Anda di halaman 1dari 3

Notulen Pertemuan Rapat Pembentukan dan Koordinasi Tim Manajemen Resiko

Tanggal: 16 Oktober 2017 Pukul: 15.30 WIB

Susunan Acara Pembukaan


Pembahasan
Penutup

Notulen Sebelumnya -

Pembahasan Sebagai upaya membentuk kerangka institusi berdasarkan layanan berkualitas


dengan berorientasi pada pasien, maka manajemen resiko menjadi suatu proses
yang sangat dibutuhkan kehadirannya dalam setiap intitusi, oleh sebab itu tim
manajemen resiko dibentuk untuk memenuhi tuntutan itu.
Adapun prinsip kerja tim manajemen resiko adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan dan kegiatan manajemen resiko membentuk filosofi komonen
manajerial umum dalam kegiatan praktis sehari-hari
2. Strategi pengelolaan resiko harus sejalan dengan tujuan organisasi karena
berpengaruh dalam pengambilan keputusan dalam membentuk organisasi
pembelajar dan melakukan perbaikan perkelanjutan
3. Keterbukaan, komunikasi yang baik dan responsive terhadap perubahan
maupun resiko yang dapat terjadi dapat menghindarkan organisasindari
kesulitan dengan pihak eksternal (media massa, masyarakat) dan
meminimalisir kerugian.
4. Pengelolaan resiko melibatkan pasien secara aktif serta pemangku
kepentingan lain secara bahu membahu.
5. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan resiko secara periodic
dan terus menerus untuk mencapai perbaikan.
6. Tujuan akhir dari proses Analisa resiko ini adalah identifikasi dna control
resiko yang mengancam organisasi; kesehatan, keamanan dan
kesejahteraan karyawan, pasien dan pemangu kepentingan lainnya
Inti dari tugas tim manajemen resiko adalah untuk melakukan kelola resiko,
dimana tahapan ini dimulai dari menilai konsekuensi yang dapat ditimbulkan dan
kemungkinan terjadinya resiko setelah teridentifikasi. Setelah itu resiko dievaluasi
dan diberikan skor untuk tentukan bobot dan prioritas resiko dan kemudian
tindakan diambil sesuai bobotnya, jikalau ringan maka toleransi adalah jalan
keluarnya, namun jika berbobot besar dan memiliki potensi untuk menggangu
pencapaian tujuan organisasi maka permasalahan itu menjadi prioritas utama, dan
tindakan yang diambil adalah mengatasi masalah tersebut atau menghentikan
proses yang terjadi.
Adapun proses manejemen risiko adalah :
1. Identifikasi risiko
2. Analisa risiko
3. Pengelolaan risiko
4. Implementasi risiko
5. Monitoring risiko
Identifikasi resiko dapat dilakukan melalui metode reaktif (pelaporan insiden,
complain, klaim) ataupun metode proaktif (survey kepuasan pelanggan,
brainstorming, wawancara)
Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran
risiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity
(kerusakan) dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas
terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan
pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit
untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi.
Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang
terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko
adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik
tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi
dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil.
Jenis-jenis cara mengelola risiko:
a. Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama
sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan
potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
b. Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang
mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak
kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.
c. Risk transfer
Yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak
(asuransi) maupun hedging.
d. Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek
suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.
e. Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi maupun
mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai bagian
penting dari aktivitas
Setelah memilih respon yang akan digunakan untuk menangani risiko, maka
saatnya untuk mengimplementasikan metode yang telah direncanakan tersebut
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan bagian
penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen risiko tidaklah
berhenti sampai disana saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya kerugian akan
membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai
penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari
awal mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk mengetahui
keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang
baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu risiko terjadi maka respon yang
dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.
Alat yang dapat digunakan untuk melakukan Analisa resiko ini adalah FMEA
(Failure Mode Effect Analysis).
Kegiatan manajemen resiko dilakukan rutin tiap bulan untuk identifikasi kasus
proaktif dan insidentil untuk tiap kasus reaktif. Hasil dari Analisa dan usulan
implementasi dan tata kelola disampaikan kepada ketua tim mutu dalam rapat
tinjauan manajemen

Tim Manajemen Resiko Puskesmas Sei Panas

Penasihat Kepala Puskesmas

Ketua dr. Andrew Joshua Siahaan

Sekretaris Siti Nur Alfiah, Amd. Keb.

Anggota Eko Sefrianto, AMK

Anggota Amirsyah, AMK

Anggota Opetrrina, SKM

Anggota Putri Rahayuningsih


Untuk tahap awal dilakukan FMEA terhadap 2 unit kerja yaitu apotik dan lab.

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai