Kelompok 10
Kelas : 2 D-IV A
Dosen Pengajar : Catur Puspawati, ST, MKM
Tugiyo, SKM, M.Si
Agus Riyanto, SKM, MKM
Endang Uji Wahyuni, SKM, MKM
Suryadi, SKM
KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Daerah khusus Ibukota
Jakarta 12120
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Pengertian Perilaku........................................................................................3
2.2 Unsur-unsur Perilaku.....................................................................................4
2.3 Perilaku Masyarakat Dalam Mengolah Sampah............................................6
2.4 Faktor Pembentuk Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah
Permukiman ........................................................................................................9
2.5 Instrumen Pengolahan Sampah......................................................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................14
3.1 Kesimpulan....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Aspek Sosial Perilaku Manusia terhadap Pengelolaan
Sampah”. Sebagai tugas dan bahan diskusi, yang diberikan oleh dosen Mata
Kuliah Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah-B.
Kami berterima kasih kepada para dosen yaitu Ibu Catur Puspawati, ST,
MKM, Bapak Tugiyo, SKM, M.Si, Bapak Agus Riyanto, SKM, MKM, Ibu Endang
Uji Wahyuni, SKM, MKM, dan Bapak Suryadi, SKM, kami menyadari bahwa
makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak. Oleh Karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis haturkan permohonan maaf atas segala maaf, bila
penyusunan Makalah ini dianggap kurang berkenan, terutama oleh pihak dianggap
dirugikan dan lain-lain. Oleh karena itu keritikan yang bersikap konstruktis
senantiasa kami harapkan, baik dari pembimbing maupun yang membaca Makalah
ini agar kami dapat memperbaiki diri.
Oleh sebab itu akibat segalah kekurangan isi Makalah kami, kami ucapkan
banyak terimakasih jika ada segalah kritik dan saran dari berbagai pihak pembaca.
Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa membalas kebaikan yang telah diperbuat
dan memaafkan setiap kekeliruan yang telah kami lakukan. Kami menyadari bahwa
Makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh sebab itu kami akan sangat berterima
kasih sekirahnya mendapatkan masukan untuk menyempurnakan.
Kelompok 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan kelompok masyarakat selain peran pemerintah sebagai fasilitator.
Ketidakpedulian masyarakat terhadap sampah akan berakibat terjadinya degradasi
kualitas lingkungan yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau tinggal
masyarakat di sebuah wilayah. Degradasi kualitas lingkungan dipicu oleh perilaku
masyarakat yang tidak ramah dengan lingkungan, seperti membuang sampah di
badan air (Widiati dalam Alkadri et al eds,1999:264).
Permasalahan sampah dapat diatasi jika masyarakat maupun Pemerintah
mampu dan memiliki kemauan dalam menjalankan tugas dan kewajiban
pengelolaan sampah dengan penuh tanggung jawab. Bentuk keterlibatan
masyarakat sebagai pihak yang menghasilkan sampah dengan proporsi terbesar,
dapat dilaksanakan dengan membudayakan perilaku pengelolaan sampah
semenjak dini dari rumah tangga, sebagai struktur terendah dalam pengelolaan
sampah perkotaan (Nurdin,2004).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
tanpa pengaruh stimulus yang di terima, baik stimulus yang bersifat eksternal
maupun internal. Namun demikian, sebagian besar perilaku manusia adalah akibat
respon terhadap stimulus eksternal yang diterima (Bimo,1999:12). Selanjutnya
perilaku adalah sikap yang di ekspresikan (Myers,1983). Perilaku dengan sikap
saling berinteraksi, saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
4
berinteraksi dengan orang lain. Bentuk-bentuk kepribadian pada akhirnya
mempengaruhi perilaku organisasi.
3. Kemampuan, yang dimaksud dengan kemampuan adalah kapasitas
seseorang untuk melaksanakan beberapa kegiatan dalam satu pekerjaan.
Untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan kemampuan yang
terstruktur untuk mengeksploitasi kinerja-kinerja yang menghasilkan
produktifitas.
4. Pembelajaran atau Belajar, belajar adalah proses perubahan yang relatif
konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena adanya pengalaman atau
latian. Belajar tidak hanya mengubah sikap dan pikiran tetapi yang lebih
penting lagi belajar harus mengubah perilaku subjek ajar.
5. Sikap, sikap merupakan faktor yang harus dipahami agar dapat
memahami individu lain. Dengan saling memahami sikap individu maka
organisasi dapat berjalan dengan baik.
6. Persepsi, merupakan suatu proses memperhatiakan dan menyeleksi,
mengorganisasikan, dan menafsirkan stimulus lingkungan.
7. Kepuasan kerja, kepuasan kerja mempengaruhi produktifitas atau kinerja
karyawan, semakin puas individu tersebut dalam bekerja maka akan betah
berada dalam organisasi, dan bila individu tidak puas maka akan
mempengaruhi kinerjanya, seperti berhenti kerja atau selalu terlambat
datang.
8. Stress, stresss dapat mengakibatkan tidak sinkronnya mental dan fisik
individu, yang bisa menyebabkan menjadi tidak produktif individu
tersebut dalam organisasi.
Pola perilaku setiap orang bisa saja berbeda tetapi proses terjadinya adalah
mendasar bagi semua individu, yakni dapat terjadi karena disebabkan, digerakkan
dan ditunjukkan pada sasaran (Kast dan Rosenweig, 1995).
Skinner juga membedakan adanya dua proses yaitu:
1. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan
oleh ransangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam
ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon respon
5
yang relative tetap.
Missal: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan,
cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya.
Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosional misalnya
mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus
ujian meluapkan kegembiraanya dengan mengadakan pesta dan
lain sebagainya.
2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang
timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau
perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation
atau reinforce, karena memperkuat respon.
Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan
tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job
skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasnya (stimulus
baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam
melaksankan tugasnya
6
Sistem penanganan sampah meliputi 5 indikator, antara lain:
1) pemilahan sampah;
2) pengumpulan sampah;
3) pengangkutan sampah;
4) pengolahan, dan
Kedua sistem pengelolaan sampah yang baik tersebut akan tercapai apabila
masyarakat dan pemerintah setempat mau berjalan beriringan, apabila hanya salah
satunya saja yang melaksanakan, maka pengelolaan sampah belum 100% baik.
Pengetahuan baik dan memiliki perilaku yang tidak baik dalam mengolah
sampah disebabkan oleh faktor kurangnya informasi mengenai cara pengolahan
sampah yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian menyatakan bahwa meskipun
seseorang memiliki sikap atau keyakinan yang peduli lingkungan namun
7
ketidakadaan informasi itu dapat menyebabkan orang tersebut tidak dapat
bertindak secara efektif pada sikap dan keyakinannya. Informasi merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.
1. Sampah dikelola, dipilah dan diproses tahap awal mulai dari tempat
timbulan sampah itu sendiri (dalam hal ini mayoritas adalah lingkungan
rumah tangga). Upaya ini setidaknya dapat mengurangi timbulan
sampah yang harus dikumpulkan dan diangkut ke TPS sehingga
bebannya menjadi berkurang.
2. Melakukan Pengelolaan sampah organik menjadi kompos dan sampah
anorganik dipilah serta dikumpul menurut jenisnya sehingga
memungkinkan untuk di daur-ulang.
3. Melakukan penimbunan atau pembakaran sampah akhir dapat
dilakukan dengan menggunakan incinerator.
Tanpa system komunal ini mustahil sampah dapat diatasi dengan tuntas atau
berkelanjutan (sustainable). Cara penanganan seperti ini sebenarnya bertujuan
untuk :
8
secara maksimal.
3. Menjadikan sampah organik dan anorganik yang tersisa dari pengelolaan
di tingkat komunal menjadi bahan baku bahan pembangkit listrik dan
biogas berbasis sampah kota.
4. Program pengelolaan sampah berbasis komunal ini secara pasti akan
memotong mata rantai distribusi sampah dari TPS ke TPA.
5. Menciptakan usaha baru di tingkat masyarakat, yang akhirnya akan
memandirikan masyarakat dalam mengelola sampahnya sendiri.
Berikut ini adalah tiga faktor ekstrernal atau faktor lingkungan tersebut
merupakan aspek yang bersifat membentuk perilaku atau faktor yang
mengkondisikan individu dan masyarakat untuk berperilaku yang sesuai dengan
lingkungannnya. Menurut Sumaatmaja (1988), dalam hubungan antara perilaku
dengan lingkungan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu lingkungan alam/fisik
(kepadatan, kebersihan), lingkungan sosial (organisme sosial, tingkat pendidikan,
mata pencaharian, tingkat pendapatan) dan lingkungan budaya (adat istiadat,
peraturan, hukum). Sehingga dari pendapat tersebut diatas bahasan tentang faktor
pembentuk perilaku akan didekatkan kepada aspek fisik lingkungan, aspek sosial
dan aspek budaya.
1) .Aspek Fisik
Aspek fisik berikut ini adalah kondisi lingkungan fisik wilayah sekitar
yang dapat mempengaruhi atau membentuk perilaku individu atau warga dalam
mengelola sampah permukiman. Kondisi fisik yang akan dibahas mencakup
antara lain bangunan rumah tinggal, sarana prasaran persampahan dan sungai
sebagai bagian lingkungan tempat tinggal.
9
Kondisi konstruksi bangunan yang memiliki karakteristik khas tepian
sungai yang berbentuk panggung sangat mempengaruhi perilaku penghuni rumah
dalam mengelola sampah yang dihasilkannya. Keberadaan kolong dibawah lantai
rumah yang berfungsi sebagai ruang adaptasi dari adanya pasang surut air sungai,
juga berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah. Pembuangan sampah tersebut
umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas pembersian lantai atau aktivitas
menyapu lantai dan sampah-sampah tersebut langsung di arahkan atau dibuang di
kolong rumah tanpa diadakan proses pewadahan.
2) Aspek Sosial
10
yang dapat berfungsi sebagai forum non formal terhadap pengembangan atau
perbaikan wilayah tinggal khususnya masalah persampahan permukiman masing-
masing.
3) Aspek Budaya
11
nilai tersebut oleh individu atau warga dan jumlahnya yang cukup signifikan. Hal
ini salah satunya disebabkan oleh faktor kreativitas untuk memanfaatkan sampah
yang masih layak digunakan, termasuk dukungan informasi terhadap pemanfaatan
sampah.
12
a. Family & Community
Peran dan tanggungjawab dari masyarakat dalam pengelolaan
sampah sudah dimulai sejak pemilahan sampah di sumber, menghindari
membuang sampah di jalanan, dan mengirimkan sampah sesuai dengan
sistem pembuangan dan pengangkutan sampah yang ada. Keluarga dan
masyarakat secara keseluruhan juga memiliki peran dalam memberikan
pendidikan primer dan keterampilan tambahan bagi keluarganya mengenai
pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah di tingkat keluarga yang
dianggap dapat dimaksimalkan adalah pada komposting dan bank sampah.
b. Voluntary Organizations
Organisasi sukarela dalam kebijakan pengelolaan sampah menjadi
penggerak dalam proses pengelolaan sampah di masyarakat karena dalam
mengelola sampah yang ada di TPA Bantargebang, diperlukan dukungan
dan kerjasama dari banyak pihak tidak terkecuali organisasi sukarela yang
sifatnya lebih non-formal dan dapat membantu melayani tujuan-tujuan
kebijakan publik. Perannya ada dalam kegiatan pengurangan dan
penanganan sampah, memiliki peran untuk memberikan pendidikan dan
pelatihan, melakukan penelitian dan pengembangan, menjalankan
sosialisasi kepada masyarakat dan turut mengadvokasikan berbagai isu
tentang pengelolaan sampah. Di sisi lain, hanya bank sampah yang
memiliki peran pendanaan untuk operasional bank sampah dan tabungan
kepada nasabah. Peran organisasi sukarela juga tak jarang masuk dalam
sebagai kemitraan bagi pihak lainnya dalam pengelolaan sampah.
c. Private Market
Instrumen yang sangat direkomendasikan dalam keadaan tertentu
karena caranya yang efektif dan efisien. Waste4Change merupakan
perusahaan wirausaha sosial (social enterprise) yang menyediakan jasa
pengelolaan sampah pribadi, baik untuk individu maupun perusahaan yang
dilakukan secara profesional dan bertanggung jawab. Dari 15 program
13
yang dibuat dan dijalankan oleh Waste4Change, semuanya memiliki ciri
khasnya masing-masing dan berperan dalam pengurangan dan penanganan
sampah, mengadakan pendidikan & pelatihan, melakukan penelitian &
pengembangan, serta menjadi mitra dari kliennya dan memperoleh
keuntungan dari pendanaan atas layanan pengelolaan sampah yang
disediakan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perilaku adalah respons yang dikomputasi dari sebuah sistem atau organisme
terhadap berbagai rangsangan atau input, baik internal atau eksternal, sadar atau
bawah sadar, terbuka atau rahasia, dan sukarela atau tidak sukarela. Dapat
dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecendrungan yang
potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada
suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Maka pada dasarnya setiap
perilaku masyarakat terhadap pengolahan sampah pasti dilakukan secara
bervariasi, tergantung pada keseharian dari perorangan, selain itu perilaku dalam
pengolahan sampah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk pengetahuan
mengenai pengolahan sampah yang baik dan semacamnya, karena jika seseorang
tidak memiliki cukup pengetahuan mengenai pengolahan sampah akan
menimbulkan rasa tanggung jawab yang kurang baik dan tidak peduli dan itu
terjadi akibat dari fakro pembentuk perilaku manusia terhadap pengelolaan
sampah seperti aspek fisik lingkungan, aspek sosial dan aspek budaya.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perilaku
http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-perilaku-
menurut-ahli.html?m=1
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/download/24878/22197&ved
=2ahUKEwjhkNzDybjpAhX07HMBHeaDDcEQFjAFegQIBhAB&usg=AOvVaw
02tz4-1ihEjzs1uvtCYrrT
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/49120f312bc568a153044f077440ce
c8.pdf
https://www.kompasiana.com/amp/ghusyarahimapramudhitan/faktorfaktor-yang-
mempengaruhi-perilaku-individu-dalam-organisasi_551f737aa33311e32bb66ef3
https://core.ac.uk/download/pdf/11722663.pdf
http://jurnal.unpad.ac.id/dharmakarya/article/download/14789/7890&ved=2ahUK
EwjA3qO3wrjpAhUrIbcAHVL1DF8QFjANegQICBAB&usg=AOvVaw0y5z06cj
G297nDcfzaOAQk&cshid=1589636845311
http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035
16