Anda di halaman 1dari 35

Lampiran Keputusan Direktur RSPTr

Nomor : Kpts. 1029/P00000/2019-S0


Tanggal : 05 Oktober 2019

PANDUAN
MANAJEMEN RESIKO
RUMAH SAKIT PERTAMINA TARAKAN

RUMAH SAKIT PERTAMINA TARAKAN


BAB 1
PENDAHULUAN

Manajemen resiko merupakan disiplin ilmu yang luas. Seluruh bidang


pekerjaan di dunia ini pasti menerapkannya sebagai sesuatu yang sangat
penting. Makin besar resiko suatu pekerjaan, makin besar pula perhatian yang
diberikan kepada aspek manajemen resiko ini. Rumah sakit sebagai sebuah
institusi dengan aktifitas yang penuh dengan berbagai resiko keselamatan,
juga sudah selayaknya menerapkan hal ini. Pemahaman manajemen resiko
sangat bergantung kepada dari sudut pandang mana seseorang melihatnya.
Dalam bidang kesehatan dan keselamatan lebih diartikan sebagai
pengendalian resiko salah satu pihak (pasien atau masyarakat) oleh pihak
yang lain (pemberi layanan). Sementara di dalam suatu komunitas pemberi
layanan kesehatan itu sendiri, yaitu pengelola rumah sakit dan para tenaga
kesehatannya, harus diartikan sebagai suatu upaya kerjasama berbagai pihak
untuk mengendalikan resikobersama.
The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations
(JCAHO) memberikan pengertian manajemen resiko sebagai aktivitas klinik
dan administratif yang dilakukan oleh rumah sakit untuk melakukan
identifikasi, evaluasi dan pengurangan resiko terjadinya cedera atau kerugian
pada pasien, personil, pengunjung dan rumah sakit itu sendiri. Kegiatan
tersebut meliputi identifikasi resiko hukum (legal risk), memprioritaskan
resiko yang teridentifikasi, menentukan respons rumah sakit terhadap resiko,
mengelola suatu kasus resiko dengan tujuan meminimalkan kerugian (risk
control), membangun upaya pencegahan resiko yang efektif, dan mengelola
pembiayaan resiko yang adekuat (risk financing).
Manajemen resiko yang komprehensif meliputi seluruh aktivitas rumah
sakit, baik operasional maupun yang bersifat klinis, oleh karena resiko dapat
muncul dari kedua bidang tersebut.
Setiap upaya medik umumnya mengandung resiko, sebagian di antaranya
beresiko ringan atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit
pula yang memberikan konsekuensi medik yang cukup berat.

2
BAB II
LATAR BELAKANG

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan


rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
rumah sakit, yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja
atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan rumah sakit
yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek keselamatan tersebut sangat
penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit, yang harus dikelola secara
professional, komprehensif dan terintegrasi.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan
berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin
canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan
non profesi yang memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus.
Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan
baik berisiko menimbulkan insiden. Karena itu Rumah Sakit Pertamina
Tarakan perlu melakukan pengelolaan risiko dalam satu manajemen risiko
yang professional, komprehensif dan terintegrasi agar insiden dapat
diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.Manajemen Resiko dalam
Pelayanan Kesehatan merupakan upaya untuk mereduksi KTD yang dalam
pelayanan kesehatan apabila hal ini terjadi akan merupakan beban tersendiri,
terlepas dari KTD tersebut karena resiko yang melekat ataupun memang
setelah dianalisis karena adanya error atau negligence dalam pelayanan.
Apabila KTD sudah terjadi, beban pelayanan tidak hanya pada sisi finansial
semata, namun beban psikologis dan sosial kadang-kadang terasa lebih berat.
Untuk mencegah KTD dan menempatkan resiko KTD secara proporsional
beberapa pendekatan dapat dilakukan pada sumber penyebab itu sendiri, baik
pada faktor manusianya (pasien dan tenaga kesehatannya), maupun dari sisi
organisasinya. Dari sisi organisasi, konsep intervensi organisasi – pendekatan

3
pada sistem (sarana) pelayanan kesehatan memerlukan penanganan khusus
namun akan jauh lebih antisipatif dalam mengelola resiko kemungkinan
terjadinya KTD. Sehingga manajemen resiko melalui konsep pengelolaan
pada sistem pelayanan kesehatan merupakan metode yang banyak
dikembangkan akhir-akhir ini.

4
BAB III
TUJUAN

1. TujuanUmum
Menerapkan manajemen rumah sakit yang meliputi manajemen resiko
pengobatan,resiko jatuh, pengendalian infeksi,gizi,resiko peralatan,dan resiko
akibat kondisi yang sudah berlangsung
2. TujuanKhusus
a. Mengidentifikasi risiko dengan rincian mulai dari Nopember 2018
sampaidengan Nopember2019
b. Memprioritaskanrisiko
c. Adanya pelaporanrisiko
d. ManajemenResiko
e. Investigasi kejadian yang tidak di harapkan jika ada kasus yang
diinvestigasi
f. Manajemen yang terkait tuntutan ( klaim ) jika daa kasus yang
terkaittuntutan klaim

5
BAB IV
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Kegiatan pokok program manajemen resiko di RS Pertamina Tarakan


adalah sebagai berikut:
1. MenentukanKonteks
Konteks dimana proses manajemen resiko dijalankan, tertuang dalam
kerangka acuan/panduan manajemen resiko. Kebijakan manajemen resiko
selain memuat definisi, ruang lingkup, tujuan, proses, ketetapan dampak dan
kekerapan, terdapat juga kriteria resiko. Manajemen resiko memberikan
kontribusi kepada good corporate governance, dengan memperkecil
kerugian (jika resiko berdampak negatif) dan memperbesar peluang (jika
resiko berdampak positif).
Manajemen resiko tidak hanya menjadi kewenangan dari Direktur,
namun juga menjadi tanggung jawab seluruh unit atau departemen. Dengan
demikian diharapkan setiap individu merasa bertanggung jawab atas resiko
yang timbul di dalam pelaksanaan tugasnya, sehingga resiko tidak hanya
menjadi tanggung jawab Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit atau
Unit Penjamin Mutu saja. Hal ini tampak sebagai upaya menanamkan
budaya sadar resiko pada setiap individu di rumah sakit, yang merupakan
hal terpenting dalam penerapan manajemen resiko.
Penerapan manajemen resiko sangat diperlukan untuk meminimalkan
resiko, mencegah kejadian yang tidak diharapkan, dan tentunya untuk
keselamatan pasien, staf dan lingkungan rumah sakit. Tujuan manajemen
resiko terdapat dalam kerangka acuan/panduan manajemen resiko, yang
berisi definisi, ruang lingkup dan tujuan dari manajemen resiko. Terdapat
juga ketetapan mengenai skor dampak dan kekerapan, serta kriteria resiko
untuk menjalankan manajemen resiko. Panduan mengenai manajemen
resiko dibuat oleh Unit Penjamin Mutu (UPM) bersama dengan Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS). Panduan Praktik Klinik (PPK)
dan Standar Prosedur Operasional (SPO) rumah sakit harus dibuat untuk

6
meminimalkanresiko.
Direktur rumah sakit memiliki tanggung jawab tertinggi terhadap
pelaksanaan manajemen resiko. Direktur rumah sakit juga melakukan
pemantauan dan pengambilankeputusan.

2. IdentifikasiResiko
Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan
ancaman sistem kesehatan, organisasi rumah sakit, unit pelayanan rumah
sakit, atau pasien.
Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola
menggunakan proses sistematis yang terstruktur dengan baik, karena potensi
risiko yang tidak diidentifikasi pada tahap ini akan dikecualikan dari analisis
dan perawatan lebih lanjut. Semua materi risiko harus diidentifikasi, apakah
mereka berada di bawah kontrol organisasi manajemen risiko.
Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat nasional
(sistem kesehatan), tingkat rumah sakit, unit pelayanan atau tingkat tim
harus diidentifikasi, dinilai, dikelola dan dipantau. Untuk memulai proses,
perludilakukan identifikasi dan penentuan prioritas risiko pelayanan
kesehatan internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman.
Identifikasi risiko memerlukanpemahaman yang mendalam dari para
eksekutif layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut:
1. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkankerugian;
2. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada rumah sakit atau stakeholder
internal / eksternal;
3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insidendi
Rumah Sakit atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan
rumahsakit.
4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau
bahaya daninsiden yangterjadi;
5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapatterjadi.

7
Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko
karena risiko tidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi.
Manajer risiko dapat menggunakan berbagai informasi untuk
mengidentifikasi potensi risiko. Identifikasi risiko dapat dilakukan secara
reaktif dan proaktif.
Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti:
a) Daftar keluhanpasien,
b) Hasil survei kepuasan pasien maupunpegawai
c) Diskusi dengan manajer serta staf dan mitrakerja
d) Laporaninsiden.

3. PrioritasResiko
Prioritas resiko didapatkan dari perhitungan grading identifikasi resiko
sesuai dengan hasil identifikasi resiko,jika hasil nya tinggi maka
perhitungannya akan di grading sesuai dengan tingkat masalah dan
resikonya

4. Analisis Resiko
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi.
Analisis risiko harusmempertimbangkan bahwa telah adakontrol
atasrisiko saat ini, termasukkemungkinankeparahan apabila risiko tersebut
muncul menjadisebuah insiden (risiko yang potensialmenjadi insiden),dan
kemungkinanterjadinya insiden.Penilaian dan rangking risiko dilakukan
menggunakan kategori kemungkinan dan konsekuensi.
5. EvaluasiResiko
Berdasarkan hasil analisis resiko, dilakukan evaluasi resiko yang
dapat membantu untuk memutuskan diterima atau tidaknya suatu resiko,
menentukan prioritas resiko dan menjadi masukan bagi penanganan resiko.
Kriteria untuk pengambilan keputusan dalam evaluasi resiko haruslah
konsisten dengan konteks eksternal, internal, dan definisi manajemen resiko
yang telah ditetapkan oleh organisasi. Terdapat 4 (empat) dimensi resiko
klinis di pelayanan kesehatan yang perlu diperhatikan yaitu dimensi

8
operasional, dimensi keuangan, dimensi politik dan dimensi legal. Dalam
memutuskan resiko dapat diterima atau tidak, kriteria evaluasi yang dibuat
harus mempertimbangkan dari berbagai sisi, selain tingkat dampak maupun
kemungkinan yang timbul termasuk toleransi terhadapresiko.
Evaluasi resiko dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
oleh rumah sakit. Tingkat resiko atau kejadian yang ditemukan saat analisis
menjadi acuan untuk menetapkan prioritas resiko serta pelaporan yang perlu
dilakukan terkait dengan resiko tersebut. Jika resiko tergolong ekstrim, hal
ini menjadi sangat prioritas sehingga perlu dilakukan kegiatan RCA
secepatnya dan pelaporan perlu disampaikan kepada Direktur. Diterima
atau tidaknya suatu resiko, selain dilihat dari konsekuensi, kekerapan
maupun tingkatannya, dilihat juga beberapa dimensi yang menjadi dasar
pertimbangan. Dengan memperhatikan keselamatan pasien, image rumah
sakit, serta biaya yang dikeluarkan, direktur rumah sakit menetapkan resiko
prioritas yang akan dianalisis secaraproaktif.
6. PengelolaanResiko
Dalam pengelolaan resiko, terdapat beberapa pilihan yang dapat
diambil. Salah satunya adalah melalui proses pencegahan dan pengurangan
resiko. Keberhasilan pengelolaan resiko tidak hanya sampai pada kegiatan
pengurangan resiko. Meski kegiatan pengurangan resiko telah dilakukan,
tetap sosialisasi, monitoring serta audit perlu dilaksanakan agar tidak terjadi
peningkatan resiko ataupun pengulangan kejadian. Jika terjadi suatu
kejadian sentinel, kejadian tersebut harus dituntaskan dan tidak boleh terjadi
kembali. Kunci keberhasilan dari seluruh upaya pengurangan resiko di
rumah sakit adalahkepemimpinan.
7. Monitoring danReview
Monitoring dan review merupakan pemantauan rutin dengan
membandingkan kinerja proses manajemen resiko dengan harapan yang
ingin dicapai dan meninjau ulang secara berkala kegiatan manajemen resiko
yang telah dilakukan. Monitoring dan review dapat dilakukan melalui
pemantauan indikator mutu yang ditetapkan, peninjauan ulang terhadap
penanganan resiko maupun kejadian yang dilaporkan, peninjauan standar

9
pelayanan medik maupun standar operasional, pelatihan, peringatan, dan
lain-lain.
Segala sesuatu yang menjadi resiko perlu dipantau secara terus
menerus. Monitoring dan review terhadap suatu resiko/ kejadian dilakukan
dalam setiap proses manajemen resiko dan pelaksanaan monitoring dan
review terhadap resiko tersebut dapat berjalan dengan baik jika
dilaksanakan dengan kedisiplinan. Sedangkan data pencapaian dari
pelaporan tersebut dijadikan salah satu indikator terhadap keberhasilan
proses monitoring dan review itusendiri.

8. Manajemen Resiko
Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan
berkelanjutan. Risiko mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan
organisasi yang terus menerus berubah dan harus diidentifikasi. Program
manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses.
Risk Manajemen Proses

Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi


(reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko

10
terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan pasien melalui revisi
pengembangan proses, fungsi dan layanan.
Program manajemen risiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai,
mencegah dan mengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada pegawai,
kewajiban pembayaran hutang, property, kepatuhan terhadap peraturan dan
kerugian lain yang timbul dalam proses kegiatan.
Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan
kegiatan peningkatan mutu berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan
program manajemen risiko mencakup dokter, administrator, manajemen,
pengawas dan karyawan front line untuk mengidentifikasi, meninjau,
mengevaluasi dan pengendalian risiko yang mengganggu mutu perawatan pasien
dan keselamatan pasien. Layanan diberikan untuk melakukan tindakan korektif
dan pencegahan tepat yang diperlukan.
Cakupan/ruang lingkup manajemen risiko :
a. terkait dengan perawatanpasien
b. terkait dengan stafmedis
c. terkait dengankaryawan
d. terkait denganproperty
e. keuangan
f. lain-lain

a. Terkait dengan perawatan pasien:


1) berhubungan langsung dengan perawatanpasien
2) konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yangdiharapkan.
3) kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai
4) perlindungan dari pelecehan, kelalaian danserangan
5) pasien diberitahu denganrisiko
6) pengobatan yang non-diskriminatif
7) perlindungan barang berharga pasien dari kerugian ataukerusakan
8) pemilahan pasien di triase yang sesuai kebutuhan dan transfer pasien dari
ruang emergensi
9) pasien yang diikut sertakan dalam penelitian dan penggunaanobat-obatan

11
eksperimental harus denganpersetujuan

b. Terkait stafmedis:
1) apakah telah dilakukan kredensial terhadap stafmedis
2) apakah tindakan dilakukan sesuai kompetensi dan prosedurbaku
3) apakah pasien dikelola denganbenar
4) apakah staf yang dimiliki RS telah cukupdilatih

c. Terkait pegawai:
1) menjaga lingkungan yangaman
2) kebijakan kesehatanpegawai
3) mengurangi risiko penyakit akibatkerja

d. Terkaitproperty:
1) melindungi asset dari kerugian akibat kebakaran, banjir,dll
2) catatan rekam medis non elektronik atau elektonik, catatan bisnis dan
catatan keuangan dilindungi dari kerusakan ataupengrusakan
3) prosedur untuk menangani uang tunai dan menjaga barang-
barangberharga
4) ikatan kwerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dankerugian

e. Terkait keuangan:
1) Baddebt
2) meningkatnya sukubunga
3) keuangan dengan kewajiban pembayaran hutang yangburuk

f. Risikolain-lain:
1) manajemen bahan berbahaya lainnya: kimia, radio aktif, bahan biologis
menular, manajemenlimbah
2) risiko terkait hukum danperaturan.

12
9. Investigasi kejadian yang tidak diharapkan
Invesigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden
dengan mencatat ringkasan kejadian secara kronologis dan mengidentifikasi
masalah pelayanan/Care Management Problem, mencatat staf yg terlibat
dan mewawancarai mereka.
Investigasi insiden terdiri dari :
a. InvestigasiSederhana,
Dilakukan oleh atasan langsung bila pita/ bands grading risiko berwarna
biru atau hijau.
Langkah-langkah melakukan investigasi sederhana:
1. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview(wawancara).
2. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why:
a) Penyebab langsung (immediate/ direct cause): penyebab yang
berhubungan langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien.
b) Akar masalah (root cause): penyebab yang melatarbelakangi
penyebab langsung (underlyingcause).
3. Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
4. Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan tanggal
pelaksanaan
b. Investigasi Komprehensif / Root CauseAnalysis
Dilakukan oleh Tim Keselamatan Pasien bila pita/ bands berwarna
kuning atau merah. RCA adalah metode evaluasi terstuktur untuk
identifikasi akar masalah dari kejadian tidak diharapkan dan tindakan
adekuat untuk mencegah kejadian yang sama berulang kembali. Metode
proses analisis yang dapat digunakan secara retrospektif untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kejadian tidak
diharapkan (KTD).
Proses RCA merupakan gambaran kritis sistem manajemen mutu
dan keselamatan karena dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk
hal-hal yg berisiko tinggi, seperti:
a) Apa yang terjadi(aktual)
b) Apa yang harusnya terjadi(kebijakan)

13
c) Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegahagar
tidak terjadi kembali(tindakan/outcome?)
d) Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat
meningkatkan keselamatan pasien? (melaluipengukuran)

Langkah-Langkah RCA/ Analisa Akar Masalah :


1. Identifikasi Insiden yang akan diinvestigasi
2. Tentukan TimInvestigator
3. Kumpulkan data &informasi
a. Observasi
b. Dokumentasi
c. Interview
4. Petakan Kronologikejadian
a. NarrativeChronology,
b. Timeline,
c. TabularTimeline,
d. Time PersonGrid.
5. Identifikasi CMP ( Care Management Problem)
( Brainstorming, Brainwriting)
6. AnalisisInformasi
e. 5Why’s,
f.AnalisisPerubahan
g. AnalisisPenghalang
h. FishBone / Analisis TulangIkan
7. Rekomendasi dan Rencana Kerja untukImprovement

14
Analisa secara proaktif dengan FMEA, HVA dan ICRA
FMEA (Failure mode and effect analysis ) adalah metode perbaikan kinerja dgn
mengidentifikasi dan mencegah Potensi Kegagalan sebelum terjadi. Hal tersebut
didesain untuk meningkatkan keselamatan pasien.
Failure mode and effects analysis (FMEA) merupakan suatu teknik yang
digunakan untuk perbaikan sistem yang telah terbukti dapat meningkatkan
keselamatan. FMEA merupakan teknik yang berbasis tim, sistematis, dan proaktif
yang digunakan untuk mencegah permasalahan dari proses atau produk sebelum
permasalahan tersebut muncul/terjadi. FMEA dapat memberikan gambaran tidak
hanya mengenai permasalahan-permasalahan apa saja yang mungkin terjadi
namun juga mengenai tingkat keparahan dari akibat yang ditimbulkan.
Berikut ini adalah langkah-Langkah Failure Mode and Effect Analysis menurut
Joint Comission Resources
Langkah Deskripsi
1. Menentukan proses yang mempunyai risiko tinggi dan membentuk tim
(Select a high-risk process and assemble a team). Lihat HFMEA
decisiontree
2 Menyusun diagram proses (Diagram theprocess)
3 Brainstorming potential failure modes dan akibat-akibat yang ditimbulkan
(Brainstorm potential failure modes and determine theireffects)
4 Menentukan prioritas failure modes (Prioritize failure modes). Lihat
Langkah Penetapan Prioritas berdasarkan Risk Priority Number(RPN)
5 Identifikasi akar penyebab masalah dari failure modes (Identify root causes
of failuremodes)
6 Membuat rancangan ulang proses (Redesign theprocess)
7 Analisa dan pengujian proses baru (Analyze and test the newprocess)
8 Implementasi dan monitoring rancangan ulang proses (Implement and
monitor the newprocess)
Langkah untuk menentukan apakah failure modes perlu ditindak lanjut dengan
HFMEA Decision Tree

15
16
Langkah Penetapan Prioritas berdasarkan Risk Priority Number (RPN)

Tahapan proses Kegagalan OCC SEV DET RPN Prioritas


No
1
2
3
4

17
10. Manajemen terkait tuntutan /klaim
Manajer risiko harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai
seluruh proses untuk memastikan bahwa klaim diselesaikan dengan tepat.
Dengan demikian manajer risiko profesional perlu memastikan bahwa
fungsi-fungsi berikut telah dilakukan dengan tepat.
1. Pelaporanklaim.
a) Perusahaan asuransi utama, jika diasuransikan olehperusahaan.
b) Mekanisme internal, jika asuransisendiri.
c) Reasuransi selisih nilai asuransi (bila dapatdiaplikasikan)

2. Investigasiklaim.
a) Tinjauan rekammedik
b) Wawancara (berkoordinasi dengan Komite Etik dan Hukum/ penasihat
hukum untuk mewawancarai pasien, pemberi layanan kesehatan, saksi,
dansebagainya)
c) Tinjauan kasus olehahlinya
d) Asesmenawal
e) Pengaturancadangan.

3. Strategi manajemenklaim.
a) Penentuankewajiban.
b) Menyelesaikan atau membela keputusan.
c) Tinjauan komite klaim (tinjauan tersebut dapat berfungsi sebagai
mekanisme kontrol mutu untuk memastikan bahwa penentuan
kewajiban akurat dan bahwa keputusan untuk menyelesaikan atau
membela keputusantelah diambil denganbijaksana).

4. Penyelesaiansengketa.
a) Dokumentasi yang mendukung pembayaranklaim.
b) Dokumentasi proses persetujuan pembayaranklaim.

18
5. Litigasi.
a) Strategi pra peradilan dan paskasidang.
b) Koordinasi dalam hubungan masyarakatkeprihatinan.
c) Persiapansaksi.
d) Pertukarankeputusan dan informasi selamapersidangan
e) Strategi paskasidang
Manajer risiko professional menerima keluhan/ tuntutan yang
berhubungan dengan profesional dan kewajiban secara umum, dan mengirimkan
informasi ini ke kepala satuan kerja, petugas administrasi yang tepat, asuransi atau
penasihat hukum. Atas permintaan manajemen, penasihat hukum atau penaksir
kerugian (adjuster), berpartisipasi dalam menanggapi keluhan atau klaim untuk
mendapatkan informasi dan memfasilitasi penyelesaian pada tahap awal.

19
BAB V
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

1. Melaksanakan program, meliputi:


a. IdentifikasiResiko
b. Menetapkan PrioritasResiko
c. Pelaporan tentangResiko
d. ManajemenResiko
e. Penyelidikan KTD, melalui kegiatan Root Cause Analysis (RCA)
danFailure Mode Effect Analysis(FMEA)
2. Melaksanakan program pengawasan manajemen resiko
fasilitas/lingkunganrumah sakit, meliputi:
a. Merencanakan semua aspek dariprogram
b. Melaksanakanprogram
c. Merencanakan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajemenresiko
d. Memonitor dan Melaksanakan uji cobaprogram
e. Evaluasi dan revisi program secaraberkala
f. Membuat laporan tahunan tentang pencapaianprogram
g. Menyelenggarakan pengorganisasian dan pengelolaan secara konsisten
dan terus menerus
3. Melaksanakan koordinasi dengan Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Rumah Sakit (K3RS) dalam hal menyusun perencanaan pengelolaan resiko
fasilitas / lingkungan, meliputi :
a. Keselamatan
b. Keamanan
c. BahanBerbahaya
d. ManajemenEmergensi
e. PengamananKebakaran
f. PeralatanMedis
g. SistemUtilitas

20
BAB VI
SASARAN

Sasaran program management resiko adalah di seluruh unit di RSPTr


terutama jika terjadi kegiatan baik pelayanan pasien maupun sarana dan prasarana
yang beresiko terjadi kejadian insiden yang terkait keselamatan pasien.

21
BAB VII
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Nop 2018 s/d Okt 2019
No Kegiatan Nop Des Jan Feb Ma r Apr Mei Jun Juli Ags Sep Okt
1 Melaksanakan
program
manajemen resiko
- Identifikasi
Resiko
- Menetapkan
Prioritas Resiko
- Pelaporan tentang
Resiko ***)
- Manajemen
Resiko
- Penyelidikan
KTD
- Root Cause
Analysis (RCA) *)
- Failure Mode
Effect Analysis
(FMEA) **)
Melaksanakan
program
2 pengawasan
manajemen resiko
fasilitas /
lingkungan rumah
sakit
- Merencanakan
semua aspek dari
Program
- Melaksanakan
program
- Memonitor dan
evaluasi program

22
- Evaluasi dan revisi
program secara
berkala
- Membuat laporan
tahunan tentang
pencapaian
program
***)
Melaksanakan
koordinasi dengan
Tim Kesehatan dan
3 Keselamatan Kerja
Rumah Sakit
(K3RS) dalam hal
menyusun
perencanaan
pengelolaan resiko
fasilitas /
lingkungan

Keterangan:
*) RCA dilakukan ketika ada insiden
**) FMEA dilaksanakan sekali dalam setahun secara proaktif
***) Laporan tahunan dilaporkan pada tahun berikutnya

BAB VIII
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

1. Evaluasi PelaksanaanKegiatan
Evaluasi dilaksanakan setiap 3 bulan sekali
No Jenis Kegiatan Evaluasi

23
1 Melaksanakan program manajemen resiko
Dilaksanakan pada saat
- Identifikasi Resiko adanya resiko dimulai
darimelakukan observasi,
telaah dokumen,dan
wawancara
Setelah dilakukan grading
- Menetapkan Prioritas Resiko maka akan dilakukan
investigasi menurut
kejadian atau insiden
keselamatanpasien
- Pelaporan tentang Resiko ***) Pelaporan insiden
dilakukantiap 3 bulan dan
tiap 1 tahun dan
kronologi kejadian
Memonitoring dan
- Manajemen Resiko mengevaluasi tingkat
resiko di semua unit
sesuai dengankejadian
Adanya temuan KTD di
- Penyelidikan KTD RS yang kemudian dibuat
laporan insiden yang
nantinya akan dilaporkan
kepada team TKRS RS
- Root Cause Analysis (RCA) *) Saat dan setelah kejadian
insiden keselamatan
pasien
Dilaporkan setiap ada
kejadian yang kemudian
- Failure Mode Effect Analysis (FMEA) **) dilakukan dalam rekap
bulanan dan di lakukan
evaluasi terhadap rekap
tiap bulannya
2 Melaksanakan program pengawasan manajemen
resiko fasilitas /

24
lingkungan rumah sakit
- Merencanakan semua aspek dari program Perencanaan program tiap
bulannya
- Melaksanakan program Program dilakasanakan
tiapbulan
- Memonitor dan evaluasi program Evaluasi program
dilakukantiap 1 tahun
- Evaluasi dan revisi program secara berkala
- Membuat laporan tahunan tentang pencapaian Terlaksananya pelaporan
program ***) pencapaian program tiap
tahunnya

2. Pelaporan evaluasikegiatan
Pelaporan dilakukan tiap 3 bulan sekali dan tiap tahun sekali

25
BAB IX

PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

1. Pencatatan dan dokumentasi kegiatan dilaksanakan oleh Komite


Keselamatan Pasien RumahSakit.
2. Unit Penjamin Mutu melaksanakan monitoring dan koordinasi terhadap
hasillaporan.
3. Sekretaris Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit merangkum seluruh
kegiatan manajemen resiko berupa laporan evaluasi kegiatan yang ditujukan
kepadadirektur.
4. Laporan Program ditujukan kepada Direktur RSPertamina
5. Isi Laporan:
a. Kegiatan sesuai programkerja
b. Kegiatan yang telah dilaksanakan
c. Apakah kegiatan sesuaijadual
d. Insiden keselamatan pasien rumah sakit yang terjadi, jenis insiden,
akibatinsiden
e. Hambatan yang menyebabkan program kerja tidak dapat dilaksanakan atau
tidak sesuaijadwal.
f. Hal-hal lain yang dianggap perlu untukdilaporkan.
g. Usulan dan rekomendasi kepada Direktur.

26
Rumah Sakit PertaminaTarakan

27
28
29
30
31
32
33
34
35

Anda mungkin juga menyukai