Anda di halaman 1dari 32

PANDUAN

BUDAYA KESELAMATAN PASIEN


NOMOR :

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


LA PATARAI KABUPATEN BARRU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan Buku
Pedoman Assesment Budaya Keselamatan Pasien yang
diperuntukkan untuk kalangan pegawai di RSUD La Patarai
Kabupaten Barru.
Buku panduan ini disusun selain sebagai syarat akreditasi di
RSUD La Patarai Kabupaten Barru. Rumah sakit juga dapat
mengetahui perilaku-perilaku karyawan berdasarkan hasil survey
agar dapat mendukung dan mengetahui persepsi dan perilaku yang
perlu dikembangkan untuk mewujudkan keselamatan pasien.
Pada kesempatan ini Kami mengucapkan terima kasih kepada
segala pihak yang turut berpartisipasi dalam membantu
penyusunan buku panduan ini. Semoga Buku Pedoman ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi kalangan pegawai RSUD La
Patarai Kabupaten Barru dalam melakukan Assesmen Budaya
Keselamatan Pasien. Sehingga dapat tercipta suatu budaya
keselamatan pasien dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di
RSUD La Patarai Kabupaten Barru

Barru, 06 Juni 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I............................................................................................................. 1
DEFINISI.................................................................................................. 1
BAB II............................................................................................................8
RUANG LINGKUP..................................................................................... 8
BAB III.......................................................................................................... 9
TATA LAKSANA....................................................................................................9
BAB IV........................................................................................................ 16
DOKUMENTASI...................................................................................... 16
BAB I

DEFINISI

A. Definisi Budaya Keselamatan Pasien


Budaya keselamatan pasien merupakan kesadaran konstan
dan potensi aktif oleh staf sebuah organisasi dalam mengenali
sesuatu yang tampak tidak beres. Staf dan organisasi yang
mampu mengakui kesalahan, belajar dari kesalahan, dan mau
mengambil tindakan untuk mengadakan perbaikan dikatakan
sudah melaksanakan budaya keselamatan.

Budaya keselamatan pasien didefinisikan sebagai pola


terpadu perilaku individu dan organisasi berdasarkan keyakinan
dan nilai-nilai bersama yang terus berusaha untuk meminimalkan
tindakan yang dapat membahayakan pasien yang mungkin timbul
dari proses perawatan.

Organisasi dengan budaya keselamatan positif memiliki


karakteristik bahwa ada komunikasi yang dibentuk dengan rasa
saling percaya tentang pentingnya eselamatan, dan dengan
keyakinan dalam tindakan pencegahan yang efektif, serta
membangun organisasi yang terbuka (open), adil (just), informatif
dalam melaporkan kejadian keselamatan pasien yang terjadi
(reporting), dan belajar dari kejadian tersebut (learning).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


budaya keselamatan pasien merupakan produk dari nilai-nilai,
sikap, kompetensi individu dan kelompok yang terbuka, adil,
informatif dalam pelaporan insiden keselamatan pasien, serta
belajar dari kejadian. Budaya keselamatan pasien menentukan
komitmen dan gaya dari suatu organisasi serta dapat diukur
dengan kuesioner.

B. Dimensi Budaya Keselamatan Pasien


James Reason dalam Reiling (2006) dan NPSA (2004)
menyebutkan bahwa budaya keselamatan pasien dapat dibagi
menjadi beberapa dimensi seperti:
a. Budaya keterbukaan (open culture)
Budaya keterbukaan dalam suatu organisasi merupakan
proses pertukaran informasi antar perawat dan staf. Dimensi ini
memiliki karakteristik bahwa perawat akan merasa nyaman
membahas insiden yang terkait dengan keselamatan pasien serta
mengangkat isu-isu terkait keselamatan pasien bersama dengan
rekan kerjanya, juga supervisor atau pimpinan. Komunikasi
terbuka dapat diwujudkan dalam kegiatan supervisi dan dalam
kegiatan tersebut perawat melakukan komunikasi terbuka tentang
risiko terjadinya insiden dalam konteks keselamatan pasien,
membagi dan bertanya informasi seputar isu-isu keselamatan
pasien yang potensial terjadi dalam setiap kegiatan keperawatan.
Keterbukaan juga ditujukan kepada pasien. Pasien diberikan
penjelasan akan tindakan dan juga kejadian yang telah terjadi.
Pasien diberikan informasi tentang kondisi yang akan
menyebabkan resiko terjadinya kesalahan. Perawat memiliki
motivasi untuk memberikan setiap informasi yang berhubungan
dengan keselamatan pasien.
b. Budaya pelaporan (reporting culture)
Budaya pelaporan merupakan bagian penting dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien. Perawat akan membuat
pelaporan jika merasa aman. Aman yang dimaksud apabila
membuat laporan maka tidak akan mendapatkan hukuman.
Perawat yang terlibat merasa bebas untuk menceritakan atau
terbuka terhadap kejadian yang terjadi. Perlakuan yang adil
terhadap perawat, tidak menyalahkan secara individu tetapi
organisasi lebih fokus terhadap sistem yang berjalan akan
meningkatkan budaya pelaporan. Menciptakan program evaluasi
atau sistem pelaporan, adanya upaya dalam peningkatan laporan,
serta adanya mekanisme reward yang jelas terhadap pelaporan
merupakan langkah nyata dalam membangun dimensi budaya ini.
c. Budaya keadilan (just culture)
Perawat saling memperlakukan secara adil antarperawat ketika
terjadi insiden, tidak berfokus untuk mencari kesalahan individu
(blaming), tetapi lebih mempelajari secara sistem yang
mengakibatkan terjadinya kesalahan. Aspek dalam budaya
keadilan yang perlu mendapat perhatian adalah keseimbangan
antara kondisi laten yang mempengaruhi dan dampak
hukuman yang akan diberikan kepada individu yang berbuat
kesalahan. Perawat dan organisasi bertanggung jawab terhadap
tindakan yang diambil. Perawat akan membuat laporan kejadian
jika yakin bahwa laporan tersebut tidak akan mendapatkan
hukuman atas kesalahan yang terjadi. Lingkungan terbuka dan
adil akan membantu untuk membuat pelaporan yang dapat
menjadi pelajaran dalam keselamatan pasien. Budaya tidak
menyalahkan perlu dikembangakan dalam menumbuhkan budaya
keselamatan pasien. Cara organisasi membangun budaya
keadilan dengan memberikan motivasi dan keterbukaannya
terhadap perawat untuk memberikan informasi kejadian yang
dapat diterima dan tidak dapat diterima. Hal ini juga termasuk
kerjasama antar perawat sehingga mengurangi rasa takut untuk
melaporkan kejadian berkaitan dengan keselamatan pasien.

d. Budaya pembelajaran (learning culture)

Budaya pembelajaran memiliki pengertian bahwa sebuah


organisasi memiliki sistem umpan balik terhadap kejadian
kesalahan atau insiden dan pelaporannya, serta pelatihan-
pelatihan untuk meningkatkan kualitas perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Setiap lini di dalam
organisasi, baik perawat maupun manajemen menggunakan
insiden yang terjadi sebagai proses belajar. Perawat dananajemen
berkomitmen untuk mempelajari insiden yang terjadi, mengambil
tindakan atas insiden untuk diterapkan guna mencegah
terulangnya kesalahan.

C. Manfaat Penerapan Budaya Keselamatan Pasien


Manfaat utama dalam penerapan budaya keselamatan
pasien adalah organisasi menyadari apa yang salah dan
pembelajaran terhadap kesalahan tersebut. Fleming (2006) juga
mengatakan bahwa fokus keseluruhan terhadap penerapan
budaya keselamatan pasien dengan melibatkan seluruh
komponen yang terlibat dalam organisasi akan lebih membangun
budaya keselamatan pasien dibandingkan apabila hanya fokus
terhadap programnya saja. Adapun manfaat dalam penerapan
budaya keselamatan pasien secara rinci antara lain (NPSA,
2004):
a. Membuat organisasi kesehatan lebih tahu jika ada kesalahan
yang akan terjadi atau jika kesalahan terjadi.
b. Meningkatnya laporan kejadian yang dibuat dan belajar dari
kesalahan yang terjadi akan berpotensial menurunnya kejadian
yang sama berulang kembali dan keparahan dari insiden
keselamatan pasien.
c. Kesadaran akan keselamatan pasien, yaitu bekerja
untuk mencegah error dan melaporkan jika ada kesalahan.
d. Berkurangnya perawat yang merasa tertekan, bersalah, malu
karena kesalahan yang telah diperbuat.
e. Berkurangnya turn over pasien, karena pasien yang pernah
mengalami insiden, pada umumnya akan mengalami
perpanjangan hari perawatan dan pengobatan yang diberikan
lebih dari pengobatan yang seharusnya diterima pasien.
f. Mengurangi biaya yang diakibatkan oleh kesalahan dan
penambahan terapi.

g. Mengurangi sumber daya yang dibutuhkan untuk


mengatasi keluhan pasien.

D. Assesmen Budaya Keselamatan Rumah Sakit


Keselamatan pasien merupakan komponen terpenting
dalam mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai
organisasi pelayanan kesehatan harus mampu meningkatkan
keselamatan pasien dengan mengusahakan terwujudnya budaya
keselamatan. Dalam membangun budaya keselamatan, sangat
penting bagi rumah sakit untuk mengukur perkembangan
budaya dengan melakukan pengukuran budaya secara berkala.
Pengukuran pertama sangat penting sebagai data dasar yang
akan dipergunakan sebagai acuan penyusunan program.

Salah satu alat untuk mengukur penerapan budaya


keselamatan pasien adalah dengan instrument kuesioner The
Hospital Survey of Patient Safety Culture (HSOPSC) yang
dikembangkan oleh Agency for Health Care Research and
Quality (AHRQ). Agency for Health Care Research and
Quality merupakan suatu komite untuk kualitas kesehatan di
Amerika yang memimpin lembaga Federal untuk peneltian
tentang kualitas kesehatan, biaya, outcome, dan keselamatan
pasien.

Survey Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Hospital


Survey on Patient Safety Culture),dikeluarkan oleh AHRQ
(American Hoaspital Research and Quality) pada bulan
November, 2004, didesain untuk mengukur opini staf rumah
sakit mengenai isue keselamatan pasien, medical errors, dan
pelaporan insiden. Survey ini terdiri atas 42 item yang
mengukur 12 dimensi keselamatan pasien.

Pada dasarnya empat dimensi budaya keselamatan


pasien yakni budaya keterbukaan, pelaporan, keadilan, dan
budaya pembelajaran digunakan dalam menilai budaya
keselamatan pasien dalam suatu organisasi kesehatan. The
Hospital Survey of Patient Safety Culture yang dikembangkan
oleh AHRQ menggunakan komponen-komponen sebagai
indikator masing-masing dimensi budaya keselamatan pasien

Tabel 1. Dimensi Budaya Keselamatan Pasien dan Definisi


Dimensi Budaya
Keselamatan Pasien Definisi

1. Komunikasi terbuka Staf bebas berbicara ketika


mereka melihat sesuatu yang
berdampak negatif bagi pasien
dan bebas menanyakamasalah
tersebut kepada atasan

2. Komunikasi dan Umpan Staf diberi informasi mengenai


Balik mengenai insiden insiden yang terjadi, diberi
umpan balik mengenai
implementasi perbaikan, dan
mendiskusikan cara untuk
mencegah kesalahan
3. Frekuensi pelaporan insiden Kesalahan dengan tipe berikut
ini dilaporkan :
(1) kesalahan diketahui dan
dikoreksi sebelummempengaruhi
pasien
(2) kesalahan tanpa potensi
cedera pada pasien
(3) kesalahan yang dapat
mencederai pasien tetapi tidak
terjadi
4. Handoffs dan Transisi Informasi mengenai pasien yang
penting dapat dikomunikasikan
dengan baik antar unit dan antar
shift.
5. Dukungan managemen Managemen rumah sakit
untuk keselamatan pasien
mewujudkan iklimbekerja yang
mengutamakan keselamatan
pasien dan menunjukkan bahwa
keselamatan pasien merupakan
priotitas utama
6. Respon non punitif (tidak Staf merasa kesalahan dan
menghukum) terhadap
pelaporan Insiden tidak
kesalahan
dipergunakan untuk
menyalahkan mereka dan tidak
dimasukkan kedalam penilaian
personal
7. Pembelajaran organisasi Kesalahan dipergunakan untuk
– Peningkatan berkelanjutan
perubahan kearah positif dan
perubahan dievaluasi
Efektifitasnya
8. Persepsi keselamatan pasien Prosedur dan sistem sudah baik
secara keseluruhan
dalam mencegah kesalahan
dan hanya ada
sedikit masalah keselamatan
pasien
9. Staffing Jumlah staf cukup untuk
menyelesaikan beban kerja dan
jumlah jam kerja sesuai
untuk memberikan pelayanan
yang terbaik untuk keselamatan
pasien
10. Ekspektasi dan Upaya Atasan mempertimbangkan
Atasan dalammeningkatkan
masukan staf Untuk
keselamatan pasien
meningkatkan keselamatan
pasien, memberikan pujian bagi
staf yang melaksanakan prosedur
keselamatan pasien,
Dan tidak terlalu membesar-
besarkan masalah keselamatan
pasien
11. Kerja sama tim antar unit Unit kerja di rumah sakit bekerja
sama dan berkoordinasi antara
satu unit dengan unit yang lain
untuk memberikan pelayanan
yang terbaik untuk pasien
12.Kerja sama dalam tim unit Staf saling mendukung satu
Kerja
sama lain, saling menghormati,
dan bekerja sama sebagai tim

BAB II

RUANG LINGKUP
Ruang lingkup budaya keselamatan pasien meliputi :
1. Konsep budaya keselamatan
2. Kebijakan budaya keselamatan
3. Budaya perilaku
4. Keselamtan pasien rumah sakit
5. Keselamatan kerja

BAB III

TATA LAKSANA
Seyogyanya umpan balik hasil survei di distribusi secara
luas: Manajemen RS, Pemilik, Para Direktur, Komite-Komite di RS,
Staf RS sampai ke unit-unit pelaksana. Semakin luas penyebaran
hasil survei ini semakin bermanfaat untuk keterlibatan seluruh staf
RS dalam meningkatkan budaya keselamatan.
Yang dianalisa/dinilai adalah Bagian A (Dimensi Unit Kerja
Anda), Bagian B (Dimensi Manajer/Supervisor/Ka. Instalasi Anda),
Bagian C (Dimensi Komunikasi), Bagian D (Dimensi Frekuensi
Pelaporan Insiden), Bagian E (Dimensi Level Keselamatan Pasien),
sedangkan Bagian F (Dimensi RS Anda), Bagian G, Bagian H (Latar
Belakang) digunakan sebagai data dari jenis latar belakang
responden sebagai bahan pertimbangan.

Dua Macam Penilaian Hasil Survei


Bahwa hasil survei budaya keselamatan bisa
dilihat/dianalisa/dinilai dari dua cara pandang :
1. Penilaian untuk tiap aspek/item dari satu Bagian/Dimensi.
2. Penilaian untuk seluruh kelompok item/aspek dalam satu
Bagian/Dimensi.

PENILAIAN TIAP ASPEK/ITEM :


Dihitung untuk tiap aspek/item berapa persen yang menjawab
Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Kadang-Kadang, Setuju,
Sangat Setuju.

Kita ambil 3 kategori :


a. Persentase yang sangan tidak setuju/ tidak setuju
b. Netral (kadang-kadang)
c. Sangat setuju/setuju

Bagian A (Dimensi Unit Kerja Anda)


Contoh :
Untuk satu item/aspek dari 100 responden 50 orang menjawab
sangat setuju dan setuju, 25 orang menjawab kadang-kadang, 25
orang sangat tidak setuju/tidak setuju.
PENILAIAN TIAP ASPEK/ITEM
Aspek no. 1 dari Bagian A unit kerja anda :
Sangat tidak setuju/ Netral Sangat setuju/ Setuju

Karyawan di unit kami saling menduk ung 2 2 50


5 5

Artinya : Diunit yang dilakukan survei 50% mempunyai persepsi


bahwa karyawan di unitnya saling mendukung

PENILAIAN UNTUK SATU BAGIAN (DIMENSI)


Satu bagian/dimensi terdiri dari kumpulan item/aspek
menggambarkan dimensi dari Budaya Keselamatan.
Dalam satu bagian/dimensi terdapat ada 2 macam item/aspek
yaitu: aspek dengan pernyataan bersifat positif dan pernyataan
yang bersifat negatif.
Untuk pernyataan yang negatif jawaban responden dengan tidak
setuju/sangat tidak setuju merupakan respon positif dan
sebaliknya.

Cara menghitung :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛 𝑝𝑜𝑠i𝑡if 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑔i𝑎𝑛/𝑑i𝑚𝑒𝑛𝑠i
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 j𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛 (𝑝𝑜𝑠i𝑡if, 𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑙, 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡if)𝑡i𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘

Bagian B (Dimensi Manajer/Supervisor, Dan Ka Instalasi Anda)


Aspek-Aspek Respon Respon Total
NO dalam Netral Ket
Positif Negatif Respon
Bagian B
1. Manajer, Supervisor 80 15 5 100
di unit kami
memberikan pujian
jika melihat
pekerjaan
diselesaikan sesuai
prosedur
keselamatan pasien
yang berlaku.
(Pernyataan Positif)
2. Manajer,Supervisor 75 15 10 100
dengan serius
mempertimbangkan
masukkan staf
untuk
meningkatkan
Keselamatan pasien.
(Pernyataan Positif)

3. Bila beban kerja 90 5 5 100


tinggi,
manajer/supervisor
kami meminta
bekerja cepat meski
dengan mengambil
jalan pintas.
(Pernyataan Negatif)
4. Manajer, supervisor 70 20 10 100
kami selalu
mengabaikan
masalah
Keselamatan Pasien
yang terjadi
berulang kali di
unit kami.
(Pernyataan Negatif)
325 400

Hasil analisa penilaian Bagian B (Dimensi Manajer, Supervisor,


dan Ka. Instalasi
: 325
= 81.25 %
400

Makna penilaian :
a. Angka diatas 75% menunjukkan budaya safety yang kuat dan
perlu dipertahankan.
b. Angka dibawah 50% memerlukan perbaikan sistem untuk
bidang tersebut/aspek yang dinilai.
DIMENSI DAN KEHANDALAN BUDAYA KESELAMATAN
I. VARIABEL LATAR BELAKANG
A. Apa unit utama kerja anda di rumah sakit ini?

H1. Berapa lama anda bekerja di RS ini?


H2. Berapa lama anda bekerja di unit ini?
H3. Tepatnya, berapa jam dalam seminggu anda bekerja di RS ini?
H4. Apa posisi/jabatan anda di RS ini?
H5 Dalam posisi/jabatan anda, apakah anda berhubungan langsung
dengan pasien?
H6. Berapa lama anda bekerja sesuai profesi saat ini?

II. UKURAN HASIL (OUTCOME)


A. Frekuensi Laporan Kejadian
D1.Bila terjadi kesalahan, tetapi sempat diketahui dan dikoreksi
sebelum berdampak pada pasien, seberapa sering hal ini
dilaporkan?
D2.Bila terjadi kesalahan, tetapi tidak berpotensi mencenderai
pasien, seberapa sering hal ini dilaporkan?
D3.Bila terjadi kesalahan, yang dapat mencederai pasien tetapi
ternyata tidak terjadi cedera, seberapa sering hal ini
dilaporkan?
Kehandalan dari dimensi ini (3 item) = 84%

B. Persepsi Keselamatan Secara Umum


A15.Unit kami tidak pernah mengorbankan keselamatan pasien
untuk menyelesaikan pekerjaan yang lebih banyak
A18.Prosedur dan system di unit kami sudah baik dalam
mencegah terjadinya error.
A10r.Hanya karena kebetulan saja bila insiden yang lebih serius
tidak terjadi di unit kami. (reverse worded)
A17r.Di unit kami banyak masalah keselamatan pasien. (reverse
worded) Kehandalan dari dimensi ini (4 item) = 74%

C. Tingkat Keselamatan Pasien


Pilih tingkat Keselamatan pasien pada unit anda?

Ukuran Tunggal : Tingkat A sampai E


D. Jumlah Kejadian Yang Dilaporkan
G. Dalam 12 bulan terakhir jumlah laporan kejadian yang telah
anda isi dan kirimkan?
Ukuran Tunggal

III. DIMENSI BUDAYA KESELAMATAN TINGKAT UNIT


A. Ekpektasi dan Kegiatan Supervisor/Manager yang mendukung
Keselamatan
B1.Manajer/supervisor di unit kami memberi pujian jika
melihat pekerjaan diselesaikan sesuai prosedur keselamatan
pasien yang berlaku.
B2.Manajer/supervisor dengan serius mempertimbangkan
masukan staf untuk meningkatkan keselamatan pasien.
B3.Bila beban kerja tinggi, manajer/supervisor kami meminta
kami bekerja cepat meski dengan mengambil jalan pintas.
(reverse worded)
B4.Manajer/supervisor kami selalu mengabaikan masalah
Keselamatan Pasien yang terjadi berulang kali di unit kami.
(reverse worded)

Kehandalan dari dimensi ini (4 item) = 75%


B. Pembelajaran Organisasi – Perbaikan Terus Menerus
A6. Unit kami secara aktif melakukan kegiatan untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
A9. Di unit kami, kesalahan yang terjadi digunakan untuk
membuat perubahan kearah yang positif.
A13. Sesudah membuat perubahan-perubahan untuk
meningkatkan Keselamatan Pasien, kita lakukan evaluasi
tentang efektivitasnya.
Kehandalan dari dimensi ini (3 item) = 76%
C. Teamwork Dalam Unit RS
A1. Karyawan di unit kami saling mendukung.
A3. Bila unit kami ada pekerjaan yang harus dilakukan dalam
waktu cepat, maka karyawan di unit kami bekerja bersama-
sama sebagai tim untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
A4. Petugas di unit kami saling menghargai.
A11. Bila salah satu area di unit kami sangat sibuk, maka area
lain dari unit kami akan membantu.
Kehandalan dari dimensi ini (4 item) = 83%
D. Keterbukaan Komunikasi
C2. Karyawan di unit kami bebas berbicara jika melihat
sesuatu yang dapat berdampak negatif pada pelayanan
pasien.
C4. Karyawan di unit kami merasa bebas untuk
mempertanyakan keputusan atau tindakan yang diambil
oleh atasannya.
C6r. Karyawan di unit kami takut bertanya jika terjadi hal yang
kelihatannya tidak benar. (reverse worded)
Kehandalan dari dimensi ini (3 item) = 72%
E. Umpan Balik dan Komunikasi Tentang Error
C1. Karyawan di unit kami mendapat umpan balik mengenai
perubahan yang dilaksanakan atas dasar hasil laporan
insiden.
C3. Karyawan di unit kami mendapat informasi mengenai
insiden yang terjadi di unit ini..
C5. Di unit kami, didiskusikan cara untuk mencegah agar
insiden tidak terulang kembali.
Kehandalan dari dimensi ini (3 item) = 78%

F. Respon Tidak Menghukum Terhadap Terjadinya Error

A8. Karyawan unit kami sering merasa bahwa kesalahan


yang mereka lakukan digunakan untuk menyalahkan
mereka. (reverse worded)
A12. Bila unit kami melaporkan suatu insiden, yang
dibicarakan adalah pelakunya bukan masalahnya. (reverse
worded)
A16. Karyawan merasa khawatir kesalahan yang mereka buat
akan dicatat di berkas pribadi mereka. (reverse worded)
Kehandalan dari dimensi ini (3 item) = 79%

G. Staffing
A2. Unit kami memiliki cukup staf untuk menangani beban
kerja yang berlebih.
A5. Karyawan di unit kami bekerja dengan waktu yang lebih lama
dari normal untuk perawatan pasien. (reverse worded)
A7. Unit kami banyak menggunakan tenaga melebihi
normal/tambahan untuk kegiatan pelayanan pasien.
(reverse worded)
A14r. Kami bekerja seolah-olah dalam keadaan “krisis”,
berusaha bertindak berlebihan dan terlalu cepat. (reverse
worded)
Kehandalan dari dimensi ini (4 item) = 63%

H. Dukungan Manajemen RS Terhadap Keselamatan Pasien


F1.Manajemen rumah sakit membuat suasana kerja yang
mendukung keselamatan pasien.
F8.Tindakan manajemen RS menunjukkan bahwa keselamatan
pasien merupakan prioritas utama.
F9.Manajemen RS kelihatan tertarik pada Keselamatan Pasien
hanya sesudah terjadi KTD (Kejadian yang Tidak Diharapkan).
(reverse worded)
Kehandalan dari dimensi ini (3 item) = 83%

IV. DIMENSI BUDAYA KESELAMATAN TINGKAT RUMAH SAKIT


A. Teamwork Antar Unit di RS
F4. Terdapat kerjasama yang baik antar unit di RS yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan bersama.
F10. Unit-unit di RS bekerjasama dengan baik untuk
memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien.

F2. Antar Unit di RS kami tidak saling berkoordinasi dengan


baik. (reverse worded)
F6. Sering kali tidak menyenangkan bekerja dengan staf dari
unit lain di RS ini. (reverse worded)
Kehandalan dari dimensi ini (3 item) = 80%

B. Handoffs dan Pergantian di RS


F3. Bila terjadi pemindahan pasien dari unit satu ke unit
lain, pasti menimbulkan masalah terkait dengan
informasi pasien. (reverse worded)
F5. Informasi penting mengenai pelayanan pasien sering
hilang saat pergantian jaga (shift). (reverse worded)
F7. Masalah sering timbul dalam pertukaran informasi antar
unit di RS. (reverse worded)
F11. Pergantian shift merupakan masalah bagi pasien-pasien di
RS ini. (reverse worded)
Kehandalan dari dimensi ini (4 item) = 80%
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi dalam pelaksanaan budaya keselamatan pasien


rumah di RSUD La Patarai Kabupaten Barru adalah sebagai
berikut:
1. SPO budaya keselamatan pasien
2. SPO insiden keselamatan pasien
3. Kuisioner pengukuran budaya keselamatan pasien

Ditetapkan di : Barru
Pada tanggal : 06 Juni 2022

Direktur UPT RSUD La Patarai Barru

drg. Hj. ULFAH NURUL HUDA S, MARS


Pangkat : Penata Tk. 1, III/d
Nip. : 19870921 201502 2 002

Anda mungkin juga menyukai