Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM

MANAJEMEN RISIKO

RUMAH SAKIT CITRA MEDIKA DEPOK

JL. Raya Kalimulya No. 68

Telepon : 021 2967 1000/ 021 2967 5000/ 021 2967 7000

Email : citramedikadepok@gmail.com

Website : www.citramedikadepok.id
1. PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan temapat kerja yang unik dan kompleks, tidak saja
menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga merupakan tempat
pendidikan dan penelitian. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah
sakit maka semakin kompleks peralatan dan fasilitasnya. Kerumitan yang meliputi
segala hal tersebut menyebabkan rumah sakit mempunyai potensi bahaya yang sangat
besar, tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis, resiko ini juga membahayakan
pengunjung rumah sakit.
Pelayanan kesehatan merupakan sector yang sangat cepat berkembangnya. Di
US terhadap 18 pekerja terlibat didalamnya. Dan wanita merupakan 80% darinya.
Bahaya (Hazard) dan insiden yang terlibat dalam aktifitas ini sangat beragam, seperti
needlestick injuries back injurues, latex allergy, violence, dan stress. Walaupun hal ini
sangat mungkin dicegah, namun kejadian injury maupun infeksi teatap terjadi. Upaya
pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan kesehatan selama bekerja belum banyak
dikerjakan.
Menurut WHO dari 35 juta petugas kesehatan, ternyata 3 juta diantarannya
terpajan oleh bloodborne pathogen, dengan 2 juta diantaranya tertular virus hepatitis B,
dan 170.000 diantaranya tertular virus HIV/AIDS. Menurut NIOSH, untuk kasus-kasus
yang non-fatal baik injury maupun penyakit akibat kerja, sarana kesehatan sekarang
semakin meningkat, berbanding terbalik dengan sector konstruksi dan agriculture yang
dulu paling tinggi, sekarang sudah sangat menurun.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukan bahwa
terjadinya kecelakaan di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja di industry lain.
Kasus yang dapat terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores/terpotong, luka bakar dan penyakit infeksi. Sejumlah kasus dilaporkan
pendapatkan kompensasi pada pekerja rumah sakit yaitu sprains, strains 52%
contusion, charushing, brushing, 11%, cuts, laceration, puncture 10.8%, fractures
5.6%, multiple injuries 2.1%, thermal burus 2% Scralches, abrasions 1.9%, infections
1.3%, dermatitis 1.2% dan lain-lain 12.4% (US Departement of Laboratorium, Burean
of Laboratorium Statistics. 1983).
Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di
rumah sakit belum tergambar dengan jelas namun diyakini bahwa banyak keluhan dari
para petugas rumah sakit, sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada di rumah sakit.
Hal ini mengharuskan pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya manajemen
resiko.
Karena itu pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja disarana
kesehatan seperti rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya harus dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh dalam upaya melindungi baik tenaga kesehatan sendiri maupun
pasien. Upaya penanganan factor potensi berbahaya yang ada di rumah sakit serta
metode pengembangan program kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilaksanakan,
seperti misalnya:
• Perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi,
• Penanganan limbah medis,
• Penggunaan alat pelindung diri dan sebagainya.
• Konsep manajemen resiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja pada tahun 1980 setelah berkembangnya teori accident model
dari ( International Lost Control Institute ) ILCI dan juga semakin maraknya
isu lingkungan dan kesehatan.

Tujuan dari manajemen resiko adalah minimasi kerugian dan meningkatkan


kesempatan ataupun peluang . Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident
model ILCI, makan manajemen resiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian
tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen resiko
bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun accident.

Pelaksanaan manajemen risiko wajib menjadi bagian intergal dan pelaksanaan


sistem manajemen organisasi. Proses manajemen risiko ini merupakan salah satu
langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continous
improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses
pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.

Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari
suatu rangkaian kegiatan : penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi,
pengendalian serta komunikasi risiko. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat
optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko
seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.
2. LATAR BELAKANG

Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang memberikan layanan kesehatan


pada pasien, dalam hal ini adalah memberikan usaha jasa kesehatan yang akan
berhadapan dengan tantangan yang setara antara pertumbuhan pendapatan dan
pengelolaan risiko, sebab setiap keputusan usaha yang diambil mengandung elemen
risiko didalamnya.

Terdapat risiko yang saling meniadakan satu sama lain, ada juga yang tidak
saling terkait, namun ada juga yang tidak saling terkait, namun ada yang saling
menguatkan. Untuk dapat mengelola risko secara efektif makan kita tidak hanya harus
mengenali risiko-risiko yang mendasar, tetapi juga keterkaitan antar risiko-risiko
tersebut. Pada dasarnya risiko (potensi risiko klinik-non kinik) tidak dapat dihindari
dari setiap aktivitas kegiatan perumahsakitan, oleh karenanya diperlukan suatu
manajemen risiko yang cukup komperehensif untuk mengelolanya karena rumah sakit
sebagai perusahaan dan sebagain pengelola pasien, penuh dengan risiko.

Oleh karena itu, diperlukan sistem manajemen risiko yang benar-benar jelas,
kontinyu, serta konsekuen dengan visi dan misi yang diemban, yaitu mengurangi nilai
kecelakaan termasuk penyakit akibat kerja, bahkan dapat di eliminasikan. Maka Rumah
Sakit Citra Medika Depok melaksanakan program manajemen risiko di tiap unit
dilingkup rumah sakit melalui tahapan : Identifikasi Daftar Risiko, Penyusunan
Prioritas Risiko, Melakukan Analisis, pengelolaan risiko unit dan evaluasi,
pengumpulan laporan manajemen risiko unit ke komite mutU dan rapat koordinasi
dengan tim Komite Mutu, PPI dan K3 mengenai risiko di rumah sakit.

3.TUJUAN

A. Tujuan umum

Meningkatkan keselamatan pasien Rumah Sakit Citra Medika Depok melalui


pendekatan proaktif dan pengendalian risiko-risiko yang ada dilingkungan kerja
rumah sakit.

B. Tujuan Khusus

1) Mampu melakukan identifikasi risiko unit


2) Mampu melakukan analisis risiko unit

3) Mampu melakukan evaluasi risiko unit

4) Mampu melakukan kelola risiko unit

5) Mampu melakukan pelaporan pelaksanaan program manajemen risiko unit ke


komite Mutu RS Citra Medika Depok

4. KEGIATAN DAN RINCIAN KEGIATAN

Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai


(risk assement) dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan
atau meminimalkan dampaknya.

Proses identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat


menyebabkan cedera, tuntutan atau kerugian secara finasial identifikasi akan membantu
langkah-langkah yang akan diambil manajemen terhadap risiko tersebut. Identifikasi
risiko dapat diperoleh dari :

a. Laporan kejadian (KTD,KNC, Kejadian Sentinel, dam lain-lain)


b. Review Rekam Medis (Penyaringan Kejadian untuk memeriksa dan mencari
penyimpangan – penyimpangan pada praktik dan prosedur)
c. Pengaduan (Complain) pelangaan
d. Survey atau Self Assement, dan lain-lain

Penilaian risiko (Risk Assement) merupakan proses untuk membantu unit di


rumah sakit menilai tentang luasnya risiko yang dihadapi, kemampuan mengontrol
frekuensi dan dampak dari risiko. Semua risiko yang telah diidentifikasi unit-unit
rumah sakit akan dimasukan oleh komite Mutu dalam Program Risk Assement tahunan,
yakni Risk Register :

a. Risiko yang teridentifikasi dalam 1 tahun


b. Informasi Insiden Keselamatan Pasien, klaim litigasi dan komplain, investigasi
eksternal dan internal, asesemen eksternal dan Akreditasi.
c. Informasi potensial risiko maupun risiko aktual ( menggunakan RC dan FMEA)
Penilaian risiko dilakukan oleh seluruh unit rumah sakit RS Citra Medika
Depok aspek yang dinilai meliputi :
a. Operasional/kegiatan unit sehari-hari
b. Finansial
c. Sumber daya dan manusia
d. Strategis
e. Hukum/Regulasi
f. Teknologi
Setelah tahap penilaian risiko, maka tahap berikutnya adalah menyusun
prioritas risiko dengan menggunakan alat bantu risk matrix grading. Dilakukan
pendekatan dengan menentukan prioritas risiko pada proses-proses risiko tinggi,
mengutamakan keselamatan pasien dan staf untuk kemudian secara proaktif melakukan
analisis risiko dengan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis).
Dengan mengikuti analisa dan hasil yang didaptkan rumah sakit menentukan
rancang ulang proses atau tindakan yang sama untuk mengurangi risiko dalam proses
tersebut.

Keseluruhan tahapan manajemen risiko ini dilaksanakan paling sedikit satu kali
dalam satu tahun disertai dengan pendokumentasian kegiatan yang baik.

5. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


a. Pelatihan Manajemen Risiko
b. Identifikasi Daftar Risiko
c. Penyusunan Prioritas
d. Melakukan Analisis, Pengelolaan Risiko Unit dan Evaluasi
e. RCA ( root cause analysis )
f. FMEA ( failure mode and effect analysis )
g. ICRA Infeksi
h. ICRA Renovasi dan PICRA

6. SASARAN
Sasaran kegiatan program managemen risiko meliputi :
a. Pasien
b. Staf Medis
c. Tenagan Kesehatan dan Tenaga Lainnya
d. Fasilitas
e. Lingkungan
f. Bisnis

7. JADWAL PELAKSANA KEGIATAN


( Terlampir )

8. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Hasil program dicatat dan hasilnya dilaporkan kepada komite Mutu RS Citra Medika
Depok setiap akhir tahun.

9. MONITORING DAN EVALUSI


Monitoring dilakukan setiap kegiatan berlangsung dan dilakukan oleh Subkomite
Manajemen Risiko dari Komite Mutu. Evaluasi program dilaksanakan pada tiap akhir
tahun dan rapat koordinasi tiap 6 bulan dengan komite Mutu.

Depok, 4 januari 2022


Mengetahui,

Direktur Utama RS Citra


Ketua Komite Mutu
Medika Depok
Lampiran 1

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Tahun 2022 – 2023


No Kegiatan Bulan
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
1 Pelatihan Manajemen
Risiko
2 Identifikasi Daftar
Risiko
3 Penyusunan Prioritas
Risiko
4 Melakukan Analisis,
Pengelolaan Risiko unit
dan Evaluasi
5 RCA ( root cause
analysis )

6 FMEA ( failure mode


and effect analysis )

7 Laporan ICRA Infeksi

8 Laporan ICRA
Renovasi dan PICRA

9 Evaluasi Program dan


Planning ICRA

dilakukan sesuai jadwal

dilakukan sesuai kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai