Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resiko adalah beberapa hal dan peristiwa yang bersifat mengganggu atau
menghambat tercapainya tujuan baik organisasi maupun perorangan. Resiko harus mampu
diprediksi dan dihadapi melalui sebuah sistem pengawasan dan perlindungan yang disebut
manajemen resiko. Pada fasilitas kesehatan lima isu penting terkait resiko adalah
Keselamatan pasien (Patient Safety ), keselamatan petugas kesehatan, keselamatan bangunan
dan alat yang berdampak pada keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan
yang beresiko pada pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis yang berpengaruh pada
kelangsungan hidup fasilitas kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2008). Keselamatan
pasien menjadi resiko yang harus menjadi perhatian utama karena pasien adalah pelanggan
yang harus menjadi fokus dan tujuan pelayanan. Keselamatan telah menjadi isu global bagi
fasilitas kesehatan. Maraknya isu malpraktek yang berujung tuntutan hukum kepada tenaga
kesehatan maupun fasilitas kesehatan sangat terkait dengan isu keselamatan pasien.
Dalam memberikan pelayanan di klinik didukung berbagai sumber daya mulai dari
keuangan, sarana –prasarana, alat, tekhnolgi, obat-obatan dan sumber daya manusia yang
terdiri dari berbagai macam profesi dan non profesi dimana kesemuanya berinteraksi secara
rutin selama 24 jam pelayanan. Kompleksitas dan rutinitas beresiko bagi terjadinya Insiden
Keselamatan Pasien mulai dari Kejadian potensial Cedera (KPC), Kejadian Nyaris Cedera
(KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) hingga Sentinel.
Insiden Keselamatan Pasien merupakan permasalahan kesehatan yang timbul dalam proses
pelayanan bukan karena dasar penyakitnya akibat pelayanan tidak dikelola dengan baik.
Keselamatan pasien menjadi resiko pelayanan yang harus diupayakan untuk diminimalisir
bahkan harus dicegah di Klinik.
Manajemen resiko klinis merupakan upaya untuk meminimalkan resiko klinis dan
meningkatkan keselamatan pasien dengan prinsip dasar identifikasi dan reduksi terhadap
resiko potensial, penyelidikan terhadap Insiden Keselamatan Pasien sehingga diketahui faktor
penyebab. Budaya meminimalkan resiko dan mengupayakan keselamatan pasien perlu
dibangun di setiap unit kerja. Pimpinan fasilitas kesehatan harus menyadari pentingnya
manajemen resiko klinis agar terdapat kebijakan yang jelas dan setiap staf memahami peran
masing-masing sehingga manajemen resiko terinegrasi pada setiap penyelenggaraan
pelayanan klinis
B. Tujuan Umum:
Meningkatkan mutu pelayanan melalui pelaksanaan Manajemen Resiko dan Keselamatan
Pasien yang sistematik dan terarah

Tujuan Khusus:
1. Meminimalisir resiko terjadinya Insiden Keselamatan Pasien
2. Menciptakan budaya kerja yang senantiasa memperhatikan keselamatan pasien
3. Meningkatkan akuntabilitas klinik terhadap pasien dan masyarakat

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup manajemen resiko layanan klinis yang ada di Klinik Bhayangkara Polresta
Denpasar meliputi:
1. Resiko yang berhubungan dngan pasien / pengunjung klinik
2. Resiko yang berhubungan dengan metode petugas kesehatan
3. Resiko yang berhubungan dengan staf lainya
4. Resiko yang berhubungan dengan peralatan atau metode yang digunakan dalam
memberikan pelayanan klinis
D. Sasaran
Seluruh staf Klinik Bhayangkara Polresta Denpasar
BAB II
PENGERTIAN

A. Resiko
Kerugian yang mungkin terjadi pada suatu satuan waktu atau kegiatan.
B. Manajemen Resiko
Proses mengenal, mengevaluasi, mengendalikan, meminimalkan risiko dalam suatu
organisasi secara menyeluruh (NHS)
C. Commission
Melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukan
D. Omission
Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
E. Kesalahan Medis (Medical Errors)
Kesalahan yang terjadi pada proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya
suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuan.
F. Kejadian Potensial Cedera (KPC)
Kondisi yang beresiko menimbulkan cedera , tetapi belum terjadi cedera
G. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss
Suatu keslahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil , yang dapat mencederai pasien , tetapi cidera serius tidak terjadi
karena keberuntungan, pencegahan atau peringanan
H. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
Insiden yang sudah terpapar ke pasien tapi tidak menimbulkan cedera
I. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event
Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil dan bukan karena penyakit dasar
atau kondisi pasien. Kesalahan dapat diakibatkan kesalahan medis atau bukan kesalahan
medis karena tidak dapat dicegah.
J. Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
Insiden yang mengakibatkan cedera serius (kematian, kehilangan fungsi yang tidak terkait
penyakit, salah tempat/salah prosedur pasien bedah, bayi salah orang tua/diculik)
K. Penilaian Keparahan (Severity Assessment)
Suatu metode untuk menentukan tingkat keparahan resiko dengan cara menilai dampak
dan probabilitas resiko
L. Analisa Akar Masalah (Root Cause Analysis)
Suatu proses terstruktur untuk mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor yang
berpengaruh terhadap penyimpangan kinerja termasuk insiden keselamatan pasien
M. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Suatu metode analisa potensi kesalahan atau kegagalan dalam suatu proses , dan potensi
yang teridentifikasi akan diklasifikasikan menurut besarnya potensi kegagalan dan
efeknya terhadap proses.
N. Area Prioritas
Area yang akan menjadi sasaran utama untuk diperbaiki
BAB III
TATA LAKSANA

A. Proses Manajemen Resiko


Manajemen Resiko adalah proses berkesinambungan dan berkelanjutan. Resiko
mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi yang terus menerus
berubah dan diidentifikasi. Program manajemen resiko menggunakan 5 tahapan proses
yaitu;
1. Tetapkan konteks
2. Identifikasi resiko
3. Analisis Resiko
4. Evaluasi Resiko
5. Kelola Resiko

Konteks/ lingkup
Manajemen risiko

Identifikasi risiko
Komunikasi
dan
Konsultasi Monitoring
pd Analisis risiko audit dan
Stakeholde Tinjauan
rs &
Dukungan (review)
internal
Evaluasi risiko

Penanganan/
treatment risiko

1. Tetapkan Konteks
Pada tahapan ini identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan
klinik dan strategi program manajemen resiko layanan kesehatan yang efektif.
Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses manajemen resiko
harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas resiko dan konsekuensi potensial yang dapat
timbul dari pengaruh internal dan eksternal.

2. Identifikasi Resiko

Pelayanan kesehatan merupakan proses pelayanan yang kompleks yang


melibatkan berbagai profesi kesehatan dan non kesehatan, berbagai alat dan teknologi
kesehatan dan berbagai sumbr daya lain. Identifikasi resiko merupakan upaya penting
yang harus dilakukan agar resiko dapat diketahui dan bila mungkin dicegah agar tak
terjadi kerugian yang tidak diharapkan . Identifikasi resiko dilakukan dengan cara:

a. Audit
Audit merupakan kegiatan mengumpulkan informasi faktual dan signifikan
melalui interaksi secara sistematis (pemeriksaan, pengukuran dan penilaian
yang berujung pada penarikan kesimpulan), objektif dan terdokumentasi yang
berorientasi pada azas penggalian nilai atau manfaat dengan cara
membandingkan antar standar yang telah disepakati bersama dengan apa
yang dilaksanakan/diterapkan di lapangan. Audit bermanfaat untuk
pengambilan keputusan guna perbaikan, meningkatkan efisiensi dan
efektifitas fungsi organisasi. Audit dilakukan secara internal oleh Tim Mutu
dan Keselamatan Pasien. Kriteria audit sesuai dengan sasaran keselamatan
pasien terutama pada unit prioritas yang ditetapkan.
b. Keluhan Pelanggan
Keluhan pelanggan terkait keselamatan pasien merupakan sumber informasi
penting yang harus dikelola secara baik. Dicatat dan dikomentasikan oleh
unit terkait dan dilaporkan kepada tim mutu untuk selanjutnya dilakukan
analisa dan dilakukan tindak lanjut.
c. Insiden
Insiden keselamatan pasien yang terdiri dari Kejadian Potensial Cidera
(KPC), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), Kejadian Tidak Cidera (KTC),
Kejadian Tidak Diharapakan (KTD) dan Kejadian Sentinel dicatat dan
dilaporkan oleh unit terkait kepada Tim Mutu untuk dianalisa dan dilakukan
tindak lanjut.
d. Curah pendapat
Segala hal yang terkait resiko keselamatan pasien dilakukan identifikasi
melalui curah pendapat unit terkait melalui rapat tinjauan manajemen atau
pertemuan lain sesuai metoda komunikasi dan evaluasi yang ditetapkan. Curah
pendapat meliputi meliputi apa yang dapat terjadi, kapan bisa terjadi dan dan
faktor-faktor terkait terjadinya resiko.
3. Analisa Resiko
Resiko yang telah diidentifikasi dilakukan analisa untuk menentukan langkah
tindak lanjut. Analisa resiko merupakan proses mengenali penyebab , menentukan
estimasi terkait kemungkinan terjadi dan seberapa berat akibat dan potensi
kegawatannya.
Dilakukan dengan cara :

a. Severity assessment
Menentukan tingkat keparahan risiko dengan menggunakan variabel dampak
dan probabilitas resiko
Dampak Resiko :

Tingkat Dampak Diskripsi


Resiko
1 Tak Tidak ada cedera
signifikan
2 Minor  Cidera ringan (misal luka lecet),
 Dapat diatasi dengan P3K
3 Moderat  Cedera sedang (missal luka robek)
 Berkurangnya fungsi
motorik/sensorik/psikologis atau
intelektual reversibel dan tidak
berhubungan dengan penyakit
 Setiap kasus yg memperpanjang perawatan

4 Mayor  Cedera luas/berat ( missal cacat, lumpuh)


 Kehilangan fungsi motorik/sensorik/
psikologis atau intelektual ireversibel dan
tidak berhubungan dengan penyakit
5 Katastropik Kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit

Probabilitas Resiko
Tingkat Resiko Probabalitas Diskripsi
5 Frequent Sangat sering terjadi (Tiap minggu/bulan)
4 Probable Sering terjadi (bbrp kali/tahun)
3 Possible Mungkin terjadi (1 - < 2 tahun/kali)
2 Unlikely Jarang terjadi (> 2 - < 5 th/kali)
1 Rare Sangat jarang terjadi ( > 5 thn/Kali)

4. Evaluasi Resiko
Resiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor
dan grading yang dapat dianalisis. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan
pengetahuan yang sesuai, dan meliputi prosses menilai secara obyektif
berat/dampak/akibat dan menetukan suatu skor, menilai secara obyektif
kemungkinan/peluang/frekuensi suatu peristiwa terjadi dan menentukan suatu skor,
Matriks Grading Resiko
Dampa Tak Minor Moderat Mayor Katastropik
k Significant
1 2 3 4 5
Probabitas
Frequent 5 Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
Probable 4 Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
Possible 3 Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
Unlikely 2 Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
Rare 1 Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim

Grading Tindakan
Ekstrim Dilakukan RCA paling lama 45 hari, membutuhkan
(Sangat Tinggi) tindakan segera, perhatian sampai ke Kepala Klinik.
High (Tinggi) Dilakukan RCA paling lama 45 hari, perlu tindakan
segera, perhatian sampai ke Kepala Klinik.
Moderate (Sedang) Dilakukan investigasi sederhana paling lama 2 minggu.
Penanggungjawab tiap unit menilai dampak terhadap
bahaya & kelola risiko
Low (Rendah) Dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu
diselesaikan dengan prosedur rutin

b. Root Cause Analysis (RCA)


Root Cause Analysis (RCA) adalah analisa terhadap penyebab resiko yang
terjadi. Dilakukan bila hasil Severity Analysis adalah tingkat Tinggi (High)
dan Sangat Tinggi (Ekstrim).
Analisa akar masalah dilakukan melalui langkah-langkah :
1) Membentuk Tim RC
2) Mempelajari kejadian
3) Melakukan analisa penyebab
4) Menyusun rencana tindakan
5) Melaporkan proses analisa dan tindakan
Mempelajari kejadian:
1) Menentukan masalah,
2) Mengumpulkan bukti-bukti yang nyata,
3) Melakukan wawancara,
4) Meneliti lingkungan kejadian,
5) Menggambarkan rantai terjadinya kejadian
6) Mengenali faktor-faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya
kejadian
7) Mengenali kejadian-kejadian yang mengawali (trigger)

Melakukan analisa penyebab :


1) Melakukan analisis dengan menggunakan pohon masalah/diagram
tulang ikan untuk mengetahui kegiatan atau kondisi yang
menyebabkan timbul kejadian,
2) Analisa dilanjutkan sehingga dapat dikenali sistem yang melatar
belakangi timbulnya kejadian atau sampai tidak beralasan lagi untuk
melanjutkan Mengidentifikasi akar-akar penyebab:
 Faktor manusia: kelalaian, incompetence, sistem pengelolaan
sumber
daya manusia termasuk reward system
 System breakdown, system failure, system incapability
 Sistem pengendalian
 Sumber daya (fasilitas dan peralatan) dan manajemen sumber daya

Merumuskan pernyataan akar masalah :


1) Kegagalan aktif: pelanggaran yang sengaja dilakukan oleh seseorang
2) Kondisi laten: breakdown dari proses atau sistem . Contoh,
 Kurangnya pendidikan
 Gagal mengikuti prosedur
 Alat yang rusak
 Disain yang tidak tepat, dsb

c. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)


Adalah suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan
mengenali model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur,
melakukan penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan, dengan
mencari penyebab terjadinya, mengenali akibat dari kegagalan/kesalahan, dan
mencari solusi dengan melakukan perubahan disain/prosedur . Failure Mode
and Effect Analysis (FMEA) dilakukan jika tidak ada kejadian atau insiden
keselamatan pasien , tetapi akan memperbaiki suatu sistem agar risiko
menjadi minimal
Langkah-langkah FMEA :
1) Bentuk tim FMEA: orang-orang yang terlibat dalam suatu proses
2) Tetapkan tujuan, keterbatasan, dan jadual tim
3) Tetapkan peran dari tiap anggota tim
4) Gambarkan alur proses yang ada sekarang
5) Kenalilah Failure modes pada proses tersebut
6) Kenalilah penyebab terjadinya failure untuk tiap model
kesalahan/kegagalan
7) Kenalilah apa akibat dari adanya failure untuk tiap model
kesalahan/kegagalan
8) Lakukan penilaian untuk tiap model kesalahan/kegagalan:
 Occ : Sering tidaknya terjadi (occurrence)
1= tidak pernah, 10= sangat sering
 SV : Kegawatannya (severity): (SV)
1= tidak gawat, 10= sangat gawat
 DT : Kemudahan untuk terdeteksi (detectability)
1= mudah dideteksi, 10= sangat sulit dideteksi
9) Hitung Risk Priority Number (RPN) dengan mengkalikan: Occ x SV x DT
10) Tentukan batasan (cut-off point) RPN yang termasuk prioritas dengan cara
pareto
11) Tentukan kegiatan untuk mengatasi (design action/solution)
12) Tentukan cara memvalidasi apakah solusi tersebut berhasil
13) Gambarkan alur yang baru dengan adanya solusi tersebut
14) Hitung kembali RPN sesudah dilakukan solusi perbaikan

Occurrence Rating Scale


Nilai Penjelasan Pengertian
10 Kemungkinan terjadinya Kesalahan terjadai paling tidak sekali
dapat dipastikan sehari atau hampir setiap saat
9 Hampir tidak dapat Kesalahan dapat diprediksi terjadi atau
dihindarkan terjadi setiap 3 sampai 4 hari

8 Kemungkinan terjadai Kesalahan sering terjadi atau terjadi paling


7 sangat tingggi tidak seminggu sekali
6 Kemungkinan terjadi Kesalahan terjadi sekali sebulan
5 tinggi sedang
4 Kemungkinan terjadi Kesalahan kadang terjadi, atau sekali tidap
3 sedang tiga bulan
2 Kemungkinan terjadi Kesalahan jarang terjadi atau terjadi sekitar
rendah sekali setahun
1 Kemungkinan terjadi Kesalahan hampir tidak pernah terjadi,
amat sangat rendah atau tidak ada yang ingat kapan terakhir
terjadi

Severity Rating Scale


NIlai Penjelasan Pegertian
10 Amat sangat Kesalahan yang dapat menyebabkan kematian
berbahaya pelanggan dan kerusakan sistem tanpa tanda-
tanda yang mendahului

9 Sangat berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera


8 berat/permanen pada pelanggan atau gangguan
serius pada sistem yang dapat menghentikan
pelayanan dengan adanya tanda yang
mendahului

7 Berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera


ringan sampai sedang dengan tingkat ketidak
puasan yang tinggi dari pelanggan dan/atau
menyebabkan ganggung sistem yang
membutuhkan perbaikan berat atau kerja ulang
yang signifikan

6 Berbahaya sedang Kesalahan berakibat pada cedera ringan dengan


5 sedikit ketidak puasan pelanggan dan/atau
menimbulkan masalah besar pada sistem
4 Berbahaya ringan Kesalahan menyebakan cedera sangat ringan
3 sampai sedang atau tidak cedera tetapi dirasakan mengganggu
oleh pelanggan dan/atau menyebabkan masalah
ringan pada sistem yang dapat diatasi dengan
modifikasi ringan
2 Berbahaya ringan Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan
pelanggan tidak menyadari adanya masalah
tetapi berpotensi menimbulkan cedera ringan
atau tidak berakibat pada sistem

1 Tidak berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan tidak


berdampak pada sistem

Detection Rating Scale

Nilai Penjelasan Pengertian


10 Tidak ada peluang untuk Tidak ada mekanisme untuk mengetahui
diketahui adanya kesalahan
9 Sangat sulit diketahui Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi
8 yang menyeluruh, tidak feasible dan tidak
segera dapat dilakukan
7 Sulit diketahui Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi
6 manual atau tidak ada proses yang baku
untuk mengetahui, sehingga ketahuan
karena kebetulan
5 Berpeluang sedang untuk Ada proses untuk double checks atau
diketahui inspeksi tetapi tidak otomatis atau
dilakukan secara sampling
4 Berpeluang tinggi untuk Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin
3 diketahui tetapi tidak otomatis
2 Berpeluang sangat tinggi Dipastikan ada proses inspeksi rutin yang
untuk diketahui otomatis
1 Hampir dipastikan untuk Ada proses otomatis yang akan
diketahui menhentikan proses untuk mencegah
kesalahan

5. Evaluasi Resiko
Menilai apakah perlu tindakan terhadap resiko atau tidak. Tindakan yang
dilakukan berdasarkan hasil Severity Analysis. Pada tingkat sangat tinggi
(Ekstrim) dan Tinggi (High) dilakukan Root Cause Analysis (RCA) untuk
menentukan akar permasalahan. Pada tingkat sedang (Moderate) dan rendah
(Low) dilakukan investigasi sederhana dan diselesaikan dengan prosedur rutin
yang ditetapkan.

4. Penentuan Area Prioritas


Dengan keterbatasan sumber daya yang dimilki, perbaikan mutu layanan klinis
perlu diprioritaskan pada area yang ingin diperbaiki. Area prioritas ditetapkan
secara bersama-sama oleh tenaga pemberi layanan klinis dan pengelola klinik
berdasarkan kriteria high risk, high volume, high cost dan kecenderungan terjadi
masalah

Area / High High High Problem Total Prioritas


Unit Risk Volume Cost Prone
Kerja

B. Tindakan terhadap resiko


Menetapkan strategi yang tepat terhadap resiko yang telah diidentifikasi dan dianalisa.
Rencana tindak lanjut dilakukan bila hasil severity analysis sangat tinggi dan tinggi.
Rencana tindakan untuk mengatasi penyebab masalah yang telah teridentifikasi melalui
Root Cause Analysis (RCA) , dapat diterima oleh pihak yang terkait dengan kejadian serta
mendapatkan persetujuan dari Kepala Puskesmas. Rencana tindakan disusun untuk tiap
akar penyebab kejadian.
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencatatan dilakukan terhadap setiap tahap kegiatan yang dilaksanakan terkait


manajemen resiko dan keselamatan pasien. Pencatatan dan pelaporan manajemen resiko dan
keselamatan pasien bertujuan memberikan data informasi yang dibutuhkan sebagai bahan
perencanaan, monitoring dan evaluasi guna perbaikan berkelanjutan. Jenis Pelaporan dan
pencatatan Manajamen Resiko meliputi identifikasi, tindakan koreksi , analisa dan tindak
lanjut pada setiap kejadian resiko.

Anda mungkin juga menyukai