Anda di halaman 1dari 22

PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


MUARADUA

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Guna pelaksanaan kegiatan manajemen risiko di RSUD Muaradua,maka program


manajemen risiko RSUD Muaradua di berlakukan di lingkungan RSUD Muaradua
sejak tanggal pengesahan ini.

Muaradua, 19 Juli 2022

Direktur Ketua Komite

dr.ERICK DESTIANO,Sp.PD Desvianti, A.Md.Gz


NIP.197412052002121003 NIP. 199312102015032002

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Manajemen risiko merupakan disiplin ilmu yang luas. Seluruh bidang


pekerjaan di dunia ini pasti menerapkannya sebagai sesuatu yang sangat penting.
Makin besar risiko suatu pekerjaan, makin besar pula perhatian yang diberikan
kepada aspek manajemen risiko ini. Rumah sakit sebagai sebuah institusi dengan
aktifitas yang penuh dengan berbagai risiko keselamatan, juga sudah selayaknya
menerapkan hal ini.
Pemahaman manajemen risiko sangat bergantung kepada dari sudut
pandang mana seseorang melihatnya. Dalam bidang kesehatan dan keselamatan
lebih diartikan sebagai pengendalian risiko salah satu pihak (pasien atau
masyarakat) oleh pihak yang lain (pemberi layanan). Sementara di dalam suatu
komunitas pemberi layanan kesehatan itu sendiri, yaitu pengelola rumah sakit dan
para tenaga kesehatannya, harus diartikan sebagai suatu upaya kerjasama berbagai
pihak untuk mengendalikan risiko bersama.
The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO)
memberikan pengertian manajemen risiko sebagai aktivitas klinik dan administratif
yang dilakukan oleh rumah sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan
pengurangan risiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, personil,
pengunjung dan rumah sakit itu sendiri. Kegiatan tersebut meliputi identifikasi risiko
hukum (legal risk), memprioritaskan risiko yang teridentifikasi, menentukan respons
rumah sakit terhadap risiko, mengelola suatu kasus risiko dengan tujuan
meminimalkan kerugian (risk control), membangun upaya pencegahan risiko yang
efektif dan mengelola pembiayaan risiko yang adekuat (risk financing).
Manajemen risiko yang komprehensif meliputi seluruh aktivitas rumah sakit,
baik operasional maupun yang bersifat klinis, oleh karena risiko dapat muncul dari
kedua bidang tersebut. Bahkan akhir-akhir ini meliputi pula risiko yang berkaitan
dengan managed care dan risiko kapitasi, merger dan akuisisi, risiko kompensasi
ketenagakerjaan, corporate compliance dan etik organisasi.
Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko, sebagian di antaranya
berisiko ringan atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula yang
memberikan konsekuensi medik yang cukup berat.
B. Latar Belakang
Rumah sakit dan puskesmas adalah sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai
tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Potensi bahaya di rumah sakit,
selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang
mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakaan (peledakan,
kebakaran,kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-
sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas
anestesi,gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya
tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit,
para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit.
Rumah sakit mempunyai karekteristik khusus yang dapat meningkatkan
peluang kecelakaan. Misalnya, petugas acap kali menggunakan dan menyerahkan
instrumen benda-benda tajam tanpa melihat atau membiarkan orang lain tahu apa
yang sedang mereka lakukan. Ruang kerja yang terbatas dan kemampuan melihat
apa yang sedang terjadi di area operasi bagi sejumlah anggota tim (perawat
instrument atau asisten) dapat menjadi buruk. Hal ini dapat mempercepat dan
menambah stress kecemasan, kelelahan, frustasi, dan kadang-kadang bahkan
kemarahan. Pada akhirnya, paparan atas darah acapkali terjadi tanpa
sepengetahuan orang tersebut, biasanya tidak diketahui sehingga sarung tangan
dilepaskan pada akhir prosedur yang memperpanjang durasi paparan. Pada
kenyataannya, jari jemari acap kali menjadi tempat goresan kecil dan luka,
meninggalkan risiko infeksi terhadap pathogen yang ditularkan lewat darah.
Rumah sakit menyadari bahwa dalam memberikan pelayanan baik medis
maupun non medis mempunyai risiko-risiko. Risiko didefinisikan sebagai
kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi yang dapat
memberikan pengaruh kepada hasil akhir. Risiko yang dicegah berupa risiko klinis
dan risiko non klinis. Risiko klinis adalah risiko yang dikaitkan langsung dengan
layanan medis maupun layanan lain yang dialami pasien selama di rumah sakit.
Sementara risiko non medis ada yang berupa risiko bagi organisasi maupun risiko
finansial. Risiko organisasi adalah yang berhubungan langsung dengan komunikasi,
produk layanan, proteksi data, sistem informasi dan semua risiko yang dapat
mempengaruhi pencapaian organisasi. Risiko finansial adalah risiko yang dapat
mengganggu kontrol finansial yang efektif, salah satunya adalah sistem yang
harusnya dapat menyediakan pencatatan akuntansi yang baik.
Manajemen Risiko dalam pelayanan kesehatan merupakan upaya untuk
mereduksi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), apabila hal ini terjadi akan merupakan
beban tersendiri, terlepas dari KTD tersebut karena risiko yang melekat ataupun
memang setelah dianalisis karena adanya error atau negligence dalam pelayanan.
Apabila KTD sudah terjadi, beban pelayanan tidak hanya pada sisi finansial semata,
namun beban psikologis dan sosial kadang-kadang terasa lebih berat.
Untuk mencegah KTD dan menempatkan risiko KTD secara proporsional
beberapa pendekatan dapat dilakukan pada sumber penyebab itu sendiri, baik pada
faktor manusianya (pasien dan tenaga kesehatannya), maupun dari sisi
organisasinya. Dari sisi organisasi, konsep intervensi organisasi-pendekatan pada
sistem (sarana) pelayanan kesehatan memerlukan penanganan khusus namun akan
jauh lebih antisipatif dalam mengelola risiko kemungkinan terjadinya KTD. Sehingga
manajemen risiko melalui konsep pengelolaan pada sistem pelayanan kesehatan
merupakan metode yang banyak dikembangkan akhir-akhir ini.
Manajemen risiko antara lain meliputi :
a) Manajemen pengobatan / pelayanan pasien.
b) Risiko jatuh.
c) Pengendalian infeksi.
d) Gizi.
e) Risiko Peralatan.
f) Risiko sebagai akibat kondisi yang sudah lama berlangsung.

Rumah Sakit menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan


manajemen risiko. Komponen-komponen dalam manajemen risiko antara lain :
a) Identifikasi risiko.
b) Prioritas risiko.
c) Pelaporan risiko.
d) Pengelolaan risiko.
e) Investigasi kejadian yang tidak diharapkan (KTD).
f) Manajemen terkait tuntutan (klaim).
Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentukan
konteks yang diperlukan karena manajemen risiko sangat luas dan bermacam
aplikasinya salah satu diantaranya adalah manajeme risiko K3. Untuk manajemen
risiko K3 sendiri, juga diperlukan penentuan konteks yang akan dikembangkan
misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, hygiene, industri dan
lainnya. Dari konteks tersebut masih dapat dikembangkan lebih lanjut misalnya
manajemen risiko untuk aktifitas rumah sakit. Penentuan konteks ini diselaraskan
dengan visi dan misi organisasi serta sasaran yang ingin dicapai. Lebih lanjut
ditetapkan pula kriteria risiko yang sesuai bagi organisasi. Setalah menetapkan
konteks manajemen risiko, langkah berikutnya adalah melakukan identifikan bahaya,
analisa dan evaluasi risiko serta menentukan langkah atau strategi pengendaliannya.

C. Tujuan
a) Menciptakan cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS, pasien serta pengunjung
di RSUD Muaradua.
b) Meminimalkan kerugian dan dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan dan
sakit, meningkatkan kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi melalui
suasana kerja yang aman,sehat, dan nyaman, memotong mata rantai kejadian
kerugian akibat kegagalan.
c) Mengidentifikasi sumber dari risiko.
d) Mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi risiko.
e) Memaparkan mengenai sistem pengorganisasian Manajemen Risiko.
f) Memaparkan mengenai pelaksanaan jadwal kegiatan program Manajemen
Risiko.
BAB II
PENGERTIAN-PENGERTIAN DALAM MANAJEMEN RISIKO

A. Risiko
Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan.
Jenis-jenis risiko dalam pelayanan rumah sakit :
a) Corporate risk.
Kejadian yang akan memberikan dampak negatif terhadap tujuan organisasi.
b) Non-clinical (Physical) risk.
Bahaya potensial akibat lingkungan.
c) Clinical risk.
Bahaya potensial akibat pelayanan klinis.
d) Financial risk.
Risiko finansial yang secara negatif akan berdampak pada kemampuan
organisasi dalam mencapai tujuan.

B. Risk Manajement
Pengertian Manajemen Risiko
a) Risk manajement merupakan salah satu komponen penting dari clinical
governance
b) Risk manajement merupakan proses mengenal, mengevaluasi,
mengendalikan,meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh
c) Manajemen risiko merupakan metode penanganan sistematis formal dimana
dikonsentrasikan pada pengidentifikasian dan pengontrolan peristiwa atau
kejadian yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan
d) Upaya menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi di sebuah organisasi
perusahaan ataupun yang lainnya, diperlukan sebuah proses yang dinamakan
sebagai manajemen risiko.

Elemen struktur dari manajemen risiko


a) Authority : Siapa yang bertanggung jawab
b) Visibility : Manager maupun program-progamnya
c) Communication : Tindakan berbagi atau bertukar pikiran, ide, dan pendapat
antara dua orang atau lebih.
d) Coordination : Tindakan mengatur, menertibkan, atau membuat segala
sesuatunya berjalan lancar bersama.
e) Accountability : suatu tanggung jawab dari tugas atau kewajiban yang sudah
dilakukan. Akuntabilitas biasanya terkait dengan akuntansi dan manajemen
dalam perusahaan. 

C. Clinical Risk Manajement


Suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang menempatkan pasien pada
suatu risiko dan tindakan untuk mencegah terjadinya risiko tersebut ( Sheenu jhawar,
Mid Stafford General Hospital, UK)

PRO-ACTIVE
a) Prosedur operasional untuk mengangkat dan mengarahkan isu-isu risiko klinis
yang mungkin terjadi melalui kejelasan tanggung jawab dan kendali pada semua
lini pelayanan.
b) Pemahaman terhadap tingkat dan proses pengambilan keputusan sehingga tidak
terjadi tumpang tindih.
c) Pendekatan multidisiplin dalam mengelola risiko
d) Pelatihan orientasi bagi karyawan baru,terutama dalam mengoperasikan
peralatan medis/klinis
e) Kebijakan dalam pemeliharaan peralatan yang dikerjakan secara konsisten
1. Kebijakan dalam fire safety
2. Infectious and non-infectious waste manajement
3. Infection control
4. Occupation health
f) Audit klinis yang dilaksanakan secara teratur dengan tindak lanjut yang nyata
g) Pengelolaan dokumen rekam medik,pencatatan medik yang akurat dan terjamin
ketelusuran
h) Komunikasi dalam tim medis, tim keperawatan terpelihara dengan baik
i) Serah terima dilakukan secara adekuat
j) Adanya komunikasi yang terdokumentasi antara staff dan pasien/keluarga
mengenai keputusan terapi/tindakan klinis
k) Dokumentasi spesifik keadaan-keadaan medis tertentu, misalnya alergi,sdb,
pada rekam medik, yang secara legal ditandatangani.
BAB III
PENGORGANISASIAN

A. Struktur Organisasi Komite Mutu

DIREKTUR

KETUA KOMITE MUTU

SEKRETARIS

ANGGOTA

PIC

B. Tugas dan fungsi Komite Mutu


1. Komite Mutu bertugas membantu Direktur Rumah Sakit dalam pelaksanaan dan
evaluasi peningkatan mutu,keselamatan pasien, dan manajemen risiko di Rumah
Sakit.
2. Dalam melaksanakan tugas pelaksanaan dan evaluasi peningkatan mutu, Komite
Mutu memiliki fungsi.
3. Penyusunan kebijakan, pedoman dan program kerja terkait pengelolaan dan
penerapan program mutu pelayanan Rumah Sakit
a) Pemberian masukan dan pertimbangan kepada kepala atau Direktur Rumah
sakit terkait perbaikan mutu tingkat Rumah Sakit
b) Pemilihan prioritas perbaikan tingkat Rumah Sakit dan pengukuran indikator
tingkat Rumah Sakit serta menindaklanjuti hasil capaian indikator tersebut
c) Pemantauan dan memandu penerapan program mutu di unit kerja
d) Pemantauan dan memandu unit kerja dalam memilih prioritas perbaikan,
pengukuran mutu/indikator mutu, dan menindaklanjuti hasil capaian indikator
mutu
e) Fasilitasi penyusunan profil indikator mutu dan instrument untuk pengumpulan
data
f) Fasilitasi pengumpulan data, analisis capaian, validasi dan pelaporan data dari
seluruh unit kerja
g) Pengumpulan data, analisis capaian, validasi dan pelaporan data indikator
prioritas Rumah Sakit dan indikator mutu nasional Rumah Sakit
h) Koordinasi dan komunikasi dengan komite medis dan komite lainnya, satuan
pemeriksaan internal, dan unit kerja lainnya yang terkait, serta staf
i) Pelaksanaan dukungan untuk implementasi budaya mutu di Rumah Sakit
j) Pengkajian standar mutu pelayanan di Rumah Sakit terhadap pelayanan,
pendidikan, dan penelitian
k) Penyelenggaraan pelatihan peningkatan mutu
l) Penyusunan laporan pelaksanaan program peningkatan mutu.
4. Dalam melaksanakan tugas pelaksanaan dan evaluasi keselamatan pasien,
Komite Mutu memiliki fungsi:
a) Penyusunan kebijakan, pedoman dan program kerja terkait keselamatan pasien
Rumah Sakit
b) Pemberian masukan dan pertimbangan kepada Kepala atau Direktur Rumah
Sakit dalam rangka pengambilan kebijakan keselamatan pasien
c) Pemantauan dan memandu penerapan keselamatanpasien di unit kerja
d) Motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan dan penilaian tentang penerapan
program keselamatan pasien
e) Pencatatan, analisis, dan pelaporan insiden, termasuk melakuakan Root Cause
Analysis (RCA), dan pemberian solusi untuk meningkatkan keselamatan pasien
f) Pelaporan Insiden secara continue sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
g) Melaksanakan pelatihan keselamatan pasien dan
h) Penyusunan laporan pelaksanaan program keselamatan pasien.
5. Dalam melaksanakan tugas pelaksanaan dari evaluasi manajemen risiko, Komite
Mutu memiliki fungsi:
a) Penyusunan kebijakan, pedoman dan program kerja terkait manajemen risiko di
Rumah Sakit
b) Pemberian masukan dan pertimbangan kepada Kepala atau Direktur Rumah
Sakit terkait manajemen risiko di Rumah Sakit
c) Pemantauan dan memandu penerapan manajemen risiko di unit kerja
d) Pemberian usulan atas profil risiko dana rencana penanganannya
e) Pelaksanaan dan pelaporan rencana penanganan risiko sesuai lingkup
tugasnya
f) Pemberian usulan rencana kontingensi apabila kondisi yang tidak normal terjadi
g) Pelaksanaan penanganan risiko tinggi
h) Pelaksanaan pelatihan manajemen risiko
i) Penyusunan laporan pelaksanaan program manajemen risiko
6. Selain melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud diatas, Komite Mutu juga
melaksanakan fungsi persiapan dan penyelenggaraan akreditasi Rumah Sakit.
BAB IV
PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

A. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


Kegiatan pokok Program Manajemen Risiko di Rumah Sakit adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan Konteks
Konteks dimana proses manajemen risiko dijalankan, tertuang dalam kerangka
acuan / panduan Manajemen Risiko. Kebijakan Manajemen Risiko selain memuat
definisi, ruang lingkup, tujuan, proses, ketetapan dampak dan kekerapan, terdapat
juga kriteria risiko. Manajemen Risiko memberikan kontribusi kepada good corporate
governance, dengan memperkecil kerugian (jika risiko berdampak negatif) dan
memperbesar peluang (jika risiko berdampak positif).
Manajemen risiko tidak hanya menjadi kewenangan dari Direktur, namun juga
menjadi tanggung jawab seluruh unit. Dengan demikian diharapkan setiap individu
merasa bertanggung jawab atas risiko yang timbul di dalam pelaksanaan tugasnya,
sehingga risiko tidak hanya menjadi tanggung jawab Panitia Keselamatan Pasien
Rumah Sakit saja. Hal ini tampak sebagai upaya menanamkan budaya sadar risiko
pada setiap individu di rumah sakit, yang merupakan hal terpenting dalam penerapan
manajemen risiko.
Penerapan manajemen risiko sangat diperlukan untuk meminimalkan risiko,
mencegah kejadian yang tidak diharapkan, dan tentunya untuk keselamatan pasien,
staf dan lingkungan rumah sakit. Tujuan manajemen risiko terdapat dalam kerangka
acuan / panduan manajemen risiko, yang berisi definisi, ruang lingkup dan tujuan dari
manajemen risiko. Terdapat juga ketetapan mengenai skor dampak dan kekerapan,
serta kriteria risiko untuk menjalankan manajemen risiko. Panduan mengenai
manajemen risiko dibuat oleh Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit 5 (KPRS).
Panduan Praktik Klinik (PPK) dan Standar Prosedur Operasional (SPO) rumah sakit
harus dibuat untuk meminimalkan risiko.
Direktur rumah sakit memiliki tanggung jawab tertinggi terhadap pelaksanaan
manajemen risiko. Direktur rumah sakit juga melakukan pemantauan dan
pengambilan keputusan.
2. Identifikasi Risiko
Pemahaman dasar mengenai risiko sangat penting agar seseorang dapat
melakukan identifikasi maupun menilai risiko. Penerapan proses manajemen risiko
perlu melibatkan dan disosialisasikan kepada seluruh staf rumah sakit tidak terkecuali
dokter untuk melakukan identifikasi dan analisis.
Identifikasi risiko dilakukan melalui proses pelaporan terhadap suatu risiko
maupun kejadian. Dilakukan oleh semua staf yang melakukan, melihat maupun
mendengar suatu risiko atau kejadian. Proses pelaporan tersebut disosialisasikan
kepada semua staf baru dalam program orientasi umum. Identifikasi dilakukan melalui
kegiatan audit mutu internal, pemantauan indikator mutu, indikator keselamatan
pasien, audit medik, diskusi kasus, survei kepuasan pelanggan, check list, FMEA dan
insiden report.
Dalam seluruh kegiatan identifikasi risiko selalu ditekankan 3 (tiga) hal yaitu
no blame, no name and no shame, sehingga bukan orangnya yang ditekankan dalam
suatu kejadian namun lebih pada sistemnya. Adalah penting menanamkan budaya
tidak menyalahkan dan mempermalukan oleh karena setiap manusia memang dapat
saja melakukan suatu kesalahan setiap hari. Namun terlebih dari pada itu, adalah
penting untuk melihat apakah kesalahan tersebut merupakan kelalaian yang timbul
oleh karena kompleksitas sistem yang kurang mendukung. Selain itu dengan
mempermalukan dan menyalahkan, pelaporan akan sulit diperoleh karena adanya
kekhawatiran dan ketakutan untuk melaporkan sehingga langkah awal dari
manajemen risiko tidak dapat dijalankan. Untuk itu, berbagai pendekatan
menggunakan kombinasi metode harus digunakan untuk meningkatkan proses
indentifikasi terhadap risiko dan hazards.

3. Analisis dan Penilaian Risiko


Analisis masalah dilakukan oleh masing-masing unit. Selain itu dilakukan analisa
untuk mengetahui peringkat risiko / kejadian dengan menggunakan kriteria yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit. Kriteria tersebut tercantum dalam lembar pelaporan
insiden maupun dalam risk register. Dalam lembar pelaporan insiden, terdapat tabel
kriteria untuk konsekuensi kejadian serta kekerapan/ probabilitas kejadian.
Penilaian risiko merupakan proses menganalisa tingkat resiko, pertimbangan
tingkat bahaya dan mengevaluasi apakah sumber bahaya dapat dikendalikan atau
tidak, dengan memperhitungkan segala kemungkinan yang terjadi. Indikator yang bisa
dijadikan dasar penilaian di area kritis antara lain :

a) Adanya penilaian risiko untuk setiap bahaya yang ada.


b) Terdapat risk matrix.
Untuk mengidentifikasi potensi kerugian gunakan tabel matriks kualitatif.
Menentukan Nilai probabilitas kerugian menggunakan 3 kategori: Critical, Very
Serious dan Less Serious.
Analisa matriks grading risiko (KKP-RS, 2008) : Penilaian matriks risiko adalah
suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu insiden
berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
a) Dampak (Consequences) Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah
seberapa berat akibat yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai
meninggal.
b) Probabilitas / Frekuensi / Likelihood Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi
risiko adalah seberapa seringnya insiden tersebut terjadi.

Tabel 1
Penilaian Dampak
Tingkat Kategori Deskripsi
Risiko
1 Tidak ignifikat Tidak ada cedera dan kerugian
2 Minor Cidera ringan dan dapat diatasi dengan
pertolongan pertama
3 Moderat Cidera sedang, berkurangnya fungsi
motoric / sensorik / psikologi atau
intelektual yang bersifat reversible dan
dapat memperpanjang perawatan
4 Mayor Cidera luas, kehilang fungsi motoric /
sensorik / psikologi atau intelektual yang
bersifat irreversible, tidak berhubung
dengan penyakit
5 Katastropik Kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit
Table 2
Penilaian Probabilitas
Tingkat Kategori Deskripsi
Risiko
1 Hampir tidak terjadi Peristiwa hanya akan timbul pada kondisi
yang luar biasa
Persentase 0–10 %
2 Jarang terjadi Peristiwa diharapkan tidak terjadi
Persentase >10-30 %
3 Kadang terjadi Peristiwa kadang-kadang bias terjadi
Persentase >30-50%
4 Sering terjadi Peristiwa sangat mungkin terjadi pada
sebagai kondisi
Persentase >50-90%
5 Hapir pasti terjadi Peristiwa selalu terjadi hamper pada setiap
kondisi
Persentase >90% dalam 1 periode

Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel


Matriks Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.

Table 3
Matriks Grading Risiko
Peringkat Keterangan Probabilitas Definisi
Deteksi
1 Pasti untuk 10 keluar 10 Hampir selalu segera
mendeteksi terdekeksi
2 Kemungkinan 7 dari 10 Kemungkinan terdeteksi
Tinggi
3 Kemungkinan 5 dari 10 Kemungkinan deteksi sedang
sedang
4 Kemungkinan 2 dari 10 Tidak mungkin terdeteksi
rendah
5 Hampir tertentu 0 dari 10 Deteksi tidak mungkin dititik
untuk tidak apapun
mendeteksi

a. Skor Risiko

SKOR RISIKO : DAMPAK X PROBABILITY


Cara menghitung skor risiko :
Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko (tabel 3) :
1. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri.
2. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan.
3. Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan
dampak.

b. Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu :
Biru, Hijau, Kuning dan Merah. Warna “bands” akan menentukan investigasi yang
akan dilakukan :
Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana.
Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif / RCA.

WARNA BANDS : HASIL PERTEMUAN ANTARA NILAI DAMPAK YANG


DIURUT KEBAWAH DAN NILAI PROBABILITY YANG
DIURUT KE SAMPING KANAN

Contoh : Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di RS X
terjadi pada 2 tahun yang lalu.
Nilai dampak : 5 (katastropik) karena pasien meninggal.
Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn lalu.
Skoring risiko : 5 x 3 = 15.
Warna Bands : Merah (ekstrim).

Tingkat Risiko Skor Risiko Warna Risiko


Ekstrim (15-25) Merah
Tinggi (8-12) Kuning
Sedang (4-6) Hijau
Rendah (1-3) Biru

Table 4
Tindakan sesuai Tingkat dan bands risiko
Level / Bands Tindakan
Extreme (sangat tinggi) Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari
membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai
ke Diriktur.
High (tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari
Kaji dengan detil & perlu tindakan segera serta
membutuhkan perhatian top manajemen.
Moderate (sedang) Risiko sedang, dilakukan investigasi sederhana
paling lama 2 minggu. Manajer / Pimpinan Klinis
sebaiknya menilai dampak terhadap biaya dan
kelola risiko
Low (rendah) Risiko rendah, dilakukan investigasi sederhana
paling lama 1 minggu diselesaikan dengan
prosedur rutin.

c. Adanya risk profile atau risk mapping.


Misalnya : di ruang ICU harus ada pemetaan jenis kuman yang berkembang
Manajemen risiko antara lain meliputi :
a) Manajemen pengobatan / pelayanan pasien.
b) Risiko jatuh.
c) Pengendalian infeksi.
d) Gizi.
e) Risiko Peralatan.
f) Risiko sebagai akibat kondisi yang sudah lama berlangsung.
Dalam menganalisis manajemen risiko di atas, rumah sakit menggunakan
suatu alat analisis proaktif akibat kejadian yang dapat berakhir dengan proses
risiko yang juga kritikal yaitu proses Failure Mode and Effects Analysis (FMEA).

B. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Melaksanakan program, meliputi :
a) Identifikasi Risiko.
b) Menetapkan Prioritas Risiko.
c) Pelaporan tentang Risiko.
d) Manajemen Risiko.
e) Penyelidikan KTD, melalui kegiatan Root Cause Analysis (RCA) dan Failure
Mode Effect Analysis (FMEA).
f) Manajemen dari hal lain yang terkait.
2. Melaksanakan program pengawasan manajemen risiko fasilitas / lingkungan
rumah sakit, meliputi :
a) Merencanakan semua aspek dari program.
b) Melaksanakan program.
c) Merencanakan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajemen risiko.
d) Memonitor dan melaksanakan uji coba program.
e) Evaluasi dan revisi program secara berkala.
f) Membuat laporan tahunan tentang pencapaian program.
g) Menyelenggarakan pengorganisasian dan pengelolaan secara konsisten dan
terus menerus.
3. Melaksanakan koordinasi dengan Panitia Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Rumah Sakit (K3RS) dalam hal menyusun perencanaan pengelolaan risiko
fasilitas / lingkungan, meliputi :
a) Keselamatan.
b) Keamanan.
c) Bahan Berbahaya.
d) Manajemen Emergensi.
e) Pengamanan Kebakaran.
f) Peralatan Medis.
g) Sistem Utilitas.

C. Sasaran
1. Direktur.
2. Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS).
3. Panitia Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI).
4. Panitia Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS).
5. Seluruh staf dan karyawan baik medis maupun non medis.

D. Manajemen Risiko yang berkaitan dengan Patient Safety


1. Pelaporan Insiden.
2. Identifikasi Risiko.
3. Risk Grading matrix.
4. Investigasi Kejadian yang Tidak Diharapkan dibagi dua yaitu:
a) Investigasi Sederhana.
b) Investigasi Komprehensif (RCA).
5. Analisis modus kegagalan dan dampak (FMEA).

E. Penjadwalan Manajemen Risiko yang berkaitan dengan Patient Safety.

No Kegiatan Jadwal

Jan Fe Mar Apr Me Jun Jul Ag Sep Okt Nov Des


b i s

1 Pelaporan
Insiden

2 Identifikasi
dan Register R

3 Risk Grading
Matrix

4 Investigasi
Sederhana

5 Investigasi
komprehensif
(RCA)

6 Analisis
modus
kegagalan dan
dampak
(FMEA)
BAB V
PENUTUP

Program Manajemen Risiko RSUD MUaradua ini dijadikan sebagai acuan


pelaksanaan kegiatan program manajemen risiko yang berupa penjadwalan kegiatan
yang berkaitan dengan patient safety.
Dengan dilaksanakannya Program Manajemen Risiko ini dengan baik dan
benar maka diharapkan akan terwujud tercapainya tujuan sesuai target, tercapainya
100% seluruh proses dalam program Manajemen Risiko.

Anda mungkin juga menyukai