Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM MANAJEMEN RESIKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


MUARADUA

TAHUN 2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit dan puskesmas adalah sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai
tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Potensi bahaya di rumah sakit,
selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang
mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakaan (peledakan,
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber
cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi,
gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut jelas
mengancam jiwa bagi kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien
maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit.
Rumah sakit mempunyai karakteristik khusus yang dapat meningkatkan peluang
kecelakaan. Misalnya, petugas acap kali menggunakan dan menyerahkan instrumen
benda-benda tajam tanpa melihat atau membiarkan orang lain tahu apa yang sedang
mereka lakukan. Ruang kerja yang terbatas dan kemampuan melihat apa yang sedang
terjadi di area operasi bagi sejumlah anggota tim (perawat instrumen atau asisten)
dapat menjadi buruk. Hal ini dapat mempercepat dan menambah stres kecemasan,
kelelahan, frustasi dan kadang-kadang bahkan kemarahan. Pada akhirnya, paparan
atas darah acapkali terjadi tanpa sepengetahuan orang tersebut, biasanya tidak
diketahui hingga sarung tangan dilepaskan pada akhir prosedur yang memperpanjang
durasi paparan. Pada kenyataannya, jari jemari acap kali menjadi tempat goresan kecil
dan luka, meningkatkan risiko infeksi terhadap patogen yang ditularkan lewat darah.
Mengelola risiko harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan
manajemen risiko yang meliputi:
1. Identifikasi risiko
2. Analisa risiko
3. Prioritas risiko
4. Pelaporan risiko

2
5. Pengelolaan risiko
6. Investigasi kejadian yang tidak diharapkan (KTD)
7. Manajemen terkait tuntutan (klaim)

Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentukan konteks


yang diperluhkan karena manajemen risiko sangat luas dan bermacam aplikasinya
salah satu diantaranya adalah manajemen risiko K3. Untuk manajemen risiko K3
sendiri,juga diperlukan penentuan konteks yang akan dikembangkan misalnya
menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, hygiene, industri,dan lainnya. Dari
konteks tersebut masih dapat dikembangkan lebih lanjut misalnya manajemen risiko
untuk aktivitas rumah sakit. Penentuan konteks ini diselaraskan dengan visi dan misi
organisasi serta sasaran yang ingin dicapai. Lebih lanjut ditetepkan pula kriteria risiko
yang sesuai bagi organisasi. Setelah  menetapkan konteks manajemen risiko, langkah
berikutnya adalah melakukan identifikan bahaya, analisa dan evaluasi risiko serta
menentukan langkah atau strategi pengendaliannya.

B. Tujuan
1. Menciptakan cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS, pasien serta pengunjung
di RSUD Muaradua
2. Meminimalkan kerugian dan dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan dan
sakit, meningkatkan kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi melalui
suasana kerja yang aman, sehat dan nyaman, memotong mata rantai kejadian
kerugian akibat kegagalan
3. Mengidentifikasi sumber dari risiko
4. Mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi risiko
5. Memaparkan mengenai sistem pengorganisasian Manajemen Risiko.
6. Memaparkan mengenai pelaksanaan jadwal kegiatan program Manajemen
Risiko

3
BAB II
PENGERTIAN –PENGERTIAN DALAM MANAJEMEN RISIKO

A. Risiko
Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada
tujuan.
Jenis-jenis risiko dalam pelayanan rumah sakit:
a. Corporate risk:
Kejadian yang akan memberikan dampak negatif terhadap tujuan organisasi
b. Non-clinical (physical) risk
Bahaya potensial akibat lingkungan
c. Clinical risk
Bahaya potensial akibat pelayanan klinis
d. Financial risk
Risiko finansial yang secara negatif akan berdampak pada kemampuan
organisasi dalam mencapai tujuan.

B. Risk Management
Pengertian Manajemen Risiko
a. Risk management merupakan salah satu komponen penting dari clinical
governance
b. Risk Management merupakan proses mengenal, mengevaluasi,
mengendalikan, meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara
menyeluruh
c. Manajemen risiko merupakan metode penanganan sistematis formal dimana
dikonsentrasikan pada pengidentifikasian dan pengontrolan peristiwa atau
kejadian yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan
d. Upaya menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi di sebuah
organisasi perusahaan ataupun yang lainnya, diperlukan sebuah proses yang
dinamakan sebagai manajemen risiko.

4
Elemen struktur dari manajemen risiko
a. Authority : siapa yang bertanggung jawab
b. Visibility : manager maupun program-programnya
c. Communication
d. Coordination
e. Accountability

C. Clinical Risk Management


Suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang menempatkan pasien
pada suatu risiko dan tindakan untuk mencegah terjadinya risiko tersebut
(Sheenu Jhawar, Mid Stafford General Hospital, UK)

PRO-ACTIVE
a. Prosedur operasional untuk mengangkat dan mengarahkan isu-isu risiko klinis
yang mungkin terjadi melalui kejelasan tanggung jawab dan kendali pada
semua lini pelayanan.
b. Pemahaman terhadap tingkat dan proses pengambilan keputusan sehingga
tidak terjadi tumpang tindih
c. Pendekatan multidisiplin dalam mengelola risiko
d. Pelatihan orientasi bagi karyawan baru, terutama dalam mengoperasikan
peralatan medis/klinis
e. Kebijakan dalam pemeliharaan peralatan yang dikerjakan secara konsisten
1. Kebijakan dalam:fire safety
2. Infectious and non-infectious waste management
3. Infection control
4. Occupational health
f. Audit klinis yang dilaksanakan secara teratur dengan tindak lanjut yang nyata
g. Pengelolaan dokumen rekam medik, pencatatan medik yang akurat dan
terjamin ketelusuran

5
h. Komunikasi dalam tim medis, tim keperawatan terpelihara dengan baik
i. Serah terima dilakukan secara adekuat
j. Adanya komunikasi yang terdokumentasi antara staff dan pasien/keluarga
mengenai keputusan terapi/tindakan klinis
k. Dokumentasi spesifik keadaan-keadaan medis tertentu, misalnya alergi, dsb,
pada rekam medik, yang secara legal ditandatangani.

6
BAB III
PENGORGANISASIAN

A. STRUKTUR ORGANISASI KOMITE MUTU

B. Tugas dan Fungsi Komite Mutu

1. Komite Mutu bertugas membantu Direktur Rumah Sakit dalam pelaksanaan


dan evaluasi peningkatan mutu, keselamatan pasien, dan manajemen risiko di
Rumah Sakit.

2. Dalam melaksanakan tugas pelaksanaan dan evaluasi peningkatan mutu,


Komite Mutu memiliki fungsi:
a. Penyusunan kebijakan, pedoman dan program kerja terkait pengelolaan
dan penerapan program mutu pelayanan Rumah Sakit;
b. Pemberian masukan dan pertimbangan kepada Kepala atau Direktur
Rumah Sakit terkait perbaikan mutu tingkat Rumah Sakit;

7
c. Pemilihan prioritas perbaikan tingkat Rumah Sakit dan pengukuran indikator
tingkat Rumah Sakit serta menindaklanjuti hasil capaian indikator tersebut;
d. Pemantauan dan memandu penerapan program mutu di unit kerja;
e. Pemantauan dan memandu unit kerja dalam memilih prioritas perbaikan,
pengukuran mutu/indikator mutu, dan menindaklanjuti hasil capaian indikator
mutu;
f. Fasilitasi penyusunan profil indikator mutu dan instrumen untuk
pengumpulan data;
g. Fasilitasi pengumpulan data, analisis capaian, validasi dan pelaporan data
dari seluruh unit kerja;
h. Pengumpulan data, analisi capaian, validasi, dan pelaporan data indikator
prioritas Rumah Sakit dan indikator mutu nasional Rumah Sakit;
i. Koordinasi dan komunikasi dengan komite medis dan komite lainnya, satuan
pemeriksaan internal, dan unit kerja lainnya yang terkait, serta staf;
j. Pelaksanaan dukungan untuk implementasi budaya mutu di Rumah Sakit;
k. Pengkajian standar mutu pelayanan di Rumah Sakit terhadap pelayanan,
pendidikan, dan penelitian;
l. Penyelenggaraan pelatihan peningkatan mutu; dan
m. Penyusunan laporan pelaksanaan program peningkatan mutu.

3. dalam melaksanakan tugas pelaksanakan dan evaluasi keselamatan pasien,


Komite Mutu memiliki fungsi:
a. Penyusunan kebijakan, pedoman dan program kerja terkait keselamatan
pasien Rumah Sakit;
b. Pemberian masukan dan pertimbangan kepada Kepala atau Direktur
Rumah Sakit dalam rangka pengambilan kebijakan keselamatan pasien;
c. Pemantauan dan memandu penerapan keselamatan pasien di unit kerja;
d. Motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan dan penilaian tentang penerapan
program keselamatan pasien;

8
e. Pencatatan, analisis, dan pelaporan insiden, termasuk melakukan Root
Cause Analysis (RCA), dan pemberian solusi untuk meningkatkan
keselamatan pasien;
f. Pelaporan insiden secara kontinu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
g. Melaksanakan pelatihan keselamatan pasien; dan
h. Penyusunan laporan pelaksanaan program keselamatan pasien.

4. Dalam melaksanakan tugas pelaksanaan dari evaluasi manajemen risiko,


Komite Mutu memiliki fungsi:
a. Penyusunan kebijakan, pedoman dan program kerja terkait manajemen
risiko di Rumah Sakit;
b. Pemberian masukan dan pertimbangan kepada Kepala atau Direktur
Rumah Sakit terkait manajemen risiko di Rumah Sakit;
c. Pemantauan dan memandu penerapan manajemen risiko di unit kerja;
d. Pemberian usulan atas profil risiko dana rencana penanganannya;
e. Pelaksanaan dan pelaporan rencana penanganan risiko sesuai lingkup
tugasnya;
f. Pemberian usulan rencana kontingensi apabila kondisi yang tidak normal
terjadi;
g. Pelaksanaan penanganan risiko tinggi;
h. Pelaksanaan pelatihan manajemen risiko; dan
i. Penyusunan laporan pelaksanaan program manajemen risiko.

5. Selain melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud diatas, Komite Mutu juga


melaksanakan fungsi persiapan dan penyelenggaraan akreditasi Rumah Sakit.

BAB IV

9
PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

A. Manajemen Risiko yang berkaitan dengan Patient Safety


a. Pelaporan Insiden
b. Identifikasi Risiko
c. Risk Grading Matrix
d. Investigasi Kejadian yang Tidak Diharapkan dibagi dua yaitu:
1. Investigasi Sederhana
2. Investigasi Komprehensif (RCA)
e. Analisis modus kegagalan dan dampak (FMEA)

No Kegiatan Jadwal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pelaporan Insiden

2 Identifikasi dan Register


Risiko

3 Risk Grading Matrix

4 Investigasi Sederhana

5 Investigasi Komprehensif
(RCA)

6 Analisis modus kegagalan


dan dampak (FMEA)

B. Penjadwalan Manajemen Risiko yang berkaitan dengan Patient Safety

BAB V

10
PENUTUP

Program Manajemen Risiko RSUD Muaradua ini dijadikan sebagai acuan


pelaksanaan kegiatan program manajemen risiko yang berupa penjadwalan kegiatan yang
berkaitan dengan patient safety.
Dengan dilaksanakannya Program Manajemen Risiko ini dengan baik dan benar
maka diharapkan akan terwujud tercapainya tujuan sesuai target, tercapainya 100% seluruh
proses dalam program Manajemen Risiko.

11

Anda mungkin juga menyukai