Oleh :
1
DAFTAR ISI
1. JUDUL..............................................................................................................i
2. PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
3. TINJAUAN TEORI .........................................................................................3
A. Bayi Baru Lahir (BBL)..................................................................................3
1) Pengertian ................................................................................................3
2) Ciri –Ciri Bayi Baru Lahir........................................................................3
3) Klasifikasi Bayi Baru Lahir......................................................................3
4) Manajemen Asuhan Bayi Baru Lahir ......................................................4
B. Manajemen Asuhan Kebidanan.....................................................................6
4. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................9
A. Hasil..............................................................................................................9
B. Pembahasan...................................................................................................14
5. PENUTUP ........................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................15
B. Saran ............................................................................................................15
6. DAFTAR PUSTAKA
7. LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan mengalami perubahan yang cukup
mendasar dari SPM sebelumnya yang semula dilandaskan Permenkes RI Nomor 43
Tahun 2016 tentang SPM Bidang Kesehatan, menjadi didasarkan Permenkes RI Nomor 4
Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada SPM
Bidang Kesehatan (Kemenkes RI, 2019).
Salah satu indikator penting untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat
adalah Angka Kematian Bayi (AKB). AKB dapat mencerminkan keadaan sosial ekonomi
masyarakat setempat sebab bayi adalah kelompok usia paling rentan terhadap pengaruh
perubahan lingkungan dan sosial ekonomi. Penurunan angka kematian ibu dan bayi
termasuk dalam target SDGs yang harus dicapai pada 2030 dan menjadi prioritas penting
pemerintah dalam RPJM Nasional tahun 2015-2019 (Rossa dan Nodia, 2019)
Indonesia menempati urutan kedua sebagai Negara dengan angka kematian ibu dan
bayi tertinggi di Asia Tenggara. Setiap 1 jam, 2 ibu dan 8 bayi baru lahir meninggal di
Indonesia. Angka tersebut membuat Indonesia masuk dalam 10 negara dengan jumlah
kematian ibu dan bayi baru lahir tertinggi. BKKBN mencatat angka kematian neonatal
atau sebelum bayi berumur satu tahun menurun dari 32 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2012 menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2017. Data tersebut
berdasarkan hasil SDKI yang dilakukan BKKBN bersama BPS dan Kementerian RI
(BKKBN, 2018).
Untuk menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan yang baik
(good health and well-being) pada 2030, salah satu target SDGs adalah menurunkan
Angka Kematian Neonatal hingga 12 per 1000 KH. Dalam proses penurunan angka
kematian ibu dan bayi, potensinya adalah jumlah tenaga kesehatan terutama bidan telah
relatif tersebar ke berbagai daerah Indonesia, tapi tantangannya adalah kompetensi masih
ada yang belum memadai. Dari berbagai data yang dihimpun USAID Jalin Project, fakta-
fakta terkait kematian neonatal di Jawa Tengah, yaitu sebagian besar kematian neonatal
bisa dicegah, layanan kesehatan yang berkualitas dapat berkontribusi menurunkan risiko
kematian neonatal, dan upaya penurunan kematian neonatal memerlukan kontribusi dari
semua pihak. Sebanyak 78% kematian neonatal terjadi di fasilitas kesehatan. Kematian
pada bayi sebenarnya dapat dicegah melalui deteksi dini dan penanganan yang tepat
(Pritasari, 2018).
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami dan memberikan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal
terhadap By. Ny. L Usia 2 jam dengan menerapkan pendekatan manajemen
asuhan kebidanan 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian bayi baru lahir normal pada By.Ny. L
usia 2 jam
b. Mampu melakukan interprestasi data bayi baru lahir normal pada By.Ny. L
usia 2 jam
c. Mampu melakukan diagnosa potensial bayi baru lahir normal pada By.Ny.
L usia 2 jam
d. Mampu mengidentitifikasi diagnosa atau menentukan masalah potensial
yang mungkin timbul pada bayi baru lahir normal pada By.Ny. L usia 2 jam
e. Mampu melakukan perencanaan tidakan asuhan kebidanan bayi baru lahir
normal pada By.Ny. L usia 2 jam
f. Mampu melakukan implementasi atau tindakan asuhan kebidanan bayi baru
lahir normal pada By.Ny. L usia 2 jam
g. Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan bayi baru lahir normal pada
By.Ny. L usia 2 jam
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
c) Berat lahir lebih : >4000 gram
4) Manajemen Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Pengaturan Suhu
Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:
a) Konduksi melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi.
b) Konveksi pendinginan melalui aliran udara di sekitar bayi.
c) Evaporasi kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang
basah.
d) Radiasi melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara
langsung dengan kulit bayi.
Keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah
kehilangan panas melalui keempat cara di atas. Kehilangan panas secara
konduktif jarang kecuali jika bayi diletakkan pada alas yang dingin
(Prawirohardjo, 2016).
b. Resusitasi Neonatus
Perawatan rutin vang dilakukan pada bayi yang sehat ialah mengeringkan
bayi, memberi kehangatan, membersihkan jalan napas bila diperlukan, dan
mengobservasi warna kulit bayi. Mengeringkan dengan handuk hangat dapat
dilakukan di atas perut ibu, Mengeringkan tidak perlu sampai menghilangkan
verniks, karena verniks berfungsi untuk mencegah kehilangan panas.
Menghangatkan bayi dilakukan dengan melakukan kontak kulit bayi dengan
kulit ibu di atas dada atau perut ibu, kernudian diselimuti dengan handuk
hangat (Prawirohardjo, 2016).
c. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,
mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator,
menjaga kolonisasi kuman yang bayi dan mencegah infeksi nosokomial.
Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium
lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. Kontak
kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur
yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan bayi cepat meningkat dan
lebih cepat ke luar dari rumah sakit. Bagi ibu, IMD dapat mengoptimalkan
pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin, dan secara psikologis dapat
menggunakan ikatan batin antara ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2016).
4
d. Pengikatan dan Pemotongan Tali Pusat
Penanganan tali pusat di kamar bersalin harus dilakukan secara asepsis untuk
mencegah infeksi tali pusat dan tetanus neonatorum. Cuci tangan dengan
sabun dan air bersih sebelum mengikat dan memotong tali pusat. Tali pusat
diikat pada jarak 2-3 cm dari kulit bayi, dengan menggunakan klem yang
terbuat dari plastik, atau menggunakan tali yang bersih (lebih baik bila steril)
yang panjangnya cukup untuk membuat ikatan yang cukup kuat (± 15 cm).
Kemudian tali pusat dipotong pada ± 1 cm di distal tempat tali pusat diikat,
menggunakan instrumen yang steril dan tajam. Peng- gunaan instrumen yang
tumpul dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi karena terjadi trauma
yang lebih banyak pada jaringan (Prawirohardjo, 2016).
e. Perawatan Tali Pusat
Yang terpenting dalam perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali pusat tetap
kering dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat
tali pusat. Bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali pusat dengan kapas
basah, kemudian bungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat dengan kasa
bersih/steril. Popok atau celana bayi diikat di bawah tali pusat, tidak menutupi
tali pusat untuk menghindari kontak dengan feses dan urin. Hindari
penggunaan kancing, koin atau uang logam untuk membalut tekan tali pusat
(Prawirohardjo, 2016).
f. Pelabelan
Label nama bayi atau nama ibu harus dilekatkan pada pergelangan tangan atau
kaki sejak di ruang bersalin. Pemasangan dilakukan dengan sesuai agar tidak
terlalu ketat ataupun longgar sehingga mudah lepas (Prawirohardjo, 2016).
g. Profilaksis Mata
Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama pada bayi dengan
ibu yang menderita penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidiasis.
Sebagian besar konjungtivitis muncul pada 2 minggu pertama setelah
kelahiran. Pemberian antibiotik profilaksis pada mata terbukti dapat mencegah
terjadinya konjungtivitis. Profilaksis mata yang sering digunakan yaitu tetes
mata silver nitrat 1 %, salep mata eritromisin, dan salep mata tetrasiklin.
Ketiga preparat ini efektif untuk mencegah konjungtivitis gonore. Saat ini
silver nitrat tetes mata tidak dianjurkan lagi karena sering terjadi efek samping
berupa iritasi dan kerusakan mata (Prawirohardjo, 2016).
5
h. Pemberian Vitamin K
Pemberian vitamin K 0,5 – 1mg / 0,5 cc secara intramuskular di 1/3 paha
bagian luar sebelah kiri anterolateral baik secara intramuskular maupun oral
terbukti menurunkan insiden Perdarahan neonatus akibat defisiensi vitamin K
(PDVK) merupakan salah satu gangguan koagulasi Perdarahan dapat
bervariasi mulai dari perdarahan kulit hingga perdarahan intrakranial yang
mengancam jiwa. (Prawirohardjo, 2016).
i. Pengukuran Berat dan Panjang Lahir
Bayi yang baru lahir harus ditimbang berat lahirnya. Dua hal yang selalu ingin
diketahui orang tua tentang bayinya yang baru lahir adalah jenis kelamin dan
beratnya. Pengukuran panjang lahir tidak rutin dilakukan karena tidak banyak
bermakna pengukuran dengan menggunakan pita ukur tidak akurat. Bila
diperlukan data mengenai panjang lahir, maka sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan stadiometer bayi dengan menjaga bayi dalam posisi lurus dan
ektremitas dalam keadaan ekstensi (Prawirohardjo, 2016).
j. Memandikan Bayi
Memandikan bayi merupakan hal yang sering dilakukan, tetapi masih banyak
kebiasaan yang salah dalam memandikan bayi, seperti memandikan bayi
segera setelah lahir yang dapat mengakibatkan hipotermia. Pada beberapa
kondisi seperti bayi kurang sehat, bayi belum lepas dari tali pusat atau dalam
perjalanan, tidak perlu dipaksakan untuk mandi berendam. Bayi cukup diseka
dengan sabun dan air hangat untuk memastikan bayi tetap segar dan bersih
(Prawirohardjo, 2016).
6
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi
Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar
awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan
kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
2) Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan
sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh bidan. Masalah
ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga
merasa takut terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar
diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi
rasa sakit.
3) Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atu masalah
potensial benar-benar terjadi.
4) Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak
segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan
7
kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR
yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang
dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
5) Langkah V(kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
AqPada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling,
dan apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yg berkaitan dengan sosial
ekonomi,kultur atau masalah psikologis.
Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional
dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yg up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien.
6) Langkah VI(keenam) : Melaksanaan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri
ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen
yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari
asuhan klien.
7) Langkah VII (Terakhir) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
8
dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedang sebagian belum efektif.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR 2 JAM NORMAL
TERHADAP BY.M DI KLINIK TRIKARYA BANDUNGAN
Pengkajian
Tanggal : 13 Juni 2022
Pukul : 01:00 WIB
Tempat : Klinik Trikarya Bandungan
Pengkaji : Diens Nanda Ela
9
3. Keluhan Utama
Tidak ada
4. Riwayat saat kehamilan
Anak kedua dan tidak pernah keguguran, Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
tanggal 5 September 2021, Tafsiran Persalinan (TP) tanggal 12 Juni 2022, usia
kehamilan 40 minggu , ibu memeriksakan kehamilan nya sebanyak 6 kali
kunjungan selama hamil, Selama ibu hamil ibu mengonsumsi tablet Fe, kalsium
dan susu ibu hamil.
5. Riwayat kesehatan
Tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, asma dan diabetes mellitus, ada
keluarga yang menderita hipertensi, tidak ada riwayat alergi dan penyakit
menular seksual seperti hiv/aids, ibu juga dulunya lahir dengan berat badan
rendah.
6. Riwayat persalinan
Umur kelamin 40 minggu, tanggal lahir 12 Juni 2022, pukul 23:00 WIB di klinik
Trikarya Bandungan, penolong persalinan adalah bidan, jenis persalinan spontan,
lahir cukup bulan, perlangsungan kala II-IV normal, segera menangis dan
APGAR skor 9/10, Berat Badan Lahir (BBL) 3200 gram, Panjang Badan Lahir
(PBL) 48 cm, dan jenis kelamin laki laki .
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : denyut jantung bayi : 128 x/menit, pernapasan bayi : 48 x/menit,
suhu bayi: 36,9 0C
4. BB : 3200 gram
5. LD : 35 cm
6. LK : 34cm
7. PB : 48 cm
8. Nutrisi : sudah diberi ASI
9. Eliminasi : belum BAB dan BAK
10. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
10
UUK dan UUB datar tidak ada cekungan, sutura teraba jelas, tidak terdapat
caput succadenum
b. Mata
Simetris kiri dan kanan, kelopak mata sudah dapat membuka, dan tidak ada
tanda – tanda infeksi .
c. Hidung
Terdapat lobang hidung, septum hidung, dan tidak ada kelainan
d. Mulut
Tidak ada labioplatoskizis,labioskizis, reflek sucking ada, dan tidak ada
kelainan
e. Telinga
Simetris kiri/kanan, tidak ada tanda – tanda infeksi, dan tidak ada kelainan
f. Leher
Tidak ada pembenkakan maupun benjolan
g. Dada
Bentuk dada normal dan putting susu kiri / kanan
h. Abdomen
i. Bentuksintal,tali pusat segar,tidak ada perdarahan tali pusat, dan tidak ada
tanda – tanda infeksi.
j. Punggung
Tidak ada pembengkakan dan tidak ada cekungan
k. Ekstremitas
Gerakan aktif, tidak ada kealinan, jumlah jari lengkap, dan ada reflek morro
l. Genitalia
Terdapat lubang penis ,dan testis menempel pada skortum
m. Reflek
Reflek moro : Baik, tangan bayi dapat terangkat keatas apabila
dikejutkan, tangan bayi juga menggenggam ketika
diberi rangsangan.
Reflek rooting : Baik, mulut bayi mencari putting susu, ketika jari
telunjuk di sentuhkan pada pipi bayi.
Reflek sucking : baik bayi berusaha menghisap jika ada benda yang
menyentuh
Reflek plantar : Baik, jari-jari kaki bayi melekuk ke bawah saat jari
11
diletakkan di dasar jari jari kakinya.
Reflek tonik neck : Baik, bayi melakukan perubahan posisi saat kepala
diputar ke satu sisi.
Reflek palmar : Baik, jari bayi melekuk di sekeliling berada pada
menggenggamnya saat jari diletakkan di telapak
tangan
LANGKAH IV : ANTISIPASI
Tidak ada
LANGKAH V : PERENCANAAN
1. Informasikan keadaan bayi
12
2. Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi
3. Berikan ASI sedini mungkin
4. Berikan penkes tentang tanda-tanda bahaya pada BBL
5. Lakukan bounding attachment
6. Informasikan jadwal kunjungan ulang
LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, bahwa bayinya dalam keadaan sehat dengan
BB: 3200 gram, PB: 48 cm, LD : 35 cm ,LK : 34 cm TTV: Suhu : 36,9˚C, Nadi :
128x/menit, pernafasan : 48x/menit jenis kelamin: laki laki
2. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi agar bayi tidak hipotermi
dengan membedong bayi dengan kain kering,ganti segera mungkin jika pakaian
atau popok basah.
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sedini mungkin kepada bayi agar bayi
mendapatkan kolotrum yaitu ASI yang keluar pertama kali yang berwarna
kekuningan dan kental. Cairan ini banyak mengandung banyak gizi dan zat-zat
pertahanan tubuh
4. Menjelaskan tentang tanda bahaya BBL pada ibu seperti : Bayi Tidak mau
menyusu, kejang, sesak nafas 60 kali permenit, merintih, pusar kemerahan
sampai dinding perut, demam, mata bayi bernanah banyak, kulit bayi terlihat
kuning. Jika ibu menemukannya, segera bawa ke tenaga kesehatan.
5. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan bounding attachment dengan selalu
memberikan kasih sayang yang cukup pada bayi dan menganjurkan ibu untuk
menyusui bayinya.
6. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 5 hari lagi
13
B. PEMBAHASAN
Bayi Ny.L lahir cukup bulan di usia 40 minggu , lahir spontan pukul 23.00 WIB
tidak ditemukan adanya masalah, menangis spontan ,kuat, tonus otot positif (+) warna
kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki ,anus (+) dan tidak ada cacat bawaan. Pada
penanganan bayi baru lahir yaitu dilakukan juga kehangatan, bersihkan jalan nafas,
keringkan dan tetap jaga kehangatan, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi
apapun,lakukan inisia menyusui dini (IMD) dengan cara kontak kulit bayi dengan
ibu,beri salep mata eritromisin 0,5% pada kedua mata,suntikan vitamin Neo K 1Mg/0,5
cc intramuscular di 1/3 pada bagian luar sebelah kiri anterolateral lalu imunisasi Hb0
setelah inisiasi menyusui dini. Semua tindakan asuhan kebidanan tersebut dilakukan
sesuai dengan standar asuhan persalinan normal (APN).
Menurut Kemenkes RI (2019) terdapat dua standar dalam mekanisme pelayanan
kesehatan bayi baru lahir yaitu standar kuantitas dan standar kualitas. Standar
kuantitasnya adalah kunjungan neonatal minimal 3 kali, terdiri dari KN1 (6-48 jam), KN2
(3-7 hari), dan KN3 (8-28 hari). Sedangkan standar kualitasnya terdiri dari pelayanan
neonatal esensial saat lahir (0-6 jam) dan pelayanan neonatal esensial setelah lahir (6 jam-
28 hari), dimana masing- masing pelayanan meliputi lima macam perawatan.
Berdasarkan asuhan yang diberikan tidak terdapat masalah semua tindakan
asuhan di tempat praktek sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek.
14
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada bayi baru lahir normal
terhadap By.Ny.L dengan memberikan asuhan kebidanan menggunakan pendekatan
menejemen 7 langkah varney maka dapat dapat disimpulkan bahwa By.Ny.L adalah bayi
yang sehat dan normal, penatalksaan dilakukan sesuai dengan perencanaan pemberian
asuhan kebidan pada bayi bayi baru lahir normal yang sesuai dengan teori sehingga tidak
terjadi kesenjangan antara teori dan praktek di klinik Trikarya Bandungan yang telah
dilakukan.
B. Saran
1. Bagi Penyusun
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan untuk menambah pengetahuan serta
pengaplikasian dalam pemberian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal
yang sesuai dengan kewenangan kepada pasien.
2. Bagi Klinik Trikarya
Diharapkan laporan ini dapat di jadikan sebagai salah satu cara meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir.
3. Bagi Jurusan Kebidanan
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan referensi baru sebagai sarana informasi
dan pengembangan ilmu pengetahuan serta bahan kepustakaan khususnya tentang
pemberian asuhan pada bayi baru lahir sesuai kewenangan
klien.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Anatasia R. BKKBN: Angka Kematian Bayi di Indonesia Menurun; 2018. Diunduh pada
3 Juni 2019. [Online]. di https://www.msn.com.
Manuaba. 2014. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Pritasari K. Peran Rumah Sakit Dalam Rangka Menurunkan AKI dan AKB. Jakarta;
2018.
Rossa V dan Nodia F. Kemenkes: Penurunan Angka Kematian Ibu Jadi Prioritas; 2018.
Sondakh, J.J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta: Penerbit
Erlangga
LAMPIRAN
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Abstract : The Minimum Service Standards (MSS) are a national strategic program
and the Puskesmas are the leading unit in efforts to achieve the MSS targets. Pati
Regency occupies the top 6 highest infant mortality cases in the province of Central
Java in 2018 and the highest number of cases is in the Dukuhseti Primary Health
Center (PHC). Dukuhseti PHC is a BLUD PHC that must apply MSS including newborn
health services, but the implementation is not optimal as indicated by the coverage of
neonatal visits that have not reached the target. The study aims to analyze the
implementation of health MSS in newborn health services in Dukuhseti PHC. This
research is a qualitative research with in- depth interviews and observations using
content description analysis. The results showed that the implementation of SPM in
newborn health services was constrained in the implementation of KN2 and KN3,
neonatal care counseling, health examination with MTBM, and handling neonatal
referral cases. That was because most of the midwives had not received MTBM
training, there was no budgeting for health training, double jobs because midwife HR at
the PHC was lacking, the targets used a lot of real data, recording and reporting were
not in order, supervision from the leadership was not optimal, difficulties in finding
health facilities referral, and there is no strict sanction from the District Health Office
(DHO). PHC are expected to be able to budget funds for training for health workers,
provide guidance for better coordination, fix information systems and referral
applications by implementing an online-based Integrated Referral System. The DHO is
expected to be able to improve supervision by implementing more systematic
evaluations and reinforcing sanctions so that the implementation of MSS in newborn
health services runs optimally.
Key words : Baby Health Service, Minimum Service Standard, Health Center
Bibliographes : 15, 2000-2019
97
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
evaluasi pencapaian SPM menjadi bahan bayi berumur satu tahun menurun dari 32 per
laporan Pemda.2 1000 kelahiran hidup
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir adalah pada tahun 2012 menjadi 15 per 1000 kelahiran
salah satu dari 12 jenis pelayanan dasar pada hidup pada tahun 2017. Data tersebut
SPM Kesehatan Daerah Kabupaten / Kota. berdasarkan hasil SDKI yang dilakukan
Konsep SPM berubah dari kinerja program BKKBN bersama BPS dan Kementerian RI.9
kementerian menjadi kinerja Pemda yang Untuk menjamin kehidupan yang sehat dan
memiliki konsekuensi reward dan mendorong kesejahteraan yang baik (good
punishment. SPM termasuk salah satu health and well-being) pada 2030, salah satu
program strategis nasional dan merupakan hal target SDGs adalah menurunkan Angka
minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemda Kematian Neonatal hingga 12 per 1000 KH.10
untuk rakyatnya, maka target SPM harus 100% Dalam proses penurunan angka kematian ibu
setiap tahunnya.3 dan bayi, potensinya adalah jumlah tenaga
Puskesmas adalah unit terdepan dalam upaya kesehatan terutama bidan telah relatif tersebar
pencapaian target SPM. Implementasi SPM ke berbagai daerah Indonesia, tapi
diharapkan dapat memperkuat sisi promotif– tantangannya adalah kompetensi masih ada
preventif sehingga jumlah kasus kuratif yang yang belum memadai.11
ditanggung JKN menjadi berkurang.4,5 Dari berbagai data yang dihimpun USAID
Salah satu indikator penting untuk Jalin Project, fakta- fakta terkait kematian
menggambarkan derajat kesehatan masyarakat neonatal di Jawa Tengah, yaitu sebagian besar
adalah Angka Kematian Bayi (AKB). AKB kematian neonatal bisa dicegah, layanan
dapat mencerminkan keadaan sosial ekonomi kesehatan yang berkualitas dapat berkontribusi
masyarakat setempat sebab bayi adalah menurunkan risiko kematian neonatal, dan
kelompok usia paling rentan terhadap pengaruh upaya penurunan kematian neonatal
perubahan lingkungan dan sosial ekonomi.6 memerlukan kontribusi dari semua pihak.
Penurunan angka kematian ibu dan bayi Sebanyak 78% kematian neonatal terjadi di
termasuk dalam target SDGs yang harus fasilitas kesehatan. Kematian pada bayi
dicapai pada 2030 dan menjadi prioritas sebenarnya dapat dicegah melalui deteksi dini
penting pemerintah dalam RPJM Nasional dan penanganan yang tepat.8,12
tahun 2015-2019.7 Hasil studi pendahuluan di Dinas Kesehatan
Indonesia menempati urutan kedua sebagai Kabupaten Pati, ditemukan bahwa dari tahun
Negara dengan angka kematian ibu dan bayi ke tahun kasus kematian bayi masih banyak.
tertinggi di Asia Tenggara. Setiap 1 jam, 2 ibu Pada tahun 2016, jumlah kematian bayi sebesar
dan 8 bayi baru lahir meninggal di Indonesia. 188 kasus. Pada tahun 2017 mengalami
Angka tersebut membuat Indonesia masuk penurunan menjadi 150 kasus. Sedangkan pada
dalam 10 negara dengan jumlah kematian ibu tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi
dan bayi baru lahir tertinggi.8 BKKBN 170 kasus dan menjadi peringkat 6 terbanyak
mencatat angka kematian neonatal atau di Provinsi Jawa Tengah setelah Brebes (325
sebelum bayi), Grobogan
98
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
(285 bayi), Banjarnegara (216 bayi), Banyumas target 100%. Tiga puskesmas dengan
(209 bayi), dan Tegal (179 bayi).13 persentase cakupan kunjungan bayi terendah
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pati yaitu Puskesmas Tambakromo (80%),
tahun 2018 menunjukkan bahwa dari 12 Puskesmas Sukolilo I (93%), dan Puskesmas
indikator SPM Bidang Kesehatan, masih Dukuhseti (95%). Ditinjau dari tren cakupan
terdapat 9 indikator SPM Bidang Kesehatan di kunjungan bayi di Puskesmas Dukuhseti tiga
Kabupaten Pati yang belum mencapai target tahun terakhir, pada tahun 2018 mengalami
100%, termasuk salah satunya yaitu indikator penurunan kunjungan neonatal.14
pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Terdapat Berdasarkan survei
dua standar dalam mekanisme pelayanan pendahuluan di Puskesmas yang dilakukan
kesehatan bayi baru lahir yaitu standar peneliti kepada 7 ibu yang memanfaatkan
kuantitas dan standar kualitas. Standar pelayanan KIA, diperoleh hasil bahwa mereka
kuantitasnya adalah kunjungan neonatal mengaku kurang puas dan kurang nyaman
minimal dengan pelayanan yang diberikan. Dari standar
3 kali, terdiri dari KN1 (6-48 jam), KN2 (3-7 kuantitas SPM-BK pada bayi baru lahir,
hari), dan KN3 (8-28 hari). Sedangkan standar berupa kunjungan neonatal belum sesuai aturan
kualitasnya terdiri dari pelayanan neonatal waktu yang ditetapkan. Kunjungan rumah (KN
esensial saat lahir (0-6 jam) dan pelayanan 2 dan KN 3) hanya dilakukan bidan setelah ibu
neonatal esensial setelah lahir (6 jam-28 hari), menelepon atau ketika Posyandu yaitu sebulan
dimana masing- masing pelayanan meliputi sekali.
lima macam perawatan.1,14 Berdasarkan fakta dan data di lapangan, maka
Menurut hasil data yang didapatkan dari Seksi penulis tertarik untuk meneliti tentang
Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan pelaksanaan pelayanan neonatal berdasarkan
Kabupaten Pati tahun 2018, dari 170 kasus SPM bayi baru lahir di Puskesmas Dukuhseti
kematian bayi, jumlah terbanyak terdapat di Kabupaten Pati.
wilayah Puskesmas Dukuhseti, yaitu 17
kasus.14 METODE
Dalam tiga tahun terakhir kasus kematian bayi Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai
di Puskesmas Dukuhseti terus meningkat. September 2019 di Puskesmas Dukuhseti.
Padahal salah satu target SDGs global adalah Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
AKN menjadi kurang dari 12 per 1000 dengan metode wawancara mendalam dan
kelahiran hidup.12 Penyebab kematian bayi observasi. Pengolahan
antara lain BBLR (8 anak), asfiksia (2 anak), data menggunakan analisis deskripsi isi
kelainan kongenital (1 anak), dan lain-lain (6 (content analysis).
anak).14 Informan utama berjumlah 6 orang, terdiri dari
Data cakupan kunjungan bayi menunjukkan pemegang program KIA (IU1), pemegang
bahwa pada tahun 2018 dari 29 puskesmas di program P2P (IU2), pemegang program gizi
Kabupaten Pati, masih terdapat 7 puskesmas kesmas (IU3), pemegang program imunisasi
yang belum mencapai (IU4),
99
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
100
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
102
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
memprioritaskan tugas pokok, tapi belum dapat MTBM belum dilaksanakan dengan baik
diterapkan sanksi dengan tegas. karena sebagian besar bidan belum
e. Hanya nakes tertentu yang memperoleh mendapatkan lokakarya MTBM dan belum ada
pelatihan dan belum terlaksana rutin. Bidan penganggaran dana untuk pelatihan nakes.
menjelaskan selama ini penganggaran lebih Penanganan rujukan kasus neonatal masih
berfokus pada pembangunan fisik, bukan mengalami kesulitan dalam mencari faskes
peningkatan keterampilan. Kepala rujukan.
Puskesmas dan Kasie Kesga pun 2. Pelayanan neonatal ditinjau dari
menjelaskan selama ini pelatihan tidak karakteristik masalah yaitu sasaran yang
dilaksanakan rutin dan tidak semua tenaga terlalu banyak dan beberapa kesulitan
Kesehatan bisa memperolehnya. teknis. Penentuan sasaran selama ini
menggunakan data riil. Pada
KESIMPULAN DAN SARAN pelaksanaannya, banyak bidan yang belum
Berdasarkan hasil penelitian dan bisa melakukan KN2 dan KN3 sesuai aturan
pembahasan yang telah diuraikan, maka waktu karena kesibukan, pencatatan dan
dapat disimpulkan sebagai berikut: pelaporan belum tertib, serta supervise dari
1. Pelayanan neonatal di pimpinan belum optimal.
Puskesmas Dukuhseti Kabupaten Pati 3. Pelayanan neonatal ditinjau dari
belum dilaksanakan secara keseluruhan. karakteristik kebijakan, yaitu SDM, dana,
KN1 sudah dilaksanakan sesuai waktu yang dan sarana prasarana. Dana berasal dari
ditentukan, tapi KN2 dan KN3 tidak selalu dana BOK dan diplotkan sesuai kebutuhan,
dilaksanakan tepat waktu. Pemotongan tali baik jasa maupun operasional, seperti
pusat sudah dilaksanakan dengan baik, yankes ibu, bayi, balita, penyuliuhan.
tetapi ibu bayi belum diberikan nasehat Puskesmas merasa nyaman dapat
penjelasan mengenai perawatan tali pusat mengelola dana sendiri karena sudah
yang seharusnya dilakukan di KN1 dan BLUD. Ruang untuk pelayanan kesehatan
KN2. Inisisasi Menyusu Dini masih belum bayi sempit, serta kurangnya SDM bidan di
diterapkan oleh para bidan, tapi injeksi Puskesmas menyebabkan adanya piket kerja
vitamin K1 dan hepatitis B0 sudah yang harus dilakukan bidan desa.
diberikan dengan baik. Pemberian salep 4. Pelayanan neonatal ditinjau dari
mata sudah dilaksanakan dengan baik, karakteristik lingkungan, yaitu aspek sosial,
tetapi tidak diberikan edukasi terhadap ekonomi, teknologi, serta komitmen dan
keluarga bayi terkait pemberian salep keterampilan pejabat pelaksana. Dalam
tersebut. Konseling perawatan neonatal dan aspek sosial, masyarakat masih kurang
ASI eksklusif belum dapat berjalan dengan antusias untuk mencari informasi terkini
baik karena faktor sosial masyarakat. tentang kesehatan bayi dan belum tergerak
Pemeriksaan kesehatan dengan untuk ikut pertemuan di desa. Dalam aspek
ekonomi, masyarakat masih enggan
memeriksakan bayi ke
103
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
faskes. Dalam aspek teknologi, di Puskesmas c. Memaksimalkan kinerja bidan yang telah
belum ada aplikasi online untuk pelayanan terlatih MTBM, sehingga ketika terdapat
kesehatan bayi dan belum menerapkan Sistem kasus tidak selalu dibebankan pada Bidan
Rujukan Terintergrasi berbasis online sehingga Koordinator.
kesulitan ketika mencari faskes rujukan. Aspek d. Membuat uraian tugas (job description)
komitmen dari pihak DKK sudah baik untuk tenaga kesehatan yang terlibat
ditunjukkan dengan berbagai upaya mencegah dalam pelayanan kesehatan bayi secara
kematian bayi di Kabupaten Pati, tetapi dari lengkap, jelas, dan terperinci.
pihak Puskesmas belum maksimal dalam e. Memasang poster tentang skema alur SOP
pelaksanaannya. Sedangkan aspek dari penerimaan pasien bayi hingga
keterampilan pejabat pelaksana ditunjukkan proses rujukan di dinding ruang sehingga
dengan beberapa pelayanan kesehatan yang petugas kesehatan dapat sewaktu-watu
belum diterapkan dengan baik, yaitu membaca dan menerapkan, serta
pelaksanaan IMD, edukasi dalam pemberian masyarakat pun turut memahami dan
salep mata antibiotik, konseling perawatan mengikuti prosedurnya dengan baik.
neonatal dan ASI Eksklusif. Keterampilan f. Mengevaluasi pengadaan
yang seharusnya diupgrade secara rutin formulir pencatatan sesuai pedoman
belum bisa dilaksanakan karena keterbatasan standar teknis pemenuhan mutu pelayanan
waktu, rutinitas kerja yang padat, dan alokasi dsar pada SPM Kesehatan Bayi Baru
dana selama ini lebih mengarah pada Lahir.
pembangunan fisik infrastruktur, bukan g. Membenahi sistem informasi kesehatan
peningkatan keterampilan tenaga kesehatan. dan aplikasi sistem rujukan secara online,
1. Saran bagi Puskesmas Dukuhseti serta memberikan pelatihan dan sosialisasi
a. Menganggarkan dana untuk pengadaan kepada petugas terkait penggunaannya
pelatihan kepada bidan yang belum agar pelaksanaan rujukan lebih efektif
terlatih MTBM, sehingga dapat dalam mencari rumah sakit sehingga
meningkatkan kualitas yang sesuai dengan rujukan dapat lebih cepat dan
pedoman perawatan neonatal esensial. meminimalisir penolakan
b. Menganggarkan dana untuk memperbaiki 2. Saran bagi Dinas Kesehatan
ruang pelayanan ibu dan bayi sesuai Kabupaten Pati
standar Puskesmas rawat inap, sehingga a. Mempertegas sanksi agar implementasi
dapat memudahkan identifikasi, serta SPM pada pelayanan kesehatan bayi baru
penanganan kasus dan pra-rujukan lahir berjalan optimal dengan penguatan
neonatal. SOP.
b. Mengevaluasi ketersediaan sumber daya
kesehatan di Puskesmas.
104
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
105
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 1, Januari 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
106