 2012 berdasarkan peraturan Daerah Kota Bandar lampung Nomor
04 tahun 2012, tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan

12
Kecamatan, wilayah Kemiling dibagi menjadi 9 (sembilan) kelurahan yaitu
:

No Luas daerah Jumlah Kepadatan


Kelurahan (km) penduduk per km2
(jiwa)

1 Kedaung 6,52 1.375 700


2 Sumber agung 4,98 3.488 211
3 Pinang Jaya 1,95 4.529 2.323
4 Beringin Raya 1,98 1.549 6.338
5 Sumber Rejo 2,95 11.915 4.673
6 Kemiling Raya 1,65 13.431 12.791
7 Sumber rejo Sejahtera 2,67 5.883 2.203
8 Kemiling Permai 2,41 8.452 3.503
9 Beringin Jaya 1,14 6.483 5.687
Sumber: https://bandarlampungkota.bps.go.id

Secara geografis Kecamatan Kemiling sebagian besar daerahnya datar


sampai dengan berombak 60 %, berombak sampai dengan berbukit 25 %,
berbukit sampai dengan gunung 15 %, adapun sisanya 15 % wilayah
dengan ketinggian 450 meter diatas permukaan laut.

Berdasarkan survei mengenai pengelolaan sampah yang ada di seluruh


kelurahan Kecamatan Kemiling, terdapat satu kelurahan yang masih
belum terkelolanya sampah dengan baik yaitu kelurahan Kedaung.
Masyarakat yang ada di Kelurahan Kedaung masih menggunakan sistem
pembakaran pada pengelolaan sampah, belum adanya jasa pengangkutan
sampah. Pengamatan dilakukan di kelurahan Kedaung Kecamatan
Kemiling Kota Bandar lampung.

13
3.2 Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah dan Prediksi Timbulan
Sampah

3.2.1 Kondisi Eksisting Sistem Pengelolaan Sampah

Berdasarkan survei lapangan yang telah dilakukan, sistem pengelolaan


sampah yang ada di Kecamatan Kemiling memiliki sistem
pengangkutan dengan jasa sokli kemudian diletakkan di TPS lalu
diangkut dengan truk pengangkut dari TPS ke TPA. Akan tetapi
terdapat kelurahan yang masih belum menerapkan sistem pengelolaan
dengan baik yaitu kelurahan Kedaung. Kelurahan kedaung masih
menerapkan sistem pengelolaan sampah dengan cara dibakar sehingga
tidak ada pengangkutan. Kelurahan ini juga merupakan kelurahan
yang paling sedikit jumlah penduduknya dan daerahnya berada
dibagian ujung dari Kecamatan Kemiling. Secara astronomis
kelurahan Kedaung terletak pada LS LS dan antara BT BT. Letak
administasi kelurahan Kedaung terletak diwilayah Kecamatan
kemiling Kota Bandar Lampung dengan luas 477 Ha. Batas- Batas
kelurahan Kedaung :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Beringin Raya


- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Batu Putu
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sumber Agung
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Suka Danaham

Berdasarkan survei yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa


komposisi sampah di Kelurahan Kedaung memiiliki karakteristik dan
komposisi sampah sebagai berikut :

14
Komposisi sampah :
No Jenis sampah
Sampah organik Volume Sampah anorganik Volume
1 Sisa sayuran dan buah-buahan 5,10% Bungkus/limbah detergen 2,6%
mentah
2 Sisa makanan matang 3,20% Plastik sisa belanja 4,3%
sayuran
3 Sampah daun/tanaman 1,5% Botol/kaleng bekas 9,1%
4 Kapas/tissue/kertas bekas pakai 62,61% Pecahan kaca 5,2%
5 Ampas teh/kopi 0,2% Sampah popok bayi dsb 4,1%

3.2.2 Jumlah timbulan sampah/hari di Kecamatan Kemiling

1. Tabel Timbulan Sampah Penduduk/Orang/Hari

No Kelurahan Jumlah Standar timbulan Jumlah Timbulan


Penduduk sampah kota sedang Sampah LOH
(2,25-2,50 )LOH

1 Kedaung 1.375 2,50 3.437,5

2 Sumber Agung 3.488 2,50 8.720

3 Beringin Raya 12.549 2,50 31.372,5

4 Beringin Jaya 8.452 2,50 21.130

5 Sumber Rejo 11.915 2,50 29.787,5

6 Sumber Rejo Sejahtera 5.883 2,50 14.707,5

7 Kemiling Permai 13.431 2,50 33.577,5

8 Kemiling Raya 6.483 2,50 16.207,5

9 Pinang Jaya 4.529 2,50 11.322,5

Jumlah 170.262,5

2. Jumlah Timbulan Sampah Fasilitas Umum

15
No Komponen Sumber Jumlah/Unit Standar timbulan Jumlah Timbulan
Sampah sampah (LOH ) Sampah LOH

1 Sekolah 45 0,15 29,25

2 Pasar 3 0,60 1,8

3 Kantor 10 0,75 7,5

4 Toko 25 3,00 75

Jumlah 113,55

3.3 Perencanaan Aspek Teknis Operasional


3.3.1 Aspek Pewadahan
Sitem pewadahan yang terdapat pada Kelurahan Kemiling masih menggunakan
sistem individual dengan menggunakan jenis wadah kantong plastic dan ember
bekas. Hal ini merupakan sistem pewadahan yang tidak memenuhi syarat
sistem pewadahan yaitu tertutup,kedap air, ringan. Oleh karena itu penulis
merencanakan sistem pewadahan dengan sistem individual dengan
menggunakan jenis wadah tong biru yang memiliki tutup, kedap air, ringan dan
mudah dipindahkan. Untuk volume tong disesuaikan dengan jumlah penghuni
rumah, perkiraan lamanya sampah diangkut dan standar timbulan
sampah/orang/hari.
Perhitungan volume kotak sampah :
= jumlah penghuni x jumlah hari tampungan x standar volume sampah/orang
= 6 x 4 x 2,50
= 60 L

Untuk perencanaan volume pewadahan sebesar 60 L ditambah dengan


perkiraan pertambahan volume sampah oleh beberapa faktor seperti
terdapatnya acara dirumah tersebut, musim gugur, dan lain-lain, maka
penambahan volume sebesar 10 L. Berdasarkan perhitungan tersebut
maka didapatkan total volume sebesar 70 L.

16
3.3.2 Aspek Pengumpulan
sistem pengumpulan berdasarkan perencanaan yaitu seminggu sekali, hal ini
berpedoman pada criteria sampah yang membusuk dalam waktu + 4 hari.
Sistem pengumpulan menggunakan jasa sokli untuk dikumpulkan di TPS
selanjutnya diangkut dengan truk. Hal ini dikarenakan letak geografis
Kelurahan Kedaung yang kondisi jalannya rusak dan kecil sehinggan truk sulit
untuk masuk ke dalam.

3.3.3 Aspek Pengangkutan


Berdasarkan survei yang telah dilakukan, melihat kondisi jalan dan kondisi
geografis di Kelurahan Kedaung maka jenis pengangkutan yang tepat yaitu
menggunakan jasa sokli. Hal ini merupakan salah satu cara yang tepat, untuk
kemudian sampah dikumpulkan di TPS. Setelah sampah ditampung di TPS
selanjutnya sampah diangkut menggunakan truk pengangkutan untuk dibawa
ke TPA. Untuk estimasi biaya telah dirincikan pada bagian RAB.

3.4 Rencana Anggaran Biaya


Adapun rencana anggaran biaya pengelolaan sampah dikelurahan Kedaung
adalah sebagai berikut :

No Jenis Operasional jumlah Harga satuan Total


1 Tong Biru 70 L 275 Rp. 90.0000 Rp.24.750.000
2. Biaya pengangkutan/bln - Rp. 20.000 Rp. 20.000
Total Rp. 24.950.000

17

Anda mungkin juga menyukai