Jl. Raya Pangandaran – Cijulang No. 183 Cibenda – Parigi Telp. (0265) 630091
TAHUN 2024
BABI
PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
Manajemen resiko klinis adalah suatu upaya yang dilakukan secara sistematis dalam
rangka mengurangi resiko akibat pelaksanaan pelayanan medik. Resiko dapat berupa
bahaya, kesalahan, musibah, atau potensi terjadinya perihal yang merugikan pasien, terkait
dengan atau dampak asuhan yang diberikan.
Hal ini meliputi dua hal, yaitu:
1. ldentifikasi resiko proaktif dan pengelolaan resiko-resiko utama,
Merupakan kegiatan identifikasi yang dilakukan dengan cara proaktif mencari resiko
yang berpotensi menghalangi Klinik dalam mencapai tujuan, resiko yang dicari belum
muncul.
2. Reaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan setelah resiko muncul dan
bennanifestasi dalam bentuk insiden atau gangguan.
B. TUJUAN
Panduan ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Tim Manajemen Resiko
maupun tenaga kesehatan Jainnya di Klinik Bhakti Sandaan dalam melaksanakan program
keselamatan dan manajemen resiko, meliputi :
a. ldentifikasi resiko, setiap unit mampu mengidentifikasi resiko di unit kerja masing-
masing dan melakukan pelaporan rutin menjadi identifikasi klinik
b. Menilai dan mengevaluasi resiko/Analisa resiko
c. Mengendalikan resiko
d. Mencatat resiko dalam daftar resiko seluruh Klinik maupun per unit
e. Melaksanakan program keselamatan dan pencatatan insiden dapat
terlaksanadengan sistematis dan terarah.
C. BATASAN OPERASIONAL
• Resiko: adalah peluang dari suatu kejadian yang akan berdampak merugikan bagi
pencapaian sasaran organisasi dan penyelenggaraan pelayanan pasien yang
bermutu.
• Keselamatan Pasien/Pasien Safety (klinik): Suatu sistem dimana pelayanan
kesehatan (klinik) membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
Assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insisden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilaksanakan.
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse Event: Suatu kejadian yang tidak
diharapkan yang menyebabkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat karena kesalahan medis
maupun non-medis karena tidak dapat dicegah.
KTD yang tidak dapat dicegah/Unpreventable Adverse Event: Suatu KTD akibat
komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir.
Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near Miss: Suatu kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi
karena keberuntungan, pencegahan, atau peringanan.
Kesalahan Medis/ Medical Error: Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan
medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
Kesalahan termasuk gaga) melakukan sepenuhnya suatu rencana atau
menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission).
lnsiden Keselamatan Pasien (Patient Safety Incident): Setiap kejadian yang tidak
disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan atau
berpotensimengakibatkan cedera pada pasien.
Pelaporan lnsiden Keselamatan Pasien (Klinik): Suatu sistem untuk
mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
Sistem ini juga mendokumentasikan kejadian-kejadian yang tidak konsisten
dengan operasional rutin layanan kesehatan (klinik) atau asuhan pasien.
Analisis Akar Masalah (Root Cause Analisys): Suatu proses terstruktur untuk
mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
penyimpangan kinerja termasuk KTD.
Manajemen Resiko (Risk Management): Dalam hubungannya dengan operasional
(klinik), istilah manajemen resiko dikaitkan kepada aktivitas perlindungan diri yang
berarti mencegah ancaman yangnyata atau berpotensi nyata terhadap kerugian
keuangan akibat kecelakaan, cedera atau malpraktik medis.
Kejadian Sentinel (Sentinel Event): Suatu KTD yang menycbabkan kematian atau
cedera yang serius, biasanya untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau
tidak dapat diterima, terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi, sehingga
pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius
pada kebijakan dan prosedur yang berlaku
Resiko sisa: adalah sisa resiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah upaya
pengendalian/tindakan dilakukan
Penilaian Resiko: suatu identifikasi dari bahaya yang bermakna yang muncul
dalam aktifitas organisasi dan suatu pertimbangan dari kemungkinan dan beratnya
kerugian yang mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar bahaya
Penilaian Resiko Anggota dari staf (manager/lainnya) yang telah rnenghadiri
pelatihan penilaian resiko. Hal ini adalah tanggung jawab manajemen untuk
memastikan bahwa setiap divisi rnemiliki satu penilai resiko
Internal: merujuk kepada aktifitas atau dokumen di dalam organisasi
Ekstemal : merujuk kepada aktifitas atau dokumen yang bukan berasal dari Klinik
Bhakti Sandaan.
BAB II
RUANG LINGKUP
Manajemen resiko merupakan tanggung jawab semua komponen di Klinik Mitra Sehat
Mangunjaya, dengan tujuan sebagai berikut :
1. Meminimalkan terjadinya "medical error", kejadian tidak diinginkan atau kejadian
sentinel pada pasien
2. Membuat asuhan pasien menjadi lebih aman
3. Meminimalkan kemungkinan terjadinya klaim dan mengendalikan biaya klaim yang
harus menjadi tanggungan institusi (mencegah kerugian finansial bagi Klinik atau dokter)
Sebagai usaha untuk mencapai tujuan dalam mengidentifikasi dan mengendalikan
resiko, Klinik Klinik Mitra Sehat Mangunjaya mengatur wewenang dan tanggung jawab
semua komponen di Klinik sebagai berikut :
A. KESELAMATAN PASIEN
Standar Keselamatan Pasien
1. Hak pasien
Standar: Pasien dan keluarga mempunyai hnk untuk mcndnpatkun informasi tcntang
rencana dan hasil pelayanan tennnsuk kcmungkinun tcrjudinya kcjadian tidak
diharapkan
Kriteria:
• Harus ada dokter penanggungjawab pelayanan (DPJP)
• DPJP wajib rnembuat rencana pelayanan
• DPJP wajib menjelaskan rencana pelayanan secara jelas dan benar kepada pasien
dan keluarga tentang rencana, hasil pelayanan. pengobatan atau perosedur untuk
pasien tennasuk kemungkinan terjadinya KID.
2. Mendidik Pasien dan Keluarga
Standar: Klinik harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggungjawab pasien dalam asuhan keluarga.
Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien yang merupakan partner dengan proses pelayanan.
3. Keselamatan Pasien dan Keseimbangan Pelayanan
Standar: Klinik menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan unit pelayanan.
Kriteria:
• Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh (mulai dari pasien masu.k,
pemeriksaan, diagnosis, pcrcncanaan pelayanan) yang disesuaik.andengan
kebutuhan pasicn dan kelayaknn sumber daya.
• Terdapat koordinasi pelayanan mcncakup peningkutan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan kcluarga, pelayanan kepcrawntan, pelayanansosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan keperaw11tan, pelayanan s.o ial, dan lainnya.
• Terdapatnya informasi dan transer infonnasi nntar profcsi keschatan sehingga
dapat tercapai proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk mclaksa.nakan evaluasi dan
Peroram peningkatan keselamatan pasien
Standar: Klinik harus mendesain proses baru, memperbaiki proses yang ada.
memonitor, dan mengcvaluasi kincrja mclalui pcngumpulan data. menganalisis
secara intensif KTD.
Kriteria:
• Melakukan proses percncanaan/dcsign yang baik
• Melakukan pengumpulan data kincrja
• Melakukan cvaluasi intcnsif terhadap KTD
• Menggunakan data dan hasil analisis untuk perubahan sistem yang diperlukan.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar: Pimpinan mendorong dan mengimplcmentasi program keselamatan pasien;
menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan dan
menekan KTD; mendorong komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu;
mengalokasikan sumber daya untuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja
klinik scrta meningkatkan keselamatan pasien.
Kriteria:
• Terdapat tim antar profesi untuk mengelola program keselamatan pasien
• Tersedia program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden
• Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen klinik
berpartisipasi dalam keselamatan pasien
• Terdapat metode "cepat tanggap" terhadap insiden
• Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
• Tersedia mekanisme menangani berbagai jenis insiden
• Ada kolaborasi clan komunikasi terbuka antar unit
• Tersedia sumber daya dan sistem komunikasi
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar: Pelayanan kesehatan (klinik) memiliki proses pendidikan, pelatihan, dan
orientasi untuk setiap jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas
Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan
kompetensi staf
Kriteria:
• Memiliki proses orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien
sesuai tugas masing-masing
• Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam kegiatan training dan
memberikan pedoman jelas tentang pelaporan insiden
• Menyelenggarakan pelatihan teamwork
B. PELAPORAN INSIDEN
Metode dapat dilakukan untuk mengidentifikasi resiko, salah satunya dengan
mengembangkan sistem pelaporan dan analisis. Pelaporan insiden menjadi sangat
penting karena merupakan proses awal pembelajaran demi mencegah kejadian yang
sarna terulang lagi. Oleh sebab itu maka sistem pelaporan insiden diperlukan,
meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan,prosedur pelaporan yang harus
disosialisasikan pada seluruh karyawan.
Insiden-insiden yang perlu dilaporkan termasuk diantaranya kejadian yang sudah
terjadi, potensial terjadi ataupun nyaris terjadi. Maka diperlukan kerjasarna dan
partisipasi dari seluruh pihak baik dari tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien atau
siapapun yang pertama menemukan atau terlibat dalam suatu insiden. Selain itu perlu
diwaspadai berbagai masalah yang mungkin timbul dalam pelaporan insiden seperti
laporan dipersepsikan sebagai pekerja perawat disembunyikan (under report) karena takut
disalahkan, laporan sering terlarnbat diketahui, dan budaya menyalahkan (blame culture).
Dalarn sosialisasi sistem pelaporan, sebaiknya tenaga kesehatan dan staf diberikan
pelatihan, mulai dari maksud, tujuan, manfaat pelaporan, alur pelaporan, bagaimana
cara mengisi formulir laporan insiden , kapan harus melapor dan pengertian yang
digunakan dalam sistem pelaporan dan cara PROSES MANAJEMEN RESIKO KLINIS.
Manajemen resiko klinis dapat juga diartikan scbagai suatu pendekatan untuk
mengenal keadaan yang mencmpatkan pasicn podu suatu risiko dan tindakan untuk
mencegah terjadinya risiko tcrsc but (Sheenu Jhawar , Mid Stafford General Hospital,
UK), dengan proses scbagni berikut:
Menetapkan lingkup
Manajemen Resiko
Kajian resiko
Ya
Tindakan/treatment
terhadap resiko
Tingkat
Resiko Deskripsi Dampak
Warna
1 Tidak Tidak ada cedera
(Biru) Signifikan
2 Luka ringan misalnya Iuka lecet
Minor
(Hijau) Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
Cedera sedang misalnya Iuka robek
Berkurangnya fungsi motorik, sensorik, atau
3
Moderate psikologis atau intelektual yang bersifat
(Kuning)
reversibel, tidak berhubungan dengan penyakit
setiap kasus yang memperpanjang perawatan
Cedera luas / berat misalnya cacat,lumpuh
Kehilangan fungsi motorik, sensorik, atau
4
Major psikologis atau intelektual yang bcrsifat
(Jingga)
irreversibel, tidak berhubungan dengan
penyakit
5 Katas Kematian yang tidak berhubungan dengan
(Merah) tropik perjalanan penyakit
Penilaian Probabilitas/Frekuensi
Tingkat Resiko
Deskripsi
Warna
1 (biru) Sangat jarang/ Rare (>5 tahun/kali)
2 (hijau) Jarang/ Unikely (>2-5 tahun/kali)
3 (kuning) Mungkin/ Posible (1-2 tahun/kali)
4 (jingga) Sering/ Likely (beberapa kali/tahun)
5 ( merah) Sangat sering/ Almostcertain (tiap minggu/bulan)
Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel Matriks
Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari wama bands risiko.
Skor Resiko
Cara menghitung skor resiko:
Utuk menentukan skor resiko digunakan matriks resiko (table 3):
1. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
2. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan
3. Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antar frekuensi dan dampak
Insiden yang telah dihitung nilai matriks grading resikonya, maka dapat disimpulkan bands
resikonya untuk kemudian ditentukan tindak lanjutnya.
Bands Resiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat wama yaitu: Biru, Hijau,
Kuning dan Merah. Warna "bands" akan menentukan lnvestigasi yang akan dilakukan
Bands BIRU dan HIJAU : investigasi sederhana/simple investigation
Bands KUNING dan MERAH : investigasi Komprehensif / RCA
Petugas segera melaksanakan tindak lanjut yang diperlukan setelah menerima laporan sesuai
dengan ketentuan di atas, dengan membuat Lembar Kerja Investigasi Sederhana atau dengan
melakukan RCA, dan memberikan basil analisa tersebut ke tim manajemen resiko untuk
dilakukan analisa ulang dan pelaporan.
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
Kepala Klinik secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi program keselamatan di
Klinik Bhakti Sandaan yang dilaksanakan oleh Tim Manajemen Resiko. Secara berkala setiap
bulan, tim manajemen resiko melakukan evaluasi kegiatan, serta perencanaan peningkatan mutu
keselamatan setiap tiga bulan, serta pembaruan berkala terhadap pedoman, kebijakan dan
prosedur yang digunakan setiap tahun (atau paling lama dua tahun).
20
BAB V
PENUTUP
21