Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

PUSKESMAS KECAMATAN MAKASAR

Jl. Pusdiklat Depnaker No. 4 Kec. Makasar – Jakarta Timur

Telp: (021) 8003308 Fax : (021) 8003308


BAB I

A. Latar Belakang
Manajemen resiko klinis adalah suatu upaya yang dilakukan secara
sistematis dalam rangka mengurangi resiko akibat pelaksanaan pelayanan
medik. Resiko dapat berupa bahaya, kesalahan, musibah atau potensi
terjadinya perihal yang merugikan pasien terkait dengan dampak yang
diberikan.
Hal ini meliputi dua hal, yaitu:
1. Identifikasi resiko proaktif dan pengelolaan resiko-resiko utama
Merupakan kegiatan identifikiasi yang dilakukan dengan cara proaktif
mencari resiko yang berpotensi menghalangi Puskesmas dalam mencapai
tujuan, resiko yang dicari belum muncul.
2. Reaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan setelah resiko muncul
dan bermanifestasi dalam bentuk insiden atau gangguan.

B. Tujuan

Panduan ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Tim Manajemen


Resiko maupun tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas Kecamayan Makasar
dalam melaksanakan Program Keselaatan dan Manajemen Resiko, meliputi:

1. Identifikasi resiko, tiap unit mampu mengidentifikasi resiko di unit kerja


masing-masing dan melakukan pelaporan rutin menjadi identifikasi
Puskesmas.
2. Menilai dan mengevaluasi resiko/analisa resiko.
3. Mengendalikan resiko
4. Mencatat resiko dalam daftar resiko seluruh Puskesmas maupun per unit.
5. Melaksanakan program keselamatan dan pencatatan insiden dapat
terlaksana dengan sistematis dan terarah

C. Batasan Operasional
 Resiko adalah peluang dari suatu kejadian yang akan berdampak
merugikan bagi pencapaian sasaran organisasi dan penyelenggaraan
pelayanan pasien yang bermutu.
 Keselamatan pasien / Patient Safety : Suatu sistem dimana
pelayanan kesehatan membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi assessmen resiko, identifikasi, dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien dan pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilaksanakan.
 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event : Suatu kejadian
yang tidak diharapkan yang menyebabkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien cedera dapat karena kesalahan medis maupun non medis
karena tidk dapat dicegah.
 KTD yang tidak dapat dicegah / Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan yang mutakhir.
 Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near miss : Suatu kesalahan akibat
melaksanakan sesuatu tindakan (commission), atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (ommission), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi karena
keberuntungan, pencegahan, atau peringanan.
 Kesalahan medis / medical error : Kesalahan yang terjadi dalam
proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan termasuk gagal
melakukan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana
yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat melaksanakan
sesuatu tindakan (commission), atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (ommission)
 Insiden Keselamatan Pasien (Patient Safety Incident) : setiap
kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
 Pelaporan insiden keselamatan pasien : Suatu sistem untuk
mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja atau tidak
diharapkan, yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera. Sistem ini juga dapat mendokumentasikan
kejadian-kejadian yang tidak konsisten dengan operasional rutin
layanan kesehatan (rumah sakit) atau asuhan pasien.
 Analisis akar masalah (Root Cause Analisis) : Suatu proses
terstruktur untuk mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya penyimpangan kinerja, termasuk
KTD.
 Manajemen Resiko (Risk Management) : Dalam hubungannya
dengan operasional, istilah manajemen resiko dikaitkan kepada
aktivitas perlindungan diri yang berarti mencegah ancaman yang nyata
atau berpotensi nyata terhadap kerugian keuangan akibat kecelakaan,
cedera dan mal praktek medis.
 Kejadian Sentinel (Sentinel Event) : Suatu KTD yang menyebabkan
kematian atau cedera yang serius, biasanya untuk kejadian yang
sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, terkait dengan
keseriusan cedera yang terjadi, sehingga pencarian fakta terhadap
kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
 Resiko sisa : Sisa resiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah
upaya pengendalian / tindakan dilakukan.
 Penilaian resiko : Suatu identifikasi dari bahaya yang bermakna yang
muncul dalam aktivitas organisasi dan suatu pertimbangan dari
kemungkinan dan beratnya kerugian yang mungkin terjadi sebagai
akibat dari terpaparnya bahaya.
 Penilaian resiko anggota dari staff (manager/lainnya) yang menghadiri
pelatihan penilaian resiko, hal ini adalah tanggung jawab manajemen
untuk memastikan bahwa setiap divisi memiliki satu penilai resiko.
 Internal : merujuk kepada aktifitas atau dokumen di dalam organisasi
 Eksternal : merujuk kepada atau dokumen yang bukan berasal dari
Puskesmas Kecamatan Makasar.
BAB II
RUANG LINGKUP

Manajemen resiko merupakan tanggung jawab semua komponen yang beradi di


Puskesmas Kecamatan Makasar, dengan tujuan sebagai berikut:
1. Meminimalkan terjadinya medical error, kejadian tidak diinginkan atau
kejadian tidak diharapkan pada pasien.
2. Membuat asuhan pasien menjadi lebih aman
3. Meminimalkan kemungkinan terjadinya klaim dan mengendalikan biaya klaim
yang harus menjadi tanggungan institusi (mencegah kerugian finansial bagi
Puskesmas atau dokter)

Sebagai usaha untuk mencapai tujuan dalam mengidentifikasi dan mengendalikan


resiko, Puskesmas Kecamatan Makasar mengatur wewenang dan tanggung jawab
semua komponen di Puskesmas sebagai berikut :

1. .Tanggung jawab Kepala Puskesmas


 Menetapkan dan mengawasi sasaran – sasaran organisasi
 Menetapkan sistem yang handal dari pengendalian internal
 Menunjukan resiko – resiko penting

2. Tanggung jawab Tim Manajemen Resiko ( Peningkatan Mutu dan


Keselamatan Pasien) PMKP
 Membuat dan meninjau strategi dan kebijakan manajemen resiko
 Penyediaan pelatihan penilaian resiko
 Memantau daftar resiko setiap unit, perubahan, kelengkapan dan
tingkat resiko
 Memberi saran kepada penilai resiko atau kepala unit dan direksi
perihal manajemen resiko
 Menanggapi permintaan audit internal dan eksternal berhubungan
dengan manajemen resiko
 Menanggapi permintaan pihak eksternal untuk informasi berkaitan
proses resiko
 Meninjau daftar resiko Puskesmas dan memberi rekomendasi untuk
menurunkan resiko
 Meninjau resiko-resiko ekstrem, tindakan, pengendalian, dan
menyoroti area kepada kepala unit

3. Tanggung Jawab Penilai resiko


 Penilai resiko ditunjuk oleh kepala unit masing-masing area kerja, dan
bertangung jawab untuk:
1. Mengahadiri penilai pelatihan resiko yang diselenggarakan tim
manajemen resiko.
2. Menilai resiko di area kerja menggunakan form penilaian resiko
sesuai ketentuan, mengidentifikasi seluruh resiko yang penting
terlebih dahulu dan memastikan Kepala Unit memperhatikan resiko
tersebut
3. Memastikan menyimpan dokumen penilaian resiko asli dan
memberikan salinannya kepada Kepala Unit
4. Menunjukan bukti penilaian dan rencana tindakan yang lengkap
5. Jika mengalami kesulitan dapat meminta bantuan tim manajemen
resiko / PMKP

4. Tanggung Jawab Kepala Unit


 Mengelola seluruh resiko di tempat kerjanya, dapat dikerjakan sendiri
maupun mendelegasikannya kepada anggota Tim yang menjadi penilai
resiko
 Melaksanakan strategi dan kebijakan manajemen resiko di area
tanggung jawab mereka
 Mengelola daftar resiko diunit masing-masing, dan atau menunjuk
seorang penilai resiko untuk mengumpulkan atau dan meninjau
 Melakukan validasi seluruh penilaian resiko yang dilakukan dan
melakukan tindakan untuk mengurangi resiko teridentifikasi sampai
tingkat terendah
 Melengkapi form penilaian resiko (meninjau / menyetujui
pemeringkatan matriks: menyatakan tindakan apa yang diperlukan
untuk menurunkan resiko sampai yang terendah

5. Tanggung Jawab Petugas lainnya


 Seluruh staff bertanggung jawab untuk memberi informasi kepada
atasannya setiap bahaya yang bermakna di tempat kerja.
 Bekerja sama dalam menerapakan pedoman, SOP, dan kebijakan
yang berkaitan dengan keselamatan pasien dan lain – lain.
 Melaporkan kepada atasan setiap insiden dengan mengisi form
insiden dengan tepat
 Berpartisipasi aktif dalam penilaian resiko
 Memenuhi dan melaksanakan langkah pengendalian dan tindakan
setelah penilaian dilakukan

BAB III

TATA LAKSANA

KESELAMATAN PASIEN
Standar Keselamatan Pasien

1. Hak Pasien
Standar :
Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tidak
diharapkan
Kriteria:
1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)
2. DPJP wajib membuat rencana pelayanan
3. DPJP wajib menjelaskan rencana pelayanan secara jelas dan benar
kepada pasien dan keluarga tentang rencana, hasil pelayanan,
pengobatan, atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya KTD.

2. Mendidik Pasien dan Keluarga


Standar :
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan keluarga.
Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan partner dengan proses pelayanan.

3. Keselamatan pasien dan Keseimbangan Pelayanan


Standar:
Puskesmas menjamin kesenambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan unit pelayanan.

Kriteria:
1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh (mulai dari pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan) yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kekayaan sumber daya.
2. Terdapat koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan
sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial
dan lainnya.
3. Terdapatnya informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat tercapai
proses koordinasi tanpa hambatan, aman, dan efektif.

4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melaksanakan evaluasi dan


program peningkatan mutu keselamatan pasien.
Standar:

Puskesmas harus mendesain proses baru, memperbaiki proses yang ada,


memonitor, dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis,
secara intensif KTD

Kriteria:

1. Melakukan proses perencanaan desain yang baik


2. Melakukan pengumpulan data kinerja
3. Melakukan evaluasi intensif terhadap KTD
4. Menggunakan data dan hasil analisis untuk perubahan sistem yang
diperlukan.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

Standar:

Pimpinan mendorong dan mengimplementasi program keselamatan pasien,


menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan
pasien dan menekan KTD, mendorong komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu, mengalokasikan sumber daya untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.

Kriteria:

1. Terdapat tim antar profesi untuk mengelola program keselamatan pasien


2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
Puskesmas berpartisipasi dalam keselamatan pasien
4. Terdapat metode “cepat tanggap” terhadap insiden
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden
6. Tersedia mekanisme menangani berbagai jenis insiden
7. Ada kolaborasi dan komunikasi terbuka antar unit
8. Tersedia sumber daya dan sistem komunikasi

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standar:
Pelayanan kesehatan memiliki proses pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi untuk
setiap jabatan dengan keselamatan secara jelas
Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan berkelanjutan unutk meningkatkan
kompetensi staf.
Kriteria :
 Memiliki proses orientasi bagi staf baru yang membuat topik keselamatan
pasien sesuai dengan tugas masing-masing.
 Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam kegiatan training dan
memberikan pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
 Menyelenggarakan pelatihan teamwork.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien


Standar :
Merencanakan proses manajemen informasi keselamatan pasien serta transmisi
dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria :
 Merencanakan proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi
tentang hal-hal terkait keselamatan pasien.
 Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.

Sembilan Solusi Keselamatan Pasien


1. Pastikan identitas pasien (minimal menanyakan Nama, dan tanggal lahir)
2. Komunikasi yang benar saat serah terima / pengoperan pasien, dengan
menggunakan tehnik TbaK-SBAR.
3. Pastikan tindakan tepat prosedur, tepat lokasi, dan tepat pasien operasi.
4. Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan yang mirip (Look-Alike, Sound-Alike
medication names), waspada dalam penggunaan obat-obat high alert.
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube)
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi
nosokomial

Tujuh Langkah Keselamatan Pasien


1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
 Pastikan teman sekerja merasa mampu berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bila ada insiden.
 Dokumentasikan untuk memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yang tepat.
2. Pimpin dan dukung staf
 Menjelaskan manfaat bagi mereka menjalankan gerakan keselamatan
pasien.
 Tumbuhkan sikap yang menghargai pelaporan insiden.

3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko


 Bentuk forum unutk mendiskusikan isu keselamatan pasien
 Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko
 Lakukan proses asesmen risiko secara berkala
4. Kembangkan sistem pelaporan
 Berikan semangat kepada teman sekerja untuk melaporkan insiden
yang memiliki nilai pembelajaran
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
 Dukung dan hargai keterlibatan pasien/keluarga bila ada insiden
 Prioritaskan informasi kepada pasien/keluarga bila ada insiden dengan
informasi yang jelas dan benar
 Menunjukan empati kepada pasien/keluarga bila ada insiden
6. Belajar berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
 Diskusikan hasil analisis insiden
 Identifikasi kemungkinan dampak lain di masa depan
7. Cegah cedera dengan implementasi sistem keselamatan pasien
Evaluasirisiko

PROSES MANAJEMEN RESIKO KLINIS

Manajemen resiko klinis dapat juga diartikan sebagai suatu pendekatan untuk
mengenal keadaan yang menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk
mencegah terjadinya risiko tersebut (Sheenu Jhawar, Mid Stafford General Hospital,
UK), dengan proses sebagai berikut :

Menetapkan lingkup
Manajemen risiko Kajian risiko (risk assessment)

Identifikasi risiko
Komunikasi Monitoring,
dan audit dan
Konsultasi Tinjauan
pada (review)
Analisisrisiko
Stakeholders Dukungan
internal

Evaluasirisiko

Tidak

Ya

Tindakan /
treatment terhadap
risiko
Kajian Risiko (Risk Assessment)

Kajian risiko meliputi kegiatan identifikasi risiko, analisa risiko, dan penilaian risiko
dapat dilakukan melalui hasil audit, complain, klaim, maupun adanya insiden.

Analisis risiko dapat dilakukan secara proaktif untuk memperbaiki suatu


proses/prosedur pelayanan, dengan melakukan Failure Mode dan Effect Analysis
(FMEA), yaitu suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan
mengenali model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur,
melakukan penilaian terhadap tiap model kegagalan/kesalahan , dengan mencari
proses terjadinya, mengenali akibat dari kegagalan/kesalahan, dan mencari dengan
melakukan perubahan desain/prosedur.

Langkah-langkah membuat matrik FMEA adalah:

 Lakukan penilaian untuk tiap model kesalahan / kegagalan


Sering tidak terjadinya (occurence) (occ) ; 0 : tidak pernah, 10 : paling sering
Kegawatanya (severity) (sev) ; 0: tidak gawat, 10: sangat gawat
Kemudahan untuk terdeteksi (detectability) (det); 0 : mudah dideteksi, 10: sangat sulit
dideteksi

Severiti Rating Scale


Nilai Penjelasan Pengertian
10 Amat Kesalahan yang dapat menyebabkan kematian
sangat pelanggan dan kerusakan sistem tanpa tanda-tanda
berbahaya yang mendahului
9 Sangat Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera
8
Berbahaya berat/permanen pada pelanggan atau gangguan
serius pada sistem yang dapat menghentikan
pelayanan dengan adanya tanda yang mendahului
7 Berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera ringan
sampai sedang dengan tingkat ketidakpuasan yang
tinggi dari pelanggan dan/atau menyebabkan
gangguan sistem yang membutuhkan perbaikan berat
atau kerja ulang yang signifikan
6 Berbahaya Kesalahan berakibat pada cedera ringan dengan
5
Sedang sedikit ketidakpuasan pelanggan dan/atau
menimbulkan masalah besar pada sistem
4 Berbahaya Kesalahan menyebabkan cedera sangat ringan atau
3
ringan tidak cedera tetapi dirasakan mengganggu oleh
sampai pelanggan dan/atau menyebabkan masalah ringan
sedang pada sistem yang dapat diatasi dengan modifikasi
ringan
2 Berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan pelanggan
ringan tidak menyadari adanya masalah tetapi berpotensi
menimbulkan cedera ringan atau tidak berakibat pada
sistem
1 Tidak Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan tidak
berbahaya berdampak pada sistem

Occurence RatingSacle
Detection Rating Scale
Nilai Penjelasan
Nilai Penjelasan Pengertian
Pengertian
10
10 Tidak Kemungkinan
ada Tidak ada mekanisme untuk tidak
Kesalahan terjadi paling sekali sehari
mengetahui atau
adanya
terjadinya kesalahan
peluang dapat hampir setiap saat

untukdipastikan
9 Hampir tidak Kesalahan dapat diprediksi terjadi atau terjadi
diketahui
dapat setiap 3 sampai 4 hari
9 Sangat sulit Kesulitan dapat diketahui dengan inspeksi yang
8 dihindarkan
diketahui menyeluruh, tidak fleksible dan tidak segera dapat
8 Kemungkinan Kesalahan sering terjadi atau terjadi paling tidak
dilakukan
7 terjadinya seminggu sekali
7 Sulit Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi manual atau
6 sangat tinggi
diketahui tidak ada proses yang baku untuk mengetahui, sehingga
6 Kemungkinan Kesalahan terjadi sekali sebulan
ketahuan karena kebetulan
5 terjadi tinggi
5 Berpeluang Ada proses untuk double check atau inspeksi tetapi
sedang
sedang tidak otomatis atau dilakukan secara sampling
4 Kemungkinan Kesalahan kadang terjadi, atau sekali tiap tiga
untuk
3 terjadinya bulan
diketahui
sedang
4 Berpeluang Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin tetapi tidak
2 Kemungkinan Kesalahan yang terjadi atau terjadi sekitar sekali
3
tinggi untuk otomatis atau dilakukan secara sampling
terjadi mudah setahun
1 Kemungkinan Kesalahan hampir tidak pernah terjadi atau tidak
terjadi amat ada yang ingat kapan terakhir terjadi
sangat rendah
diketahui
2 Berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan pelanggan
ringan tidak menyadari adanya masalah tetapi berpotensi
menimbulkan cedera ringan atau tidak berakibat pada
sistem
1 Tidak Ada proses otomatis yang akan menghentikan proses
berbahaya untuk mencegah kesalahan

 Hitung Risk Priority Number (RPN) dengan mengkalikan ; Occ x Sev x Det
 Tentukan batasan (cut-off point) RPN yang termasuk prioritas
Menetapkan ‘cut off point’ dengan pareto :
- Urutkan nilai RPN dari yang tertinggi ke yang terendah
- Hitung Persentase kumulatif sampai dengan 80% maka pada nilai
kumulatif 80% tersebut kita tetapkan sebagai ‘cut off point’
- Tentukan kegiatan untuk mengatasi (design action/solution)
- Tentukan cara memvalidasi apakah solusi tersebut berhasil
- Gambarkan alur yang baru dengan adanya solusi tersebut
- Hitung kembali RPN sesudah dilakukan solusi perbaikan

Kajian Resiko dengan Analisa Insiden


Kajian resiko dengan menindak lanjuti setiap adanya pelaporan merupakan
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien. Petugas
bersama dengan tim manajemen resiko di Puskesmas Kecamatan Makasar
melakukan upaya analisa matrik grading resiko untuk menanggapi setiap laporan
insiden, baik KTD, KNC, KPC, maupun kejadian sentinel yang terjadi di lingkungan
Puskesmas, untuk selanjutnya dilakukan tindak lanjut.
Penilaian matriks resiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk
menentukan derajat resiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
a. Dampak (Consequences)
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang
dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal.
b. Probabilitas / frekuensi / Likehood
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi resiko adalah seberapa seringnya
insiden tersebut terjadi.
Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity

Penilaian Probabilitas / Frekuensi


Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam tabel Matriks
Grading Resiko untuk menghitung skor resiko dan mencari warna bands resiko.

Skor Resiko

SKOR RESIKO = Dampak x Probability

Cara menghitung skor resiko :


Untuk menentukan skor resiko digunakan matriks grading resiko
1. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
2. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan
3. Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan
dampak.
Matriks Grading Resiko

Insiden yang telah dihitung nilai matriks grading resikonya, maka dapat disimpulkan
bands resikonya untuk kemudian ditentukan tindak lanjutnya.
Bands Resiko
Bands resiko adalah derajat resiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu:
Biru, Hijau, Kuning, Merah. Warna “bands” akan menetukan investigasi yang akan
dilakukan :
 Bands BIRU dan HIJAU : investigasi sederhana / simple investigation
 Bands KUNING dan MERAH : investigasi Komprehensif / RCA

WARNA BANDS : HASIL PERTEMUAN ANTARA NILAI DAMPAK YANG DIURUT KEBAWAH DAN
NILAI PROBABILITAS YANG DIURUT KE SAMPING KANAN

Tindakan Sesuai Tingkat dan Bands Resiko

Resiko Rendah, dilakukan investigasi sederhana,


berkonsultasi kepada kepala unit paling lama 1 minggu
1 Resiko
diselesaikan dengan prosedur rutin.
Rendah
Apabila terjadi lebih dari tiga kali, dilakukan pembuatan
RCA oleh unit terkait, review data histoirs dan
pengumpulan data lebih lanjut, dan dilakukan perbaikan
proses kerja bila diperlukan.
Resiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling
lama 2 minggu. Pimpinan Klinis sebaiknya menilai
2 Resiko
dampak terhadap biaya dan kelola resiko.
Sedang
Apabila terjadi lebih dari tiga kali, dilakukan pembuatan
RCA oleh unit terkait, review data histoirs dan
pengumpulan data lebih lanjut, dan dilakukan perbaikan
proses kerja bila diperlukan.
Resiko Tinggi, lakukan pemberitahuan kepada kepala
puskesmas dalam waktu 1x24 jam, dilakukan pelaporan
3 Resiko
RCA paling lama 30 hari setelah insiden, kaji dengan
Tinggi detail dan perlu tindakan segera serta membutuhkan
perhatian top manajemen.

Monitoring lanjutan atau pengumpulan data insiden yang


sedang terjadi trend dapt mengidentifikasi dan menjadi
skala prioritas yang memerlukan perbaikan proses kerja.
Resiko ekstrim, lakukan pelaporan kepada kepala
puskesmas dalam waktu 1x24 jam, pembuatan investigasi
4 Resiko
resiko, diikuti membuat laporan RCA paling lama 30 hari
Ekstrim setelah insiden terjadi, membutuhkan tindakan segera,
perhatian sampai ke Kepala Puskesmas.

Petugas segera melaksanakan tindak lanjut yang diperlukan setelah


menerima laporan sesuai dengan ketentuan di atas, dengan membuat Lembar kerja
investigasi Sederhana atau dengan melakukan RCA, dan memberikan hasil analisa
tersebut ke tim manajemen resiko untuk dilakukan analisa ulang dan pelaporan.
BAB IV

MONITORING DAN EVALUASI

Kepala Puskesmas secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi


program keselamatan di Puskesmas Kecamatan Makassar yang dilakukan oleh Tim
Manajemen Resiko. Secara berkala setiap bulan,tim manajemen resiko melakukan
evaluasi kegiatan, serta perencanaan peningkatan mutu keselamatan setiap tiga
bulan, serta pembaruan berkala terhadap puskesmas, kebijakan dan prosedur yang
digunakan setiap tahun (atau paling lama dua tahun).
BAB V

PENUTUP

Dengan adanya peningkatan pesehatan masyarakat terhadap pelayanan


kesehatan maka pelaksanaan kegiatan Keselamatan pasien dan tenaga kesehatan
menjadi sangat penting.Melalui kegiatan ini diharapkan dapat terjadi penurunan
angka insiden sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat.Manajemen
resiko dan program keselamatan pasien dalam pelayanan keselamatan di
Puskesmas Kecamatan Makasar memerlukan budaya termasuk motivasi tinggi dari
semua pihak sehingga dapat berjalan secara berkesinambunga dan berkelanjutan.
Daftar Pustaka

1) Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2) Undang-Undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3) Departemen Kesehatan RI. Permenkes No. 1691 tahun 2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
4) Departemen Kesehatan RI. Panduan Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (Patient Safety). Ed : 2. Jakarta 2008.
5) Pusdokkes Polri. Kerangka acuan pedoman keselamatan pasien RSP
Kepolisian R. Said Sukanto Jakarta. RSP Kepolisian R.Said Sukanto,
Jakarta.
6) Youngberg. BJ. Principles of risk management and patient safety. Jones
&Bartlrtt Learning. Chicago : 2011.
7) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Pedoman pelaporan insiden
keselamatan pasien, Ed 2. KKPRS. Jakarta : 2007
8) RSI Fatimah. Panduan Manajemen Resiko. RSI Fatimah. Cilacap
9) Risk Management Guidelines AS/NZS 4360.2004
10)American Society for Health Care Risk Management, Risk Management
Handbook,2004

Anda mungkin juga menyukai