Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT PADA AN. T UMUR 1


TAHUN 8 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT
(ISPA) DI WILAYAH PUSKESMAS DUREN

Oleh :

NAMA DIENS NANDA ELA PERMANA


152211100

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN TRANSFER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN 2022

1
DAFTAR ISI

1. JUDUL..............................................................................................................i
2. PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
3. TINJAUAN TEORI .........................................................................................3
A. Balita.............................................................................................................3
1) Pengertian ................................................................................................3
2) Tahap Perkembangan Balita.....................................................................3
B. Infeksi Saluran Pernafan Akut (ISPA)..........................................................5
1) Pengertian...............................................................................................5
2) Tanda dan gejala.....................................................................................5
3) Klasifikasi ISPA.....................................................................................6
4) Etiologi...................................................................................................6
5) Penatalaksanaan ISPA............................................................................6
C. Manajemen Asuhan Kebidanan.....................................................................7
4. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................10
A. Hasil..............................................................................................................10
B. Pembahasan...................................................................................................16
5. PENUTUP ........................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................17
B. Saran ............................................................................................................17
6. DAFTAR PUSTAKA
7. LAMPIRAN

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Balita merupakan individu yang masih berada pada masa tumbuh kembang.
Sistem imun pada usia ini masih relatif rendah dibandingkan dengan usia-usia
selanjutnya. Sistem imun yang belum sempurna pada balita menyebabkan balita rentan
terkena infeksi, yang salah satunya adalah ISPA. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan. Saluran nafas
yang dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru (Intan, 2014).
Saat ini ISPA masih menjadi masalah kesehatan dunia. Menurut World Health
Organization (2007) ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit
menular di dunia, hampir 4 juta orang meninggal di dunia akibat ISPA setiap tahun
(WHO, 2007). Tingkat mortalitas ISPA sangat tinggi pada bayi, anakanak, dan orang
lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah
(Aries, 2015). Di Indonesia kasus ISPA berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
keluhan penduduk adalah 25,0%. Empat provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa
Tenggara Timur, Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur (Riskesdas, 2013).
Timbulnya gejala ISPA biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai
beberapa hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorokan,
pilek, sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas (WHO, 2007). Pencegahan ISPA
sangat erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh yang dimiliki oleh seseorang. ISPA
sangat rentan kepada balita, itulah mengapa kasus ISPA sebagai penyakit dengan
prevalensi sangat tinggi di dunia juga menunjukkan angka kematian anak yang sangat
tinggi dibandingkan penyakit lainnya. Orang tua memiliki peran yang penting dalam
masa pertumbuhan anak, sekaligus dalam proses pencegahan dan penanggulangan
penyakit ISPA. Peran orang tua antara lain adalah : peran sebagai penyedia, perawatan
anak, sosialisasi anak, peran pendidikan, dan peran afektif. Alasan mengapa orang tua
memegang peranan penting bagi kesehatan anak karena kehidupan seorang anak
ditentukan oleh lingkungan keluarga (Stela, 2016).
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Cipto (2015) peran keluarga dalam
pencegahan anak dengan penyakit ISPA, berkaitan dengan tingkat pengetahuan orang tua,
semakin rendah tingkat pengetahuan orang tua semakin tinggi resiko anak dengan
penyakit ISPA, karena kurang adanya perhatian orang tua terhadap kebersihan anak.
Berbeda dengan cara pencegahan orang tua di Ambon, orang tua menggosok minyak

1
kayu putih ke badan anak, memberikan perasan jeruk nipis dicampur kecap, atau
memberikan minyak campuran pala, cengkih yang sudah diracik untuk diminum karena
dapat dipercaya mampu meredakan rasa sakit karena batuk yang dirasakan anak, namun
ada juga orang tua yang membawa anaknya untuk diurut karena dipercaya kondisi anak
akan lebih membaik dari sebelumnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami dan memberikan asuhan kebidanan balita sakit pada An.T
umur 1 tahun 8 bulan dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian balita sakit pada An.T umur 1 tahun 8
bulan dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
b. Mampu melakukan interprestasi data balita sakit pada An.T umur 1 tahun 8
bulan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
c. Mampu melakukan diagnosa potensial balita sakit pada An.T umur 1 tahun
8 bulan dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
d. Mampu mengidentitifikasi diagnosa atau menentukan masalah potensial
yang mungkin timbul pada An.T umur 1 tahun 8 bulan dengan infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA)
e. Mampu melakukan perencanaan tidakan asuhan kebidanan balita sakit pada
An.T umur 1tahun 8 bulan dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
f. Mampu melakukan implementasi atau tindakan asuhan kebidanan balita
sakit pada An.T umur 1 tahun 8 bulan dengan infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA)
g. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan balita sakit pada An.T umur 1
tahun 8 bulan dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Balita
1) Pengertian
Balita adalah yang usianya antara 1-5 tahun (Maryunani, 2016). Balita adalah
anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni
pertumbuhan cepat pada umur 0-1 tahun dimana umur 5 bulan berat badan naik
2x berat badan lahir, dan 3x berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjsadi 4x
pada umur 2 tahun (Septiari, 2012).
2) Tahap Perkembangan Balita
Menurut Maryunani (2010) Tahapan Perkembangan Balita mulai dari Gerakan
kasar dan halus. Emosi, sosial, perilaku dan bicara dari 0-5 Tahun.
1. Usia 0 sampai 3 bulan :
a. Belajar mengangkat kepala
b. Belajar mengikuti obyek dengan matanya.
c. Melihat ke wajah orang lain dengan tersenyum.
d. Bereaksi terhadap suara/bunyi.
e. Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan
kontak.
f. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
2. Usia 3 sampai 6 bulan :
a. Mengangkat kepala 90 dejarat dan mengangkat dada dengan bertopang
tangan.
b. Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di
luar jangkauannya.
c. Meletakkan benda-benda di mulutunya.
d. Berusaha memperluas lapangan pandangannya.
e. Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain. Mulai berusaha
mencari benda-benda yang hilang.
3. Usia 6 sampai 9 Bulan :
a. Dapat duduk tanpa bantuan.
b. Dpat terungkap dan berbalik sendiri.
c. Dapat merangkak meraih benda atau emndekati seseorang.
d. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.

3
e. Memegang benda kecil dnegan ibu jari dan jari telunjuk. f) Bergembira
dengan melempar benda-benda.
f. Mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti.
g. Mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang
asin/lain.
h. Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-
sembunyian.
4. Usia 9 sampai 12 Bulan :
a. Dapat berdiri sendiri tanpa bantuan.
b. Dapat berjalan dengan dituntun.
c. Menirukan suara.
d. Mengulang bunyi yang didengarnya.
e. Belajar menyatakan satu atau dua kata.
f. Mengerti perintah sederhana atau larangan.
g. Memperlihatkan minat dan rasa ingin tahu yang besar terhadap hal-hal
yang ada di sekitarnya, ingin menyentuh apa saja dan memasukan benda-
benda ke mulutnya.
h. Berpartisipasi dalam permainan.
5. Usia 12 sampai 18 Bulan :
a. Berjalan dan ingin mengetahui hal-hal yang ada di rumah serta
sekelilingnya.
b. Menyusun 2 kotak atau 3 kotak.
c. Dapat mengatakan 5-10 kata.
d. Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing.
6. Usia 18 bulan sampai 24 Bulan :
a. Naik turun tangga.
b. Menyusun 6 kotak.
c. Menunjuk mata dan hidungnya.
d. Menyusun dua kata.
e. Belajar makan sendiri.
f. Menggambar garis di kertas atau pasir.
g. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil (Kencing)
h. Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih
besar.

4
i. Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan
mereka.
7. Usia 2 sampai 3 Tahun :
a. Belajar meloncat, memanjat dengan satu kaki
b. Membuat jembatan dengan 3 kotak.
c. Mampu menyusun kalimat.
d. Mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang
ditujukan kepadanya.
e. Menggambar lingkaran.
f. Bermain bersama anak lain dan menyadari adanya lingkungan di luar
keluarganya.

B. Infeksi Saluran Pernafasan Akut


1) Pengertian
ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) adalah infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah (Marni,
2014).Infeksii Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dalah penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, menular, yang dapat menimbulkan berbagai
spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan
sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen
penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu (WHO, 2007).
2) Tanda Gejala
Menurut (Marni, 2014) tanda dan gejala ISPA secara umum yaitu batuk, sesak
nafas, tenggorokan kering dan hidung tersumbat .
1. Tanda dan gejala ISPA ringan
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
c. Pilek yaitu mengeluarkan lender/ingus dari hidung
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 o C jika dahi anak diraba
dengan punggung tangan terasa panas
2. Tanda dan gejala ISPA sedang
a. Frekuensi nafas 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1-5 tahun, 50
kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang 1 tahun,
dan 60 kali per menit atau lebih pada anak kurang 2 bulan (Maryunani,
2010).

5
b. Suhu lebih dari 39oC
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
b. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
a. Pernafasan berbunyi seperti mengorok
b. Pernafasan berbunyi menciut-ciut
3. Tanda dan gejala ISPA berat
a. Bibir atau kulit membiru
b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernafas, anak tidak sadar atau kesadaran menurun
c. Sela iga tertarik kedalam waktu bernafas
d. Tenggorokan berwarna merah
3) Klasifikasi ISPA
Menurut Maryunani (2016), klasifikasi ISPA meliputi :
1. Infeksi saluran napas atas terdiri dari : Rhinitis, sinusitis, pharingitis,
epiglotitis, laringitis dan otitris media.
2. Sedangkan infeksi saluran napas bawah terdiri dari : bronkitis, bronkiolitis,
dan pneumonia
4) Etiologi
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan akut) dapat disebabkan oleh:
1. Bakteri : echerichia coli, streptococcus pneumoniae, chlamidya trachomatis,
clamidia pneumonia, mycloplasma pneumoniae dan beberapa bakteri lain.
2. Virus : miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, virus influenza,
virus parainfluenza, rhinovirus, respiratorik syncytial virus, dan beberapa
virus yang lain.
Faktor resiko terjadinya ISPA adalah status imunisasi, anak yang tidak dapat
mendapat imunisasi mempunyai risiko lebih tinggi daripada yang mendapat
imunisasi. Kedua adalah pemberian kapsul vitamin A, vitamin A meningkatkan
imunitas anak, anak / bayi yang tidak mendapat vitamin A, berisiko lebih besar
terkena penyakit ISPA. Ketiga adalah keberadaan anggota keluarga yang
merokok dalam rumah (Marni, 2014).
5) Penatalaksanaan ISPA
Menurut Marni (2014), penatalaksanaan ISPA sedang meliputi :
1. Suportif Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin

6
2. Antibiotik
Kotrimoksasol, ampisilin, amoksisilin, gentamisin, sefotaksim dan
eritromisin. Jika dalam tiga hari belum ada perbaikan, segera bawa
kedokter/pusat layanan kesehatan.

C. Manajemen Asuhan Kebidanan


Menurut Helen Varney, alur berpikir bidan saat ini menghadapi klien meliputi 7
langkah. Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses
berpikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :
1) Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua
data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik pada kesehatan
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar
awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan
kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
2) Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan
sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh bidan. Masalah
ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga
merasa takut terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar
diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi
rasa sakit.
3) Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah

7
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atu masalah
potensial benar-benar terjadi.
4) Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan
kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR
yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang
dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
5) Langkah V(kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling,
dan apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yg berkaitan dengan sosial
ekonomi,kultur atau masalah psikologis.

8
Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional
dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yg up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien.
6) Langkah VI(keenam) : Melaksanaan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri
ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen
yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari
asuhan klien.
7) Langkah VII (Terakhir) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedang sebagian belum efektif.

9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT PADA AN. T UMUR
1 TAHUN 8 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
AKUT (ISPA) DI WILAYAH PUSKESMAS DUREN
Pengkajian
Tanggal : 06 Juni 2022
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : puskesmas duren
Pengkaji : Diens Nanda Ela

LANGKAH I : IDENTIFIKASI DASAR


A. Data Subjektif (S)
1. Identitas Bayi dan Orang Tua
Identitas Bayi
Nama : An.T
Umur : 1 tahun 8 bulan
Anak Ke : 1 (satu)
Jenis Kelamin : Perempuan
Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny.M Nama Ayah : Tn.K
Umur : 23 tahun Umur : 25 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Krajan

2. Alasan Datang Ke Puskesmas


Ibu mengatakan sejak 2 hari yang lalu anaknya batuk pilek dan badannya terasa
demam.

3. Riwayat Kesehatan

10
a. Imunisasi
a) Hb0 : Tanggal 7 September 2020
b) BCG + Polio 1 : Tanggal 10 Oktober 2020
c) DPT1 + Polio 2 + HB 1 : Tanggal 20 November 2020
d) DPT2 + Polio 3 + HB 2 : Tanggal 20 Desember 2020
e) DPT3 + Polio 4 + HB 3 : Tanggal 20 Januari 2021
f) Campak : Tanggal 20 Juni 2021
b. Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit panas pada usia 2 bulan
setelah imunisasi DPT2, Hb2 dan Polio3.
c. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan anaknya batuk, pilek serta badan terasa panas, rewel dan
susah makan sejak 2 hari yang lalu yaitu tanggal 04 Juni 2022.
d. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak ada yang
mempunyai penyakit menurun seperti asma, jantung, ginjal, hepatitis,
hipertensi, DM dan penyakit yang menular seperti TBC dan pneumonia.
4. Riwayat Sosial
Ibu mengatakan mengasuh sendiri anaknya dibantu dengan suami orang tuanya.
Ibu mengatakan hubungan anak dengan anggota keluarga sangat baik. Ibu
mengatakan anaknya belum mempunyai teman yang sebaya dengannya. Ibu
mengatakan lingkungan rumah aman, letak rumah berdekatan dengan rumah yang
lain.
5. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Nutrisi :
Sebelum sakit : ibu mengatakan anaknya hanya minum ASI sesuai
dengan keinginan anaknya dan makanan berupa bubur
tim.
Saat sakit : Ibu mengatakan nafsu makan anaknya berkurang dan
hanya minum ASI saja.
b. Istitahat/Tidur
Sebelum sakit : Ibu mengatakan tidur siang ± 3 jam dan tidur malam ±
12 jam, kadang terbangun untuk minum dan ngompol
Saat sakit : Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ±
6 jam, kadang terbangun karena menangis, minum dan

11
ngompol.
c. Mandi
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya mandi 2 kali sehari, ganti
baju sewaktu-waktu ketika baju kotor terkena pipis,
pup atau keringat dan selesai mandi.
Saat sakit : Ibu mengatakan anaknya tidak dimandikan karena
masih demam dan hanya dibasuh dengan air hangat
d. Aktifitas
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif dan ceria serta
merespon jika dipanggil.
Saat sakit : Ibu mengatakan anaknya tidak aktif dan lemah, sering
menangis, kurang merespon jika dipanggil.
e. Eliminasi
Sebelum sakit : Ibu mengatakan bayinya BAB 2-3 x/hari dengan
konsistensi lembek berwarna kuning, BAK 5-6 x/hari
dengan konsistensi warna kuning jernih.
Saat sakit : Ibu mengatakan anaknya BAB 1-2 x/hari, konsistensi
lunak, warna kuning kecoklatan dan BAK 6-7x/hari,
warna kuning pekat dan bau khas.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : R: 42x/menit, S : 37,80C, N : 110x/menit
4. BB/TB : 10 kg/65 cm
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Rambut bersih, hitam, tidak rontok
b. Muka
Bersih, tidak ada oedema, agak pucat, teraba hangat dan tidak terdapat
bercak-bercak seperti campak.
c. Mata
Kanan kiri simestris, congjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna
putih dan bersih.

12
d. Hidung
Hidung simetris, terdapat cairan / lendir berwarna jernih dan encer kulit
hidung bagian luar tampak kemerahan.
e. Mulut
Bibir berwarna merah muda, tidak ada stomatitis, gusi tidak
bengkak/berdarah, mulut tidak berbau.
f. Telinga
Kanan kiri simetris, tidak ada cairan nanah yang keluar
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tenggorokan berwarna merah.
h. Dada
Tidak ada tarikan dinding dada waktu bernafas, mengorok. tampak simetris,
pernafasan
i. Perut
Tidak ada penonjolan umbilikus, tidak ada nyeri tekan, tidak kembung.
j. Ekstremitas
Dapat bergerak bebas, jari-jari tangan dan kaki lengkap tidak ada kelainan.
Teraba hangat dan tidak terdapat bercak-bercak seperti campak
6. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a. Perkembangan motorik kasar : An.T dapat berjalan tanpa berpegangan.
b. Perkembangan bahasa : An.T sudah mampu berbicara tetapi belum terdengar
jelas.
c. Pertimbangan tingkah laku sosial : An.T dapat bermain dengan orang sekitar.
7. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

LANGKAH II : INTERPRESTASI DATA


Tanggal 06 Juni 2022 Pukul 09.00 WIB
1. Diagnosa kebidanan
An.T umur 1 tahun 8 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
sedang Data Subjektif
a. Ibu mengatakan anaknya bernama An.T
b. Ibu mengatakan anaknya lahir tanggal 7 september 2020
c. Ibu mengatakan umur anaknya umur 1 Tahun 8 Bulan

13
d. Ibu mengatakan anaknya mengalami batuk, pilek serta badan terasa panas
sejak 2 hari yang lalu dan nafsu makannya menurun.
Data Objektif
a. Keadaan Umum : Cukup
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : R : 42x/Menit, S: 37,80C, N : 110x/Menit
d. Muka : Tampak Agak Pucat
1. Hidung : Terdapat cairan jernih dan encer, kulit hidung bagian
luar tampak kemerahan
e. Pernafasan : Mendengkur
f. Tenggorokan : Berwarna merah
g. Perabaan Kulit : Pada bagian lengan, kaki, dan muka terasa hangat
tidak timbul bercak-bercak seperti bercak campak.
h. Telinga : Tidak mengeluarkan cairan nanah
2. Masalah
Rewel dan nafsu makan berkurang
3. Kebutuhan
a. Menenangkan anak agar tidak rewel.
b. Pemberian makanan berupa bubur tim.
c. Pemberian cairan berupa air putih dan teh.

LANGKAH III : DIAGNOSA POTENSIAL


Pneumonia

LANGKAH IV : ANTISIPASI
Kolaborasi dengan dokter umum untuk memberikan terapi antibiotik, paracetamol,
obat pilek dan obat pereda batuk.

LANGKAH V : PERENCANAAN
1. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi antibiotik paracetamol,obat
pilek, dan obat pereda batuk.
2. Beritahu ibu tentang keadaan balita ibu sekarang.
3. Beritahu ibu tentang penyakit ISPA
4. Beritahu ibu untuk memberikan gizi seimbang pada anak.
5. Berikan KIE pada ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan.

14
6. Beritahu ibu untuk kontrol ulang 3 hari lagi ke puskesmas duren jika kondisi
anak belum stabil atau bila ada keluhan.

LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
1. Melakukan kolaborasi dengan dokter Umum untuk memberikan terapi meliputi :
a. Cotrimoksasol (Antibiotik) sirup 3 x 1Sendok teh
b. Paracetamol (antipiretik) 500 mg puyer 3 x 1. 2 Tablet
c. Dexamethasone (anti-inflamasi) 500 mg puyer 3 x 1. 2 Tablet
d. Glyceryl Guaiacolate (anti-inflamasi) 100 mg puyer 3 x 1. 2 Tablet
2. Memberitahu ibu tentang keadaan anak yaitu bahwa anaknya menderita penyakit
ISPA sedang.
3. Memberitahu ibu tentang penyakit ISPA sedang pada anak. Tanda gejala ISPA
sedang yaitu pada anak umur 12 bulan - <5 tahun, suhu tubuh lebih dari 39 oC,
tenggorokan berwarna merah, timbul bercak – bercak merah pada kulit
menyerupai bercak campak, telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang
telinga, dan pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan anak gizi seimbang berupa : Sayuran 1
Porsi :setengah mangkuk sedang ½ gelas, Buah 1 Porsi senilai dengan : 1 buah
jeruk sedang, pepaya potong 1 mangkuk, apel setengah buah, Susu 1 gelas 200
ml
5. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dengan cara,
menyapu halaman rumah, membuang sampah pada tempatnya, mencuci pakaian
yang kotor serta perlatan dapur yang kotor agar penyakit ISPA tidak menular
pada orang lain.
6. Memberitahu ibu untuk kontrol ulang 3 hari lagi atau jika ada keluhan dan
keadaan anak belum stabil.

LANGKAH VII : EVALUASI


1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi sudah diberikan..
2. Ibu sudah mengetahui kondisi anaknya sekarang.
3. Ibu sudah mengerti tentang penyakit ISPA
4. Ibu bersedia memberikan makan anaknya dengan gizi seimbang
5. Ibu bersedia menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
6. Ibu sudah mengerti 3 hari lagi atau jika ada keluhan kembali kontrol ke klinik.

15
B. PEMBAHASAN
Menurut kasus An.T umur 1 Tahun 8 Bulan dengan ISPA sedang pada data
subyektif ibu mengatakan keadaan An.T Umur 1 Tahun 8 Bulan, nafsu makan anak
menurun, batuk dan pilek. Pada data obyektif keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, pemeriksaan suhu 37,8oC, kulit bagian luar tampak kemerahan,
tenggorokan berwarna merah, pernafasan 42x/menit, pada hidung terdapat cairan jernih
dan encer, pernafasan seperti mengorok dan conjungtiva merah muda.
Berdasarkan interprestasi data diketahui bahwa An.T usia 1 Tahun 8 Bulan
dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Sedang. Masalah yang muncul adalah
rewel dan nafsu makan berkurang. Kebutuhan yang diberikan adalah menenangkan agar
anak tidak rewel, memberikan asupan nutrisi makanan dan pemberian cairan. Kebutuhan
yang diberikan pada ISPA yaitu pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, ampisillin,
amoksisillin, sefotaksim, dan eritromisin (Marni, 2014).
Pada langkah ini menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yaitu pada
teori kebutuhan yang diberikan pada ISPA yaitu pemberian antibiotik seperti
kotrimoksasol, ampisillin, amoksisillin, gentamisin, sefotaksim, dan eritromisin (Marni,
2014). Sedangkan pada kasus kebutuhan yang diberikan yaitu menenangkan agar anak
tidak rewel, memberikan asupan nutrisi makanan dan pemberian cairan.
Diagnosa potensial yang muncul pada balita dengan ISPA sedang yaitu akan
menyebabkan terjadinya bronhkitis, pneumonia, otitis media, sinusitis, gagal napas,
cardiac arres, dan syok (Marni, 2014). Menurut kasus An.T dengan ISPA sedang
diagnosa potensial tidak muncul karena adanya antisipasi yang baik dengan kolaborasi
pada dokter untuk memberikan therapy antibiotik dan obat pereda batuk, pilek dan panas.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.
Pada kasus ISPA sedang antisipasi dengan pemberian obat antibiotik seperti
kotrimoksasol, ampisillin, amoksisillin, gentamisin, sefotaksim dan eritromisin
(Marni,2014). Menurut kasus An.T dengan ISPA sedang antisipasi yang dilakukan pada
An.T umur 1 tahun 8 bulan dengan ISPA sedang yaitu Kolaborasi dengan dokter umum
untuk memberikan terapi antibiotik, paracetamol, obat pilek dan obat pereda batuk. Pada
kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
Dilakukan perencanaan asuhan kebidanan yang dilakukan sesuai dengan teori
dan standar asuhan kebidanan. Penatalaksanaan dan evaluasi dilakukan sesuai dengan
rencana asuhan ebidanan yang telah direncnakan. Sehingga pada keseluruhan asuhan
kebidanan yang telah diberikan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
dilapangan.

16
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada pada balita dengan ISPA
dengena menerapkan menejemen 7 langkah varney maka dapat dapat disimpulkan bahwa
1. Dari hasil pengkajian didaptkan An.T diklasifikasikan sebagai balita sakit ISPA
sedang, dengan keluhan batuk, pilek, panas, nafsu makan menurun, dan rewel.
2. Dari hasil interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan An.T ISPA sedang,
masalah yang muncul pada An.T adalah batuk, pilek, panas, dan rewel (pada
pemeriksaan pernafasan lebih dari 42x/menit, suhu 37,8 oC, tenggorokan berwarna
merah, pada perabaan kulit terasa hangat, pernafasan mengorok). Kebutuhan yang
diperlukan adalah melakukan : Menenangkan anak agar tidak rewel, Pemberian
makanan berupa nasi dan lauk, dan pemberian cairan berupa air putih dan teh.
3. Diagnosa potensial dapat terjadi Pneumonia tapi karena adanya penanganan yang
intensif maka diagnosa potensial tersebut tidak terjadi.
4. Upaya antisipasi yaitu Kolaborasi dengan dokter umum untuk memberikan terapi
antibiotik, paracetamol dan obat pilek.
5. Perencanaan telah dilakukan sesuai dengan teori dan standar asuhan kebidanan
6. Penatalaksanaan telah dilakukan dengan baik sesuai rencana yang telah disusun
karena adanya dukungan keluarga.
7. Evaluasi dari hasil asuhan kebidanan telah dilakukan dengan baik dan benar

B. Saran
1. Bagi Penyusun
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan untuk menambah pengetahuan serta
pengaplikasian dalam pemberian asuhan kebidanan pada balita sakit yang sesuai
dengan kewenangan kepada pasien.
2. Bagi Klinik Trikarya
Diharapkan laporan ini dapat di jadikan sebagai salah satu cara meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada balita sakit.
3. Bagi Jurusan Kebidanan
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan referensi baru sebagai sarana informasi dan
pengembangan ilmu pengetahuan serta bahan kepustakaan khususnya tentang
pemberian asuhan pada balita sakit sesuai kewenangan klien.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aries W Estherina Nawangsari P. Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan


Ispa Menurunkan Kejadian Ispa Pada Balita.2015;8(2):107–116

Cipto R, Siti A, Mariyam, Peran Keluarga Prasejahtera Dengan Upaya Pencegahan


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Desa Depok Kecamatan
Kandeman Kabupaten Batang. Oktober 2015;8(2):149–160

Intan Silviana. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit ISPA Dengan


Perilaku Pencegahan ISPA Pada Balita Di PHPT Muara Angke JAKARTA

Marni, S. Kep., Ns, M.Kes. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan
Gangguan Pernafasan.Yogyakarta : Gosyen Publisihing.

Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : TIM

Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian


Kesehatan RI.2013

Septiari, B.B. 2012. Mencentak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang tua. Yogyakarta :
Nuhamedika.

Stela Olivya, Joost L, Peeki Rondonuwu. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua
Dengan Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Anak Usia
Balita Di Wilayah Kerja UTARA.2014;11(3):402–411

WHO. Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang
cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan.
jenewa:WHO 2007.
LAMPIRAN
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

Peran Keluarga Dalam Penanganan Anak dengan Penyakit ISPA Di RSUD Piru

Dary1, Dhanang Puspita2, Jolanda Fretty Luhukay1


Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Kristen Satya Wacana

INFORMASI ABSTRACT

Korespondensi Acute respiratory infection (ARI) is an acute infection disease that involves the
dary@staff.uksw.edu respiratory organs. The number of ARI cases in RSUD Piru in 2015 were around
122 patients in the classification of outpatients. In 2016, ARI patients increased to
165 patients with the classification that 21 were inpatients and 144 were
outpatients. Whereas in 2017, the number of ARI patients increased to 244
patients with a classification that all were outpatients. This research was aimed at
elaborating the family role in treating ARI toddler-patients. The method used in
this research was qualitative with phenomenology approach. The technique used
Keywords: to collect the data was through a deep interview. Research participants for this
ARI, role of family, toddler study were determined by the researcher (purposive sampling). The participants in
this study were 10 parents who have toddlers (1-5 year-old children) with ARI.
ARI contains three themes, they are: (1) family knowledge, (2) family role, (3) the
prevention of ARI contagion. Conclusion: The family role in treating children-
patients of ARI was through traditional treatment. If the traditional treatment did
not work, then they brought their toddlers to the hospital to get the medicine from
medics.

Abstrak

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan.
Angka kejadian ISPA di RSUD Piru pada tahun 2015 sebanyak 122 orang dengan klasifikasi semua pasien rawat
jalan, pada 2016 penderita penyakit ISPA meningkat menjadi 165 orang dengan klasifikasi 21 penderita yang di
rawat di Rumah Sakit dan 144 penderita rawat jalan. Sedangkan pada tahun 2017 penderita ISPA meningkat menjadi
244 orang, dengan klasifikasi semua pasien rawat jalan. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan peran keluarga
dalam penanganan anak dengan ISPA. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam. Partisipan
penelitian ditentukan sesuai dengan karakteristik yang sudah ditentukan oleh peneliti, (purposive sampling).
Partisipan dalam penelitian ini adalah 10 orang yang memiliki anak usia balita (1 – 5 Tahun) dengan penyakit ISPA.
Hasil penelitian terhadap partisipan mengenai peran keluarga dalam penanganan anak dengan penyakit ISPA
meliputi tiga tema yaitu: (1) pengetahuan keluarga, (2) peran keluarga, (3) pencegahan penularan ISPA. Kesimpulan:
Peran keluarga yang dilakukan dalam penanganan anak dengan ISPA dengan cara pengobatan tradisional. jika
pengobatan tradisional tidak membuahkan hasil barulah keluarga akan membawa balitanya berobat ke RS untuk
mendapatkan obat dari tenaga kesehatan.

Kata kunci: balita, ISPA, peran keluarga


Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

Pendahuluan
negara-negara dengan pendapatan
Infeksi Saluran Pernafasan
perkapita rendah dan menengah (Aries,
Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi
2015). Di Indonesia kasus ISPA
akut yang melibatkan organ saluran
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
pernapasan. Saluran nafas yang
dan keluhan penduduk adalah 25,0%.
dimaksud adalah organ mulai dari
Empat provinsi dengan ISPA tertinggi
hidung sampai alveoli paru (Intan,
adalah Nusa Tenggara Timur, Papua,
2014). ISPA disebabkan oleh virus,
Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur
jamur dan bakteri Staphylococcus,
(Riskesdas, 2013).
Streptococcus. Staphylococcus dan
Di Maluku angka kejadian ISPA
Streptococcus merupakan bakteri gram
meningkat. Menurut profil kesehatan
positif. Staphylococcus tumbuh pada
provinsi Maluku (2014), penyakit
lingkungan dengan temperatur 15 –
dengan angka kejadian tertinggi adalah
45ºC, sedangkan Streptococcus tumbuh
ISPA, dari tahun 2012 angka kejadian
pada lingkungan dengan temperatur
ISPA berada pada posisi pertama
suhu 37ºC. Timbulnya gejala ISPA
dengan jumlah 15.443 kasus, terjadi
biasanya cepat, yaitu dalam waktu
peningkatan pada tahun 2013 sebanyak
beberapa jam sampai beberapa hari.
21.537 kasus, dan tahun 2014 angka
Gejalanya meliputi demam, batuk, dan
kejadian menjadi 145.782 kasus (Profil
sering juga nyeri tenggorokan, pilek,
kesehatan Provinsi maluku, 2014). ISPA
sesak napas, mengi, atau kesulitan
sampai saat ini masih merupakan
bernapas (WHO, 2007).
penyakit menular infeksi yang
Saat ini ISPA masih menjadi
menyebabkan kematian balita.
masalah kesehatan dunia. Menurut
Rendahnya kualitas lingkungan
World Health Organization (2007)
pemukiman, serta pengetahuan
ISPA adalah penyebab utama
masyarakat tentang kesehatan yang
morbiditas dan mortalitas penyakit
kurang, menyebabkan penyakit ini
menular di dunia, hampir 4 juta orang
masih menjadi ancaman yang berbahaya
meninggal di dunia akibat ISPA setiap
bagi balita. Tingginya insiden penyakit
tahun (WHO, 2007). Tingkat mortalitas
ini tidak terlepas dari faktor penularan
ISPA sangat tinggi pada bayi, anak-
yang mudah terjadi dan faktor sosio-
anak, dan orang lanjut usia, terutama di
ekonomi masyarakat (Profil Kesehatan
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

Kota Ambon, 2014). Angka kejadian lain adalah : peran sebagai penyedia,
ISPA di RSUD Piru pada tahun 2015 perawatan anak, sosialisasi anak, peran
sebanyak 122 orang dengan klasifikasi pendidikan, dan peran afektif. Alasan
semua pasien rawat jalan, pada 2016 mengapa orang tua memegang peranan
penderita penyakit ISPA meningkat penting bagi kesehatan anak karena
menjadi 165 orang dengan klasifikasi 21 kehidupan seorang anak ditentukan oleh
yang di rawat di RS dan 144 menjalani lingkungan keluarga (Stela, 2016).
rawat jalan. Sedangkan pada tahun 2017 Penanganan yang dilakukan
penderita ISPA semakin meningkat masing-masing orang tua berbeda.
menjadi 244 orang, dengan klasifikasi Menurut penelitian yang dilakukan
semua pasien rawat jalan. Florentina (2013), keterlambatan
Balita merupakan individu yang pencarian layanan kesehatan merupakan
masih berada pada masa tumbuh salah satu penyebab tingginya kematian
kembang. Sistem imun pada usia ini akibat ISPA. Faktor-faktor yang dapat
masih relatif rendah dibandingkan memengaruhi perilaku pencarian
dengan usia-usia selanjutnya. Sistem pelayanan kesehatan antara lain status
imun yang belum sempurna pada balita sosial ekonomi, usia ibu, pendidikan
menyebabkan balita rentan terkena ibu, persepsi orang tua, usia anak, jenis
infeksi, yang salah satunya adalah kelamin anak, jumlah balita dalam
ISPA. Pencegahan ISPA sangat erat keluarga. Berdasarkan wawancara yang
kaitannya dengan sistem kekebalan dilakukan oleh peneliti, sebagian orang
tubuh yang dimiliki oleh seseorang. tua yang sadar akan kesehatan anak,
ISPA sangat rentan kepada balita, itulah lebih memilih untuk membawa anak ke
mengapa kasus ISPA sebagai penyakit Rumah Sakit, namun ada juga orang tua
dengan prevalensi sangat tinggi di dunia yang membawa ke Puskesmas dan juga
juga menunjukkan angka kematian anak orang tua yang tidak terlalu
yang sangat tinggi dibandingkan memerhatikan kesehatan anak, dan
penyakit lainnya. Orang tua memiliki dibiarkan saja. Berbeda dengan
peran yang penting dalam masa penelitian yang dilakukan Cipto (2015)
pertumbuhan anak, sekaligus dalam peran keluarga dalam pencegahan anak
proses pencegahan dan penanggulangan dengan penyakit ISPA, berkaitan
penyakit ISPA. Peran orang tua antara dengan tingkat pengetahuan orang tua,
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

semakin rendah tingkat pengetahuan anak usia balita (1 –5 Tahun) dengan


orang tua semakin tinggi resiko anak penyakit ISPA. Analisa data
dengan penyakit ISPA, karena kurang menggunakan model Miles dan
adanya perhatian orang tua terhadap Huberman. Analisa data model Miles
kebersihan anak. Berbeda dengan cara dan Huberman terdiri dari tiga tahap,
pencegahan orang tua di Ambon, orang yang pertama Reduksi data, yang
tua menggosok minyak kayu putih ke kedua Penyajian data, yang ketiga
badan anak, memberikan perasan jeruk kesimpulan. Penelitian ini di lakukan
nipis dicampur kecap, atau memberikan di RSUD Piru, pada tanggal 16 –30
minyak campuran pala, cengkih yang April 2017.
sudah diracik untuk diminum karena
dapat dipercaya mampu meredakan rasa
sakit karena batuk yang dirasakan anak, Hasil dan Pembahasan
namun ada juga orang tua yang
Hasil
membawa anaknya untuk diurut karena
dipercaya kondisi anak akan lebih Penelitian dilaksanakan pada
membaik dari sebelumnya. Bulan Mei 2017 yang bertempat di
Penelitian ini bertujuan untuk rumah partisipan. Partisipan yang
menguraikan bagaimana peran yang diteliti adalah orang tua yang memiliki
dilakukan keluarga dalam penanganan anak dengan penyakit ISPA, berjumlah
anak dengan penyakit ISPA di Ambon. 10 orang, 1 diantaranya berjenis
Metode kelamin laki-laki dengan klasifikasi
umur, orang tua yang memiliki anak
Penelitian ini menggunakan tipe
usia 2 tahun 1 orang, 3 tahun 2 orang, 4
penelitian kualitatif dengan pendekatan
tahun 3 orang, 5 tahun 4 orang. Hasil
fenomenologi. Teknik pengumpulan
wawancara kepada partisipan mengenai
data dengan wawancara mendalam
peran keluarga dalam penanganan anak
yang disajikan secara deskripsi.
dengan penyakit ISPA meliputi tiga
Partisipan penelitian ditentukan sesuai
tema yaitu: (1) pengetahuan keluarga,
dengan karakteristik yang sudah
(2) peran keluarga, (3) mencegah
ditentukan oleh peneliti, (purposive
penularan
sampling). Partisipan dalam penelitian
ini adalah orang tua yang memiliki
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

Pengetahuan keluarga Ciri-ciri penyakit ISPA yang


Pengetahuan keluarga mengenai diketahui keluarga adalah batuk yang
ISPA ialah dari 10 keluarga, 7 keluarga tidak sembuh, nyeri tenggorokan, dan
menganggap bahwa penyakit ISPA membuat balita sesak napas. Semua
merupakan penyakit batuk biasa yang partisipan mengatakan ciri-ciri yang
terjadi karena perubahan cuaca. sama. Seperti kutipan berikut:
Sedangkan 3 keluarga yang lain “ciri-cirinya tuh, “beta anak ni
menganggap ISPA adalah penyakit babatu seng sembuh-sembuh,
karena adanya gangguan di saluran tenggorokan saki, baru tambah akang
pernapasan seperti yang dikatakan biking kaya mau hosa bagitu ade”
dokter. (Q4P3A2).
Berikut kutipan hasil wawancara pada (“Ciri-cinya adalah “anak saya
keluarga: mengalami batuk yang tidak kunjung
“Yang saya tahu anak saya ini sakit sembuh, tenggorokan sakit, sampai
batuk, sampe bikin dia kaya mau sesak sesak nafas.”)
napas bagitu ade” (Q3P3A1).
“ciri-cirinya tuh, “beta anak ni babatu
“Kurang tau lai ade, yang saya tahu
seng sembuh-sembuh, tenggorokan
anak saya ini sakit batuk karena cuaca
saki, baru tambah akang biking kaya
yang tidak menentu seperti penyakit
mau hosa bagitu dek” (batuk-batuk
musiman begitu ade. Deng dia jua
tidak sembuh,
sering bermain di tanah-tanah, abu-
tenggorokan sakit,sampai
abu”. (Q3P2A1)
sesak napas). Soalnya kalau dong

“ade nona usi jua seng tau lai kata bermain tu ade seng pastiu hujan atau

ISPA ini penyakit apa, yang usi tau panas, dong barmaen saja, namanya

Cuma ade ini sakit karena cuaca yang jua anak-anak”. (Q4P4A2)

tidak stabil, soalnya disini tuh kadang


panas, panas sekali, kadang juga Penyebab ISPA yang partisipan

hujan, tambah makan es-es jadi usi ketahui disini adalah karena cuaca yang

kira dia sakit karena itu” (Q4P6A1). tidak teratur, anak sering
mengkonsumsi makanan ringan/jajan,
dan sering berdekatan dengan anggota
keluarga yang merokok.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

Seperti kutipan berikut: . Seperti pernyataan partisipan berikut


“suami saya seorang perokok aktif ini:
ade, dan suami saya ketika merokok “Saat itu yang bisa saya lakukan
tidak di luar rumah ade jadi asapnya untuk sementara saya memberikan air
langsung ke anak-anak namanya juga hangat untuk diminum, setelah selesai
anak-anak jadi kalo su barmaen deng mandi saya juga rutin menggosokan
dong bapa dong barmaeng saja ade minyak kayu putih di badan anak saya
nona, terus cuaca yang tidak menentu, ade, trus usi bawa dia ka tukang urut
ketiga karena anak saya lebih sering karena usi rasa mungkin karena dia
mengkonsumsi makanan ringan, dan terlalu sering barmaen jadi badan-
minuman dingin seperti fruitamin” badan sakit yang bikin dia sampe
(Q1P1A1). babatu” (Q1P6A2)
(“suami saya seorang perokok aktif,
dan suami saya ketika merokok tidak di Alasan partisipanmelakukan
luar rumah jadi asapnya langsung ke tindakan pengobatan sendiri karena
anak-anak namanya juga anak-anak pengalaman keluarga, dan juga biaya
jadi kalau sudah bermain bersama yang dikeluarkan tidak terlalu banyak.
bapaknya mereka akan bermain saja, Berikut peryataan partisipan:
terus cuaca yang tidak menentu, ketiga “karena tindakan pengobatan
karena anak saya lebih sering tradisional merupakan tindakan yang
mengkonsumsi makanan ringan, dan turun-temurun dan saya juga
minuman dingin seperti fruitamin” merasakan hal yang sama” (Q9P9A9)
(Q1P1A1). “saya juga memikirkan biaya untuk
pulang balik dari rumah ke rumah
Peran keluarga pada Penderita ISPA sakit” (Q9P10A2).
Pengobatan sendiri merupakan
Tindakan selanjutnya yang
penanganan yang pertama kali
dilakukan apabila pengobatan
dilakukan partisipan bila ada balitanya
tradisional tidak mengalami perubahan
yang tiba-tiba sakit dengan pengobatan
yaitu dengan membawa balita untuk
tradisional, jika pengobatan sendiri
diperiksa di RS atau puskesmas
tidak membuahkan hasil barulah
Berikut peryataan partisipan.
keluarga berobat ke RS.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

“Belum sepenuhnya berhasil ade, “ lebih memperhatikan anak, kadang-


karena anak saya masih batuk sampai kadang memberikan perasan jeruk
mau sesak napas, terus saya bawa ke nipis dicampur kecap, memberikan air
Rumah Sakit untuk mendapatkan hangat untuk diminum, menggosokan
obat ” (Q1P4A3) minyak kayu putih setelah selesai topu
badan. Itu saja perlakuan khusus yang
“ Belum berhasil ade, karena anak
saya berikan kepada anak saya ”.
saya masih batuk sampai mau sesak
(Q6P2A2)
napas, terus saya bawa lagi ke Rumah
Sakit untuk mendapatkan obat, tetapi Harapan keluarga agar anak cepat
karena biaya jadi tidak bisa untuk sembuh, dan bisa beraktifitas seperti
rawat inap, jadi rawat jalan saja ” biasanya. Berikut peryataan partisipan :
(Q1P3A3) “Harapan saya sebagai orang tua
agar anak saya cepat sembuh dan
Ada beberapa perlakuan khusus bisa sehat seperti anak-anak yang
yang diberikan keluarga kepada balita lain.”
yang menderita ISPA. (Q10P10A1)
Berikut peryataan partisipan :
“ Harapan saya sebagai orang tua
“Saya lebih memperhatikan
agar anak saya cepat sembuh dan bisa
kebersihan diri anak, anak saya,
bermain seperti teman-teman yang
sering, menggosokan minyak kayu
lain, dan bisa menjadi anak yang
putih setelah selesai mandi. Itu saja
berguna ” (Q10P7A1)
perlakuan khusus yang saya berikan
kepada anak saya” (Q6P4A2)
Pencegahan Penderita ISPA
“ Saya lebih memperhatikan Cara pencegahan yang
kebersihan anak saya, sering dilakukan keluarga juga hanya dengan
membatasi ade agar tidak terlalu membatasi aktifitas balita yang
bermain, tidak boleh terlalu makan es, terserang ISPA dari anggota keluarga
memperhatikan jam makan anak ” yang lain, dengan alasan anaknya
(Q6P7A2) masih terlalu kecil, jadi tidak ada cara
lain untuk mencegah agar tidak terjadi
penularan kepada anggota keluarga
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
yang lain. 2018
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

masih
Berikut peryataan partisipan :
“Iya ade, jadi anak saya ini kan
masih kecil tidak ada banyak tindakan
yang bisa saya lakukan untuk
mencegah agar tidak

terjadi penularan ke anggota keluarga


yang lain. Yang bisa saya lakukan
membatasi saja aktifitasnya dengan
anggota keluarga yang lain. Karena
dia masih kecil juga saya takut nanti
malah membuat dia merasa berbeda”
(Q8P2A1).

Keluarga tidak mendapatkan informasi


dari orang lain mengenai cara
pencegahan ISPA agar tidak terjadi
penularan, langsung membatasi
aktifitas anaknya. Dari 10 partisipan 6
partisipan mengatakan hal yang sama.
Berikut peryataan partisipan :
“tidak mendapatkan informasi
tentang cara pencegahan dari orang
lain. Saya sendiri yang langsung
melakukan tindakan”. (Q8P2A3)
“ Iya ade nona, usi jua kurang tau lai
mau bikin bagaimana supaya seng
terjadi penularan di anggota keluarga
yang lain, yang usi tau, usi Cuma jaga
membatasi dia, dari dia ade, nona,
soalnya dia ade masi kacil taku jang
sampe akang tajangke (menular) pa
dia ade to nona. Soalnya ade ni
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018
kacil jadi seng bisa terlalu mau
larang-larang dia lai ”. (Q8P6A1)

Pembahasan
Pengetahuan tentang ISPA

Pengetahuan merupakan faktor


yang penting dalam membentuk tindakan
seseorang (over behavior) (Paramitha,
2013). Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu (Notoatmodjo 2010).
Pengetahuan partisipan tentang penyakit
ISPA pada balita bahwa penyakit ISPA
adalah penyakit batuk, flu, dan demam
biasa, yang disebabkan karena kondisi
cuaca yang sering berganti-ganti,
misalnya pergantian dari musim panas
ke musim hujan, atau karena musim
panas yang terlalu berlebihan dan terlalu
banyak bermain di luar rumah, yang
menyebabkan anak mereka menderita
penyakit ISPA. Mereka menganggap
penyakit ISPA adalah penyakit yang
tidak membahayakan anak mereka.
Mereka menganggap penyakit ISPA
adalah penyakit batuk biasa yang sering
terjadi pada anak-anak. Berdasarkan
jawaban partisipan dapat disimpulkan
bahwa
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

partisipan masih belum memahami penelitian yang dilakukan oleh Eva


tentang penyakit ISPA (2013) status gizi pada anak sangat
Secara klinis penyakit ISPA penting, karena status gizi yang baik
adalah penyakit yang disebabkan oleh akan meningkatkan daya tahan tubuh
virus atau infeksi gabungan virus- dan kekebalan tubuh anak, sehingga
bakteri, tetapi dianggap hanya penyakit anak tidak mudah terkena penyakit
biasa yang sering timbul dan tidak infeksi. Semakin rendah status gizi
berbahaya serta bisa menghilang balita maka semakin rendah pula daya
dengan sendirinya. Mayarakat masih tahan tubuh balita, maka semakin
kurang mendapatkan informasi rentan balita untuk terinfeksi.
kesehatan terkhususnya mengenai Partisipan juga kurang memahami
penyakit ISPA, sehingga partisipan mengenai gejala penyakit ISPA, secara
kurang memahami tentang pola hidup umum partisipan mengatakan gejala
bersih dan sehat, ada beberapa penyakit ISPA hanya batuk, flu, seperti
partisipan yang suaminya sering halnya ketika anak hanya sakit flu dan
merokok di dalam rumah dan asapnya batuk biasa. Menurut WHO (2007)
langsung dihirup oleh anak. Asap gejala ISPA meliputi demam, batuk,
rokok dapat mengganggu saluran dan sering juga nyeri tenggorokan,
pernapasan termasuk ISPA. Menurut pilek, sesak napas, mengi, atau
Prabu dkk dalam Wijaya (2014) asap kesulitan bernapas.
rokok dapat merusak mekanisme
Peran keluarga pada Penderita ISPA
pertahanan paru sehingga akan
memudahkan terjadinya ISPA.
Peran keluarga merupakan
Partisipan juga kura n
g tindakan nyata yang harus dilakukan
memerhatikan nutrisi anak sal a
h oleh keluarga dalam merawat anggota
satunya makanan yang dikonsu m
si keluarga terutama dalam mencegah
oleh anak. Dari 10 responden, ada 7
ISPA pada balita karena balita
responden yang mengatakan bah w
a merupakan kelompok yang rentan
anaknya yang sedang sakit seri n
g tertular penyakit (Ali, 2010). Peran
mengkonsumsi jajan dan es. Nutr i
s orang tua merupakan penanganan yang
anak yang baik dapat membantu an a
k dilakukan oleh ibu ataupun anggota
dalam proses penyembuhan. Men ur
ut keluarga yang lain. Keluarga
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

merupakan unit terkecil dari penanganan awal yang dilakukan


masyarakat yang berkumpul dan keluarga sebelum membawa anak ke
tinggal dalam suatu rumah tangga, satu RS adalah dengan cara-cara tradisonal,
dengan yang lainnya saling bergantung partisipan mengatakan sering
dan berinteraksi, bila salah satu atau menggosokan minyak kayu putih, dan
beberapa anggota keluarga yang membawa anak untuk di bawa ke
mempunyai kesehatan kurang baik, tukang urut. Penanganan dengan
maka akan memengaruhi anggota menggosokan minyak kayu putih
keluarga yang lain (Riska,2016). sudah menjadi kebiasaan dari dulu
Orang tua memiliki peran yang penting karena dipercaya ketika anak setelah
dalam masa pertumbuhan anak, diberikan minyak kayu putih anak
sekaligus dalam proses pencegahan menjadi lebih nyaman ketika
dan penanggulangan penyakit ISPA. beristirahat di malam hari.
Ada macam-macam peran yang Menurut penelitian yang dilakukan
dilakukan orang tua seperti: peran oleh zulfa (2017) minyak kayu putih
sebagai penyedia, perawatan anak, diproduksi dari daun tumbuhan
sosialisasi anak, peran pendidikan, dan Melaleuca leucadendra dengan
peran afektif, peran orang tua yang kandungan terbesarnya adalah
dimaksud disini adalah peran orang tua eucalyptol (cineole). Hasil penelitian
dalam perawatan anak dengan penyakit tentang khasiat cineole menjelaskan
ISPA. Peran yang dilakukan orang tua cineol memberi efek mukolitik
bisa berupa apa saja yang menyangkut (mengencerkan dahak)
tentang kesehatan anak, seperti bronchodilating (melegakan
memberi obat, memperhatikan pernafasan), anti inflamasi. Menurut
kebersihan diri anak. Dornish dkk dalam Zulnely (2015)
Sebagian besar partisipan minyak atsiri eucalyptus bisa
mengatakan memahami mengenai cara digunakan untuk pengobatan herbal
penanganan terhadap anggota keluarga yang bermanfaat untuk mengobati rasa
yang menderita penyakit ISPA. sesak di dada karena pilek atau asma
Keluarga memeriksakan penderita ke dengan cara mengoleskan pada dada
tempat pengobatan untuk mendapatkan untuk melonggarkan dada yang terasa
pengobatan. Partisipan mengatakan sesak. Mengobati sinus dengan minyak
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

atsiri eucalyptus dengan menghirup lebih efektif mengurangi gejala


uap udara hangat yang sebelumnya dibandingkan dengan plasebo (Julia,
telah diteteskan beberapa tetes minyak 2016).
atsiri eucalyptus ke dalamnya. Nadjib Menurut Amir dan Hanafiah
dkk (2014) dalam penelitiannya (2009) menyatakan bahwa tradisi
menyebutkan terdapat bukti yang adalah sesuatu yang identik dengan
menunjukkan bahwa uap minyak adat istiadat, kebiasaan kuno, sistem
esensial dari Eucalyptus globulus kepercayaan yang memengaruhi sikap
efektif sebagai antibakteri dan layak dan pengetahuan mereka tentang sakit
dipertimbangkan penggunaannya dan upaya penyembuhannya. Pada
dalam pengobatan atau pencegahan masyarakat pedesaan khususnya,
pasien dengan infeksi saluran pengobatan tradisional ini masih
pernapasan di rumah sakit. menduduki tempat teratas dibanding
Penggunaan minyak atsiri, salah dengan pengobatan-pengobatan yang
satunya eucalyptus dengan metode lain. Adapun keluarga mencari
inhalasi juga dilakukan dalam sebuah pengobatan sendiri sebelum keluarga
uji klinik dengan metode randomized mengantar anak yang menderita ISPA
double-blind, placebo-controlled pada dibawa ke RS atau puskesmas karena
obat semprot (spray) menggunakan pengalaman atau informasi yang
lima minyak atsiri (Eucalyptus didapat dari keluarga terdekat ataupun
citriodora, Eucalyptus globulus, tetangga-tetangga sebelah rumah,
Mentha piperita, Origanum syriacum, selain itu pengobatan dengan cara
and Rosmarinus officinalis) dilakukan tradisonal juga tidak memiliki efek
pada pasien dengan masalah infeksi samping dan biaya yang dikeluarkan
saluran pernafasan atas di enam klinik juga tidak banyak, partisipan juga
di Israel. Aromatic spray atau placebo mengatakan bahwa biaya yang
digunakan sebanyak lima kali sehari dikeluarkan untuk ke RS juga lumayan
selama tiga hari dengan dosis empat besar, dan juga rata-rata hampir
semprotan setiap kalinya yang sebagian besar partisipan tidak
diarahkan pada bagian belakang menggunakan asuransi kesehatan
tenggorokan. Evaluasi terhadap gejala seperti BPJS. Namun keluarga akan
menunjukkan bahwa aromatic spray tetap membawa anak ke Rumah sakit
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

tetapi ketika penanganan awal dengan Cara penularan utama sebagian


menggunakan cara-cara tradisional besar ISPA adalah melalui droplet
belum berhasil mengatasi penyakit, yang keluar dari hidung dan mulut
keluarga baru membawa anak untuk penderita, tetapi penularan melalui
diperiksa di puskesmas, dokter praktik kontak (termasuk kontaminasi tangan)
atau Rumah Sakit untuk mendapatkan dan aerosol pernapasan yang infeksius
pengobatan lebih lanjut di Rumah dalam jarak dekat. Menurut penelitian
sakit, tetapi hal ini biasa dilakukan yang dilakukan oleh Siti Sundari dkk
ketika anak sudah parah barulah (2014), informasi mengenai ISPA
dibawa ke tenaga kesehatan. masih kurang. Perilaku atau kebiasaan
Selain membawa ke RS, di tidak sehat yang biasa dilakukan ibu
rumah keluarga juga memberikan tanpa disadari yang memiliki resiko
beberapa perlakuan khusus kepada terjadinya ISPA pada Balita dimulai
anak dengan penyakit ISPA, seperti dari yang paling dominan meliputi
memberikan obat dari dokter, kebiasaan ibu tidak menutup hidung
menggosokan minyak kayu putih, dan mulut ketika batuk, tidak
menjaga kebersihan diri anak, dan menjauhkan anak dari orang yang
lingkungan sekitar tempat tinggal, sedang sakit infeksi saluran pernapasan
dengan harapan agar anak cepat akut, tidak segera mencuci tangan
sembuh dan dapat beraktifitas seperti dengan sabun apabila tangan terkena
anak-anak yang lain. cairan hidung dan mulut ketika batuk,
tidak menjauhkan Balita sakit dari
Pencegahan Penyakit ISPA
anggota keluarga lainnya, tidak
Pencegahan penyakit ISPA ini
membawa Balita untuk diimunisasi
tidak terlepas dari peran orang tua
lengkap, tidak selalu menyediakan
yang sebenarnya harus mengetahui
buah dan sayur dalam menu makanan
cara-cara pencegahan ISPA. Partisipan
sehari-hari (Ananditha, A. C. 2017)..
mengatakan bahwa partisipan juga
Banyak hal bisa dilakukan keluarga
tidak tahu bagaimana agar tidak terjadi
untuk mencegah agar tidak terjadi
penularan kepada anggota keluarga
penularan pada anggota keluarga yang
yang lain, partisipan hanya membatasi
lain, bisa dengan cara menjaga
anaknya dari anggota keluarga yang
kebersihan diri anak, kebersihan
lain agar tidak terjadi penularan.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

lingkungan, mengajarkan anak untuk balitanya yang tiba-tiba sakit, dengan


selalu mencuci tangan, bukan hanya cara menggosokan minyak kayu putih,
dengan membatasi aktifitas anak ataupun dibawa ke tukang urut. Jika
dengan keluarga lain saja. Mencuci pengobatan tradisional tidak
tangan terbukti dapat mencegah membuahkan hasil barulah keluarga
penyakit diare dan ISPA (Infeksi membawa balita berobat ke RS untuk
Saluran Pernafasan Atas) yang menjadi mendapatkan obat dari tenaga
penyebab utama kematian pada anak- kesehatan. Selain itu, saat di rumah
anak. (I Gusti, 2015). Menurut keluarga memberikan beberapa
penelitian yang dilakukan oleh Intan perlakuan khusus kepada anak dengan
(2014). Pencegahan bisa dilakukan penyakit ISPA yaitu menggosokan
dengan: Menjaga keadaan gizi agar minyak kayu putih, menjaga
tetap baik, imunisasi lengkap, Menjaga kebersihan diri anak, dan lingkungan
Kebersihan Perorangan dan sekitar tempat tinggal, dengan harapan
Lingkungan, mencegah anak agar anak cepat sembuh dan dapat
berhubungan langsung dengan anak beraktifitas seperti anak-anak yang
penderita ISPA, pengobatan segera. lain.

Daftar Pustaka

Kesimpulan Aries W Estherina Nawangsari P.


Pengetahuan Ibu Tentang
Pengetahuan partisipan tentang
Pencegahan Ispa Menurunkan
penyakit ISPA pada balita bahwa
Kejadian Ispa Pada
penyakit ISPA adalah penyakit batuk,
Balita.2015;8(2):107–116
flu, dan demam biasa, yang disebabkan
Ananditha, A. C. (2017). Pengalaman
karena kondisi cuaca yang sering Ibu Tentang Gaya Hidup Yang
berganti-ganti. Keluarga berperan Menyebabkan Anak Beresiko
Obesitas. Jurnal Keperawatan
sangat penting dalam proses Muhammadiyah, 2(2).
pencegahan dan penanggulangan
Ali,Z.Pengantar keperawatan
penyakit. Pengobatan tradisional
keluarga.jakarta:EGC.2010
merupakan pengobatan yang pertama
kali dilakukan partisipan bila ada
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

Amir & Hanafiah, Jusuf. Etika Pneumona Pada Balita Di Puskesmas


Kedokteran Dan Hukum Kesehatan Pabuaran Tumpeng Kota
Edisi 4.Jakarta:EGC.2009 Tangerang.2014;11(3):375–385

Cipto R, Siti A, Mariyam, Peran I Gusti Made Geria Jelantik, I Gusti


Keluarga Prasejahtera Dengan Upaya Ayu Rai Astarini.Hubungan
Pencegahan Infeksi Saluran Pengetahuan, Sikap Ibu Dan
Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Ketersediaan Sarana Dengan
Di Desa Depok Kecamatan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun
Kandeman Kabupaten Batang. Untuk Mencegah Diare Dan ISPA
Oktober 2015;8(2):149–160 Pada Ibu Rumah Tangga Di
Kelurahan Ampenan Tengah Kota
Eva Supriatin. Hubungan Faktor-
Mataram.2015;9(1):48–51
Faktor Dengan Kejadian ISPA pada
Balita Di Puskesmas X Kota Julia B, Jane Buckle, editors.
Bandung. Jurnal Keperawatan Respiratory care. Clinical
Indonesia 2013;1(1):39-46 aromatherapy (Third Edition).
London: Churchill
Florentina Dian, Lidwina Triastuti,
Livingstone;2016.p. 353–72.
Monica Septianingsih. Peran Orang
Tua Dalam Melakukan Pencegahan
Nadjib BM, Amine FM, Abdelkrim
ISPA Pada Anak PrasekolahDi Desa
K, Fairouz S, Maamar M. Liquid and
Dukun Kabupaten Magelang.2013
vapour phase antibacterial activity of
eucalyptus globulus essential oil
Intan Silviana. Hubungan
susceptibility of selected respiratory
Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit
tract pathogens. American Journal of
ISPA Dengan Perilaku Pencegahan
Infectious Disease. 2014;10(3):105–
ISPA Pada Balita Di PHPT Muara
17
Angke JAKARTA
UTARA.2014;11(3):402–411
Notoatmodjo,S. 2010. Ilmu Promosi
Kesehatan. Rineka Cipta:Jakarta
IGK Wijaya, Herwanti Bahar.
Hubungan Kebiasaan Merokok,
Profil Kesehatan Provinsi Maluku.
Imunisai Dengan Kejadian Penyakit
Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 3 (1)
2018

tahun 2014. diakses tanggal 26 Puskesmas Tuminting Kota


January 2017 Manado.2016;3(2):75-81

Profil Kesehatan Kota Ambon. Dinas Siti Sundari, Pratiwi, Khairudin.


Kesehatan Kota Ambon. Tahun 2014. Perilaku Tidak Sehat Ibu yang
diakses tanggal 26 January 2017 Menjadi Faktor Resiko Terjadinya
ISPA Pneumonia pada Balita.
Paramitha A, Amatus Y, Abram
2014;2(3):141-147
Babakal. Hubungan Tingkat
Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu WHO. Pencegahan dan pengendalian
Tentang ISPA Dengan Kemampuan infeksi saluran pernapasan akut
Ibu Merawat Balita ISPA Pada Balita (ISPA) yang cenderung menjadi
Di Puskesmas Bahu Kota epidemi dan pandemi di fasilitas
Manado.2013;1(1) pelayanan kesehatan. jenewa:WHO
2007.
Riset Kesehatan Dasar. Badan
Penelitian Dan Pengembangan
Zulfa Auliyati Agustina, Suharmiati.
Kesehatan, Kementrian Kesehatan
Pemanfaatan Minyak Kayu Putih
RI.2013
(Melaleuca leucadendra Linn)
sebagai Alternatif Pencegahan ISPA:
Riska W, Amatus Ismianto, Michael
Studi Etnografi di Pulau Buru. Jurnal
Karundeng. Hubungan Peran Orang
Kefarmasian Indonesia
Tua Dalam Pencegahan ISPA
2017;7(2):120–126
Dengan Kekambuhan ISPA Pada
Balita Di Puskesmas Bilalang Kota
Zulnely, Gusmailina, Evi kusmiati.
Kotamobagu.2016:4(1)
Prospek Eucaliptus citriodora
sebagai minyak atsiri potensial.
Stela Olivya, Joost L, Peeki
2015;1(1):120–126
Rondonuwu. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Orang Tua Dengan
Pencegahan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) Pada Anak
Usia Balita Di Wilayah Kerja .

Anda mungkin juga menyukai