Anda di halaman 1dari 29

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


HARAPAN DAN DOA KOTA BENGKULU
NOMOR TAHUN 2022
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO DI RSUD HARAPAN DAN
DOA KOTA BENGKULU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Risiko adalah suatu ketidakpastian yang berdampak bagi keberlangsungan suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya, risiko dapat dikaji dari frekuensi terjadinya
(occurance), dampak yang diakibatkannya (severity) serta mudah sulitnya suatu risiko
teridentifikasi (detectable) (Jones, 2013).
Rumah sakit adalah salah satu tempat yang paling berbahaya dimana banyak risiko terjadi
(Occupational Safety and Health Administration, 2013). Rumah Sakit merupakan area
pengendalian yang luas dan unik dimana terdapat area klinis dan non-klinis sehingga
pengendalian risiko yang tepat dilakukan di Rumah Sakit adalah melalui manajemen risiko.
Manajemen risiko di Rumah Sakit adalah suatu proses untuk mengelola risiko risiko
perusahaan/rumah sakit secara menyeluruh (firm-wide basis) yang menjangkau berbagai
jenis risiko, lokasi dan aktivitas bisnis (Jones, 2013).
Rumah Sakit Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu adalah area pengendalian
bagi Manajemen Risiko di Rumah Sakit sehingga pedoman pelaksanaan secara menyuluruh
dan sistematis mengenai ini perlu ditetapkan demi terciptanya tujuan manajemen risiko serta
tujuan organisasi.
Dari uraian di atas maka Panduan Manajemen Risiko di Rumah Sakit Umum Daerah
Harapan dan Doa Kota Bengkulu disusun, ditetapkan, dan disosialisasikan untuk dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya.

B. Maksud
Maksud manajemen risiko di RSUD Harapan dan Doa Kota Bengkulu adalah
mengupayakan suatu kegiatan yang dilakukan rumah sakit yang dirancang untuk mencegah
cidera dan kerugian dengan menjaga keamanan dan keselamatan bagi pasien, pengunjung,
dan staf serta menjamin terlaksananya “Good Governance” di RSUD Harapan dan Doa Kota
Bengkulu, demi terpenuhinya standard-standard Akreditasi Rumah Sakit serta Sistem
Pengendalian Internal Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi. Manajemen risiko dilakukan
dengan mengenali kelemahan dalam sistem dan memperbaiki kelemahan tersebut (dilakukan
dengan menerapkan no blame culture).

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 1


C. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RSUD Harapan dan Doa Kota Bengkulu.
2. Meningkatkan akuntabilitas.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD).
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian yang tidak diharapkan.
5. Meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Dengan adanya
antisipasi risiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternatif penyelesaiannya.
6. Melindungi pasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan lainnya.

BAB II
DEFINISI MANAJEMEN RISIKO DI RUMAH SAKIT

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 2


Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.
Manajemen risiko di rumah sakit adalah kegiatan pengendalian yang menyeluruh berupa
identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan
rumah sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri sesuai standard Akreditasi dan SPIP (Sistem
Pengendalian Internal Pemerintahan). Manajemen Risiko Korporasi di Rumah Sakit ini sifatnya
terintegrasi dan diterapkan terhadap semua jenis pelayanan dirumah sakit pada setiap level.
Jika risiko sudah dinilai dengan tepat, maka proses ini akan membantu rumah sakit,
pemilik dan para praktisi untuk menentukan prioritas dan perbaikan dalam pengambilan
keputusan untuk mencapai keseimbangan optimal antara risiko, keuntungan dan biaya.
Dalam praktek, manajemen risiko terintegrasi berarti:
1. Menjamin bahwa rumah sakit menerapkan system yang sama untuk mengelola semua fungsi-
fungsi manajemen risikonya, seperti patient safety, kesehatan dan keselamatan kerja,
keluhan, tuntutan (litigasi) klinik, litigasi karyawan, serta risiko keuangan dan lingkungan.
2. Jika dipertimbangkan untuk melakukan perbaikan, modernisasi dan clinical governance,
manajemen risiko menjadi komponen kunci untuk setiap desain proyek tersebut.
3. Menyatukan semua sumber informasi yang berkaitan dengan risiko dan keselamatan, contoh:
“data reaktif” seperti insiden patient safety, tuntutan litigasi klinis, keluhan, dan insiden
kesehatan dan keselamatan kerja, “data proaktif” seperti hasil dari penilaian risiko;
menggunakan pendekatan yang konsisten untuk pelatihan, manajemen, analysis dan
investigasi dari semua risiko yang potensial dan kejadian aktual.

4. Menggunakan pendekatan yang konsisten dan menyatukan semua penilaian risiko dari semua
jenis risiko di rumah sakit pada setiap level.
5. Memadukan semua risiko ke dalam program penilaian risiko dan risk register
6. Menggunakan informasi yang diperoleh melalui penilaian risiko dan insiden untuk menyusun
kegiatan mendatang dan perencanaan strategis.

BAB III
RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko adalah sebuah tim yang dikoordinir bersama oleh seksi mutu dan
akreditasi serta komite peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Secara umum, proses
manajemen risiko terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 3


A. Menetapkan Konteks
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam menetapkan konteks yaitu:
1. Definisikan tujuan dan sasaran kegiatan manajemen resiko
2. Definisikan tanggung jawab dan ruang lingkup
3. Deskripsikan faktor penghambat dan pendukung
4. Struktur organisasi manajemen resiko

B. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan cedera,
tuntutan atau kerugian secara finansial. Identifikasi akan membantu langkah-langkah yang
akan diambil manajemen terhadap risiko tersebut.
Instrument:
 Laporan kejadian-kejadian (KTD + KNC + Kejadian Sentinel + dan lain-lain);
 Review Rekam Medik (Penyaringan Kejadian untuk memeriksa dan mencari
penyimpangan-penyimpangan pada praktik dan prosedur);
 Pengaduan (Complaint) pelanggan;
 Survey/Self Assesment, dan lain-lain.

Pendekatan terhadap identifikasi risiko meliputi:


 Brainstorming
 Mapping out proses dan prosedur perawatan atau jalan keliling dan
menanyakan kepada petugas tentang identifikasi risiko pada setiap lokasi.
 Membuat checklist risiko dan menanyakan kembali sebagai umpan balik.
C. Penilaian risiko (Risk Assesment)
Penilaian risiko merupakan proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya risiko
yang dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko. Rumah sakit harus
punya Standard yang berisi Program Risk Assessment tahunan, yakni Risk Register:
 Risiko yg teridentifikasi dalam 1 tahun;
 Informasi Insiden keselamatan Pasien, klaim litigasi dan komplain, investigasi eksternal
& internal, external assessments dan Akreditasi;

 Informasi potensial risiko maupun risiko actual (menggunakan RCA & FMEA) (Joint
Commission International Resources, 2010).

Penilaian risiko Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat termasuk
Pasien dan publik dapat terlibat bila memungkinkan. Area yang dinilai:
 Operasional;
 Finansial;
 Sumber daya manusia;

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 4


 Strategik;
 Hukum/Regulasi;
 Teknologi;

Manfaat manajemen risiko terintegrasi untuk rumah sakit


 Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko terhadap pasien
dapat dinilai dengan tepat.
 Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area risiko yang lain.
 Pendekatan yang konsisten untuk identifikasi, analisis dan investigasi untuk semua risiko,
yaitu menggunakan RCA.
 Membantu RS dalam memenuhi standar-standar terkait, serta kebutuhan clinical
governance.
 Membantu perencanaan RS menghadapi ketidakpastian, penanganan dampak dari
kejadian yang tidak diharapkan, dan meningkatkan keyakinan pasien dan masyarakat.

Risk Assessment Tools yang digunakan dalam menangani risiko yang terjadi :
 Root Cause Analysis;
 Failure Mode and Effect Analysis.

D. Evaluasi Risiko
Terdiri dari ranking resiko, prioritas resiko, analisis cost benefit, dan tentukan apakah resiko
akan diterima atau tidak. Keputusan untuk menerima resiko dan pengelolaannya berdasarkan
pertimbangan berikut:
 Kriteria klinis, operasional, teknis, kemanusiaan, kebijakan, dan tujuan
 Sasaran dan kepentingan stake holder, keuangan, hukum, dan social.

E. Pengelolaan Risiko Untuk Meminimakan Kerugian (Risk Control)

Pengelolaan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang dapat


mengurangi atau meniadakan dampak serta kemungkinan terjadi risiko. Teknik
penanganan resiko antara lain:
 Pengendalian
Merupakan upaya-upaya untuk mengubah risiko yang merupakan langkah- langkah
antisipatif yang direncanakan dan dilakukan secara rutin untuk mengurangi risiko.
 Penanganan
Merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi risiko jika tindakan
pengendalian belum memadai. Dapat juga bermakna langkah- langkah yang telah

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 5


direncanakan dan akan dilakukan apabila risiko benar- benar terjadi.

Sementara menurut NHS (National Health System) pengelolaan risiko dapat dijabarkan
sebagai berikut.
 Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada dengan
mempertimbangkan keuntungan lebih besar daripada kerugian;
 Mentolerasi risiko;
 Mentransfer risiko pada pihak ke 3 seperti asuransi;
 Menghentikan aktivitas yang menimbulkan risiko.
Opsi Perlakuan Risiko
Klasifikasi Jenis Pengendalian
 Menghentikan kegiatan
Menghindari risiko
 Tidak melakukan kegiatan
 Membuat Kebijakan
 Membuat SPO
 Mengganti atau membeli alat
 Mengembangkan sistem informasi
 Melaksanakan prosedur
Mengurangi risiko  Pengadaan, Perbaikan dan pemeliharaan bangunan dan
instrumen yang sesuai dengan persyaratan
 Pengadaan bahan habis pakai sesuai dengan prosedur
dan persyaratan
 Pembuatan dan pembaruan prosedur, standar dan check-
list, Pelatihan penyegaran bagi personil, seminar,
pembahasan kasus, poster, stiker

Mentransfer risiko  Asuransi

 Mengambil kesempatan dengan kondisi


Mengeksploitasi risiko
yang ada dengan mempertimbangkan
keuntungan lebih besar daripada kerugian
 Tidak melakukan tindakan pengendalian apapun
Menerima risiko

F. Membangun Upaya Pencegahan


Dalam hal ini adalah monitoring dan review. Monitoring adalah pemantauan rutin terhadap
kinerja aktual proses manajemen risiko dibandingkan dengan rencana atau harapan yang
akan dihasilkan. Review adalah peninjauan atau pengkajian berkala atas kondisi saat ini dan
dengan fokus tertentu.

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 6


BAB IV
TATA LAKSANA MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko di Rumah Sakit Umum Harapan dan Doa Kota Bengkulu adalah
sebuah tim yang dikoordinir oleh Seksi Mutu dan Akreditasi serta Komite Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien (PMKP). Secara umum, proses manajemen risiko meliputi 5 (lima) kegiatan,
yaitu:
1. Komunikasi dan konsultasi;
2. Penetapan konteks;
3. Penilaian risiko;
4. Penanganan risiko;
5. Monitoring dan reviu.

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 7


Hal ini sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini:

Proses Manajemen Risiko


PENETAPAN KONTEKS

PENILAIAN RISIKO

IDENTIFIKASI RISIKO
KOMUNIKASI DAN
KONSULTASI MONITORING
DAN
ANALISIS RISIKO REVIU

EVALUASI RISIKO

PENANGANAN RISIKO

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2019 tentang Penerapan
Manajemen Risiko Terintegrasi Di Lingkungan Kementerian Kesehatan
1. Komunikasi dan Konsultasi
Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 8
Komunikasi risiko secara umum dapat diartikan sebagai proses interaktif dalam hal tukar
menukar informasi dan pendapat yang mencangkup multi pesan mengenai risiko dan
pengelolaannya.
Bentuk komunikasi dan konsultasi dapat berupa:
a. Rapat berkala;
b. Rapat incidental;
c. Seminar/sosialisasi/workshop; dan
d. Forum pengelola risiko.

2. Penetapan Konteks
Dalam menetapkan konteks dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Melakukan analisis secara umum tentang situasi internal dan eksternal terkait dengan
perkiraan scenario keterjadian pernyataan risiko.
2) Memanfaatkan informasi dari berbagai sumber untuk melakukan analisis situasi internal
dan eksternal.
3) Memahami tujuan satuan kerja melalui Rencana Strategis dan Rencana
Kinerja/Penetapan Kinerja yang telah disusun.
4) Memahami jumlah dan jenis risiko yang siap ditangani arau diterima organisasi dan
kesiapan organisasi untuk menanggung risiko setelah perlakuan risiko dalam upaya
mencapai sasaran.

Satuan kerja harus menetapkan kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi signifikan
risiko. Factor yang harus dipertimbangkan dalam mendefinisikan kriteria risiko sebagai
berikut:
1) Sifat dan jenis sebab dan akibat yang dapat terjadi dan bagaimana dapat diukur;
2) Bagaimana kemungkinan akan diidentifikasi;
3) Jangka waktu dari kemungkinan dan/atau konsekuensi;
4) Bagaimana tingkat risiko ditentukan;
5) Pandangan dari pemangku kepentingan;
6) Tingkatan atau bobot risiko yang dapat diterima atau ditoleransi, dan
7) Apakah kombinasi dari beberapa risiko harus diperhitungkan, apabila
demikian, bagaimana dan kombinasi apa yang harus dipertimbangkan.

3. Penilaian Risiko
a. Identifikasi Risiko
Setiap pemilik risiko harus mengidentifikasi sumber risiko, area dampak, peristiwa
(termasuk perubahaan keadaan), penyebabnya dan konsekuensi potensi risiko. Tujuan
dari langkah ini adalah untuk menghasilkan daftar lengkap risiko berdasarkan peristiwa
yang mungkin mendukung, meningkatkan, mencegah, menurunkan, mempercepat atau
menunda pencapaian tujuan.

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 9


Untuk melaksanakan identifikasi risiko di lingkungan kerja masing-masing dilakukan
dengan langkah sebagai berikut:
1) Memahami dan mengidentifikasi kegiatan utama unit kerja;
2) Mengidentifikasi tujuan dari masing-masing kegiatan tersebut;
3) Mengumpulkan data dan informasi tentang risiko yang mungkin terjadi atas kegiatan
tersebut, baik risiko yang pernah maupun yang belum pernah terjadi;
4) Mencari penyebab dari risiko-risiko yang telah diidentifikasi untuk mendapatkan
penyebab utamanya;
5) Mengidentifikasi apakah penyebab tersebut sifatnya dapat dikendalikan (controllable)
atau tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) bagi unit kerja.
6) Mengidentifikasi dampak jika risiko tersebut terjadi.
7) Mengisi hasil butir (a) – (f) dalam formulir identifikasi risiko dan memperbaharui
setiap saat terjadi pernyataan risiko. Identifikasi pernyataan risiko dapat dilakukan
dengan mendasarkan pada hasil penilaian risiko sebelumnya dengan penyelarasan
terhadap perkembangan situasi lingkungan internal dan eksternal yang terjadi.

b. Analisis Risiko
Analisis risiko melibatkan pertimbangan penyebab dan sumber risiko, konsekuensi
positif dan negative dan kemungkinan konsekuensi yang dapat terjadi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi konsekuensi dan kemungkinan harus diidentifikasi. Risiko dianalisis
dengan menentukan konsekuensi dan kemungkinan potensi dan atribut lain dari risiko.
Kepercayaan dalam penentuan tingkat risiko dan kepekaan terhadap prasyarat dan
asumsi harus dipertimbangkan dalam analisis, dan dikomunikasikan secara efektif
kepada para pembuat keputusan dan pemangku kepentingan lainnya
jika diperlukan. Untuk melaksanakan analisis risiko di lingkungan kerja masing-
masing, dengan urutan langkah sebagai berikut:
1) Dapatkan data hasil identifikasi risiko.
2) Lakukan evaluasi atas kecukupan disain dan penyelenggaraan sistem pengendalian
intern yang sudah ada.
3) Ukur tingkat probabilitas terjadinya risiko.
4) Ukur tingkat besaran dampak jika risiko terjadi.
5) Hitung tingkat/level risiko, yaitu perkalian probabilitas dengan dampak.
6) Buat peringkat risiko untuk menentukan apakah risiko tersebut
termasuk risiko sangat rendah, rendah, sedang, tinggi atau sangat tinggi.
7) lsikan hasil langkah (a) - (f) ke dalam formulir analisis risiko.

Dari risiko-risiko tersebut di atas, selanjutnya dibuat peta risiko Perangkat yang
dibutuhkan dalam melkaukan analisis risiko adalah sebagai berikut:
Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 10
Table Kemungkinan (Probalitas) terdiri atas:
Level
Kemungkinan
Kriteria Kemungkinan (Probabilias)
(Probabilitas)
Peristiwa hanya akan timbul pada kondisi yang luar
Hampir Tidak
Biasa
Terjadi (1)
Pensentase 0-10%
Peristiwa diharapkan tidak terjadi
Jarang Terjadi (2)
Pensentase > 10-30%
Peristiwa kadang-kadang bisa terjadi
Kadang Terjadi (3)
Pensentase > 30-50%
Peristiwa sangat mungkin terjadi pada sebagian kondisi
Pensentase > 50-90%kegiatan dalam 1 periode
Peristiwa selalu terjadi hampir pada setiap kondisi
Pensentase > 90% dalam 1 periode
Sering terjadi (4) Peristiwa sangat mungkin terjadi pada sebagian kondisi
Hampir pasti terjadi Peristiwa selalu terjadi hampir pada setiap kondisi
(5) Persentase > 90% dalam 1 periode

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 11


1) Tabel Dampak (Konsekuensi) terdiri dari:

Dampak
Skor Derajad Dampak Tuntutan Ganti Penundaan pada Dampak pada
(tingkat) Keuangan Rugi Pelayanan Kesehatan Reputasi pihak terkait
dan
Keselamatan

Luka kecil Diketahui oleh Hanya


1 Sangat rendah ≤ 3% anggaran ≤Rp 1.000.000 ≤1 hari kerja pada orang seisi kantor berdampak
atau pada 1 pihak
beberapa
orang
Dimuat oleh
Luka kecil media massa
berarti pada lokal namun Berdampak
2 Rendah >3- 5% anggaran > Rp 1.000.000 – >1-2 hari kerja orang atau cepat dilupakan pada 2-3
Rp 5.000.000 beberapa masyarakat pihak
orang

Dimuat oleh
Luka berarti media massa
pada orang lokal & media Berdampak
3 Sedang >5- 8% anggaran >Rp 5.000.000 - >2-3 hari kerja atau sosial namun pada 3-4
Rp 25.000.000 beberapa cepat dilupakan pihak
orang masyarakat

Dimuat di
Luka serius media nasional
pada orang dan Berdampak
4 Tinggi >8-12% anggaran >Rp 25.000.000 - >3-5 hari kerja atau media online pada 4-5
Rp 50.000.000 beberapa dan diingat pihak
orang sementara
oleh
masyarakat
Dimuat oleh
Luka media nasional/
berganda internasional Berdampak
atau dan media pada lebih
5 Sangat Tinggi >12% anggaran >Rp 50.000.000 >5 hari kerja kematian sosial/media dari 5 pihak
atau cacat online diingat
permanen lama oleh
masyarakat

2) Kebijakan Skala Risiko


Level Risiko ditentukan berdasarkan atas 2 (dua) elemen atau dimensi, yaitu level
kemungkinan terjadinya risiko dan level dampak (konsekuensi) risiko. Kedua dimensi
tersebut harus dikombinasikan dan diperhitungkan secara bersamaan dalam penentuan
level Risiko. Level kemungkinan

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 12


terjadinya risiko, level dampak, dan level risiko masing- masing menggunakan 5 (lima)
skala tingkatan (level). Penentuan level risiko beserta dengan urutan prioritasnya
menggunakan matriks analisis risiko sebagai berikut:
Matriks Analisis Risiko

DAMPAK
MATRIX 1 2 3 4 5
ANALISIS
Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat
RISIKO 5X5
Rendah Tinggi

5 Hampir Pasti 5 10 15 20 25
KEMUNGKINAN

Terjadi
4 Sering Terjadi 4 8 12 16 20

3 Mungkin Terjadi 3 6 9 12 15

2 Jarang Terjadi 2 4 6 8 10

1 Hampir Tidak 1 2 3 4 5
Terjadi

Level Dimulai
Warna Deskripsi Status Risiko Level
Dari Status Risiko
Sangat Tinggi 5 15

Tinggi 4 10 – 14

Sedang 3 5–9

Rendah 2 3–4

Sangat Rendah 1 1 –2

3) Kategori Risiko
Kategori Risiko sangat penting dalam menjamin identifikasi Risiko yang komprehensif
dan pengikhtisaran atau pelaporan Risiko. Kategori Risiko disusun sesuai dengan
kondisi lingkungan organisasi. Kategori Risiko minimal di Kementerian Kesehatan
adalah sebagaimana tabel berikut:

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 13


KATEGORI RISIKO DEFINISI
Risiko yang disebabkan oleh segala sesuatu yang
Risiko Keuangan menimbulkan tekanan terhadap pendapatan dan belanja
organisasi
Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan kebijakan
Risiko Kebijakan organisasi baik interal maupun eksternal yang berdampak
langsung terhadap organisasi
Risiko yang disebabkan oleh organisasi atau pihak
ekternal tidak mematuhi dan atau tidak melaksanakan
Risiko Kepatuhan
peraturan perundang- undangan dan
keetntuan lain yang berlaku
Risiko yag disebabkan oleh adanya tuntutan hukum
Risiko Legal
kepada organisasi
Risiko yang disebabkan oleh kecurangan yang disengaja
Risiko Fraud oleh pihak internal yang merugikan keuangan Negara

Risiko yang disebabkan oleh menurunnya kepercayaan


Risiko Reputasi publik/masyarakat yang bersumber dari persepsi negatif
organisasi
Risiko yang disebabkan oleh :
Ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses
Risiko Operasional internal, kesalahan manusia dan kegagaln sistem
Adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional organisasi

a. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko dengan kriteria
risiko untuk menentukan apakah risiko dapat diterima atau ditoleransi. Tujuan evaluasi
risiko adalah untuk membantu dalam membuat keputusan, berdasarkan hasil analisis
risiko, berkaitan dengan risiko yang memerlukan prioritas penanganannya.
4. Penanganan Risiko
a. Pemilihan penanganan risiko tidak harus saling tertutup atau tepat dalam segala
situasi. Pilihan yang dapat dilakukan mencakup hal berikut:
1) Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau
melanjutkan dengan kegiatan yang menimbulkan risiko;
2) Mengambil atau meningkatkan risiko untuk memanfaatkan peluang;
3) Menghilangkan sumber risiko;
4) Mengubah kemungkinan;
5) Mengubah konsekuensi;

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 14


1) Berbagi risiko ke pihak lain atau pihak tertentu (termasuk kontrak dan pembiayaan
risiko), dan
2) Mempertahankan risiko dengan keputusan.

b. Kegiatan pengendalian adalah langkah lanjutan dari hasil penilaian risiko. Setelah
risiko diidentifikasi dalam register risiko, maka perlu diidentifikasi pula pengendalian
yang telah ada serta pengendalian yang perlu dirancang dalam rangka mengelola
risiko sesuai dengan risk appetite pemilik Risiko. ldentifikasi
pengendalian yang sudah ada dimaksudkan untuk menilai apakah pengendalian tersebut
sudah efektif atau belum untuk mengatasi risiko yang mungkin terjadi. Jika
tidak efektif atau kurang efektif, maka perlu dibangun/dirancang
pengendalian yang baru. Alat/sarana pengendalian dapat berupa kebijakan-kebijakan
dan prosedur-prosedur yang diharapkan dapat meminimalkan terjadinya risiko
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Langkah-langkah dalam merancang kegiatan
pengendalian adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan hasil penilaian risiko, pemilik risiko mengidentifikasi apakah kegiatan
pengendalian yang ada telah efektif untuk meminimalisasi risiko.
2) Kegiatan pengendalian yang telah ada tersebut perlu dinilai efektivitasnya dalam
rangka mengurangi probablitas terjadinya risiko (abatisasi) maupun mengurangi
dampak risiko (mitigasi).
3) Selain itu, juga perlu diperhatikan ada/tidaknya pengendalian alternatif
(compensating control) yang dapat mengurangi terjadinya risiko.
4) Terhadap risiko yang belum ada kegiatan pengendaliannya maupun yang telah ada,
namun dinilai kurang atau tidak efektif, perlu dirancang kegiatan pengendalian yang
baru/merevisi kegiatan pengendalian yang sudah ada.
5) Menerapkan kegiatan pengendalian yang telah dirancang dalam mengelola risiko.
ldentifikasi kecukupan dan efektivitas pengendalian yang sudah ada dan rencana kegiatan
pengendalian yang baru/revisi didokumentasikan dalam formulir Analisis Kecukupan dan
Rencana Kegiatan Pengendalian.
5. Monitoring dan Reviu
Monitoring dan Reviu adalah bagian dari proses manajemen risiko yang memastikan
bahwa seluruh tahapan proses dan fungsi manajemen risiko

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 15


memang berjalan dengan baik. Monitoring adalah pemantauan rutin terhadap kineja aktual
proses manajemen risiko dibandingkan dengan rencana yang akan dihasilkan. Reviu adalah
peninjauan atau pengkajian berkala atas kondisi saat ini dan dengan fokus tertentu.
Pelaksanaan monitoring dilaksanakan dengan dua pendekatan yaitu pemantauan
berkelanjutan (on going monitoring) dilakukan oleh pelaksana pekerjaan dan pemantauan
terpisah (separate monitoring) dilakukan oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah
(APIP).
Sasaran dari monitoring dan reviu adalah untuk memberikan jaminan terhadap pencapaian
sasaran penerapan system manajemen risiko secara keseluruhan. Oleh karenanya, laporan
monitoring dan reviu lebih merupakan pelaporan terhadap kelemahan yang masih ada, tanpa
meninggalkan hal-hal positif yang telah dicapai. Pelaporan kelemahan ini menjadi fokus
karena kegagalan penerapan manajemen risiko berarti memperbesar kegagalan pencapaian
sasaran organisasi.

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 16


BAB V

PENCATATAN DAN PELAPORAN

1. Membuat Risk Register RSUD Harapan dan Doa Kota Bengkulu yang merupakan
kumpulan dari risiko yang ada diseluruh unit/bagian/komite di RSUD Harapan dan Doa Kota
Bengkulu.
2. Laporan kejadian risiko dan penanganan yang telah dilakukan setiap bulan.
3. Laporan evaluasi setiap tahun tentang pengelolaan/manajemen risiko di RSUD Harapan dan
Doa Kota Bengkulu.

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 17


Formulir 1
TABEL IDENTIFIKASI RISIKO

PEMILIK RISIKO/UNIT KERJA :


KOORDINATOR MANAJEMEN RISIKO :
PERIODE :

Tujuan Kode Pernyataan


No Kegiatan Sebab UC/C Dampak
Kegiatan Risiko Risiko
1 2 3 4 5 6 7 8

Bengkulu, 2022
Pemilik Risiko Koordinator Manajemen Risiko

…………………………….. …………..………………………
NIP NIP

Petunjuk Pengisian :
1. Kolom (1) diisi dengan nomor urut;
2. Kolom (2) diisi dengan nama kegiatan utama;
3. Kolom (3) diisi dengan tujuan kegiatan;
4. Kolom (4) diisi dengan kode/nomor risiko;
5. Kolom (5) diisi dengan pernyataan risiko potensial, yang diidentifikasi dan
berdampak terhadaoa pencapaian tujuan;
6. Kolom (6) diisi dengan penyebab/pemicu terjadinya risiko tersebut;
7. Kolom (7) diisi kategori penyebab, apakah uncotrollable (UC) atau controllable © bagi unit
kerja;
8. Kolom (8) diisi dengan uraian dampak, jika risiko kolom (5) terjad

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 18


TABEL ANALISIS RISIKO

Formulir 2

Pemilik Risiko/Unit Kerja :


Koordinator Manajemen Risiko : Periode :
Pengendalian Yang Ada
Kode Pernyataan Desain Efektifitas
No. Kegiatan Tujuan Sebab UC/C Dampak P D TR PR Pemilik
Risiko Risiko Uraian
A T TE KE E Risiko

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Bengkulu, 2022
Pemilik Risiko Koordinator Manajemen Risik

…………………………………. ………………………………………
Nip. Nip.

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 19


Petunjuk pengisian :
1. Kolom (1) diisi dengan nomor urut
2. Kolom (2) diisi dengan nama kegiatan utama .
3. Kolom (3) diisi tujuan kegiatan
4. Kolom (4) diisi dengan kode/nomor risiko
5. Kolom (5) diisi dengan pernyataan risiko potensial yang diidentifikasi dapat berdampak terhadap pencapaian tujuan.
6. Kolom (6) diisi dengan penyebab/pemicu terjadinya risiko tersebut.
7. Kolom (7) diisi kategori penyebab apakah Uncontrollable (UC) atau Controllable (C) bagi unit kerja
8. Kolom (8) diisi dengan uraian dampak jika risiko kolom (5) terjadi.
9. Kolom (9) diisi uraian/nama kegiatan pengendalian yang sudah ada (termasuk juga compensating control, jika ada).
10. Kolom (10) diisi tanda tickmark (V), jika ada kegiatan pengendalian tersebut dalam kolom (9).
11. Kolom (11) diisi tanda tickmark (V), jika tidak ada kegiatan pengendalian.
12. Kolom (12) diisi tanda tickmark (V), jika kegiatan pengendalian yang ada tidak efektif mengurangi risiko.
13. Kolom (13) diisii tanda tickmark (V), jika kegiatan pengendalian yang ada kurang efektif mengurangi risiko.
14. Kolom (14) diisii tanda tickmark (V), jika kegiatan pengendalian yang ada telah efektif mengurangi risiko.
15. Kolom (15) diisi dengan tingkat probabilitas (P), yaitu tingkat kemungkinan terjadinya risiko. Tingkat kemungkinan terjadinya risiko dapat diperoleh dari pengalaman
sebelumnya atau hasil diskusi (FGD)
16. Kolom (16) diisi dengan tingkat dampak (D), yaitu tingkat besaran dampak jika risiko terjasi. Tingkat dampak risiko dapat diperoleh dari pengalaman sebelumnya atau
hasil diskusi (FGD)
17. Kolom (17) diisi dengan prioritas risiko (TR), yaitu perkalian antara probabilitas dan dampak.
18. Kolom (18) diisi dengan peringkat risiko, apakah sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, atau sangat tinggi.

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 20


19. Kolom (19) diisi dengan siapa yang bertanggung jawab atas risiko (pemilik risiko).

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 21


Formulir 3
TABEL ANALISIS KECUKUPAN PENGENDALIAN YANG ADA DAN RENCANA KEGIATAN PENGENDALIAN

Pemilik Risiko/Unit Kerja :


Koordinator Manajemen Risiko :
Periode :
Rencana
Pengendalian Yang Ada
Peringkat Pengendalian
No Kode Pemilik Risiko PJ TL
Pernyataan Risiko Desain Efektifitas Risiko
Risiko Uraian Uraian Jadwal
A T TE KE E
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Bengkulu, 2022
Pemilik Risiko Koordinator Manajemen Risiko

…………………………………. ……………..……………………
NIP NIP

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 22


Petunjuk Pengisian:
Kolom (1) s.d. (10) diambil dari hasil penilaian risiko. Kegiatan dan risiko yang akan ditangani merupakan kegiatan yang risikonya tinggi terhadap pencapaian tujuan organisasi,
sehingga diprioritaskan untuk ditangani/dikelola risikonya.
1. Kolom (1) diisi nomor urut.
2. Kolom (2) diisi kode risiko.
3. Kolom (3) diisi pernyataan risiko
4. Kolom (4) diisi kegiatan pengendalian yang sudah ada (termasuk juga compensating control, jika ada).
5. Kolom (5) diisi tickmark (V), jika ada kegiatan pengendalian tersebut dalam kolom (6).
6. Kolom (6) diisi tickmark (V), jika tidak ada kegiatan pengendalian.
7. Kolom (7) diisii tickmark (V), jika kegiatan pengendalian yang ada tidak efektif mengurangi risiko.
8. Kolom (8) diisii tickmark (V), jika kegiatan pengendalian yang ada kurang efektif mengurangi risiko.
9. Kolom (9) diisii tickmark (V), jika kegiatan pengendalian yang ada telah efektif mengurangi risiko.
10. Kolom (10) diisi level risiko.
11. Kolom (11) diisi dengan rencana pengendalian risiko/pengembangan infrastruktur pengendalian (kebijakan/SOP/aturan lainnya).
12. Kolom (12) diisi dengan jadwal waktu pengembangan infrastruktur pengendalian (kebijakan/SOP/aturan lainnya).
13. Kolom (13) diisi dengan pemilik risiko.
14. Kolom (14) diisi penanggung jawab tindak lanjut pengembangan infrastruktur pengendalian.

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 23


RENCANA PENANGANAN/PENGENDALIAN RISIKO
Kegiatan :
Tujuan Kegiatan :

Rencana Pengendalian
Pengendalian
Risiko Alternatif Efektif/ Kurang Pengendalian Penanggungjawab
No Yang Sudah
(Prioritas) Penanganan Efektif Yang Harus Ada Kegiatan Waktu Jenis atau Pemilik Risiko
Ada
Risiko
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Kolom (2) diisi dengan Risiko Prioritas, yaitu tinggi dan sangat tinggi.
2. Kolom (3) diisi dengan alternatif pengendalian risiko (menghindar, mengurangi probabilitas, mengurangi dampak, transfer risiko).
3. Kolom (4) diisi dengan Pengendalian yang sudah ada dalam menangani risiko yang diidentifikasi.
4. Kolom (5) diisi dengan jelas (diisi efektif atau tidak) kolom (6) jelas.
5. Kolom (7, 8,9) diisi jelas.
6. Kolom (10) diisi oleh petugas yang kompeten sesuai dengan permasalahan yang akan ditangani.

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 24


PEMANTAUAN PENGENDALIAN RISIKO

Kegiatan :
Tujuan Kegiatan :

Penanganan Waktu Pemantauan


Penanggungjawab
Usulan
No Risiko (Prioritas) atau
Yang Belum Perbaikan
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Pemantauan
Tertangani
1 2 3 4 5 6 7 8 10

1. Kolom (2) diisi dengan Risiko Prioritas, yaitu tinggi dan sangat tinggi
2. kolom (3) diisi dengan alternatif pengendalian risiko (menghindar, mengurangi probabilitas, mengurangi dampak, transfer risiko) kolom (4) diisi dengan Pengendalian yang
sudah ada dalam menangani risiko yang diidentifikasi
3. kolom (5) diisi dengan jelas (diisi efektif atau tidak) kolom (6) jelas
4. kolom (7, 8,9) diisi jelas

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 25


5. kolom (10) diisi oleh petugas yang kompeten sesuai dengan permasalahan yang akan ditangani

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 26


LAPORAN PROFIL RISIKO

NAMA UNIT :

AKAR MASALAH
KATAGORI PERNYATAA
NO
RISIKO N RISIKO (PENYEBAB UTAMA DAMPAK PROBABILITAS CONTROLLABILITY SCORING RANGKING
(D) (P) (C)
RISIKO)
1 2 3 4 5 6 7 8=(5X6X7) 9

Bengkulu, 2022
Pemilik Risiko Koordinator Manajemen Risiko

…………………………………. ……………..……………………
NIP NIP

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 27


Keterangan:
1. Kolom (2) diisi oleh katagori risiko (Strategis, operasional, kebijakan, keuangan, kepatuhan, kecurangan (fraud) dan legal.
2. Kolom (3) diisi pernyataan risiko yang menggambarkan peristiwa atau kejadian yang menggambarkan tidak tercpainnaya program/kegiatan.
3. Kolom (4) diisi oleh akar masalah atau penyebab terjadinya risiko.
4. Kolom (5) Skor dampak (1-5), tergantung tingkatan dampak.
5. Kolom (6) Skor probabilitas (1-5), tergantung tingkatan kemungkinan (P).
6. Kolom (7) Skor controllability (1-4), yaitu:
a) Easy = mudah untuk dikontrol
b) Moderate easy = agak mudah dikontrol
c) Moderate difficult = agak sulit dikontroL
d) Difficult = sulit untuk dikontrol

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 28


BAB VI

PENUTUP

Pedoman Manajemen Risiko ini merupakan acuan bagi karyawan atau petugas dalam
melakukan kegiatan operasional di unit kerjanya masing-masing dalam lingkungan Rumah Sakit
Umum Daerah Harapan dan Doa Kota Bengkulu.

Pedoman Manajemen Risiko diharapkan dapat berkontribusi dalam mewujudkan


pelayanan yang mengutamakan keselamatan pasien dan dalam pengelolaan pemerintahan yang
baik (good governance) di lingkungan RSUD Harapan dan Doa Kota Bengkulu.Pedoman ini
dapat ditinjau ulang dan direvisi sebagai upaya penyempurnaan. Kritik dan saran dari berbagai
pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan Pedoman Manajemen Risioko ini.

DIREKTUR RSUD HARAPAN DAN DOA


KOTA BENGKULU

dr. Lista Cerlyviera, M.M.


NIP. 19690704 199903 2
003

Pedoman Manajemen Risiko | Seksi Mutu dan Akreditasi 29

Anda mungkin juga menyukai