Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

DAN KESELAMATAN PASIEN

KLINIK BHAKTI SANDAAN

Jl. Raya Pangandaran – Cijulang No. 183 Cibenda – Parigi Telp. (0265) 630091

TAHUN 2024
BABI
PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Manajemen resiko klinis adalah suatu upaya yang dilakukan secara sistematis dalam
rangka mengurangi resiko akibat pelaksanaan pelayanan medik. Resiko dapat berupa
bahaya, kesalahan, musibah, atau potensi terjadinya perihal yang merugikan pasien, terkait
dengan atau dampak asuhan yang diberikan.
Hal ini meliputi dua hal, yaitu:
1. ldentifikasi resiko proaktif dan pengelolaan resiko-resiko utama,
Merupakan kegiatan identifikasi yang dilakukan dengan cara proaktif mencari resiko
yang berpotensi menghalangi Klinik dalam mencapai tujuan, resiko yang dicari belum
muncul.
2. Reaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan setelah resiko muncul dan
bennanifestasi dalam bentuk insiden atau gangguan.

B. TUJUAN
Panduan ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Tim Manajemen Resiko
maupun tenaga kesehatan Jainnya di Klinik Bhakti Sandaan dalam melaksanakan program
keselamatan dan manajemen resiko, meliputi :
a. ldentifikasi resiko, setiap unit mampu mengidentifikasi resiko di unit kerja masing-
masing dan melakukan pelaporan rutin menjadi identifikasi klinik
b. Menilai dan mengevaluasi resiko/Analisa resiko
c. Mengendalikan resiko
d. Mencatat resiko dalam daftar resiko seluruh Klinik maupun per unit
e. Melaksanakan program keselamatan dan pencatatan insiden dapat
terlaksanadengan sistematis dan terarah.

C. BATASAN OPERASIONAL
• Resiko: adalah peluang dari suatu kejadian yang akan berdampak merugikan bagi
pencapaian sasaran organisasi dan penyelenggaraan pelayanan pasien yang
bermutu.
• Keselamatan Pasien/Pasien Safety (klinik): Suatu sistem dimana pelayanan
kesehatan (klinik) membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
 Assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insisden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilaksanakan.
 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse Event: Suatu kejadian yang tidak
diharapkan yang menyebabkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena
penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat karena kesalahan medis
maupun non-medis karena tidak dapat dicegah.
 KTD yang tidak dapat dicegah/Unpreventable Adverse Event: Suatu KTD akibat
komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir.
 Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near Miss: Suatu kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi
karena keberuntungan, pencegahan, atau peringanan.
 Kesalahan Medis/ Medical Error: Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan
medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
Kesalahan termasuk gaga) melakukan sepenuhnya suatu rencana atau
menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission).
 lnsiden Keselamatan Pasien (Patient Safety Incident): Setiap kejadian yang tidak
disengaja dan tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan atau
berpotensimengakibatkan cedera pada pasien.
 Pelaporan lnsiden Keselamatan Pasien (Klinik): Suatu sistem untuk
mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak diharapkan, yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
Sistem ini juga mendokumentasikan kejadian-kejadian yang tidak konsisten
dengan operasional rutin layanan kesehatan (klinik) atau asuhan pasien.
 Analisis Akar Masalah (Root Cause Analisys): Suatu proses terstruktur untuk
mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
penyimpangan kinerja termasuk KTD.
 Manajemen Resiko (Risk Management): Dalam hubungannya dengan operasional
(klinik), istilah manajemen resiko dikaitkan kepada aktivitas perlindungan diri yang
berarti mencegah ancaman yangnyata atau berpotensi nyata terhadap kerugian
keuangan akibat kecelakaan, cedera atau malpraktik medis.
 Kejadian Sentinel (Sentinel Event): Suatu KTD yang menycbabkan kematian atau
cedera yang serius, biasanya untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau
tidak dapat diterima, terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi, sehingga
pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius
pada kebijakan dan prosedur yang berlaku
 Resiko sisa: adalah sisa resiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah upaya
pengendalian/tindakan dilakukan
 Penilaian Resiko: suatu identifikasi dari bahaya yang bermakna yang muncul
dalam aktifitas organisasi dan suatu pertimbangan dari kemungkinan dan beratnya
kerugian yang mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar bahaya
 Penilaian Resiko Anggota dari staf (manager/lainnya) yang telah rnenghadiri
pelatihan penilaian resiko. Hal ini adalah tanggung jawab manajemen untuk
memastikan bahwa setiap divisi rnemiliki satu penilai resiko
 Internal: merujuk kepada aktifitas atau dokumen di dalam organisasi
 Ekstemal : merujuk kepada aktifitas atau dokumen yang bukan berasal dari Klinik
Bhakti Sandaan.
BAB II
RUANG LINGKUP

Manajemen resiko merupakan tanggung jawab semua komponen di Klinik Mitra Sehat
Mangunjaya, dengan tujuan sebagai berikut :
1. Meminimalkan terjadinya "medical error", kejadian tidak diinginkan atau kejadian
sentinel pada pasien
2. Membuat asuhan pasien menjadi lebih aman
3. Meminimalkan kemungkinan terjadinya klaim dan mengendalikan biaya klaim yang
harus menjadi tanggungan institusi (mencegah kerugian finansial bagi Klinik atau dokter)
Sebagai usaha untuk mencapai tujuan dalam mengidentifikasi dan mengendalikan
resiko, Klinik Klinik Mitra Sehat Mangunjaya mengatur wewenang dan tanggung jawab
semua komponen di Klinik sebagai berikut :

1. Tanggungjawab Kepala Klinik


• Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan sasaran-sasaran organisasi
• Menetapkan system yang handal dari pengendalian internal
• Menunjukan resiko-resiko penting
2. Tanggung Jawab Tim Manajemen Resiko (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien/
PMKP)
• Membuat dan meninjau strategi dan kebijakan manajemen resiko
• Penyediaan pelatihan penilaian resiko
• Memantau daftar resiko setiap unit, perubahan, kelengkapan dan Tingkat
resiko
• Memberi saran kepada penilai resiko atau kepala unit dan direksi perihal
manajemen resiko
• Menanggapi permintaan audit internal dan eksternal berhubungan dengan
manajemen resiko
• Menanggapi permintaan pihak eksternal untuk informasi berkaitan proses resiko
• Meninjau daftar resiko klinik dan memberi rekomendasi untuk menurunkan
resikoMeninjau resiko-resiko ekstrem, tindakan, pengendalian dan menyoroti area
kepada kepala unit
3. Tanggung Jawab Penilai Resiko
Penilai resiko ditunjuk oleh Kepala Unit masing-masing area kerja, dan
bertanggungjawab untuk:
• Menghadiri penilai pelatihan resiko yang diselenggarakan tim manajemen resiko
• Menilai resiko di area kerja menggunakan form penilaian resiko sesuai ketentuan,
mengidentifikasi seluruh resiko yang penting terlebih dahulu dan memastikan Kepala
Unit memperhatikan resiko tersebut
• Memastikan menyimpan dokumen penilaian resiko asli dan memberikan salinannya
kepada Kepala Unit
• Menunjukkan bukti penilaian dan rencana tindakan yang lengkap
• Jika mengalami kesulitan dapat meminta bantuan tim manajemen resiko/PMKP
4. Tanggung Jawab Kepala Unit
• Mengelola seluruh resiko di tempat kerjanya, dapat dikerjakan sendiri maupun
mendelegasikannya kepada anggota tim yang menjadi Penilai Resiko
• Melaksanakan strategi dan kebijakan manajemen resiko di area tanggung jawab mereka
• Mengelola daftar resiko di unit rnasing-masing, clan atau menunjuk seorang penilai
resiko untuk rnengumpulkan dan meninjau
• Melakukan validasi seluruh penilaian resiko yang dilakukan dan melakukan tindakan
untuk rnengurangi resiko teridentifikasi sampai tingkat terendah
• MeJengkapi form Penilaian Resiko (meninjau/ menyetujui pemeringkatan matriks:
menyatakan tindakan apa yang diperlukan untuk menurunkan resiko sampai yang
terendah.
5. Tanggung Jawab Petugas lainnya
• Seluruh staf bertanggung jawab untuk memberi infonnasi kepada atasannya setiap
bahaya yang bermakna di tempat kerja.
• Bekerja sama dalam menerapkan pedoman, SOP dan kebijakan yang berkaitan dengan
keselamatan pasien, dan lain-lain
• Melaporkan kepada atasan setiap insiden dengan menglSl form insiden resport dengan
tepat
• Berpartisipasi aktif dalam penilainan resiko
• Memenuhi dan melaksanakan langkah pengendalian dan tindakan setelah penilaian
dilakukan
BAB III
TATALAKSANA

A. KESELAMATAN PASIEN
Standar Keselamatan Pasien
1. Hak pasien
Standar: Pasien dan keluarga mempunyai hnk untuk mcndnpatkun informasi tcntang
rencana dan hasil pelayanan tennnsuk kcmungkinun tcrjudinya kcjadian tidak
diharapkan
Kriteria:
• Harus ada dokter penanggungjawab pelayanan (DPJP)
• DPJP wajib rnembuat rencana pelayanan
• DPJP wajib menjelaskan rencana pelayanan secara jelas dan benar kepada pasien
dan keluarga tentang rencana, hasil pelayanan. pengobatan atau perosedur untuk
pasien tennasuk kemungkinan terjadinya KID.
2. Mendidik Pasien dan Keluarga
Standar: Klinik harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggungjawab pasien dalam asuhan keluarga.
Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien yang merupakan partner dengan proses pelayanan.
3. Keselamatan Pasien dan Keseimbangan Pelayanan
Standar: Klinik menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan unit pelayanan.
Kriteria:
• Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh (mulai dari pasien masu.k,
pemeriksaan, diagnosis, pcrcncanaan pelayanan) yang disesuaik.andengan
kebutuhan pasicn dan kelayaknn sumber daya.
• Terdapat koordinasi pelayanan mcncakup peningkutan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan kcluarga, pelayanan kepcrawntan, pelayanansosial,
konsultasi dan rujukan, pelayanan keperaw11tan, pelayanan s.o ial, dan lainnya.
• Terdapatnya informasi dan transer infonnasi nntar profcsi keschatan sehingga
dapat tercapai proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk mclaksa.nakan evaluasi dan
Peroram peningkatan keselamatan pasien
Standar: Klinik harus mendesain proses baru, memperbaiki proses yang ada.
memonitor, dan mengcvaluasi kincrja mclalui pcngumpulan data. menganalisis
secara intensif KTD.
Kriteria:
• Melakukan proses percncanaan/dcsign yang baik
• Melakukan pengumpulan data kincrja
• Melakukan cvaluasi intcnsif terhadap KTD
• Menggunakan data dan hasil analisis untuk perubahan sistem yang diperlukan.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standar: Pimpinan mendorong dan mengimplcmentasi program keselamatan pasien;
menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan dan
menekan KTD; mendorong komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu;
mengalokasikan sumber daya untuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja
klinik scrta meningkatkan keselamatan pasien.
Kriteria:
• Terdapat tim antar profesi untuk mengelola program keselamatan pasien
• Tersedia program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden
• Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen klinik
berpartisipasi dalam keselamatan pasien
• Terdapat metode "cepat tanggap" terhadap insiden
• Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
• Tersedia mekanisme menangani berbagai jenis insiden
• Ada kolaborasi clan komunikasi terbuka antar unit
• Tersedia sumber daya dan sistem komunikasi
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standar: Pelayanan kesehatan (klinik) memiliki proses pendidikan, pelatihan, dan
orientasi untuk setiap jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas
Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan
kompetensi staf
Kriteria:
• Memiliki proses orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien
sesuai tugas masing-masing
• Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam kegiatan training dan
memberikan pedoman jelas tentang pelaporan insiden
• Menyelenggarakan pelatihan teamwork

Sembilan Solusi Keselamatan Pasien


1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Look-alike, sound-alike,
Medication names)
2. Pastikan identitas pasien
3. Komunikasi yang benar saat serah terima/pengoperan pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube)
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan lnfeksi
nosokomial

Tujuh Langkah Keselamatan Pasien


1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
• Pastikan teman sekerja. merasa mampu berbicara mengenai kepedulian
mereka dan berani melaporkan bila ada insiden
• Demonstrasikan untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan
terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/Solusi yang tepat
2. Pim pin dan dukung staf
• Menjelaskan manfaat bagi mereka menjalankan gerakan keselamatan pasien
• Tumbuhkan sikap satria yang menghargai pelaporan insiden
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
• Bentuk forum untuk mendiskusikan isu keselamatan pasien
• Pastikan ada penilaian resiko pada individu pasie dalam proses asesmen
resiko
• Lakukan proses asesmen resiko secara berkala
4. Kembangkan sistem pelaporan
• Berikan semangat kepada teman sekerja untuk melaporkan insiden yang
memiliki nilai pembelajaran.
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
• Dukung dan hargai keterlibatan pasien/keluarga bila ada insiden
• Prioritaskan informasi kepada, pasien/keluarga bila ada insidedn dengan
infonnasi yang jelas dan benar
• Menunjukan empati kepada pasien/keluarga bila ada insiden
6. Belajar dan berbagi pengalamnn tentang keselamatan pasien
• Diskusikan hasil analisis insiden
• ldentifikasi kemungkinan dampak lain di masa depan
7. Cegah cedera dengan implementasi sistem keselamatan pasien

B. PELAPORAN INSIDEN
Metode dapat dilakukan untuk mengidentifikasi resiko, salah satunya dengan
mengembangkan sistem pelaporan dan analisis. Pelaporan insiden menjadi sangat
penting karena merupakan proses awal pembelajaran demi mencegah kejadian yang
sarna terulang lagi. Oleh sebab itu maka sistem pelaporan insiden diperlukan,
meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan,prosedur pelaporan yang harus
disosialisasikan pada seluruh karyawan.
Insiden-insiden yang perlu dilaporkan termasuk diantaranya kejadian yang sudah
terjadi, potensial terjadi ataupun nyaris terjadi. Maka diperlukan kerjasarna dan
partisipasi dari seluruh pihak baik dari tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien atau
siapapun yang pertama menemukan atau terlibat dalam suatu insiden. Selain itu perlu
diwaspadai berbagai masalah yang mungkin timbul dalam pelaporan insiden seperti
laporan dipersepsikan sebagai pekerja perawat disembunyikan (under report) karena takut
disalahkan, laporan sering terlarnbat diketahui, dan budaya menyalahkan (blame culture).
Dalarn sosialisasi sistem pelaporan, sebaiknya tenaga kesehatan dan staf diberikan
pelatihan, mulai dari maksud, tujuan, manfaat pelaporan, alur pelaporan, bagaimana
cara mengisi formulir laporan insiden , kapan harus melapor dan pengertian yang
digunakan dalam sistem pelaporan dan cara PROSES MANAJEMEN RESIKO KLINIS.
Manajemen resiko klinis dapat juga diartikan scbagai suatu pendekatan untuk
mengenal keadaan yang mencmpatkan pasicn podu suatu risiko dan tindakan untuk
mencegah terjadinya risiko tcrsc but (Sheenu Jhawar , Mid Stafford General Hospital,
UK), dengan proses scbagni berikut:
Menetapkan lingkup
Manajemen Resiko

Kajian resiko

Identifikasi resiko Monito


ring,
Komun
audit
ikasi
dan
dan
tinjauan
konsult Analisis resiko (review
asi pada
)
stakeho
dukung
lders
an
Evaluasi resiko internal
Tdk

Ya

Tindakan/treatment
terhadap resiko

Kajian Resiko (Risk Assessment)


Kajian resiko meliputi kegiatan identifikasi resiko, analisa resiko dan penilaian
resiko. ldentifikasi resiko dapat dilakukan melalui hasil audit, komplain, klaim, maupun
adanya insiden.
Analisis risiko dapat dilakukan secara proaktif untuk memperbaiki suatu
proses/prosedur pelayanan, dengan melakukan Failure Mode & Effect Analysis (FMEA),
yaitu suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan mengenali
model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur,melakukan penilaian
terhadap tiap model kesalahan/ kegagalan, dengan mencari penyebab terjadinya.,
mengenali akibat dari kegagalan/ kesalahan, dan mencari solusi dengan melakukan
perubahan desain/ prosedur.

Langkah-langkah membuat matrik FMEA adalah :


• Lakukan penilaian untuk tiap model kesalahan/kcgagalan
Sering tidaknya terjadi (occurrence): (0cc); 0 :tidak pcrnah, 10 sangat sering
Kegawatannya (severity): (SV); 0: tidak gawat, 10 sangat gawat Kemudahan untuk
terdeteksi (detectability): (D1) ; 0 : mudah dideteksi, 10: sangat sulit dideteksi

Tabel 1. Contoh Skala peringkat keparahan (S)


Dampak Kriteria Keparahan (S) Peringkat

Bahaya, Kegagalan - Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah


terjadi tanpa - Menghentikan pengoperasian 10
ada peringatan sistem produksi atau layanan jasa

Serius, Kegagalan - Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah


9
terjadi dengan - Menghasilkan produk atau
peringatan hasil jasa yang
membahayakan konsumen
- Mengganggu kelancaran sistem produksi atau
Ekstrem 8
layanan jasa
- Produk tidak dapat dioperasikan (100%
scrap) atau hasil jasa sangat tidak
memuaskan (0% tingkat kepuasan)
- Sedikit mengganggu kelancaran proses
produksi atau layanan jasa
Mayor 7
- Kinerja produk tidak sempurna tetapi masih
bisa difungsikan atau hasil jasa tidak cukup
memuaskan tetapi masih bisa diterima
konsumen
- Kinerja produk menurun karena beberapa
Signifikan 6
fungsi tertentu mungkin tidak beroperasi
atau Kinerja hasil jasa menurun karena
fungsi kenyamanan tidak terpenuhi
- Kinerja produk atau hasil jasa
Sedang 5
menurun tetapi masih bisa
diperbaiki
- Kinerja produk atau hasil jasa
Rendah 4
menurun tetapi tidak memerlukan
perbaikan
- Dampak kecil terhadap sistem produksi
Kecil 3
atau layanan jasa atau kinerja produk atau
hasil jasa – masih ada keluhan dari
beberapa konsumen
- Dampak sangat kecil terhadap sistem produksi
Sangat Kecil 2
atau layanan jasa atau kinerja produk atau hasil
jasa – masih ada keluhan hanya dari konsumen
tertentu
- Tidak ada dampak terhadap sistem
Tidak ada dampak 1
produksi atau layanan jasa maupun
produk atau hasil jasa
Sumber: dimodifikasi dan dialihbahasa dari Nuchpho, P., Pongpullponsak, A., Nansaarng, S.
(2014)

Tabel 2. Contoh Skala peringkat kemungkinan terjadinya kegagalan (O)


Peluang terjadi kegagalan Tingkat kemungkinan Peringkat
kegagalan**
Sangat tinggi dan ekstrem;
1 dari 2 10
kegagalan hampir tak
terhindarkan
Sangat tinggi; kegagalan
1 dari 3 9
berhubungan dengan proses
yang gagal sebelumnya
Tinggi: kegagalan terus berulang 1 dari 8 8
Relatif tinggi 1 dari 20 7
Sedang cenderung tinggi 1 dari 80 6
Sedang 1 dari 400 5
Relatif rendah 1 dari 2000 4
Rendah 1 dari 15,000 3
Sangat rendah 1 dari 150,000 2
Hampir tidak mungkin terjadi 1 dari 1,500,000 1
kegagalan
Sumber: dimodifikasi dan dialihbahasa dari Nuchpho, P., Pongpullponsak, A., Nansaarng, S. (2014)
** tingkat kemungkinan kegagalan menunjukan frekuensi dengan perbandingan, misalnya 1 kali
kegagalan dari 2 produk/layanan jasa yang dihasilkan atau 1 kali kegagalan dari 2 prosedur yang
dilakukan tim medis. Pembanding tersebut tidak mengikat dan dapat disesuaikan dengan proses yang
sedang dianalisis.

Tabel 3. Contoh Skala peringkat kemungkinan kegagalan deteksi (D)


Kemungkinan
Kriteria berdasarkan rancangan pengendalian
kegagalan Peringkat
saat ini
terdeteksi
Hampir mustahil Tidak ada kendali untuk mendeteksi potensi 10
kegagalan
Sangat Kecil Terdapat sangat sedikit kendali 9
untuk mendeteksi potensi kegagalan
Kecil Terdapat sedikit terdapat kendali 8
untuk mendeteksi potensi kegagalan
Sangat rendah Terdapat kendali tetapi sangat rendah 7
kemampuannya untuk mendeteksi potensi
kegagalan
Rendah Terdapat kendali tetapi rendah 6
kemampuannya untuk mendeteksi
potensi kegagalan
Sedang Terdapat kendali yang memiliki kemampuan 5
sedang/cukup untuk mendeteksi potensi
kegagalan
Agak tinggi Terdapat kendali yang memiliki kemampuan 4
sedang cenderung tinggi untuk mendeteksi
potensi kegagalan
Tinggi Terdapat kendali yang memiliki 3
kemampuan tinggi untuk mendeteksi
potensi kegagalan
Sangat tinggi Terdapat kendali yang memiliki kemampuan 2
sangat tinggi untuk mendeteksi potensi kegagalan
Hampir pasti Kendali hampir pasti dapat mendeteksi potensi 1
kegagalan
Sumber: dimodifikasi dan dialihbahasa dari Nuchpho, P., Pongpullponsak, A., Nansaarng, S. (2014)

Kajian Resiko dengan Analisa lnsiden


Kajian resiko dengan menindaklanjuti setiap adanya pelaporan merupakan
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien. Petugas
bersama dengan tim manajemen resiko di Klinik Bhakti Sandaan melakukan
upaya analisa matrik grading resiko untuk menanggapi setiap laporan insiden,
baik KTD, KNC, KPC, maupun kejadian sentinel yang terjadi di lingkungan
Klinik, untuk selanjutnya dilakukan tindak lanjut.
Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk
menentukan derajat risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabil itasnya .
a. Dampak (Consequences)
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang
dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal.
b. Probabilitas / Frekuensi /Likelihood
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya
insiden tersebut terjadi.

Penilaian Dampak Klinis / konsekuensi / Severity

Tingkat
Resiko Deskripsi Dampak
Warna
1 Tidak Tidak ada cedera
(Biru) Signifikan
2 Luka ringan misalnya Iuka lecet
Minor
(Hijau) Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
Cedera sedang misalnya Iuka robek
Berkurangnya fungsi motorik, sensorik, atau
3
Moderate psikologis atau intelektual yang bersifat
(Kuning)
reversibel, tidak berhubungan dengan penyakit
setiap kasus yang memperpanjang perawatan
Cedera luas / berat misalnya cacat,lumpuh
Kehilangan fungsi motorik, sensorik, atau
4
Major psikologis atau intelektual yang bcrsifat
(Jingga)
irreversibel, tidak berhubungan dengan
penyakit
5 Katas Kematian yang tidak berhubungan dengan
(Merah) tropik perjalanan penyakit

Penilaian Probabilitas/Frekuensi
Tingkat Resiko
Deskripsi
Warna
1 (biru) Sangat jarang/ Rare (>5 tahun/kali)
2 (hijau) Jarang/ Unikely (>2-5 tahun/kali)
3 (kuning) Mungkin/ Posible (1-2 tahun/kali)
4 (jingga) Sering/ Likely (beberapa kali/tahun)
5 ( merah) Sangat sering/ Almostcertain (tiap minggu/bulan)

Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel Matriks
Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari wama bands risiko.

Skor Resiko
Cara menghitung skor resiko:
Utuk menentukan skor resiko digunakan matriks resiko (table 3):
1. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
2. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan
3. Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antar frekuensi dan dampak

Matriks Grading Resiko


Tidak
Minor Moderat Mayor Katastropik
Probabilitas signifikan
2 3 4 5
1
5
sangat sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrem Ekstrem
(tiap minggu/bulan)
4
Sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrem Ekstrem
(beberapa kali/tahun)
3
Mungkin terjadi Rendah Moderat Tinggi Ekstrem Ekstrem
(1-2 tahun/kali)
2 Rendah Rendah
Jarang terjadi Moderat Tinggi Ekstrem
(>2-5 tahun/kali)
1 Rendah Rendah
Sangat jarang terjadi Moderat Tinggi Ekstrem
(>5 tahun/kali)

Insiden yang telah dihitung nilai matriks grading resikonya, maka dapat disimpulkan bands
resikonya untuk kemudian ditentukan tindak lanjutnya.

Bands Resiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat wama yaitu: Biru, Hijau,
Kuning dan Merah. Warna "bands" akan menentukan lnvestigasi yang akan dilakukan
 Bands BIRU dan HIJAU : investigasi sederhana/simple investigation
 Bands KUNING dan MERAH : investigasi Komprehensif / RCA

Tindakan sesuai Tingkat dan bands risiko


Level / bands Tindakan
Risiko ekstrim dilakukan RCA paling lama 45 hari
Ekstrim (sangat tinggi)
membutuhkan Tindakan segera, perhatian sampai ke direktur
Risiko tinggi dilakukan RCA paling lama 45 hari kaji
High (tinggi) dengan detail dan perlu Tindakan segera serta membutuhkan
perhatian top manajemen
Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling lama 2
Moderate (sedang) minggu. Manajer/pimpinan klinis sebaiknya menilai dampak
terhadap biaya dan Kelola risiko
Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana paling lama 1
Low (rendah)
minggu di selesaikan dengan prosedur rutin

Petugas segera melaksanakan tindak lanjut yang diperlukan setelah menerima laporan sesuai
dengan ketentuan di atas, dengan membuat Lembar Kerja Investigasi Sederhana atau dengan
melakukan RCA, dan memberikan basil analisa tersebut ke tim manajemen resiko untuk
dilakukan analisa ulang dan pelaporan.

Root Cause Analysis


Sebagai tindak lanjut insiden dengan bands resiko berwama kuning dan merah (high and
extreme) maka perlu dilakukan investigasi dengan Root Cause Analysis (RCA) melalui
mempelajari kejadian:
• menentukan masalah,
• mengwnpuJkan bukti-bukti yang nyata,
• melakukan wawancara,
• meneliti lingkungan kejad ian ,
• menggambarkan rantai terjadinya kejadian
• mengenali faktor-faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya kcjad ia n.
• mengenali kejadian-kejadian yang mengawali (trigger)
• melakukan analisis dengan menggunakan pohon masal ah/diagram tulang ikanuntuk
mengetahui kegiatan atau kondisi yang menyebabkan timbul kejadian,
• lanjutkan sehingga dapat dikenali sistem yang melatar belakangi timbulnyakejadian
atau sampai tidak beralasan lagi untuk melanjutkan
• mengidentifikasi akar-akar penyebab:
- Faktor manusia: kelalaian, incompetence, sistem pengelolaan sumberdaya manusia
termasuk reward system
- Sistem breakdown; system fail ure, system incapability
- Sistem pengendalian
- Sumber daya (fasilitas dan peralatan) dan manajemen surnber daya
• rumuskan pemyataan akar masalah
Susunan rencana tindakan dilakukan dengan menetapkan strategi yangtepat
untuk mengatasi penyebab yang diidentifikasi, dan dapat diterima oleh pihak yang
terkait dengan kejadi an. Rencana tindakan disusun untuk tiap akar penyebab
kejadian dan pengukuran untuk menilai efektifitas tindakan terhadap akar penyebab,
dan memerlukan persetujuan dari kepemimpinan dalam organisasi. Serta lakukan
pencatatan, la poran, dan evaluasi setiap kegiatan.

BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
Kepala Klinik secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi program keselamatan di
Klinik Bhakti Sandaan yang dilaksanakan oleh Tim Manajemen Resiko. Secara berkala setiap
bulan, tim manajemen resiko melakukan evaluasi kegiatan, serta perencanaan peningkatan mutu
keselamatan setiap tiga bulan, serta pembaruan berkala terhadap pedoman, kebijakan dan
prosedur yang digunakan setiap tahun (atau paling lama dua tahun).

20
BAB V
PENUTUP

Dengan adanya peningkatan tuntutan masyaraka·t terhadap pe]ayanan kesehatan maka


pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien dan tenaga kesehatan menjadi sangat penting. Melalui
kegiatan ini diharapkan dapat terjadi penurunan angka insiden sehingga dapat mcningkatkan
kcpcrcayaan masyarakat. ManajGmGn msiko dan program kGsGlamatan pasien dalam
pelayanan kesehatan di Klinik Pratama Mitra Sehat Mangunjaya memerlukan budaya termasuk
motivasi tinggi dari semua pihak. sehingga dapat berjalan secara berkesinambungan dan
berkelanjutan.

21

Anda mungkin juga menyukai