100%(2)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (2 suara)
228 tayangan3 halaman
1. Rapat membahas pembentukan tim manajemen resiko di puskesmas untuk mengelola risiko dan meningkatkan layanan berkualitas berfokus pada pasien
2. Prinsip kerja tim adalah mengidentifikasi, menganalisis, mengelola, menerapkan dan memantau risiko secara berkelanjutan
3. Tahapan manajemen risiko meliputi identifikasi, analisis, pengelolaan, implementasi dan pemantauan risiko
1. Rapat membahas pembentukan tim manajemen resiko di puskesmas untuk mengelola risiko dan meningkatkan layanan berkualitas berfokus pada pasien
2. Prinsip kerja tim adalah mengidentifikasi, menganalisis, mengelola, menerapkan dan memantau risiko secara berkelanjutan
3. Tahapan manajemen risiko meliputi identifikasi, analisis, pengelolaan, implementasi dan pemantauan risiko
1. Rapat membahas pembentukan tim manajemen resiko di puskesmas untuk mengelola risiko dan meningkatkan layanan berkualitas berfokus pada pasien
2. Prinsip kerja tim adalah mengidentifikasi, menganalisis, mengelola, menerapkan dan memantau risiko secara berkelanjutan
3. Tahapan manajemen risiko meliputi identifikasi, analisis, pengelolaan, implementasi dan pemantauan risiko
Notulen Pertemuan Rapat Pembentukan dan Koordinasi Tim Manajemen Resiko
Tanggal: 16 Oktober 2017 Pukul: 15.30 WIB
Susunan Acara Pembukaan
Pembahasan Penutup
Notulen Sebelumnya -
Pembahasan Sebagai upaya membentuk kerangka institusi berdasarkan layanan berkualitas
dengan berorientasi pada pasien, maka manajemen resiko menjadi suatu proses yang sangat dibutuhkan kehadirannya dalam setiap intitusi, oleh sebab itu tim manajemen resiko dibentuk untuk memenuhi tuntutan itu. Adapun prinsip kerja tim manajemen resiko adalah sebagai berikut: 1. Kebijakan dan kegiatan manajemen resiko membentuk filosofi komonen manajerial umum dalam kegiatan praktis sehari-hari 2. Strategi pengelolaan resiko harus sejalan dengan tujuan organisasi karena berpengaruh dalam pengambilan keputusan dalam membentuk organisasi pembelajar dan melakukan perbaikan perkelanjutan 3. Keterbukaan, komunikasi yang baik dan responsive terhadap perubahan maupun resiko yang dapat terjadi dapat menghindarkan organisasindari kesulitan dengan pihak eksternal (media massa, masyarakat) dan meminimalisir kerugian. 4. Pengelolaan resiko melibatkan pasien secara aktif serta pemangku kepentingan lain secara bahu membahu. 5. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan resiko secara periodic dan terus menerus untuk mencapai perbaikan. 6. Tujuan akhir dari proses Analisa resiko ini adalah identifikasi dna control resiko yang mengancam organisasi; kesehatan, keamanan dan kesejahteraan karyawan, pasien dan pemangu kepentingan lainnya Inti dari tugas tim manajemen resiko adalah untuk melakukan kelola resiko, dimana tahapan ini dimulai dari menilai konsekuensi yang dapat ditimbulkan dan kemungkinan terjadinya resiko setelah teridentifikasi. Setelah itu resiko dievaluasi dan diberikan skor untuk tentukan bobot dan prioritas resiko dan kemudian tindakan diambil sesuai bobotnya, jikalau ringan maka toleransi adalah jalan keluarnya, namun jika berbobot besar dan memiliki potensi untuk menggangu pencapaian tujuan organisasi maka permasalahan itu menjadi prioritas utama, dan tindakan yang diambil adalah mengatasi masalah tersebut atau menghentikan proses yang terjadi. Adapun proses manejemen risiko adalah : 1. Identifikasi risiko 2. Analisa risiko 3. Pengelolaan risiko 4. Implementasi risiko 5. Monitoring risiko Identifikasi resiko dapat dilakukan melalui metode reaktif (pelaporan insiden, complain, klaim) ataupun metode proaktif (survey kepuasan pelanggan, brainstorming, wawancara) Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran risiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil. Jenis-jenis cara mengelola risiko: a. Risk avoidance Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas. b. Risk reduction Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko. c. Risk transfer Yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging. d. Risk deferral Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil. e. Risk retention Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas Setelah memilih respon yang akan digunakan untuk menangani risiko, maka saatnya untuk mengimplementasikan metode yang telah direncanakan tersebut Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen risiko tidaklah berhenti sampai disana saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif. Alat yang dapat digunakan untuk melakukan Analisa resiko ini adalah FMEA (Failure Mode Effect Analysis). Kegiatan manajemen resiko dilakukan rutin tiap bulan untuk identifikasi kasus proaktif dan insidentil untuk tiap kasus reaktif. Hasil dari Analisa dan usulan implementasi dan tata kelola disampaikan kepada ketua tim mutu dalam rapat tinjauan manajemen
Tim Manajemen Resiko Puskesmas Sei Panas
Penasihat Kepala Puskesmas
Ketua dr. Andrew Joshua Siahaan
Sekretaris Siti Nur Alfiah, Amd. Keb.
Anggota Eko Sefrianto, AMK
Anggota Amirsyah, AMK
Anggota Opetrrina, SKM
Anggota Putri Rahayuningsih
Untuk tahap awal dilakukan FMEA terhadap 2 unit kerja yaitu apotik dan lab.