Anda di halaman 1dari 18

QUIZ

TEKNOLOGI SANITASI TEPAT GUNA

DISUSUN OLEH :

MIA AUDINA RAHMAT NASUTION (150407021)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa serta dukungan dan ilmu yang diberikan oleh Ibu Dosen
yaitu Ibu Meutia Nurfahasdi maka saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat
waktu.
Penyelesaian laporan ini merupakan suatu persyaratan dalam menyelesaikan mata
kuliah Teknologi Sanitasi Tepat Guna serta juga merupakan kewajiban yang harus
diselesaikan oleh setiap mahasiswa/i Teknik Lingkungan, Universitas Sumatera Utara (USU).

Adapun tujuan dari tugas ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai operasi dan pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Delitua PDAM
Tirtanadi Kabupaten Deli Serdang. Secara keseluruhan laporan tugas ini sudah saya susun
secara sistematis.

Maka dari itu saya bersedia menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah
wawasan.

Medan, Oktober 2018

Penyusun
1. Sejarah PDAM Tirtanadi

PDAM Tirtanadi dibangun oleh Pemerintahan Kolonial Belanda pada tanggal 8 September
1905 yang diberi nama NV Waterleiding Maatschappij Ajer Beresih. Pembangunan ini
dilakukan oleh Hendrik Cornelius Van Den Honert selaku Direktur Deli Maatschappij, Pieter
Kolff selaku Direktur Deli Steenkolen Maatschappij dan Charles Marie Hernkenrath selaku
Direktur Deli Spoorweg Maatschappij.Kantor Pusat dari perusahaan air bersih ini berada di
Amsterdam Belanda.

Pada saat itu air yang diambil dari sumber utama mata air Rumah Sumbul di Sibolangit
dengan kapasitas 3000 m3/hari. Air tersebut ditransmisikan ke Reservoir Menara yang
memiliki kapasitas 1200 m3 yang terletak di Jl. Kapitan (sekarang kantor Pusat PDAM
Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara). Reservoir ini memiliki ketinggian 42 m dari permukaan
tanah yang terbuat dari besi dengan diameter 14 m. Setelah kemerdekaan Indonesia,
perusahaan ini diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Pemerintah
Indonesia.

Berdasarkan Perda Sumatera Utara No 11 tahun 1979, status perusahaan diubah menjadi
PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara. Sejak tahun 1991 PDAM Tirtanadi ditunjuk
sebagai operator sistem pengelolaan air limbah Kota Medan.

Dalam rangka pengembangan cakupan pelayanan air minum bagi masyarakat Sumatera
Utara, PDAM Tirtanadi melaksanakan kerjasama operasi dengan 9 PDAM di beberapa
Kabupaten di Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Simalungun, Kabupten Deli Serdang,
kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Tapanuli Tengah,
Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan dan Kabupaten
Samosir. Pada Pebruari 2009, PDAM Tirtanadi Cabang Nias dikembalikan ke Pemerintah
Kabupaten Nias, dengan pertimbangan bahwa pihak Pemerintah Kabupaten Nias dan PDAM
Tirta Umbu telah memiliki kemampuan di dalam pengelolaan PDAM di Gunung Sitoli.

Pada tanggal 10 September 2009, telah ditandatangani Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Utara No 10 Tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi yang menyatakan bahwa
tujuan pokok PDAM Tirtanadi adalah untuk mengelola dan menyelenggarakan pelayanan air
minum yang memenuhi persyaratan kesehatan dan untuk mengembangkan perekonomian
daerah, meningkatkan pendapatan daerah, serta meningkatkan kualitas lingkungan dengan
memberikan pelayanan pengumpulan dan penyaluran air limbah melalui sistem perpipaan
dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Area operasional PDAM Tirtanadi Propinsi Sumatra Utara meliputi Kota Medan dan daerah
sekitarnya serta wilayah Kerjasama Operasional (KSO) atau kerjasama manajemen (KSM).
Sehubungan dengan daerah operasional tersebut, daerah pelayanan PDAM Tirtanadi juga
dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

a. Kota Medan dan sekitarnya (Daerah Pelayanan / Zona 1) terdiri dari cabang-cabang :
1. Cabang Utama
2. Cabang Sei Agul
3. Cabang Padang Bulan
4. Cabang Medan Denai
5. Cabang Belawan
6. Cabang Tuasan
7. Cabang Sunggal
8. Cabang Delitua
9. Cabang H.M. Yamin
10. Cabang Diski
11. Cabang Amplas

b. Area Kerjasama Operasi (KSO) (Daerah Pelayanan / Zona 2 ) terdiri dari :

1. Kabupaten Deli Serdang

2. Kabupaten Toba Samosir

3. Kabupaten Tapanuli Selatan

4. Kabupaten Tapanuli Tengah

5. Kabupaten Nias Selatan

Daerah pelayanan 1 PDAM Tirtanadi adalah wilayah kota Medan dan sekitarnya, yang
merupakan seluruh wilayah Kota Medan ditambah beberapa kecamatan di Kabupaten Deli
Serdang yang berbatasan dengan kota Medan. Sedangkan yang dimaksud dengan daerah
pelayanan 2, adalah daerah pelayanan PDAM Tirtanadi yang terdapat diluar kota Medan dan
sekitarnya yaitu daerah Kerjasama Operasi atau Kerjasama manajemen.
2. Lokasi PDAM Tirtanadi IPA Deli Tua

Instalasi Pengolahan Air ( IPA ) Deli Tua merupakan salah satu unit pengolahan air PDAM

Tirtanadi dengan sumber air baku dari sungai Deli dan merupakan Instalasi yang ketiga di

bangun setelah IPA Sunggal. IPA ini dibangun diatas tanbah 5,4 ha yang berlokasi di Desa

Pamah Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang pada tahun 1989 secara bertahap dan selesai pada

tahun 1993. Sumber daya energi yang digunakan adalah energy listrik dari PLN tariff 1-3

dengan nominal daya 2.180 kVA menyerap hampir 1.000.000 kWH setiap bulannya. Selain

itu digunakan genset sebagai cadangan dengan total daya sebesar 3.750 kVA.
3. Pengolahan

PDAM Tirtanadi IPA Delitua merupakan Instalasi Air Minum yang produksinya di

trasmisikan ke Reservoir yang nantinya akan didistribusikan ke wilayah pelayanan yaitu

Kecamatan Medan kota. Sumber air baku bersumber dari Sungai Deli dengan rata-rata

pengambilan air baku untuk diolah yaitu 1700 liter/detik. PDAM Tirtanadi IPA Delitua terdiri

dari beberapa unit Pengolahan yang dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.

Sungai
Sungai Intake Raw Bak
Deli
Silau Water Koagulasi
Pump

Filtrasi Bak Bak


Sedimentasi Flokulasi Penambaha
i n PAC

Unit
Reservoir
Distribusi

Gambar 3.1. Diagram Alir Unit Operasi IPA Deli Tua

PDAM Tirtanadi IPA Deli Tua

Sumber: Penulis, 2018

1. Bendungan (DAM)

Sumber air baku adalah air permukaan dari Sungai Deli yang diambil melalui bangunan

yang panjang 25 meter (sesuai dengan lebar sungai) dan tinggi ± 4 meter. Pada sisi kiri

bendungan dibuat sekat berupa saluran penyadap lebarnya 2 meter, dilengkapi dengan pintu

pengatur ketinggian air masuk ke intake. Fungsi bendungan yaitu mencegah pengikisan atau

erosi tanah oleh air.


Gambar 3.2. Bendungan (DAM)

Sumber : PDAM Tirtanadi IPA Deli Tua

2. Intake

Bangunan ini adalah saluran bercabang dua dilengkapi dengan saringan yang berfungsi

mencegah masuknya kotoran – kotoran yang terbawa arus sungai. Intake ini memiliki dimensi

antara lain Panjang = 5 m, Lebar = 6,6 m dan Tinggi = 4,3 m. Masing-masing saluran

dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air (Sluice Gate) dan penggerak elektromotor.

Berikut jenis-jenis saringan yang terdapat pada intake:

a. Saringan kasar (Bar Screen)

Saringan ini terbuat dari plat-plat besi yang disusun sejajar berdiri dengan jarak 10 cm.

Fungsinya untuk menahan sampah ataupun potongan kayu dan sampah plastik yang

berukuran besar
Gambar 3.3 Bar Screen (Saringan Kasar)

Sumber: Penulis, 2018

b. Saringan halus (Fine Screen)

Saringan ini terbuat dari kawat kasa yang jaringnya berjarak 1 cm. Fungsi dari saringan ini

adalah untuk menghindari adanya sampah yang terhisap masuk ke dalam bak pembagi

sebelum ke raw water tank (RWT) dan selanjutnya akan terhisap pompa. Pemeriksaan

maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik dan manual untuk menjaga

kestabilan jumlah air masuk.

Gambar 3.4 Fine Screen (Saringan Halus)

Sumber: Penulis, 2018

3. Raw water Tank ( RWT)

Bangunan Raw Water Tank (Bak Pengendap Air Baku) merupakan bangunan yang

dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit atau 4 sel. Setiap unit sedimentasi berdimensi

23,3 meter x 20 meter, kedalaman 5 meter yang dilengkapi dengan 2 buah inlet gate 2 buah
outlet sluice gate dan pintu bilas 2 buah. Raw Water Tank berfungsi sebagai tempat

pengendapan partikel-partikel kasar dan lumpur yang terbawa dari sungai dan sedimentasi

(pengendapan ilmiah).

Pencucian RWT dilakukan sekali dalam 1 bulan dengan cara menguras bak pembagi.

Menguras bak dilakukan secara manual menggunakan flushing pump (pompa bilas), setiap sel

menggunakan submersial pump (pompa lumpur).

Gambar 3.5 Raw Water Tank

Sumber: Penulis, 2018

4. Raw Water Pump (RWP)

Raw Water Pump (Pompa Air Baku) berfungsi untuk memompakan air dari RWT ke Splitter

Box (tempat pembubuhan koagulan berupa alum) dengan dosis normal rata-rata 30 – 35 gr

/cm3air dan pendistribusian air kemasing-masing clearator yang terdiri dari 5 unit pompa

sentrifugal air baku, kapasitas setiap pompa 375 liter/detik dengan total head 15 meter memakai

elektromotor. Pada jalur pipa RWT yang menuju Spliter Box terdapat titik pengambilan

sampel yang dialirkan ke laboratorium.

Sistem kerja pompa sentrifugal ini ialah mengisap dan menekan air dengan menggunakan

impeller yang digerakkan oleh poros motor penggerak.

Berikut ini gambar Pompa yang digunakan untuk menyalurkan air ke clearator.
Gambar 3.6 Raw Water Pump (RWP)

Sumber: Penulis, 2018

5. Splitter Box

Splitter Box adalah bangunan tempat pencampuran alum serta klorinasi. Pada Splitter Box

dilakukan preklorinasi. Klorin telah terbukti merupakan desinfektan yang ideal. Bila

dimasukkan kedalam air akan mempunyai pengaruh yang segera dan membinasakan

makhluk-makhluk mikroskopis. Dua jenis reaksi akan terjadi bila klorin dimasukkan

kedalam air, hidrolisis dan ionisasi.

Preklorinasi berfungsi untuk mengoksidasi zat-zat organik, anorganik dan mengendalikan

pertumbuhan lumut (alga), menyempurnakan koagulasi, mengurangi beban filter, juga

menghilangkan polutan-polutan lainnya. Air baku yang dipompakan akan diinjeksikan

dengan larutan kimia yang berfungsi sebagai desinfektan serta sebagai awal tempat pemisah

flok-flok (lumpur yang telah menggumpal/menyatu) yang terikat terpisah secara gravitasi

menuju clearator.

Tetesan air yang keluar merupakan tetesan alum yang mengalir melalui pipa bolong

berjarak 20 cm. Alum tersebut dipompakan oleh pompa dosing dan diaduk dengan putaran 3

-4 rpm. Hal ini dilakukan agar pencampuran larutan kimia tersebut sempurna sehingga hasil

produksi air berkualitas maksimal.


Gambar 3.7 Splitter Box

Sumber: Penulis, 2018

6. Clearator

Bangunan clearator terdiri dari 4 unit dengan kapasitas masing-masing 425 liter/detik

yang bervolume 1.700 m3. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang

bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent. Hasil clearator dilengkapi dengan

agitator sebagai pengaduk lambat yang digerakan oleh motor dengan kcepatan putaran 2 – 3

rpm dan selajutnya dialirkan ke filter. Clearator terbuat dari beton berbentuk bulat yang

dilengkapi dengan sekat-sekat pemisah sebagai berikut :

a. Primary Reaction Zone

b. Secondary Reaction Zone

c. Return Floc Zone

d. Clarification Zone

e. Concentrator

Air baku yang mengandung molekul koagulan akan masuk ke clearator melalui Primary

Reaction Zone sehingga terjadi proses koagulasi. Pada Secondary Reaction Zone terjadi

proses flokulasi (pengumpulan flok-flok yang lebih besar) akibat adanya pengadukan lambat.

Sel secondary adalah inti dari clearator yang terletak pada bagian tengah bangunan tersebut.
Dibagian ini terdapat sebuah alat pengaduk. Blade Agitator berputar dengan kecepatan lambat

sehingga diharapkan akan terjadi proses flokulasi. Selanjutnya, akan mengikat partikel yang

ada dalam air sehingga membentuk partikel-partikel yang lebih besar (flok). Flok-flok akan

melakukan pengikatan kembali dengan butiran flok lainnya dengan bantuan turbulensi dan

bantuan gerakan blade agitator tersebut.

Pada Return Reaction Zone, flok-flok yang akan terbentuk semakin besar (sludge) dan

pengaruh gaya gravitasi sehingga akan mengendap pada dasar clearator. Sludge yang

mengendap akan dibuang ke lagoon secara automatic. Pembuangan secara manual apabila

persentase lumpur melebihi 20%. Jika persentase melebihi 20% pintu bukaan main disludge

akan dibuka selama beberapa menit. Pembuangan automatic dislidge dilakukan 1 kali sehari

dengan melihat turbidity sekunder pada setiap clearator.

Pada Clarification Reaction Zone terjadi pemisahan sludge dengan air bersih. Air bersih akan

terpisah keatas menjadi kumpulan atau Concentrator Zone. Berikut Gambar 3.8. adalah

gambar dari unit clearator dengan menggunakan agitator.

Gambar 3.8 Clearator

Sumber: Penulis, 2018


7. Filter
Dari clearator, air dialirkan untuk menyaring kekeruhan (turbidity) berupa flok-flok halus

dan kotoran lain yang lolos dari clearator melalui pelekatan pada media filter yang berjumlah

24 unit jenis sarigan pasir cepat masing-masing menggunakan motor AC nominal daya 5

KVA. Dalam waktu tertentu, filter harus dibersihkan dari kotoran atau endapan yang dapat

mengganggu proses penyaringan dengan menggunakan elektromotor. Filter berfungsi untuk

menghilangkan kekeruhan atau bahan-bahan padat yang tetap berada didalam air setelah

pengendapan melalui pelekatan pada media filter. Di PDAM Tirtanadi IPA Deli Tua terdapat

24 unit filter dengan jenis filtersaringan cepat.

Dimensi filter : Lebar : 4,00 m

Panjang : 8,25 m

Tinggi : 6,25 m

Tinggi permukaan air maksimum : 5,05 m

Tebal media filter 114 cm dengan 6 susunan media filter pada gambar berikut ini :

a Pasir kuarsa, diameter 0,45 mm – 1,20 mm dengan ketebalan 61 cm

b Pasir kuarsa, diameter 1,80 mm – 2,00 mm dengan ketebalan15 cm

c Kerikil halus, diameter 4,75 mm – 6,30 mm dengan ketebalan 8 cm

d Kerikil sedang, diameter 6,30 mm – 10,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm

e Kerikil sedang, diameter 10,00 mm–20,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm

f Kerikil kasar, diameter 20,00 mm – 40,00 mm dengan ketebalan 15 cm

Jika lapisan pasir telah ditutupi zat-zat padat tidak terlarut dan melekat pada media

penyaringan maka aliran akan tersumbat sehingga filter tidak berfungsi sebagaimana

fungsinya, untuk itu perlu dilakukan pembersihan kembali dengan sistem Backwash. Berikut

ini adalah gambar bangunan filtrasi dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Filter
Sumber: Penulis, 2018

8. Reservoir
Reservoir merupakan bangunan beton dibawah tanah berdimensi panjang 50 m x lebar 40

m x tinggi 4 m yang berfungsi untuk menampung air minum (air olahan) setelah melewati

media filter dengan kapasitas total 12.000 m3 dan kemudian didistribusikan melalui reservoir

distribusi di berbagai cabang. Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi khlor (post

chlorinasi) guna membunuh bakteri yang berbahaya dan untuk proses netralisasi

dibubuhkan larutan kapur jenuh atau soda ash.

Dimensi reservoir : Panjang : 50 m


Lebar : 40 m
Tinggi :7m
Volume : 12.000 m3

Untuk lebih jelas, gambar Reservoir dapat dilihat pada Gambar 3.10 dan 3.11.
Gambar 3.10 Reservoir

Sumber: Penulis, 2018

Gambar 3.11 Bak Reservoir

Sumber: Penulis, 2018

9. Finish Water Pump (FWP)


Finish Water Pump (Pompa Distribusi Air Bersih) berfungsi untuk mendistribusikan air

bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir distribusi cabang Sunggal melalui pipa

transmisi berdiameter 1.000 mm dan diameter 800 mm. FWP terdiri dari 6 unit pompa

dengan 5 unit pompa yang beroperasi dan 1 sebagai cadangan dengan kapasitas masing-

masing 375 liter/detik dan total head 55 m menggunakan motor AC. Jumlah air yang disuplai

sekitar 3.972.965,0 m3 selama 1 bulan. Pompa pada FWP yaitu pompa vertikal turbin, sistem
kerjanya ialah mengisap air ke atas dari bawah permukaan air dengan menggunakan impeller

yang digerakkan oleh poros motor penggerak yang terletak di atas permukaan air.

Gambar 3.12 Finished Water Pump (FWP)

Sumber: Penulis, 2018

10. Sludge Lagoon


Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan

kualitas lingkungan. Prinsip ini telah mendorong perusahaan untuk membuat sarana limbah

berupa sludge lagoon dengan dimensi panjang 80 m, lebar 40 m dan tinggi 3 m. Lagoon ini

berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian sistem pengolahan dan

kemudian air olahannya disalurkan kembali ke RWT untuk proses kembali.

Gambar 3.13 SludgeLagoon

Sumber: Penulis, 2018


4. Bahan – bahan kimia
Proses pengolahan menggunakan beberapa bahan kimia yaitu :
1. Tawas/ Alum

Berfungsi untuk mengikat partikel – partikel halus yang melayang agar membentuk flok.

Alum ini dibubuhkan dengan pompa elektromotor di spliter box dengan kebutuhan 30 – 35

gram/m3 .

2. Gas Chlorine

Berfungsi untuk mengoksidasi logam Fe, Mg , menghambat pertumbuhan lumut, dan

desifektan (pembunuh bakteri). Pembubuhan dilakukan antara 1–4 gram/m3 dengan

menggunakan pompa pada Spiliter Box (pre chlorinasi) dan Reservoir (postchlorinasi)

3. Kapur / Soda Ash

Berfungsi untuk menetralisasikan pH air olahan (6,8 – 7,5) dibubuhkan dengan

elektromotor sebelum masuk ke Reservoir sebanyak 8 – 10 gram/m3.

5. Laboratorium
Laboratorium mempunyai peranan yang penting dalam penunjangan mutu produksi air minum

yang dihasilkan. Laboratorium akan menganalisa mutu dan menjaga serta mengantisipasi hal-hal

yang tidak diinginkan terhadap kualitas air baku maupun air hasil olahan selama proses.

Pemeriksaan kualitas air dilakukan dalam periode waktu tertentu.

Beberapa indikator maupun parameter dalam pemeriksaan tetap mempedomani Peraturan Menteri

Kesehatan RI.No.429/MENKES/PER/IV/2010 yang meliputi aspek kimiawi, fisika, dan

mikrobilogi. Secara umum hasil pemeriksaan terhadap air hasil olahan berada dalam kualitas air

minum (Instruksi Kerja PDAM IPA Delitua).


6. Unit Penyedia Listrik

Sumber listrik yang digunakan di IPAM Unit PDAM Tirtanadi Deli Tua Kabupaten Deli

Serdang adalah langsung berasal dari PLN. Jika listrik mati,maka sumber energi listrik akan

dialihkan menjadi genset dengan kapasitas 1250 KVA.

Anda mungkin juga menyukai