Anda di halaman 1dari 135

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. S UMUR 31 TAHUN


P4A0 DENGAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
TAHUN 2021

DISUSUN OLEH :

Nadianingsih

PO.71.24.22.100.64

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan Kasus Asuhan
Kebidanan Komprehensif Pada Masa Nifas dengan Teknik Menyusui Yang Benar
Pada Ny. S P4 A0 H4 Tahun 2021 ”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan
ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan sejumlah pihak. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Hj. Suryani, S.Pd, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Jambi
3. Herinawati, M.Keb Selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan petunjuk
dan pembelajaran, bimbingan serta motivasi dalam pembuatan laporan ini.
4. Rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan saran dan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangunakan sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat.

Jambi, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Masa Nifas.................................................................................................6


B. Konsep Laktasi..................................................................................................................18
C. Konsep Teknik Menyusui..................................................................................................29
D. Cara Mengeluarkan ASI....................................................................................................48
E. Pathways Teknik Menyusui...............................................................................................52
F. Teori EBM.........................................................................................................................52
G. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan.....................................................................................56
H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dengan SOAP............................................59

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Judul Kasus.......................................................................................................................61
B. Identitas Pasien..................................................................................................................61

BAB V PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus....................................................................................................................71

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................................74
B. Saran..................................................................................................................................75

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................76

LAMPIRAN JURNAL......................................................................................................77

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah plsenta

keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat kandungan akan kembali

pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu untuk memulihkan kesehatan ibu yang

umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Nugroho, Nurrezki, Desi & Wilis, 2014). Nifas

adalah periode mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan (Kementrian Kesehatan,

2014).

Setelah ibu melahirkan dan memasuki masa nifas dan pada saat itu pula ibu mulai

merasakan kelengkapan menjadi seorang ibu yaitu dapat menyusui bayinya secara langsung

dari payudaranya. Menurut pernyataan bersama World Health Organization (WHO)/ United

Nations International Children Emergency Fund (UNICEF) menyusui ialah suatu cara yang

tidak ada duanya dalam memberikan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan

bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan unik terhadap kesehatan

ibu dan bayi (Perinasia, 2003).

Memberikan ASI pada bayi harus didukung pula dengan teknik menyusui yang benar

agar manfaat dari ASI tersebut juga lebih maksimal. Pengalaman Roesli sebagai dokter

spesialis anak menunjukkan, dari 100 orang ibu yang tidak bisa menyusui, hanya dua orang

ibu memiliki kesalahan hormonal atau fisik, sedangkan yang lain karena kesalahan

manajemen laktasi. Bayi kekurangan ASI umumnya bukan karena ibu tidak dapat

memproduksi ASI cukup untuk si bayi, namun karena bayi tidak dapat mengambil ASI

1
sebanyak yang ia perlukan. Hal ini pada umumnya disebabkan posisi menyusui kurang tepat.

Posisi menyusui disini adalah posisi mulut bayi dengan puting susu ibu (Roesli, 2008)

Di Indonesia ibu yang menyusui bayinya masih sangat rendah. Hal ini berdasarkan

data dari World Heath Organization (WHO 2016), angka ibu menyusui di Indonesia baru

berada pada angka 15,3% dari angka kelahiran yang mencapai 4,5 juta bayi pertahun.

Sedangkan menurut hasil penilitian yang dilakukan oleh Oxford University dan Institute For

Social and Economic Research, bayi yang disusui ASI akan menjadi anak yang lebih pintar,

denagn IQ lebih tinggi 3-5 point dari pada yang tidak disusui.Menurut Hidajati (2012)

dikatakan paritas adalah jumlah anak yang perna dilahirkan oleh seorang ibu.4 Perinansia

(2014) .

Hidajati (2012) dikatakan seorang ibu dengan bayi pertamanya munkin akan

memgalami masalah ketika menyusui hanya karna kurangnya pengetahuan cara-cara

menyusui yang benenarnya dan apabila ibu mendengar ada pengalaman menyusui yang

kurang baik yang dialami orang lain. Hal ini memungkinkan ibu ragu untuk memberikan

ASI pada bayinya.

Menyusui dengan teknik yang salah dapat menimbulkan masalah seperti puting

susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi

ASI dan menyebabkan kebutuhan ASI bayi tidak tercukupi. Menurut Riksani (2012) dengan

teknik menyusui yang benar akan mendorong keluarnya ASI secara maksimal sehingga

keberhasilan menyusui bisa tercapai.

Menurut Wattimena (2015) keberhasilan Ibu menyusui tergantung teknik menyusui

pada ibu pasien melahirkan. Proses menyusui yang perlu dilakukan dan ditaati Ibu Menyusui

pasca melahirkan, paling sedikit enam bulan. Ibu Menyusui perlu manajemen diri yang kuat
2
dalam sadar diri dan determinasi diri. Pengetahun dan sikap Ibu Menyusui tentang

manajemen laktasi sangat mempengaruhi Ibu Menyusui dalam pemberian ASI, dimana

laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses

bayi menghisap dan menelan ASI (Woja, 2018).

Bidan memegang peranan penting dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan

kesehatan dan pengertian masyarakat melalui konsep promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Dalam standar pelayanan kebidanan, bidan memberikan pelayanan bagi ibu

pada masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu

keenam setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui

penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang

mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara

umum, personal hygiene, nutrisi, perawatan bayi baru lahir termasuk mengajarka tenik

menyusui., pemberian asi, imunisasi dan keluaga berencana.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana

Asuhan Kebidanan masa Nifas pada Ny. M umur 22 tahun P1 A0 H1 dengan teknik menyusui

yang benar ?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. M umur 22 tahun P1 A0 H1

dengan teknik menyusui yang benar.

3
2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan identifikasi dan analisis data dasar masa nifas pada Ny. M

b. Mampu mengintepretasi data dasar pada Masa nifas pada Ny. M.

c. Mampu mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial masa nifas pada Ny. M.

d. Mampu melaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera masa nifas pada Ny.

M.

e. Mampu menentukan rencana tindakan Asuhan Kebidanan masa nifas pada Ny. M.

f. Mampu melaksanakan Tindakan Asuhan Kebidanan masa nifas pada Ny. M.

g. Mampu melaksanakan Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan masa nifas pada Ny.

M.

h. Mampu mendokumentasikan semua temuan dan tindakan dalam Asuhan Kebidanan

yang dilaksanakan masa nifas pada Ny. M.

D. Manfaat

1. Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan Asuhan Kebidanan

pada masa nifas.

4
2. Bagi masyarakat

Mendapatkan pelayanan kebidanan yang komprehensif dan berkualitas terutama

pelayanan pada masa nifas.

3. Bagi Lahan Praktik

Sebagai masukan dan bahan perbaikan atas pelayanan yang diberikan kepada klien/

masyarakat.

4. Bagi Institusi

Menambah literature atau sumber bacaan tentang Asuhan Kebidanan masa Nifas.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Pengertian

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6

minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung

kira-kira 6 minggu (Marmi, 2015).

Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah plsenta

keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat kandungan akan

kembali pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu untuk memulihkan

kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Nugroho, Nurrezki,

Desi & Wilis, 2014). Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca

persalinan (Kementrian Kesehatan, 2014).

2. Tahapan Masa Nifas

Menurut Marmi (2015), masa nifas terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

a. Puerperium Dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium Intermedial

Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih

enam sampai delapan minggu.

c. Remote Puerperium

6
Waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna

terutama ibu apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

3. Perubahan Pada Masa Nifas

Menurut Sukarni & Margareth, (2013) perubahan-perubahan yang terjadi pada masa

nifas, yaitu:

a. Perubahan sistem reproduksi

Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-

angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genetalia

ini dalam keseluruhannya disebut involusi.

1) Involusi uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri

dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan sebelum

hamil.

Involusi Tinggi Fundus Berat Diameter


Palpasi Serviks
Uteri Uteri Uterus Uterus

Plasenta 1000
Setinggi pusat 12,5 cm Lembut/lunak
lahir gram

Pertengahan
7 hari 500
antara pusat dan 7,5 cm 2 cm
(minggu 1) gram
shymphisis

14 hari Tidak teraba 350 5 cm 1 cm

7
(minggu 2) gram

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit

2) Perubahan ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu

kehamilan dan pertus setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali

seperti sediakala.

3) Perubahan pada serviks

Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang

seperti celah. Karena hyper palpasi ini di dank arena retraksi dari serviks,

reobekan serviks menjadi sembuh. Walaupun begitu setelah involusi selesai,

ostium extarnum tidak serupa dengan keadaan sebelum hamil. Pada umumnya

ostium externum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada

pinggirnya terutama pada pinggir sampingnya.

4) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama nifas dan mempunyai reaksi

basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada

kondisi asam yang ada pada vagina normal. Pengeluaran lochea dapat dibagi

berdasarkan waktu dan warnanya, yaitu lochea rubra, lochea serosa, dan lochea

alba.

Lokhea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua,

8
verniks caseosa, rambut

lanugo, sisa mekonium dan

sisa darah.

Sanguinolenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah bercampur lendir.

merah

Serosa 7-14 Kekuningan atau Lebih sedikit darah dan lebih

hari kecoklatan banyak serum, juga terdiri

dari leukosit dan robekan

laserasi plasenta.

Alba >14 Putih Mengandung leukosit, selaput

hari lender serviks dan serabut

jaringan yang mati.

5) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5,

perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonus ototnya sekalipun

tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.

b. Perubahan sistem pencernaan

Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur

untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa

9
hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut

mendukung konstipasi pada ibu nifas di minggu pertama.

c. Perubahan sistem perkemihan

Perubahan hormonal pada masa hail (kadar steroid yang tinggi) turut

menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah

wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa

pasca partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita

melahirkan. Diperlukan kira-kira dua sampai delapan minggu supaya hipotonia pada

kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil.

Pada sebagian wanita, dilaktrasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.

d. Perubahan sistem muskoloskeletal

1) Dinding perut dan peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begiu lama,

tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Tempat yang lemah ini menonjol

kalau berdiri atau mengejan.

2) Kulit abdomen

Kuit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar

dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang

dinamakan strie.

3) Striae

Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan

membentuk garis lurus yang samar.

10
4) Perubahan ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu

kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur menciut kembai seperti

sedia kala.

5) Simpisis pubis

Meskipun relatif jarang, tetapi simfisis pubis yang terpisah ini merupakan

penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab

ketidakmampuan jangka panjang.

e. Perubahan tanda-tanda vital

Menurut Marmi (2015), tanda-tanda vital yang haris dikaji pada masa nifas, yaitu:

1) Suhu badan

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0C. Pasca melahirkan, suhu

tubuh dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal. Kenaikan suhu tubuh

ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun

kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi.

Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak,

maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis

ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu diatas 380C.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca

melahirkan, denyut nadi dapat menjadi brakikardi maupun lebih cepat. Denyut

nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infksi atau

perdarahan post partum.

11
3) Tekanan darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri

ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan

darah normal manusia adalah sistolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus

normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi

lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan

tekanan darah tiggi pada ibu post partum merupakan tanda terjadinya pre

eklamsia post partum.

4) Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per

menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini

dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan

pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu

nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada

gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum

menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

4. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Menurut Marmi (2015), kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas

antara lain, yaitu:

a. Nutrisi dan cairan

Nurtrisi yang di konsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup

kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, dan

proses pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan 2.200 kalori. Ibu

12
menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700 kalori

pada 6 bulan pertama kemudian + 500 kalori pada bulan selanjutnya.

Vitamin dan mineral sangat berguna untuk melancarkan metabolisme

tubuh. Beberapa vitamin dan mineral yang ada pada air susu ibu mendapat

perhatian khusus karena jumlahnya kurang mencukupi, tidak mampu

memenuhi kebutuhan bayi sewaktu bayi bertumbuh dan berkembang. Sumber

vitamin yaitu hewan dan nabati, sedangkan sumber mineral dapat didapatkan

dari ikan, daging banyak mengandung kalsium, fosfor, zat besi, seng dan

yodium.

b. Ambulasi pada masa nifas

Persalinan merupakan proses yang melelahkan, itulah mengapa ibu

disarankan tidak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena dapat

menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik.

c. Kebersihan diri atau perineum

Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygiene yang baik.

Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar segat,

tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran atau menularkan kuman

penyakit, bagi diri sendiri maupun orang lain.

Empat puluh minggu masa kehamilan telah terlewati dengan mulus.

Namun masih harus menjalani proses yang tak kalah merepotkan, yakni

proses pembersihan diri alias masa nifas. Biasanya berlangsung 40 hari.

Tahapan-tahapan selama masa nifas ini, vagina akan terus menerus

mengeluarkan darah. Biasanya darah tersebut mengandung trombosit, sel-sel

13
tua, sel-sel mati (neukrosis), serta sel-sel dinding rahim (endometrium) yang

disebu lochea.

d. Istirahat

Masa nifas berkaitan dengan gangguan pola tidur, terutama segera

setelah melahirkan. 3 hari pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi ibu

akibat penumpukan kelelahan karena persalinan dan kesulitan beristirahat

karena perineum. Secara teoritis pola tidur kembali mendekati normal dalam

2 atau 3 minggu setelah persalinan, tetapi ibu yang menyusui mengalami

gangguan pola tidur yang lebih besar. Kurang istirakat dapat mempengaruhi

ibu dalam beberapa hal, yaitu:

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

2) Memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan perdarahan.

3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.

e. Seksual

Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali

setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas

pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka

episiotomi dan luka bekas seksio sesaria (SC) biasanya telah sembuh dengan

baik. Bila suatu persalinan di pastikan tdak ada luka atau robekan jaringan,

hubungan seks bahkan telah boleh dilakukan 3-4 minggu setelah melahirkan.

Meskipun hubungan telah dilakukan setelah 6 minggu, adakalanya ibu-ibu

14
tertenu mengeluh hubungan masih terasa sakit atau nyeri meskipun telah

beberapa bulan proses persalinan.

f. Eliminasi

1) Miksi /BAK (Buang Air Kecil)

Miksi sebiknya dilakukan seepatnya. Miksi normal bila dapat BAK

spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena

springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasma oleh iritasi

muskolos spingter ani selama persalinan atau dikarenakan oedema

kandung kemih selama persalinan.

2) Defekasi/BAB (Buang Air Besar)

Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila

mengalami kesulitan BAB atau obstipasi dapat melakukan diet teratur

cukup cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga, berikan obat

rangsangan per oral atau per rektal.

g. Latihan/Senam nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan,

setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas merupkan latihan

yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara

fisiologis maupun psikologis.

Salah satu senam nifas yaitu senam kegel yang akan membuat

kontraksi dan relaksasi otot-otot panggul sehingga mampu meredakan

ketidaknyamanan periuneum serta meningkatkan sirkulasi lokal, mengurangi

oedema dan mempercepat penyembuhan luka perineum (Martini, 2015)

15
5. Proses Adaptasi dan Psikologi Ibu Nifas

Perubahan emosi normal yang dapat terjadi pada masa nifas menurut

Marmi, (2015) yaitu:

a. Perasaan yang kontradiktif dan bertentangn, mulai dari kepuasan,

kegembiraan, kebahagiaan hingga kelahiran, ketidakberdayaan,

ketidakbahagiaan, dan kecewa karena pada beberapa minggu pertama tampak

didominasi oleh hal baru dan asing yang tidak terduga ini.

b. Kelegaan ‘syukurlah semua sudah berakhir’, mungkin diungkapkan oleh

kebanyakan ibu segera setelah lahir. Kadang-kadang ibu menanggapi secara

dingin terhadap periwtiwa yang baru terjadi, terutama bila ibu mengalami

persalinan lama dengan komplikasi dan sulit.

c. Beberapa ibu mungkin merasa dekat dengan pasangan dan bayi, sama halnya

dengan ibu yang idak tertarik dengan bayinya, meskipun beberapa ibu yang

ingin menyusui menginginkan adanya kontak kulit dan segera menyusui.

d. Tidak tertarik atau sangat perhatian terhadap bayi.

e. Takut terhadap hal yang tidak diketahui dan terhadap tanggung jawab yang

sangat berat dan mendadak.

f. Kelelahan dan peningkatan emosi.

g. Nyeri.

h. Peningkatan kerentanan, tidak mampu memutuskan, kehiangan libido,

gangguan tidur dan kecemasan.

Menurut Marmi, (2015), hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:

a. Fisik : Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih.

16
b. Psikologi : Dukungan dari keluarga sangat diperlukan.

c. Sosial : Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani

saat ibu merasa kesepian.

d. Psikososial.

6. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu

maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah

persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Rukiyah dkk,

2011).

7. Kunjungan Masa Nifas

Menurut Saleha (2009) kunjungan masa nifas dibagi menjadi :

a. Kunjungan 1 (6 jam – 3 hari setelah persalinan)

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

2) Mendeteksi penyebab lain perdarahan, merujuk jika perdarahan berlanjut.

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

4) Pemberian ASI awal.

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi.

7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal dengan ibu dan bayi

baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam

keadaan stabil.

17
b. Kunjungan 2 (6-14 hari setelah persalinan)

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di

bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda

penyakit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga

bayi agar tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.

c. Kunjungan 3 (6 minggu setelah persalinan)

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

B. Konsep Laktasi

a. Pengertian

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi,

disekresi dan pengeluaran ASI sampai pada proses bayi menghisap dan menelan ASI

(Marmi, 2015).

b. Proses laktasi

Manajemen laktasi adalah segala daya upaya yang di lakukan untuk

membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya (sutanto,2019).

1. Produksi asi ( refleks Prolaktin)

18
Pembetukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu di pengaruhi

olehhormon pertumbuhan (growth Hormone). Seiring dengan usia wanita yang

mulai memasuki pubertas ( usia 9 hingga 12 tahun), maka sel – sel payudara akan

di picu untuk berfolerasi lebih pesat ( contohnya, maturasi alveolus) oleh hormon

hormon estrogen dan progesteron (sutanto,2019).

Estrogen dan progesteron di produksi di otak, korpus leuteum di ovarium,

sebagian di produksi di kelenjar adenal, dan pada kehamilan juga di produksi di

plasenta. Kadar keduanya akan menurun saat hari ke dua atau ke tiga pasca

persalinan karena plasenta dan krpus luteum. Sel yang terbentuk dalam ovari dan

bertanggung jawab untuk pengeluaran hormon progesteron semasa kehamilan

awal untuk menyongkong kehamilan. Fungsinya menjadi produsen hormon

tersebut telah lepas dan kurang befungsi. Hasilnya akan terjadi sekresi ASI

karena tingginya kadar hormon prolaktin yang berfungsi untuk menghasilkan

susu serta estrgen yang menjadi penghambat efek stimulatorik prolaktin sudah

hilang (sutanto,2019).

2. Pengeluaran asi ( Oksitosin) atau refleks aliran ( let down refleks)

Pengeluaran asi ( oksitosin) adalah refleks aliran yang timbul akibat

perangsangan puting susu di karenaka hisapan bayi. Rangsangan yang berasal

dari hisapan bayi pada puting susu tersebut di lanjutkan ke hipofisis posterior

sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel mioptel di

sekitar alveolus akan berkontraksi dan mendorong asi yang telah terbuat masuk

ke duktus laktiferus kemudian masuk ke mulut bayi (Sutanto,2019).

19
c. Mekanisme menyusui

1) Reflek Mencari atau Menangkap (Rotting Reflex)

Reflek ini muncul ketika payudara ibu menempel pada pipi atau disekeliling

mulut bayi. Hal ini menyebabkan kepala bayi memutar menuju ke putting susu

yang menyentuh pipi bayi secara spontan bayi akan membuka mulut dan

menghisap puting susu (Icesmi, 2013).

2) Reflek Menghisap (Sucking Reflex)

Ketika langit-langit mulut bayi tersentuh putting susu ibu maka reflek ini akan

muncul, putting susu yang secara langsung masuk dalam mulut bayi maka akan

menarik lebih jauh dan menekan aerola sehingga dengan tekanan tersebut bibir

dan gerakan rahang akan berirama samapi ke sinus lakteferius kemudian air

susu akan mengalir ke puting (Astutik, 2013).

3) Reflek menelan (Swallowing Reflex)

Ketika mulut bayi sudah terisi dengan ASI maka reflek ini akan muncul, dan

bayi akan menelan dengan spontan otot-otot di pipi akan melakukan gerakan

menghisap secara terus bertahap dan ASI akan keluar banyak (Icesmi, 2013).

d. Manfaat menyusui

Menurut (Marmi, 2015) manfaat pemberian ASI, antara lain yaitu:

1) Manfaat bagi bayi

a) ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi, mengandung

protein yang spesifik untuk perlindungan terhadap alergi dan merangsang

sistem kekebalan tubuh.

20
b) Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protein,

karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.

c) ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta

mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit.

d) Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan

ideal.

e) ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan

perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.

f) Secara alamiah ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia

kelahiran bayi.

g) ASI bebas kuman karena diberikan langsung dari payudara sehingga

kebersihannya terjamin.

h) ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari

kerusakan.

i) ASI memberikan keuntungan psikologis.

j) Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

2) Bagi ibu

a) Aspek kesehatan ibu

(1) Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk semula dan

mengurangi perdarahan post partum karena isapan bayi pada payudara

akan merangsang kelenjar hipopise untuk mengeluarkan hormon

oksitosin.

21
(2) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap

karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan

mempercepat kehilangan lemak.

(3) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian karsinoma

payudara dan karsinoma ovarium.

(4) Pemberian ASI mudah karen tersedia dalam keadaan segar dengan suhu

yang sesuai sehingga dapat diberikan kapan dan dimana saja.

b) Aspek keluarga berencana

Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi karena

isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya

ovulasi sehingga menunda kesuburan.

c) Aspek Psikologi

Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang

berhasil menyusui bayinya dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan

anak.

3) Manfaat bagi keluarga

a) Aspek ekonomi

(1) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli.

(2) Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak

mudah terkena infeksi.

b) Aspek Psikologis

Memberikan kebahagiaan pada keluarga dan dapat mendekatkan hubungan

bayi dengan keluarga.

22
c) Aspek Kemudahan

Menyusui sangat praktis ksrena dapat diberikan setiap saat.

4) Manfaat untuk negara

a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

Faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi

bayi baik, karena ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi.

b) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit dapat berkurang karena rawat gabung akan

memperpendek lama rawat ibu dan bayi serta mengurangi komplikasi

persalinan dan infeksi nosokomial.

c) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu menyusui

dapat menghemat devisa yang seharusnya di pakai untuk membeli susu

formula.

d) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbih kembang secara optimal

sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

e. Faktor yang mempengaruhi ibu menyusui

Menurut (Rahmawati, 2010), beberapa faktor yang mempengaruhi ibu menyusui,

yaitu:

1) Kondisi bayi pada saat ingin menyusu, seperti bayi mengantuk sehingga tidak

dapat mempertahankan isapan pada puting ibu.

23
2) Rooting, yaitu menyentuhkan tangan atau puting ke mulut bayi agar bayi dengan

segera membuka mulutnya dengan lebar sehingga perlekatan bayi tidak hanya

pada puting saja, namun mencapai hingga sebagian besar areola payudara.

3) Pengetahuan ibu tentang teknik laktasi. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang

menyusui akan mudah dalam meberikan ASI pada bayinya dibanding ibu yang

kurang pengetahuan maupun ibu yang belum memiliki pengalaman sebelumnya.

4) Kondisi fisik dan mental ibu. Kondisi ibu yang biasanya sangat berpengaruh

dalam menyusui bayinya yaitu ibu menderita penyakit penyakit kronis. Selain

itu, kondisi mental, ibu stress akan mempengaruhi produksi ASI, sehingga

diperlukan dukungan dan motivasi dari orang-orang sekitar.

5) Anatomi dan fisiologi payudara.

Payudara atau mamae adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas

otot dada. Fungsi dari pyudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.

Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, beratnya kurang lebih 200

gram, sat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram ( sutanto, 2019).

a. Bagian bagian payudara

No Nama bagian Keterangan

24
1 Korpus (badan) Bagian yang membesar

25
Lobus Beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20

lobulus pada tiap payudara

Lobulus Kumpulan dari alveolus (10-100 alveolus)

Alveolus Unit terkecil yang memproduksi susu. Terdiri dari

sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot

polos( bila berkontraksi dapat memompa ASI

keluar, dan pembuluh darah.

Duktus Saluran kecil penyalur asi dan lobulus

Duktus Gabungan duktus yang membentuk saluran lebih

laktiferus besar.

2. Areola Bagian yang kehitaman di tengah.

Letaknya mengelilingi puting susu atau papila.

Memiliki warna kegelapan yang di sebabkan

oleh

penipisan dan penimbunanan pigmen pada kulit.


Sinus laktiferus Saluran di bawah areola yang besar melebar,

akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara

keluar.

3. Papila dan Bagian yang menonjol di puncak payudara

puting terdapat lubang-lubang kecil yang menjadi tempat

bermuaranya duktus latiferus, ujung ujung serat

saraf, pembuluh darah, pembuluh getah

beningdan serat-serat otot polos yang tersusun

secara sirkuler. Ketika ada kontraksi, serat-serat

otot polos tersebut akan menyebabkan duktus

laktiferus akan memadat dan puting susu ereksi,

sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akn

menarik kembaali puting susu tersebut (sunarsih

26
27
& dewi, 2011)

(Sutanto, 2019).

Anatomi payudara yang sangat mempengaruhi tindakan menyusui

adalah bentuk puting susu sedangkan fisiologi payudara yang sangat

mempengaruhi adalah laktogenesis (proses produksi ASI) dan galaktopoiesis

(pemeliharaan produksi dan pengeluaran ASI). Bentuk puting yang tidak

sempurna (datar atau tenggelam) akan menjadi penyulit bagi bayi untuk

melakukan perlekatan secara sempurna, sehingga bayi sulit untuk menghisap

ASI.

6) Anatomi dan fisiologi bayi. Anatomi bayi yang sangat mempengaruhi tindakan

menyusui yaitu ketika bayi mengalami kelainan pada bibir dan pallatumnya yang

akan berpengaruh terhadap transfer susu. Sehingga perlu dilakukan teknik-teknik

tertentu dalam pemberian ASI. Sedangkan kelainan fisiologis yang biasa terjadi

yaitu terjadinya ikterus pada bayi, bayi enggan menyusu karena merasa kurang

nyaman seperti terjadi influenza, demam.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI

Menurut (Khamzah, 2012), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI, yaitu:

1) Makanan Ibu

Pada dasarnya, makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui tidak

secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang

dihasilkan. Tetapi, jika makanan ibu terus-menerus tidak mengandung

cukup zat gizi yang diperlukan maka tentu kelenjar-kelenjar pembuat ASI tidak

akan dapat bekerja dengan sempurna sehingga berpengaruh pada produksi ASI.

28
29
2) Frekuensi Pemberian Susu

Semakin sering bayi menyusui, maka produksi dan pengeluaran ASI

akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi menyusui pada bayi prematur

dan cukup bulan berbeda. Menyusui bayi paling sedikit 8 kali per hari

pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusunan berkaitan

dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.

3) Berat Lahir Bayi

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap

ASI yang lebih rendah dibanding dengan bayi yang berat lahir normal.

Kemampuan menghisap lebih rendah akan mempengaruhi stimulasi hormon

prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.

4) Umur Kehamilan Saat Melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal

ini dikarenakan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34

minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga

produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya

kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan oleh berat badan

yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organnya.

5) Ketenangan Jiwa dan Pikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan ibu yang selalu

dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan ketegangan emosional

akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI.

Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.

30
6) Konsumsi Rokok dan Konsumsi Alkohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu

hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan

menstimulasi pelepasan adrenalin dimana andrenalin akan menghambat

pelepasan oksitosin. Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi

dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses

pengeluaran ASI disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin.

7) Penggunaan Alat Kontrasepsi

Ibu yang menyusui tidak dianjurkan menggunakan alat kontrapsepsi

berupa pil yang mengandung hormon estrogen karena dapat mengurangi

dan menghentikan jumlah produksi ASI. Sebaiknya, ibu menggunakan KB

alamiah, kondom, dan IUD daripada menggunakan KB hormonal seperti pil,

suntik, implan. Adapun alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat

merangsang uterus ibu dan meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu

hormon yang dapat merangsang produksi ASI.

8) Perawatan Payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara sehingga

memengaruhi hifofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.

g. Faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI

Menurut (Djami, 2013), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI

Eksklusif anara lain:

1) Karakteristik ibu (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, usia, paritas dan etnis).

2) Karakteristik bayi (berat lahir dan kondisi kesehatan bayi)

31
3) Lingkungan (keyakinan, dukungan keluarga, tempat tinggal, dan sosial ekonomi).

4) Pelayanan kesehatan (pemeriksaan kehamilan, konseling laktasi, tempat

persalinan, penolong persalinan dan kebijakan).

h. Upaya memperbanyak ASI

Menurut (Marmi, 2015), upaya dalam memperbanyak ASI, yaitu:

1) Tingkatkan frekuensi menyusui atau memompa atau memeras ASI. Jika anak

belum mau menyusu karena masih kenyang, perahlah atau pompalah ASI.

Produksi ASI prinsipnya based on demand sama seperti prinsip pabrik, yaitu jika

makin sering diminta susu atau diperas atau di pompa maka makin banyak ASI

yang di produksi.

2) Ibu harus dalam keadaan rileks. Kondisi ibu menyusui sangat menentukan

keberhasilan ASI eksklusif. Disini juga memerlukan peran dan dukungan suami

agar menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu, sehingga ibu dapat lebih rileks

dan bisa menerapkan ASI eksklusif.

3) Ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi khususnya yang dapat meningkatkan

produksi ASI seperti sayur.

4) Lakukan perawatan payudara.

C. Konsep Teknik menyusui

a. Pengertian

Teknik menyusui merupakan hal yang penting dalam memulai proses

menyusui. Pada minggu pertama persalinan ibu mengalami fase dimana

mengakibatkan ibu lebih sensitif, ibu memerlukan pendampingan dari tenaga

32
kesehatan maupun orang yang terdekat disekitarnya agar dapat membantu ibu

memulai proses menyusui dengan benar (Ilmiasih, 2017)

Teknik Menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi

dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Cara menyusui sangat

mempengaruhi kenyamanan bayi saat menghisap ASI. Bidan/perawat perlu

memberikan bimbingan pada ibu dalam minggu pertama setelah persalinan

(nifas) tentang cara-cara menyusui yang benar (Mulyani, 2015)

b. Cara menyusui yang benar

Selain harus mengetahui apakah bayi menyusui secara efektif atau tidak, ibu

juga harus mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar. Pada saat menyusui

bayi, ada beberapa cara yang harud diketahui seorang ibu tentang cara menyusui

yang benar, yaitu:

1. Cara menyusui dengan sikap duduk

a. Duduk dengan posisi santai dan tegak dengan menggunakan kursi yang

rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada

sandaran kursi.

b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian di oleskan di putting

susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai

desinfektan dan menjaga kelembapan putting susu.

c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi. Bayi ditidurkan diatas

pangkuan ibu dengan cara:

1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada

lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan, kepala bayi

33
tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan

ibu.

2) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu

didepan.

3) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.

4) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

5) Ibu menatap bayi dengan kasih saying.

d. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari

menekan payudara bagian atas areola.

Gambar 1 ( Cara meletakkan bayi yang benar )

Gambar 2 ( Cara memegang payudara yang benar )

e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut )rooting reflek) dengan cara

menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.

34
f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara

ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.

1) Usahakan sebagian besar areola putting susu berada di bawah langit-langit

dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang

terletak di bawah areola.

2) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disanggah

lagi.

Gambar 3 Teknik menyusui yang benar

2. Melepaskan isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti

menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi:

a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau

b. Dagu bayi ditekan ke bawah.

3. Menysuui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan.

4. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting

susu dan areola disekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.

5. Menyendawakan bayi.

35
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya

bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi:

a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya

di tepuk perlahan-lahan.

b. Dengan cara menelungkupkan bayi diatas pangkuan ibu, lalu usap-usap

punggung bayi sampai bayi bersendawa.

Gambar 4 (Posisi menyusu yang benar)

Gambar 5 perbandingan posisi menyusu yang benar dan yang salah

Berikut adalah formulir ringkasan 5 kunci pokom untuk menilai proses

menyusui ibu dan bayi berjalan dengan baik, yang disingkat dengan BREAST,

yaitu Body position (posisi badan), response (respon), emotional bonding (ikatan

36
emosi), anatomy (anatomi), suckling (menghisap) dan time (waktu) yang dipakai

untuk menghisap.

Tabel 1

5 kunci pokok untuk menilai proses menyusui

Tanda-tanda bahwa pemberian ASI Tanda-tanda kemungkinan

berjalan dengan baik adanya kesulitan

Body Position - Ibu santai dan nyaman - Bahu tegang condong

(Posisi Tubuh) - Badan bayi dekat kea rah bayi

menghadap payudara - Badan bayi jauh dari

- Kepala bayi menyentuh payudara badan ibu

- Dagu bayi menyentuh - Leher bayi berpaling

- Payudara (belakang bayi ditopang) - Dagu tidak

menyentuh payudara

(hanya bahu atau

kepala yang

ditopang).

Response - Bayi menyentuh payudara ketika - Tidak ada respon

(Respon) ia lapar (bayi mencari payudara) terhadap payudara

- Bayi mencari payudara dengan lidah (tidak ada

- Bayi tenang dan siap pada payudara penelusuran)

- Tanda-tanda pancaran susu - Bayi tidak

)keluar setalah ada rasa sakit) berminat untuk

menyusu.
37
- Bayi gelisah atau

38
menangis.

- Bayi

menghindar/tergelincir

dari payudara

Emotional - Pelukan yang mantap dan - Pelukan tidak mantap

Bonding ( Ikatan percaya diri dan gugup

Emosi ) - Perhatian terhadap muka dari si ibu - Tidak ada kontak mata

- Banyak sentuhan belaian dari ibu ibu-bayi

- Sedikit sentuhan atau

menggoyang atau

menggendong bayi.

Anatomy - Payudara lembek setelah menyusui - Payudara bengkak

(Anatomi) - Putting menonjol keluar memanjang - Putting rata atau

- Kulit tampak sehat mask ke dalam

- Payudara tampak membulat sewaktu - Fisura atau kemerahan

menyusui pada kulit

- Payudara tampak

meregang atau tertarik

Suckling - Mulut terbuka lebar - Mulut tidak terbuka

(Menghisap) - Bibir berputar keluar lebar, mengarah

- Lidah berlekuk sekitar payudara kedepan

- Pipi membulat - Bibir bawah berputar

39
- Lebih banyak areola di atas ke bawah

mulut bayi - Lidah bayi

- Menghisap pelan dan tidak tampak

dalam, diselingi istirahat - Pipi tegang dan

- Dapat melihat atau tertarik ke dalam

mendengar tegukannya - Lebih banyak areola di

bawah mulut bayi

- Dapat menghisap cepat

- Dapat mendengar

kecapan atau klikan

Time (Lamanya - Bayi melepaskan payudara - Bayi melepaskan bayi

Menghisap) dari payudara

c. Posisi menyusui

Agar proses menyusui berjalan dengan lancar, maka seorang ibu harus

mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi

secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan

perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat

penting. Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi selama proses menyusui

berlangsung.

40
Sebelum menyusui ibu harus mengetahui bagaimana memegang bayi. Dalam

memegang bayi. Dalam memgang bayi pastikan ibu melakukan 4 butir kunci sebagai

berikut:

1. Kepala bayi dan badan bayi harus dalam satu garis yaitu. Bayi tidak dapat mentee

atau menghisap dengan mudah apabila kepalanya bergeser atau melengkung.

2. Muka bayi menghadap payudara dengan hidung menghadap putting yaitu seluruh

badan bayi menghadap badan ibu. Ia harus menjauhi secukupnya sekedar dapat

melihat. Posisi ini adalah terbaik untuk bayi, untuk menghisap payudara, karena

sebagian outing sedikit mengarah ke bawah (apabila ia menghadap ibu sepenuhnya

mungkin ia tidak tepat pada payudara).

3. Ibu harus memegang bayi dekat pada ibu.

4. Apabila bayi baru lahir, ia harus meopang bokong bukan hanya kepala dan bahu

merupakan hal yang penting untuk bayi baru lahir. Untuk bayi lebih besar meopang

bagian atas tubuhnya biasanya cukup.

Ada beberapa posisi menyusui yaitu posisi berdiri, posisi rebahan, posisi

duduk, posisi menggendong, posisi menyilang (transisi), posisi football (menjepit),

dan posisi berbaring miring.

1. Posisi berdiri

Bila ingin menyusui dengan posisi berdiri diusahan bayi merasa nyaman

saat menyusui. Adapun cara menyusui dengan posisi berdiri :

a. Bayi digendong dengan kain atau alat penggendong bayi.

b. Saat menyusui sebaiknya tetap disangga dengan lengan ibu agar bayi

merasa tenang dan tidak terputus saat menyusui

41
c. Lekatkan badan bayi ke dada ibu dengan meletakkan tangan bayi di

belakang atau samping ibu agar tubuh ibu tidak terganjal saat menyusu.

Gambar 6 posisi menyusu dengan berdiri

2. Posisi rebahan

Posisi menyusu dengan rebahan dapat dilakukan dengan cara:

a. Ibu dapat duduk di atas tempat tidur dan punggung bersandar

pada sandaran tempat tidur atau dapat diganjal dengan bantal.

b. Kedua kaki ibu berada lurus di ata tempat tidur

c. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara

d. Ibu menyangga bayi secara merata dari kepala,bahu hingga pantatnya

e. Posisikan paha ibu membantu menyangga tubuh bayi, namun kalau kurang

dapat ditambah dengan bantal.

42
Gambar 7 posisi menyusui dengan rebahan

3. Posisi duduk

Posisi menyusu dengan duduk dapat dilakukan dengan posisi santai dan tegak

menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu

bersandar pada sandaran kursi. Adapun cara menyusu dengan proses duduk yaitu :

a. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas

pangkuan ibu

b. Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletkkan pada lengkung siku ibu dan

bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau

bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu

c. Satu tangan bayi diletkkan di belakang badan ibu dan yang satu didepan

d. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara

e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

Gambar 8. Posisi menyusui dengan duduk

43
4. Posisi menggendong ( The Cradle Hold)

Posisi ini disebut juga dengan posisi menyusui klasik. Posisi ini sangat

baik untuk bayi yang baru lahir secara persalinan normal. Adapun cara menyusui

bayi dengan posisi Madonna (menggendong).

a. Peluk bayi dan kepala bayi pada lekuk siku tangan

b. Jika bayi menyusu pada payudara kanan, letakkan kepalanya pada lekuk siku

tangan kanan dan bokongnya pada telapak tangan kanan

c. Arahkan badan bayi sedemikan rupa sehingga kuping bayi berada pada satu

garis lurus dengan tangan bayi yang ada di atas (berbaring menyamping

dengan muka, perut dan lutut menempel pada dada dan perut ibu)

d. Tangan bayi yang lain (yanga da dibawah tubuhnya) dibiarkan seolah-olah

merangkul badan ibu sehingga mempermudah mulut bayi mencapai payudara

e. Tangan kiri ibu memegang payudara jika diperlukan.

Gambar 9 posisi menyusui dengan menggendong

44
5. Posisi menggendong menyilang (transisi)

Posisi ini dapat dipilih bila bayi memiliki kesulitan menempelkan

mulutnya ke putting susu karena payudara ibu yang besar sementara mulut bayi

kecil. Posisi ini juga baik untuk bayi yang sedang sakit. Cara menyusui bayi dengan

posisi menggendong menyilang:

a. Pada posisi ini tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk siku, melainkan

dengan telapak tangan

b. Jika menyusui pada payudara kanan maka menggunakan tangan kiri iuntuk

memegang bayi

c. Peluk bayi sehingga kepala, dada danperut bayi menghadap ibu.

d. Lalu arahkan mulutnya ke putting susu dengan ibu jari dan tangan ibu

dibelakang kepala dan bawah telinga bayi

e. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

Gambar 10 posisi menyusui dengan menggendong menyilang

6. Posiis Football (Mengepit)

Posisi ini dapat dipih jika ibu menjalani operasi Caesar (untuk meghindari

bayi berbaring di atas perut). Selain itu posisi ini juga bisa digunakan jika bayi lahir

kecil atau memiliki kesulitan dalam menyusu, putting susu ibu datar atau ibu

45
mempunyai bayi kembar. Adapun cara menyusui dengan posisi football atau

mengepit adalah:

a. Telapak tangan menyangga kepala bayi sementara tubuhnya diselipkan dibawah

tangan ibu seperti memegang bola atau tas tangan

b. Jika menyusui dengan payudara kanan memegangnya dengan tangan kanan,

demikian pula sebaliknya

c. Arahkan mulutnya ke putting susu, mula-mula dagunya (tindakan ini harus

dilakukan dengan hati-hati, jika ibu mendorong bayinya dengan keras kearah

payudara, bayi akan menolak menggerakkan kepalanya/melawan tangan ibu)

d. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan ia menggunakan tangan

sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

Gambar 11 posisi menyusui dengan posisi football

7. Posisi Berbaring Miring

Posisi ini baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu

merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang

melahirkan melalui operasi caesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalag

pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena itu,

harus didampingi oleh orang lain ketika menyusui. Pada posisi ini kesukaran

perlekatan yang lazim apabila berbaring adalah bila bayi terlalu tinggi dan kepala

46
bayi harus mengarah ke depan untuk mencapai putting. Menyusui berbaring miring

jyga berguna pada ibu ingin tidur sehingga ia dapat menyusui tanpa bangun.

Adapun cara menyusui dengan posisi berbaring miring adalah:

a. Posisi ini dilakukan sambil berbaring ditempat tidur.

b. Mintalah bantuan pasangan untuk meletakkan bantal dibawah kepala dan bahu,

serta diantara lutut. Hal ini akan membuat punggung dan pangggul pada posisi

yang lurus.

c. Muka ibu dan bayi tidur berhadaoan dan bantu menempelkan mulutnya ke

putting susu

d. Jika perlu letakkan bantal kecil atau lipatan selimut dibawah kepala bayi agar

bayi tidak perlu menegangkan lehernya untuk mencapai putting dan ibu tidak

perlu membungkukan badan kea rah bayinya, sehingga tidak cepat lelah.

Gambar 12 posisi menyusui dengan berbaring miring

8. Posisi Menyusui Dengan Kondisi Khusus

Ada posisi menyusui secara khusu yang berkaitan dengan situasi tertentu

seperti menyusui pasca operasi Caesar, menyusui pada bayi kembar dan menyusui

dengan ASI yang berlimpah penuh.

47
a. Posisi menyusui pasca operasi Caesar

Ada dua posisi pasca operasi caesar diantaranya adalah:

1) Posisi berbaring miring

2) Posisi football atau mengepit

b. Posisi menyusui dengan bayi kembar

Posisi double football atau mengepit

Posisi football atau mengepit sama dengan ibu yang melahirkan melalui seksio

caesaria, posisi football juga tepat untuk bayi kembar, di mana kedua bayi disuse

bersamaan kiri dan kanan dengan cara:

1) Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi, seperti

memegang bola

2) Letakkan tepat di bawah payudara ibu

3) Posisi kakik boleh dibiarkan menjuntai keluar

4) Untuk memudahkan kedua bayi dapat diletkkan pada satu bidan datar

yang memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu

5) Dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua bayi kembarnya saja

6) Cara lain adalah dnegan meletakkan bantal diatas pangkuan ibu.

48
Gambar 13 posisi menyusui bayi kembar

49
c. Posisi menyusui dengan ASI berlimpah

Pada ibu-ibu yang memiiki ASI berlimpah dan memancar (penuh) dan alirannya

deras, terdapat posisi khusus untuk menghindari agar bayi tidak tersedak dengan

cara : ibu tidur terlentang lurus, sementara bayi di atas perut ibu dalam posisi

berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara atau bayi di

tengkurupkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi. Dengan

posisi ini maka bayi tidak akan tersedak.

Gambar 14. Posisi menyusui dengan ASI melimpah

( Natia, 2018; ASI dan Panduan Ibu Menyusui; Yogyakarta Hal 31-50 )

c. Tanda bayi menyusu dengan benar

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu

menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga memengaruhi produksi

ASI selanjutnya bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusu dengan benar,

maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:

1) Bayi tampak tenang.

2) Badan bayi menempel pada perut ibu.

3) Mulut bayi terbuka lebar.

4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu.


50
5) Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi, aerola bawah lebih banyak yang

masuk.

6) Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.

7) Lidah bayi menopang puting dan aerola bagian bawah.

8) Bibir bawah bayi melengkung keluar.

9) Puting susu tidak terasa nyeri.

10) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

11) Kepala bayi agak menengadah (Dewi, 2014)

d. Tanda bayi menyusu belum benar

Menurut (Yuliarti, 2014), tanda-tanda bayi menyusu belum benar yaitu:

1) Kepala bayi tidak lurus dengan badannya.

2) Bayi hanya menyusu pada putting susu, tidak menyusu pada areola dengan

putting susu masuk jauh kedalam mulutnya.

3) Bayi menyusu dengan ringan, cepat, dan gugup, tidak menyusu dengan sungguh-

sungguh dan teratur.

4) Pipinya berkerut ke arah dalam atau ibu mendengar suara “cik-cik”.

5) Ibu tidak mendengar bayinya menelan secara teratur setelah produksi air susu

meningkat.

e. Tanda bayi cukup ASI

Menurut (Mulyani, 2015), bayi dikatakan cukup ASI bisa menunjukan tanda-tanda

sebagai berikut:

1) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8-

10 kali pada 2-3 minggu.

51
2) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih

muda pada hari kelima setelah lahir.

3) Bayi akan buang air kecil (BAK) setidaknya 6-8 kali sehari.

4) Ibu dapat mendengarkan saat bayi menelan ASI.

5) Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah habis .

6) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.

7) Pertumbuhan Berat Badan (BB) bayi dan Tinggi Badan (TB) sesuai dengan

grafik pertumbuhannya.

8) Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan

rentang usianya.

9) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan cukup.

Putting susu yang lecet memliki masalah yang paling banyak dialami ibu

menyusui. Putting lecet akibat beberapa factor. Dapat disebabkan oleh trush atau

dermatitis dan yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya

menghisap pada putting. Padahal, seharusnya sebagian besar areola masuk ke

dalam mulut bayi. Putting lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, bayi tidak

benar melepaskan isapan atau jika ibu sering membersihkan putting dengan

alcohol atau sabun. Putting susu yang lecet dapat membuat ibu merasa tersiksa

saat menyusui karena rasa sakit. Jika ibu melewati waktu menyusui untuk

menghindari rasa sakit, dapat menyebabkan tidak terjadinya pengosongan

payudara, akibatnya produksi ASI berkurang.

Cara menangani :

1. Cari penyebab putting lecet ( posisi menyusui salah, atau dermatitis )

52
2. Obati penyebab putting susu lecet, terutama perhatikan posisi menyusui

3. Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi

4. Ibu dapat terus memberikan cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi

5. Olesi putting susu dengan ASI akhir, jangan sekali-kali memberikan obat

lain, seperti krim, saleep dan lain-lain

6. Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang

lebih 1x24 jam dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24

jam

7. Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan

tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.

8. Cuci payudra sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk menggunakan

dengan sabun

9. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit untuk

sementara untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh

10. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan

pompa ASI) untuk tetap mempertahankan pembentukan ASI.

11. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan dot

12. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu

yang lebih singkat.

13. Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas

D. Cara Mengeluarkan ASI

Ada beberapa cara mengeluarkan ASI yaitu mengeluarkan ASI dengan tangan dan

mengeluarkan ASI dengan alat :

53
1. Cara mengeluarkan ASI dengan Tangan

a. Cuci tangan sampai bersih

b. Pegang cangkir bersih untuk menampung ASI

c. Condongkan badan kedepan dan sangga payudara dengan tangan

d. Letakkan ibu jari pada batas areola mamae dan letakkan jari telunjuk pada batas

areola mamae bagian bawah sehingga berhadapan

e. Tekan kedua jari ini ke dalam kea rah dinding dada tanpa menggeser letak kedua

jari tadi

f. Pijat daerah diantara kedua jari tadi kea rah depan sehingga akan memeras dan

mengeluarkan ASI yang berada di dalam sinus lactiferous

g. Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali

h. Setelah pancaran ASI berkurang pindahkan posisi ibu jari dan telunjuk tali

dengan cara diputar pada sisi lain dari batas areola dengan kedua jari selalu

berhadapan.

i. Lakukan berulang-ulang sehingga ASI akan terperah dari semua bagian

payudara

j. Jangan memijat atau menarik putting susu, karena ini tidak akan mengeluarkan

ASI dan akan menyebabkan rasa sakit.

54
Gambar 1. Cara mengosongkan payudara dengan tangan

2. Mengeluarkan ASI dengan

Pompa Ada 2 macam bentuk

pompa

a. Pompa manual / tangan

Ada beberapa tipe pompa manual antara lain :

a) Tipe silindris

Pompa ini efektif dan mudah di pakai, kekuatan tekanan isapan mudah

dikontrol, baik kedua silinder maupun gerakan memompa berada dalam garis

lurus, memompa berada dalam garis lurus. Terbuat dari plastic yang tempat

penampungan ASI di bagian bawah silinder.

b) Tipe silindris bersudut

Dengan gerakan piston ditarik ke bawah akan lebih mudah mengontrol

kekuatan tekanan isapan. ASI akan ditampung dibotol yang ditempelkan di

pompa.

c) Tipe kerucut / plastic dan bola karet / tipe terompot (Squueeze and bulb atau

Horn).

55
Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena dapat menyakitkan dan dapat

menyebabkan kerusakan putting susu serta jaringan payudara. Kekuatan

tekanan isapan sukar diatur.

b. Pompa Elektrik

Beberapa macam pompa listrik sudah ada di beberapa kota besar. Karena

umumnya harganya sangat mahal sehingga penggunaannya terbatas di rumah

sakit besar.

Gambar 2. Pengeluaran ASI dengan pompa tangan

Tanda Bayi Cukup ASI

1. Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali

2. Warna senin biasanya tidak berwarna kuning pucat

3. Bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji

4. Bayi kelihatannya puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur

dengan cukup

5. Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam

6. Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui

7. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai

menyusui
56
8. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI

9. Bayi bertambah berat badannya.

E. Pathways Teknik Menyusui

F. Evidance Base Praktik Kebidanan

Berikut ini adalah beberapa jurnal penelitian yang berhubungan dengan teknik

menyusui yaitu :

No Judul, Penulis, Fenomena Tujuan Metode Hasil

Tahun

1. Judul : Perilaku menyusui Tujuan Metode dari Meningkatnya


Teknik yang benar penelitian ini penelitian pengetahuan ibu
Menyusui Yang mempengaruhi adalah untuk masyarakat ini tentang teknik
Benar di Desa keberhasilan dalam meningkatkan adalah menyusui yang
Wanaraja, pemberian ASI. Di pengetahuan ibu penyuluhan benar sehingga
57
Kecamatan desa Wanaraja tentang teknik tentang teknik proses menyusui
Wanayasa masih terdapat ibu menyusui yang menyusui yang dapat berjalan
Kabupaten menyusui yang benar dan dapat benar, praktik lancar dan
Banjarnegara. mengalami puting menerapkannya dan evaluasi tercapai program
lecet, bengkak dan sehingga proses melalui pemerintah yaitu
Penulis : nyeri pada menyusui kuesioner. pemberian ASI
Ratih Subekti payudara serta berjalan lancar eksklusif.
putting datar. dan tercapai Pengetahuan ibu
Tahun : Masyarakat desa program baik sebanyak
2019 Wanaraja belum pemerintah 75% dan cukup
sepenuhnya yaitu pemberian 25%
memahami tentang ASI eksklusif.
teknik menyusui
yang benar,
sehingga jika
puting lecet maka
payudara tersebut
berhenti untuk
disusui.
2. Judul : Pada negara Tujuan Jenis penelitian Hasil penelitian
Pendidikan Ibu berkembang penelitian untuk ini menyatakan
Berhubungan terdapat 20% dari mengetahui menggunakan bahwa pendidikan
dengan Teknik 35,6% ibu yang faktor-faktor metode berhubungan
Menyusui pada gagal menyusui. yang penelitian dengan teknik
Ibu Menyusui Berdasarkan dari berhubungan deskriptif menyusui dengan
yang Memiliki data riskesdas dengan teknik analitik. p=0,029 dan
Bayi Usia 0-12 tahun 2010, menyusui pada Populasi dalam sebagian
Bulan terdapat 67,5% ibu menyusui penelitian ini responden masih
ibu yang gagal yang memiliki adalah seluruh salah dalam
Penulis : menyusi pada bayi usia 0-12 ibu menyusui melakukan teknik
Nur Indah bayinya yang bulan di Klinik yang memiliki menyusui yang
Rahmawati disebabkan karena Pratama Bina bayi berumur 0- benar sehingga
kurangnya Sehat Kasihan 12 bulan. perlu dilakukan
Tahun : pemahaman ibu Bantul Pengambilan penyuluhan oleh
2017 tentang teknik Yogyakarta. sampel tenaga kesehatan
menyusui yang menggunakan terutama oleh
benar. qouta sampling bidan agar dapat
dengan jumlah mengetahui
sampel sebanyak bagaimana teknik
58 responden. menyusui yang
Analisis data baik dan benar
yang digunakan
adalah analisis
univariat dan
bivariat dengan

58
menggunakan
metode analisis
chi-square.
3. Judul : America Academy Tujuan setelah Metode yang Hasilnya semua
Optimalisasi Asi of Pediatrics mendapatkan digunakan ibu menyusui
Pada Ibu Nifas merekomendasikan penyuluhan adalah berupa sudah mampu
0-3 Hari Dengan pemberian ASI teknik penyuluhan melakukan
Kegiatan eksklusif kepada menyusui, teknik menyusui redemonstrasi
Sosialisasi bayi selama diharapkan dengan baik dan tekhnik menyusui
Tekhnik minimal 6 bulan peserta ibu benar dengan yang baik dan
Menyusui dan dapat nifas 0-3 hari di mengunakan benar.
dilanjutkan RSIA Santa metode ceramah
Penulis : minimal sampai Anna mampu dan tanya jawab
Yuliana bayi berusia 12 menyusui serta
Martinah, dkk. bulan. ASI dengan teknik demonstrasi
merupakan nutrisi yang baik dan tekkhnik
Tahun : terbaik yang secara benar. menyusui yang
2020 khusus ditujukan baik dan benar.
bagi bayi baru
lahir karena
mengandung
berbagai
komponen
antibodi, nutrisi
yang lengkap dan
mudah dicerna
oleh bayi baru
lahir dibandingkan
dengan susu
formula.
4. Judul : Menyusui adalah Penelitian ini Analisis Aspek sosial
Initial proses yang tidak bertujuan untuk Statistik. ekonomi dan
difficulties with hanya melibatkan mengevaluasi kesulitan
breastfeeding menyusui bayi pengaruh menyusui
technique and tetapi, kesulitan awal berhubungan
the impact on pembentukan dalam dengan masalah
duration of afektif yang menyusui payudara nifas
exclusive mendalam dengan durasi menonjol sebagai
breastfeeding ikatan antara ibu pemberian ASI faktor yang
dan bayi, eksklusif. membatasi durasi
Penulis : menghasilkan pemberian ASI
Gessandro manfaat yang tak eksklusif.
Elpídio terbantahkan untuk
Fernandes keduanya.
Barbosa,dkk. Pemberian ASI

59
Eksklusif hingga
Tahun : enam bulan
2018 setelah kelahiran
memiliki peran
yang relevan
dalam mengurangi
morbiditas dan
mortalitas anak
dengan
mengurangi
kemungkinan
beberapa penyakit
anak yang umum
berupa (Diare)
5. Judul : Terlepas dari Tujuan Metode: Hasil: pada 30
Breastfeeding rekomendasi untuk penelitian untuk Penelitian ini hari, 64% dan
technique and pemberian ASI mengevaluasi merupakan 15% ibu
the incidence of Eksklusif (EBF) pengaruh penelitian quasi- menggunakan
nipple traumas dalam enam bulan intervensi random teknik dengan
in puerperal pertama bayi terhadap intervensi benar, masing-
women attended banyak wanita kejadian trauma dengan 180 masing, pada
in a city menghentikan puting dan wanita nifas kelompok
hospital: menyusui karena kualitas teknik merata antara eksperimen dan
intervention manajemen yang menyusui pada kelompok kontrol dengan
study sulit. Seperti bulan pertama eksperimen dan RR=4.87
Trauma puting postpartum. kontrol. p<0,001. Pada
Penulis : susu adalah salah Intervensi kelompok
Thaize satu faktor yang dilakukan eksperimen,
Carvalho,dkk. terkait bersalin dan penurunan
dengan gangguan terdiri dari sesi diamati pada
Tahun : menyusui dini. pendidikan parameter teknik
2020 umumnya terkait tentang teknik menyusui yang
dengan menyusui. kurang baik
ketidaknyamanan Analisis (p≤0,05). Insiden
dan rasa sakit deskriptif putting trauma
selama menyusui. karakteristik adalah 30% pada
kelompok kelompok
dilakukan, eksperimen dan
membandingkan 38,9% pada
frekuensi kelompok kontrol
parameter yang (p = 0,21).
tidak
menguntungkan
terkait dengan
teknik menyusui
antar kelompok.
60
61
Chi-kuadrat
Pearson
uji dan uji Fisher
digunakan, dan
p≤0,05 diadopsi
sebagai tingkat
signifikansi
kritis.
6. Judul : ASI adalah Penelitian ini Jenis penelitian Ibu dengan
The association makanan paling bertujuan adalah tingkat
between ideal untuk bayi. mengetahui observasional pengetahuan
breastfeeding Ketidaktahuan ibu hubungan dengan metode rendah lebih
technique and tentang pentingnya pengetahuan cross sectional. banyak (57%)
knowledge ASI, cara dan teknik Population begitu juga
with exclusive menyusui dengan menyusui penelitian adalah pengetahuan
breastfeeding benar, serta dengan seluruh ibu yang teknik menyusui
pemasaran yang pemberian ASI mempunyai bayi (52,1%). Ada
Penulis : dilancarkan secara exclusive di enam sampai 12 hubungan antara
Lina agresif oleh para wilayah kerja months pengetahuan
Handayani,dkk. produsen susu Puskesmas sebanyak 142 dengan pemberian
formula, Pengasih II orang, ASI eklsusif
Tahun : merupakan faktor Kulon Progo menggunakan (p=0,006) dan ada
2016 penghambat bagi teknik total hubungan antara
terbentuknya sampel. Analisis teknik menyusui
kesadaran orang data dengan pemberian
tua untuk menggunakan ASI ekslusif
memberikan ASI uji Chi square (p=0,002).
exclusive. dengan tingkat Kesimpulan: Ada
kepercayaan hubungan tingkat
95%. pengetahuan dan
teknik menyusui
dengan pemberian
ASI exclusive.

G. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan metode

pengaturan pemikiran dan tindakan dalam suatu urutan yang logis dalam

penganan klien oleh petugas kesehatan dalam hal ini bidan (Sudarti, 2010).

62
63
2. Asuhan Kebidanan

Menurut Manajemen Varney, Proses Asuhan Kebidanan terdiri dari 7

langkah, yaitu:

a. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pengumpulan data dasar secara Komprehensif untuk evaluasi

pasien.Data dasar ini termasuk Riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik,

tinjauan catatan saat ini, riwayat catatan kesehatan lampau, tinjauan

singkat data penunjang dari laboratorium dan pemeriksaan tambahan

lainnya serta semua informasi dari berbagai sumber yang berhubungan

dengan kondisi pasien.

b. Langkah II : Intepretasi Data

Interpretasi data dikembangkan dari data dasar ke masalah atau

disgnosa khusus yang terindetifikasi. Masalah dan diagnose sama-sama

dipakai karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai

diagnose tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat suatu

perencanaan yang menyeluruh dalam penaganan pasien/klien.

c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial

Diagnosa/masalah Potensia adalah mengidentifikasi dengan hati-

hati dan kritis pada pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan

tindakan kebidanan untuk membantu klien mengatasi dan mencegah

masalah yang spesifik.

Mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lainnya

berdasarkan masalah yang sudah ada adalah suatu bentuk

64
antisipasi/pencegahan yang dirasa perlu, serta suatu bentuk kewaspadaan

dan persiapan dalam menghadapi masalah/penyulit sehingga dapat

memberikan asuhan yang aman dan sesuai standar.

d. Langkah IV : Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera

Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnose atau

masalah potensial dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang

mungkin muncul sehubungan dengan keadaan yang dialami ibu.

Merefleksikan proses manajemen yang sifatnya terus-menerus tidak hanya

pada asuhan primer yang periodic selama kunjungan ANC tetapi juga

selama bidan terus bersama wanita itu sampai siklus berikutnya (bersalin,

nifas, KB, Menopouse dan sterusnya) selama siklus kehidupan wanita.

e. Langkah V : Merencanakan asuhan yang komprehensif dan menyeluruh

Dibuat berdasarkan diagnose yang muncul serta membantu klien

mengatasi masalah dan kebutuhannya. Membuat rencana asuhan yang

komprehensif ditentukan oleh langkah sebelumnya yaitu dari masalah dan

diagnose yang sedang terjadi serta mencakup bimbingan atau konseling

yang berkaitan dengan masalah/kondisi pasien saat itu untuk

mengantisipasi hal-hal yang tidak diharapkan dan perubahan perilaku klien

sesuai harapan.

f. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan / implementasi

Pelaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan masalah klinis,

membuat suatu keputusan dan memberi perawatan. Pada tahap ini,

65
kegiatannya adalah melaksanakan perencanaan asuhan yang menyeluruh.

Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan, bidan berkolaborasi dengan

tim kesehatan lainnya, atau oleh klien itu sendiri. Walaupun ada beberapa

pelaksanaan yang tidak dilakukan oleh bidan itu sendiri namun bidan tetap

berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaannya dan memastikan

langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.

g. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dengan melakukan

pengecekan apakah rencana asuhan benar-benar terlaksana sesuai dengan

identifikasi diagnose, masalah dan kebutuhan.

H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dengan SOAP

Menurut Muslihatun, W (2009), pendokumentasian secara SOAP yaitu:

a. Data Subjektif

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

Helen Varney. Langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang

diperoleh dari ananesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah

dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang

akan berhubungan langsung dengan diagnisos. Data subjektif ini nantinya

akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

b. Data Objektif

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh

66
dari melalui hasil observasi yang jujur dan pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan labolatorium / pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik

dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data

objektif ini. Dan ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta

yang berhubungan dengan diagnosis.

c. Assesment

Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intepretasi

(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisis/ Assesment

merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen

Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal

berikut: diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial serta

perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi

diagnosis / masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus

diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri,

tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.

d. Planning

Planning/ perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan

intepretasi data. Planning dalam metode SOAP ini juga merupakan

gambaran pendokumentasian Implementasi dan Evaluasi. Sehingga P

dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.

67
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. M UMUR 22 TAHUN

P1A0 DENGAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR

No. Register : 17.37.32

Tanggal/ Jam : 16 November 2021/ 10.00 WIB

I. PENGKAJIAN DATA/ PENGUMPULAN DATA DASAR

Biodata

Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. K

Umur : 22 Tahun Umur : 25 Tahun

Suku / Bangsa : Melayu/Indonesia Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : RT 15 Hutan Lindung, MA. Bulian

A. Data Subjektif

1. KeluhanUtama : Ibu mengatakan belum mengerti teknik menyusui bayi secara benar

dan ASI keluar masih sedikit.

2. Riwayat Perkawinan

68
Kawin 1 kali, penikahan ke-1, umur saat menikah 21 tahun, lamanya pernikahan 2

tahun.

3. Riwayat Menstruasi

HPHT : 02-02-2021

Menarch : 14 tahun

Sikus : 28 Hari

Lama : 7 hari

Karakteristik : Cair

Banyaknya : 3 x 1 ganti pembalut

Keluhan : Tidak ada

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Ibu mengatakan ini adalah kehamilan, persalinan dan nifas yang pertama.

5. RiwayatKontrasepsi yang Digunakan

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.

6. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular (Hepatitis,

HIV/AIDS, PMS), penyakit menurun (DM, Hipertensi) dan penyakit menahun

(Asma, Jantung).

b. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak pernah/sedang menderita penyakit menular

(Hepatitis, HIV/AIDS, PMS), penyakit menurun (DM, Hipertensi) dan penyakit

menahun (Asma, Jantung).

69
c. Riwayat operasi dan alergi obat

Ibu mengatakan tidak ada riwayat operasi serta tidak memiliki riwayat alergi obat.

d. Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar baik dari keluarga ibu maupun

keluarga suami.

7. Riwayat Persalinan Terakhir

a. KeadaanIbu:

1) Masa kehamilan 39-40 minggu

2) Tempat persalinan: Rs. Hamba, Penolong: Bidan

3) Jenis persalinan: Spontan

4) Komplikasi: Tidak ada

5) Proses Persalinan

Kala Lama Pengeluaran Kejadian/ Tindakan


Ket.
Persalinan (Jam) Pervaginam (cc) Indikasi (Oleh)

1 3 Jam Lendir campur darah Tidak ada Bidan -

2 10 menit ± 20 cc Tidak ada Bidan -

3 5 menit ±50 cc Rupture gII Bidan hacting

4 2 jam ±100 cc Tidak ada bidan -

b. Keadaan Bayi:

1) Tanggal lahir, jam : Selasa, 16-11-2020, 11:40 WIB

2) Antopometri : BB 3300 gr, PB 51 cm, LK/LD 33/32 cm

3) Keadaan secara umum : Baik

4) Rawatgabung/ tidak : Iya

70
8. Kebutuhan Fisik

a. Nutrisi

Terahir makan pada tanggal 16 November 2021 pukul 08.00 WIB porsi 1 piring

jenis nasi, sayur dan lauk. Minum air putih dan teh manis, dan tidak ada keluhan.

b. Eliminasi :

1) BAK :ibu mengatakan BAK terahir pada tanggal 16 November 2021

pukul 09.00 WIB sifat cair, warna jernih, bau khas dan tidak ada keluhan

2) BAB : Belum BAB

c. Istirahat (tidur)

Ibu mengatakan dapat tertidur dan sesekali bangun jika bayinya menangis.

d. Personal hygiene

Ibu mengatakan belum mandi tetapi sudah ganti pakaian serta sudah ganti

pembalut.

e. Ambulasi/Aktivitas

Ibu mengatakan sudah dapat berjalan ke kamar mandi sendiri dan dapat menyusui

bayinya.

9. Keadaan Psiko, Sosiol dan Spiritual

a. Ibu mengatakan ini adalah anak yang diharapkan.

b. Ibu mengatakan ibu dan keluarga senang atas kelahiran bayinya.

c. Ibu mengatakan tinggal bersama dengan suami.

d. Ibu mengatakan menjalankan sholat 5 waktu.

e. Ibu mengatakan jika ada masalah selalu berusyawarah.

71
10. Pengetahuan tentang masa nifas dan perawatan bayi

a. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kebutuhan nutrisi pada masa nifas dan

ibu tidak pantang makan.

b. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang ASI eksklusif

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Baik, Kesadaran: Composmentis

b. Tanda – Tanda Vital

TD: 120/80 mmHg, Suhu: 36,50C, Respirasi: 20 x/m, Nadi: 80 x/m

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala :

Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan abnormal, rambut hitam bersih. Mata

simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih. Hidung bersih, tidak ada polip

dan secret. Telinga simetris, bersih, pendengaran baik.

b. Leher :

Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid serta tidak ada bendungan vena

jugularis.

c. Payudara

Payudara simetris, puting susu menonjol, bersih, tidak terdapat hyperpigmentasi

pada areola, tidak ada benjolan abnormal, colostrum sudah keluar.

d. Abdomen

Tidak ada bekas luka operasi, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kandung

kemih kosong.

72
e. Genetalia Eksterna

Vagina bersih, tidak ada oedema, tidak ada varices, perineum tedapat jahitan

yang masih basah, lochea rubra.

f. Anus

Tidak hemorroid.

g. Ekstrimitas

Atas : simetris, tidak ada oedema, warna kuku merah muda

Bawah: simetris, tidak oedema, warna kuku merah muda, tidak ada varices, reflek

patela positif.

3. PemeriksaanPenunjang

Tidak dilakukan

pemeriksaan

4. Terapi yang didapat

Dextetoprofen 2x25 mg pukul 12:30 wib

Vitamin A 1 x 1 mg pukul 12:30 wib

Asam folat 1x1 pukul 12:30 wib

II. INTERPRETASIDATA DASAR

Diagnosa : ibu P1A0 post partum 1 hari

Masalah : Ibu belum dapat menyusui bayi nya dengan

benar Kebutuhan : KIE teknik menyusui yang benar

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA

73
Tidak ada

74
V. RENCANA TINDAKAN (17 November 2021, 10.00 WIB)

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

Rasional : Ibu harus mengetahui keadaan diri dan janinnya sehingga ibu dapat lebih

kooperatif terhadap tindakan dan anjuran dari petugas kesehatan/bidan.

2. Ajarkan kepada ibu teknik menyusui yang benar.

Rasional : posisi dan teknik menyusui menentukan keberhasilan dalam program

menyusui, apabila teknik menyusuinya benar akan membuat ibu merasa

nyaman selama menyusui dan ASI yang diterima bayi dapat optimal.

3. Ajarkan ibu untuk melakukan senam kegel.

Rasional : senam nifas memberikan latihan gerak secepat mungkin agar otot-otot yang

mengalami peregangan selama kehamilan dan persalinan kembali normal.

4. Beritahu ibu tanda bahaya pada masa nifas.

Rasional : ibu harus mengetahui tanda bahaya pada masa nifas agar lebih waspada dan

dapat mengenali kondisi ibu dengan baik.

5. Beritahu ibu perawatan bayi pada saat di rumah nanti.

Rasional : Perawatan bayi baru lahir perlu dilakukan denga baik dan benar, agar bayi

merasa nyaman, perawatan tali pusat dilakukan agar tidak terjadi infeksi.

6. Beritahu ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.

Rasional : ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sampai dengan usia bayi 6 bulan,

dan banyak sekali manfaat dalam memberikan ASI Eksklusif.

7. Beritahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan tidak pantang makan.

Rasional : ibu nifas harus memenuhi kebutuhan nitrisi dengan makanan seimbang,

agar dapat memberikan stamina pada ibu sert dapat memperbanyak ASI.

75
8. Beritahu ibu untuk senantiasa menjaga kebersihan diri dan sering menggati pembalut.

Rasional : personal hygiene pada masa nifas sangat penting guna menjaga diri secara

keseluruhan untuk menghindari infeksi baik pada luka jahitan maupun kulit.

9. Ingatkan ibu untuk minum obat secara teratur.

Rasional : Manfaat dari Vitamin A yaitu untuk memperoleh kualitas ASI sehingga

dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mempercepat proses pemulihan saat

melahirkan, tablet Fe agar dapat mencegah anemia pada ibu nifas, serta asam

mefenamat untuk mengurangi nyeri setelah persalinan.

VI. IMPLEMENTASI (17 November 2021 10.30 WIB)

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa saat ini ibu dalam

keadaan sehat.

TD: 110/70 mmHg, Suhu: 36,50C, Respirasi: 23 x/m, Nadi: 83 x/m

2. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui dengan menggunakan teknik menyusui yang

benar.

a. Mencuci tangan terlebih dahulu

b. Mengelurkan sedikit asi lalu dioleskan pada bagian puting dan areola sebelum dan

setelah menyusui, mengajarkan perlekatan bayi yaitu perut bayi harus menempel

pada perut ibu serta wajah bayi menghadap payudara ibu,

c. Setelah selesai menyusui, ajarkan ibu untuk menyendawakan bayi dengan cara

menepuk ringan punggung bayi.

3. Mengajarkan ibu untuk senam kegel yang bertujuan untuk memulihkan kondisi otat-

otot panggul yaitu dengan cara mengencangkan otot panggul bawah selama 3 detik

tanpa menahan nafas atau mengencangkan otot perut. Kemudian lemaskan kembali otot

76
panggul bawah selama 3 detik. Ulangi latihan ini selama 10 kali dan akukan sebanyak 3

kali sehari.

4. Memberitahu ibu tanda bahaya pada masa nifas

a. Perdarahan dari jalan lahir

b. Lochea berbau busuk

c. Demam

d. Serta kepala sakit mata berkunang-kunang

e. Bengkak pada daerah betis serta ibu merasa sedih tanpa sebab. Jika ada salah satu

tanda bahaya seperti yang disebutkan segera memeriksakan diri ke fasilitas

kesehatan.

5. Memberitahu ibu cara perawatan bayi dengan :

a. Selalu menjaga kehangatan bayi

b. Serta tidak membiarkan bayi merasa gerah, ganti popok bayi jika terkena bak atau

bab bayi

c. Mengajarkan cara merawat tali pusat bayi yaitu selalu menjaga tali pusat agar tetap

kering dan tidak lembab agar tidak infeksi.

6. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya selama 6

bulan tanpa makanan apapun, karena dengan pemberian ASI saja kebutuhan nutrisi

bayi sudah cukup.

7. Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi agar ASI juga menjadi banyak

dan lancar seperti :

a. Makan sayur-sayuran yang hijau dan makan makanan dengan tinggi protein seperti

telur dan ikan supaya luka jahit perineum cepat sembuh.

77
b. Memberitahu ibu untuk senantiasa menjaga kebersihan diri yaitu dengan :

a) Mandi guyur

b) Tentang cara merawat luka jahitan yaitu bersihkan setiap habis bak dan bab

dengan cara cebok dari arah depan ke belakang menggunakan air bersih

keringkan dengan handuk kering dan bersih dengan cara ditepuk-tepuk,

kenakan pembalut dan celana dalam bersih dari katun, ganti pembalut apabila

sudah penuh dan celana dalam 2-3 kali sehari agar tidak terjadi infeksi.

c. Mengingatkan ibu untuk meminum obat secara teratur setelah makan.

VII. EVALUASI

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksannya saat ini.

2. Ibu sudah dilakukan pijat oksitosin dan ibu merasa nyaman.

3. Ibu sudah mengerti dan dapat melakukan senam kegel.

4. Ibu bersedia mengikuti anjuran yang telah diberikan oleh bidan

5. Ibu bersdia meminum obat secara teratur

6. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.

78
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. M didapatkan data Ny. M post

partum 6 Jam dan mengeluh sudah dapat menyusui bayinya namun ASI yang keluar belum

lancar. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa hari pertama sampai ke tiga jenis ASI yang keluar

adalah colostrum dan pada umumnya produksi air susu baru berlangsung pada hari ke 2-3 post

partum spontan maupun SC. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara kasus

dan teori.

Hasil pemeriksaan atau data objektif berupa data fokus pada masa nifas didapatkan

bahwa tanda-tanda vital ibu dalam batas normal yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, Suhu:

36,50C, Respirasi: 23 x/m, Nadi: 83 x/m. Berdasarkan teori (Marmi, 2015), pasca melahirkan

pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Denyut nadi normal pada orang

dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi brakikardi maupun

lebih cepat. Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0C. Pasca melahirkan, suhu tubuh

dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal. Frekuensi pernafasan normal pada orang

dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau

normal. Berdasarkan kasus dan teori diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan

antara kasus dan teori.

Pada daerah abdomen didapatkan TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kendung

kemih kosong. Berdasarkan teori Sukarni (2013), dan Marmi (2015) menyebutkan bahwa

involusi uterus pada saat plasenta lahir TFU setinggi pusat dan waktu 7 hari (1 minggu) TFU

pertengahan pusat dan sympisis, kontraksi uterus baik dan terus meningkat setelah bayi lahir, dan

79
kondisi kandung kemih ibu harus kosong setelah melahirkan karena apabila penuh dapat

mengganggu letak uterus dan mengganggu kontraksi uterus yang dapat menyebabkan

perdarahanBerdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara

kasus dan teori.

Pada pemeriksaan genetalia terdapat lokhea rubra yang berwarna merah pekat dan tidak

berbau busuk. Berdasarkan teori (Marmi, 2015), pengeluaran lokhea yang keluar adalah lokhea

rubra yang keluar pada hari pertama sampai ketiga dengan tidak berbau busuk, berwarna merah

kehitaman yang terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa

darah. Berdaraskan hal tersebut, tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.

Berdasarkan hasil dari pengkajian data subjektif dan data objektif didapatkan diagnosa

Ny. M umur 22 tahun P1A0dengan teknik menyusui yang benar, masalah ibu belum dapat

menyususi bayinya dengan benar, dan kebutuhannya yaitu KIE tentang teknik menyusui yang

benar.

Setelah didapatkan diagnosa pada Ny. M maka dilakukan perencanaan asuhan yaitu

memberitahu hasil pemeriksaan, mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar, mengajarkan

senam kegel, memberitahu tanda bahaya dalam masa nifas, mengajarkan cara perawatan bayi,

serta menjaga personal hygiene. Dan penatalaksanaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang

telah di buat. Menurut Saleha (2009) kunjungan masa nifas 6 jam sampai 3 hari setelah

persalinan adalah dengan pemberian ASI awal dan melakukan hubungan antara ibu dan bayi

baru lahir.Menurut Marmi (2015), salah satu kebutuhan dasar pada masa nifas yaitu latihan/

senam. Salah satu senam nifas yaitu senam kegel yang akan membuat kontraksi dan relaksasi

otot-otot panggul sehingga mampu meredakan ketidaknyamanan periuneum serta meningkatkan

80
sirkulasi lokal, mengurangi oedema dan mempercepat penyembuhan luka perineum. Berdasarkan

hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara praktik dan teori.

Berdasarkan dari beberapa jurnal yang diteliti ada 3 jurnal yang terkait dalam judul

peneliti tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa, pada saat putting susu ibu lecet dan

pengeluaran air susu sedikit maka yang dilakukan oleh ibu itu langsung diberikan susu formula

sebagai pengganti ASI supaya bayinya tidak rewel kemudian dia langsung berhenti menyusui

bayinya,dan didalam Teori bahwa harus diajarkan cara menyusui yang benar, diberitahukan

bahwa faktor- faktor penyebab ASI nya sedikit keluar, makanan apa saja yang cepat untuk

memproduksi ASI nya semakin banyak dan diajarkan pijat oksitosin supaya ASI ibunya lancar

jadi dapat disimpulkan bahwa antar jurnal dengan teori ada beberapa kesenjangan dan faktor-

faktor yang tidak diberitahukan kepada ibunya terutama makananan ( sayuran ) untuk

memproduksi ASI ibunya maka kasus yang saya teliti di lahan ada satu kesenjangan yang tidak

ibu ketahui tentang pemberian ASI eksklusif itu selama 6 bulan dan kita harus mengajari cara

menyusui yang benar dan makanan yang cepat memproduksi ASInya.

81
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. M umur 22 tahun

P1A0 menerapkan asuhan kebidanan menurut 7 langkah Varney, maka penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Asuhan kebidanan pada Ny. M dengan Asuhan nifas fisiologis dengan teknik pendekatan

manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian, analisa data dasar, pada

langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan

untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, mulai dari namnesis riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksan penunjangdan keterangan tambahan yang

menyangkut atau yang berhubungan dengan kondisi klien.

2. Berdasarkan hasil dari pengkajian data subjektif dan data objektif didapatkan diagnosa

Ny. M umur 22 tahun P1A0dengan teknik menyusui yang benar dengan amsalah ibu

belum dapat memberikan ASI dengan banar dan kebutuhan nya KIE mengenai teknik

menyusui yang benar.

3. Tidak ada diagnosa potensial dan tidak perlu dilakukan tindakan segera.

4. Perencanaan dan pelaksanaan telah dilakukan yaitu memberitahukan hasil pemerksaan,

mengajaran kepada ibu cara menyusui yang benar, mengajarkan kepada ibu melakukan

senam kegel, memberitahu ibu tanda bahaya pada masa nifas, memberitahu ibu cara

perawatan bayi dan personal hygiene serta mimum vitamin A, dan tablet Fe yang telah

diberikan.
82
B. Saran

1. Bagi Lahan Praktik

Diharapkan pelaksanaan asuhan kebidanan tetap memperhatikan kualitas pelayanan,

sebaiknya menyediakan leaflet atau gambar tentang kebutuhan ibu nifas .

2. Bagi Pendidikan

Diharapkan laporan ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan pada ibu

nifas.

83
DAFTAR PUSTAKA

Astutik, dkk. 2013. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika.

Ai Yeyeh Dkk. 2018; Asuhan Kebidanan Pada Masa Ibu Nifas;Jakarta;

IKAPI Andina, 2018, Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui; Jakarta

Dewi, Barlian Purnama. 2014. Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Kebunsari Kecamatan Wonomulyo. Penelitian: Dinas Kesehatan Polewali

Mandar.

Ilmiasih, R. 2017. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Regusrgitasi Pada Bayi ASI Eksklusif

Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Puskesmas Pajarakan Kabupaten Probolinggo . Malang:

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Kemenkes. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012 Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementrian Kesehatan. Jakarta

Kemenkes RI. 2014. Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 97 tahun 2014 Tentang Pelayanan

Kesehatan masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah

Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan

Seksual. Jakarta.

Kemenkes RI.2015. Pelayanan Persalinan dan Nifas Normal Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta.

Khamzah, S.N. 2012. Segudang Keajaiban ASI yang Harus Anda Ketahui. Yogyakarta: Flash

Book.

Marmi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Mulyani, N.S. 2015.ASI dn Pedoman Ibu Menyusui. Cetakan ke2. Yogyakarta: Nuha Medika.
Muslihatun, W. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Masruroh. 2015; Praktik Keterampilan Asuhan Kebidanan Nifas Dilengkapi Dengan Jobsheet

Dan Daftar Tilik; Yogyakarta

Natia; 2018;ASI Dan Panduan Ibu Menyusui; Yogyakarta;Nuha Medika

Profil kesehatan Indonesia. 2015. Departemen kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;

2016.

Rukiyah, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan I. Jakarta : CV.Trans Info Media.

Saiffudin. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:

Yayasan bina Pustaka Sarwono.

Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: salemba Medika

Sudarti, Endang Khoirunisa, SST.Keb. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak.

Yogyakarta: Nuha Medika

Sukarni & Margareth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika

Walyani & Purwoastuti. 2015. Asuhan kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:

Pustaka Baru Pres.

Weni; 2018; ASI, Menyusui Dan Sadari; Yogyakarta; Nuha Medika

Yuliarti, N. 2010. Keajaiban ASI, Makanan Terbaik Untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan

Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: CV Andi Offset.


Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
DI DESA WANARAJA, KECAMATAN WANAYASA
KABUPATEN BANJARNEGARA

Ratih Subekti
Politeknik Banjarnegara
Email : bektymidewife@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel: Latar Belakang : Perilaku menyusui yang benar mempengaruhi
Diterima : 15 Desember 2018 keberhasilan dalam pemberian ASI. Di desa Wanaraja masih
Disetujui : 12 Januari 2019 terdapat ibu menyusui yang mengalami puting lecet, bengkak dan
nyeri pada payudara serta putting datar. Masyarakat desa
Kata Kunci:
Wanaraja belum sepenuhnya memahami tentang teknik menyusui
Pengetahuan ibu menyusui,
yang benar, sehingga jika puting lecet maka payudara tersebut
Teknik menyusui yang benar
berhenti untuk disusui. Metode : Metode dari pengabdian
masyarakat ini adalah penyuluhan tentang teknik menyusui yang
benar, praktik dan evaluasi melalui kuesioner. Hasil :
Meningkatnya pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang
benar sehingga proses menyusui dapat berjalan lancar dan tercapai
program pemerintah yaitu pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan
ibu baik sebanyak 75% dan cukup 25%. Kesimpulan :Terjadi
peningkatan pengetahuan antara sebelum dan setelah dilakukan
penyuluhan.
ARTICLE INFO ABSTRACT
Article History Background : The correct breastfeeding behavior influences the
Received : December 15, 2018 success in breastfeeding. In the village of Wanaraja there are still
Accepted : January 12, 2019 nursing mothers who experience nipple blisters, swelling and pain
in the breasts and flat nipples. The people of Wanaraja village do
Key Words :
not fully understand the correct breastfeeding technique, so if the
knowledge breastfeeding
nipples are scratched, the breast stops to feed. The method :
mothers, correct breastfeeding
counseling about correct breastfeeding techniques, practice and
techniques
evaluation through questionnaires. The Results: to increase
maternal knowledge about the correct breastfeeding techniques so
that the breastfeeding process runs smoothly and a government
program is achieved, namely exclusive breastfeeding. Good
mother's knowledge as much as 75% and enough 25%.
Conclusion
: There was an increase in knowledge between before and after
counseling

https://doi.org/10.32699/ppkm.v6i1.550 45
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

1. PENDAHULUAN
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan dengan teknik menyusui adalah variabel
Dasar (Riskesdas) tahun 2010 dijelaskan pengetahuan ibu (p=0,039) (Rhipiduri, 2014).
bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan Berdasarkan hasil penelitian yang
ASI ekslusif kepada bayinya adalah dilakukan oleh Arismawati (2014)
kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menunjukkan bahwa ada hubungan anatara
menyusui yang benar, sehingga sering teknik menyusui yang benar dengan
menderita puting lecet dan retak (Riskesdas, keberhasilan laktasi (p-Value = 0,000)
2010). Keberhasilan menyusui harus diawali (Arismawati, 2017). Hal ini juga sejalan
dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat dengan hasil penelitian Romiyati (2015) yang
saat pemberian ASI. Kegagalan dalam proses menunjukkan bahwaada hubungan
menyusui sering disebabkan karena timbulnya pengetahuan ibu tentang teknik menyusui
beberapa masalah pada ibu dan bayi. Pada dengan perilaku dalam pemberian ASI pada
sebagian ibu yang tidak paham bagaimana ibu menyusui (p-Value sebesar 0,003)
teknik menyusui yang benar dapat menjadi (Romiyati, 2015).
masalah dalam menyusui. Adapun masalah Untuk mengurangi resiko dari teknik
dalam menyusui adalah puting susu lecet, menyusui yang kurang tepat dapat dilakukan
payudara bengkak, abses payudara (mastitis) penyuluhan atau pendidikan kesehatan
(Lismaysarah, 2013). Berdasarkan analisis tentang manfaat menyusui dan
situasi dan analisis data keadaan desa penatalaksanaanya. Dukungan dari suami,
Wanaraja melalui survey awal terhadap keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan
beberapa ibu menyusui, masih ada ibu yang sangat menentukan keberhasilan dalam
mengalami putting susu lecet, payudara pelaksanaannya. Dukungan tenaga kesehatan
bengkak dan payudara nyeri dan putting datar. mempunyai hubungan yang bermakna dengan
Teknik menyusui yang benar adalah perilaku ibu dalam menyusui ( Ida, 2012).
cara memberikan ASI kepada bayi dengan Tujuan dari pengabdian masyarakat ini
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan adalah untuk meningkatkan pengetahuan ibu
benar (Suradi, 2004). Perilaku menyusui yang tentang teknik menyusui yang benar dan dapat
salah dapat mengakibatkan puting susu menerapkannya sehingga proses menyusui
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal berjalan lancar dan tercapai program
sehingga mempengaruhi produksi ASI pemerintah yaitu pemberian ASI eksklusif.
selanjutnya atau enggan menyusui
(Proverawati, 2010). Bayi yang sehat dapat 2. METODE
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 Program pengabdian masyarakat ini
menit dan ASI dalam lambung bayi akan dilakukan melalui penyuluhan tentang
kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, pentingnya teknik menyusui yang benar,
bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam praktik langsung dengan bayinya dan
menyusui dan akan mempunyai pola tertentu pelaksanaan evaluasi proses maupun hasil
setelah 1 – 2 minggu kemudian. Menyusui melalui kuesioner tentang materi penyuluhan.
yang dijadwal akan berakibat kurang baik,
karena isapan bayi sangat berpengaruh pada 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
rangsangan produksi ASI selanjutnya Desa Wanaraja merupakan desa yang
(Purwanti, 2004). terletak di Kecamatan Wanayasa yang
Teknik menyusui sangat termasuk wilayah kerja Puskemas Wanayasa
mempengaruhi kenyamanan bayi saat 2 Kabupaten Banjarnegara. Jarak dari ibu kota
menghisap ASI. Isapan bayi akan Banjarnegara ± 35 km, arah utara. Batas Desa
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI Wanaraja sebelah selatan dengan Desa
selanjutnya, namun sering kali ibu kurang Wanayasa, sebelah barat Desa Balun, sebelah
mendapatkan informasi tentang manfaat ASI utara Desa Jatilawang, dan sebelah timur
dan tentang teknik menyusui yang benar Desa Legoksayem, yang semuanya masuk
(Roesli, 2011). Faktor yang berhubungan dan dalam wilayah Kecamatan Wanayasa.
faktor yang paling menjadi penentu yang
berhubungan
46
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
masalah yang mungkin timbul (Purwanti,
2004).
Langkah - langkah Teknik Menyusui Yang
Benar
Ibu mencuci tangan sebelum menyusui
bayinya. Ibu duduk dengan santai dan
nyaman, posisi punggung bersandar (tegak)
sejajar punggung kursi, kaki diberi alas
sehingga tidak menggantung. Mengeluarkan
sedikit ASI dan mengoleskan pada puting
susu dan aerola sekitarnya (desinfektan dan
menjaga kelembaban puting susu). Bayi
dipegang dengan satu lengan, kepala terletak
pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
terletak pada lengan. Ibu menempelkan perut
bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu
tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu
didepan, kepala bayi menghadap ke payudara.
Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan
lengan pada garis lurus. Ibu memegang
payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang
lain menopang dibawah serta tidak menekan
puting susu atau areola. Ibu menyentuhkan
putting susu pada bagian sudut mulut bayi
sebelum menyusui. Setelah mulai menghisap,
payudara
Jumlah peserta yang mengikuti tidak perlu dipegang atau disangga lagi. Ibu
penyuluhan, praktik dan evaluasi teknik menatap bayi saat menyusui (Depkes RI,
menyusui yang benar di desa Wanaraja adalah 2009).
sebanyak 20 orang. Jumlah ibu yang Menyusui bayi harus secara bergantian
primipara sebanyak 15 orang (75%) pada kedua payudara untuk mempertahankan
sedangkan jumlah ibu yang multipara produksi ASI tetap seimbang pada kedua
sebanyak 5 orang (25%). Ibu yang mengalami payudara. Pasca Menyusui: 1) Melepas isapan
putting susu lecet sebanyak 3 orang (15%). bayi dengan cara jari kelingking di masukkan
Ibu yang mengalami bengkak dan nyeri pada ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau
payudara sebanyak 1 orang (5%) dan ibu yang dagu bayi ditekan ke bawah 2) Setelah bayi
mengalami putting datar (pada payudara selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit
sebelah kanan) sebanyak 1 orang (5%). kemudian dioleskan pada putting susu dan
Lama dan Frekuensi Menyusui aerola, biarkan kering dengan sendirinya.
Menyusui bayi sebaiknya tanpa Menyendawakan bayi dengan: 1) Bayi
dijadwal (on demand), karena bayi akan digendong tegak dengan bersandar pada bahu
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-
menyusui bayinya bila bayi menangis bukan lahan atau 2) Bayi tidur tengkurap di
karena sebab lain (kencing dan sebagainya) pangkuan ibu, kemudian punggungnya di
atau ibu sudah merasa perlu menyusui tepuk perlahan-lahan.
bayinya. Bayi yang sehat dapat Cara menyusui sambil berbaring
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 Ibu berbaring miring dan punggung
menit dan ASI dalam lambung bayi akan diganjal bantal. Usahakan lengan sebelah
kosong dalam waktu 2 jam. Menyusui yang payudara yang mengarah ke mulut bayi
dijadwalkan akan berakibat kurang baik, dapat menopang tubuh bayi, mulai dari leher,
karena isapan bayi sangat berpengaruh pada punggung, dan bokongnya. Jadi, kedudukan
rangsangan produksi ASI tanpa jadwal, sesuai bayi tetap berbaring sambil ditopang lengan
kebutuhan bayi, akan mencegah banyak ibunya. Leher bayi terletak di persendian
47
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

lengan ibunya. Punggung bayi di


lengan bawah ibu, bokongnya ditopang keberhasilan laktasinya akan berhasil dan
dengan telapak tangan ibu. Dengan demikian, sebaliknya jika cara menyusui salah tingkat
mulut bayi dapat diatur agar dapat mencapai keberhasilan laktasinya juga kurang berhasil
putung payudara ibu. Tangan ibu yang bebas sehingga dapat berpengaruh terhadap ibu dan
membantu memasukkan puting susu ke mulut bayinya seperti: puting susu terasa nyeri
bayi sambil telapak tangan menahan payudara bahkan lecet, bayi kurang tidur dan berat
agar tidak menutup hidung bayi. Jari telunjuk badan bayi menurun (Hasselquist, 2006).
dan jari tengah membantu mengeluarkan ASI Teknik menyusui yang tidak dikuasai oleh ibu
dengan cara menjepit payudara. Jangan akan berdampak pada ibu seperti mastitis,
menyusui menggunakan dot sebelum cara payudara bergumpal, putting sakit, sedangkan
menyusui ini bisa dilakukan dengan baik. pada bayi dapat dipastikan bayi tidak mau
(Saminem, 2009). menyusu yang berakibat bayi tidak akan
Cara pengamatan teknik menyusui yang mendapatkan ASI cukup (Sulistyowati, 2011).
benar Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Teknik
Jika bayi telah menyusu dengan benar Menyusui Yang Benar
maka akan memperlihatkan tanda-tanda Pengetahuan ibu menyusui tentang
seperti bayi tampak tenang, badan bayi ”sebelum bayi menghisap puting susu,
menempel pada perut ibu, mulut bayi terbuka keluarkan sedikit ASI dioleskan pada puting
lebar, dagu bayi menempel pada payudara susu dan aerola”. Berdasarkan hasil dari
ibu, sebagian areola masuk kedalam mulut kuesioner didapatkan 10 dari 20 peserta
bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk, (50%) menjawab benar.
bayi nampak menghisap kuat dengan irama ‘’Urutan teknik menyusui yang benar’’.
perlahan, puting susu tidak terasa nyeri, Didapatkan 11 dari 20 peserta (60%)
telinga dan lengan bayi terletak pada satu menjawab benar.
garis lurus serta kepala bayi agak “Menyusui bayi harus secara
menengadah. (Proverawati, 2010). bergantian pada kedua payudara”. Didapatkan
Tanda Posisi Bayi Menyusu yang Benar 18 dari 20 peserta (90%) menjawab benar.
Tubuh bagian depan bayi menempel “Cara melepas isapan bayi dengan
pada tubuh ibu, dagu bayi menempel pada dagu bayi ditekan ke bawah”. Didapatkan 15
payudara ibu, dada bayi menempel pada dada dari 20 peserta (75%) menjawab benar.
ibu yang berada di dasar payudara, telinga “Setelah selesai menyusui, puting susu
bayi berada dalam satu garis dengan leher dan dan sekitarnya dibasahi ASI dan biarkan
lengan bayi, mulut bayi terbuka lebar dengan kering sendiri”. Didapatkan 15 dari 20 peserta
bibir bawah yang terbuka, sebagian besar (75%) menjawab benar.
areola tidak tampak, bayi menghisap dalam “Bayi disusui tanpa jadwal”.
dan perlahan, bayi puas dan tenang pada akhir Didapatkan 18 dari 20 peserta (90%)
menyusu, terkadang terdengar suara bayi menjawab benar. “Berbaring miring dan
menelan dan puting susu tidak terasa sakit punggung diganjal bantal pada teknik
atau lecet. (Depkes RI, 2005). menyusui sambil berbaring”. Didapatkan 12
Evaluasi Praktik Teknik Menyusui Yang dari 20 peserta (60%) menjawab benar. “ASI
Benar dalam lambung bayi akan kosong dalam 2
Setelah pemberian penyuluhan, semua jam”. Didapatkan 15 dari 20 peserta (75%)
peserta melakukan praktik teknik menyusui menjawab benar.“Manfaat menyusui sesering
yang benar dengan melihat demonstrasi yang mungkin akan memperlancar produksi ASI”.
pemateri lakukan serta melihat langkah- Didapatkan 17dari 20 peserta (85%)
langkah yang ditampilkan di slide. Sebanyak menjawab benar.
17 orang (85%) ibu sudah benar dalam “Tujuan menyendawakan bayi setelah
penatalaksanaannya. disusui dapat mengeluarkan udara dalam
Keberhasilan menyusui dipengaruhi lambung agar bayi tidak muntah”. Didapatkan
oleh teknik dan posisi menyusui yang benar. 18 dari 20 peserta (90%) menjawab benar.
jika teknik menyusui benar maka tingkat
4. PENUTUP

48
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegitan penyuluhan b. Banyaknya pertanyaan yang diajukan
tentang teknik menyusui yang benar, dapat menunjukan bahwa ibu sudah mulai
disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang memahami teknik menyusui yang benar.
teknik menyusui yang benar secara umum c. Semua ibu menyusui bersedia untuk
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa melakukan teknik menyusui yang benar,
hal sebagai berikut: memperhatikan lama dan frekuensi
a. Antusiasme pada saat sedang dijelaskan, menyusui dan memberikan ASI secara
ibu sangat memperhatikan. eksklusif.
4.2. Saran
a. Perlu adanya pemantauan atau pembinaan Masyarakat Universitas Indonesia
secara lintas sektor dan lintas program Depok, (Tesis).
terkait tentang teknik menyusui yang Lismaysarah, Mona. 2013. Hubungan tehnik
benar sehingga dapat terwujud program menyusui dengan kelancaran asi pada
pemberian ASI secara eksklusif. ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas
b. Setelah mendapatkan penyuluhan, ada Blang Bintang Aceh besar. Diperoleh
tindak lanjut dari para ibu yang sedang pada tanggal 15 Januari 2019 dari
menyusui untuk menerapkan teknik http://simptakp.uii.ac.id/docjurnal/Monal
menyusui yang benar. ismaysarah-jurnal.pdf.
Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2010.
5. UCAPAN TERIMAKASIH Kapita Selekta ASI dan Menyusui.
a. Program Pengabdian Masyarakat ini Yogyakarta: Nuha Medika.
dibiayai oleh UP2M Politeknik Purwanti, Sri, Hubertin. 2004. Konsep
Banjarnegara. Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC.
b. Kepala Desa Wanaraja yang telah Rhipiduri, Rivanica. 2014. Faktor-Faktor Yang
memberikan ijin sehingga program Berhubungan dengan Teknik Menyusui
pengabdian masyarakat ini berjalan Pada Ibu Primipara. Jurnal Kebidanan
dengan baik. dan Keperawatan. Vol.10 No.1 Juni
2014.
6. DAFTAR PUSTAKA Riset Kesehatan Dasar. 2010. Jakarta: Badan
Arismawati, Dian Fitra. 2017. Hubungan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Teknik Menyusui Yang Benard dengan Kementrian Kesehatan RI.
Tingkat Keberhasilan Laktasi. Jurnal Roesli, Utami. 2011. Mengenal ASI Ekslusif.
Keperawatan dan Kebidanan Stikes Dian Surabaya: Niaga Swadaya.
Husada Mojokerto. Romiyati. 2015. Hubungan pengetahuan ibu
Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi: Buku tentang teknik menyusui dengan perilaku
Panduan bagi Bidan dan petugas dalam pemberian ASI pada ibu menyusui
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: di puskesmas pakualaman Yogyakarta.
Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI. Stikes Aisyiyah Yogyakarta, (Skripsi).
Depkes RI. 2009. Pegangan Fasilitator Kelas Suradi, Rulina dan Kristina Hesti. 2004.
Ibu Balita. Jakarta: Direktorat Jenderal Bahan Bacaan Manajemen Laktasi,
Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI. Edisi 5. Jakarta: Perinasia.
Hasselquist, Mary Beth. 2006. Tatalaksana ibu Saminem. 2009. Dokumentasi Asuhan
dan bayi pasca kelahiran, judul asli; Kebidanan Konsep dan Praktik. Jakarta:
pregnancy handbook for a new mother. EGC.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Sulistyowati, Wiwit. 2011. Teknik Menyusui
Ida. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan yang Benar pada Ibu Primipara di Desa
dengan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Gayaman Kecamatan Mojoanyar
di Wilayah Kerja Kemiri Muka Kota Kabupaten Mojokerto. Jurnal Kesehatan
Depok Tahun 2011. Fakultas Kesehatan Hospital Majapahit.Vol 3. No.2
Nopember 2011.

49
ISSN 2354-7642 (Print), ISSN 2503-1856 (Online)
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF NURSING
Tersedia online pada:
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI AND MIDWIFERY

Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik


Menyusui pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia
0-12 Bulan
Nur Indah Rahmawati

Universitas Alma Ata Yogyakarta


Jalan Ringroad Barat Daya Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Email: vanda_bunga@yahoo.com

Abstrak
Pada negara berkembang terdapat 20% dari 35,6% ibu yang gagal menyusui. Berdasarkan dari data
riskesdas tahun 2010, terdapat 67,5% ibu yang gagal menyusi pada bayinya yang disebabkan karena
kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang benar. Tujuan penelitian untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan teknik menyusui pada ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-12
bulan di Klinik Pratama Bina Sehat Kasihan Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi
berumur 0-12 bulan. Pengambilan sampel menggunakan qouta sampling dengan jumlah sampel sebanyak
58 responden. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan
metode analisis chi-square. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik ibu menyusui, responden memiliki
usia 20-35 tahun, berpendidikan SMA, memiliki pekerjaan sebagai IRT dan memiliki paritas >2. Mayoritas
responden melakukan teknik menyusui yang masih salah (51,7%). Teknik menyusui yang memiliki nilai
paling tinggi adalah pada saat ibu mengarahkan bayi ke dada ibu dan memasukkan puting dan areola
yaitu sebanyak (89,7%) sedangkan responden yang memiliki nilai paling rendah dalam teknik menyusui
adalah pada saat mencuci tangan, cara ibu memegang bayi, mendekatkan tubuh bayi hingga perut, dan
tanda bayi menghisap dengan benar. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan
dengan teknik menyusui dengan p=0,029 sedangkan faktor lain tidak berhubungan dengan teknik
menyusui umur p=0,847, paritas p=0,940; pekerjaan p=0,311. Kesimpulan hasil penelitian menyatakan
bahwa pendidikan berhubungan dengan teknik menyusui dengan p=0,029 dan sebagian responden masih
salah dalam melakukan teknik menyusui yang benar sehingga perlu dilakukan penyuluhan oleh tenaga
kesehatan terutama oleh bidan agar dapat mengetahui bagaimana teknik menyusui yang baik dan benar.

Kata Kunci: teknik menyusui, bayi, ASI

Mother Education Related with Breastfeeding Techniques


among The Breastfeeding Mother Who Have Baby 0-12 Month
Abstract
In developing countries there is a 20% from 35.6% a mother that failed in breastfeeding proces. Based on
the riskesdas In 2010, there were 67.5% of mothers breastfeeding their babies fail due to lack of
understanding of mothers about breastfeeding technique. The research aimed to determine the factors
associated with breastfeeding technique at breastfeeding mother who has Infants age 0-12 months in Bina
Sehat Clinic Kasihan Bantul Yogyakarta. This research uses descriptive analytic method. The population in
this study are all breastfeeding mothers with babies aged 0-12 months. Sampling using qouta sampling
with total sample of 58 respondents. Analysis of the data used univariate and bivariate analysis using chi-
square analysis. The results based on the characteristics of nursing mothers, respondents have 20-35
years of age, high school educated, have jobs as housewife and have parity>2. The majority of
respondents did breastfeeding technique is still one (51.7%). Breastfeeding technique has the highest
value is when the mother drive the baby to the mother’s breast and nipple and areola enter as many
(89.7%), while respondents who had the lowest score in the breastfeeding technique is when washing your
hands, the way a mother holding a baby, baby’s body closer to the stomach, and a sign of the baby
sucking properly. Results of cross tabulation shows

Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik Menyusui pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan 11
that education is associated with feeding techniques with p=0.029, while other factors are associated with
feeding techniques age p=0.847, p=0.940 parity; p=0,311 jobs. Conclusion of the study stated that
education is associated with feeding techniques with p=0.029 and the majority of respondents still wrong in
doing the correct breastfeeding technique that needs to be done counseling by health professionals,
especially midwives in order to find out how breastfeeding technique is good and right.

Keywords: breastfeeding techniques, baby, breastfeeding

Info Artikel:
Artikel dikirim pada 17 November 2016
Artikel diterima pada 9 Maret 2017
DOI : http://dx.doi.org/10.21927/jnki.2017.5(1).11-19

PENDAHULUAN ibu dengan keberhasilan teknik laktasi pada ibu


Menyusui hal yang terbaik untuk bayi karena air menyusui di Posyandu Melati Desa Kolelet Wetan Tahun
susu ibu (ASI) dapat memberikan gizi yang cukup dan 2014 (4). Penelitian Prananingrum didapatkan
sesuai dengan kebutuhan bayi selain itu ASI mudah hasil ada hubungan teknik menyusui dengan kejadian
dicerna pada usus bayi. Menyusui menjadikan ibu lebih puting susu lecet pada ibu yang mempunyai bayi umur 0–
hemat dibandingkan dengan ibu yang harus memberikan 7 hari di BPM Rahma Prananindita, SST Kelurahan
susu formula pada bayinya. ASI selalu siap pada suhu Pajang Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dengan nilai
yang stabil dengan temperature tubuh. Pada keadaan χ2 5,719 dengan nilai signifikansi Fisher Exact yaitu
normal semua wanita dapat menyusui. Dukungan dari 0,022<0,05 (5).
keluarga dan teman-teman akan membantu suksesnya Menurut data SDKI pada tahun 2012 bayi yang
menyusui (1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berumur 4-5 bulan yang mendapat ASI eksklusif yaitu
terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan bayi yang hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan
informasional dalam keluarga keluarga dengan atau minuman lain hanya sebesar 27,1%. Dari data
pemberian ASI eksklusif dengan nilai korelasi chi- tersebut menunjukan bahwa secara nasional angka
square p=0,000 dan nilai OR=16, ibu yang cakupan ASI eksklusif masih sangat jauh dari target
mendapatkan dukungan informasional tidak baik nasional yaitu sebesar 80% (6). Pemberian ASI eksklusif
berpeluang 16 kali lebih banyak untuk tidak pada bayi yang berumur 6 bulan sebesar 54,3% dari
memberikasn ASI eksklusif pada bayinya (2). jumlah total bayi usia 0-6 bulan atau secara absolut
Teknik menyusui merupakan hal yang penting sebesar 1.348.532 bayi(7). Cakupan ASI Eksklusif di
dalam memulai proses menyusui ibu pada bayinya. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2013
Hanya dikarenakan ibu tidak mengetahui teknik disetiap Kabupaten Yogyakarta yaitu Kulonprogo jumlah
menyusui yang benar, seperti misalnya cara bayi 3.899, ASI eksklusif 2.744 (70,4%). Bantul jumlah
meletakkan bayi serta melepas puting susu setelah bayi bayi 3.960, ASI eksklusif 457 (62,2%). Gunung Kidul
menyusui dapat mengakibatkan puting susu terasa nyeri. jumlah bayi 5.352, ASI
Pada minggu pertama persalinan ibu mengalami fase eksklusif 3.078 (56,5%). Sleman jumlah bayi 7.684, ASI
dimana mengakibatkan ibu lebih sensitif. Disini, ibu eksklusif 6.195 (80,6%). Kota Yogyakarta jumlah bayi
memerlukan pendampingan dari tenaga kesehatan 3.061, ASI eksklusif 1.581 (51,6%) (8).
maupun orang yang terdekat disekitarnya agar dapat Hasil penelitian yang dilakukan oleh Romiyati
membantu ibu memulai proses menyusui (3). Hasil menunjukan bahwa faktor pengetahuan dan sikap dapat
penelitian Susan Narula menunjukkan bahwa hampir mempengaruhi dalam teknik menyusui yang benar.
sebagian besar (80,4%) ibu menyusui tidak berhasil Penelitian yang dilakukan oleh Romiyati menunjukkan
melakukan teknik laktasi, (64,7%) ibu menyusui bahwa terdapat hubungan pengetahuan ibu tentang teknik
memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, dan sebagian menyusui dengan prilaku pemberian ASI. Hal ini
besar (80,4%) ibu menyusui memiliki pekerjaan. Hasil sungguh sangat memperhatinkan mengingat adanya
uji chi- square nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti hubungan pengetahuan ibu tentang teknik menyusui
bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan dengan pemberian ASI (9). Hasil penelitian
pekerjaan Lismaysarah, menunjukkan hasil bahwa ada hubungan
yang bermakna antara teknik

12 Nur Indah Rahmawati, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 11-19
menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja subjek yang bisa diteliti (12). Berdasarkan pendapat
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar (10). diatas maka yang akan menjadi populasi dalam
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di penelitian ini adalah ibu meyusui yang memiliki bayi
Klinik Pratama Bina Sehat Kasihan Bantul, didapatkan umur 0-12 bulan yang melakukan kunjungan di Klinik
jumlah ibu menyusui menurut data di Klinik Pratama Pratama Bina Sehat pada bulan Mei 2016, kriteria inklusi
sebanyak 133 orang. Hasil observasi pada 5 orang ibu dalam penelitian ini adalah ibu yang bersedia menjadi
menyusui, diantara 5 orang ibu menyusui hanya 1 yang responden dengan menandatangani inform consent
dapat menyusui dengan benar dan 1 orang ibu menyusui yang berkunjung ke Klinik Pratama Bina Sehat.
tidak dapat menyusui dengan benar dikarenakan faktor Sedangkan kriteria eksklusinya adalah ibu yang menolak
masalah menyusui yang muncul pada masa antenatal menyusui bayinya, ibu yang memiliki gangguan
yaitu ibu dalam masa nifas hari pertama dan puting menyusui misalnya ca mammae serta ibu dengan bayi
susu ibu terbenam, dan 3 orang lagi ibu menyusui saat bibir sumbing. Berdasarkan stupen jadi data bayi usia 0-
menyusui bayinya teknik menyusuinya kurang tepat 12 bulan di Klinik Pratama Bina Sehat pada bulan
diantaranya yaitu posisi duduk ibu masih kurang nyaman November–Januari didapatkan sebanyak 397 orang
dan kaki ibu menggantung. Kesalahan itu banyak dengan rata-rata 133 orang perbulan dan sampel yang
terletak pada langkah-langkah menyusui, padahal di digunakan sebanyak 58 orang setelah dilakukan
klinik tersebut sudah dilakukan penyuluhan kepada ibu- penghitungan besar sampel dengan menggunakan
ibu menyusui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk rumus Slovin pengambilan sampel menggunakan teknik
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi teknik quota sampling. Instrumen penelitian dalam penelitian
menyusui yang benar pada ibu menyusui yang memiliki ini menggunakan lembar observasi cheklist teknik
bayi usia 0-12 bulan di Klinik Pratama Bina Sehat menyusui yang benar.
Kasihan Bantul Yogyakarta.

HASIL DAN BAHASAN


BAHAN DAN METODE
Karakteristik responden dalam penelitian ini
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dan paritas
analitik, yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan disajikan dalam Tabel 1.
menggambarkan (deskriptif) tentang keadaan tertentu
secara objektif (11). Rancangan penelitian yang dipakai Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden
adalah dengan cross sectional, penelitian cross
Karakteristik n %
sectional adalah suatu kegiatan pengumpulan data Umur Ibu (tahun)
dalam suatu penelitian yang dilakukan sekaligus dalam <20 4 6,9
waktu tertentu (point time) dan setiap subjek penelitian 20-35 44 75,9
hanya dilakukan satu kali pendataan (pengamatan) untuk >35 10 17,9
semua variabel yang diteliti (12). Variabel yang diteliti Pendidikan Ibu
adalah umur pada variabel umur peneliti membagi Dasar 24 41,4
menjadi 3 kategori yaitu Menengah 29 50,0
Tinggi 5 8,6
<20 tahun, 20–35 tahun dan >35 tahun, paritas pada
Pekerjaan Ibu
variabel ini peneliti membagi menjadi paritas
Bekerja 16 27,6
<2 dan paritas >2, pekerjaan pada variabel ini peneliti
Tidak Bekerja 42 72,4
membagi dua kategori yaitu bekerja dan tidak bekerja, Paritas
dan pendidikan dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah <2 20 34,5
yakni tidak sekolah dan SD, menengah bagi pendidikan >2 38 65,5
SMP dan SMA, tinggi bagi pendidikan diploma dan Total 58 100,0
sarjana, sedangkan variabel terikatnya teknik Sumber: Data Primer Tahun 2016
menyusui dikatakan salah jika nilainya <mean dan
dikatakan benar jika nilainya >mean. Populasi adalah Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa
keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian berupa sebagian besar responden memiliki usia 20-35 tahun
benda. Semua benda yang memiliki sifat (atribut) atau yaitu sebanyak 44 responden (75,9%) dan sebagian kecil
ciri, adalah responden memiliki usia 20 tahun yaitu sebanyak 4
responden (6,9%). Usia ibu kurang dari 20 tahun

Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik Menyusui pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan 13
dikatakan masih belum matang dan belum siap dalam hal dan mempelajari bagaimana cara menyusui yang baik
jasmani dan sosial dalarn menghadapi proses kehamilan, dan benar (3).
persalinan serta merawat bayi yang dilahirkan (13). Ibu Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
yang berusia 20-35 tahun berada pada masa dewasa dan besar responden memiliki paritas >2 yaitu sebanyak 38
disebut juga masa reproduksi. Pada masa ini, jika terjadi responden (65,5%) dan sebagian kecil responden
masalah- masalah dalarn menghadapi kehamilan, memiliki paritas <2 yaitu sebanyak 20 responden
persalinan, nifas dan merawat bayiny akan dihadapi ibu (34,5%). Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa
dengan tenang secara emosional, sehingga ibu akan lebih sebagian besar responden melakukan teknik
mengerti bagaimana cara menyusui yang benar, pada ibu menyusui dengan salah yaitu sebanyak 30 responden
dengan usia 35 tahun ke atas dimana produksi hormon (51,7%) dan yang benar dalam melakukan teknik
relatif berkurang, dan mengakibatkan proses daya ingat menyusui yaitu sebanyak 28 responden (48,2%).
mulai menurun (14). Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa teknik
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian menyusui yang memiliki nilai paling tinggi adalah pada
besar responden memiliki pendidikan menegah yaitu saat ibu mengarahkan bayi ke dada ibu dan memasukkan
sebanyak 28 responden (48,3%) dan sebagian kecil puting dan areola yaitu sebanyak 89,7% sedangkan
responden berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 5 responden yang memiliki nilai paling rendah dalam
responden (8,6%). Semakin tinggi tingkat pendidikan teknik menyusui adalah pada saat mencuci tangan, cara
seseorang makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, ibu memegang bayi, mendekatkan tubuh bayi hingga
sehingga pendidikan seseorang berpengaruh pada perut, dan tanda bayi menghisap dengan benar. Hal
pengetahuannya, dimana sebaliknya, pendidikan yang tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu sudah
rendah atau pun kurang akan menyebabkan memiliki teknik menyususi yang cukup baik.
terhambatnya perkembangan sikap seseorang Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
terhadap nilai baru yang diperkenalkan sehingga dilakukan oleh Kuntarti hasil penelitian
pengetahuan juga kurang (15). menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
Sebagian besar responden memiliki pekerjaan teknik yang baik terutama pada saat ibu mengarahkan
sebagai IRT/tidak bekerja yaitu sebanyak 42 bayi ke dada. Tingginya pengetahuan ibu tentang teknik
responden (72,4%). Dari penjelasan ini, dapat mengarahkan bayi disebabkan
disimpulkan jika ibu yang tidak bekerja lebih banyak
memiliki waktu luang untuk memberikan ASI kepada Tabel 2. Distribusi Frekuensi Teknik Menyusui
bayinya sehingga ibu akan lebih mengetahui
Teknik Menyusui f %
mengenai cara menyusui yang benar. Lain halnya dengan Salah 30 51,7
ibu yang bekerja, pada ibu yang bekerja tidak memiliki Benar 28 48,2
waktu luang karena kesibukannya sehingga tidak Total 58 100,00
memiliki cukup waktu untuk memberikan ASI Sumber: Data Primer Tahun 2016

Tabel 3. Langkah Teknik Menyusui yang Benar

D DK TD TOTAL
Teknik Menyusui
n % n % n % n %
Mencuci Tangan 20 34,5 37 63,8 1 1,7 58 100,0
Posisi Duduk Ibu Saat Menyusui 24 41,4 31 53,4 3 5,2 58 100,0
Cara Ibu Memegang Bayi 12 20,7 45 77,6 1 1,7 58 100,0
Ibu Mengatur Posisi Bayi 41 70,7 17 29,3 0 0,0 58 100,0
Mengarahkan Tubuh Bayi ke Dada Ibu 52 89,7 6 10,3 0 0,0 58 100,0
Mendekatkan Tubuh Bayi Hingga Perut 51 87,9 6 10,3 1 1,7 58 100,0
Menyangga Seluruh Tubuh Bayi 37 63,8 19 32,8 2 3,4 58 100,0
Mendekatkan Bayi Kearah Payudara 47 81,0 11 19,0 0 0,0 58 100,0
Memasukan Putting dan Areola 52 89,7 6 10,3 0 0,0 58 100,0
Tanda Bayi Menghisap dengan Benar 43 74,1 14 24,1 1 1,7 58 100,0
Keterangan D: Dilakukan, DK: Dilakukan Kurang Benar TD: Tidak Dilakukan Sumber:
Data Primer Tahun 2016

14 Nur Indah Rahmawati, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 11-19
adanya informasi yang didapatkan ibu dari bidan berupa gangguan sistem pernafasan. Bayi tidak dapat
mengenai bagaimana cara menyusui yang benar melakukan hisapan secara efektif sehingga tidak dapat
sehingga ibu mampu menerapkan bagaimana caranya menyusu dengan benar. Semakin cukup umur maka
menyusui bayi (16). tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
Hasil penelitian lain menyatakan bahwa seorang ibu matang dalam berfikir (18). Hal ini tidak sesuai dengan
yang melahirkan pertama kali mungkin mengalami penelitian dari Rivanica Rhipiduri menunjukkan ada
beberapa masalah yang diakibatkan karena tidak hubungan antara umur (p=0,018) dengan hasil uji regresi
mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana logistik (multivariat) menunjukkan bahwa umur
dalam menyusui, seperti cara meletakkan bayi pada merupakan faktor penentu dalam teknik menyusui
payudara ketika menyusui, perlekatan bayi dengan dengan nilai OR=7,108 (19).
puting susu yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan Ibu yang berusia <20 tahun dan ibu primipara
masih banyak lagi masalah lain (17). Untuk itu seorang lebih membutuhkan dukungan dan bimbingan untuk
ibu butuh seseorang yang dapat mendampinginya dalam teknik menyusui yang tepat. Disarankan bahwa setiap
merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang ibu harus diamati untuk posisi ibu dan bayi dan
dapat membantunya terutama adalah orang yang perlekatan pada awal menyusui dan jika diperlukan
berpengaruh besar dalam hidupnya atau disegani seperti konseling berikutnya harus diberikan pada posisi yang
suami, keluarga atau kerabat atau kelompok ibu-ibu benar (20).
pendukung ASI dan dokter atau tenaga kesehatan. Untuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
mencapai keberhasilan menyusui diperlukan besar responden yang memiliki teknik menyusui yang
pengetahuan mengenai tehnik-tehnik menyusui yang benar adalah responden dengan pendidikan menengah
benar (3). yaitu sebanyak 15 responden (25,9%). Pendidikan
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan variabel umur berhubungan dengan teknik menyusui dengan nilai
tidak berhubungan dengan teknik menyusui (p=0,847). p=0,029. Hal ini sesuai dengan penelitian Dardiana ada
Hal ini sesuai dengan penelitian Rinata yang hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan
menyatakan usia tidak berhubungan dengan teknik menyusui pada ibu menyusui di Desa Leteh
teknik menyusui (p=0,142) (χ2hitung=0,96). Hasil uji Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang tahun 2011
Fisher Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara (21).
usia ibu dengan teknik menyusui yang benar. Ketidak Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
berhasilan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
diantaranya kondisi bayi yang kurang baik. Kondisi bayi Sedangkan perilaku yang didasari oleh pengetahuan,
saat lahir juga dapat mempengaruhi, yang kesadaran dan sikap yang positif
Tabel 4. Tabulasi Silang Karakteristik Responden dengan Teknik Menyusui yang

Benar Teknik Menyusui


Karakteristik Total
Benar Salah χ2 Sig.
n % n % n %
Umur
<20 tahun 2 50 2 50 2 100,0 0,331 0,847
20-35 tahun 22 50 22 50 47 100,0
>35 tahun 4 40 6 60 10 100,0
Pendidikan

Dasar 13 54,2 11 45,8 24 100,0


5,138 0,029
Menengah 15 52 14 48 29 100,0
Tinggi 0 0,0 5 100 5 100,0
Pekerjaan
Bekerja 6 37,5 10 62,5 16 100,0 1,027 0,311
Tidak Bekerja 22 52,38 20 47,62 42 100,0
Paritas
100,0
≤2 24 54,54 20 45,46 44 0,006 0,940
>2 4 28,57 10 72,43 14 100,0
Total 28 48 30 52 58 100,0
Sumber: Data Primer Tahun 2016

Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik Menyusui pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan 15
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak bersifat memproteksi, artinya ibu yang tidak bekerja akan
didasari oleh pengetahuan. Hal ini sesuai dengan hasil lebih mendukung dalam pemberian ASI eksklusif
penelitian bahwa sebagian besar ibu-ibu berpendidikan dibandingkan ibu yang bekerja. Hal ini dikarenakan ibu
cukup tinggi mempunyai perilaku menyusui yang baik yang tidak melakukan pekerjaan di luar rumah akan
dengan teknik menyusui yang benar. Ibu menyusui memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk menyusui
mempunyai kebutuhan untuk menjaga kesehatan diri dan bayinya dibandingkan dengan ibu yang bekerja di luar
bayinya, yang dipersiapkan agar dapat memberikan ASI rumah (25). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian
dengan sempurna kepada bayinya (22). Dardina yang menyatakan status pekerjaan berhubungan
Pendidikan seseorang berpengaruh pada dengan teknik menyusui (21).
pengetahuannya dan pola pikir ibu sehingga ibu Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
memiliki daya serap terhadap informasi yang cukup besar responden yang memiliki teknik menyusui yang
tinggi, sebaliknya, pendidikan yang rendah ataupun benar adalah responden yang memiliki paritas ≤2
kurang dapat menghambat perkembangan sikap yaitu sebanyak 24 responden (41,4%). Hal tersebut
seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan disebebkan karena semakin sedikit jumlah anak dalam
sehingga pengetahuan juga kurang. keluarga maka akan semakin mudah ibu dalam
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Dari hasil
yang dilakukan oleh Muliawati yang menunjukkan penelitian didapatkan bahwa paritas tidak berhubungan
bahwa sebagian besar ibu yang yang berpendidikan dengan teknik menyusui dengan p=0,940 hal ini sesuai
menengah memiliki teknik menyusui yang benar yaitu dengan penelitian Rinata dan Lau Ying (18,26).
sebanyak 42%. Hal tersebut disebabkan karena semakin Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan tidak ada
tinggi pendidikan yang dimiliki ibu maka semakin hubungan antara paritas dengan teknik menyusui yang
mudah ibu dalam menyerap informasi (23). Hasil benar. Dapat disimpulkan paritas bukan satu-satunya
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar faktor yang memengaruhi teknik menyusui, karena
responden yang memiliki teknik menyusui yang benar terdapat faktor lain yang dapat memengaruhi diantaranya
adalah responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 20 adalah jenis persalinan dan informasi dari petugas
responden (34,5%), di dalam penelitian ini didapatkan kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tella K
bahwa status pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan bahwa pelatihan untuk ibu menyusui tentang teknik
teknik menyusui dengan p=0,311. Dari penjelasan ini, menyusui, khususnya yang berkaitan dengan teknik
dapat disimpulkan jika ibu yang tidak bekerja lebih perlekatan dan posisi ibu, dapat meningkatkan
banyak memiliki waktu luang untuk memberikan pengetahuan dan sikap ibu setelah melahirkan dan
ASI eksklusif kepada bayinya. Lain halnya dengan membantu dalam praktik yang lebih baik yang pada
ibu yang bekerja, sehingga tidak memiliki cukup waktu akhirnya membuat ibu nyaman dan sukses menyusui
untuk memberikan ASI eksklusif karena faktor (27). Konseling pada ibu menyusui dapat meningkatkan
kesibukan ibu. Faktor pekerjaan juga memengaruhi pengetahuan ibu dalam hal teknik menyusui seperti yang
kemandirian ibu post partum dalam menyusui, hal ini telah diteliti oleh Handayani dimana Ibu dengan tingkat
dikaitkan dengan sosial budaya. Berdasarkan penelitian pengetahuan rendah lebih banyak (57%) begitu juga
dari Wulansari hampir setengah dari keseluruhan populasi pengetahuan teknik menyusui (52,1%), sehingga
yaitu sebanyak 14 responden (46,66%) adalah bekerja. hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI
Sesuai dengan teori yang ada menyatakan bahwa ada eklsusif (p=0,006) dan ada hubungan antara teknik
kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam lingkaran kerja menyusui dengan pemberian ASI ekslusif (p=0,002) (28).
dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja Kelas ibu menyusui juga dipercaya untuk meningkatkan
menyebabkan ibu tidak mandiri dalam menyusui. kemampuan ibu dalam menyusui.
Untuk itu perlu adanya dukungan dari keluarga, Hasil penelitian menunjukkan mayoritas paritas
informasi serta penerapan ASI eksklusif pada ibu ibu adalah multipara. Pada ibu multipara akan memiliki
bekerja, sehingga bayi tetap mendapatkan ASI meskipun pengalaman dalam menyusui, dan pengalaman itu dapat
ibu sibuk bekerja dengan demikian nutrisi yang dijadikan sebagai gambaran menyusui saat ini, dalam
dibutuhkan bayi tetap terpenuhi (24). Variabel status penelitian ini, ibu dengan paritas multipara masih
pekerjaan ibu merupakan faktor yang banyak yang menyusui dengan teknik yang

16 Nur Indah Rahmawati, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 11-19
salah. Hal ini disebabkan oleh jenis persalinan ibu yang yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hal ini sesuai
kebanyakan melahirkan secara operasi caesar yang dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar ibu- ibu
membuat tidak dilakukannya rawat gabung, sehingga ibu berpendidikan cukup tinggi sehingga mempunyai
tidak dapat menyusui sewaktu-waktu. Hasil penelitian ini perilaku menyusui yang baik dan mengetahui teknik
tidak sesuai dengan penelitian Sukmawati dengan hasil menyusui yang benar (30).
analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji Faktor yang memengaruhi seseorang dalam
statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara berperilaku, selain kesadaran, orang yang diangggap
paritas dengan teknik menyusui selama 24 bulan secara penting, pengalaman juga berperan dalam pembentukan
benar. Nilai koefisien korelasi yang dinyatakan dengan perilaku seseorang, lingkungan juga merupakan faktor
nilai phi yaitu 0,209. Hal ini berarti kekuatan hubungan penting yang mempengaruhi seseorang dalam
antara paritas dengan lama menyusui bersifat lemah, berperilaku. Hal ini terlihat dalam hasil penelitian bahwa
dimana paritas memberikan kontribusi sebesar 20,9% sebagian besar ibu-ibu yang bekerja mempunyai
terhadap teknik menyusui selama 24 bulan secara benar perilaku menyusui yang baik. Sedangkan ibu-ibu yang
(29). tidak bekeja, ada yang beperilaku menyusui baik dan
Hasil penelitian menyatakan bahwa responden cukup. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman, yaitu ibu-
yang memiliki paritas <2 adalah responden yang meiliki ibu yang mempunyai anak lebih dari satu mereka lebih
teknik menyusui dengan baik (18). Hal tersebut tau cara menyusui yang benar dibandingkan dengan ibu–
disebabkan karena pada dasarnya setiap ibu yang ibu yang baru melahirkan satu anak (22).
memiliki anak pertama biasanya ingin memberikan ASI Ketidaktahuan dalam proses laktasi seringkali
secara eksklusif dan akan mencari berbagai informasi menyebabkan kegagalan dalam proses laktasi, kegagalan
mengenai cara menyusui. timbul karena beberapa masalah, baik dari bayi ataupun
Hasil penelitian tersebut kemungkinan ibu. Dengan teknik menyusui yang tidak benar dapat
disebabkan karena saat penyuluhan atau konseling pada menyebabkan puting susu nyeri ataupun lecet dan
ibu menyusui mengenai teknik menyusui yang benar, payudara bengkak. Ketidaknyamanan dalam proses
ibu kurang memperhatikan, sehingga penyuluhan yang menyusui dapat menimbulkan gangguan dalam proses
diadakan kurang efektif. Jadi sebagian besar ibu menyusui sehingga pemberian ASI menjadi tidak lancar.
menyusui di Klinik Pratma Bina Sehat melakuan Pemberian ASI yang tidak lancar dapat menyebabkan
teknik menyusui salah, selain itu dari segi pendidikan kekurangan nutrisi pada bayi dan meningkatkan resiko
diketahui bahwa sebagian besar responden merupakan bayi terhadap penyakit yang pada akhirnya menyebabkan
ibu dengan pendidikan menengah, hal ini juga kematian bayi khususnya bayi baru lahir (BBL) (16).
kemungkinan mempengaruhi pengetahuan ibu Masalah yang sering muncul dalam proses
mengenai bagaimana cara memberikan ASI dengan menyusui adalah puting susu nyeri atau lecet, yaitu
baik dan benar. Selain itu dari segi usia sebagian besar sekitar 57% dari ibu yang menyusui dilaporkan pernah
ibu berumur antara 20-35 tahun, hal ini kemungkinan menderita kelecetan pada putingnya. Puting susu yang
juga mempengaruhi tingkat pola pikir ibu. Semakin mengalami lecet ataupun nyeri pada sebagian besar
cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan dikarenakan oleh teknik menyusui yang salah (31). Pada
seseorang akan lebih matang dalam berfikir. kasus lain, kegagalan dalam menyusui juga disebabkan
Perilaku manusia terbentuk tidak terjadi begitu saja, oleh salah dalam posisi saat menyusui yang
melainkan proses kontinyu antara individu-individu di mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
sekitarnya (30). Manusia berperilaku karena dituntut enggan menyusu (3).
oleh dorongan dari dalam sedangkan dorongan
merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan.
SIMPULAN DAN SARAN
Perilaku timbul karena dorongan dalam rangka
memenuhi kebutuhan. Semakin tinggi tingkat pendidikan Dari hasil penelitian terhadap 58 orang ibu
seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan yang menyusui berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
dimiliki. Sedangkan perilaku yang didasari oleh mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan teknik
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan menyusui yang benar pada ibu menyusui yang memiliki
lebih langgeng dari pada perilaku bayi usia 0-12 bulan di Klinik Pratama Bina Sehat
Kasihan Bantul dapat disimpulkan bahwa

Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik Menyusui pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan 17
sebagian besar karakteristik ibu menyusui adalah 6. Depkes RI. Cakupan Pemberian ASI Ekslusif.
responden memiliki usia 20-35 tahun, berpendidikan Jakarta: Depkes RI; 2012.
SMA, memiliki pekerjaan sebagai IRT dan memiliki 7. Depkes RI. Infodatin 2013 [Internet]. 2013 [cited
paritas >2. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 2017 Mar 1]. Available from: http://www.depkes.
mayoritas responden melakukan teknik menyusui yang go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/
masih salah 51,7%). Teknik menyusui yang memiliki infodatin-asi.pdf.
nilai paling tinggi adalah pada saat ibu mengarahkan 8. Dinkes DIY. Profil Kesehatan DIY tahun 2013.
bayi ke dada ibu dan memasukkan puting dan areola Yogyakarta; 2014.
yaitu sebanyak 89,7% sedangkan responden yang 9. Romiyati. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang
memiliki nilai paling rendah dalam teknik menyusui Teknik Menyusui dengan Prialku Pemberian ASI
adalah pada saat mencuci tangan, cara ibu memegang pada Ibu Menyusui di Puskesmas Pakualaman
bayi, mendekatkan tubuh bayi hingga perut, dan Yogyakarta. STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta; 2015.
tanda bayi menghisap dengan benar. Hasil tabulasi 10. Lismaysarah M. Hubungan Tehnik Menyusui
silang menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan Dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui Di
dengan teknik menyusui dengan p=0,029 sedangkan Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh
faktor lain tidak berhubungan dengan teknik menyusui Besar. Stikes U’Budiyah Banda Aceh; 2013.
umur p=0,847, paritas p=0,940; pekerjaan p=0,311. 11. Machfoedz I. Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan
Bagi peneliti selanjutnya perlunya melakukan Kualitatif. Yogyakarta: Fitramaya; 2013.
penelitian lebih lanjut mengenai teknik menyusui dengan 12. Machfoedz I. Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan
benar dan dengan dihubungkan pada variabel lain sehingga Kualitatif Yogyakarta. Yogyakarta: Fitramaya; 2014.
hasil yang diperoleh akan semakin luas. Bagi Klinik 13. Maryunanik A. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas
Pratama Bina Sehat perlunya meningkatkan kualitas (Postpartum). Jakarta: Trans Info Media; 2009.
konseling dengan mengadakan kelas hamil dan kelas 14. Hurlock EB. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
parenting bagi ibu menyusui lebih efektif lagi kepada ibu Erlangga; 2006.
menyusui mengingat masih banyak ibu yang kurang tepat 15. Nursalam, Pariani S. Pendekatan Praktis
dalam melakukan teknik menyusui terutama posisi duduk Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV Sagung
ibu pada saat menyusui. Seto; 2001.
16. Kuntarti IT, Wuryanto A, Ratnaningsih E. Gambaran
RUJUKAN Karakteristik Ibu Nifas dan Praktik Menyusui Yang
Benar di Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum”
1. Proverawati A. Asi dan Menyusui. Jakarta: Nuha
Semarang. J Kebidanan Panti Wilasa. 2011;2(1).
Medika; 2010.
17. Walben J. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
2. Rahmawati NI. Dukungan Informasional Keluarga
Menyusui dengan Teknik Menyusui yang Benar di
Berpengaruh dalam Pemberian ASI Eksklusif di
RB BPKIA Bina Sehat Karangjati Indah II
Desa Timbulharjo Sewon Bantul. J Ners dan
KasihanBantul. Universitas Alma Ata Yogyakarta;
Kebidanan Indones [Internet]. 2016 Aug 3;4(2):75.
2011.
Available from: http://ejournal.almaata.ac.id/
18. Rinata E, Iflahah D. Teknik Menyusui yang Benar
index.php/JNKI/article/view/244.
Ditinjau dari Usia Ibu, Paritas, Usia Gestasi dan
3. Dewi VNL. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Berat Lahir di RSUD Sidoarjo. J Midwiferia.
Jakarta: Salemba Medika; 2013.
2015;1(1):51–9.
4. Susan N, Kuswandi K. Hubungan Tingkat
19. Rhipiduri R. Faktor-Faktor yang berhubungan
Pengetahuan Dan Pekerjaan Ibu Dengan
dengan Teknik Menyusui pada Ibu Primipara. J
Keberhasilan Teknik Laktasi Pada Ibu Menyusui. E-
Kebidanan dan Keperawatan. 2014;10(1):8–16.
Jurnal Obs. 2015;3(1):16–32.
20. Goyal RC, Banginwar AS, Ziyo F, Toweir AA.
5. Prananingrum R. Hubungan Teknik Menyusui
Breastfeeding practices: Positioning, attachment
dengan Kejadian Puting Susu Lecet. In: Penguatan
(latch-on) and effective suckling - A hospital- based
Mutu Pelayanan Kesehatan untuk Berkompetisi di
study in Libya. J Family Community Med [Internet].
Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
2011 May;18(2):74–9. Available from:
Surakarta: UPPM APIKES-AKBID Citra Medika;
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21897915.
2010. p. 166–73.

18 Nur Indah Rahmawati, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 11-19
21. Dardiana AE, Mifbakhudin, Mustika DN. Hubungan 27. Tella K, Guruvare S, Hebbar S, Adiga P, Rai L.
antara Pendiikan Pekerjaan dan Pengetahuan Ibu Knowledge, attitude, and practice of techniques of
dengan Teknik Menyusui yang Benar di Desa Leteh breast-feeding among postnatal mothers in a coastal
Kecamatan Rembang. J Kebidanan. 2014;3(2). district of Karnataka. Int J Med Sci Public Heal
22. Notoatmodjo. Ilmu kesehatan Masyarakat: Prinsip- [Internet]. 2016;5(1):28. Available from: http://
prinsip Dasar. Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta; www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mno=191243.
2010. 28. Handayani L, Yunengsih Y, Solikhah S, Saufi A.
23. Muliawati S. Studi deskriptif pelaksanaan teknik The association between breastfeeding technique and
menyusui bayi tunggal di RB MTA Semanggi knowledge with exclusive breastfeeding. J Kedokt
Surakarta tahun 2011. Infokes. 2012;2(1). dan Kesehat Indones [Internet]. 2009 Apr
24. Wulansari YE. Pengaruh Bimbingan Tentang Teknik 20;7(5):214–8. Available from: http://journal.uii.
Menyusui Terhadap Tingkat Kemandirian dalam ac.id/index.php/JKKI/article/view/7116.
Menyusui pada Ibu Post Partum di Bangsal Nifas 29. Sukmawati, Sarake M, Salmah AU. Teknik
RSUD Salatiga 2007. J Kebidanan. 2009;1(2). Menyususi Selama Dua Tahun dengan Benar di
25. Lestari D. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Wilayah Kerja Puskesmas Tangketada
tentang Air Susu Ibu dan Pekerjaan Ibu dengan Kecamatan Tangketada Kabupaten Kolaka
Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Fajar Bulan. [Internet]. 2014 [cited 2016 Sep 29]. Available from:
Med J Lampung Univ. 2013;2(4). http://repository.unhas.ac.id/bitstream/ handle/
26. Lau Y, Htun TP, Lim PI, Ho-Lim S, Klainin-Yobas 123456789 / 10708 / SUKMAWATI
P. Maternal, Infant Characteristics, Breastfeeding K11112607.pdf?sequence=1.
Techniques, and Initiation: Structural Equation 30. Pariani. Pendekatan Praktis Metodologi Riset
Modeling Approaches. PLoS One [Internet]. Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto; 2009.
2015;10(11):e0142861. Available from: http:// 31. Roesli. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26566028. Agriwidia; 2013.

Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik Menyusui pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan 19
Oktober [JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-ISSN:
2020 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020] HAL 363-369

Optimalisasi Asi Pada Ibu Nifas 0-3 Hari Dengan Kegiatan


Sosialisasi Tekhnik Menyusui

Yuliana Martinah1,Dainty Maternity2,Nita Evrianasari3,Ratna Dewi Putri4

Email: Yulianasuster5@gmail.com; denty_mf@gmail.com; nuninosa@gmail.com;


ratnadewi.00787@gmail.com

ABSTRAK
America Academy of Pediatrics merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
kepada bayi selama minimal 6 bulan dan dapat dilanjutkan minimal sampai bayi
berusia 12 bulan. ASI merupakan nutrisi terbaik yang secara khusus ditujukan
bagi bayi baru lahir karena mengandung berbagai komponen antibodi, nutrisi
yang lengkap dan mudah dicerna oleh bayi baru lahir dibandingkan dengan susu
formula. Kementrian Kesehatan yaitu meningkatkan cakupan menjadi 80% pada
tahun 2014. Sedangkan provinsi Lampung sebesar 43,1% masih di bawah target
pencapaian provinsi tahun 2017. Sedangkan cakupan ASI Ekslusif mengalami
penurunan menjadi 43,2% Dinas kesehatan Provinsi Lampung, 2017.Tujuan
setelah mendapatkan penyuluhan teknik menyusui, diharapkan peserta ibu nifas
0-3 hari di RSIA Santa Anna mampu menyusui dengan teknik yang baik dan
benar. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan teknik menyusui
dengan baik dan benar dengan mengunakan metode ceramah dan tanya jawab
serta demonstrasi tekkhnik menyusui yang baik dan benar. Hasilnya semua ibu
menyusui sudah mampu melakukan redemonstrasi tekhnik menyusui yang baik
dan benar. Kesimpulan Terdapat peningkatan pengetahuan dan kemampunan
tentang teknik menyusui dengan baik dan benar.

Kata Kunci : Teknik menyusui, ibu nifas, ASI Eksklusif

ABSTRACT

The America Academy of Pediatrics recommends exclusive breastfeeding for


babies for a minimum of 6 months and can be continued at least until the baby
is 12 months old. Breast milk is the best nutrition specifically intended for
newborns because it contains various antibody components, complete nutrition
and is easily digested by newborns compared to formula milk. The Ministry of
Health, namely increasing the coverage to 80% in 2014. Meanwhile, the
province of Lampung by 43.1% is still below the provincial achievement target
in 2017. While the coverage of exclusive breastfeeding has decreased to 43.2%.
With counseling on breastfeeding techniques, it is hoped that postpartum
mothers from 0-3 days at RSIA Santa Anna are able to breastfeed with good
and correct techniques. The activities carried out were in the form of
counseling on breastfeeding techniques properly and correctly using lectures
and question and answer methods as well as demonstrations of proper and
correct breastfeeding techniques. The result is that all breastfeeding mothers
have been able to do a proper and correct redemonstration of breastfeeding
techniques. Conclusion There is an increase in knowledge and ability about
proper and correct breastfeeding techniques

Keywords: breastfeeding technique, postpartum mother, exclusive


breastfeeding

363
Oktober [JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-ISSN:
2020 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020] HAL 363-369

1. PENDAHULUAN

Kematian bayi merupakan salah satu indikator sensitif untuk mengetahui


derajat kesehatan suatu negara dan bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan
suatu bangsa (WHO, 2017). Badan Pusat Statistik mencatat bahwa AKB di
Indonesia mencapai 25,5 per 1000 kelahiran. Selama beberapa tahun terakhir,
AKB di Indonesia berangsur-angsur mengalami penurunan, namun AKB di
Indonesia masih termasuk tinggi dibandingkan dengan negara tetangga seperti
Malaysia dan Singapura yang sudah di bawah 10 kematian per 1000 kelahiran
bayi (BPS, 2016).

WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian nutrisiyang optimal bagi bayi


baru lahir yakni melalui strategi global pemberian ASI eksklusif selama enam
bulan (WHO, 2017). America Academy of Pediatrics merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif kepada bayi selama minimal 6 bulan dan dapat
dilanjutkan minimal sampai bayi berusia 12 bulan. ASI merupakan nutrisi
terbaik yang secara khusus ditujukan bagi bayi baru lahir karena mengandung
berbagai komponen antibodi, nutrisi yang lengkap dan mudah dicerna oleh bayi
baru lahir dibandingkan dengan susu formula (Perry 2010).

Banyak zat dalam ASI yang tidak terdapat sama sekali, atau hanya ada dalam
jumlah kecil pada susu formula. Selain itu dalam proses menyusui yang benar,
bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang
baik dalam kehidupannya.

Selain memiliki manfaat bagi bayi, proses menyusui juga memiliki manfaat yang
besar bagi ibu setelah melahirkan. Proses menyusui dapat mencegah
perdarahan pasca persalinan karena kontraksi uterus yang dirangsang oleh
hormon oksitosin, mempercepat involusi uterus, mengurangi risiko terjadinya
anemia, mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara, memberikan rasa
dibutuhkan, memperkuat ikatan batin seorang ibu dengan bayi yang dilahirkan,
mempercepat kembali ke berat badan semula, dansebagai salah satu metode
kontrasepsi sementara (Astutik, 2014).

Bertolak belakang dengan anjuran menyusui secara eksklusif, data hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia menunjukkan terjadinya penurunan angka
cakupan ASI eksklusif dari 40,3% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun
2007. Pada tahun 2012, cakupan ASI eksklusif meningkat menjadi 42%, namun
peningkatan ini masih jauh untuk memenuhi target Kementrian Kesehatan yaitu
meningkatkan cakupan menjadi 80% pada tahun 2014 (Kemenkes RI, 2014).

Sedangkan provinsi Lampung sebesar 43,1% masih di bawah target pencapaian


provinsi (Kemenkes, 2017). Sementara itu, data yang dikeluarkan oleh Dinkes
Provinsi Lampung bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
berfluktuatif, pada tahun 2012 sebesar 30,1%, tahun 2013 kenaikan yang
bermakna menjadi 42,0% dan tahun 2014 cakupan bayi mendapatkan ASI
Ekslusif sebanyak 82,3% namun di tahun 2015 cakupan ASI eksklusif mengalami
penurunan menjadi 57,7% bayi dimana angka ini masih di bawah target yang
diharapkan sebesar 80% (Dinkes Lampung, 2016). Di tahun 2016 kembali
mengalami penurunan menjadi sebesar 43,1% (Kementerrian kesehatan
Republik Indonesia, 2017).Ibu yang memberikan ASI eksklusif di Kabupaten
Lampung Utara dari tahun 2012 sampai 2016 berkisar 20%-70%. Cakupan

364
Oktober [JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-ISSN:
2020 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020] HAL 363-369

pemberian ASI eksklusif dari tahun 2012-2016 mengalami penurunan.


Peningkatan yang signifikan terjadi di tahun 2011 sebesar 70.40% kemudian
menurun kembali ditahun 2012 sebesar 59.80%, dan menurun kembali pada
tahun 2013 menjadi 51,00% dan tahun 2014 menjadi 42,20% namun terjadi
sediki meningkat di tahun 2015 yaitu 48,3% sedangkan pada tahun 2016 cakupan
ASI Ekslusif mengalami penurunan menjadi 43,2% (Dinas kesehatan Provinsi
Lampung, 2017).

2. MASALAH
Alasan kami memilih tempat kegiatan karena di RSIA Santa Anna adalah
rumah sakit ibu dan anak dimana tempat banyak pasien yang nifas yang
belum pahan bagaimana teknik menyusui yang benar.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Kegiatan

3. METODE

a. Tujuan Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan adalah pre planning,persiapan penyajian
dengan alat peraga boneka.
b. Acara ini dengan pemberitahuan kepada Direktur RSIA Santa Anna dan
dokter kandungan untuk meminta izin mengadakan penyuluhan dan
pelatihan kepada pasien ibu nifas 0-3 hari tentang teknik menyusui
yang benar.
c. Evaluasi
Struktur Pasien hadir sebanyak 8 orang ibu nifas, setting tempat di
ruang perawatan ibu nifas, pasien di jelaskan dengan dilakukan
demonstrasi tekhnik menyusui dengan baik dan benar.
Proses
Pelaksanaan tanggal 23 Juli 2020 Jam 10.00 WIB, sesuai jadwal yang
telah direncanakan.

365
Oktober [JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-ISSN:
2020 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020] HAL 363-369

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode palksanaan dalam kegiatan penyuluhan teknik menyusui yang benar


dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2020 di Ruang Maria di RSIA Santa Anna
Bandar Lampung.Pelaksanaan penyuluhan ditujukan pada ibu nifas 0-3 hari yang
melahirkan di SRSIA Santa Anna Bandar Lampung.Metode yang digunakan adalah
ceramah,tanyan jawab atau evaluasi dengan mempraktikkan teknik menyusui
yang benar.

Posisi dan Pelekatan Menyusui :


Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 1.Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

366
Oktober [JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-ISSN:
2020 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020] HAL 363-369

Langkah – langkah menyusui yang benar


1. Cuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun.
2. Peras sedikit ASI dan oleskan disekitar puting .
3. Duduk dan berbaring sesuai posisi yang nyaman untuk ibu. jangan hanya
leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus dan hadapkan
bayi kedada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu,
biarkan bibir bayi menyentuh putting susu ibu dan tunggu sampai terbuka
lebar .
4. Segera dekatkan bayi kepayudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi
terletak dibawah puting susu. Cara meletakan mulut bayi dengan benar yaitu
dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bayi
membuka lebar.
5. Bayi disusui secara bergantian dari payudara sebelah kiri lalu kesebelah
kanan sampai bayi merasa kenyang.
6. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan
lap bersih yang telah direndam dengan air hangat.
7. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang
terhisap bisa keluar.
8. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI tahan puting susu dengan kain supaya
ASI berhenti kelu

Berikut gambar pelaksanaan kegiatan:

367
Oktober [JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-ISSN:
2020 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020] HAL 363-369

Gambar 4.1 Kegiatan Kegiatan Sosialisasi Tekhnik Menyusui

5. KESIMPULAN

WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian nutrisiyang optimal bagi bayi


baru lahir yakni melalui strategi global pemberian ASI eksklusif selama enam
bulan (WHO, 2017). America Academy of Pediatrics merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif kepada bayi selama minimal 6 bulan dan dapat
dilanjutkan minimal sampai bayi berusia 12 bulan. ASI merupakan nutrisi
terbaik yang secara khusus ditujukan bagi bayi baru lahir karena mengandung
berbagai komponen antibodi, nutrisi yang lengkap dan mudah dicerna oleh
bayi baru lahir dibandingkan dengan susu formula.Penyuluhan dan pelatihan
singkat ini bertujuan, setelah mendapatkan edukasi teknik menyusui selama
1x20 menit, diharapkan peserta mampu menyusui dengan teknik yang baik
dan benar.

368
Oktober [JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-ISSN:
2020 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020] HAL 363-369

6. DAFTAR PUSTAKA

Astutik, Reni Yulia. (2014). Payudaradan Laktasi. Jakarta : Salemba Medik.

Dinas kesehatan ProvinsiLampung (2016). Profil kesehatan provinsi lampung.

Dinas kesehatan Provinsi Lampung, (2017). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten


Lampung Utara 2017.

Kementerian kesehatan Republik Indonesia, (2016). Buku Kesehatan Ibu Dan


Anak. Kementrian Kesehatan Ri Dan Jica. Jakarta.

Kementrian Kesehatan, Republik Indonesia, (2017). Data dan Informasi Profil


Kesehatan Indonesia tahun 2016. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Pusdatin Kemenkes RI.

Perry, E. Shannon., Hockenberry, J.M., Lowdermilk, L.D., Wilson. D. (2010).


MaternalChild Nursing Care 4th Edition. St. Louis : Mosby-Elsevi.

Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI makanan terbaik untuk kesehatan, kecerdasan


dan kelincahan si kecil. Penerbit Andi

WHO. Infant and Young Child Feeding: Model Chapter for Textbooks for Medical
Students and Allied Health Professionals.[Online] 2017[diakses 28
November 2017]. Available at
:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK148955/#_session7_s9

369
ORIGINAL ARTICLES

Initial difficulties with breastfeeding technique and the impact on duration of


exclusive breastfeeding

Gessandro Elpídio Fernandes Barbosa 1

Janeide M. Pereira 2 Marianne


S. Soares 3 Luciana Barbosa
Pereira 4 Lucinéia Pinho 5
Antônio Prates Caldeira 6

1,6 Departamento de Saúde da Mulher e da Criança. Universidade de Montes Claros. Av. Rui Braga. Prédio 6. Campus Universitário Darcy Ribeiro. Montes Claros, MG,
Brasil. CEP: 39.401-089. E-mail: antonio.caldeira@unimontes.br
2-4 Departamento de Enfermagem. Universidade de Montes Claros. Montes Claros, MG, Brasil.
5 Centro de Ciências Biológicas e da Saúde. Universidade de Montes Claros. Montes Claros, MG, Brasil.

Abstract

Objectives: the present study aimed to evaluate the influence of initial difficulties in
breastfeeding on duration of exclusive breastfeeding.
Methods: a prospective study with follow up of nursing mothers and their babies in the
first six months of age. The studied population was randomly selected among the Brazilian
public health system (SUS, Portuguese acronym) users in three hospitals. The breastfeeding
observation protocol was used to collect initial data, which also included socio-demographic,
prenatal assistance, delivery care, the postpartum period and the newborn variables. After
hospital discharge, data were collected by phone. The multiple regression model was used for
statistical analysis.
Results: 175 mother-baby binomials were followed. Problems with breasts during the
postpartum hospital stay (p= 0.030; OR=2.38; CI95%=1.02-5.48), maternal work outside
home (p=0.027; OR=2.12; CI95%=1.03-4.31) and low maternal schooling level (p=0.017;
OR=2.13; CI95%=1.10-4.06) were shown to be associated with the early interruption of
exclusive breastfeeding before the child has completed 6 months of age. A family income
lower than one minimum wage was a protective factor (p=0.048; OR=0.42; CI95%=0.17-
0.97).
Conclusions: socioeconomic aspects and difficulties in breastfeeding associated with
problems with the puerperal breasts stood out as factors which restrict the duration of exclu-
sive breastfeeding.
Key words Breastfeeding, Lactation disorders, Risk factors

This article is published in Open Access under the Creative Commons Attribution license,
http://dx.doi.org/10.1590/1806-93042018000300005
which allows use, distribution, and reproduction in any medium, without restrictions, as

long as the original work is correctly cited.


Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018 517
Barbosa GEF et al.

Introduction or more without educational instruction and low per


capita income (US$ 167,10).13 The city has three
Breastfeeding is a process that involves not only the Baby-friendly hospitals, which offer delivery assis-
baby feeding but the formation of a deep affective tance care, whose users are mainly supported by
bond between mother and baby, generating public service (Unique Health System - SUS). The
irrefutable benefits to both.1,2 The exclusive breast- present study evaluated mother-baby binomials in
feeding (EBF) up to six months after birth has a rele- the first 18 to 48 hours postpartum. Binomials were
vant role in reducing child morbidity and mortality randomly allocated and posteriorly contacted for the
by decreasing the chances of several common child- breastfeeding pattern evaluation over the first six
hood diseases (e.g., diarrheas and pneumonia).3,4 months.
Breastfeeding is advocated by the World Health For the sample size calculation, the following
Organization (WHO) and Brazilian Ministry of parameters were considered: 95% confidence level,
Health as exclusive for the first six months of age 80% study power, 2:1 non-exposed/exposed propor-
and maintained with complementary foods up to two tion, results/outcomes (early weaning) between non-
years of age or more.5,6 exposed (50%) and estimated risk of 1.5. These para-
Despite the various incentives for breastfeeding meters required a follow up of at least 150 mother-
in Brazil, EBF indicators are still below desired baby binomials. To this value, 15% was added in
levels.7,8 There are several factors involved in this regard of eventual losses.
process and the initial difficulties with breastfeeding Mother-baby binomials who received post-
technique, although little studied, might be among partum care by public service (SUS) in either one of
the main facilitators of the early weaning.9,10 The the hospitals in town, discharged from the hospital
proper mother-baby binomial positioning during together, with exclusive breastfeeding and without
breastfeeding is a fundamental step for the correct supplementary feeding prescription for home use,
latch to occur, in order to avoid possible nipple were eligible for the study. Only mothers with term
traumas that hinder or even prematurely interrupt pregnancy, resident in the urban area and those in
the breastfeeding process.11 In this perspective, the good health conditions, according to clinical records,
United Nations Children´s Fund (Unicef) proposed a to respond to the initial survey, were included in the
protocol for observation of breastfeeding process in study. Regarding the newborns, those with good
order to monitor and track the main associated diffi- health conditions and with exclusive breastfeeding
culties.12 at the initial interview, and even those who previ-
Although the proposed instrument is very useful, ously received supplements via medical prescription,
reports of its use are scarce in literature. Without a were included in the study. Good health conditions
careful evaluation of the breastfeeding technique, were considered as self-reported by the mothers that
studies tend to underestimate the initial difficulties did not have complaints regarding the babies or
associated with this process. Therefore, the impor- themselves nor registered in the clinical records.
tance of a correct latch, mother-baby positioning, Mothers pregnant with twins, mothers that eventu-
breast and nipple conditions, emotional relationships ally did not received immediate postpartum assis-
and baby's response to the breast contact is, many tance (home birth) and those whose babies were not
times disregarded in the evaluation of the factors that kept in hospital accommodation were excluded.
contribute to early breastfeeding interruption. Thus, Days and shifts, as well as hospitals chosen for
the present study aimed to evaluate the influence of data collection, were randomly and proportionally
initial breastfeeding difficulties on duration of exclu- selected according to the monthly number of deli-
sive breastfeeding. veries in each institution. In each visited shift, all
binomials that fit the study criteria were invited to
Methods the research.
Data were collected in two phases. Firstly, an
It is a prospective, observational and analytical study initial evaluation of the binomials from 18 to 48
performed from January to December 2015, in a hours postpartum in a joint accommodation environ-
northern city of Minas Gerais state, Brazil. The city, ment was performed, and the following was
with about 400,000 inhabitants, is the main regional recorded: socio-demographic, prenatal, delivery,
urban center, and despite having the highest newborn and immediate puerperium characteristics.
Municipal Human Development Index in the region, Secondly, information regarding the breastfeeding
has indicators that highlight the need for greater status, usage of pacifiers or baby bottles and possible
investments: 15.9% of individuals aged 15 years old complications with breasts and infant’s health. This

518 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018
Difficulties and duration of exclusive breastfeeding

information was collected at 15, 30, 60, 90, 120, 150 variables with 5% significance (p<0.05) accompa-
and 180 days postpartum, with an oscillation of nied by their respective odds ratio and 95% confi-
about five days on each interval. dence intervals were included in the final model.
Two previously trained nursing students respon- The present research project was approved by
sible for the initial and following contacts conducted the Research Ethics Committee (Process No.
the evaluations, exclusively, with the mothers. To 844.557), and all the participating mothers agreed to
avoid losses, during the first assessment, all the the research and signed the free and informed
phone contacts available to the mother, including consent form.
relatives, neighbors, and friends, were collected.
Training for the data collection was performed in a Results
practice environment with guidelines which included
as from the approach to the mothers to the orienta- 175 binomials (mother-baby) participated in the
tions for inadequate behaviors correction, besides present study. Most mothers were aged from 20 to
rigorous observation of the breastfeeding technique. 29 years old (66.9%), with brown self-reported skin
Training period was extended until consensus was color (69.7%) and without a job outside home
reached by all group members and was conducted by (64.6%). More than half interviewed reported the
an obstetric nurse (university professor) experienced familiar income up to a minimum wage (54.3%) and
in the subject, who is also monitor for training schooling up to eight years (57.7%). The main
course of Baby-friendly Hospital Initiative and for demographic and socio-economic characteristics of
the course of Breastfeeding Counseling. the participating mothers are described in Table 1.
The selection of a restrict number of evaluators The gestational, prenatal, and newborn-related
(both women), aimed to ensure greater results relia- characteristics are presented in Table 2. The
bility and adherence to the research project. percentage of primiparous women was 42.9%. It was
The instrument used for the data collection observed that most women attended more than six
included a breastfeeding observation form, which prenatal appointments. The proportion of operative
addresses diverse favorable and unfavorable beha- deliveries (cesarean sections) was 46.3%. Most
viors to breastfeeding, including the binomial posi- newborns weighted from 2,500 to 3,500 grams
tioning during the breastfeeding, the establishment (69.1%) and the percentage of newborns breastfed at
of affective bonds between mother and child, breast the first hour of life was 53.7%. The use of infant
anatomical characteristics, the suction efficiency, the formula during the hospital stay was reported by
binomial response when initiating breastfeeding, as 24.6% of the mothers participating in the study. The
well as the breastfeeding duration and its closure. main initial difficulties on breastfeeding were: inad-
Breast problems were considered present when the equate newborn response to breast contact (20.0%)
following characteristics were observed: engorged and breasts problems (26.3%).
and firm breasts, flat or inverted nipples, breasts or Figure 1 presents the survival curves of total
nipples with excoriations, and fissures or redness. breastfeeding (TBF), the sum of predominant and
The record was filled via direct breastfeeding obser- exclusive breastfeeding (PBF + EBF) and exclusive
vation, with the mother’s consent. Additionally, the breastfeeding (EBF) for the first six months of life
following variables were collected: socio-economic of the studied group. At the end of 180 days of life,
and demographic, maternal health history, parity, 61.2% of the children were still breastfeeding. In the
and prenatal, delivery, puerperal and newborn assis- same period, the prevalence of predominant and
tance. exclusive breastfeeding was 39.8%, and the
Breastfeeding survival curves were constructed percentage of exclusively breastfed 24.0%.
with the aid of electronic spreadsheets. Statistical Table 3 shows the results of the bivariate
analyses were conducted at the Statistical Package analysis between the maternal socio-demographic
for Social Sciences – SPSS software (version 18) characteristics, prenatal and puerperium assistance
(SPSS Inc., Chicago, IL, USA). All variables were aspects and exclusive breastfeeding. The variables
assessed descriptively via absolute and relative with up to 20% significance association level
frequencies. (p<0.20) were submitted to joint analysis via
The associations between the studied variables multiple regression. The variables that remained
and exclusive breastfeeding at the sixth month were statistically significant after multiple analyzes were
investigated by bivariate analysis, via chi-square associated with a higher chance of early breast-
test, and those associated up to 20% level (p<0.20) feeding interruption: maternal work outside home
were assessed by multiple logistic regression. The (p=0.027; OR=2.12; CI95%=1.03-4.31), problems

Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018 519
Barbosa GEF et al.

Table 1

Demographic and socioeconomic characteristics of nursing mothers. Montes Claros (MG), 2015.

Variable N %

Maternal age (years)


< 20 18 10.3
20-29 117 66.9
30-39 39 22.3
≥ 40 1 0.6
Self-reported skin color
White 20 11.4
Black 22 12.6
Yellow 11 6.3
Brown 122 69.7
Working (paid) outside home
Yes 62 35.4
No 113 64.6
Family income (in minimum wages)*
≤1 95 54.3
1-2 45 25.7
>2 35 20.0
Marital status
Single 58 33.1
Married 113 64.6
Divorced 4 2.3
Father lives together
Yes 131 74.7
No 44 25.1
Mother educational level (Years concluded)
≤4 23 13.1
5-8 78 44.6
≥9 74 42.3
Residents per household
≤4 119 68.0
5-7 45 25.7
>7 11 6.3

* Current minimum wage = US$ 202.57.

with breasts during the postpartum hospital stay observed during the postpartum hospital stay were
(p=0.030; OR=2.38; CI95%=1.02-5.48) and low among the main factors associated with early breast-
maternal schooling (p=0.017; OR=2.13; feeding interruption, even after the joint analysis
CI95%=1.10-4.06). Family income lower than the with other factors.
minimum wage was considered a protective factor Other authors have pointed problems with the
(p=0.048; OR=0.42; CI95%=0.17-0.97). breasts as important factors for the EBF interrup-
tion.14 Breast engorgement, mastitis, nipple fissure
Discussion or wound, as well as pain and formation of breast
abscesses are problems that might be faced during
The present study evidenced an elevated frequency breastfeeding.15,16 A study performed in the south of
of breastfeeding interruption in the first months of Brazil demonstrated that the incidence of breast
life among the evaluated binomials. Breast problems lesions in maternity had reached a proportion of

520 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018
Difficulties and duration of exclusive breastfeeding

43.6%.11 Problems with the breast, such as engorge- al.,18 in a case-control study performed in a
ment and pain, are among the main elements that, University Hospital in 2004/2005, demonstrated that
according to the maternal perception, affect the both the binomial position and the latch might
breastfeeding process.14,17 contribute to the occurrence of nipple lesions, and
Some conditions are pointed as likely contribu- the variables statistically associated to this conclu-
tors for the occurrence of breast problems. Coca et sion were: "child with a twisted neck, chin distant

Table 2

Mothers gestational and prenatal care aspects and newborn characteristics. Montes Cla ros (MG), 2015.

Variables N %

Regarding the mothers

Number of pregnancies
1 75 42.9
2-3 75 42.9
≥4 25 14.2
Type of childbirth
Natural 94 53.7
Cesarean section 81 46.3
Number of appointments (prenatal)
<6 20 11.4
6-9 109 62.3
>9 46 26.3
Health support during prenatal
Public 137 78.3
Private 16 9.1
Both 22 12.6
Breastfeeding orientations during prenatal care
Yes 102 58.3
No 73 41.7
Breast care orientations during prenatal care
Yes 93 53.1
No 82 46.9
Breastfeeding orientations in the Maternity
Yes 80 45.7
No 95 54.3

Regarding the newborns

Baby sex
Male 81 46.3
Female 94 53.7
Weight at birth (grams)
< 2500 5 2.9
2500 - 3500 121 69.1
> 3500 49 28.0
APGAR 1 minute
≤8 118 67.4
9 55 31.4
10 2 1.1

continue

Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018 521
Barbosa GEF et al.

Table 2

Mothers gestational and prenatal care aspects and newborn characteristics. Montes Claros (MG), 2015.

conclusion

Variables N %

APGAR 5 minutes
≤8 27 15.4
9 134 76.6
10 14 8.0
Time to the first breastfeeding (minutes)
≤ 30 65 37.1
31-60 29 16.6
> 60 81 46.3
Maternity infant formula use
Yes 43 24.6
No 132 75.4
Initial difficulties (Breastfeeding evaluation form)
Inadequate position 10 5.7
Response to the breast contact 35 20.0
Inadequate latch 23 13.1
Breast problems 46 26.3
Emotional difficulties 11 6.3

Figure 1

Breastfeeding survival curves; Montes Claros (MG), 2015.

100.0

80.0
Percentage of breastfed babies

60.0

40.0

20.0

0.0
30 60 90 120 150 180

Age (days)

TBF PBF + EBF EBF

TBF = total breastfeeding; PBF + EBF = predominant and exclusive breastfeeding; EBF= exclusive breastfeeding.

522 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018
Difficulties and duration of exclusive breastfeeding

Table 3
Bivariate analysis for factors associated with exclusive breastfeeding at the sixth month; Montes Claros (MG), 2015.

Variable Exclusive breastfeeding p OR (CI95%)

Yes No
n % n %

Maternal age 0.229


> 20 37 94.9 120 88.2 2.12 (0.56-8.07)
≤ 20 2 5.1 16 11.8
Working outside the household 0.027
No 31 79.5 82 60.3 2.13 (1.04-4.34)
Yes 8 20.5 54 39.7
Familiar income (minimum wages) 0.001
>1 9 23.1 71 52.2 0.36 (0.18-0.71)
≤1 30 76.9 65 47.8
Type of childbirth 0.702
Natural 22 56.4 72 52.9 1.11 (0.64-1.95)
Cesarean section 17 43.6 64 47.1
Marital status 0.945
Married 25 64.1 88 64.7 0.98 (0.55-1.74)
Singles 14 35.9 48 35.3
Maternal educational level (years) 0.017
>8 29 74.4 72 52.9 2.13 (1.11-4.08)
≤8 10 25.6 64 47.1
Primiparity 0.529
No 24 61.5 76 55.9 1.20 (0.68-2.13)
Yes 15 38.5 60 44.1
Prenatal care 0.126
Private 5 12.8 33 24.3 0.53 (0.22-1.26)
Public (SUS) only 34 87.2 103 75.7
Breastfeeding orientations during prenatal care 0.081
Yes 18 46.2 84 61.8 0.61 (0.35-1.07)
No 21 53.8 52 38.2
Breast care orientations during prenatal care 0.501
Yes 19 48.7 74 54.8 0.83 (0.48-1.44)
No 20 51.3 61 45.2
Breastfeeding orientations in the Maternity 0.505
Yes 16 41.0 64 47.1 0.83 (0.47-1.45)
No 23 59.0 72 52.9
Maternity formula use 0.131
No 33 84.6 99 72.8 1.79 (0.81-3;98)
Yes 6 15.4 37 27.2
Breast problems 0.030
No 34 87.2 95 69.9 2.42 (1.02-5.83)
Yes 5 12.8 41 30.1
Breastfeeding posture 0.858
Adequate 37 94.9 128 94.1 1.12 (0.31-3.99)
Inadequate 2 5.1 8 5.9
Baby's response to breast contact 0.928
Adequate 31 79.5 109 80.1 0.97 (0.49-1.92)
Inadequate 8 20.5 27 19.9
Breast latch 0.314
Correct 32 82.1 120 88.2 0.69 (0.35-1.38)
Incorrect 7 17.9 16 11.8

Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018 523
Barbosa GEF et al.

from the breast and lower lip facing inward." 18 Other existent association between maternal schooling
factors such as breast engorgement, firstborn, mother level and EBF duration.17,24-26 In general, mothers
without a partner, semi-protruding and/or malformed with low schooling level tend to interrupt the EBF
nipples, and nipple depigmentation were also associ- earlier, probably due to the lack of information about
ated with a higher occurrence of nipple trauma, with the breastfeeding benefits. These mothers are more
a negative impact on breastfeeding.19 vulnerable to cultural and commercial behaviors
In the present study, other initial difficulties with influence, which compromises EBF. In a recent meta-
breastfeeding technique, such as the inadequate posi- analysis from national studies on the factors
tioning of the binomial mother/child, problems with associated with early weaning, the authors observed
the latch, mother and child interaction and baby that schooling plays a relevant role and may be asso-
response to the contact with the breast were not ciated with a higher maternal capacity to solve
statistically associated with the interruption of breastfeeding problems and discomforts, as well as
breastfeeding before the newborn has completed 6 greater assimilation of the breast milk benefits.27
months of age. However, these difficulties are recog- It should be noted in the present study that a
nized and pointed in other studies as variables that family income lower or equal to one minimum wage
might interfere with adequate breastfeeding was a protective factor against the EBF early inter-
practice.9,11 ruption. Previous studies reported different associa-
The frequency of initial breastfeeding difficul- tions, where lower family income was a risk factor
ties in this study was lower than that reported by for the breastfeeding early interruption.27,28 Our
Carvalhaes et al.,9 which also used the breastfeeding contradictory findings might be justified by the fact
observation form to compute the frequency of unfa- that infant nutritional intake with other milk sources,
vorable behaviors to breastfeeding in women other than maternal, demand greater financial expen-
attended at a maternity hospital in public system diture for the family, stimulating mothers belonging
(SUS). A more recent study conducted in São Paulo to low-income families to breastfeed. It was esti-
registered that approximately one-third of the mated that the mean monthly expenditure of
mothers mentioned difficulties on breastfeeding at Brazilian families with artificial milk for infants up
hospital discharge and this variable was associated to six months old varied between 38% and 133% of
with early weaning.20 It is possible that the lowest the minimum wage in 2004, depending on product
frequencies observed in the present study are due to brand, thus demonstrating the high costs that the
all binomials had been recruited from Baby-friendly interruption of EBF causes. 5 It is worth mentioning
Hospitals. A few studies highlight that in these insti- that the study was conducted in a period of signifi-
tutions, a positive increment in breastfeeding incen- cant national financial crisis.
tives (such as breastfeeding initiation, exclusivity, Some variables associated with the EBF early
and duration) is observed. The healthcare team in interruption identified in other studies were not asso-
these institutions encourages breastfeeding in the ciated with EBF practices in the present investiga-
first half hour postpartum and then at free demand, tion. The mother’s guidance during the prenatal
along with the joint accommodation practice, among period regarding the breastfeeding process or breast-
others.21-23 feeding importance, for example, had no statistically
In the present study, other factors were also significant association with the EBF duration. Other
investigated, and while mother working outside authors, on the other hand, demonstrate that such
home and low schooling level were associated with orientations are essential to mother's decision about
the EBF early interruption, low family income was breastfeeding beginning and continuity, but may not
considered a protective factor. The maternal working constitute isolate and punctual activities. 29 Thus; the
outside home is an important and limiting variable observed results point to the health professional’s
for the EBF. According to a study performed by insufficient educational strategies. Indeed, it is not
Demétrio et al.24 the mother work is a factor that enough to talk to mothers about breastfeeding their
contributes to the EBF early interruption. Corrêa et babies, highlighting this practice benefits. It is
al.,25 in a study performed in Florianópolis (SC), necessary to anticipate difficult situations, to guide
demonstrated that those mothers were more likely to the breastfeeding technique adequately and to
introduce foods earlier into the babies’ diet. This present solutions to possible problems.
association may be related to the shorter time these Another important result that drew attention was
mothers stay in contact with their children, reducing the low proportion of newborns breastfed in the first
opportunities for breastfeeding. half hour of life. However, as the information was
Other studies already pointed to the intrinsic verified with mothers, it is possible that the first

524 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018
Difficulties and duration of exclusive breastfeeding

contact of the baby with the breast still in the that breastfeeding difficulties, mainly those associ-
delivery room has not been appropriately valued. In ated with breast problems and identified in the first
any case, this result should be considered as a postpartum days, are significant factors for the early
warning sign for the institutions involved in the EBF interruption. This variable remained associated
study. even after regression with socio-demographic and
Some limitations of this study should be consi- gestational/delivery variables. Orientation regarding
dered. We did not analyze the possible previous the breast milk benefits to the mother-child bino-
lactation experiences through which the mothers mial, and disadvantages of breastfeeding interrup-
passed. Some studies have evidenced a correlation tion are necessary to increase breastfeeding duration.
between how the breastfeeding has been carried out Recent research highlights the importance of the
in previous children and how it will continue with health team's engagement to monitor breastfeeding
subsequent children, so that past positive experi- practices. It is also essential the professional's capa-
ences, such as the absence of breast problems, tend citation for the proper mother's orientation, by
to increase the duration of breastfeeding. 30 Another correcting problems and offering resolution tech-
factor to be considered was the prospective contact niques for breast problems, both in the hospital and
with the mothers via phone, an approach that is primary care services, considering that the most
subject to the limitation of the truthfulness of significant difficulties will be observed in the first
reported facts, if compared to a personal ques- days of the child's life.
tioning, besides hindering possible interventions. On The present study evidences that the application
the other hand, this is one of the few Brazilian of an instrument to evaluate the breastfeeding tech-
studies with longitudinal evaluation of the breast nique, such as the form proposed by Unicef, encour-
problems impact on the EBF duration. It is relevant ages the proper breastfeeding process management.
to consider the fact that the study was conducted in The mother-baby binomial breastfeeding technique
Baby-friendly hospitals, so the reported findings evaluation in the hospital environment may allow the
might not be generalized to other institutions, early identification of difficulties, which may favor
although this limitation warns for the possibly even the establishment of interventions that may decrease
worse scenarios of the breastfeeding incentive the obstacles and extend the exclusive breastfeeding
measures in other institutions. duration.
From the present results, it is possible to observe

References

1. Unicef (Fundo das Nações Unidas para a Infância). Global


complementar. Brasília, DF; 2009. n. 23. 112p. (Série A.
Strategy for Infant and Young Child Feeding. Geneva:
Normas e Manuais Técnicos).
World Health Organization; 2003.
6. Unicef. Infant and Young Child Feeding: A tool for
2. Victora CG, Bahl R, Barros AJD, França GVA, Horton S,
assessing national practices, policies and programmes.
Krasevec J, Murch S, Sankar MJ, Walker N, Rollins NC,
Geneva: World Health Organization; 2003.
Lancet Breastfeeding Series Group. Breastfeeding in the
21st century: epidemiology, mechanisms, and lifelong 7. Brasil. Ministério da Saúde. Secretaria de Atenção à Saúde.
effect. Lancet. 2016; 387(10017): 475-90. Departamento de Ações Programáticas e Estratégicas.
Pesquisa de Prevalência de Aleitamento Materno em
3. Lamberti LM, Zakarija-Grković L, Walker CLF,
Municípios Brasileiros. Brasília, DF; 2010. 63p.
Theodoratou E, Nair H, Campbell H, Black RE.
Breastfeeding for reducing the risk of pneumonia morbidity 8. Venancio SI, Escuder MML, Saldiva SRDM, Giugliani
and mortality in children under two: a systematic literature ERJ. A prática do aleitamento materno nas capitais
review and meta-analysis. BMC Public Health. 2013; 13 brasileiras e Distrito Federal: situação atual e avanços. J
(3): S18. Pediatr (Rio J.). 2010; 86 (4): 317-24.

4. Hanieh S, Ha TT, Simpson JA, Thuy TT, Khuong NC, 9. Carvalhaes MABL, Corrêa CRH. Identificação de dificul-
Thoang DD, Tran TD, Tuan T, Fisher J, Biggs BA. dades no início do aleitamento materno mediante aplicação
Exclusive breastfeeding in early infancy reduces the risk of de protocolo. J Pediatr (Rio J). 2003; 79 (1): 13-20.
inpatient admission for diarrhea and suspected pneumonia 10. Thulier D, Mercer J. Variables Associated With
in rural Vietnam: a prospective cohort study. BMC Public Breastfeeding Duration. Obstet Gynecol Neonatal Nurs.
Health. 2015; 15: S1166. 2009; 38 (3): 259-68.
5. Brasil. Ministério da Saúde. Secretaria de Atenção à Saúde. 11. Weigert EML, Giugliani ERJ, França MCT, Oliveira LD,
Departamento de Atenção Básica. Saúde da criança: Bonilha A, Espírito Santo LC, Köhler CVF. Influência da
nutrição infantil: aleitamento materno e alimentação técnica de amamentação nas frequências de aleitamento

Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018 525
Barbosa GEF et al.

materno exclusivo e lesões mamilares no primeiro mês de 22. Saadeh R, Casanovas C. Implementing and revitalizing the
lactação. J Pediatr (Rio J). 2005; 81 (4): 310-6. Baby-Friendly Hospital Initiative. Food Nutr Bull. 2009;
12. Unicef (Fundo das Nações Unidas para a Infância). 30 (Supl. 2): S225-9.
Breastfeeding management and promotion in a 23. Merten S, Dratva J, Ackermann-Liebrich U. Do Baby-
babyfriendly hospital: an 18-hour course for maternity staff. Friendly Hospital Influence Breastfeeding Duration on a
New York; 1993. National Level? Pediatrics. 2005; 116 (5): 702-8.
13. IBGE (Instituto Brasileiro de Geografia e Estatística). 24. Demétrio F, Pinto EJ, Assis AMO. Fatores associados à
[acesso em 12 ago 2017]. Disponível em: interrupção precoce do aleitamento materno: um estudo de
http://cidades.ibge.gov.br/xtras/perfil.php?codmun=314330 coorte de nascimento em dois municípios do Recôncavo da
. Bahia, Brasil. Cad Saúde Pública. 2012; 28 (4): 641-54.
14. Buck ML, Amir LH, Cullinane M, Donath SM. Nipple 25. Corrêa EN, Corso ACT, Moreira EAM, Kazapi IAM.
Pain, Damage, and Vasospasm in the First 8 Weeks Alimentação complementar e características maternas de
Postpartum. Breastfeed Med. 2014; 9 (2): 56-62. crianças menores de dois anos de idade em Florianópolis
15. Vieira GO, Martins CC, Vieira TO, Oliveira NF, Silva LR. (SC). Rev Paul Pediatr. 2009; 27 (3): 258-64.
Factors predicting early discontinuation of exclusive breast- 26. França GVA, Brunken GS, Silva SM, Escuder MM,
feeding in the first month of life. J Pediatr (Rio J). 2010; Venancio SI. Determinantes da amamentação no primeiro
86(5): 441-4. ano de vida em Cuiabá, Mato Grosso. Rev Saúde Pública.
16. Tang L, Lee AH, Binns CW. Factors associated with breast- 2007; 41 (5): 711-8.
feeding duration: a prospective cohort study in Sichuan 27. Pereira-Santos M, Santana MS, Oliveira DS, Nepomuceno
Province, China. World J Pediatr. 2015; 11(3): 232-8. Filho RA, Lisboa CS, Almeida LMR, Gomes DR Queiroz
17. Boccolini CS, Carvalho ML, Oliveira MIC. Factors associ- VAO, Demétrio F, Oliveira AM. Prevalence and associated
ated with exclusive breastfeeding in the first six months of factors for early interruption of exclusive breastfeeding:
life in Brazil: a systematic review. Rev Saúde Pública. meta-analysis on Brazilian epidemiological studies. Rev
2015; 49: 91. Bras Saúde Mater Infant. 2017; 17 (1): 59-67.

18. Coca KP, Gamba MA, Silva RS, Abrão ACFV. A posição 28. Cavalcanti LPG, Diniz RLP, Araújo BQ, Soares AKM,
de amamentar determina o aparecimento do trauma Feitosa GP, Machado JRM, Sousa TCS, Pimentel EC.
mamilar? Rev Esc Enferm USP. 2009; 43 (2): 446-52. Fatores associados ao consumo precoce de leite de vaca
integral por crianças menores de um ano de idade. Rev Bras
19. Coca KP, Gamba MA, Silva RS, Abrão ACFV. Factors
Promoç Saúde. 2015; 28 (4): 538-46.
associated with nipple trauma in the maternity unit. J
Pediatr (Rio J). 2009; 85 (4): 341-5. 29. Almeida ISA, Pugliesi Y, Rosado LEP. Estratégias de
promoção e manutenção do aleitamento materno baseadas
20. Rocci E, Fernandes RAQ. Dificuldades no aleitamento
em evidência: revisão sistemática. Femina. 2015; 43 (3): 97-
materno e infl uência no desmame precoce. Rev Bras
103.
Enferm. 2014; 67 (1): 22-7.
30. Berra S, Sabulsky J, Rajmil L, Passamonte R, Pronsato J,
21. World Health Organization - United Nations Children’s
Butinof M. Correlates of breastfeeding duration in an urban
Fund (Unicef). Iniciativa Hospital Amigo da Criança:
cohort from Argentina. Acta Paediatr. 2003; 92 (8): 952-57.
revista, atualizada e ampliada para o cuidado integrado:
módulo 1: histórico e implementação. Brasília, DF:
Ministério da Saúde; 2008. 78p. Série A. Normas e Manuais
Técnicos.

Received on May 17, 2017


Final version presented on May 4, 2018
Approved on July 18, 2018

526 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018
ORIGINAL ARTICLES

Breastfeeding technique and the incidence of nipple traumas in puerperal


women attended in a city hospital: intervention study

Thaize Carvalho Estrela do Vale Morais 1

https://orcid.org/0000-0002-2543-5153

Tâmara Oliveira de Souza 2

https://orcid.org/0000-0001-9150-4877

Graciete Oliveira Vieira 3

https://orcid.org/0000-0001-5354-718X

José de Bessa Júnior 4

https://orcid.org/0000-0003-4833-4889

Gilmar Mercês de Jesus 5

https://orcid.org/0000-0003-1702-217X

1-4Mestrado Profissional em Saúde Coletiva. Universidade Estadual de Feira de Santana. Av. Transnordestina, s.n.Novo Horizonte. Feira de Santana, BA, Brasil.CEP: 44.036-
900. E-mail: thaize_estrela@hotmail.com
5 Núcleo de Pesquisa e Extensão em Saúde (NUPES). Universidade Estadual de Feira de Santana. Feira de Santana, BA, Brasil.

Abstract

Objectives: to evaluate the effect of an intervention on the incidence of nipple trauma and
the quality of breastfeeding technique in the first month of postpartum.
Methods: this is a quasi-randomized intervention study with 180 puerperal women
equally distributed between experimental and control groups. The intervention was performed
at a maternity and consisted of an educational session on breastfeeding technique. A descrip-
tive analysis of the groups’ characteristics was performed, comparing the frequencies of unfa-
vorable parameters related to breastfeeding technique between groups. Pearson’s chi-square
test and Fisher’s test were used, and p≤0.05 was adopted as the critical level of significance.
Results: at 30 days, 64% and 15% of the mothers used the technique correctly, respec-
tively, in the experimental and control groups with RR=4.87 (CI95%=2.93-8.34); NNT=1.96
(CI95% =1.61-2.72); p<0.001. In the experimental group, a decrease was observed in the
unfavorable parameters of the breastfeeding technique (p≤0.05). The incidence of nipple
trauma was 30% in the experimental group and 38.9% in the control group (p=0.21).
Conclusions: the intervention was insufficient to prevent nipple trauma in the experi-
mental group, but significantly improved the quality in the breastfeeding technique.
Key words Trauma, Breastfeeding, Incidence

This article is published in Open Access under the Creative Commons Attribution license,
http://dx.doi.org/10.1590/1806-93042020000300003
which allows use, distribution, and reproduction in any medium, without restrictions, as

long as the original work is correctly cited.


Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020 695
Morais TCEV et al.

Introduction intervention on the breastfeeding grip and posi-


tioning on the incidence of nipple trauma and the
Despite the recommendations for exclusive breast- quality on the breastfeeding technique in the first
feeding (EBF) in the first six months of a baby’s month of postpartum in puerperal women attended
life,1 many women discontinue breastfeeding due its at a hospital in the city of Feira de Santana (BA),
difficult management.2-4 Brazil.
Nipple trauma is one of the factors associated
with early breastfeeding interruption.2,5-7 This breast Methods
complication is a continuity solution of the nipple
skin or areola caused by fissure, excoriation, erosion, This is a quasi-randomized intervention study with a
laceration or vesicles,8 commonly associated with variable exposure to a directed intervention on the
discomfort and pain during breastfeeding.3,9 breastfeeding technique and outcomes, the incidence
The incidence of nipple trauma during breast- of nipple trauma, and the quality on the breast-
feeding ranges from 11 to 96%.10-12 Also, 80 to 95% feeding technique in the first month after childbirth,
of nursing mothers experience some degree of nipple conducted in 2015 at Hospital Inácia Pinto dos
pain in the first week after childbirth, and 26% report Santos (HIPS), a Child-Friendly Hospital.
severe pain. These determinants contribute to the The calculated sample was based on the nipple
interruption of EBF and early weaning.5 Nipple trauma incidence of 43.3%, as shown in a previous
trauma is often the gateway to pathogenic microor- study,22 and would consider the minimum detectable
ganisms, and having mastitis12,13 is a significant difference between the groups of 20% for the result
complication. Lactational mastitis is an inflamma- of the intervention to be significant. The sample was
tory process of the breast, which may or may not be calculated using a 95% confidence level and 80% of
associated with infections, and Staphylococcus strength, considering Zα equal to 1.96 and Zβ equal
aureus is the most common infectious agent.14 to 0.84. Thus, a minimum sample of 90 mother-
Among the factors associated with nipple lesion, newborn binomials was estimated for the control
the inadequate breastfeeding technique concerning is group, and 90 for the experimental group.
the positioning and the grip. 12,15-17 A proper breast- Puerperal women who gave birth within 48
feeding technique does not injure nipple and areola, hours before the data collection and who met the
and favors effective breast suction 17 and emptying. inclusion criteria (mothers residing in Feira de
The proper breastfeeding technique has been cited as Santana (BA), mother-newborn binomials in joint
an essential factor in preventing nipple trauma and accommodation and maternal breastfeeding) were
contributing as well to breastfeeding success- invited to participate in the study until the minimum
fully.3,10,12,15,18 In contrast, inadequate positioning number of participants defined in the calculated
and grip interfere with breast milk suction and sample was reached. Twin babies or hospitalized
extraction dynamics, hinder emptying the breast and babies in the neonatal unit and puerperal women
cause nipple injuries.11 with nipple trauma or mastitis were not included in
Nipple traumas commonly appear in the first the study in the first approach.
week after childbirth, at the onset of the breast- The study sample consisted of mother-newborn
feeding process.19 Some intervention studies binomials attended at HIPS. The dyads were
targeting breastfeeding technique showed that the included in this study in the period of February to
frequency of complications related to breastfeeding July 2015, although the approach with the mothers
was lower in the breastfeeding women’s group that in the experimental and control groups took place in
received the intervention.19,20 However, others did alternated weeks, to avoid having mothers from
not observe a positive impact of the intervention on different groups in the same ward. The researchers
the quality of the breastfeeding technique.11,21 made a simple drawing to define which group the
Although different interventions have been participants would be allocated to starting the data
designed to improve the breastfeeding technique and collection by the experimental group (Figure 1).
reduce pain and nipple trauma, it is not very clear Data were collected in two occasions: at the
which method is the most effective. 16 Therefore, it is maternity and 30 days after childbirth by a properly
crucial to test the hypothesis that an intervention trained team, consisting of two nurses and a nutri-
directed for breastfeeding implies a positive effect tionist. They were responsible for selecting the
with an improved quality technique and lowered the sample, interviewing the mothers, observing the
incidence of nipple trauma. breastfeeding, and evaluating the breasts.
This study aimed to evaluate the effect of an At the maternity, the mothers of the control and

696 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020
Breastfeeding technique and the incidence of nipple traumas: an intervention study

experimental groups were interviewed to obtain presence of one of the researchers, individually or in
sociodemographic data, related to prenatal care, a group of maximum three women. At the end of the
childbirth and breastfeeding, and data related to the exhibition, a video selection was presented individu-
newborn. Then, breast examination was performed ally with specific images on the breastfeeding tech-
to assess their characteristics, confirm the absence of nique; Stage 2 – verbal guidance on the breast-
nipple trauma, and investigate the presence of breast feeding technique and the benefits of maternal
engorgement and mastitis. breastfeeding; Stage 3 – demonstration of the correct
A pilot study was carried out with nine mothers, breastfeeding technique using a breast model and
corresponding to 5% of the sample, to test the doll.
logistic of the study and the data collection instru- At the end of the demonstration, the mother
ments. reproduced the procedures taught with the infant.
Breastfeeding was also observed at the maternity Proper guidance was given if an unfavorable para-
by using a form recommended by the World Health meter of the breastfeeding technique was identified.
Organization.23 This procedure was performed only Any concerns were clarified, and the child’s return
in the experimental group, as per ethical standards was scheduled for an appointment with a pediatri-
that do not allow the researcher’s omission in cian at the Institution thirty days after birth.
possible cases identify as poor breastfeeding tech- It is worth mentioning that the intervention
niques. Afterwards, the intervention was carried out carried out in this study, differed from which already
in three stages: Stage 1 – exhibition of the video occurs routinely in the service where the study was
“Amamentação muito mais do que alimentar a developed concerning the resources that were used
criança” (Breastfeeding is much more than feeding in the same approach (breast model, doll and video),
the child) reproduced by the Ministry of Health and the type of approach (individual and group) and indi-
the Brazilian Pediatrics Society,24 which addresses vidual demonstration of the breastfeeding technique.
the breastfeeding technique and the benefits of The mothers of the control group did not receive the
maternal breastfeeding. The video was shown in the intervention proposed by the study, but were guided

Figure 1
Flow chart on the progress through the phases of an intervention study.

Evaluated for eligibility


(N= 216 pairs)

Registration Excluded (n=8)


- refused to participate

Simple drawing

Intervention Group Control Group

Follow-up

Follow-up loss (n=13) Follow-up loss (n=15)


- mother did not return for outpatient consultation or - mother did not return for outpatient consultation or
was not interviewed at 30 days was not interviewed at 30 days

Analysis

90 pairs analyzed 90 pairs analyzed

Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020 697
Morais TCEV et al.

by the research team regarding the benefits of breast- (SPSS) version 10.0 was used to build the database
feeding and also received guidance from the health and perform statistical analysis. The absolute and
professional team at HIPS, since the following relative frequencies of all variables collected were
procedures are already carried out in its routine and calculated. The characteristics of the control and
as it is a hospital accredited by the Child-Friendly experimental groups were compared, as well as the
Hospital Initiative: Monday through Friday, guid- frequencies of the unfavorable parameters related to
ance in the wards on the benefits of breastfeeding positioning, grip, and suction were observed 30 days
and its management, with the delivery of an infor- after childbirth. The breastfeeding technique was
mation folder, the group educational activities were compared between the pairs of the two groups 30
performed on specific dates. days after childbirth, and the number needed to treat
Thirty days after birth, infants in the control and (NNT) was calculated, which represents the estimate
experimental groups returned for a consultation with of the number of individuals who should receive the
the pediatrician at the institution, following the intervention to produce the positive outcome. The
service routine. Then, the mothers of both groups NNT is equivalent to the reciprocal of absolute risk
were interviewed about the child’s eating pattern. reduction or risk difference.25 Pearson’s chi-square
After the interview, breast examinations and breast- test and Fisher’s exact test were used, and p≤0.05
feeding observation were performed in both groups was adopted as a critical level of significance, with a
using the same data collection instruments employed confidence interval of 95 %.
at the maternity. Home visits were necessary due to The Research Ethics Committee of the
the absence of some mothers at the consultations. Universidade Estadual de Feira de Santana approved
Fifty-two (28.9%) of the 180 puerperal the study CAAE: 39280614.9.0000.0053. The data
women/infant pairing were visited at home. were collected after signing the informed consent
The aspects related to the breastfeeding tech- form.
nique were obtained through the observation of
breastfeeding, using the instrument recommended by Results
the World Health Organization.23 Parameters indica-
tive of proper positioning of the newborn were used Of the 216 mother/newborn binomials eligible for
to evaluate the breastfeeding technique (baby close the study, 8 (3.7%) did not participate due to
to the mother’s body; head and trunk aligned; baby’s maternal refusal, and 28 (13%) were lost during the
body well supported), adequate grip (mouth wide follow-up, which resulted in 180 binomials distri-
open; lower lip turned out; baby’s chin touching the buted as follows: 90 in the control group and 90 in
breast; asymmetrical grip, with more areola visible the intervention group. The characteristics of the
above the baby’s mouth) and adequate suction (slow puerperal women and their respective newborns
and deep suction in periods of activity with breaks, were similar between the groups (Table 1).
swallowing is noted or heard). The breastfeeding In the breast examination, 72.2% and 81.1% of
technique was considered correct when all the para- the nursing mothers had normal nipples, 26.7% and
meters mentioned above were favorable. 16.7% had flat nipples, and 1.1% and 2.2%
Nipple trauma was defined as the occurrence of malformed nipples in the experimental and control
fissure, excoriation, erosion, laceration, vesicles, groups, respectively. There was no significant diffe-
ecchymosis, and erythema in the nipple-areolar rence between the groups regarding the presence of
region,8 ascertained in the breast examination flat (p=0.11) and malformed nipples (p=0.63). The
performed at the consultation with the pediatrician occurrence of breast engorgement in the first month
scheduled for thirty days after childbirth. Moreover, after childbirth also did not differ between the expe-
the puerperal women’s self-reports regarding the rimental group (3.3%) and the control group (2.2%)
occurrence of these lesions in the first month of post- (p=0.66).
partum were considered. As the mothers who had A higher incidence of the correct breastfeeding
nipple injuries in the first 48 hours after childbirth technique was identified in the experimental group
were excluded from the study, only women who had (64%, 57/89) compared to the control group (15%,
new injuries after hospital discharge were included 13/86) RR=4.87 (CI95% =2.93-8.34); NNT=1.96
in the calculation of the nipple trauma incidence. (CI95% =1.61-2.72); p<0.001. The Absolute Risk
Maternal sociodemographic variables, characteris- Reduction (ARR) calculation showed that for every
tics related to pregnancy, newborn, and breast- 100 mothers exposed to the training, 64 adopted the
feeding were also researched. correct breastfeeding technique, and in 49 of them,
The Statistical Package for Social Sciences this outcome was due to the intervention (ARR=49).

698 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020
Breastfeeding technique and the incidence of nipple traumas: an intervention study

When comparing the frequencies of the unfavorable nique during hospitalization after childbirth. The
parameters to the breastfeeding technique at 30 days authors found that 56% of the nursing mothers had
after childbirth between the experimental and control an adequate technique26after the intervention. A
groups, a better quality of the technique was higher value (64% in the experimental group versus
observed in the experimental group, with a signifi- 15% in the control group) was found in the current
cant difference in the following parameters: baby’s study.
body distant from the mother’s body; chin does not In contrast, another intervention study found no
touch the breast; the baby is not well supported; significant difference when comparing the means of
mouth slightly open; non-asymmetric grip; lower lip the number of unfavorable parameters to breast-
turned inwards, and the presence of only rapid feeding between the experimental and control
suctions with clicks (Table 2). groups, both in the maternity and at 30 days after
Regarding to nipple trauma, 30% and 38.9% of childbirth.21 The difference between the referred
the women self-reported nipple injury, respectively, intervention and of this current study was the use of
in the experimental and control groups, with no a video as an audiovisual resource to show the
significant difference between groups (p=0.21). breastfeeding technique.
Concerning the type of nipple trauma, the most The intervention of the current study also
frequent injury was a fissure, found in 20% of the differed from what is usually performed at the
puerperal women in the experimental group and hospital, where the study was conducted concerning
27.8% in the control group. The other injuries the use of audiovisual resources and instruments
presented by the puerperal women are shown in such as breast model and doll for individual demons-
Table 3. tration of the correct breastfeeding technique. These
measures seem to have achieved a positive outcome.
Discussion As they are easy to access and apply, they can be
incorporated into hospital routines, especially
The intervention conducted in the current study on concerning orientations carried out individually, face-
the breastfeeding technique produced a beneficial to-face, as they are more effective 27 than those
effect, as it significantly reduced the frequency of performed in groups.
unfavorable parameters to the quality of the tech- In this study, noteworthy was the proportion of
nique in the experimental group. However, it did not 47.8% of the “non-asymmetric grip” parameter in
affect the incidence of nipple trauma. the control group at 30 days in relation to the experi-
The magnitude between the exposure and the mental group, in which the proportion was 14.6%.
technical outcome of breastfeeding was 4.2, that is, This parameter suffered the most significant impact
the puerperal women who did not receive the inter- with the intervention. Similarly, this item showed a
vention were 4.2 times more likely to adopt the significant improvement (p<0.001) in another inter-
incorrect technique when compared to the experi- vention study, at thirty days of the baby’s life.21
mental group. The value of NNT=1.96 (p<0.001) The adequate breastfeeding technique has been
showed that a case of incorrect breastfeeding tech- described as an essential preventive measure against
nique could be prevented in approximately one in nipple trauma.3,19,20,26 However, in this study, the
every two puerperal women who received the inter- intervention explicitly directed for the breastfeeding
vention measures. This parameter that helps health technique did not significantly reduce nipple trauma.
professionals weigh the risks and benefits of a given The same occurred in three other intervention
therapeutic measure, indicated that the establishment studies.20,21,28
of intervention measures in the breastfeeding tech- A study carried out in Australia,20 where puer-
nique has a positive impact on its quality. peral women received individual guidance on posi-
The breastfeeding technique in the experimental tioning and grip 24 hours after childbirth, found no
group improved in almost all the parameters of posi- significant difference in the incidence of nipple
tioning and grip. Other intervention studies have also trauma between the experimental group (17%) and
identified improved breastfeeding technique. In a the control group (20%). In the study conducted in
study carried out in Australia, the women in the England,28 the intervention consisted of an interfe-
experimental group had better scores concerning the rence performed by a qualified midwife, who
newborn’s position and grip during breastfeeding. 23 addressed positioning and grip during breastfeeding.
Another successful intervention was carried out in No significant differences were found in the inci-
the United Kingdom, where 395 mother/newborn dence of breastfeeding problems, as 30.3% and
pairings were evaluated on the breastfeeding tech- 37.8% had sore or fissured nipples in the experi-

Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020 699
Morais TCEV et al.

Table 1

Characteristics of the 180 mother and newborn pairs included in the study, Feira de Santana (BA), Brazil, 2015.
Characteristics of the Experimental Group Control Group p
180 mother-NB pairs*

n % n %

Mothers aged ≥ 20 years 62 68.9 66 73.3 0.51


Overweight and/or obesity *** 46 68.7 38 52.0 0.20
Mother with > 9 years of schooling 50 55.6 49 54.4 0.88
Mother with mixed skin color 51 56.7 55 61.1 0.48
Cohabiting of the couple 79 87.8 74 82.2 0.29
Income> 1 minimum wage 31 41.9 39 48.8 0.39
Tobacco use 3 3.3 2 2.2 0.65
Nipple traumas in previous pregnancy 23 48.9 34 65.4 0.09
Vaginal childbirth 60 66.7 50 55.6 0.12
Primiparity 43 47.8 38 42.2 0.45
Prenatal care with ≥ 6 consultations 59 67.0 52 57.8 0.23
Guidance on breastfeeding
technique in prenatal care 28 31.8 39 43.3 0.12
Guidance on the importance of
breastfeeding in prenatal care 41 47.8 50 56.2 0.11
Participation in prenatal care course 8 8.9 9 10.0 0.39
Participation in breastfeeding course 5 5.7 12 13.3 0.12
First child breastfed up to 1 year **** 17 37.8 25 48.1 0.30
Mean breastfeeding time of
previous children *****
≥ 6 months 38 84.4 42 80.8 0.63
Sunbathing nipple before childbirth 31 34.4 18 20.0 0.14
Use of cream on nipples
before childbirth 18 20.0 10 11.1 0.14
Characteristic of nipples
Normal nipples 65 72.2 73 81.1 0.57
Breast engorgement at the maternity 3 3.3 2 2.2 0.66

Characteristics of NBs
Female NB 49 54.4 50 55.6 0.88
NB’s birth weight < 2500g 3 3.3 8 8.9 0.11
Use of pacifier at the maternity 4 4.4 5 5.6 0.73
NB received supplement
at the maternity 3 3.4 2 2.2 0.64
NB breastfed in the first hour
after childbirth 30 33.3 21 23.3 0.14

* NB = newborn; ** Pearson’s Chi-square test and Fisher’s test; *** Considering mothers who reported weight and height: 67 from
the experimental group and 73 from the control group; **** Considering mothers who already had children: 87 from the
experimental group and 82 from the control group; ***** Considering mothers whose first child was one year or older: 45 from
the experimental group and 52 from the control group.

700 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020
Breastfeeding technique and the incidence of nipple traumas: an intervention study

Table 2
Frequency of unfavorable parameters related to positioning, grip and suction in the experimental and control groups 30 days
after childbirth. Feira de Santana (BA), Brazil, 2015.

Variables Experimental Group Control Group RR CI95% p

n % n %

Breastfeeding technique parameters


Mother/baby positioning
Baby distant from mother 7 7.9 27 30.7 3.9 1.79-8.49 <0.001
Unaligned head and torso 6 6.7 13 14.9 2.22 0.88-5.57 0.15
Baby is not well supported (only
shoulder or head supported) 2 2.2 21 23.9 10.6 2.57-43.94 <0.001

Baby’s grip
Mouth slightly open 7 7.8 20 22.7 2.89 1.29-6.49 <0.001
Chin not touching the breast Non- 3 3.4 28 31.8 9.44 2.98-29.92 <0.001
asymmetric grip (the areola was no
longer visible above
the baby's mouth) 13 14.6 43 49.4 2.88 1.65-5.03 <0.001
Lower lip turned inward 13 14.6 37 42.0 2.9 1.65-5.03 <0.001

Suction
Only quick sucking with clicks - - 9 10.3 - - <0.001
Click of the lips is heard, but
not the swallowing 2 2.2 7 8.0 3.88 0.76-16.76 0.15

* Pearson’s Chi-square test and Fisher's test.

Table 3
Frequency of nipple trauma observed in the experimental and control groups 30 days after childbirth. Feira de Santana (BA), Brazil,
2015.

Variables Experimental Group Control Group RR CI95%

n % n %

Nipple trauma
Fissure 18 20.0 25 27.8 1.39 0.82-2.36
Excoriation 5 5.6 2 2.2 0.4 0.08-2.0
Erythema 3 3.3 4 4.4 1.33 0.31-5.8
Bruise - - 1 1.1 - -
Laceration - - 1 1.1 - -
Fissure and erythema 1 1.1 1 1.1 - -
Excoriation and erythema - - 1 1.1 - -

Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020 701
Morais TCEV et al.

mental and control group, respectively. The third group the puerperal women belonged to.
study was carried out in Brazil, 21 and in this one, the The intervention on the positioning and grip
puerperal women were instructed at the maternity carried out in the maternity had a positive impact on
about the breastfeeding technique, emphasizing the quality of the breastfeeding technique, strength-
aspects related to positioning and the correct grip ening the established knowledge that the institution
during breastfeeding and manual milking teaching. with intervention measures can facilitate breast-
It was noted that the incidence of nipple trauma in feeding. Thus, care for the puerperal women before
the group of mothers who received the intervention hospital discharge is essential, with the observation
(43.2%) was similar to the control group (48.9%) of the breastfeeding and demonstration of the correct
when were assessed at seven days. At 30 days, there breastfeeding technique. Therefore, a trained team,
was no difference in the incidence of trauma in the with sufficient knowledge to intervene early at the
two groups, at 8.5% and 9.1%, respectively, in the first signs of poor positioning and grip, is required
experimental and control groups. and is an important measure to ensure successful
This present study is similar to the three breastfeeding.
mentioned previously, concerning the fact that the Contradictorily, the intervention did not prevent
intervention was carried out at a single moment. On the occurrence of nipple lesions, which suggests that
the other hand, other interventions have been an intervention performed at a single moment is not
successful. In a study carried out in Australia, in enough to prevent nipple trauma. Furthermore, other
which the intervention consisted of an orientation factors rather than the breastfeeding technique may
session on breastfeeding technique, the women who have contributed to the results found.
received the intervention had better scores when
assessing the newborn’s positioning and grip during
breastfeeding, and a lower incidence of nipple Authors’ contribution
trauma, 53% in the experimental group versus 100%
in the control group.19 It is worth mentioning that Morais TCEV and Souza TO participated in the
this intervention was performed with nulliparous concept and design of the study, data acquisition,
pregnant women, at the end of pregnancy (36 and analysis. Jesus GM and Bessa Júnior J partici-
weeks), a characteristic that may have contributed to pated in the data analysis. Vieira GO participated in
the success of the intervention, since the singulari- the concept and design of the study and data
ties of the first days after childbirth may compromise analysis. All authors participated in data interpreta-
the assimilation of the guidelines provided in this tion, writing, and critical review of the manuscript.
period.
In the current study, other factors rather than the
breastfeeding technique and those researched may
have affected the experimental and control group
differently and contributed to the results found, such
as oral dysfunctions in the child, excessively short
tongue brake, non-nutritive prolonged sucking,
improper use of breast pumps or use of nipple
protectors, and among others.29,30
It is also relevant to highlight some methodolo-
gical limitations of this study in order to understand
the results found, such as information bias, as the
breast examination was only performed at the mater-
nity and 30 days after the intervention, and it is
necessary to consider the maternal limitation in iden-
tifying nipple trauma. The nursing mothers may have
failed to report any nipple injury that occurred
during this period because they did not have a good
view of the nipple itself or because they were unable
to do so, although this evaluation method can assist
in monitoring this condition. Another limitation of
the study was that evaluators were aware of which

702 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020
Breastfeeding technique and the incidence of nipple traumas: an intervention study

References

1. Kramer M, Kakuma R. Optimal duration of exclusive- 15. Goyal C, Banginwar AS, Ziyo F, Toweir AA. Breastfeeding
breastfeeding.Cochrane Database Syst Rev. 2012; 8:
practices: Positioning, attachment(latch-on) and effective
CD003517. suckling – A hospital-basedstudy in Libya. J Family
2. Ahluwalia I, Morrow B, Hsia J. Why do women stop Community Med. 2011; 18 (2): 74-9.
breastfeeding? Findings from the Pregnancy Risk 16. Vieira F, BachionMM, Mota DD, Munari DB. Asystematic
Assessment and Monitoring System.Pediatrics. 2005;116 reviewof theinterventionsfornippletraumainbreastfeeding-
(6): 1408-12. mothers.J Nurs Scholarsh. 2013; 45 (2): 116-25.
3. Kent JC, Ashton E, Hardwick CM, Rowan MK, Chia 17. Dennis CL, Jackson K, Watson J. Interventions for treating
ES,Fairclough KA, Menon LL, Scott C, Mather-Mccaw G,
painful nipples among breastfeeding women. Cochrane
Navarro K, Geddes DT. Nipple Pain in Breastfeeding DatabaseSystRev. 2014; 12: 1-72.
Mothers: Incidence, Causes and Treatments. Int J Environ
Res Public Health. 2015; 12 (10): 12247-63. 18. Shimoda G,Aragaki I, Sousa C, Silva I. Associação entre
persistência de lesão de mamilos e condições de aleita-
4. World Health Organization (WHO). Infant and young child
mento materno. Rev Min Enferm. 2014; 18 (1): 68-74.
feeding: model chapter for textbooks for medical students
and allied health professionals.Geneva; 2009. 19. Duffy EP, Percival P, Kershaw E. Positive effects of an
antenatal group teaching session on postnatal nipple pain,
5. Coca KP, Gamba MA, Silva RS, Abrao ACFV. A posição nipple trauma and breastfeeding rates. Midwifery. 1997;13
de amamentar determina o aparecimento do trauma (4): 189-96.
mamilar? Rev Esc Enferm USP. 2009; 43 (2): 446-52.
20. Henderson A, Stamp G,Pincombe J.Postpartum positioning
6. Vieira GO, Martins C, Vieira TO, Oliveira NF, Silva LR. and attachment education for increasing breastfeeding: a
Fatores preditivos da interrupção do aleitamento materno
randomized trial. Birth. 2001; 28 (4): 236-42.
exclusivo no primeiro mês de lactação. J Pediatr (Rio J.).
2010;86 (5): 441-4. 21. Oliveira LD, Giugliani ER, Eepírito Santo LC do,
Cavalheiro M, França T, Weigert EML. Effect of
7. Oliveira CNT, Oliveira MV. Prevalência de aleitamento Intervention to Improve Breastfeeding Technique on the
materno exclusivo e fatores associados ao desmame Frequency of Exclusive Breastfeeding and Lactation-
precoce no município de Vitória da Conquista-BA. C&D- Related Problems.J Hum Lact. 2006;22 (3): 315-21.
Rev Eletr Fainor, Vitória da Conquista. 2012; 5(1): 160-74.
22. Santos KJS. Fatores associados à mastite lactacional e
8. VinhaVHP.TraumasMamilares(ferimentos):prevençãoe-
trauma mamilar [dissertação].Feira de Santana: Programa
cuidados.ln:VinhaVHP.Olivrodaamamentação.SãoPaulo:C de Pós-Graduação em Saúde Coletiva da Universidade
LR Balieiro; 1999.p.45-54.
Estadual de Feira de Santana; 2013.
9. Thompson R, Kruske S, Barclay L, Linden K, Gao Y, 23. WHO(World Health Organization). Positioning a baby at
Kildea S. Potential predictors of nipple trauma from an in-
the breast.In: WHO. Integrated Infant Feeding Counselling:
home breastfeeding programme: a cross-sectional study. a Training Course. Trainer's Guide;2004.
Women Birth. 2016; 29 (4): 336-44.
24. Brasil. Ministério da Saúde. Secretaria de Atenção à Saúde;
10. Centuori S, Burmaz T, Ronfani L, Fragiacomo M, Quintero Sociedade Brasileira de Pediatria. Amamentação:muito
S, Pavan C, Davanzo R, Cattaneo A. Nipplecare, sore mais do que alimentar a criança. [S.l.: s.n., 2010]. 1 DVD
nipplesandbreastfeeding: a randomizedtrial. J Hum Lact. (22 min), color. Em português e espanhol.
1999; 15 (2): 125-30.
25. Oliveira Filho PF de. Epidemiologia e bioestatística: funda-
11. Weigert EML, Giugliani ERJ, França MCT, Oliveira LD,
mentos para a leitura crítica. 1 Ed. Rio de Janeiro: Rubio;
Bonilha A, Espírito Santo LC et al. Influência da téc¬nica 2015.
de amamentação nas frequências de aleitamento materno
exclusivo e lesões mamilares no primeiro mês de lactação. 26. Ingran J, Johnson D, Greenwood R. Breastfeeding in
J Pediatr. 2005; 81 (4): 310-6. Bristol: teaching good positioning and support fathers and
families.Midwifery.2002; 18: 87-101.
12. Santos KJS, Santana GS, Vieira TO, Santos CAST,
Giugliani ERJ, Vieira GO. Prevalence and factors associ- 27. McFadden A, Gavine A, Renfrew MJ,Wade A, Buchanan P,
ated with cracked nipples in the first month postpartum. Taylor JL,Veitch E, Rennie AM, CrowtherSA, Neiman S,
BMC Pregnancy Childbirth. 2016; 16: 209. MacGillivray S. Support for healthy breastfeeding mothers
with healthy term babies. Cochrane Database Syst Rev.
13. Cullinane M, Amir LH, Donath SM, Garland SM, Tabrizi
2017; 2: CD001141.
SN, Payne MS, Bennett CM. Determinants of mastitis in
women in the CASTLE study: a cohort study. BMC Fam 28. Wallace LM, Dunn OM, Alder EM, Inch S, Hills RK, Law
Pract. 2015; 16 (1): 181. SM. A randomised-controlled trial in England of a postnatal
midwifery intervention on breastfeeding
14. Dias JS, Vieira TO, Vieira GO. Fatores associados ao
duration.Midwifery.2006; 22: 262-73.
trauma mamilar no período lactacional: uma revisão
sistemática. Rev Bras Saúde Mater Infant. 2017; 17 (1): 27- 29. Biancuzzo M. Maternal physical assessment and coun-
42. seling. In: Biancuzzo M. Breastfeeding the newborn. St.
Louis: Mosby. 1999; p. 226-304.
30. Brasil. Ministério da Saúde. Saúde criança:nutrição infantil/
Received on September 3, 2019 Aleitamento materno e alimentação complementar. Brasília,
DF; 2009.
Final version presented on February 9, 2020
Approved on March 27, 2020

Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020 703
Handayani et al. The association between breastfeeding...

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia


Indonesian Journal of Medicine and Health

Journal homepage : www.journal.uii.ac.id/index.php/jkki

The association between breastfeeding technique and knowledge


with exclusive breastfeeding
Lina Handayani*1, Yunengsih1, Solikhah1, Azidanti Saufi1
1
Faculty of Public Health, Ahmad Dahlan University, Yogyakarta
Original Article
ABSTRACT
ARTICLE INFO
Background: Breastmilk is the ideal food for babies. There are various
Keyword: inhibiting factors for the formation of awareness of parents in providing
knowledge,
breastfeeding techniques, exclusive breastfeeding for example ignorance from the mother about
exclusive breastfeeding. the importance of breastfeeding, how to breastfeed properly, and
*Corresponding author: aggressive marketing launched by infant formula manufacturers.
linafkm@gmail.com
Objective: TThis study aimed to determine the association between
DOI : 10.20885/JKKI.Vol7.Iss5.art7
knowledge and techniques of breastfeeding with exclusive breastfeeding
in the area of Puskesmas Pengasih II, Kulonprogo.
Methods: This research employed cross-sectional design. The population
was all mothers with babies six to 12 months with total sample 142
mothers. The data was analyze using Chi-square test with alpha
significance=5%.
Results: This study found more subjects with a low level of knowledge
(57%), the same goes with breastfeeding technique (52,1%). There was
statistically significant association between knowledge with exclusive
breastfeeding (p=0,006). There was a statistically significant association
between breastfeeding technique with exclusive breastfeeding
(p=0,002).
Conclusion: There were relationships between knowledge (p = 0.006) and
feeding techniques (p = 0.002) with exclusive breastfeeding.

Latar Belakang: ASI adalah makanan paling ideal untuk bayi. Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya
ASI, cara menyusui dengan benar, serta pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh para produsen
susu formula, merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua untuk memberikan
ASI exclusive.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan dan teknik menyusui dengan
pemberian ASI exclusive di wilayah kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo.
Metode: Jenis penelitian adalah observasional dengan metode cross sectional. Population penelitian
adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi enam sampai 12 months sebanyak 142 orang, menggunakan
teknik total sampel. Analisis data menggunakan uji Chi square dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil: Ibu dengan tingkat pengetahuan rendah lebih banyak (57%) begitu juga pengetahuan teknik
menyusui (52,1%). Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eklsusif (p=0,006) dan ada
hubungan antara teknik menyusui dengan pemberian ASI ekslusif (p=0,002).
Kesimpulan: Ada hubungan tingkat pengetahuan dan teknik menyusui dengan pemberian ASI exclusive.

214
JKKI 2016;7(5):214-218

INTRODUCTION questionnaire with adequate reliability (Alpha


World Health Organization (WHO), stated Cronbach = 0.75)5 comparable to previous
that breastfeeding is an incomparable way of reliability (Alpha Cronbach = 0.77). 5Check list
providing ideal nutrition for appropriate was used to measure ‘breastfeeding
growth and development of a baby.1 technique’ variable, adapted from Ikatan
International guidelines, which recommend Bidan Indonesia (IBI/ Indonesian Midwife
exclusive breastfeeding within the first 6 Association). Data analysis used Chi Square
months, are based on scientific evidence with 0,05 significantly.
about the benefit of breast milk for baby’s
immunology, growth, and development.2 RESULTS
Nevertheless, the proportion of exclusive This study was done in mothers who have
breastfeeding in Indonesia still could not able 6-12 months old infants and lived within
to fulfill national standard, which is 80%. the working area of Puskesmas Pengasih II
Exclusive breastfeeding is quite a difficult Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta, in the total
program to promote because it is related to of 142 mothers. Respondent characteristics
multiple aspects of various social problems in showed that the majority of subjects were
the society. The scope of exclusive within the productive age, which was 20-35
breastfeeding in Daerah Istimewa years old, in the total of 83 subjects (58,5%).
Yogyakarta (DIY) was only 58, 20% in 2012.3 However, mothers who were younger than
Knowledge or cognitive is an important 20 years old and older than 35 years old could
domain in determining one’s action, including still be found. Most respondents had high
the action of exclusive breastfeeding. The educational status (graduated high school or
knowledge related in this case are those above) in the total of 85 subjects (59,9%) but
specifically regarding exclusive breastfeeding lower educational status was also found in
and not general knowledge. An action could the total of 57 subjects, and elementary
only be realized through some stages, such as graduate could still be found (Table 1).
knowledge, attitude, and practice. In terms of Table 2 showed that most infants in this
this study, the practice of exclusive study were 12 months old, in the total of 28
breastfeeding could happen only if a mother infants (19,7%), while the least was 6 months
has adequate knowledge, attitude, and old infant in the total of 11 infants (7,7%).
breastfeeding technique. As much as 55% mothers who had little
Based on these reasons, we aimed to do a knowledge about breastfeeding did not provide
study to determine the association between exclusive breastfeeding for their babies, while
breastfeeding knowledge and technique with there were more mothers with more knowledge
the scope of exclusive breastfeeding in the about exclusive breastfeeding who provided
working area of Puskesmas Pengasih II. Due exclusive breastfeeding for their babies (42
to the fact that the proportion of exclusive mothers / 68,85%). The results of Chi-Square
breastfeeding in infant 0-6 months old in this test were p =0,006, RP=1,78 and 95% CI
area was only 48% in 2012.4 =1,171- 2,717.
As much as 58,1% mothers with lesser
METHODS breastfeeding technique did not provide
This research used cross-sectional exclusive breastfeeding for their babies, while
approach. The population target of this study there were more mothers with better
was all mothers who have 6-12 months old breastfeeding technique who provided
infant and lived within the area of Puskesmas exclusive breastfeeding for their babies
Pengasih II Kabupaten Kulon Progo (69,11%). The results of Chi- Square test
Yogyakarta, in the total of 142 mothers. were p=0,002,RP=1,88 and 95% CI=1,255-
Sampling technique was Total sampling. The 2,821.
instrument used in this study was

215
Handayani et al. The association between breastfeeding...

Table 1. Distribution of respondent based on demographic characteristics


Characteristic Total Percentage (%)
Age <20 years old 14 9,8
20-35 years old 83 58,5
35 years old 45 31,7
Educational Status Elementary 14 9,9
Junior high school 43 30,3
Senior high school 66 46,5
Bachelor degree 19 13,4
Occupation Houswives 94 66,2
Farmers 10 7,0
Private company’s employee 15 10,6
Merchant 9 6,3
Civil servant 11 7,7
Entrepreneur 3 2,1
Financial Income < Minimum wage 57 40,1
> Minimum wage 85 59,9
Number of Children One 52 36,6
Two 60 42,3
>2 30 21,1
Previous Breastfeeding history Exclusive breastfeeding 48 33,8
Non Exclusive breastfeeding 42 29,6
Never 52 36,6
Table 3. Breastfeeding knowledge and adequate breastfeeding
technique
Table 2. Distribution of infant’s age 6-12 months. Age Total Percentage
(n) (%)
No. Age Total Percentage (%)
Breastfeeding High 61 43
1 6 months 11 7,7
knowledge
2 7 months 14 9,9
Low 81 57
3 8 months 19 13,4
Breastfeeding High 68 47,9
4 9 months 22 15,5 technique
5 10 months 22 15,5 Low 74 52,1
6 11 months 26 18,3 Breastfeeding Exclusive 78 54,9
7 12 months 28 19,7 breastfeeding
Non-exclusive 64 45,1
breastfeeding

DISCUSSION statistically significant association between


Association between breastfeeding knowledge the level of breastfeeding knowledge with
with exclusive breastfeeding
exclusive breastfeeding. Biologically, the
The results of Chi-Square analysis showed
result showed RP 1,784, which mean that
p-value 0,006 (<0,05), which mean that there
mothers with lesser knowledge about
was
exclusive breastfeeding have

216
JKKI 2016;7(5):214-218

1,78 more tendency of not providing


exclusive breastfeeding for their babies Dungy, et al (2008).1 They found that
compare to those with more knowledge. knowledge is a predictor for breastfeeding
Knowledge is one of the predisposing factor, initiation. In contrast, Chatman, et al (2004) in
or in other words, the action of a person could Jamaica1 found no significant correlation
be determined by the level of their between the level of knowledge with exclusive
knowledge. Lack of knowledge impacts breastfeeding and this is in line with social
negatively on a mother’s action of providing cognitive theory (SCT).16 SCT perspectives
exclusive breastfeeding for her babies.6 stated that a mother’s action could be
The results of this study are similar to the affected by multiple factors, one of which is
previous study by Sriningsih who found that personal factors such as knowledge.
there was statistically significant association
between a mother’s knowledge with The association between breastfeeding
exclusive breastfeeding (p=0,015).7 It is technique with exclusive breastfeeding
hoped that the more knowledge a mother has The results of the Chi-Square analysis
on exclusive breastfeeding, the better her showed that p-value 0,002 (<0,05), which
tendency on providing exclusive breastfeeding means that there was statistically significant
for her babies. In contrast, the lesser a mother’s association between breastfeeding technique
knowledge, then the lesser her tendency on and exclusive breastfeeding. Biologically, RP
providing exclusive breastfeeding for her value 1,88 which means that a mother with
babies. Knowledge or cognition is a very lesser breastfeeding technique has 1,88 times
important factor in forming a person’s action, more tendency to not provide exclusive
one of which is the less knowledge a mother breastfeeding for her baby, compare to those
has about the importance of breastmilk would with better breastfeeding technique.
alter her perception on providing breastmilk This result is coherent with the previous
for her babies.8 A mother who lacks study by Rumpiati who found that there was
knowledge about the importance of statistically significant association between
exclusive breastfeeding would have worse breastfeeding technique and exclusive
tendency on providing exclusive breastfeeding (p=0,027).17 The better a
breastfeeding for her babies and would mother’s breastfeeding technique, the better
assume that breast milk substitutes (such as her tendency to provide exclusive breastfeeding
formula milk) would be better thus she for her babies. Contrary, the lower a mother’s
would not give exclusive breastfeeding for ability to provide adequate breastfeeding
her babies.9 technique, the lesser her tendency to give
Tradition could also affect a person’s exclusive breastfeeding for her babies.
knowledge. There are a few other factors that Chronologically, it could be said that
could affect knowledge, such as level of action or behavior could only be realized if a
education, occupation, age, environment, and person already has adequate knowledge,
sociocultural background.10 Susin, et al (1999) attitude, and practice. In this context, the
found that mothers who have better practice of exclusive breastfeeding could be
knowledge would have better tendency on achieved when a mother already has adequate
providing exclusive breastfeeding.1 Kong and knowledge, attitude, and good breastfeeding
Lee, (2004) concluded in their study that technique.6
knowledge is an important factor to Most mothers, who chose not to breastfed
determining the tools or method used in their babies, usually not because they are
providing food for babies.12 Furthermore, physically incapable but mostly due to
previous research by Shaker, Scott, & Reid, inappropriate lactation counseling, one of
(2004) showed that parents, who gave their which is about breastfeeding technique.
children breastmilk, have better Sometimes, mothers look like they are able to
understanding about the benefits of appropriately breastfed their babies, but most
breastfeeding.1 The result of this study is also of the times they actually
similar to the previous research by
217
Handayani et al. The association between breastfeeding...

lack knowledge about adequate tuk Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
breastfeeding technique. A previous study
18
2004. 95 p.
by Nurhidayah stated that knowledge is an 10. Wawan A, Dewi M. Pengetahuan, sikap
important variable which has a major dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha
association with breastfeeding technique in Medi- ka; 2011.
postpartum mothers.19 Thus, mothers who 11. Susin LR, Giugliani ER, Kummer SC,
have lesser knowledge about breastfeeding Maciel M, Simon C, daSilveira LC. Does
technique would show inadequate parental breastfeeding knowledge
breastfeeding practice. increase breast- feeding rates? Birth
(Berkeley, Calif). 1999 Sep;26(3):149–56.
CONCLUSION 12. Kong SKF, Lee DTF. Factors influencing
Either the level of knowledge and de- cision to breastfeed. Journal of
breastfeeding technique of mothers, who live Advanced Nursing. 2004 May;46(4):369–
in the working area of Puskesmas Pengasih 79.
II, was found to be low. There was a 13. Shaker I, Scott JA, Reid M. Infant feeding
statistically significant association between at- titudes of expectant parents:
knowledge and breastfeeding technique with Breastfeeding and formula feeding.
exclusive breastfeeding. Further efforts are Journal of advanced nursing. 2004
Feb;45(3):260–8.
needed in order to improve breastfeeding
14. Dungy CI, McInnes RJ, Tappin DM, Wal-
knowledge and breastfeeding technique
lis AB, Oprescu F. Infant feeding attitudes
through the continuous cooperation of related
and knowledge among socioeconomically
departments, such as Health Department. disadvantaged women in Glasgow. Mater-
nal and Child Health Journal. 2008 May
REFERENCES 10;12(3):313–22.
1. Indiarti MT. Nutrisi bayi. Yogyakarta: 15. Chatman LM, Salihu HM, Roofe MEA,
Caha- ya Ilmu; 2009. Wheatle P, Henry D, Jolly PE. Influence
2. Prasetyono DS. Buku pintar ASI exclusive. of knowledge and attitudes on exclusive
Yogyakarta: Diva Press; 2012. 247 p. breastfeeding practice among rural
3. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa, Jamai- can mothers. Birth. 2004
Yogyakarta. Profil kesehatan Provinsi Dec;31(4):265– 71.
Daer- ah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta; 16. Bandura A. Health promotion by social
2012. cog- nitive means. Health Education &
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo. Behavior. 2004 Apr 30;31(2):143–64.
Profil kesehatan Kabupaten Kulon Progo. 17. Rumpiati. Hubungan antara Teknik
2012. meny- usui dengan keberhasilan laktasi
5. Handayani L. Contributions of social sup- pada ibu primipara di wilayah Puskesmas
port, knowledge, attitude, and self-efficacy Kaibon Kabupaten Madiun. Jurnal
on breastfeeding practice in Indonesia. Kebidanan. 2004;3(1).
2012 [cited 2018 Jul 31]; Available from: 18. Henderson C. Buku Ajar Konsep
http:// Kebidanan. Jakarta: EGC. 2006.
eprints.utm.my/id/eprint/31963/1/Lina- 19. Nurhidayah DS. Hubungan tingkat penge-
HandayaniPFP2012.pdf tahuan ibu primipara tentang menyusui
6. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan dengan teknik menyusui di ruang rawat
ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Citra; 2007. inap posnatal RSUP Patmawati. Skripsi.
7. Sriningsih I. Faktor demografi, Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kese-
pengetahuan ibu tentang air susu ibu dan hatan Universitas Pembangunan Nasional
pemberian ASI exclusive. Jurnal Kemas. Veteran Jakarta. 2012.
2011;6(2):100–6.
8. Roesli U. Mengenal ASI ekslusif. Jakarta:
Trubus Agriwidya; 2005.
9. Purwanti SH. Konsep penerapan ASI ex-
clusive. Monica E, editor. Buku Saku Un-
218

Anda mungkin juga menyukai