Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”A” P1A0 TENTANG KONSELING


KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN

PEMBIMBING :
Dr.Bdn. HJ. SITTI SALEHA, S.SiT,SKM.,M.Keb
Bdn. KURSIH SULASTRININGSIH, S.SiT.,M.Kes

OLEH :
SELVIA
NPM : 220503282073

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI PERTIWI INDONESIA


PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang

dilimpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah Asuhan Kebidanan Pada

Pranikah Dan Prakonsepsi.

Penyusunan Makalah ini merupakan salah satu tugas di Program Studi Pendidikan

Profesi Bidan Stikes Bhakti Pertiwi Indonesia untuk memenuhi tugas penilaian yang telah

ditetapkan. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dalam penyusunan Makalah Asuhan Kebidanan Pada Pranikah Dan Prakonsepsi

ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

penyusunan Makalah Asuhan Kebidanan Kompleks ini. Untuk itu penyusun mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan

Asuhan Kebidanan selanjutnya.

Maros, Juni 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................2
C. Ruang Lingkup.............................................................................................. 2
D. Manfaat.................. .......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 3
A. Definisi Tentang KIE.................................................................................... 3
B. Definisi Tentang Konseling.........................................................................3
C. Tujuan Konseling Dalam Kesehatan Reproduksi dan KB............................4
D. Jenis-Jenis Konseling Dalam Kesehatan Reproduksi dan KB......................4
E. Sikap Yang Baik Dalam Konseling.............................................................7
F. Tujuan Umum Tentang Kontrasepsi............................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................................10
A. Pengkajian...................................................................................................10
B. Identifikasi Masalah / Diagnosa..................................................................12
C. Antisipasi Masalah Potensial......................................................................12
D. Identifikasi Kebutuhan Segera....................................................................12
E. Intervensi / Rasional....................................................................................12
F. Implementasi...............................................................................................13
G. Evaluasi.......................................................................................................13
H. Pendokumentasian SOAP...........................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................16
A. Pengkajian...................................................................................................16
B. Identifikasi Masalah / Diagnosa..................................................................16
C. Antisipasi Masalah Potensial......................................................................16
D. Identifikasi Kebutuhan Segera....................................................................16
E. Intervensi / Rasional....................................................................................16
F. Implementasi...............................................................................................16
G. Evaluasi.......................................................................................................16

ii
BAB V PENUTUP...........................................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................17
B. Saran...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Komunikasi, informasi, edukasi (KIE) yang dilakukan dengan pendekatan


multimedia dengan pesan-pesan yang disampaikan sesuai dengan sasaran dan melibatkan
secara intensif unsur-unsur potensial lainya dalam usaha untuk meningkatkan,
memantapkan penerimaan masyarakat.
Indonesia merupakan sebuah Negara berkembang dengan jumlah peningkatan
penduduk yang tinggi. Hasil sensus menurut publikasi BPS (Badan Pusat Statistik) pada
bulan agustus 2017 antara lain jumlah penduduk Indonesia adalah 261.890.872 orang,
terdiri atas 131.579.184 laki-laki, 130.311.688 perempuan dengan laju pertumbuhan
penduduk sebesar 1,5% per tahun. Dari pertumbuhan jumlah penduduk ini tentu saja
akan berimplikasi secara signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan
Negara (Profil Kesehatan, 2017)
Data badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN)
menunjukan pada tahun 2017 ada 37.338.265 pasangan usia subur (PUS), yang
merupakan peserta kb (59,7%) dan hampir separuhnya (31,7%) menggunakan
kontrasepsi suntik. (Profil Kesehatan, 2017)
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius,
karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat
meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma
dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan
pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada
kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus
menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam
memilih metode kontrasepsi yang diinginkan (Saifuddin, 2010).
Upaya pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yaitu dengan
menerapkan program keluarga berencana. KB dilaksanakan dengan berbagai macam metode
kontrasepsi diantaranya metode kontrasepsi sedeharna seperti: kondom, diafragma, pantang
berkala dan koitus interruptus. Metode kontrasepsi efektif hormonal seperti: AKDR/IUD, dan
metode kontrasepsi mantap seperti: metode operasi wanita (MOW) dan metode operasi pria
(MOP). Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan indikasi pasien yang ingin memilihnya
(Manuaba, 2012)

1
Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi bagi ibu.
Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan
informasi yang lengkap, akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara
kontrasepsi sebaiknya mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif
dan efisien.

B. Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu :


1. Untuk mengetahui tentang Konseling Kontrasepsi suntik 3 bulan
2. Adakah kesenjangan ataupun kesesuain antara teori dan praktik dalam
pelaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Pranikah Dan Prakonsepsi

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini yaitu ibu yang menjadi akseptor KB melalui konseling
kontrasepsi.

D. Manfaat

1. Bagi Penulis
Meningkatkan atau mengembangkan pengalaman dalam melakukan Asuhan Kebidanan
Pranikah dan Prakonsepsi
2. Bagi Profesi
Menambah dan meningkatkan wawasan bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
sesuai standart asuhan kebidanan (pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi,
pencatatan dan evaluasi).
3. Bagi Masyarakat
Menambah dan meningkatkan wawasan bagi ibu yang ingin melakukan konseling tentang
kontrasepsi KB.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Tentang KIE


Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung/tidak langsung melalui
saluran komunikasi kepada penerima pesan untuk mendapatkan efek. Komunikasi
kesehatan adalah usaha sistematis untuk mempengaruhi perilaku positif dimasyarakat,
dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi pribadi maupun komunikasi
massa.
Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui
masyarakat (pesan yang disampaikan). Edukasi adalah proses perubahan perilaku kearah
yang positif. Pendidikan kesehatan merupakan kompetensi yang dituntut dari tenaga
kesehatan karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap
memberikan pelayanan kesehatan.

B. Definisi Tentang Konseling


Konseling adalah pertemuan tatap muka antara dua pihak, dimana satu pihak
membantu pihak lain untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri
kemudian bertindak sesuai keputusannya.
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berarti
petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan
digunakan sesuai dengan pilihannya. Konseling yang baik juga akan membantu klien
dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan
Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu
kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Dengan informasi yang lengkap dan
cukup akan memberikan keleluasaan kepada klien dalam memutuskan ntuk memilih
kontrasepsi (Informed Choice). Beberapa Pengertian Konseling menurut para ahli :
1.     Konseling adalah adalah prosespertukaran informasidan interaksi positif antara klien-
petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan
membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi (Lusa,
2009).
2.     Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan

3
Keluarga Berencana, bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu
kesempatan yakni pada saat memberi pelayanan (Sulistyawati, 2011).
3.     Konseling adalah suatu hubungan timbal balik antara konselor (bidan) dengan konseli
(klien) yang bersifat profesional baik secara individu atau pun kelompok, yang
dirancang untuk membantu konseli mencapai perubahan yang berarti dalam
kehidupan (Yulifah, 2009).

C. Tujuan konseling dalam kesehatan reproduksi dan KB


1. Meningkatkan penerimaan. Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara
mendengarkan, berbicara dan komunikasi non-verbal meningkatkan penerimaan
informasi mengenai KB oleh klien.
2. Menjamin pilihan yang cocok. Menjamin petugas dan klien memilih cara terbaik yang
sesuai dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien.
3. Menjamin penggunaan yang efektif. Konseling efektif diperlukan agar klien
mengetahui bagaimana menggunakan KB dengan benar dan mengatasi informasi yang
keliru tentang cara tersebut.
4. Menjamin kelangsungan yang lebih lama. Kelangsungan pemakaian cara KB akan
lebih baik bila klien ikut memilih cara tersebut, mengetahui cara kerjanya dan
mengatasi efek sampingya.
5. Agar klien dapat dan ingin merencanakan, membuat pilihan, dan klien tahu dimana
mendapat pelayanan kesehatan yang ditawarkan.
Hal-hal yang harus diperhatikan supaya konseling berhasil dengan baik adalah
bahwa konseling merupakan suatu kegiatan dalam hubungan antar manusia, dimana kita
melakukan serangkaian tindakan yang akhirnya akan memebantu peserta/ calon peserta
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

D.   Jenis-jenis konseling dalam kesehatan reproduksi dan KB


Komponen penting dalam konseling dibagi 3 tahapan yaitu :
1.      Konseling Awal
Konseling umum dapat dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PLKB ) serta kader yan sudah mendapatkan pelatihan onseling yang
standar. Konselin umum sering dilaukan dilapangan (nonklinik). Tugas utama
dipusatkan pada pemerian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara
perseorangan. Konseling umum meliputipenjelasan umum dari berbagai metode

4
kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi
reproduksi keluarga.
a.       Bertujuan untuk menentukan metode apa yg diambil
b.      Bila dilakukan dengan objektif langkah ini akan membentu klien untuk memilih
yang cocok untuknya.
2.     Konseling Khusus
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan / konselor. Pelayanan
konseling spesifik dilakukan di klinik dan diupayakan agar diberikan secara
perorangan di ruangan khusus. Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk
melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling lapangan. Konseling spesifik
berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntungan-
keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
a.      Memberi kesempatan klien untuk bertanya dan membicarakan pengalaman.
b.      Mendapatkan informasi lebih rinci tentang konselingnya.
c.       Mendapatkan bantuan untuk memilih dan mendapatkan penerangan lebih jauh
tentang penggunaannya.
3.      Konseling Tindak Lanjut
Konseling pra dan pasca tindakan dapat dilakukan oleh operator / konselor /
dokter / bidan. Pelayanan konselin ini jga dilakukan di klinik secara perseorangan.
Konseling ini meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan dilaksanakan
(pra, selama dan pasca) serta penjelasan lisan / instruksi tertulis asuhan mandiri.
a.       Konseling lebih bervariasi dari konseling awal
b.      Pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah yang serius yang
memerlukan rujukan dan masalah yang ringan yang dapat diatasi di tempat.
Contohnya seperti Informed Choice dan Consent.
1) Informed Choice
Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang: Metode
kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang
paling sesuai dengan dirinya atau keluarganya. Pilihan tersebut merupakan hasil
bimbingan dan pemberian informasi yang obyektif, akurat dan mudah dimengerti
oleh klien. Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif
yang tersedia.
2) Informed Consent
Informed consent merupakan :

5
a) Bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur klinik suatu metode
kontrasepsi yang akan dilakukan pada klien.
b) Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi
tertentu klien tidak dapat melakukan hal tersebut.
c) Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung risiko terhadap
keselamatan klien (baik yang terduga atau tak terduga sebelumnya).

E. Sikap yang Baik dalam Konseling


1.     Memperlakukan klien dengan baik
Petugas bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai setiap klien, dan
menciptakan suatu rasa percaya diri sehingga klien dapat berbicara secara terbuka
dalam segala hal termasuk masalah-masalah pribadi sekalipun. Petugas meyakinkan
klien bahwa ia tidak akan mendiskusikan klien kepada orang lain.
2     Interaksi antara petugas dengan klien
Petugas harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan klien
karena setiap klien mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang berbeda.
Bantuan terbaik seorang petugas adalah dengan cara memahami bahwa klien adalah
manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan. Oleh karena itu, petugas harus
mendorong agar klien berani berbicara dan bertanya.
3.    Memberikan informasi yang baik dan benar kepada klien
Dengan mendengarkan apa yang disampaikan lien berarti petugan belajar
mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh setiap klien. Sebagai contoh
pasangan muda yang baru menikah mungkin menginginkan lebih banyak informasi
mengenai masalah penjarangan kelahiran. Bagi perempuan dengan usia dan jumlah
anak cukup mungkin lebih menghendaki informasi mengenai metode operasi
(tubektomi dam vasektomi). Sedangkan bagi pasangan muda yang belum menikah
mungkin yang dikehendaki ialah informasi mengenai infeksi menular seksual (IMS).
Dalam memberikan informasi petugas harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti klien dan hendaknya menggunakan alat bantu visual (ABPK).
4.   Menghindari pemberian informasi yang berlebihan
Klien membutuhkan penjelasan yang cukup dan tepat untuk menentukan
pilihan (Informed Choice). Namun tidak semua klien dapat menangkap semua
informasi tentang berbagai jenis kontrasepsi. Terlalu banyak informasi yan diberikan
akan menyebabkan kesulitan bagi klien dalam mengingat informasi yang penting. Hal

6
ini disebut kelebihan informasi. Pada waktu memberikan informasi petugas harus
memberikan waktu kepada klien untuk berdiskusi, bertanya, dan mengajukan
pendapat.
5.  Membahas metode yang diinginkan klien
Petugas membantu klien membuat keputusan mengenai pilihannya, dan harus
tanggap terhadap pilihan klien meskipun klien menolak memutuskan atau
menanggukkan penggunakan kontrasepsi. Didalam melakukan konseling petugas
mengkaji apakah klien sudah mengerti mengenai jenis kontrasepsi, termasuk
keuntungan dan kerugiannya serta bagaimana cara penggunaannya. Konseling
mengenai kontraspsi yang dipilih dimulai dengan mengenalkan berbagai jenis
kontrasepsi dalam program keluarga berencana. Petugas mendorong klien untuk
berpikir melihat persamaan yang ada dan membandingkan antar jenis kontrasepsi
tersebut. Dengan cara ini petugas membantu klien untuk membuat suatu pilihan
(Informed Choice). Jika tidak ada halangan dalam bidang kesehatan sebaiknya klien
mempunyai pilihan kontrasepsi sesuai dengan pilihannya. Bila memperoleh pelayanan
kontrasepsi sesuai yang dipilihnya, klien akan menggunakan kontrasepsi tersebut
lebih lama dan lebih efektif.
6.       Membantu klien untuk mengerti dan mengingat
Petugas memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar
memahaminya dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara penggunaannya. Petugas
juga memperlihatkan dan menjelaskan dengan flip charts, poster, pamflet, atau
halaman bergambar. Petugas juga perlu melakukan penilaian bahwa klien telah
mengerti. Jika memungkinkan, klien dapat membawa bahan-bahan tersebut ke rumah.
Ini akan membantu klien mengingat apa yang harus dilakukan juga harus
memberitahu kepada orang lain. (Yulifah, 2009)

F. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi


1. Pengertian Kontrasepsi
Menurut Rusmini dkk (2017), kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sel sperma tersebut.
2. Syarat kontrasepsi
Menurut Handayani (2010), syarat kontrasepsi adalah :
a. Aman pemakaiannya dan dipercaya.

7
b. Tidak ada efek samping yang merugikan.
c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
e. Tidak memerlukan bantuan medis atau control yang ketat selama
pemakaian.
f. Cara penggunaan sederhana atau tidak rumit.
g. Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri.
3. Efektifitas kontrasepsi
Efektifitas kontrasepsi yang digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna
dengan intruksi. Perbedaan keberhasilan juga tergantung pada tipikal penggunaan
(yang terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna yang mengikuti semua
intruksi dengan benar dan tepat. (Nugraha dan Utama, 2014)
4. Faktor-faktor yang berperan dalam pemilihan kontrasepsi
Menurut Proverawati (2010), faktor yang berperan dalam pemilihan kontrasepsi
adalah:
1) Faktor pasangan dan motivasi
a) Umur.
b) Gaya hidup.
c) Frekuensi senggama.
d) Jumlah keluarga yang diinginkan.
e) Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu.
2) Faktor kesehatan
a) Status kesehatan.
b) Riwayat haid.
c) Riwayat keluarga.
d) Pemeriksaan fisik dan panggul.
3) Faktor metode kontrasepsi
a) Efektifitas.
b) Efek samping.
c) Biaya.
5. Macam-macam kontrasepsi
Menurut Rusmini dkk (2017), macam-macam kontrasepsi adalah sebagai
berikut :

8
a. Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
1) Senggama terputus.
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana traditional, dimana
pria mengeluarkan alat kelaminya dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan
dapat dicegah.
2) Pantang berkala.
Pantang berkala adalah tidak melakukan senggama pada masa subur seorang
wanita yaitu waktu terjadinya ovulasi (waktu dimana sel telur siap untuk
dibuahi).
b. Metode kontrasepsi sederhana dengan alat
a) Kondom
Adalah suatu selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastic(vinil), atau bahan alami(produksi hewani)
yang dipasang pada penis (kondom pria) atau vagina (kondom wanita) pada
saat berhubungan seksual.
2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung terbuat dari karet yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual dan
menutup serviks.
3) Metode kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal (pil KB, suntik, implant).
4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau yang biasa disebut dengan
Intra Uterin Device (IUD) adalah alat kontrasepsi yang dimasukan ke dalam
rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik.
5) Metode kontrasepsi mantap (kontap)
a) Pada wanita: Tubektomi, pemotongan atau pengikatan saluran
pembawa sel telur ke rahim
b) Pada pria : Vasektomi, mengikat atau memotong saluran mani.

9
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 28 Mei 2022
Jam Pengkajian : 10.30 WITA
Oleh : Bidan Selvia
Ruang : KB

a.
Data Subjektif
1. Identitas Istri / Suami
Nama Istri : Ny. A Nama Suami : Tn. H
Umur : 27 Tahun Umur : 33 Tahun
Nikah/Lama : 1 x / 1 Tahun Nikah/Lama : 1 x / 1 Tahun
Suku : Jawa Suku : Bugis
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : Maros Alamat : Maros

2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
1) Ibu mengatakan bersalin sudah 40 hari
2) Ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi
3) Ibu mengatakan pertama kali ber-KB
4) Ibu mengatakan alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu menyusui
3. Riwayat Perkawinan
Ini adalah pernikahan ibu yang pertama, ibu menikah usia 26
tahun dan menikah kurang lebih sudah 1 tahun.
4. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti
TBC, Hepatitis, Campak, dan HIV/AIDS dan ibu juga tidak memiliki
penyakit turunan seperti asma, hipertensi, jantung dan diabetes.

10
5. Riwayat menstruasi
1) Menarche : Ibu mengatakan umur 15 tahun.
2) Siklus : Ibu mengatakan siklusnya 28 hari.
3) Lama : Ibu mengatakan lamanya 5 hari.
4) Banyaknya : Ibu mengatakan 3 x ganti pembalut per hari.
5) Teratur/tidak : Ibu mengatakan menstruasinya teratur.
6) Sifat darah : Ibu mengatakan darahnya encer, warnanya merah
segar.
7) Disminorhoe : Ibu mengatakan nyeri haid pada hari
pertama menstruasi.
8) Flour Albus : Ibu mengatakan mengalami keputihan jika
mendekati menstruasi
6. Riwayat Persalinan
Ibu mengatakan pernah melahirkan 1 kali dan tidak pernah keguguran
7. Pola Kebutuhan Sehari-hari
Nutrisi: Ibu biasa mengkonsumsi nasi, lauk pauk sayur-sayuran dan
buah- buahan. Ibu tidak memiliki riwayat alergi. Eliminasi BAK frekuensi
6 kali dalam sehari, urine berwarna kuning jernih. Frekuensi BAB 2 kali
dalam sehari, konsistensi lembek berwarna kuning kecoklatan dan tidak ada
masalah.

b. Data Objektif
1. Keadaan umun ibu baik, Kesadaran Composmentis
2. TTV : TD: 120/80 mmHg, Nadi 80x/m, P: 21x/m, BB: 50 Kg

3. Pemeriksaan fisik
a) Rambut : Penyebaran merata,bersih, tidak mudah rontok
b) Muka : Tidak oedema
c) Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
d) Mulut dan gigi : Bersih tidak ada caries dan gigi berlubang
e) Lidah dan geraham : Bersih dan utuh
f) Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
g) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
h) Payudara : Bentuk simetris, tidak ada pemebesaran
i) Abdomen : Tidak ada bekas operasi

11
j) Ekstremitas : odema (-) dan varises dan refleks patella (+)

B. Identifikasi Masalah / Diagnosa


Diagnosa : P1A0 dengan Konseling Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
DS : 1. Ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi
2. Ibu mengatakan pertama kali ber-KB
3. Ibu mengatakan alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu menyusui
DO : 1. Keadaan umun ibu baik, Kesadaran Composmentis
2. TTV : TD: 120/80 mmHg, Nadi 80x/m, P: 21x/m, BB: 50 Kg
3. Pemeriksaan Fisik semua normal

C. Antisipasi Masalah Potensial


Tidak Ada
D. Identifikasi Kebutuhan Segera
Tidak Ada
E. Intervensi / Rasional
Tanggal : 28 Mei 2022 Jam : 10.50 WITA
Diagnosa : P1A0 dengan Konseling Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
Intervensi dan Rasional
1. Beritahukan kepada ibu secara umum bahwa keadaan kesehatannya baik
dan normal
Rasional : Agar ibu tahu tentang keadaanya sehingga ibu tidak
khawatir dengan hasil pemeriksaan.
2. Informasikan kepada ibu tentang KB 3 bulan baik dari segi keuntungan dan
kerugiannya yang akan digunakan
Rasional : kelebihan suntik KB 3 bulan yaitu Dapat bertahan selama 8-13
minggu, tergantung jenisnya, tidak perlu menghitung masa subur atau
memasang alat kontrasepsi dulu sebelum berhubungan intim, bisa menjadi
pilihan bagi wanita yang alergi terhadap bahan estrogen dalam alat kontrasepsi
lain, tidak perlu minum pil setiap hari sebelum berhubungan seksual, aman
untuk menyusui, tidak berinteraksi dengan obat-obatan lainnya, bisa
mengurangi nyeri pada saat haid. kerugian suntik KB 3 bulan yaitu sakit
kepala, kenaikan berat badan, nyeri payudara, perdarahan, dan menstruasi tidak
teratur. Klien membutuhkan penjelasan yang cukup dan tepat untuk menentukan

12
pilihan (Informed Choice)
4. Lakukan informed choice dan informed consent
Rasional : Petugas membantu klien membuat keputusan mengenai pilihannya, dan
harus tanggap terhadap pilihan klien meskipun klien menolak memutuskan atau
menanggukkan penggunakan kontrasepsi.
5. Lakukan penyuntikan KB 3 bulan pada ibu
Rasional : suntikan DMPA 150 mg pada bokong ibu di 1/3 SIAS secara IM sesuai
prosedur.
6. Anjurkan ibu untuk datang kembali pada jadwal yang ditentukan yaitu 24 -08-2022
Rasional : Suntikan diberikan setiap 90 hari atau 12 minggu untuk mencegah
kehamilan sebagai akibat dari pemberian suntikan yang terlambat.

F. Implementasi
Tanggal : 28 Mei 2022 Jam : 11.05 WITA
1. Memberitahu kepada ibu secara umum bahwa keadaan kesehatannya baik
dan normal
2. Menginformasikan kepada ibu tentang KB yang akan digunakan
3. Melakukan informed choice dan informed consent
4. Melakukan penyuntikan KB 3 bulan pada ibu
5. Menganjurkan ibu untuk datang kembali pada jadwal yang ditentukan yaitu tanggal
24 -08-2022

G. Evaluasi
Tanggal : 28 Mei 2022 Jam : 11.20 WITA
1. Ibu sudah mengetahui tentang keadaannnya
2. Ibu setuju dan memilih KB yang cocok
3. Ibu setuju dan memilih KB suntik 3 bulan
4. Ibu bersedia dilakukan penyuntikan KB 3 bulan
5. Ibu bersedia datang kembali sesuai tanggal yang telah ditentukan yaitu tanggal 24 -
08-2022

13
PENDOKUMENTASIAN SOAP

A. Subyektif
1. Ibu mengatakan bersalin sudah 40 hari
2. Ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi
3. Ibu mengatakan pertama kali ber-KB
4. Ibu mengatakan alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu menyusui
B. Obyektif
1. Keadaan umun ibu baik, Kesadaran Composmentis
2. TTV : TD: 120/80 mmHg, Nadi 80x/m, P: 21x/m, BB: 50 Kg

3. Pemeriksaan fisik
a) Rambut : Penyebaran merata,bersih, tidak mudah rontok
b) Muka : Tidak oedema
c) Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
d) Mulut dan gigi : Bersih tidak ada caries dan gigi berlubang
e) Lidah dan geraham : Bersih dan utuh
f) Kelenjar tiroid : Tidak ada pembengkakan
g) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
h) Payudara : Bentuk simetris, tidak ada pemebesaran
i) Abdomen : Tidak ada bekas operasi
j) Ekstremitas : odema (-) dan varises dan refleks patella (+)

C. Analisa
P1A0 Dengan Konseling Kontrasepsi Suntik 3 Bulan

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu kepada ibu secara umum bahwa keadaan kesehatannya
baik dan normal
Keadaan umun ibu baik, Kesadaran Composmentis
TTV : TD: 120/80 mmHg, Nadi 80x/m, P: 21x/m, BB: 50 Kg
Ibu sudah mengetahui tentang keadaannnya
2. Menginformasikan kepada ibu tentang KB yang akan digunakan
Klien membutuhkan penjelasan yang cukup dan tepat untuk menentukan pilihan

14
(Informed Choice)
Ibu setuju dan memilih KB yang cocok
3. Melakukan informed choice dan informed consent
Petugas membantu klien membuat keputusan mengenai pilihannya, dan harus
tanggap terhadap pilihan klien meskipun klien menolak memutuskan atau
menanggukkan penggunakan kontrasepsi.
Ibu setuju dan memilih KB suntik 3 bulan
4. Melakukan penyuntikan KB 3 bulan pada ibu
Suntikan DMPA 150 mg pada bokong ibu di 1/3 SIAS secara IM sesuai prosedur.
Ibu bersedia dilakukan penyuntikan KB 3 bulan
5. Menganjurkan ibu untuk datang kembali pada jadwal yang ditentukan yaitu
tanggal 24 -08-2022
Suntikan diberikan setiap 90 hari atau 12 minggu untuk mencegah kehamilan
sebagai akibat dari pemberian suntikan yang terlambat.
Ibu bersedia datang kembali sesuai tanggal yang telah ditentukan yaitu tanggal
24 -08-2022

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang Konseling Kontrasepsi pada Ny.”A” dengan
P1A0 Suntik 3 Bulan. Untuk mempermudah pembahasan tersebut, penulis membagi dalam
7 tahap, yaitu : Pengkajian, identifikasi Masalah / Diagnosa, Antisipasi masalah potensial,
identifikasi kebutuhan akan tindakan segera, Intervensi / Rasional, Implementasi serta
evaluasi.
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori pada Ny. A
data subyektif dengan teori mengenai konseling kontrasepsi suntik 3 bulan
2. Identifikasi Masalah / Diagnosa
Pada tahap interpretasi data penulis tidak menemukan kesenjangan antara data
obyektif dengan teori mengenai konseling kontrasepsi suntik 3 bulan
3. Antisipasi Masalah Potensial
Tahap antisipasi masalah potensial pasien atau ibu tersebut tidak ada, Sehingga penulis
tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek
4. Identifikasi Kebutuhan akan tindakan segera
Pada tahap ini penulis tidak memerlukan kesenjangan antara teori dengan kasus dan
identifikasi kebutuhan segera.
5. Intervensi / Rasional
Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek
karena apa saja yang direncanakan di langkah ini sesuai dengan konsep asuhan
kebidanan.
6. Implementasi
Pada tahap ini menjelaskan tentang keadaan dan hasil pemeriksaan kepada ibu.
Konseling tentang kebutuhan yang menyangkut kesehatan ibu. Pada tahap ini penulis
tidak menemukan kesenjangan atau hambatan yang sangat berarti.
7. Evaluasi
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek.

16
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan konseling prakonsepsi Pada Ny. A dapat


kesimpulan sebagai berikut :
Konseling telah dilakukan pada Ny. A dan memilih kontrasepsi jangka 3 bulan
yaitu kontrasepsi suntik 3 bulan. Kontrasepsi jenis suntik 3 bulan telah di berikan pada
Ny. A pada tanggal 28 Mei 2022 pada daerah bokong kiri, ibu juga telah dijelaskan efek
samping yang akan timbul dan dirasakan serta ibu juga telah diinformasikan untuk
kembali ke tanggal yang telah ditentukan dan apabila mengalami gangguan seperti yang
telah di sampaikan segera ke bidan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk meningkatkan


pelayanan yang lebih baik. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Penulis

Diharapkan dari hasil studi kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan prakonsepsi.

2. Profesi

Diharapkan dapat sebagai masukan dalam menangani kasus atau melaksanankan

asuhan kebidanan khususnya pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan.

3. Pendidikan

Bagi pendidikan dapat dijadikan referensi tambahan secara alternatif pemecahan

masalah dan untuk membandingkan teori yang telah dipelajari dibangku kuliah dan

kenyataan dilapangan, terutama mengenai asuhan kebidanan konseling prakonsepsi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B., Adriaansz, G. & dkk, &., 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. 4 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Baziad, A., 2010. Kontrasepsi Hormonal. 2 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Budi, R. T. & Nova, W., 2017. Efek Samping Akseptor KB Suntik Depo Medroksi
Progesterone Acetat (DMPA) Setelah 2 Tahun Pemakaian. Jurnal Kesehatan,
Volume 08, p. 37.
Dinkes, J., 2017. Profil Kesehatan Jawa Tengah, Jawa Tengah: Dinas Kesehatan
Pemerintahan.
Dinkes, K. S., 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang, Kabupaten Semarang:
Dinas Kesehatan.
Ernawati, 2017. Hubungan Lama Penggunaan Suntik Depo Progestin dengan
Kejadian Spotting Pada Akseptor KB di Puskesmas Patinggalong Makassar.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, Volume 10, pp. 123-127.
Fitri, I., 2018. Nifas Kontrasepsi Terkini dan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Handayani, S., 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Kartika, M., 2016. Asuhan Kebidanan KB Suntik 3 Bulan dengan Spotting di RB Hj
Tri Tuti R Sukoharjo. Penelitian.
Kesehatan, M., 2017. Permenkes RI No 28, s.l.: Mentri Kesehatan.
Rusmini, Purwandani, S. & dkk, &., 2017. Pelayanan dan Kesehatan Reproduksi.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Suryani, I., 2016. Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan
Spotting di Klinik Pratama Mutiara Bunda Tasikmalaya. Penelitian.
Susanti, L. W., 2015. Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
dengan Kejadian Spotting di Bidan Praktek Swasta Tri Erry Boyolali. Jurnal
Kebidanan dan Ilmu Kesehatan, Volume 02, pp. 32-38.
Susilowati, E., 2011. KB Suntik 3 Bulan dengan Efek Samping Gangguan Haid dan
Penanganannya. p. 11.
Timbawa, S., Kundre, R. & Bataha, Y., 2015. Hubungan Vulva Hygiene Dengan
Pencegahan Infeksi. E-Journal Keperawatan, Volume 3, p. 2.

18
Verralls, S., 2009. Anatomi & Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. 2 ed. Jakarta:
EGC.
Wahyuningsih, H. P., 2009. Etika Profesi Kebidanan. 6 ed. Yogyakarta: Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai