Oleh :
1
DAFTAR ISI
1. JUDUL..............................................................................................................i
2. PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
3. TINJAUAN TEORI .........................................................................................3
A. Balita.............................................................................................................3
1) Pengertian ................................................................................................3
2) Tahap Perkembangan Balita.....................................................................3
B. Infeksi Saluran Pernafan Akut (ISPA)..........................................................5
1) Pengertian...............................................................................................5
2) Tanda dan gejala.....................................................................................5
3) Klasifikasi ISPA.....................................................................................6
4) Etiologi...................................................................................................6
5) Penatalaksanaan ISPA............................................................................6
C. Manajemen Asuhan Kebidanan.....................................................................7
4. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................10
A. Hasil..............................................................................................................10
B. Pembahasan...................................................................................................16
5. PENUTUP ........................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................17
B. Saran ............................................................................................................17
6. DAFTAR PUSTAKA
7. LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balita merupakan individu yang masih berada pada masa tumbuh kembang.
Sistem imun pada usia ini masih relatif rendah dibandingkan dengan usia-usia
selanjutnya. Sistem imun yang belum sempurna pada balita menyebabkan balita rentan
terkena infeksi, yang salah satunya adalah ISPA. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan. Saluran nafas
yang dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru (Intan, 2014).
Saat ini ISPA masih menjadi masalah kesehatan dunia. Menurut World Health
Organization (2007) ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit
menular di dunia, hampir 4 juta orang meninggal di dunia akibat ISPA setiap tahun
(WHO, 2007). Tingkat mortalitas ISPA sangat tinggi pada bayi, anakanak, dan orang
lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah
(Aries, 2015). Di Indonesia kasus ISPA berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
keluhan penduduk adalah 25,0%. Empat provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa
Tenggara Timur, Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur (Riskesdas, 2013).
Timbulnya gejala ISPA biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai
beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorokan,
pilek, sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas (WHO, 2007). Pencegahan ISPA
sangat erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh yang dimiliki oleh seseorang. ISPA
sangat rentan kepada balita, itulah mengapa kasus ISPA sebagai penyakit dengan
prevalensi sangat tinggi di dunia juga menunjukkan angka kematian anak yang sangat
tinggi dibandingkan penyakit lainnya. Orang tua memiliki peran yang penting dalam
masa pertumbuhan anak, sekaligus dalam proses pencegahan dan penanggulangan
penyakit ISPA. Peran orang tua antara lain adalah : peran sebagai penyedia, perawatan
anak, sosialisasi anak, peran pendidikan, dan peran afektif. Alasan mengapa orang tua
memegang peranan penting bagi kesehatan anak karena kehidupan seorang anak
ditentukan oleh lingkungan keluarga (Stela, 2016).
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Cipto (2015) peran keluarga dalam
pencegahan anak dengan penyakit ISPA, berkaitan dengan tingkat pengetahuan orang tua,
semakin rendah tingkat pengetahuan orang tua semakin tinggi resiko anak dengan
penyakit ISPA, karena kurang adanya perhatian orang tua terhadap kebersihan anak.
Berbeda dengan cara pencegahan orang tua di Ambon, orang tua menggosok minyak
1
kayu putih ke badan anak, memberikan perasan jeruk nipis dicampur kecap, atau
memberikan minyak campuran pala, cengkih yang sudah diracik untuk diminum karena
dapat dipercaya mampu meredakan rasa sakit karena batuk yang dirasakan anak, namun
ada juga orang tua yang membawa anaknya untuk diurut karena dipercaya kondisi anak
akan lebih membaik dari sebelumnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami dan memberikan asuhan kebidanan balita sakit pada An.T
umur 1 tahun 8 bulan dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian balita sakit pada An.T umur 1 tahun 8
bulan dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
b. Mampu melakukan interprestasi data balita sakit pada An.T umur 1 tahun 8
bulan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
c. Mampu melakukan diagnosa potensial balita sakit pada An.T umur 1 tahun
8 bulan dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
d. Mampu mengidentitifikasi diagnosa atau menentukan masalah potensial
yang mungkin timbul pada An.T umur 1 tahun 8 bulan dengan infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA)
e. Mampu melakukan perencanaan tidakan asuhan kebidanan balita sakit pada
An.T umur 1tahun 8 bulan dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
f. Mampu melakukan implementasi atau tindakan asuhan kebidanan balita
sakit pada An.T umur 1 tahun 8 bulan dengan infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA)
g. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan balita sakit pada An.T umur 1
tahun 8 bulan dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Balita
1) Pengertian
Balita adalah yang usianya antara 1-5 tahun (Maryunani, 2016). Balita adalah
anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni
pertumbuhan cepat pada umur 0-1 tahun dimana umur 5 bulan berat badan naik
2x berat badan lahir, dan 3x berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjsadi 4x
pada umur 2 tahun (Septiari, 2012).
2) Tahap Perkembangan Balita
Menurut Maryunani (2010) Tahapan Perkembangan Balita mulai dari Gerakan
kasar dan halus. Emosi, sosial, perilaku dan bicara dari 0-5 Tahun.
1. Usia 0 sampai 3 bulan :
a. Belajar mengangkat kepala
b. Belajar mengikuti obyek dengan matanya.
c. Melihat ke wajah orang lain dengan tersenyum.
d. Bereaksi terhadap suara/bunyi.
e. Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan
kontak.
f. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
2. Usia 3 sampai 6 bulan :
a. Mengangkat kepala 90 dejarat dan mengangkat dada dengan bertopang
tangan.
b. Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di
luar jangkauannya.
c. Meletakkan benda-benda di mulutunya.
d. Berusaha memperluas lapangan pandangannya.
e. Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain. Mulai berusaha
mencari benda-benda yang hilang.
3. Usia 6 sampai 9 Bulan :
a. Dapat duduk tanpa bantuan.
b. Dpat terungkap dan berbalik sendiri.
c. Dapat merangkak meraih benda atau emndekati seseorang.
d. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.
3
e. Memegang benda kecil dnegan ibu jari dan jari telunjuk. f) Bergembira
dengan melempar benda-benda.
f. Mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti.
g. Mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang
asin/lain.
h. Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-
sembunyian.
4. Usia 9 sampai 12 Bulan :
a. Dapat berdiri sendiri tanpa bantuan.
b. Dapat berjalan dengan dituntun.
c. Menirukan suara.
d. Mengulang bunyi yang didengarnya.
e. Belajar menyatakan satu atau dua kata.
f. Mengerti perintah sederhana atau larangan.
g. Memperlihatkan minat dan rasa ingin tahu yang besar terhadap hal-hal
yang ada di sekitarnya, ingin menyentuh apa saja dan memasukan benda-
benda ke mulutnya.
h. Berpartisipasi dalam permainan.
5. Usia 12 sampai 18 Bulan :
a. Berjalan dan ingin mengetahui hal-hal yang ada di rumah serta
sekelilingnya.
b. Menyusun 2 kotak atau 3 kotak.
c. Dapat mengatakan 5-10 kata.
d. Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing.
6. Usia 18 bulan sampai 24 Bulan :
a. Naik turun tangga.
b. Menyusun 6 kotak.
c. Menunjuk mata dan hidungnya.
d. Menyusun dua kata.
e. Belajar makan sendiri.
f. Menggambar garis di kertas atau pasir.
g. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil (Kencing)
h. Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih
besar.
4
i. Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan
mereka.
7. Usia 2 sampai 3 Tahun :
a. Belajar meloncat, memanjat dengan satu kaki
b. Membuat jembatan dengan 3 kotak.
c. Mampu menyusun kalimat.
d. Mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang
ditujukan kepadanya.
e. Menggambar lingkaran.
f. Bermain bersama anak lain dan menyadari adanya lingkungan di luar
keluarganya.
5
b. Suhu lebih dari 39oC
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
b. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
a. Pernafasan berbunyi seperti mengorok
b. Pernafasan berbunyi menciut-ciut
3. Tanda dan gejala ISPA berat
a. Bibir atau kulit membiru
b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernafas, anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c. Sela iga tertarik kedalam waktu bernafas
d. Tenggorokan berwarna merah
3) Klasifikasi ISPA
Menurut Maryunani (2016), klasifikasi ISPA meliputi :
1. Infeksi saluran napas atas terdiri dari : Rhinitis, sinusitis, pharingitis,
epiglotitis, laringitis dan otitris media.
2. Sedangkan infeksi saluran napas bawah terdiri dari : bronkitis, bronkiolitis,
dan pneumonia
4) Etiologi
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan akut) dapat disebabkan oleh:
1. Bakteri : echerichia coli, streptococcus pneumoniae, chlamidya trachomatis,
clamidia pneumonia, mycloplasma pneumoniae dan beberapa bakteri lain.
2. Virus : miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, virus influenza,
virus parainfluenza, rhinovirus, respiratorik syncytial virus, dan beberapa
virus yang lain.
Faktor resiko terjadinya ISPA adalah status imunisasi, anak yang tidak dapat
mendapat imunisasi mempunyai risiko lebih tinggi daripada yang mendapat
imunisasi. Kedua adalah pemberian kapsul vitamin A, vitamin A meningkatkan
imunitas anak, anak / bayi yang tidak mendapat vitamin A, berisiko lebih besar
terkena penyakit ISPA. Ketiga adalah keberadaan anggota keluarga yang
merokok dalam rumah (Marni, 2014).
5) Penatalaksanaan ISPA
Menurut Marni (2014), penatalaksanaan ISPA sedang meliputi :
1. Suportif Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin
6
2. Antibiotik
Kotrimoksasol, ampisilin, amoksisilin, gentamisin, sefotaksim dan
eritromisin. Jika dalam tiga hari belum ada perbaikan, segera bawa
kedokter/pusat layanan kesehatan.
7
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atu masalah
potensial benar-benar terjadi.
4) Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan
kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR
yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang
dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
5) Langkah V(kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling,
dan apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yg berkaitan dengan sosial
ekonomi,kultur atau masalah psikologis.
8
Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional
dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yg up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien.
6) Langkah VI(keenam) : Melaksanaan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri
ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen
yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari
asuhan klien.
7) Langkah VII (Terakhir) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedang sebagian belum efektif.
9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT PADA AN. T UMUR
1 TAHUN 8 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
AKUT (ISPA) DI WILAYAH PUSKESMAS DUREN
Pengkajian
Tanggal : 06 Juni 2022
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : puskesmas duren
Pengkaji : Diens Nanda Ela
3. Riwayat Kesehatan
10
a. Imunisasi
a) Hb0 : Tanggal 7 September 2020
b) BCG + Polio 1 : Tanggal 10 Oktober 2020
c) DPT1 + Polio 2 + HB 1 : Tanggal 20 November 2020
d) DPT2 + Polio 3 + HB 2 : Tanggal 20 Desember 2020
e) DPT3 + Polio 4 + HB 3 : Tanggal 20 Januari 2021
f) Campak : Tanggal 20 Juni 2021
b. Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit panas pada usia 2 bulan
setelah imunisasi DPT2, Hb2 dan Polio3.
c. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek serta badan terasa panas, rewel dan
susah makan sejak 2 hari yang lalu yaitu tanggal 04 Juni 2022.
d. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak ada yang
mempunyai penyakit menurun seperti asma, jantung, ginjal, hepatitis,
hipertensi, DM dan penyakit yang menular seperti TBC dan pneumonia.
4. Riwayat Sosial
Ibu mengatakan mengasuh sendiri anaknya dibantu dengan suami orang tuanya.
Ibu mengatakan hubungan anak dengan anggota keluarga sangat baik. Ibu
mengatakan anaknya belum mempunyai teman yang sebaya dengannya. Ibu
mengatakan lingkungan rumah aman, letak rumah berdekatan dengan rumah yang
lain.
5. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi :
Sebelum sakit : ibu mengatakan anaknya hanya minum ASI sesuai
dengan keinginan anaknya dan makanan berupa bubur
tim.
Saat sakit : Ibu mengatakan nafsu makan anaknya berkurang dan
hanya minum ASI saja.
b. Istitahat/Tidur
Sebelum sakit : Ibu mengatakan tidur siang ± 3 jam dan tidur malam ±
12 jam, kadang terbangun untuk minum dan ngompol
Saat sakit : Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ±
6 jam, kadang terbangun karena menangis, minum dan
11
ngompol.
c. Mandi
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya mandi 2 kali sehari, ganti
baju sewaktu-waktu ketika baju kotor terkena pipis,
pup atau keringat dan selesai mandi.
Saat sakit : Ibu mengatakan anaknya tidak dimandikan karena
masih demam dan hanya dibasuh dengan air hangat
d. Aktifitas
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif dan ceria serta
merespon jika dipanggil.
Saat sakit : Ibu mengatakan anaknya tidak aktif dan lemah, sering
menangis, kurang merespon jika dipanggil.
e. Eliminasi
Sebelum sakit : Ibu mengatakan bayinya BAB 2-3 x/hari dengan
konsistensi lembek berwarna kuning, BAK 5-6 x/hari
dengan konsistensi warna kuning jernih.
Saat sakit : Ibu mengatakan anaknya BAB 1-2 x/hari, konsistensi
lunak, warna kuning kecoklatan dan BAK 6-7x/hari,
warna kuning pekat dan bau khas.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : R: 42x/menit, S : 37,80C, N : 110x/menit
4. BB/TB : 10 kg/65 cm
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Rambut bersih, hitam, tidak rontok
b. Muka
Bersih, tidak ada oedema, agak pucat, teraba hangat dan tidak terdapat
bercak-bercak seperti campak.
c. Mata
Kanan kiri simestris, congjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna
putih dan bersih.
12
d. Hidung
Hidung simetris, terdapat cairan / lendir berwarna jernih dan encer kulit
hidung bagian luar tampak kemerahan.
e. Mulut
Bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, gusi tidak
bengkak/berdarah, mulut tidak berbau.
f. Telinga
Kanan kiri simetris, tidak ada cairan nanah yang keluar
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tenggorokan berwarna merah.
h. Dada
Tidak ada tarikan dinding dada waktu bernafas, mengorok. tampak simetris,
pernafasan
i. Perut
Tidak ada penonjolan umbilikus, tidak ada nyeri tekan, tidak kembung.
j. Ekstremitas
Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan kaki lengkap tidak ada kelainan.
Teraba hangat dan tidak terdapat bercak-bercak seperti campak
6. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a. Perkembangan motorik kasar : An.T dapat berjalan tanpa berpegangan.
b. Perkembangan bahasa : An.T sudah mampu berbicara tetapi belum terdengar
jelas.
c. Pertimbangan tingkah laku sosial : An.T dapat bermain dengan orang sekitar.
7. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
13
d. Ibu mengatakan anaknya mengalami batuk, pilek serta badan terasa panas
sejak 2 hari yang lalu dan nafsu makannya menurun.
Data Objektif
a. Keadaan Umum : Cukup
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : R : 42x/Menit, S: 37,80C, N : 110x/Menit
d. Muka : Tampak Agak Pucat
1. Hidung : Terdapat cairan jernih dan encer, kulit hidung bagian
luar tampak kemerahan
e. Pernafasan : Mendengkur
f. Tenggorokan : Berwarna merah
g. Perabaan Kulit : Pada bagian lengan, kaki, dan muka terasa hangat
tidak timbul bercak-bercak seperti bercak campak.
h. Telinga : Tidak mengeluarkan cairan nanah
2. Masalah
Rewel dan nafsu makan berkurang
3. Kebutuhan
a. Menenangkan anak agar tidak rewel.
b. Pemberian makanan berupa bubur tim.
c. Pemberian cairan berupa air putih dan teh.
LANGKAH IV : ANTISIPASI
Kolaborasi dengan dokter umum untuk memberikan terapi antibiotik, paracetamol,
obat pilek dan obat pereda batuk.
LANGKAH V : PERENCANAAN
1. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi antibiotik paracetamol,obat
pilek, dan obat pereda batuk.
2. Beritahu ibu tentang keadaan balita ibu sekarang.
3. Beritahu ibu tentang penyakit ISPA
4. Beritahu ibu untuk memberikan gizi seimbang pada anak.
5. Berikan KIE pada ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan.
14
6. Beritahu ibu untuk kontrol ulang 3 hari lagi ke puskesmas duren jika kondisi
anak belum stabil atau bila ada keluhan.
LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
1. Melakukan kolaborasi dengan dokter Umum untuk memberikan terapi meliputi :
a. Cotrimoksasol (Antibiotik) sirup 3 x 1Sendok teh
b. Paracetamol (antipiretik) 500 mg puyer 3 x 1. 2 Tablet
c. Dexamethasone (anti-inflamasi) 500 mg puyer 3 x 1. 2 Tablet
d. Glyceryl Guaiacolate (anti-inflamasi) 100 mg puyer 3 x 1. 2 Tablet
2. Memberitahu ibu tentang keadaan anak yaitu bahwa anaknya menderita penyakit
ISPA sedang.
3. Memberitahu ibu tentang penyakit ISPA sedang pada anak. Tanda gejala ISPA
sedang yaitu pada anak umur 12 bulan - <5 tahun, suhu tubuh lebih dari 39 oC,
tenggorokan berwarna merah, timbul bercak – bercak merah pada kulit
menyerupai bercak campak, telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang
telinga, dan pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan anak gizi seimbang berupa : Sayuran 1
Porsi :setengah mangkuk sedang ½ gelas, Buah 1 Porsi senilai dengan : 1 buah
jeruk sedang, pepaya potong 1 mangkuk, apel setengah buah, Susu 1 gelas 200
ml
5. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dengan cara,
menyapu halaman rumah, membuang sampah pada tempatnya, mencuci pakaian
yang kotor serta perlatan dapur yang kotor agar penyakit ISPA tidak menular
pada orang lain.
6. Memberitahu ibu untuk kontrol ulang 3 hari lagi atau jika ada keluhan dan
keadaan anak belum stabil.
15
B. PEMBAHASAN
Menurut kasus An.T umur 1 Tahun 8 Bulan dengan ISPA sedang pada data
subyektif ibu mengatakan keadaan An.T Umur 1 Tahun 8 Bulan, nafsu makan anak
menurun, batuk dan pilek. Pada data obyektif keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, pemeriksaan suhu 37,8oC, kulit bagian luar tampak kemerahan,
tenggorokan berwarna merah, pernafasan 42x/menit, pada hidung terdapat cairan jernih
dan encer, pernafasan seperti mengorok dan conjungtiva merah muda.
Berdasarkan interprestasi data diketahui bahwa An.T usia 1 Tahun 8 Bulan
dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang. Masalah yang muncul adalah
rewel dan nafsu makan berkurang. Kebutuhan yang diberikan adalah menenangkan agar
anak tidak rewel, memberikan asupan nutrisi makanan dan pemberian cairan. Kebutuhan
yang diberikan pada ISPA yaitu pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, ampisillin,
amoksisillin, sefotaksim, dan eritromisin (Marni, 2014).
Pada langkah ini menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yaitu pada
teori kebutuhan yang diberikan pada ISPA yaitu pemberian antibiotik seperti
kotrimoksasol, ampisillin, amoksisillin, gentamisin, sefotaksim, dan eritromisin (Marni,
2014). Sedangkan pada kasus kebutuhan yang diberikan yaitu menenangkan agar anak
tidak rewel, memberikan asupan nutrisi makanan dan pemberian cairan.
Diagnosa potensial yang muncul pada balita dengan ISPA sedang yaitu akan
menyebabkan terjadinya bronhkitis, pneumonia, otitis media, sinusitis, gagal napas,
cardiac arres, dan syok (Marni, 2014). Menurut kasus An.T dengan ISPA sedang
diagnosa potensial tidak muncul karena adanya antisipasi yang baik dengan kolaborasi
pada dokter untuk memberikan therapy antibiotik dan obat pereda batuk, pilek dan panas.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.
Pada kasus ISPA sedang antisipasi dengan pemberian obat antibiotik seperti
kotrimoksasol, ampisillin, amoksisillin, gentamisin, sefotaksim dan eritromisin
(Marni,2014). Menurut kasus An.T dengan ISPA sedang antisipasi yang dilakukan pada
An.T umur 1 tahun 8 bulan dengan ISPA sedang yaitu Kolaborasi dengan dokter umum
untuk memberikan terapi antibiotik, paracetamol, obat pilek dan obat pereda batuk. Pada
kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
Dilakukan perencanaan asuhan kebidanan yang dilakukan sesuai dengan teori
dan standar asuhan kebidanan. Penatalaksanaan dan evaluasi dilakukan sesuai dengan
rencana asuhan ebidanan yang telah direncnakan. Sehingga pada keseluruhan asuhan
kebidanan yang telah diberikan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
dilapangan.
16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada pada balita dengan ISPA
dengena menerapkan menejemen 7 langkah varney maka dapat dapat disimpulkan bahwa
1. Dari hasil pengkajian didaptkan An.T diklasifikasikan sebagai balita sakit ISPA
sedang, dengan keluhan batuk, pilek, panas, nafsu makan menurun, dan rewel.
2. Dari hasil interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan An.T ISPA sedang,
masalah yang muncul pada An.T adalah batuk, pilek, panas, dan rewel (pada
pemeriksaan pernafasan lebih dari 42x/menit, suhu 37,8 oC, tenggorokan berwarna
merah, pada perabaan kulit terasa hangat, pernafasan mengorok). Kebutuhan yang
diperlukan adalah melakukan : Menenangkan anak agar tidak rewel, Pemberian
makanan berupa nasi dan lauk, dan pemberian cairan berupa air putih dan teh.
3. Diagnosa potensial dapat terjadi Pneumonia tapi karena adanya penanganan yang
intensif maka diagnosa potensial tersebut tidak terjadi.
4. Upaya antisipasi yaitu Kolaborasi dengan dokter umum untuk memberikan terapi
antibiotik, paracetamol dan obat pilek.
5. Perencanaan telah dilakukan sesuai dengan teori dan standar asuhan kebidanan
6. Penatalaksanaan telah dilakukan dengan baik sesuai rencana yang telah disusun
karena adanya dukungan keluarga.
7. Evaluasi dari hasil asuhan kebidanan telah dilakukan dengan baik dan benar
B. Saran
1. Bagi Penyusun
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan untuk menambah pengetahuan serta
pengaplikasian dalam pemberian asuhan kebidanan pada balita sakit yang sesuai
dengan kewenangan kepada pasien.
2. Bagi Klinik Trikarya
Diharapkan laporan ini dapat di jadikan sebagai salah satu cara meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada balita sakit.
3. Bagi Jurusan Kebidanan
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan referensi baru sebagai sarana informasi dan
pengembangan ilmu pengetahuan serta bahan kepustakaan khususnya tentang
pemberian asuhan pada balita sakit sesuai kewenangan klien.
17
DAFTAR PUSTAKA
Marni, S. Kep., Ns, M.Kes. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan
Gangguan Pernafasan.Yogyakarta : Gosyen Publisihing.
Septiari, B.B. 2012. Mencentak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang tua. Yogyakarta :
Nuhamedika.
Stela Olivya, Joost L, Peeki Rondonuwu. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua
Dengan Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Anak Usia
Balita Di Wilayah Kerja UTARA.2014;11(3):402–411
WHO. Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang
cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan.
jenewa:WHO 2007.
LAMPIRAN
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018
Peran Keluarga Dalam Penanganan Anak dengan Penyakit ISPA Di RSUD Piru
INFORMASI ABSTRACT
Korespondensi Acute respiratory infection (ARI) is an acute infection disease that involves the
dary@staff.uksw.edu respiratory organs. The number of ARI cases in RSUD Piru in 2015 were around
122 patients in the classification of outpatients. In 2016, ARI patients increased to
165 patients with the classification that 21 were inpatients and 144 were
outpatients. Whereas in 2017, the number of ARI patients increased to 244
patients with a classification that all were outpatients. This research was aimed at
elaborating the family role in treating ARI toddler-patients. The method used in
this research was qualitative with phenomenology approach. The technique used
Keywords: to collect the data was through a deep interview. Research participants for this
ARI, role of family, toddler study were determined by the researcher (purposive sampling). The participants in
this study were 10 parents who have toddlers (1-5 year-old children) with ARI.
ARI contains three themes, they are: (1) family knowledge, (2) family role, (3) the
prevention of ARI contagion. Conclusion: The family role in treating children-
patients of ARI was through traditional treatment. If the traditional treatment did
not work, then they brought their toddlers to the hospital to get the medicine from
medics.
Abstrak
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan.
Angka kejadian ISPA di RSUD Piru pada tahun 2015 sebanyak 122 orang dengan klasifikasi semua pasien rawat
jalan, pada 2016 penderita penyakit ISPA meningkat menjadi 165 orang dengan klasifikasi 21 penderita yang di
rawat di Rumah Sakit dan 144 penderita rawat jalan. Sedangkan pada tahun 2017 penderita ISPA meningkat menjadi
244 orang, dengan klasifikasi semua pasien rawat jalan. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan peran keluarga
dalam penanganan anak dengan ISPA. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam. Partisipan
penelitian ditentukan sesuai dengan karakteristik yang sudah ditentukan oleh peneliti, (purposive sampling).
Partisipan dalam penelitian ini adalah 10 orang yang memiliki anak usia balita (1 – 5 Tahun) dengan penyakit ISPA.
Hasil penelitian terhadap partisipan mengenai peran keluarga dalam penanganan anak dengan penyakit ISPA
meliputi tiga tema yaitu: (1) pengetahuan keluarga, (2) peran keluarga, (3) pencegahan penularan ISPA. Kesimpulan:
Peran keluarga yang dilakukan dalam penanganan anak dengan ISPA dengan cara pengobatan tradisional. jika
pengobatan tradisional tidak membuahkan hasil barulah keluarga akan membawa balitanya berobat ke RS untuk
mendapatkan obat dari tenaga kesehatan.
Pendahuluan
negara-negara dengan pendapatan
Infeksi Saluran Pernafasan
perkapita rendah dan menengah (Aries,
Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi
2015). Di Indonesia kasus ISPA
akut yang melibatkan organ saluran
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
pernapasan. Saluran nafas yang
dan keluhan penduduk adalah 25,0%.
dimaksud adalah organ mulai dari
Empat provinsi dengan ISPA tertinggi
hidung sampai alveoli paru (Intan,
adalah Nusa Tenggara Timur, Papua,
2014). ISPA disebabkan oleh virus,
Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur
jamur dan bakteri Staphylococcus,
(Riskesdas, 2013).
Streptococcus. Staphylococcus dan
Di Maluku angka kejadian ISPA
Streptococcus merupakan bakteri gram
meningkat. Menurut profil kesehatan
positif. Staphylococcus tumbuh pada
provinsi Maluku (2014), penyakit
lingkungan dengan temperatur 15 –
dengan angka kejadian tertinggi adalah
45ºC, sedangkan Streptococcus tumbuh
ISPA, dari tahun 2012 angka kejadian
pada lingkungan dengan temperatur
ISPA berada pada posisi pertama
suhu 37ºC. Timbulnya gejala ISPA
dengan jumlah 15.443 kasus, terjadi
biasanya cepat, yaitu dalam waktu
peningkatan pada tahun 2013 sebanyak
beberapa jam sampai beberapa hari.
21.537 kasus, dan tahun 2014 angka
Gejalanya meliputi demam, batuk, dan
kejadian menjadi 145.782 kasus (Profil
sering juga nyeri tenggorokan, pilek,
kesehatan Provinsi maluku, 2014). ISPA
sesak napas, mengi, atau kesulitan
sampai saat ini masih merupakan
bernapas (WHO, 2007).
penyakit menular infeksi yang
Saat ini ISPA masih menjadi
menyebabkan kematian balita.
masalah kesehatan dunia. Menurut
Rendahnya kualitas lingkungan
World Health Organization (2007)
pemukiman, serta pengetahuan
ISPA adalah penyebab utama
masyarakat tentang kesehatan yang
morbiditas dan mortalitas penyakit
kurang, menyebabkan penyakit ini
menular di dunia, hampir 4 juta orang
masih menjadi ancaman yang berbahaya
meninggal di dunia akibat ISPA setiap
bagi balita. Tingginya insiden penyakit
tahun (WHO, 2007). Tingkat mortalitas
ini tidak terlepas dari faktor penularan
ISPA sangat tinggi pada bayi, anak-
yang mudah terjadi dan faktor sosio-
anak, dan orang lanjut usia, terutama di
ekonomi masyarakat (Profil Kesehatan
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018
Kota Ambon, 2014). Angka kejadian lain adalah : peran sebagai penyedia,
ISPA di RSUD Piru pada tahun 2015 perawatan anak, sosialisasi anak, peran
sebanyak 122 orang dengan klasifikasi pendidikan, dan peran afektif. Alasan
semua pasien rawat jalan, pada 2016 mengapa orang tua memegang peranan
penderita penyakit ISPA meningkat penting bagi kesehatan anak karena
menjadi 165 orang dengan klasifikasi 21 kehidupan seorang anak ditentukan oleh
yang di rawat di RS dan 144 menjalani lingkungan keluarga (Stela, 2016).
rawat jalan. Sedangkan pada tahun 2017 Penanganan yang dilakukan
penderita ISPA semakin meningkat masing-masing orang tua berbeda.
menjadi 244 orang, dengan klasifikasi Menurut penelitian yang dilakukan
semua pasien rawat jalan. Florentina (2013), keterlambatan
Balita merupakan individu yang pencarian layanan kesehatan merupakan
masih berada pada masa tumbuh salah satu penyebab tingginya kematian
kembang. Sistem imun pada usia ini akibat ISPA. Faktor-faktor yang dapat
masih relatif rendah dibandingkan memengaruhi perilaku pencarian
dengan usia-usia selanjutnya. Sistem pelayanan kesehatan antara lain status
imun yang belum sempurna pada balita sosial ekonomi, usia ibu, pendidikan
menyebabkan balita rentan terkena ibu, persepsi orang tua, usia anak, jenis
infeksi, yang salah satunya adalah kelamin anak, jumlah balita dalam
ISPA. Pencegahan ISPA sangat erat keluarga. Berdasarkan wawancara yang
kaitannya dengan sistem kekebalan dilakukan oleh peneliti, sebagian orang
tubuh yang dimiliki oleh seseorang. tua yang sadar akan kesehatan anak,
ISPA sangat rentan kepada balita, itulah lebih memilih untuk membawa anak ke
mengapa kasus ISPA sebagai penyakit Rumah Sakit, namun ada juga orang tua
dengan prevalensi sangat tinggi di dunia yang membawa ke Puskesmas dan juga
juga menunjukkan angka kematian anak orang tua yang tidak terlalu
yang sangat tinggi dibandingkan memerhatikan kesehatan anak, dan
penyakit lainnya. Orang tua memiliki dibiarkan saja. Berbeda dengan
peran yang penting dalam masa penelitian yang dilakukan Cipto (2015)
pertumbuhan anak, sekaligus dalam peran keluarga dalam pencegahan anak
proses pencegahan dan penanggulangan dengan penyakit ISPA, berkaitan
penyakit ISPA. Peran orang tua antara dengan tingkat pengetahuan orang tua,
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018
“ade nona usi jua seng tau lai kata bermain tu ade seng pastiu hujan atau
ISPA ini penyakit apa, yang usi tau panas, dong barmaen saja, namanya
Cuma ade ini sakit karena cuaca yang jua anak-anak”. (Q4P4A2)
hujan, tambah makan es-es jadi usi ketahui disini adalah karena cuaca yang
kira dia sakit karena itu” (Q4P6A1). tidak teratur, anak sering
mengkonsumsi makanan ringan/jajan,
dan sering berdekatan dengan anggota
keluarga yang merokok.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018
masih
Berikut peryataan partisipan :
“Iya ade, jadi anak saya ini kan
masih kecil tidak ada banyak tindakan
yang bisa saya lakukan untuk
mencegah agar tidak
Pembahasan
Pengetahuan tentang ISPA
Daftar Pustaka