Anda di halaman 1dari 11

KOMUNIKASI RISIKO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Resiko Lingkungan

Dosen Mata kuliah :

Tugiyo ,SKM,M.Si

Atang Saputra , SKM, MMed(Sc) PH

Disusun Oleh : Kelompok 9

4 D-IVA

Annisa Rahmawati P21335118011


Haya Mutia R P21335118023
Muhammad Dimas S P21335118070
Vivi Astuti Dwi W P21335118037

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II

PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN

Jl. Hang Jebat III/F3 KebayoranBaru Jakarta Selatan 12120 Telp. 021-7397641,
7397643 Fax. 021-7397769 Website : www.poltekkesjkt2.ac.id
KOMUNIKASI RISIKO

Komunikasi risiko didefinisikan sebagai komunikasi dua arah antara pemangku


kepentingan tentang keberadaan, sifat, bentuk, keparahan, atau penerimaan risiko. Sangat
penting untuk memahami konsep dasar komunikasi risiko dan untuk memastikan bahwa
komunikasi antar pemangku kepentingan merupakan bagian integral dari proses
manajemen risiko. Fokus komunikasi risiko telah berkembang sejak pertengahan 1980-
an, dari kekhawatiran tentang apa cara terbaik untuk menginformasikan masyarakat
tentang aspek teknis penilaian risiko hingga bagaimana proses dialog awal dan
berkelanjutan di antara para pemangku kepentingan. Meskipun pedoman untuk
komunikasi risiko telah disiapkan oleh berbagai lembaga, mempraktikkannya merupakan
proses jangka panjang yang membutuhkan banyak sumber daya, waktu, dan upaya.

Komunikasi risiko dimaksudkan untuk menyampaikan pesan-pesan risiko untuk meningk


atkan kesadaran, pemahaman, dan menggerakkan khalayak untuk bertindak (Covi and Ka
in 2016). Di dalam International Health Regulation (IHR) 2005 disebutkan komunikasi ri
siko adalah salah satu kapasitas inti yang perlu dibangun dan dijalankan oleh semua negar
a anggota World Health Organization (WHO) sebagai bagian dari perjanjian global untuk
memperkuat sistem nasional dan global guna mendeteksi dan menanggapi ancaman baha
ya kesehatan masyarakat.

WHO telah mengembangkan Strategi Komunikasi Risiko untuk Regional Asia Tenggara
2019-2023 dengan tema Five in Five (Lima dalam Lima)1 , yaitu 5 pilar yang perlu diban
gun dalam 5 tahun untuk mencapai kapasitas komunikasi risiko yang cukup serta menjadi
kerangka dan panduan bagi negara anggota dalam menyiapkan strategi komunikasi risiko
nasional sesuai situasi, kondisi, dan budaya negara masing-masing.

2
Beberapa konsep kunci dalam merencanakan strategi komunikasi risiko adalah sebagai be
rikut:

3
a. Persepsi terhadap risiko –bukan penilaian teknis tentang risiko– yang memotivasi tinda
kan orang. Persepsi terhadap risiko biasanya berdasarkan emosi dan dipengaruhi oleh fakt
or lokal dan budaya.

b. Orang mengerti sesuai pengalaman mereka sendiri, karena itu komunikasi risiko harus
disesuaikan dengan konteks di masyarakat.

c. Manusia sering kali menampilkan “perilaku kawanan” (herdbehaviour) dan mengikuti


pemimpin dalam keadaan darurat. Penting untuk melibatkan para pimpinan komunitas bai
k yang formal maupun nonformal.

d. Perubahan perilaku dalam kesehatan masyarakat adalah sebuah proses. Hal ini membut
uhkan berbagai pendekatan komunikasi yang secara strategis diulang terus menerus melal
ui berbagai sumber atau saluran komunikasi.

e. Dalam keadaan darurat, masyarakat berada dalam keadaan ketakutan dan tidak selalu b
erpikirrasional. Karena itu, komunikasi risiko perlu menarik hati dan naluri.

Karena itu, komunikasi risiko untuk penanggulangan krisis kesehatan tidak bisa dilakuka
n secara otomatis ataupun tanpa berpikir panjang, tapi harus direncanakan berdasarkan fa
kta-fakta empiris dan ilmiah. Dengan rencana aksi dan strategi yang direncanakan, dikoor
dinasikan serta direvisi dengan baik dan sistematis, akan lebih mudah dan efektif untuk m
encapai hasil yang bertahan lama. Komunikasi risiko sering kali tertukar dengan komunik
asi krisis, Perbedaan terbesarnya ialah komunikasi risiko dilakukan sebelum ancaman bah
aya, saat terjadi tanggap darurat (krisis), dan sesudah ancaman bahaya. Adapun komunika
si krisis dijalankan khusus saat krisis/tanggap darurat bahaya bencana sedang terjadi.

Peran Komunikasi Risiko dalam Proses Manajemen Risiko

Langkah Manajemen Risiko Peran Komunikasi Risiko


 Mengidentifikasi pemangku kepentingan
Inisiasi  Berkonsultasi dengan pemangku kepentingan dalam menentukan
ruang lingkup masalah
Analisis Pendahuluan/  Mengembangkan analisis pemangku kepentingan untuk verifikasi
4
Identifikasi Risiko dan penyempurnaan yang berkelanjutan
 Diskusi tentang sumber, masalah paparan
 Mengkomunikasikan hasil dengan pemangku kepentingan
Estimasi Risiko
 Menilai perubahan dalam pengetahuan/ persepsi sehubungan
dengan informasi baru
 Menimbulkan persepsi pemangku kepentingan tentang risiko dan
Evaluasi Risiko manfaat, dan alasannya, jika memungkinkan
 Penilaian penerimaan risiko oleh pemangku kepentingan
 Berkonsultasi dengan pemangku kepentingan untuk mendapatkan
masukan dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi opsi
pengendalian
 Menginformasikan pemangku kepentingan tentang pengendalian
risiko dan strategi pembiayaan yang dipilih;
Pengendalian Risiko
 Menginformasikan pemangku kepentingan tentang manfaat,
biaya, dan risiko baru yang terkait dengan opsi pengendalian yang
diusulkan;
 Mengevaluasi penerimaan opsi pengendalian dan risiko residual;
 Menentukan apakah pertukaran risiko mungkin dilakukan
 Mengkomunikasikan keputusan dan implementasi pengendalian
Implementasi (Pelaksanaan)
risiko
 Memastikan penerapan strategi komunikasi
Pemantauan  Memantau perubahan dalam kebutuhan, masalah, kekhawatiran
pemangku kepentingan

Inisiasi
Selama langkah Inisiasi, peranKomunikasi Risiko termasukmengidentifikasi pemangku
kepentingan dan menilai perspektif pemangku kepentingan tentang masalah risiko dengan
tujuan menentukan ruang lingkup masalah yang akan ditangani. Pemangku kepentingan
termasuk kelompok yang terpengaruh atau berpotensi terkena risiko, manajer risiko, dan
kelompok yang akan terpengaruh oleh setiap upaya untuk mengelola sumber risiko.
Pemangku kepentingan dapat mencakup pembuat keputusan, kelompok masyarakat,
pemerintah daerah, badan kesehatan masyarakat, bisnis, serikat pekerja, media, individu
5
dan kelompok, organisasi penasihat lingkungan, dan lembaga pemerintah provinsi dan
federal. Tingkat keterlibatan pemangku kepentingan tergantung pada situasi tertentu.

Identifikasi Risiko

Kegiatan komunikasi risiko dari langkah Identifikasi Risiko (atau Analisis Pendahuluan)
dari manajemen risiko berfokus pada pengembangan analisis pemangku kepentingan.
Analisis pemangku kepentingan memberi pembuat keputusan profil pemangku
kepentingan potensial untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dan proses
komunikasi. Analisis pemangku kepentingan mencakup informasi profil tentang
pemangku kepentingan: kebutuhan, masalah dan perhatian serta nilai-nilai yang
mendasarinya; persepsi risiko; tingkat minat dan pengetahuan tentang masalah;
kesenjangan pengetahuan dan kesalahpahaman; sumber informasi tepercaya dan
preferensi komunikasi. Profil tersebut diverifikasi dan diperbarui melalui dialog dengan
pemangku kepentingan selama proses manajemen risiko (misalnya melalui pertemuan
kelompok, forum, dan wawancara telepon).

Estimasi Risiko

Selama langkah Estimasi Risiko dalam manajemen risiko, frekuensi dan konsekuensi
yang terkait dengan risiko diestimasi dan dikomunikasikan dengan pemangku
kepentingan. Pemangku kepentingan mungkin memiliki pengetahuan penting tentang
sumber dan pola paparan yang perlu diintegrasikan oleh analis ke dalam penilaian risiko.
Namun konflik kemungkinan besar akan muncul pada langkah ini karena pemangku
kepentingan biasanya tidak dilibatkan dalam proses estimasi risiko, dan ketidakpastian
serta asumsi yang terkait dengan metode tersebut mungkin tidak dikomunikasikan dengan
jelas.

6
Selama langkah Estimasi Risiko, pengetahuan dan persepsi pemangku kepentingan dinilai
sehubungan dengan penerimaan informasi baru yang dihasilkan dari langkah estimasi
risiko dan analisis pemangku kepentingan diperbarui.

Evaluasi Risiko

Komunikasi adalah inti dari langkah Evaluasi Risiko, di mana risiko, biaya dan manfaat
dari pelaksanaan diperkirakan dan diintegrasikan untuk menentukan penerimaan
pemangku kepentingan atas risiko yang terkait dengan pelaksanaan tersebut. Di sinilah
pemahamanpemangku kepentingan tentang persepsi risiko dan manfaat dan pengaruhnya
sangat penting.

Pengendalian Risiko

Tujuan komunikasi risiko selama langkah Pengendalian Risiko adalah untuk


mengevaluasi opsi pengendalian risiko yang diusulkan dan menilai penerimaan
pemangku kepentingan atas risiko yang ada.

Implementasi dan Pemantauan

Peran komunikasi risiko dalam langkah Pelaksanaan terkait dengan penjangkauan


pemangku kepentingan untuk mengkomunikasikan keputusan pengendalian risiko dan
implementasinya dengan melibatkan kontak yang dikembangkan melalui proses
manajemen risiko. Program Pemantauan mencakup memastikan penerapan strategi
komunikasi, dan pemantauan perubahan kebutuhan, masalah dan perhatian pemangku
kepentingan.

7
Mengkomunikasikan Ketidakmenentuan
Cara-cara di mana ketidakmenentuan dikomunikasikan selama pengambilan keputusan
risiko di antara para pemangku kepentingan, dan dalam fakta risiko yang diberikan
kepada masyarakat umum, dapat memiliki pengaruh besar terhadap efektivitas dan
kredibilitas upaya manajemen risiko.

Misalnya, masih umum bagi banyak dokumen estimasi risiko untuk mengkomunikasikan
estimasi risiko numerik tunggal (misalnya satu dari seribu) kepada pembuat keputusan
dan pihak yang berkepentingan dan terpengaruh. 'Perkiraan’ ini sering disalahtafsirkan
dan menunjukkan akurasi yang salah jika tidak ada informasi kualitatif tentang sifat
risiko dan tentang bobot bukti yang mendukung. Tanpa diskusi tentang
ketidakmenentuan, sulit bagi manajer risiko untuk menentukan konservatisme yang
mendasari estimasi risiko yang diberikan oleh penilai risiko.

Dewan Riset Nasional AS (NRC) telah mengeluarkan tiga laporan tentang komunikasi
risiko, yang semuanya menekankan bahwa pelaksanaan eksplisit dan komunikasi
ketidakmenentuan sangat penting bagi kredibilitas penilaian risiko dan kegunaannya
dalam manajemen risiko. Laporan NRC 1989, ‘Meningkatkan Komunikasi Risiko’,
menyebutkan rekomendasi berikut mengenai pelaksanaan ketidakmenentuan:
“… fakta risiko dan materi pendukung tidak boleh
meminimalkan adanya ketidakmenentuan.

8
Kesenjangan data dan ketidaksepakatan yang
signifikan di antara para ahli harus diungkapkan.
Beberapa indikasi tingkat kepercayaan perkiraan
dan signifikansi ketidakpastian ilmiah harus
disampaikan.”

Meningkatkan Komunikasi Risiko (NRC, 1989)

Unsur-Unsur Penting dalam Komunikasi Risiko


Publik menerima, menafsirkan, dan mengevaluasi pesan sebelum mengambil tindakan. C
enters for Disease Control and Prevention (CDC), US Department of Health and Human
Resources menekankan pentingnya memperhatikan unsur-unsur komunikasi risiko sebaga
i berikut:

a. Ketepatan informasi dan kecepatan penyampaian


embaga yang pertama memberikan informasi akan dianggap sebagai sumber informasi ut
ama. Tanggapan cepat menunjukkan ada sistem yang diterapkan dan tindakan yang sesua
i sedang diambil. Namun kecepatan memberikan informasi atau tanggapan bukan berarti
mengorbankan keakuratan atau ketepatan informasi. Informasi yang di kemudian hari dir
alat, justru akan mengurangi kredibilitas.
b. Empati dan keterbukaan.
9
Empati bisa dirasakan publik apabila si pembawa pesan dan isi pesan menunjukkan kepe
dulian, ketulusan, komitmen, dan dedikasi. Selain itu pesan dan si pembawa pesan harus
dipercaya, jujur, dan terbuka. Bukan berarti harus memberikan seluruh informasi namun
harus dianggap tidak menutupi fakta. Hal ini bisa diraih dengan menjalankan komunikasi
dua arah antara si pembawa pesan dan publik yang dituju. Pemilihan saluran media berpe
ran dalam menunjukkan empati dan keterbukaan pembawa dan isi pesan. Misalnya konfe
rensi pers atau acara temu warga yang memungkinkan dialog dua arah, televisi memungk
inkan publik menyaksikan ketulusan dan dedikasi saat pembawa pesan berada di tengah-t
engah korban bencana.

Cara Intervensi Perilaku


Ada berbagai cara untuk mengubah perilaku. Salah satunya adalah dengan 3E yaitu educa
tion, engineering, enforcement. Teori education, engeenering, enforcement (3E) meneran
gkan kombinasi pendekatan yang bisa dilakukan untuk memengaruhi perubahan perilaku
khalayak sasaran:
a. Education atau upaya mendidik khalayak sasaran lewat penyampaian pesan dan inform
asi sehingga dari tidak tahu menjadi tahu tentang adanya risiko ancaman bahaya. Misalny
a, pemberian edukasi tentang pentingnya vaksinasi COVID-19 dan pilihan-pilihan yang t
ersedia.
b. Engineering atau rekayasa. Contoh, dalam konteks pencegahan dan pengendalian peny
akit COVID-19 saat ini, rekayasa dapat berbentuk modifikasi atau pengaturan tertentu ag
ar masyarakat tidak berkerumun, tetap menjaga jarak, atau tetap di rumah saja, sebagaima
na yang dilakukan dengan cara memberikan tanda silang di tempat duduk dan Pembatasa
n Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan di beberapa daerah di Indonesia.
c. Enforcement atau penegakkan disiplin dan/atau hukum terhadap pengaturan atau ketent
uan yang telah ditetapkan pemerintah. Contoh, apabila ada individu atau sekelompok mas
yarakat yang tidak patuh menjalankan protokol kesehatan, dapat dikenai sanksi (denda ata
u hukuman sosial). Dengan demikian akan diperoleh pembelajaran dan efek jera bagi mas
yarakat yang melanggar aturan.

10
Daftar Pustaka

The Network for Environmental Risk Assessment and Management (NERAM)

11

Anda mungkin juga menyukai