DISUSUN OLEH :
Nadianingsih
PO.71.24.22.100.64
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan Kasus Asuhan
Kebidanan Komprehensif Pada Masa Nifas dengan Teknik Menyusui Yang Benar
Pada Ny. S P4 A0 H4 Tahun 2021 ”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan
ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan sejumlah pihak. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Hj. Suryani, S.Pd, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Jambi
3. Herinawati, M.Keb Selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan petunjuk
dan pembelajaran, bimbingan serta motivasi dalam pembuatan laporan ini.
4. Rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan saran dan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangunakan sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................................4
A. Judul Kasus.......................................................................................................................61
B. Identitas Pasien..................................................................................................................61
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus....................................................................................................................71
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................................74
B. Saran..................................................................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................76
LAMPIRAN JURNAL......................................................................................................77
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah plsenta
keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat kandungan akan kembali
pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu untuk memulihkan kesehatan ibu yang
umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Nugroho, Nurrezki, Desi & Wilis, 2014). Nifas
adalah periode mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan (Kementrian Kesehatan,
2014).
Setelah ibu melahirkan dan memasuki masa nifas dan pada saat itu pula ibu mulai
merasakan kelengkapan menjadi seorang ibu yaitu dapat menyusui bayinya secara langsung
dari payudaranya. Menurut pernyataan bersama World Health Organization (WHO)/ United
Nations International Children Emergency Fund (UNICEF) menyusui ialah suatu cara yang
tidak ada duanya dalam memberikan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan unik terhadap kesehatan
Memberikan ASI pada bayi harus didukung pula dengan teknik menyusui yang benar
agar manfaat dari ASI tersebut juga lebih maksimal. Pengalaman Roesli sebagai dokter
spesialis anak menunjukkan, dari 100 orang ibu yang tidak bisa menyusui, hanya dua orang
ibu memiliki kesalahan hormonal atau fisik, sedangkan yang lain karena kesalahan
manajemen laktasi. Bayi kekurangan ASI umumnya bukan karena ibu tidak dapat
memproduksi ASI cukup untuk si bayi, namun karena bayi tidak dapat mengambil ASI
1
sebanyak yang ia perlukan. Hal ini pada umumnya disebabkan posisi menyusui kurang tepat.
Posisi menyusui disini adalah posisi mulut bayi dengan puting susu ibu (Roesli, 2008)
Di Indonesia ibu yang menyusui bayinya masih sangat rendah. Hal ini berdasarkan
data dari World Heath Organization (WHO 2016), angka ibu menyusui di Indonesia baru
berada pada angka 15,3% dari angka kelahiran yang mencapai 4,5 juta bayi pertahun.
Sedangkan menurut hasil penilitian yang dilakukan oleh Oxford University dan Institute For
Social and Economic Research, bayi yang disusui ASI akan menjadi anak yang lebih pintar,
denagn IQ lebih tinggi 3-5 point dari pada yang tidak disusui.Menurut Hidajati (2012)
dikatakan paritas adalah jumlah anak yang perna dilahirkan oleh seorang ibu.4 Perinansia
(2014) .
Hidajati (2012) dikatakan seorang ibu dengan bayi pertamanya munkin akan
menyusui yang benenarnya dan apabila ibu mendengar ada pengalaman menyusui yang
kurang baik yang dialami orang lain. Hal ini memungkinkan ibu ragu untuk memberikan
Menyusui dengan teknik yang salah dapat menimbulkan masalah seperti puting
susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi
ASI dan menyebabkan kebutuhan ASI bayi tidak tercukupi. Menurut Riksani (2012) dengan
teknik menyusui yang benar akan mendorong keluarnya ASI secara maksimal sehingga
pada ibu pasien melahirkan. Proses menyusui yang perlu dilakukan dan ditaati Ibu Menyusui
pasca melahirkan, paling sedikit enam bulan. Ibu Menyusui perlu manajemen diri yang kuat
2
dalam sadar diri dan determinasi diri. Pengetahun dan sikap Ibu Menyusui tentang
manajemen laktasi sangat mempengaruhi Ibu Menyusui dalam pemberian ASI, dimana
laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses
kesehatan dan pengertian masyarakat melalui konsep promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Dalam standar pelayanan kebidanan, bidan memberikan pelayanan bagi ibu
pada masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu
keenam setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang
mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara
umum, personal hygiene, nutrisi, perawatan bayi baru lahir termasuk mengajarka tenik
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana
Asuhan Kebidanan masa Nifas pada Ny. M umur 22 tahun P1 A0 H1 dengan teknik menyusui
yang benar ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. M umur 22 tahun P1 A0 H1
3
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan identifikasi dan analisis data dasar masa nifas pada Ny. M
c. Mampu mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial masa nifas pada Ny. M.
d. Mampu melaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera masa nifas pada Ny.
M.
e. Mampu menentukan rencana tindakan Asuhan Kebidanan masa nifas pada Ny. M.
g. Mampu melaksanakan Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan masa nifas pada Ny.
M.
D. Manfaat
1. Bagi penulis
4
2. Bagi masyarakat
Sebagai masukan dan bahan perbaikan atas pelayanan yang diberikan kepada klien/
masyarakat.
4. Bagi Institusi
Menambah literature atau sumber bacaan tentang Asuhan Kebidanan masa Nifas.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah plsenta
keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat kandungan akan
kembali pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu untuk memulihkan
kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Nugroho, Nurrezki,
Desi & Wilis, 2014). Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca
a. Puerperium Dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intermedial
Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih
c. Remote Puerperium
6
Waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna
terutama ibu apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
Menurut Sukarni & Margareth, (2013) perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
nifas, yaitu:
Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genetalia
1) Involusi uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri
dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan sebelum
hamil.
Plasenta 1000
Setinggi pusat 12,5 cm Lembut/lunak
lahir gram
Pertengahan
7 hari 500
antara pusat dan 7,5 cm 2 cm
(minggu 1) gram
shymphisis
7
(minggu 2) gram
2) Perubahan ligamen
seperti sediakala.
Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang
seperti celah. Karena hyper palpasi ini di dank arena retraksi dari serviks,
ostium extarnum tidak serupa dengan keadaan sebelum hamil. Pada umumnya
ostium externum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada
4) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Pengeluaran lochea dapat dibagi
berdasarkan waktu dan warnanya, yaitu lochea rubra, lochea serosa, dan lochea
alba.
8
verniks caseosa, rambut
sisa darah.
merah
laserasi plasenta.
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5,
untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa
9
hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut
Perubahan hormonal pada masa hail (kadar steroid yang tinggi) turut
wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa
pasca partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua sampai delapan minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil.
Pada sebagian wanita, dilaktrasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.
tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Tempat yang lemah ini menonjol
2) Kulit abdomen
dinamakan strie.
3) Striae
10
4) Perubahan ligamen
kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur menciut kembai seperti
sedia kala.
5) Simpisis pubis
Meskipun relatif jarang, tetapi simfisis pubis yang terpisah ini merupakan
Menurut Marmi (2015), tanda-tanda vital yang haris dikaji pada masa nifas, yaitu:
1) Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0C. Pasca melahirkan, suhu
tubuh dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal. Kenaikan suhu tubuh
ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun
kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca
melahirkan, denyut nadi dapat menjadi brakikardi maupun lebih cepat. Denyut
nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infksi atau
11
3) Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri
ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan
darah normal manusia adalah sistolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus
normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi
tekanan darah tiggi pada ibu post partum merupakan tanda terjadinya pre
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini
dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum
kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, dan
12
menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700 kalori
tubuh. Beberapa vitamin dan mineral yang ada pada air susu ibu mendapat
vitamin yaitu hewan dan nabati, sedangkan sumber mineral dapat didapatkan
dari ikan, daging banyak mengandung kalsium, fosfor, zat besi, seng dan
yodium.
menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik.
Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygiene yang baik.
Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar segat,
tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran atau menularkan kuman
Namun masih harus menjalani proses yang tak kalah merepotkan, yakni
13
tua, sel-sel mati (neukrosis), serta sel-sel dinding rahim (endometrium) yang
disebu lochea.
d. Istirahat
setelah melahirkan. 3 hari pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi ibu
karena perineum. Secara teoritis pola tidur kembali mendekati normal dalam
gangguan pola tidur yang lebih besar. Kurang istirakat dapat mempengaruhi
dirinya sendiri.
e. Seksual
pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka
episiotomi dan luka bekas seksio sesaria (SC) biasanya telah sembuh dengan
baik. Bila suatu persalinan di pastikan tdak ada luka atau robekan jaringan,
hubungan seks bahkan telah boleh dilakukan 3-4 minggu setelah melahirkan.
14
tertenu mengeluh hubungan masih terasa sakit atau nyeri meskipun telah
f. Eliminasi
springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasma oleh iritasi
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila
g. Latihan/Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan,
setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas merupkan latihan
yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara
Salah satu senam nifas yaitu senam kegel yang akan membuat
15
5. Proses Adaptasi dan Psikologi Ibu Nifas
Perubahan emosi normal yang dapat terjadi pada masa nifas menurut
didominasi oleh hal baru dan asing yang tidak terduga ini.
dingin terhadap periwtiwa yang baru terjadi, terutama bila ibu mengalami
c. Beberapa ibu mungkin merasa dekat dengan pasangan dan bayi, sama halnya
dengan ibu yang idak tertarik dengan bayinya, meskipun beberapa ibu yang
e. Takut terhadap hal yang tidak diketahui dan terhadap tanggung jawab yang
g. Nyeri.
Menurut Marmi, (2015), hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:
16
b. Psikologi : Dukungan dari keluarga sangat diperlukan.
c. Sosial : Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani
d. Psikososial.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Rukiyah dkk,
2011).
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
17
b. Kunjungan 2 (6-14 hari setelah persalinan)
penyakit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.
B. Konsep Laktasi
a. Pengertian
disekresi dan pengeluaran ASI sampai pada proses bayi menghisap dan menelan ASI
(Marmi, 2015).
b. Proses laktasi
18
Pembetukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu di pengaruhi
mulai memasuki pubertas ( usia 9 hingga 12 tahun), maka sel – sel payudara akan
di picu untuk berfolerasi lebih pesat ( contohnya, maturasi alveolus) oleh hormon
plasenta. Kadar keduanya akan menurun saat hari ke dua atau ke tiga pasca
persalinan karena plasenta dan krpus luteum. Sel yang terbentuk dalam ovari dan
tersebut telah lepas dan kurang befungsi. Hasilnya akan terjadi sekresi ASI
susu serta estrgen yang menjadi penghambat efek stimulatorik prolaktin sudah
hilang (sutanto,2019).
dari hisapan bayi pada puting susu tersebut di lanjutkan ke hipofisis posterior
sekitar alveolus akan berkontraksi dan mendorong asi yang telah terbuat masuk
19
c. Mekanisme menyusui
Reflek ini muncul ketika payudara ibu menempel pada pipi atau disekeliling
mulut bayi. Hal ini menyebabkan kepala bayi memutar menuju ke putting susu
yang menyentuh pipi bayi secara spontan bayi akan membuka mulut dan
Ketika langit-langit mulut bayi tersentuh putting susu ibu maka reflek ini akan
muncul, putting susu yang secara langsung masuk dalam mulut bayi maka akan
menarik lebih jauh dan menekan aerola sehingga dengan tekanan tersebut bibir
dan gerakan rahang akan berirama samapi ke sinus lakteferius kemudian air
Ketika mulut bayi sudah terisi dengan ASI maka reflek ini akan muncul, dan
bayi akan menelan dengan spontan otot-otot di pipi akan melakukan gerakan
menghisap secara terus bertahap dan ASI akan keluar banyak (Icesmi, 2013).
d. Manfaat menyusui
20
b) Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protein,
c) ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta
ideal.
kelahiran bayi.
kebersihannya terjamin.
kerusakan.
2) Bagi ibu
oksitosin.
21
(2) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap
(3) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian karsinoma
(4) Pemberian ASI mudah karen tersedia dalam keadaan segar dengan suhu
c) Aspek Psikologi
Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang
berhasil menyusui bayinya dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan
anak.
a) Aspek ekonomi
(2) Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak
b) Aspek Psikologis
22
c) Aspek Kemudahan
Faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi
bayi baik, karena ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi.
Subsidi untuk rumah sakit dapat berkurang karena rawat gabung akan
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu menyusui
formula.
yaitu:
1) Kondisi bayi pada saat ingin menyusu, seperti bayi mengantuk sehingga tidak
23
2) Rooting, yaitu menyentuhkan tangan atau puting ke mulut bayi agar bayi dengan
segera membuka mulutnya dengan lebar sehingga perlekatan bayi tidak hanya
pada puting saja, namun mencapai hingga sebagian besar areola payudara.
3) Pengetahuan ibu tentang teknik laktasi. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang
menyusui akan mudah dalam meberikan ASI pada bayinya dibanding ibu yang
4) Kondisi fisik dan mental ibu. Kondisi ibu yang biasanya sangat berpengaruh
dalam menyusui bayinya yaitu ibu menderita penyakit penyakit kronis. Selain
itu, kondisi mental, ibu stress akan mempengaruhi produksi ASI, sehingga
Payudara atau mamae adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas
otot dada. Fungsi dari pyudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.
gram, sat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram ( sutanto, 2019).
24
1 Korpus (badan) Bagian yang membesar
25
Lobus Beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20
laktiferus besar.
oleh
keluar.
26
27
& dewi, 2011)
(Sutanto, 2019).
sempurna (datar atau tenggelam) akan menjadi penyulit bagi bayi untuk
ASI.
6) Anatomi dan fisiologi bayi. Anatomi bayi yang sangat mempengaruhi tindakan
menyusui yaitu ketika bayi mengalami kelainan pada bibir dan pallatumnya yang
tertentu dalam pemberian ASI. Sedangkan kelainan fisiologis yang biasa terjadi
yaitu terjadinya ikterus pada bayi, bayi enggan menyusu karena merasa kurang
1) Makanan Ibu
cukup zat gizi yang diperlukan maka tentu kelenjar-kelenjar pembuat ASI tidak
akan dapat bekerja dengan sempurna sehingga berpengaruh pada produksi ASI.
28
29
2) Frekuensi Pemberian Susu
akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi menyusui pada bayi prematur
dan cukup bulan berbeda. Menyusui bayi paling sedikit 8 kali per hari
ASI yang lebih rendah dibanding dengan bayi yang berat lahir normal.
ini dikarenakan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34
minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga
produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya
kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan oleh berat badan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan ibu yang selalu
dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan ketegangan emosional
akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI.
30
6) Konsumsi Rokok dan Konsumsi Alkohol
8) Perawatan Payudara
31
3) Lingkungan (keyakinan, dukungan keluarga, tempat tinggal, dan sosial ekonomi).
1) Tingkatkan frekuensi menyusui atau memompa atau memeras ASI. Jika anak
belum mau menyusu karena masih kenyang, perahlah atau pompalah ASI.
Produksi ASI prinsipnya based on demand sama seperti prinsip pabrik, yaitu jika
makin sering diminta susu atau diperas atau di pompa maka makin banyak ASI
yang di produksi.
2) Ibu harus dalam keadaan rileks. Kondisi ibu menyusui sangat menentukan
keberhasilan ASI eksklusif. Disini juga memerlukan peran dan dukungan suami
agar menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu, sehingga ibu dapat lebih rileks
a. Pengertian
32
kesehatan maupun orang yang terdekat disekitarnya agar dapat membantu ibu
Teknik Menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Cara menyusui sangat
Selain harus mengetahui apakah bayi menyusui secara efektif atau tidak, ibu
juga harus mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar. Pada saat menyusui
bayi, ada beberapa cara yang harud diketahui seorang ibu tentang cara menyusui
a. Duduk dengan posisi santai dan tegak dengan menggunakan kursi yang
rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi. Bayi ditidurkan diatas
lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan, kepala bayi
33
tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan
ibu.
2) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu
didepan.
d. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari
e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut )rooting reflek) dengan cara
menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
34
f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang
2) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disanggah
lagi.
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti
a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau
4. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting
5. Menyendawakan bayi.
35
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya
di tepuk perlahan-lahan.
menyusui ibu dan bayi berjalan dengan baik, yang disingkat dengan BREAST,
yaitu Body position (posisi badan), response (respon), emotional bonding (ikatan
36
emosi), anatomy (anatomi), suckling (menghisap) dan time (waktu) yang dipakai
untuk menghisap.
Tabel 1
menyentuh payudara
kepala yang
ditopang).
menyusu.
37
- Bayi gelisah atau
38
menangis.
- Bayi
menghindar/tergelincir
dari payudara
Emosi ) - Perhatian terhadap muka dari si ibu - Tidak ada kontak mata
menggoyang atau
menggendong bayi.
- Payudara tampak
39
- Lebih banyak areola di atas ke bawah
- Dapat mendengar
c. Posisi menyusui
Agar proses menyusui berjalan dengan lancar, maka seorang ibu harus
mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi
secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan
perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat
penting. Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi selama proses menyusui
berlangsung.
40
Sebelum menyusui ibu harus mengetahui bagaimana memegang bayi. Dalam
memegang bayi. Dalam memgang bayi pastikan ibu melakukan 4 butir kunci sebagai
berikut:
1. Kepala bayi dan badan bayi harus dalam satu garis yaitu. Bayi tidak dapat mentee
2. Muka bayi menghadap payudara dengan hidung menghadap putting yaitu seluruh
badan bayi menghadap badan ibu. Ia harus menjauhi secukupnya sekedar dapat
melihat. Posisi ini adalah terbaik untuk bayi, untuk menghisap payudara, karena
4. Apabila bayi baru lahir, ia harus meopang bokong bukan hanya kepala dan bahu
merupakan hal yang penting untuk bayi baru lahir. Untuk bayi lebih besar meopang
Ada beberapa posisi menyusui yaitu posisi berdiri, posisi rebahan, posisi
1. Posisi berdiri
Bila ingin menyusui dengan posisi berdiri diusahan bayi merasa nyaman
b. Saat menyusui sebaiknya tetap disangga dengan lengan ibu agar bayi
41
c. Lekatkan badan bayi ke dada ibu dengan meletakkan tangan bayi di
belakang atau samping ibu agar tubuh ibu tidak terganjal saat menyusu.
2. Posisi rebahan
e. Posisikan paha ibu membantu menyangga tubuh bayi, namun kalau kurang
42
Gambar 7 posisi menyusui dengan rebahan
3. Posisi duduk
Posisi menyusu dengan duduk dapat dilakukan dengan posisi santai dan tegak
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi. Adapun cara menyusu dengan proses duduk yaitu :
a. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas
pangkuan ibu
b. Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletkkan pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau
c. Satu tangan bayi diletkkan di belakang badan ibu dan yang satu didepan
43
4. Posisi menggendong ( The Cradle Hold)
Posisi ini disebut juga dengan posisi menyusui klasik. Posisi ini sangat
baik untuk bayi yang baru lahir secara persalinan normal. Adapun cara menyusui
b. Jika bayi menyusu pada payudara kanan, letakkan kepalanya pada lekuk siku
c. Arahkan badan bayi sedemikan rupa sehingga kuping bayi berada pada satu
garis lurus dengan tangan bayi yang ada di atas (berbaring menyamping
dengan muka, perut dan lutut menempel pada dada dan perut ibu)
44
5. Posisi menggendong menyilang (transisi)
mulutnya ke putting susu karena payudara ibu yang besar sementara mulut bayi
kecil. Posisi ini juga baik untuk bayi yang sedang sakit. Cara menyusui bayi dengan
a. Pada posisi ini tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk siku, melainkan
b. Jika menyusui pada payudara kanan maka menggunakan tangan kiri iuntuk
memegang bayi
d. Lalu arahkan mulutnya ke putting susu dengan ibu jari dan tangan ibu
Posisi ini dapat dipih jika ibu menjalani operasi Caesar (untuk meghindari
bayi berbaring di atas perut). Selain itu posisi ini juga bisa digunakan jika bayi lahir
kecil atau memiliki kesulitan dalam menyusu, putting susu ibu datar atau ibu
45
mempunyai bayi kembar. Adapun cara menyusui dengan posisi football atau
mengepit adalah:
dilakukan dengan hati-hati, jika ibu mendorong bayinya dengan keras kearah
d. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan ia menggunakan tangan
Posisi ini baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu
merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang
melahirkan melalui operasi caesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalag
pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena itu,
harus didampingi oleh orang lain ketika menyusui. Pada posisi ini kesukaran
perlekatan yang lazim apabila berbaring adalah bila bayi terlalu tinggi dan kepala
46
bayi harus mengarah ke depan untuk mencapai putting. Menyusui berbaring miring
jyga berguna pada ibu ingin tidur sehingga ia dapat menyusui tanpa bangun.
b. Mintalah bantuan pasangan untuk meletakkan bantal dibawah kepala dan bahu,
serta diantara lutut. Hal ini akan membuat punggung dan pangggul pada posisi
yang lurus.
c. Muka ibu dan bayi tidur berhadaoan dan bantu menempelkan mulutnya ke
putting susu
d. Jika perlu letakkan bantal kecil atau lipatan selimut dibawah kepala bayi agar
bayi tidak perlu menegangkan lehernya untuk mencapai putting dan ibu tidak
perlu membungkukan badan kea rah bayinya, sehingga tidak cepat lelah.
Ada posisi menyusui secara khusu yang berkaitan dengan situasi tertentu
seperti menyusui pasca operasi Caesar, menyusui pada bayi kembar dan menyusui
47
a. Posisi menyusui pasca operasi Caesar
Posisi football atau mengepit sama dengan ibu yang melahirkan melalui seksio
caesaria, posisi football juga tepat untuk bayi kembar, di mana kedua bayi disuse
memegang bola
4) Untuk memudahkan kedua bayi dapat diletkkan pada satu bidan datar
5) Dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua bayi kembarnya saja
48
Gambar 13 posisi menyusui bayi kembar
49
c. Posisi menyusui dengan ASI berlimpah
Pada ibu-ibu yang memiiki ASI berlimpah dan memancar (penuh) dan alirannya
deras, terdapat posisi khusus untuk menghindari agar bayi tidak tersedak dengan
cara : ibu tidur terlentang lurus, sementara bayi di atas perut ibu dalam posisi
tengkurupkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi. Dengan
( Natia, 2018; ASI dan Panduan Ibu Menyusui; Yogyakarta Hal 31-50 )
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu
menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga memengaruhi produksi
ASI selanjutnya bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusu dengan benar,
masuk.
10) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
2) Bayi hanya menyusu pada putting susu, tidak menyusu pada areola dengan
3) Bayi menyusu dengan ringan, cepat, dan gugup, tidak menyusu dengan sungguh-
5) Ibu tidak mendengar bayinya menelan secara teratur setelah produksi air susu
meningkat.
Menurut (Mulyani, 2015), bayi dikatakan cukup ASI bisa menunjukan tanda-tanda
sebagai berikut:
1) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8-
51
2) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih
3) Bayi akan buang air kecil (BAK) setidaknya 6-8 kali sehari.
7) Pertumbuhan Berat Badan (BB) bayi dan Tinggi Badan (TB) sesuai dengan
grafik pertumbuhannya.
rentang usianya.
9) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan cukup.
Putting susu yang lecet memliki masalah yang paling banyak dialami ibu
menyusui. Putting lecet akibat beberapa factor. Dapat disebabkan oleh trush atau
dermatitis dan yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya
dalam mulut bayi. Putting lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, bayi tidak
benar melepaskan isapan atau jika ibu sering membersihkan putting dengan
alcohol atau sabun. Putting susu yang lecet dapat membuat ibu merasa tersiksa
saat menyusui karena rasa sakit. Jika ibu melewati waktu menyusui untuk
Cara menangani :
52
2. Obati penyebab putting susu lecet, terutama perhatikan posisi menyusui
4. Ibu dapat terus memberikan cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi
5. Olesi putting susu dengan ASI akhir, jangan sekali-kali memberikan obat
6. Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang
lebih 1x24 jam dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24
jam
8. Cuci payudra sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk menggunakan
dengan sabun
9. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit untuk
10. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan
11. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan dot
12. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu
Ada beberapa cara mengeluarkan ASI yaitu mengeluarkan ASI dengan tangan dan
53
1. Cara mengeluarkan ASI dengan Tangan
d. Letakkan ibu jari pada batas areola mamae dan letakkan jari telunjuk pada batas
e. Tekan kedua jari ini ke dalam kea rah dinding dada tanpa menggeser letak kedua
jari tadi
f. Pijat daerah diantara kedua jari tadi kea rah depan sehingga akan memeras dan
h. Setelah pancaran ASI berkurang pindahkan posisi ibu jari dan telunjuk tali
dengan cara diputar pada sisi lain dari batas areola dengan kedua jari selalu
berhadapan.
payudara
j. Jangan memijat atau menarik putting susu, karena ini tidak akan mengeluarkan
54
Gambar 1. Cara mengosongkan payudara dengan tangan
pompa
a) Tipe silindris
Pompa ini efektif dan mudah di pakai, kekuatan tekanan isapan mudah
dikontrol, baik kedua silinder maupun gerakan memompa berada dalam garis
lurus, memompa berada dalam garis lurus. Terbuat dari plastic yang tempat
pompa.
c) Tipe kerucut / plastic dan bola karet / tipe terompot (Squueeze and bulb atau
Horn).
55
Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena dapat menyakitkan dan dapat
b. Pompa Elektrik
Beberapa macam pompa listrik sudah ada di beberapa kota besar. Karena
sakit besar.
1. Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali
dengan cukup
7. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai
menyusui
56
8. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI
Berikut ini adalah beberapa jurnal penelitian yang berhubungan dengan teknik
menyusui yaitu :
Tahun
58
menggunakan
metode analisis
chi-square.
3. Judul : America Academy Tujuan setelah Metode yang Hasilnya semua
Optimalisasi Asi of Pediatrics mendapatkan digunakan ibu menyusui
Pada Ibu Nifas merekomendasikan penyuluhan adalah berupa sudah mampu
0-3 Hari Dengan pemberian ASI teknik penyuluhan melakukan
Kegiatan eksklusif kepada menyusui, teknik menyusui redemonstrasi
Sosialisasi bayi selama diharapkan dengan baik dan tekhnik menyusui
Tekhnik minimal 6 bulan peserta ibu benar dengan yang baik dan
Menyusui dan dapat nifas 0-3 hari di mengunakan benar.
dilanjutkan RSIA Santa metode ceramah
Penulis : minimal sampai Anna mampu dan tanya jawab
Yuliana bayi berusia 12 menyusui serta
Martinah, dkk. bulan. ASI dengan teknik demonstrasi
merupakan nutrisi yang baik dan tekkhnik
Tahun : terbaik yang secara benar. menyusui yang
2020 khusus ditujukan baik dan benar.
bagi bayi baru
lahir karena
mengandung
berbagai
komponen
antibodi, nutrisi
yang lengkap dan
mudah dicerna
oleh bayi baru
lahir dibandingkan
dengan susu
formula.
4. Judul : Menyusui adalah Penelitian ini Analisis Aspek sosial
Initial proses yang tidak bertujuan untuk Statistik. ekonomi dan
difficulties with hanya melibatkan mengevaluasi kesulitan
breastfeeding menyusui bayi pengaruh menyusui
technique and tetapi, kesulitan awal berhubungan
the impact on pembentukan dalam dengan masalah
duration of afektif yang menyusui payudara nifas
exclusive mendalam dengan durasi menonjol sebagai
breastfeeding ikatan antara ibu pemberian ASI faktor yang
dan bayi, eksklusif. membatasi durasi
Penulis : menghasilkan pemberian ASI
Gessandro manfaat yang tak eksklusif.
Elpídio terbantahkan untuk
Fernandes keduanya.
Barbosa,dkk. Pemberian ASI
59
Eksklusif hingga
Tahun : enam bulan
2018 setelah kelahiran
memiliki peran
yang relevan
dalam mengurangi
morbiditas dan
mortalitas anak
dengan
mengurangi
kemungkinan
beberapa penyakit
anak yang umum
berupa (Diare)
5. Judul : Terlepas dari Tujuan Metode: Hasil: pada 30
Breastfeeding rekomendasi untuk penelitian untuk Penelitian ini hari, 64% dan
technique and pemberian ASI mengevaluasi merupakan 15% ibu
the incidence of Eksklusif (EBF) pengaruh penelitian quasi- menggunakan
nipple traumas dalam enam bulan intervensi random teknik dengan
in puerperal pertama bayi terhadap intervensi benar, masing-
women attended banyak wanita kejadian trauma dengan 180 masing, pada
in a city menghentikan puting dan wanita nifas kelompok
hospital: menyusui karena kualitas teknik merata antara eksperimen dan
intervention manajemen yang menyusui pada kelompok kontrol dengan
study sulit. Seperti bulan pertama eksperimen dan RR=4.87
Trauma puting postpartum. kontrol. p<0,001. Pada
Penulis : susu adalah salah Intervensi kelompok
Thaize satu faktor yang dilakukan eksperimen,
Carvalho,dkk. terkait bersalin dan penurunan
dengan gangguan terdiri dari sesi diamati pada
Tahun : menyusui dini. pendidikan parameter teknik
2020 umumnya terkait tentang teknik menyusui yang
dengan menyusui. kurang baik
ketidaknyamanan Analisis (p≤0,05). Insiden
dan rasa sakit deskriptif putting trauma
selama menyusui. karakteristik adalah 30% pada
kelompok kelompok
dilakukan, eksperimen dan
membandingkan 38,9% pada
frekuensi kelompok kontrol
parameter yang (p = 0,21).
tidak
menguntungkan
terkait dengan
teknik menyusui
antar kelompok.
60
61
Chi-kuadrat
Pearson
uji dan uji Fisher
digunakan, dan
p≤0,05 diadopsi
sebagai tingkat
signifikansi
kritis.
6. Judul : ASI adalah Penelitian ini Jenis penelitian Ibu dengan
The association makanan paling bertujuan adalah tingkat
between ideal untuk bayi. mengetahui observasional pengetahuan
breastfeeding Ketidaktahuan ibu hubungan dengan metode rendah lebih
technique and tentang pentingnya pengetahuan cross sectional. banyak (57%)
knowledge ASI, cara dan teknik Population begitu juga
with exclusive menyusui dengan menyusui penelitian adalah pengetahuan
breastfeeding benar, serta dengan seluruh ibu yang teknik menyusui
pemasaran yang pemberian ASI mempunyai bayi (52,1%). Ada
Penulis : dilancarkan secara exclusive di enam sampai 12 hubungan antara
Lina agresif oleh para wilayah kerja months pengetahuan
Handayani,dkk. produsen susu Puskesmas sebanyak 142 dengan pemberian
formula, Pengasih II orang, ASI eklsusif
Tahun : merupakan faktor Kulon Progo menggunakan (p=0,006) dan ada
2016 penghambat bagi teknik total hubungan antara
terbentuknya sampel. Analisis teknik menyusui
kesadaran orang data dengan pemberian
tua untuk menggunakan ASI ekslusif
memberikan ASI uji Chi square (p=0,002).
exclusive. dengan tingkat Kesimpulan: Ada
kepercayaan hubungan tingkat
95%. pengetahuan dan
teknik menyusui
dengan pemberian
ASI exclusive.
pengaturan pemikiran dan tindakan dalam suatu urutan yang logis dalam
penganan klien oleh petugas kesehatan dalam hal ini bidan (Sudarti, 2010).
62
63
2. Asuhan Kebidanan
langkah, yaitu:
hati dan kritis pada pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan
64
antisipasi/pencegahan yang dirasa perlu, serta suatu bentuk kewaspadaan
penanganan segera
pada asuhan primer yang periodic selama kunjungan ANC tetapi juga
selama bidan terus bersama wanita itu sampai siklus berikutnya (bersalin,
sesuai harapan.
65
kegiatannya adalah melaksanakan perencanaan asuhan yang menyeluruh.
tim kesehatan lainnya, atau oleh klien itu sendiri. Walaupun ada beberapa
pelaksanaan yang tidak dilakukan oleh bidan itu sendiri namun bidan tetap
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
66
dari melalui hasil observasi yang jujur dan pemeriksaan fisik pasien,
dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data
objektif ini. Dan ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta
c. Assesment
d. Planning
yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan
67
BAB III
TINJAUAN KASUS
Biodata
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
A. Data Subjektif
1. KeluhanUtama : Ibu mengatakan belum mengerti teknik menyusui bayi secara benar
2. Riwayat Perkawinan
68
Kawin 1 kali, penikahan ke-1, umur saat menikah 21 tahun, lamanya pernikahan 2
tahun.
3. Riwayat Menstruasi
HPHT : 02-02-2021
Menarch : 14 tahun
Sikus : 28 Hari
Lama : 7 hari
Karakteristik : Cair
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan, persalinan dan nifas yang pertama.
6. Riwayat Kesehatan
(Asma, Jantung).
69
c. Riwayat operasi dan alergi obat
Ibu mengatakan tidak ada riwayat operasi serta tidak memiliki riwayat alergi obat.
Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar baik dari keluarga ibu maupun
keluarga suami.
a. KeadaanIbu:
5) Proses Persalinan
b. Keadaan Bayi:
70
8. Kebutuhan Fisik
a. Nutrisi
Terahir makan pada tanggal 16 November 2021 pukul 08.00 WIB porsi 1 piring
jenis nasi, sayur dan lauk. Minum air putih dan teh manis, dan tidak ada keluhan.
b. Eliminasi :
pukul 09.00 WIB sifat cair, warna jernih, bau khas dan tidak ada keluhan
c. Istirahat (tidur)
Ibu mengatakan dapat tertidur dan sesekali bangun jika bayinya menangis.
d. Personal hygiene
Ibu mengatakan belum mandi tetapi sudah ganti pakaian serta sudah ganti
pembalut.
e. Ambulasi/Aktivitas
Ibu mengatakan sudah dapat berjalan ke kamar mandi sendiri dan dapat menyusui
bayinya.
71
10. Pengetahuan tentang masa nifas dan perawatan bayi
a. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kebutuhan nutrisi pada masa nifas dan
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :
Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan abnormal, rambut hitam bersih. Mata
simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih. Hidung bersih, tidak ada polip
b. Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid serta tidak ada bendungan vena
jugularis.
c. Payudara
d. Abdomen
Tidak ada bekas luka operasi, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kandung
kemih kosong.
72
e. Genetalia Eksterna
Vagina bersih, tidak ada oedema, tidak ada varices, perineum tedapat jahitan
f. Anus
Tidak hemorroid.
g. Ekstrimitas
Bawah: simetris, tidak oedema, warna kuku merah muda, tidak ada varices, reflek
patela positif.
3. PemeriksaanPenunjang
Tidak dilakukan
pemeriksaan
Tidak ada
73
Tidak ada
74
V. RENCANA TINDAKAN (17 November 2021, 10.00 WIB)
Rasional : Ibu harus mengetahui keadaan diri dan janinnya sehingga ibu dapat lebih
nyaman selama menyusui dan ASI yang diterima bayi dapat optimal.
Rasional : senam nifas memberikan latihan gerak secepat mungkin agar otot-otot yang
Rasional : ibu harus mengetahui tanda bahaya pada masa nifas agar lebih waspada dan
Rasional : Perawatan bayi baru lahir perlu dilakukan denga baik dan benar, agar bayi
merasa nyaman, perawatan tali pusat dilakukan agar tidak terjadi infeksi.
Rasional : ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sampai dengan usia bayi 6 bulan,
7. Beritahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan tidak pantang makan.
Rasional : ibu nifas harus memenuhi kebutuhan nitrisi dengan makanan seimbang,
agar dapat memberikan stamina pada ibu sert dapat memperbanyak ASI.
75
8. Beritahu ibu untuk senantiasa menjaga kebersihan diri dan sering menggati pembalut.
Rasional : personal hygiene pada masa nifas sangat penting guna menjaga diri secara
keseluruhan untuk menghindari infeksi baik pada luka jahitan maupun kulit.
Rasional : Manfaat dari Vitamin A yaitu untuk memperoleh kualitas ASI sehingga
dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mempercepat proses pemulihan saat
melahirkan, tablet Fe agar dapat mencegah anemia pada ibu nifas, serta asam
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa saat ini ibu dalam
keadaan sehat.
2. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui dengan menggunakan teknik menyusui yang
benar.
b. Mengelurkan sedikit asi lalu dioleskan pada bagian puting dan areola sebelum dan
setelah menyusui, mengajarkan perlekatan bayi yaitu perut bayi harus menempel
c. Setelah selesai menyusui, ajarkan ibu untuk menyendawakan bayi dengan cara
3. Mengajarkan ibu untuk senam kegel yang bertujuan untuk memulihkan kondisi otat-
otot panggul yaitu dengan cara mengencangkan otot panggul bawah selama 3 detik
tanpa menahan nafas atau mengencangkan otot perut. Kemudian lemaskan kembali otot
76
panggul bawah selama 3 detik. Ulangi latihan ini selama 10 kali dan akukan sebanyak 3
kali sehari.
c. Demam
e. Bengkak pada daerah betis serta ibu merasa sedih tanpa sebab. Jika ada salah satu
kesehatan.
b. Serta tidak membiarkan bayi merasa gerah, ganti popok bayi jika terkena bak atau
bab bayi
c. Mengajarkan cara merawat tali pusat bayi yaitu selalu menjaga tali pusat agar tetap
6. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya selama 6
bulan tanpa makanan apapun, karena dengan pemberian ASI saja kebutuhan nutrisi
7. Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi agar ASI juga menjadi banyak
a. Makan sayur-sayuran yang hijau dan makan makanan dengan tinggi protein seperti
77
b. Memberitahu ibu untuk senantiasa menjaga kebersihan diri yaitu dengan :
a) Mandi guyur
b) Tentang cara merawat luka jahitan yaitu bersihkan setiap habis bak dan bab
dengan cara cebok dari arah depan ke belakang menggunakan air bersih
kenakan pembalut dan celana dalam bersih dari katun, ganti pembalut apabila
sudah penuh dan celana dalam 2-3 kali sehari agar tidak terjadi infeksi.
VII. EVALUASI
78
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. M didapatkan data Ny. M post
partum 6 Jam dan mengeluh sudah dapat menyusui bayinya namun ASI yang keluar belum
lancar. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa hari pertama sampai ke tiga jenis ASI yang keluar
adalah colostrum dan pada umumnya produksi air susu baru berlangsung pada hari ke 2-3 post
partum spontan maupun SC. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara kasus
dan teori.
Hasil pemeriksaan atau data objektif berupa data fokus pada masa nifas didapatkan
bahwa tanda-tanda vital ibu dalam batas normal yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, Suhu:
36,50C, Respirasi: 23 x/m, Nadi: 83 x/m. Berdasarkan teori (Marmi, 2015), pasca melahirkan
pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Denyut nadi normal pada orang
dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi brakikardi maupun
lebih cepat. Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 0C. Pasca melahirkan, suhu tubuh
dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal. Frekuensi pernafasan normal pada orang
dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau
normal. Berdasarkan kasus dan teori diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan
Pada daerah abdomen didapatkan TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kendung
kemih kosong. Berdasarkan teori Sukarni (2013), dan Marmi (2015) menyebutkan bahwa
involusi uterus pada saat plasenta lahir TFU setinggi pusat dan waktu 7 hari (1 minggu) TFU
pertengahan pusat dan sympisis, kontraksi uterus baik dan terus meningkat setelah bayi lahir, dan
79
kondisi kandung kemih ibu harus kosong setelah melahirkan karena apabila penuh dapat
mengganggu letak uterus dan mengganggu kontraksi uterus yang dapat menyebabkan
perdarahanBerdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara
Pada pemeriksaan genetalia terdapat lokhea rubra yang berwarna merah pekat dan tidak
berbau busuk. Berdasarkan teori (Marmi, 2015), pengeluaran lokhea yang keluar adalah lokhea
rubra yang keluar pada hari pertama sampai ketiga dengan tidak berbau busuk, berwarna merah
kehitaman yang terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa
darah. Berdaraskan hal tersebut, tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.
Berdasarkan hasil dari pengkajian data subjektif dan data objektif didapatkan diagnosa
Ny. M umur 22 tahun P1A0dengan teknik menyusui yang benar, masalah ibu belum dapat
menyususi bayinya dengan benar, dan kebutuhannya yaitu KIE tentang teknik menyusui yang
benar.
Setelah didapatkan diagnosa pada Ny. M maka dilakukan perencanaan asuhan yaitu
memberitahu hasil pemeriksaan, mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar, mengajarkan
senam kegel, memberitahu tanda bahaya dalam masa nifas, mengajarkan cara perawatan bayi,
serta menjaga personal hygiene. Dan penatalaksanaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang
telah di buat. Menurut Saleha (2009) kunjungan masa nifas 6 jam sampai 3 hari setelah
persalinan adalah dengan pemberian ASI awal dan melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.Menurut Marmi (2015), salah satu kebutuhan dasar pada masa nifas yaitu latihan/
senam. Salah satu senam nifas yaitu senam kegel yang akan membuat kontraksi dan relaksasi
80
sirkulasi lokal, mengurangi oedema dan mempercepat penyembuhan luka perineum. Berdasarkan
hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara praktik dan teori.
Berdasarkan dari beberapa jurnal yang diteliti ada 3 jurnal yang terkait dalam judul
peneliti tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa, pada saat putting susu ibu lecet dan
pengeluaran air susu sedikit maka yang dilakukan oleh ibu itu langsung diberikan susu formula
sebagai pengganti ASI supaya bayinya tidak rewel kemudian dia langsung berhenti menyusui
bayinya,dan didalam Teori bahwa harus diajarkan cara menyusui yang benar, diberitahukan
bahwa faktor- faktor penyebab ASI nya sedikit keluar, makanan apa saja yang cepat untuk
memproduksi ASI nya semakin banyak dan diajarkan pijat oksitosin supaya ASI ibunya lancar
jadi dapat disimpulkan bahwa antar jurnal dengan teori ada beberapa kesenjangan dan faktor-
faktor yang tidak diberitahukan kepada ibunya terutama makananan ( sayuran ) untuk
memproduksi ASI ibunya maka kasus yang saya teliti di lahan ada satu kesenjangan yang tidak
ibu ketahui tentang pemberian ASI eksklusif itu selama 6 bulan dan kita harus mengajari cara
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. M umur 22 tahun
P1A0 menerapkan asuhan kebidanan menurut 7 langkah Varney, maka penulis mengambil
1. Asuhan kebidanan pada Ny. M dengan Asuhan nifas fisiologis dengan teknik pendekatan
manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian, analisa data dasar, pada
langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan
untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, mulai dari namnesis riwayat
2. Berdasarkan hasil dari pengkajian data subjektif dan data objektif didapatkan diagnosa
Ny. M umur 22 tahun P1A0dengan teknik menyusui yang benar dengan amsalah ibu
belum dapat memberikan ASI dengan banar dan kebutuhan nya KIE mengenai teknik
3. Tidak ada diagnosa potensial dan tidak perlu dilakukan tindakan segera.
mengajaran kepada ibu cara menyusui yang benar, mengajarkan kepada ibu melakukan
senam kegel, memberitahu ibu tanda bahaya pada masa nifas, memberitahu ibu cara
perawatan bayi dan personal hygiene serta mimum vitamin A, dan tablet Fe yang telah
diberikan.
82
B. Saran
2. Bagi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan pada ibu
nifas.
83
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Barlian Purnama. 2014. Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Mandar.
Ilmiasih, R. 2017. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Regusrgitasi Pada Bayi ASI Eksklusif
Kemenkes. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012 Badan Penelitian dan Pengembangan
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 97 tahun 2014 Tentang Pelayanan
Kesehatan masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah
Seksual. Jakarta.
Kemenkes RI.2015. Pelayanan Persalinan dan Nifas Normal Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Khamzah, S.N. 2012. Segudang Keajaiban ASI yang Harus Anda Ketahui. Yogyakarta: Flash
Book.
Marmi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Mulyani, N.S. 2015.ASI dn Pedoman Ibu Menyusui. Cetakan ke2. Yogyakarta: Nuha Medika.
Muslihatun, W. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Masruroh. 2015; Praktik Keterampilan Asuhan Kebidanan Nifas Dilengkapi Dengan Jobsheet
Profil kesehatan Indonesia. 2015. Departemen kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
2016.
Saiffudin. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: salemba Medika
Sudarti, Endang Khoirunisa, SST.Keb. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak.
Sukarni & Margareth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika
Walyani & Purwoastuti. 2015. Asuhan kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
Yuliarti, N. 2010. Keajaiban ASI, Makanan Terbaik Untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan
Ratih Subekti
Politeknik Banjarnegara
Email : bektymidewife@gmail.com
https://doi.org/10.32699/ppkm.v6i1.550 45
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan dengan teknik menyusui adalah variabel
Dasar (Riskesdas) tahun 2010 dijelaskan pengetahuan ibu (p=0,039) (Rhipiduri, 2014).
bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan Berdasarkan hasil penelitian yang
ASI ekslusif kepada bayinya adalah dilakukan oleh Arismawati (2014)
kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menunjukkan bahwa ada hubungan anatara
menyusui yang benar, sehingga sering teknik menyusui yang benar dengan
menderita puting lecet dan retak (Riskesdas, keberhasilan laktasi (p-Value = 0,000)
2010). Keberhasilan menyusui harus diawali (Arismawati, 2017). Hal ini juga sejalan
dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat dengan hasil penelitian Romiyati (2015) yang
saat pemberian ASI. Kegagalan dalam proses menunjukkan bahwaada hubungan
menyusui sering disebabkan karena timbulnya pengetahuan ibu tentang teknik menyusui
beberapa masalah pada ibu dan bayi. Pada dengan perilaku dalam pemberian ASI pada
sebagian ibu yang tidak paham bagaimana ibu menyusui (p-Value sebesar 0,003)
teknik menyusui yang benar dapat menjadi (Romiyati, 2015).
masalah dalam menyusui. Adapun masalah Untuk mengurangi resiko dari teknik
dalam menyusui adalah puting susu lecet, menyusui yang kurang tepat dapat dilakukan
payudara bengkak, abses payudara (mastitis) penyuluhan atau pendidikan kesehatan
(Lismaysarah, 2013). Berdasarkan analisis tentang manfaat menyusui dan
situasi dan analisis data keadaan desa penatalaksanaanya. Dukungan dari suami,
Wanaraja melalui survey awal terhadap keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan
beberapa ibu menyusui, masih ada ibu yang sangat menentukan keberhasilan dalam
mengalami putting susu lecet, payudara pelaksanaannya. Dukungan tenaga kesehatan
bengkak dan payudara nyeri dan putting datar. mempunyai hubungan yang bermakna dengan
Teknik menyusui yang benar adalah perilaku ibu dalam menyusui ( Ida, 2012).
cara memberikan ASI kepada bayi dengan Tujuan dari pengabdian masyarakat ini
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan adalah untuk meningkatkan pengetahuan ibu
benar (Suradi, 2004). Perilaku menyusui yang tentang teknik menyusui yang benar dan dapat
salah dapat mengakibatkan puting susu menerapkannya sehingga proses menyusui
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal berjalan lancar dan tercapai program
sehingga mempengaruhi produksi ASI pemerintah yaitu pemberian ASI eksklusif.
selanjutnya atau enggan menyusui
(Proverawati, 2010). Bayi yang sehat dapat 2. METODE
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 Program pengabdian masyarakat ini
menit dan ASI dalam lambung bayi akan dilakukan melalui penyuluhan tentang
kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, pentingnya teknik menyusui yang benar,
bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam praktik langsung dengan bayinya dan
menyusui dan akan mempunyai pola tertentu pelaksanaan evaluasi proses maupun hasil
setelah 1 – 2 minggu kemudian. Menyusui melalui kuesioner tentang materi penyuluhan.
yang dijadwal akan berakibat kurang baik,
karena isapan bayi sangat berpengaruh pada 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
rangsangan produksi ASI selanjutnya Desa Wanaraja merupakan desa yang
(Purwanti, 2004). terletak di Kecamatan Wanayasa yang
Teknik menyusui sangat termasuk wilayah kerja Puskemas Wanayasa
mempengaruhi kenyamanan bayi saat 2 Kabupaten Banjarnegara. Jarak dari ibu kota
menghisap ASI. Isapan bayi akan Banjarnegara ± 35 km, arah utara. Batas Desa
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI Wanaraja sebelah selatan dengan Desa
selanjutnya, namun sering kali ibu kurang Wanayasa, sebelah barat Desa Balun, sebelah
mendapatkan informasi tentang manfaat ASI utara Desa Jatilawang, dan sebelah timur
dan tentang teknik menyusui yang benar Desa Legoksayem, yang semuanya masuk
(Roesli, 2011). Faktor yang berhubungan dan dalam wilayah Kecamatan Wanayasa.
faktor yang paling menjadi penentu yang
berhubungan
46
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
masalah yang mungkin timbul (Purwanti,
2004).
Langkah - langkah Teknik Menyusui Yang
Benar
Ibu mencuci tangan sebelum menyusui
bayinya. Ibu duduk dengan santai dan
nyaman, posisi punggung bersandar (tegak)
sejajar punggung kursi, kaki diberi alas
sehingga tidak menggantung. Mengeluarkan
sedikit ASI dan mengoleskan pada puting
susu dan aerola sekitarnya (desinfektan dan
menjaga kelembaban puting susu). Bayi
dipegang dengan satu lengan, kepala terletak
pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
terletak pada lengan. Ibu menempelkan perut
bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu
tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu
didepan, kepala bayi menghadap ke payudara.
Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan
lengan pada garis lurus. Ibu memegang
payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang
lain menopang dibawah serta tidak menekan
puting susu atau areola. Ibu menyentuhkan
putting susu pada bagian sudut mulut bayi
sebelum menyusui. Setelah mulai menghisap,
payudara
Jumlah peserta yang mengikuti tidak perlu dipegang atau disangga lagi. Ibu
penyuluhan, praktik dan evaluasi teknik menatap bayi saat menyusui (Depkes RI,
menyusui yang benar di desa Wanaraja adalah 2009).
sebanyak 20 orang. Jumlah ibu yang Menyusui bayi harus secara bergantian
primipara sebanyak 15 orang (75%) pada kedua payudara untuk mempertahankan
sedangkan jumlah ibu yang multipara produksi ASI tetap seimbang pada kedua
sebanyak 5 orang (25%). Ibu yang mengalami payudara. Pasca Menyusui: 1) Melepas isapan
putting susu lecet sebanyak 3 orang (15%). bayi dengan cara jari kelingking di masukkan
Ibu yang mengalami bengkak dan nyeri pada ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau
payudara sebanyak 1 orang (5%) dan ibu yang dagu bayi ditekan ke bawah 2) Setelah bayi
mengalami putting datar (pada payudara selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit
sebelah kanan) sebanyak 1 orang (5%). kemudian dioleskan pada putting susu dan
Lama dan Frekuensi Menyusui aerola, biarkan kering dengan sendirinya.
Menyusui bayi sebaiknya tanpa Menyendawakan bayi dengan: 1) Bayi
dijadwal (on demand), karena bayi akan digendong tegak dengan bersandar pada bahu
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-
menyusui bayinya bila bayi menangis bukan lahan atau 2) Bayi tidur tengkurap di
karena sebab lain (kencing dan sebagainya) pangkuan ibu, kemudian punggungnya di
atau ibu sudah merasa perlu menyusui tepuk perlahan-lahan.
bayinya. Bayi yang sehat dapat Cara menyusui sambil berbaring
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 Ibu berbaring miring dan punggung
menit dan ASI dalam lambung bayi akan diganjal bantal. Usahakan lengan sebelah
kosong dalam waktu 2 jam. Menyusui yang payudara yang mengarah ke mulut bayi
dijadwalkan akan berakibat kurang baik, dapat menopang tubuh bayi, mulai dari leher,
karena isapan bayi sangat berpengaruh pada punggung, dan bokongnya. Jadi, kedudukan
rangsangan produksi ASI tanpa jadwal, sesuai bayi tetap berbaring sambil ditopang lengan
kebutuhan bayi, akan mencegah banyak ibunya. Leher bayi terletak di persendian
47
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
48
Jurnal PPKM, Vol. 6, No. 1, 45 - 49 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegitan penyuluhan b. Banyaknya pertanyaan yang diajukan
tentang teknik menyusui yang benar, dapat menunjukan bahwa ibu sudah mulai
disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang memahami teknik menyusui yang benar.
teknik menyusui yang benar secara umum c. Semua ibu menyusui bersedia untuk
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa melakukan teknik menyusui yang benar,
hal sebagai berikut: memperhatikan lama dan frekuensi
a. Antusiasme pada saat sedang dijelaskan, menyusui dan memberikan ASI secara
ibu sangat memperhatikan. eksklusif.
4.2. Saran
a. Perlu adanya pemantauan atau pembinaan Masyarakat Universitas Indonesia
secara lintas sektor dan lintas program Depok, (Tesis).
terkait tentang teknik menyusui yang Lismaysarah, Mona. 2013. Hubungan tehnik
benar sehingga dapat terwujud program menyusui dengan kelancaran asi pada
pemberian ASI secara eksklusif. ibu menyusui di wilayah kerja puskesmas
b. Setelah mendapatkan penyuluhan, ada Blang Bintang Aceh besar. Diperoleh
tindak lanjut dari para ibu yang sedang pada tanggal 15 Januari 2019 dari
menyusui untuk menerapkan teknik http://simptakp.uii.ac.id/docjurnal/Monal
menyusui yang benar. ismaysarah-jurnal.pdf.
Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2010.
5. UCAPAN TERIMAKASIH Kapita Selekta ASI dan Menyusui.
a. Program Pengabdian Masyarakat ini Yogyakarta: Nuha Medika.
dibiayai oleh UP2M Politeknik Purwanti, Sri, Hubertin. 2004. Konsep
Banjarnegara. Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC.
b. Kepala Desa Wanaraja yang telah Rhipiduri, Rivanica. 2014. Faktor-Faktor Yang
memberikan ijin sehingga program Berhubungan dengan Teknik Menyusui
pengabdian masyarakat ini berjalan Pada Ibu Primipara. Jurnal Kebidanan
dengan baik. dan Keperawatan. Vol.10 No.1 Juni
2014.
6. DAFTAR PUSTAKA Riset Kesehatan Dasar. 2010. Jakarta: Badan
Arismawati, Dian Fitra. 2017. Hubungan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Teknik Menyusui Yang Benard dengan Kementrian Kesehatan RI.
Tingkat Keberhasilan Laktasi. Jurnal Roesli, Utami. 2011. Mengenal ASI Ekslusif.
Keperawatan dan Kebidanan Stikes Dian Surabaya: Niaga Swadaya.
Husada Mojokerto. Romiyati. 2015. Hubungan pengetahuan ibu
Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi: Buku tentang teknik menyusui dengan perilaku
Panduan bagi Bidan dan petugas dalam pemberian ASI pada ibu menyusui
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: di puskesmas pakualaman Yogyakarta.
Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI. Stikes Aisyiyah Yogyakarta, (Skripsi).
Depkes RI. 2009. Pegangan Fasilitator Kelas Suradi, Rulina dan Kristina Hesti. 2004.
Ibu Balita. Jakarta: Direktorat Jenderal Bahan Bacaan Manajemen Laktasi,
Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI. Edisi 5. Jakarta: Perinasia.
Hasselquist, Mary Beth. 2006. Tatalaksana ibu Saminem. 2009. Dokumentasi Asuhan
dan bayi pasca kelahiran, judul asli; Kebidanan Konsep dan Praktik. Jakarta:
pregnancy handbook for a new mother. EGC.
Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Sulistyowati, Wiwit. 2011. Teknik Menyusui
Ida. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan yang Benar pada Ibu Primipara di Desa
dengan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Gayaman Kecamatan Mojoanyar
di Wilayah Kerja Kemiri Muka Kota Kabupaten Mojokerto. Jurnal Kesehatan
Depok Tahun 2011. Fakultas Kesehatan Hospital Majapahit.Vol 3. No.2
Nopember 2011.
49
ISSN 2354-7642 (Print), ISSN 2503-1856 (Online)
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia
INDONESIAN JOURNAL OF NURSING
Tersedia online pada:
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI AND MIDWIFERY
Abstrak
Pada negara berkembang terdapat 20% dari 35,6% ibu yang gagal menyusui. Berdasarkan dari data
riskesdas tahun 2010, terdapat 67,5% ibu yang gagal menyusi pada bayinya yang disebabkan karena
kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang benar. Tujuan penelitian untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan teknik menyusui pada ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-12
bulan di Klinik Pratama Bina Sehat Kasihan Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi
berumur 0-12 bulan. Pengambilan sampel menggunakan qouta sampling dengan jumlah sampel sebanyak
58 responden. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan
metode analisis chi-square. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik ibu menyusui, responden memiliki
usia 20-35 tahun, berpendidikan SMA, memiliki pekerjaan sebagai IRT dan memiliki paritas >2. Mayoritas
responden melakukan teknik menyusui yang masih salah (51,7%). Teknik menyusui yang memiliki nilai
paling tinggi adalah pada saat ibu mengarahkan bayi ke dada ibu dan memasukkan puting dan areola
yaitu sebanyak (89,7%) sedangkan responden yang memiliki nilai paling rendah dalam teknik menyusui
adalah pada saat mencuci tangan, cara ibu memegang bayi, mendekatkan tubuh bayi hingga perut, dan
tanda bayi menghisap dengan benar. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan
dengan teknik menyusui dengan p=0,029 sedangkan faktor lain tidak berhubungan dengan teknik
menyusui umur p=0,847, paritas p=0,940; pekerjaan p=0,311. Kesimpulan hasil penelitian menyatakan
bahwa pendidikan berhubungan dengan teknik menyusui dengan p=0,029 dan sebagian responden masih
salah dalam melakukan teknik menyusui yang benar sehingga perlu dilakukan penyuluhan oleh tenaga
kesehatan terutama oleh bidan agar dapat mengetahui bagaimana teknik menyusui yang baik dan benar.
Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik Menyusui pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan 11
that education is associated with feeding techniques with p=0.029, while other factors are associated with
feeding techniques age p=0.847, p=0.940 parity; p=0,311 jobs. Conclusion of the study stated that
education is associated with feeding techniques with p=0.029 and the majority of respondents still wrong in
doing the correct breastfeeding technique that needs to be done counseling by health professionals,
especially midwives in order to find out how breastfeeding technique is good and right.
Info Artikel:
Artikel dikirim pada 17 November 2016
Artikel diterima pada 9 Maret 2017
DOI : http://dx.doi.org/10.21927/jnki.2017.5(1).11-19
12 Nur Indah Rahmawati, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 11-19
menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja subjek yang bisa diteliti (12). Berdasarkan pendapat
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar (10). diatas maka yang akan menjadi populasi dalam
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di penelitian ini adalah ibu meyusui yang memiliki bayi
Klinik Pratama Bina Sehat Kasihan Bantul, didapatkan umur 0-12 bulan yang melakukan kunjungan di Klinik
jumlah ibu menyusui menurut data di Klinik Pratama Pratama Bina Sehat pada bulan Mei 2016, kriteria inklusi
sebanyak 133 orang. Hasil observasi pada 5 orang ibu dalam penelitian ini adalah ibu yang bersedia menjadi
menyusui, diantara 5 orang ibu menyusui hanya 1 yang responden dengan menandatangani inform consent
dapat menyusui dengan benar dan 1 orang ibu menyusui yang berkunjung ke Klinik Pratama Bina Sehat.
tidak dapat menyusui dengan benar dikarenakan faktor Sedangkan kriteria eksklusinya adalah ibu yang menolak
masalah menyusui yang muncul pada masa antenatal menyusui bayinya, ibu yang memiliki gangguan
yaitu ibu dalam masa nifas hari pertama dan puting menyusui misalnya ca mammae serta ibu dengan bayi
susu ibu terbenam, dan 3 orang lagi ibu menyusui saat bibir sumbing. Berdasarkan stupen jadi data bayi usia 0-
menyusui bayinya teknik menyusuinya kurang tepat 12 bulan di Klinik Pratama Bina Sehat pada bulan
diantaranya yaitu posisi duduk ibu masih kurang nyaman November–Januari didapatkan sebanyak 397 orang
dan kaki ibu menggantung. Kesalahan itu banyak dengan rata-rata 133 orang perbulan dan sampel yang
terletak pada langkah-langkah menyusui, padahal di digunakan sebanyak 58 orang setelah dilakukan
klinik tersebut sudah dilakukan penyuluhan kepada ibu- penghitungan besar sampel dengan menggunakan
ibu menyusui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk rumus Slovin pengambilan sampel menggunakan teknik
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi teknik quota sampling. Instrumen penelitian dalam penelitian
menyusui yang benar pada ibu menyusui yang memiliki ini menggunakan lembar observasi cheklist teknik
bayi usia 0-12 bulan di Klinik Pratama Bina Sehat menyusui yang benar.
Kasihan Bantul Yogyakarta.
Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik Menyusui pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan 13
dikatakan masih belum matang dan belum siap dalam hal dan mempelajari bagaimana cara menyusui yang baik
jasmani dan sosial dalarn menghadapi proses kehamilan, dan benar (3).
persalinan serta merawat bayi yang dilahirkan (13). Ibu Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
yang berusia 20-35 tahun berada pada masa dewasa dan besar responden memiliki paritas >2 yaitu sebanyak 38
disebut juga masa reproduksi. Pada masa ini, jika terjadi responden (65,5%) dan sebagian kecil responden
masalah- masalah dalarn menghadapi kehamilan, memiliki paritas <2 yaitu sebanyak 20 responden
persalinan, nifas dan merawat bayiny akan dihadapi ibu (34,5%). Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa
dengan tenang secara emosional, sehingga ibu akan lebih sebagian besar responden melakukan teknik
mengerti bagaimana cara menyusui yang benar, pada ibu menyusui dengan salah yaitu sebanyak 30 responden
dengan usia 35 tahun ke atas dimana produksi hormon (51,7%) dan yang benar dalam melakukan teknik
relatif berkurang, dan mengakibatkan proses daya ingat menyusui yaitu sebanyak 28 responden (48,2%).
mulai menurun (14). Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa teknik
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian menyusui yang memiliki nilai paling tinggi adalah pada
besar responden memiliki pendidikan menegah yaitu saat ibu mengarahkan bayi ke dada ibu dan memasukkan
sebanyak 28 responden (48,3%) dan sebagian kecil puting dan areola yaitu sebanyak 89,7% sedangkan
responden berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 5 responden yang memiliki nilai paling rendah dalam
responden (8,6%). Semakin tinggi tingkat pendidikan teknik menyusui adalah pada saat mencuci tangan, cara
seseorang makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, ibu memegang bayi, mendekatkan tubuh bayi hingga
sehingga pendidikan seseorang berpengaruh pada perut, dan tanda bayi menghisap dengan benar. Hal
pengetahuannya, dimana sebaliknya, pendidikan yang tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu sudah
rendah atau pun kurang akan menyebabkan memiliki teknik menyususi yang cukup baik.
terhambatnya perkembangan sikap seseorang Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
terhadap nilai baru yang diperkenalkan sehingga dilakukan oleh Kuntarti hasil penelitian
pengetahuan juga kurang (15). menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
Sebagian besar responden memiliki pekerjaan teknik yang baik terutama pada saat ibu mengarahkan
sebagai IRT/tidak bekerja yaitu sebanyak 42 bayi ke dada. Tingginya pengetahuan ibu tentang teknik
responden (72,4%). Dari penjelasan ini, dapat mengarahkan bayi disebabkan
disimpulkan jika ibu yang tidak bekerja lebih banyak
memiliki waktu luang untuk memberikan ASI kepada Tabel 2. Distribusi Frekuensi Teknik Menyusui
bayinya sehingga ibu akan lebih mengetahui
Teknik Menyusui f %
mengenai cara menyusui yang benar. Lain halnya dengan Salah 30 51,7
ibu yang bekerja, pada ibu yang bekerja tidak memiliki Benar 28 48,2
waktu luang karena kesibukannya sehingga tidak Total 58 100,00
memiliki cukup waktu untuk memberikan ASI Sumber: Data Primer Tahun 2016
D DK TD TOTAL
Teknik Menyusui
n % n % n % n %
Mencuci Tangan 20 34,5 37 63,8 1 1,7 58 100,0
Posisi Duduk Ibu Saat Menyusui 24 41,4 31 53,4 3 5,2 58 100,0
Cara Ibu Memegang Bayi 12 20,7 45 77,6 1 1,7 58 100,0
Ibu Mengatur Posisi Bayi 41 70,7 17 29,3 0 0,0 58 100,0
Mengarahkan Tubuh Bayi ke Dada Ibu 52 89,7 6 10,3 0 0,0 58 100,0
Mendekatkan Tubuh Bayi Hingga Perut 51 87,9 6 10,3 1 1,7 58 100,0
Menyangga Seluruh Tubuh Bayi 37 63,8 19 32,8 2 3,4 58 100,0
Mendekatkan Bayi Kearah Payudara 47 81,0 11 19,0 0 0,0 58 100,0
Memasukan Putting dan Areola 52 89,7 6 10,3 0 0,0 58 100,0
Tanda Bayi Menghisap dengan Benar 43 74,1 14 24,1 1 1,7 58 100,0
Keterangan D: Dilakukan, DK: Dilakukan Kurang Benar TD: Tidak Dilakukan Sumber:
Data Primer Tahun 2016
14 Nur Indah Rahmawati, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 11-19
adanya informasi yang didapatkan ibu dari bidan berupa gangguan sistem pernafasan. Bayi tidak dapat
mengenai bagaimana cara menyusui yang benar melakukan hisapan secara efektif sehingga tidak dapat
sehingga ibu mampu menerapkan bagaimana caranya menyusu dengan benar. Semakin cukup umur maka
menyusui bayi (16). tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
Hasil penelitian lain menyatakan bahwa seorang ibu matang dalam berfikir (18). Hal ini tidak sesuai dengan
yang melahirkan pertama kali mungkin mengalami penelitian dari Rivanica Rhipiduri menunjukkan ada
beberapa masalah yang diakibatkan karena tidak hubungan antara umur (p=0,018) dengan hasil uji regresi
mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana logistik (multivariat) menunjukkan bahwa umur
dalam menyusui, seperti cara meletakkan bayi pada merupakan faktor penentu dalam teknik menyusui
payudara ketika menyusui, perlekatan bayi dengan dengan nilai OR=7,108 (19).
puting susu yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan Ibu yang berusia <20 tahun dan ibu primipara
masih banyak lagi masalah lain (17). Untuk itu seorang lebih membutuhkan dukungan dan bimbingan untuk
ibu butuh seseorang yang dapat mendampinginya dalam teknik menyusui yang tepat. Disarankan bahwa setiap
merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang ibu harus diamati untuk posisi ibu dan bayi dan
dapat membantunya terutama adalah orang yang perlekatan pada awal menyusui dan jika diperlukan
berpengaruh besar dalam hidupnya atau disegani seperti konseling berikutnya harus diberikan pada posisi yang
suami, keluarga atau kerabat atau kelompok ibu-ibu benar (20).
pendukung ASI dan dokter atau tenaga kesehatan. Untuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
mencapai keberhasilan menyusui diperlukan besar responden yang memiliki teknik menyusui yang
pengetahuan mengenai tehnik-tehnik menyusui yang benar adalah responden dengan pendidikan menengah
benar (3). yaitu sebanyak 15 responden (25,9%). Pendidikan
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan variabel umur berhubungan dengan teknik menyusui dengan nilai
tidak berhubungan dengan teknik menyusui (p=0,847). p=0,029. Hal ini sesuai dengan penelitian Dardiana ada
Hal ini sesuai dengan penelitian Rinata yang hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan
menyatakan usia tidak berhubungan dengan teknik menyusui pada ibu menyusui di Desa Leteh
teknik menyusui (p=0,142) (χ2hitung=0,96). Hasil uji Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang tahun 2011
Fisher Exact menunjukkan tidak ada hubungan antara (21).
usia ibu dengan teknik menyusui yang benar. Ketidak Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
berhasilan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
diantaranya kondisi bayi yang kurang baik. Kondisi bayi Sedangkan perilaku yang didasari oleh pengetahuan,
saat lahir juga dapat mempengaruhi, yang kesadaran dan sikap yang positif
Tabel 4. Tabulasi Silang Karakteristik Responden dengan Teknik Menyusui yang
Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik Menyusui pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan 15
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak bersifat memproteksi, artinya ibu yang tidak bekerja akan
didasari oleh pengetahuan. Hal ini sesuai dengan hasil lebih mendukung dalam pemberian ASI eksklusif
penelitian bahwa sebagian besar ibu-ibu berpendidikan dibandingkan ibu yang bekerja. Hal ini dikarenakan ibu
cukup tinggi mempunyai perilaku menyusui yang baik yang tidak melakukan pekerjaan di luar rumah akan
dengan teknik menyusui yang benar. Ibu menyusui memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk menyusui
mempunyai kebutuhan untuk menjaga kesehatan diri dan bayinya dibandingkan dengan ibu yang bekerja di luar
bayinya, yang dipersiapkan agar dapat memberikan ASI rumah (25). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian
dengan sempurna kepada bayinya (22). Dardina yang menyatakan status pekerjaan berhubungan
Pendidikan seseorang berpengaruh pada dengan teknik menyusui (21).
pengetahuannya dan pola pikir ibu sehingga ibu Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
memiliki daya serap terhadap informasi yang cukup besar responden yang memiliki teknik menyusui yang
tinggi, sebaliknya, pendidikan yang rendah ataupun benar adalah responden yang memiliki paritas ≤2
kurang dapat menghambat perkembangan sikap yaitu sebanyak 24 responden (41,4%). Hal tersebut
seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan disebebkan karena semakin sedikit jumlah anak dalam
sehingga pengetahuan juga kurang. keluarga maka akan semakin mudah ibu dalam
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Dari hasil
yang dilakukan oleh Muliawati yang menunjukkan penelitian didapatkan bahwa paritas tidak berhubungan
bahwa sebagian besar ibu yang yang berpendidikan dengan teknik menyusui dengan p=0,940 hal ini sesuai
menengah memiliki teknik menyusui yang benar yaitu dengan penelitian Rinata dan Lau Ying (18,26).
sebanyak 42%. Hal tersebut disebabkan karena semakin Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan tidak ada
tinggi pendidikan yang dimiliki ibu maka semakin hubungan antara paritas dengan teknik menyusui yang
mudah ibu dalam menyerap informasi (23). Hasil benar. Dapat disimpulkan paritas bukan satu-satunya
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar faktor yang memengaruhi teknik menyusui, karena
responden yang memiliki teknik menyusui yang benar terdapat faktor lain yang dapat memengaruhi diantaranya
adalah responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 20 adalah jenis persalinan dan informasi dari petugas
responden (34,5%), di dalam penelitian ini didapatkan kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tella K
bahwa status pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan bahwa pelatihan untuk ibu menyusui tentang teknik
teknik menyusui dengan p=0,311. Dari penjelasan ini, menyusui, khususnya yang berkaitan dengan teknik
dapat disimpulkan jika ibu yang tidak bekerja lebih perlekatan dan posisi ibu, dapat meningkatkan
banyak memiliki waktu luang untuk memberikan pengetahuan dan sikap ibu setelah melahirkan dan
ASI eksklusif kepada bayinya. Lain halnya dengan membantu dalam praktik yang lebih baik yang pada
ibu yang bekerja, sehingga tidak memiliki cukup waktu akhirnya membuat ibu nyaman dan sukses menyusui
untuk memberikan ASI eksklusif karena faktor (27). Konseling pada ibu menyusui dapat meningkatkan
kesibukan ibu. Faktor pekerjaan juga memengaruhi pengetahuan ibu dalam hal teknik menyusui seperti yang
kemandirian ibu post partum dalam menyusui, hal ini telah diteliti oleh Handayani dimana Ibu dengan tingkat
dikaitkan dengan sosial budaya. Berdasarkan penelitian pengetahuan rendah lebih banyak (57%) begitu juga
dari Wulansari hampir setengah dari keseluruhan populasi pengetahuan teknik menyusui (52,1%), sehingga
yaitu sebanyak 14 responden (46,66%) adalah bekerja. hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI
Sesuai dengan teori yang ada menyatakan bahwa ada eklsusif (p=0,006) dan ada hubungan antara teknik
kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam lingkaran kerja menyusui dengan pemberian ASI ekslusif (p=0,002) (28).
dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja Kelas ibu menyusui juga dipercaya untuk meningkatkan
menyebabkan ibu tidak mandiri dalam menyusui. kemampuan ibu dalam menyusui.
Untuk itu perlu adanya dukungan dari keluarga, Hasil penelitian menunjukkan mayoritas paritas
informasi serta penerapan ASI eksklusif pada ibu ibu adalah multipara. Pada ibu multipara akan memiliki
bekerja, sehingga bayi tetap mendapatkan ASI meskipun pengalaman dalam menyusui, dan pengalaman itu dapat
ibu sibuk bekerja dengan demikian nutrisi yang dijadikan sebagai gambaran menyusui saat ini, dalam
dibutuhkan bayi tetap terpenuhi (24). Variabel status penelitian ini, ibu dengan paritas multipara masih
pekerjaan ibu merupakan faktor yang banyak yang menyusui dengan teknik yang
16 Nur Indah Rahmawati, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 11-19
salah. Hal ini disebabkan oleh jenis persalinan ibu yang yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hal ini sesuai
kebanyakan melahirkan secara operasi caesar yang dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar ibu- ibu
membuat tidak dilakukannya rawat gabung, sehingga ibu berpendidikan cukup tinggi sehingga mempunyai
tidak dapat menyusui sewaktu-waktu. Hasil penelitian ini perilaku menyusui yang baik dan mengetahui teknik
tidak sesuai dengan penelitian Sukmawati dengan hasil menyusui yang benar (30).
analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji Faktor yang memengaruhi seseorang dalam
statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara berperilaku, selain kesadaran, orang yang diangggap
paritas dengan teknik menyusui selama 24 bulan secara penting, pengalaman juga berperan dalam pembentukan
benar. Nilai koefisien korelasi yang dinyatakan dengan perilaku seseorang, lingkungan juga merupakan faktor
nilai phi yaitu 0,209. Hal ini berarti kekuatan hubungan penting yang mempengaruhi seseorang dalam
antara paritas dengan lama menyusui bersifat lemah, berperilaku. Hal ini terlihat dalam hasil penelitian bahwa
dimana paritas memberikan kontribusi sebesar 20,9% sebagian besar ibu-ibu yang bekerja mempunyai
terhadap teknik menyusui selama 24 bulan secara benar perilaku menyusui yang baik. Sedangkan ibu-ibu yang
(29). tidak bekeja, ada yang beperilaku menyusui baik dan
Hasil penelitian menyatakan bahwa responden cukup. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman, yaitu ibu-
yang memiliki paritas <2 adalah responden yang meiliki ibu yang mempunyai anak lebih dari satu mereka lebih
teknik menyusui dengan baik (18). Hal tersebut tau cara menyusui yang benar dibandingkan dengan ibu–
disebabkan karena pada dasarnya setiap ibu yang ibu yang baru melahirkan satu anak (22).
memiliki anak pertama biasanya ingin memberikan ASI Ketidaktahuan dalam proses laktasi seringkali
secara eksklusif dan akan mencari berbagai informasi menyebabkan kegagalan dalam proses laktasi, kegagalan
mengenai cara menyusui. timbul karena beberapa masalah, baik dari bayi ataupun
Hasil penelitian tersebut kemungkinan ibu. Dengan teknik menyusui yang tidak benar dapat
disebabkan karena saat penyuluhan atau konseling pada menyebabkan puting susu nyeri ataupun lecet dan
ibu menyusui mengenai teknik menyusui yang benar, payudara bengkak. Ketidaknyamanan dalam proses
ibu kurang memperhatikan, sehingga penyuluhan yang menyusui dapat menimbulkan gangguan dalam proses
diadakan kurang efektif. Jadi sebagian besar ibu menyusui sehingga pemberian ASI menjadi tidak lancar.
menyusui di Klinik Pratma Bina Sehat melakuan Pemberian ASI yang tidak lancar dapat menyebabkan
teknik menyusui salah, selain itu dari segi pendidikan kekurangan nutrisi pada bayi dan meningkatkan resiko
diketahui bahwa sebagian besar responden merupakan bayi terhadap penyakit yang pada akhirnya menyebabkan
ibu dengan pendidikan menengah, hal ini juga kematian bayi khususnya bayi baru lahir (BBL) (16).
kemungkinan mempengaruhi pengetahuan ibu Masalah yang sering muncul dalam proses
mengenai bagaimana cara memberikan ASI dengan menyusui adalah puting susu nyeri atau lecet, yaitu
baik dan benar. Selain itu dari segi usia sebagian besar sekitar 57% dari ibu yang menyusui dilaporkan pernah
ibu berumur antara 20-35 tahun, hal ini kemungkinan menderita kelecetan pada putingnya. Puting susu yang
juga mempengaruhi tingkat pola pikir ibu. Semakin mengalami lecet ataupun nyeri pada sebagian besar
cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan dikarenakan oleh teknik menyusui yang salah (31). Pada
seseorang akan lebih matang dalam berfikir. kasus lain, kegagalan dalam menyusui juga disebabkan
Perilaku manusia terbentuk tidak terjadi begitu saja, oleh salah dalam posisi saat menyusui yang
melainkan proses kontinyu antara individu-individu di mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
sekitarnya (30). Manusia berperilaku karena dituntut enggan menyusu (3).
oleh dorongan dari dalam sedangkan dorongan
merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan.
SIMPULAN DAN SARAN
Perilaku timbul karena dorongan dalam rangka
memenuhi kebutuhan. Semakin tinggi tingkat pendidikan Dari hasil penelitian terhadap 58 orang ibu
seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan yang menyusui berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
dimiliki. Sedangkan perilaku yang didasari oleh mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan teknik
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan menyusui yang benar pada ibu menyusui yang memiliki
lebih langgeng dari pada perilaku bayi usia 0-12 bulan di Klinik Pratama Bina Sehat
Kasihan Bantul dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik Menyusui pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan 17
sebagian besar karakteristik ibu menyusui adalah 6. Depkes RI. Cakupan Pemberian ASI Ekslusif.
responden memiliki usia 20-35 tahun, berpendidikan Jakarta: Depkes RI; 2012.
SMA, memiliki pekerjaan sebagai IRT dan memiliki 7. Depkes RI. Infodatin 2013 [Internet]. 2013 [cited
paritas >2. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 2017 Mar 1]. Available from: http://www.depkes.
mayoritas responden melakukan teknik menyusui yang go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/
masih salah 51,7%). Teknik menyusui yang memiliki infodatin-asi.pdf.
nilai paling tinggi adalah pada saat ibu mengarahkan 8. Dinkes DIY. Profil Kesehatan DIY tahun 2013.
bayi ke dada ibu dan memasukkan puting dan areola Yogyakarta; 2014.
yaitu sebanyak 89,7% sedangkan responden yang 9. Romiyati. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang
memiliki nilai paling rendah dalam teknik menyusui Teknik Menyusui dengan Prialku Pemberian ASI
adalah pada saat mencuci tangan, cara ibu memegang pada Ibu Menyusui di Puskesmas Pakualaman
bayi, mendekatkan tubuh bayi hingga perut, dan Yogyakarta. STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta; 2015.
tanda bayi menghisap dengan benar. Hasil tabulasi 10. Lismaysarah M. Hubungan Tehnik Menyusui
silang menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan Dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui Di
dengan teknik menyusui dengan p=0,029 sedangkan Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh
faktor lain tidak berhubungan dengan teknik menyusui Besar. Stikes U’Budiyah Banda Aceh; 2013.
umur p=0,847, paritas p=0,940; pekerjaan p=0,311. 11. Machfoedz I. Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan
Bagi peneliti selanjutnya perlunya melakukan Kualitatif. Yogyakarta: Fitramaya; 2013.
penelitian lebih lanjut mengenai teknik menyusui dengan 12. Machfoedz I. Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan
benar dan dengan dihubungkan pada variabel lain sehingga Kualitatif Yogyakarta. Yogyakarta: Fitramaya; 2014.
hasil yang diperoleh akan semakin luas. Bagi Klinik 13. Maryunanik A. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas
Pratama Bina Sehat perlunya meningkatkan kualitas (Postpartum). Jakarta: Trans Info Media; 2009.
konseling dengan mengadakan kelas hamil dan kelas 14. Hurlock EB. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
parenting bagi ibu menyusui lebih efektif lagi kepada ibu Erlangga; 2006.
menyusui mengingat masih banyak ibu yang kurang tepat 15. Nursalam, Pariani S. Pendekatan Praktis
dalam melakukan teknik menyusui terutama posisi duduk Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV Sagung
ibu pada saat menyusui. Seto; 2001.
16. Kuntarti IT, Wuryanto A, Ratnaningsih E. Gambaran
RUJUKAN Karakteristik Ibu Nifas dan Praktik Menyusui Yang
Benar di Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum”
1. Proverawati A. Asi dan Menyusui. Jakarta: Nuha
Semarang. J Kebidanan Panti Wilasa. 2011;2(1).
Medika; 2010.
17. Walben J. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
2. Rahmawati NI. Dukungan Informasional Keluarga
Menyusui dengan Teknik Menyusui yang Benar di
Berpengaruh dalam Pemberian ASI Eksklusif di
RB BPKIA Bina Sehat Karangjati Indah II
Desa Timbulharjo Sewon Bantul. J Ners dan
KasihanBantul. Universitas Alma Ata Yogyakarta;
Kebidanan Indones [Internet]. 2016 Aug 3;4(2):75.
2011.
Available from: http://ejournal.almaata.ac.id/
18. Rinata E, Iflahah D. Teknik Menyusui yang Benar
index.php/JNKI/article/view/244.
Ditinjau dari Usia Ibu, Paritas, Usia Gestasi dan
3. Dewi VNL. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Berat Lahir di RSUD Sidoarjo. J Midwiferia.
Jakarta: Salemba Medika; 2013.
2015;1(1):51–9.
4. Susan N, Kuswandi K. Hubungan Tingkat
19. Rhipiduri R. Faktor-Faktor yang berhubungan
Pengetahuan Dan Pekerjaan Ibu Dengan
dengan Teknik Menyusui pada Ibu Primipara. J
Keberhasilan Teknik Laktasi Pada Ibu Menyusui. E-
Kebidanan dan Keperawatan. 2014;10(1):8–16.
Jurnal Obs. 2015;3(1):16–32.
20. Goyal RC, Banginwar AS, Ziyo F, Toweir AA.
5. Prananingrum R. Hubungan Teknik Menyusui
Breastfeeding practices: Positioning, attachment
dengan Kejadian Puting Susu Lecet. In: Penguatan
(latch-on) and effective suckling - A hospital- based
Mutu Pelayanan Kesehatan untuk Berkompetisi di
study in Libya. J Family Community Med [Internet].
Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
2011 May;18(2):74–9. Available from:
Surakarta: UPPM APIKES-AKBID Citra Medika;
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21897915.
2010. p. 166–73.
18 Nur Indah Rahmawati, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 11-19
21. Dardiana AE, Mifbakhudin, Mustika DN. Hubungan 27. Tella K, Guruvare S, Hebbar S, Adiga P, Rai L.
antara Pendiikan Pekerjaan dan Pengetahuan Ibu Knowledge, attitude, and practice of techniques of
dengan Teknik Menyusui yang Benar di Desa Leteh breast-feeding among postnatal mothers in a coastal
Kecamatan Rembang. J Kebidanan. 2014;3(2). district of Karnataka. Int J Med Sci Public Heal
22. Notoatmodjo. Ilmu kesehatan Masyarakat: Prinsip- [Internet]. 2016;5(1):28. Available from: http://
prinsip Dasar. Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta; www.scopemed.org/fulltextpdf.php?mno=191243.
2010. 28. Handayani L, Yunengsih Y, Solikhah S, Saufi A.
23. Muliawati S. Studi deskriptif pelaksanaan teknik The association between breastfeeding technique and
menyusui bayi tunggal di RB MTA Semanggi knowledge with exclusive breastfeeding. J Kedokt
Surakarta tahun 2011. Infokes. 2012;2(1). dan Kesehat Indones [Internet]. 2009 Apr
24. Wulansari YE. Pengaruh Bimbingan Tentang Teknik 20;7(5):214–8. Available from: http://journal.uii.
Menyusui Terhadap Tingkat Kemandirian dalam ac.id/index.php/JKKI/article/view/7116.
Menyusui pada Ibu Post Partum di Bangsal Nifas 29. Sukmawati, Sarake M, Salmah AU. Teknik
RSUD Salatiga 2007. J Kebidanan. 2009;1(2). Menyususi Selama Dua Tahun dengan Benar di
25. Lestari D. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Wilayah Kerja Puskesmas Tangketada
tentang Air Susu Ibu dan Pekerjaan Ibu dengan Kecamatan Tangketada Kabupaten Kolaka
Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Fajar Bulan. [Internet]. 2014 [cited 2016 Sep 29]. Available from:
Med J Lampung Univ. 2013;2(4). http://repository.unhas.ac.id/bitstream/ handle/
26. Lau Y, Htun TP, Lim PI, Ho-Lim S, Klainin-Yobas 123456789 / 10708 / SUKMAWATI
P. Maternal, Infant Characteristics, Breastfeeding K11112607.pdf?sequence=1.
Techniques, and Initiation: Structural Equation 30. Pariani. Pendekatan Praktis Metodologi Riset
Modeling Approaches. PLoS One [Internet]. Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto; 2009.
2015;10(11):e0142861. Available from: http:// 31. Roesli. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26566028. Agriwidia; 2013.
Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik Menyusui pada Ibu Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan 19
Oktober [JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-ISSN:
2020 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020] HAL 363-369
ABSTRAK
America Academy of Pediatrics merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
kepada bayi selama minimal 6 bulan dan dapat dilanjutkan minimal sampai bayi
berusia 12 bulan. ASI merupakan nutrisi terbaik yang secara khusus ditujukan
bagi bayi baru lahir karena mengandung berbagai komponen antibodi, nutrisi
yang lengkap dan mudah dicerna oleh bayi baru lahir dibandingkan dengan susu
formula. Kementrian Kesehatan yaitu meningkatkan cakupan menjadi 80% pada
tahun 2014. Sedangkan provinsi Lampung sebesar 43,1% masih di bawah target
pencapaian provinsi tahun 2017. Sedangkan cakupan ASI Ekslusif mengalami
penurunan menjadi 43,2% Dinas kesehatan Provinsi Lampung, 2017.Tujuan
setelah mendapatkan penyuluhan teknik menyusui, diharapkan peserta ibu nifas
0-3 hari di RSIA Santa Anna mampu menyusui dengan teknik yang baik dan
benar. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan teknik menyusui
dengan baik dan benar dengan mengunakan metode ceramah dan tanya jawab
serta demonstrasi tekkhnik menyusui yang baik dan benar. Hasilnya semua ibu
menyusui sudah mampu melakukan redemonstrasi tekhnik menyusui yang baik
dan benar. Kesimpulan Terdapat peningkatan pengetahuan dan kemampunan
tentang teknik menyusui dengan baik dan benar.
ABSTRACT
363
Oktober [JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-ISSN:
2020 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020] HAL 363-369
1. PENDAHULUAN
Banyak zat dalam ASI yang tidak terdapat sama sekali, atau hanya ada dalam
jumlah kecil pada susu formula. Selain itu dalam proses menyusui yang benar,
bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang
baik dalam kehidupannya.
Selain memiliki manfaat bagi bayi, proses menyusui juga memiliki manfaat yang
besar bagi ibu setelah melahirkan. Proses menyusui dapat mencegah
perdarahan pasca persalinan karena kontraksi uterus yang dirangsang oleh
hormon oksitosin, mempercepat involusi uterus, mengurangi risiko terjadinya
anemia, mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara, memberikan rasa
dibutuhkan, memperkuat ikatan batin seorang ibu dengan bayi yang dilahirkan,
mempercepat kembali ke berat badan semula, dansebagai salah satu metode
kontrasepsi sementara (Astutik, 2014).
Bertolak belakang dengan anjuran menyusui secara eksklusif, data hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia menunjukkan terjadinya penurunan angka
cakupan ASI eksklusif dari 40,3% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun
2007. Pada tahun 2012, cakupan ASI eksklusif meningkat menjadi 42%, namun
peningkatan ini masih jauh untuk memenuhi target Kementrian Kesehatan yaitu
meningkatkan cakupan menjadi 80% pada tahun 2014 (Kemenkes RI, 2014).
364
Oktober [JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-ISSN:
2020 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020] HAL 363-369
2. MASALAH
Alasan kami memilih tempat kegiatan karena di RSIA Santa Anna adalah
rumah sakit ibu dan anak dimana tempat banyak pasien yang nifas yang
belum pahan bagaimana teknik menyusui yang benar.
3. METODE
a. Tujuan Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan adalah pre planning,persiapan penyajian
dengan alat peraga boneka.
b. Acara ini dengan pemberitahuan kepada Direktur RSIA Santa Anna dan
dokter kandungan untuk meminta izin mengadakan penyuluhan dan
pelatihan kepada pasien ibu nifas 0-3 hari tentang teknik menyusui
yang benar.
c. Evaluasi
Struktur Pasien hadir sebanyak 8 orang ibu nifas, setting tempat di
ruang perawatan ibu nifas, pasien di jelaskan dengan dilakukan
demonstrasi tekhnik menyusui dengan baik dan benar.
Proses
Pelaksanaan tanggal 23 Juli 2020 Jam 10.00 WIB, sesuai jadwal yang
telah direncanakan.
365
Oktober [JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-ISSN:
2020 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020] HAL 363-369
366
Oktober [JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-ISSN:
2020 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020] HAL 363-369
367
Oktober [JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-ISSN:
2020 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020] HAL 363-369
5. KESIMPULAN
368
Oktober [JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM), P-ISSN:
2020 2615-0921 E-ISSN: 2622-6030 VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020] HAL 363-369
6. DAFTAR PUSTAKA
WHO. Infant and Young Child Feeding: Model Chapter for Textbooks for Medical
Students and Allied Health Professionals.[Online] 2017[diakses 28
November 2017]. Available at
:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK148955/#_session7_s9
369
ORIGINAL ARTICLES
1,6 Departamento de Saúde da Mulher e da Criança. Universidade de Montes Claros. Av. Rui Braga. Prédio 6. Campus Universitário Darcy Ribeiro. Montes Claros, MG,
Brasil. CEP: 39.401-089. E-mail: antonio.caldeira@unimontes.br
2-4 Departamento de Enfermagem. Universidade de Montes Claros. Montes Claros, MG, Brasil.
5 Centro de Ciências Biológicas e da Saúde. Universidade de Montes Claros. Montes Claros, MG, Brasil.
Abstract
Objectives: the present study aimed to evaluate the influence of initial difficulties in
breastfeeding on duration of exclusive breastfeeding.
Methods: a prospective study with follow up of nursing mothers and their babies in the
first six months of age. The studied population was randomly selected among the Brazilian
public health system (SUS, Portuguese acronym) users in three hospitals. The breastfeeding
observation protocol was used to collect initial data, which also included socio-demographic,
prenatal assistance, delivery care, the postpartum period and the newborn variables. After
hospital discharge, data were collected by phone. The multiple regression model was used for
statistical analysis.
Results: 175 mother-baby binomials were followed. Problems with breasts during the
postpartum hospital stay (p= 0.030; OR=2.38; CI95%=1.02-5.48), maternal work outside
home (p=0.027; OR=2.12; CI95%=1.03-4.31) and low maternal schooling level (p=0.017;
OR=2.13; CI95%=1.10-4.06) were shown to be associated with the early interruption of
exclusive breastfeeding before the child has completed 6 months of age. A family income
lower than one minimum wage was a protective factor (p=0.048; OR=0.42; CI95%=0.17-
0.97).
Conclusions: socioeconomic aspects and difficulties in breastfeeding associated with
problems with the puerperal breasts stood out as factors which restrict the duration of exclu-
sive breastfeeding.
Key words Breastfeeding, Lactation disorders, Risk factors
This article is published in Open Access under the Creative Commons Attribution license,
http://dx.doi.org/10.1590/1806-93042018000300005
which allows use, distribution, and reproduction in any medium, without restrictions, as
518 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018
Difficulties and duration of exclusive breastfeeding
information was collected at 15, 30, 60, 90, 120, 150 variables with 5% significance (p<0.05) accompa-
and 180 days postpartum, with an oscillation of nied by their respective odds ratio and 95% confi-
about five days on each interval. dence intervals were included in the final model.
Two previously trained nursing students respon- The present research project was approved by
sible for the initial and following contacts conducted the Research Ethics Committee (Process No.
the evaluations, exclusively, with the mothers. To 844.557), and all the participating mothers agreed to
avoid losses, during the first assessment, all the the research and signed the free and informed
phone contacts available to the mother, including consent form.
relatives, neighbors, and friends, were collected.
Training for the data collection was performed in a Results
practice environment with guidelines which included
as from the approach to the mothers to the orienta- 175 binomials (mother-baby) participated in the
tions for inadequate behaviors correction, besides present study. Most mothers were aged from 20 to
rigorous observation of the breastfeeding technique. 29 years old (66.9%), with brown self-reported skin
Training period was extended until consensus was color (69.7%) and without a job outside home
reached by all group members and was conducted by (64.6%). More than half interviewed reported the
an obstetric nurse (university professor) experienced familiar income up to a minimum wage (54.3%) and
in the subject, who is also monitor for training schooling up to eight years (57.7%). The main
course of Baby-friendly Hospital Initiative and for demographic and socio-economic characteristics of
the course of Breastfeeding Counseling. the participating mothers are described in Table 1.
The selection of a restrict number of evaluators The gestational, prenatal, and newborn-related
(both women), aimed to ensure greater results relia- characteristics are presented in Table 2. The
bility and adherence to the research project. percentage of primiparous women was 42.9%. It was
The instrument used for the data collection observed that most women attended more than six
included a breastfeeding observation form, which prenatal appointments. The proportion of operative
addresses diverse favorable and unfavorable beha- deliveries (cesarean sections) was 46.3%. Most
viors to breastfeeding, including the binomial posi- newborns weighted from 2,500 to 3,500 grams
tioning during the breastfeeding, the establishment (69.1%) and the percentage of newborns breastfed at
of affective bonds between mother and child, breast the first hour of life was 53.7%. The use of infant
anatomical characteristics, the suction efficiency, the formula during the hospital stay was reported by
binomial response when initiating breastfeeding, as 24.6% of the mothers participating in the study. The
well as the breastfeeding duration and its closure. main initial difficulties on breastfeeding were: inad-
Breast problems were considered present when the equate newborn response to breast contact (20.0%)
following characteristics were observed: engorged and breasts problems (26.3%).
and firm breasts, flat or inverted nipples, breasts or Figure 1 presents the survival curves of total
nipples with excoriations, and fissures or redness. breastfeeding (TBF), the sum of predominant and
The record was filled via direct breastfeeding obser- exclusive breastfeeding (PBF + EBF) and exclusive
vation, with the mother’s consent. Additionally, the breastfeeding (EBF) for the first six months of life
following variables were collected: socio-economic of the studied group. At the end of 180 days of life,
and demographic, maternal health history, parity, 61.2% of the children were still breastfeeding. In the
and prenatal, delivery, puerperal and newborn assis- same period, the prevalence of predominant and
tance. exclusive breastfeeding was 39.8%, and the
Breastfeeding survival curves were constructed percentage of exclusively breastfed 24.0%.
with the aid of electronic spreadsheets. Statistical Table 3 shows the results of the bivariate
analyses were conducted at the Statistical Package analysis between the maternal socio-demographic
for Social Sciences – SPSS software (version 18) characteristics, prenatal and puerperium assistance
(SPSS Inc., Chicago, IL, USA). All variables were aspects and exclusive breastfeeding. The variables
assessed descriptively via absolute and relative with up to 20% significance association level
frequencies. (p<0.20) were submitted to joint analysis via
The associations between the studied variables multiple regression. The variables that remained
and exclusive breastfeeding at the sixth month were statistically significant after multiple analyzes were
investigated by bivariate analysis, via chi-square associated with a higher chance of early breast-
test, and those associated up to 20% level (p<0.20) feeding interruption: maternal work outside home
were assessed by multiple logistic regression. The (p=0.027; OR=2.12; CI95%=1.03-4.31), problems
Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018 519
Barbosa GEF et al.
Table 1
Demographic and socioeconomic characteristics of nursing mothers. Montes Claros (MG), 2015.
Variable N %
with breasts during the postpartum hospital stay observed during the postpartum hospital stay were
(p=0.030; OR=2.38; CI95%=1.02-5.48) and low among the main factors associated with early breast-
maternal schooling (p=0.017; OR=2.13; feeding interruption, even after the joint analysis
CI95%=1.10-4.06). Family income lower than the with other factors.
minimum wage was considered a protective factor Other authors have pointed problems with the
(p=0.048; OR=0.42; CI95%=0.17-0.97). breasts as important factors for the EBF interrup-
tion.14 Breast engorgement, mastitis, nipple fissure
Discussion or wound, as well as pain and formation of breast
abscesses are problems that might be faced during
The present study evidenced an elevated frequency breastfeeding.15,16 A study performed in the south of
of breastfeeding interruption in the first months of Brazil demonstrated that the incidence of breast
life among the evaluated binomials. Breast problems lesions in maternity had reached a proportion of
520 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018
Difficulties and duration of exclusive breastfeeding
43.6%.11 Problems with the breast, such as engorge- al.,18 in a case-control study performed in a
ment and pain, are among the main elements that, University Hospital in 2004/2005, demonstrated that
according to the maternal perception, affect the both the binomial position and the latch might
breastfeeding process.14,17 contribute to the occurrence of nipple lesions, and
Some conditions are pointed as likely contribu- the variables statistically associated to this conclu-
tors for the occurrence of breast problems. Coca et sion were: "child with a twisted neck, chin distant
Table 2
Mothers gestational and prenatal care aspects and newborn characteristics. Montes Cla ros (MG), 2015.
Variables N %
Number of pregnancies
1 75 42.9
2-3 75 42.9
≥4 25 14.2
Type of childbirth
Natural 94 53.7
Cesarean section 81 46.3
Number of appointments (prenatal)
<6 20 11.4
6-9 109 62.3
>9 46 26.3
Health support during prenatal
Public 137 78.3
Private 16 9.1
Both 22 12.6
Breastfeeding orientations during prenatal care
Yes 102 58.3
No 73 41.7
Breast care orientations during prenatal care
Yes 93 53.1
No 82 46.9
Breastfeeding orientations in the Maternity
Yes 80 45.7
No 95 54.3
Baby sex
Male 81 46.3
Female 94 53.7
Weight at birth (grams)
< 2500 5 2.9
2500 - 3500 121 69.1
> 3500 49 28.0
APGAR 1 minute
≤8 118 67.4
9 55 31.4
10 2 1.1
continue
Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018 521
Barbosa GEF et al.
Table 2
Mothers gestational and prenatal care aspects and newborn characteristics. Montes Claros (MG), 2015.
conclusion
Variables N %
APGAR 5 minutes
≤8 27 15.4
9 134 76.6
10 14 8.0
Time to the first breastfeeding (minutes)
≤ 30 65 37.1
31-60 29 16.6
> 60 81 46.3
Maternity infant formula use
Yes 43 24.6
No 132 75.4
Initial difficulties (Breastfeeding evaluation form)
Inadequate position 10 5.7
Response to the breast contact 35 20.0
Inadequate latch 23 13.1
Breast problems 46 26.3
Emotional difficulties 11 6.3
Figure 1
100.0
80.0
Percentage of breastfed babies
60.0
40.0
20.0
0.0
30 60 90 120 150 180
Age (days)
TBF = total breastfeeding; PBF + EBF = predominant and exclusive breastfeeding; EBF= exclusive breastfeeding.
522 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018
Difficulties and duration of exclusive breastfeeding
Table 3
Bivariate analysis for factors associated with exclusive breastfeeding at the sixth month; Montes Claros (MG), 2015.
Yes No
n % n %
Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018 523
Barbosa GEF et al.
from the breast and lower lip facing inward." 18 Other existent association between maternal schooling
factors such as breast engorgement, firstborn, mother level and EBF duration.17,24-26 In general, mothers
without a partner, semi-protruding and/or malformed with low schooling level tend to interrupt the EBF
nipples, and nipple depigmentation were also associ- earlier, probably due to the lack of information about
ated with a higher occurrence of nipple trauma, with the breastfeeding benefits. These mothers are more
a negative impact on breastfeeding.19 vulnerable to cultural and commercial behaviors
In the present study, other initial difficulties with influence, which compromises EBF. In a recent meta-
breastfeeding technique, such as the inadequate posi- analysis from national studies on the factors
tioning of the binomial mother/child, problems with associated with early weaning, the authors observed
the latch, mother and child interaction and baby that schooling plays a relevant role and may be asso-
response to the contact with the breast were not ciated with a higher maternal capacity to solve
statistically associated with the interruption of breastfeeding problems and discomforts, as well as
breastfeeding before the newborn has completed 6 greater assimilation of the breast milk benefits.27
months of age. However, these difficulties are recog- It should be noted in the present study that a
nized and pointed in other studies as variables that family income lower or equal to one minimum wage
might interfere with adequate breastfeeding was a protective factor against the EBF early inter-
practice.9,11 ruption. Previous studies reported different associa-
The frequency of initial breastfeeding difficul- tions, where lower family income was a risk factor
ties in this study was lower than that reported by for the breastfeeding early interruption.27,28 Our
Carvalhaes et al.,9 which also used the breastfeeding contradictory findings might be justified by the fact
observation form to compute the frequency of unfa- that infant nutritional intake with other milk sources,
vorable behaviors to breastfeeding in women other than maternal, demand greater financial expen-
attended at a maternity hospital in public system diture for the family, stimulating mothers belonging
(SUS). A more recent study conducted in São Paulo to low-income families to breastfeed. It was esti-
registered that approximately one-third of the mated that the mean monthly expenditure of
mothers mentioned difficulties on breastfeeding at Brazilian families with artificial milk for infants up
hospital discharge and this variable was associated to six months old varied between 38% and 133% of
with early weaning.20 It is possible that the lowest the minimum wage in 2004, depending on product
frequencies observed in the present study are due to brand, thus demonstrating the high costs that the
all binomials had been recruited from Baby-friendly interruption of EBF causes. 5 It is worth mentioning
Hospitals. A few studies highlight that in these insti- that the study was conducted in a period of signifi-
tutions, a positive increment in breastfeeding incen- cant national financial crisis.
tives (such as breastfeeding initiation, exclusivity, Some variables associated with the EBF early
and duration) is observed. The healthcare team in interruption identified in other studies were not asso-
these institutions encourages breastfeeding in the ciated with EBF practices in the present investiga-
first half hour postpartum and then at free demand, tion. The mother’s guidance during the prenatal
along with the joint accommodation practice, among period regarding the breastfeeding process or breast-
others.21-23 feeding importance, for example, had no statistically
In the present study, other factors were also significant association with the EBF duration. Other
investigated, and while mother working outside authors, on the other hand, demonstrate that such
home and low schooling level were associated with orientations are essential to mother's decision about
the EBF early interruption, low family income was breastfeeding beginning and continuity, but may not
considered a protective factor. The maternal working constitute isolate and punctual activities. 29 Thus; the
outside home is an important and limiting variable observed results point to the health professional’s
for the EBF. According to a study performed by insufficient educational strategies. Indeed, it is not
Demétrio et al.24 the mother work is a factor that enough to talk to mothers about breastfeeding their
contributes to the EBF early interruption. Corrêa et babies, highlighting this practice benefits. It is
al.,25 in a study performed in Florianópolis (SC), necessary to anticipate difficult situations, to guide
demonstrated that those mothers were more likely to the breastfeeding technique adequately and to
introduce foods earlier into the babies’ diet. This present solutions to possible problems.
association may be related to the shorter time these Another important result that drew attention was
mothers stay in contact with their children, reducing the low proportion of newborns breastfed in the first
opportunities for breastfeeding. half hour of life. However, as the information was
Other studies already pointed to the intrinsic verified with mothers, it is possible that the first
524 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018
Difficulties and duration of exclusive breastfeeding
contact of the baby with the breast still in the that breastfeeding difficulties, mainly those associ-
delivery room has not been appropriately valued. In ated with breast problems and identified in the first
any case, this result should be considered as a postpartum days, are significant factors for the early
warning sign for the institutions involved in the EBF interruption. This variable remained associated
study. even after regression with socio-demographic and
Some limitations of this study should be consi- gestational/delivery variables. Orientation regarding
dered. We did not analyze the possible previous the breast milk benefits to the mother-child bino-
lactation experiences through which the mothers mial, and disadvantages of breastfeeding interrup-
passed. Some studies have evidenced a correlation tion are necessary to increase breastfeeding duration.
between how the breastfeeding has been carried out Recent research highlights the importance of the
in previous children and how it will continue with health team's engagement to monitor breastfeeding
subsequent children, so that past positive experi- practices. It is also essential the professional's capa-
ences, such as the absence of breast problems, tend citation for the proper mother's orientation, by
to increase the duration of breastfeeding. 30 Another correcting problems and offering resolution tech-
factor to be considered was the prospective contact niques for breast problems, both in the hospital and
with the mothers via phone, an approach that is primary care services, considering that the most
subject to the limitation of the truthfulness of significant difficulties will be observed in the first
reported facts, if compared to a personal ques- days of the child's life.
tioning, besides hindering possible interventions. On The present study evidences that the application
the other hand, this is one of the few Brazilian of an instrument to evaluate the breastfeeding tech-
studies with longitudinal evaluation of the breast nique, such as the form proposed by Unicef, encour-
problems impact on the EBF duration. It is relevant ages the proper breastfeeding process management.
to consider the fact that the study was conducted in The mother-baby binomial breastfeeding technique
Baby-friendly hospitals, so the reported findings evaluation in the hospital environment may allow the
might not be generalized to other institutions, early identification of difficulties, which may favor
although this limitation warns for the possibly even the establishment of interventions that may decrease
worse scenarios of the breastfeeding incentive the obstacles and extend the exclusive breastfeeding
measures in other institutions. duration.
From the present results, it is possible to observe
References
4. Hanieh S, Ha TT, Simpson JA, Thuy TT, Khuong NC, 9. Carvalhaes MABL, Corrêa CRH. Identificação de dificul-
Thoang DD, Tran TD, Tuan T, Fisher J, Biggs BA. dades no início do aleitamento materno mediante aplicação
Exclusive breastfeeding in early infancy reduces the risk of de protocolo. J Pediatr (Rio J). 2003; 79 (1): 13-20.
inpatient admission for diarrhea and suspected pneumonia 10. Thulier D, Mercer J. Variables Associated With
in rural Vietnam: a prospective cohort study. BMC Public Breastfeeding Duration. Obstet Gynecol Neonatal Nurs.
Health. 2015; 15: S1166. 2009; 38 (3): 259-68.
5. Brasil. Ministério da Saúde. Secretaria de Atenção à Saúde. 11. Weigert EML, Giugliani ERJ, França MCT, Oliveira LD,
Departamento de Atenção Básica. Saúde da criança: Bonilha A, Espírito Santo LC, Köhler CVF. Influência da
nutrição infantil: aleitamento materno e alimentação técnica de amamentação nas frequências de aleitamento
Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018 525
Barbosa GEF et al.
materno exclusivo e lesões mamilares no primeiro mês de 22. Saadeh R, Casanovas C. Implementing and revitalizing the
lactação. J Pediatr (Rio J). 2005; 81 (4): 310-6. Baby-Friendly Hospital Initiative. Food Nutr Bull. 2009;
12. Unicef (Fundo das Nações Unidas para a Infância). 30 (Supl. 2): S225-9.
Breastfeeding management and promotion in a 23. Merten S, Dratva J, Ackermann-Liebrich U. Do Baby-
babyfriendly hospital: an 18-hour course for maternity staff. Friendly Hospital Influence Breastfeeding Duration on a
New York; 1993. National Level? Pediatrics. 2005; 116 (5): 702-8.
13. IBGE (Instituto Brasileiro de Geografia e Estatística). 24. Demétrio F, Pinto EJ, Assis AMO. Fatores associados à
[acesso em 12 ago 2017]. Disponível em: interrupção precoce do aleitamento materno: um estudo de
http://cidades.ibge.gov.br/xtras/perfil.php?codmun=314330 coorte de nascimento em dois municípios do Recôncavo da
. Bahia, Brasil. Cad Saúde Pública. 2012; 28 (4): 641-54.
14. Buck ML, Amir LH, Cullinane M, Donath SM. Nipple 25. Corrêa EN, Corso ACT, Moreira EAM, Kazapi IAM.
Pain, Damage, and Vasospasm in the First 8 Weeks Alimentação complementar e características maternas de
Postpartum. Breastfeed Med. 2014; 9 (2): 56-62. crianças menores de dois anos de idade em Florianópolis
15. Vieira GO, Martins CC, Vieira TO, Oliveira NF, Silva LR. (SC). Rev Paul Pediatr. 2009; 27 (3): 258-64.
Factors predicting early discontinuation of exclusive breast- 26. França GVA, Brunken GS, Silva SM, Escuder MM,
feeding in the first month of life. J Pediatr (Rio J). 2010; Venancio SI. Determinantes da amamentação no primeiro
86(5): 441-4. ano de vida em Cuiabá, Mato Grosso. Rev Saúde Pública.
16. Tang L, Lee AH, Binns CW. Factors associated with breast- 2007; 41 (5): 711-8.
feeding duration: a prospective cohort study in Sichuan 27. Pereira-Santos M, Santana MS, Oliveira DS, Nepomuceno
Province, China. World J Pediatr. 2015; 11(3): 232-8. Filho RA, Lisboa CS, Almeida LMR, Gomes DR Queiroz
17. Boccolini CS, Carvalho ML, Oliveira MIC. Factors associ- VAO, Demétrio F, Oliveira AM. Prevalence and associated
ated with exclusive breastfeeding in the first six months of factors for early interruption of exclusive breastfeeding:
life in Brazil: a systematic review. Rev Saúde Pública. meta-analysis on Brazilian epidemiological studies. Rev
2015; 49: 91. Bras Saúde Mater Infant. 2017; 17 (1): 59-67.
18. Coca KP, Gamba MA, Silva RS, Abrão ACFV. A posição 28. Cavalcanti LPG, Diniz RLP, Araújo BQ, Soares AKM,
de amamentar determina o aparecimento do trauma Feitosa GP, Machado JRM, Sousa TCS, Pimentel EC.
mamilar? Rev Esc Enferm USP. 2009; 43 (2): 446-52. Fatores associados ao consumo precoce de leite de vaca
integral por crianças menores de um ano de idade. Rev Bras
19. Coca KP, Gamba MA, Silva RS, Abrão ACFV. Factors
Promoç Saúde. 2015; 28 (4): 538-46.
associated with nipple trauma in the maternity unit. J
Pediatr (Rio J). 2009; 85 (4): 341-5. 29. Almeida ISA, Pugliesi Y, Rosado LEP. Estratégias de
promoção e manutenção do aleitamento materno baseadas
20. Rocci E, Fernandes RAQ. Dificuldades no aleitamento
em evidência: revisão sistemática. Femina. 2015; 43 (3): 97-
materno e infl uência no desmame precoce. Rev Bras
103.
Enferm. 2014; 67 (1): 22-7.
30. Berra S, Sabulsky J, Rajmil L, Passamonte R, Pronsato J,
21. World Health Organization - United Nations Children’s
Butinof M. Correlates of breastfeeding duration in an urban
Fund (Unicef). Iniciativa Hospital Amigo da Criança:
cohort from Argentina. Acta Paediatr. 2003; 92 (8): 952-57.
revista, atualizada e ampliada para o cuidado integrado:
módulo 1: histórico e implementação. Brasília, DF:
Ministério da Saúde; 2008. 78p. Série A. Normas e Manuais
Técnicos.
526 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 18 (3): 517-526 jul-set., 2018
ORIGINAL ARTICLES
https://orcid.org/0000-0002-2543-5153
https://orcid.org/0000-0001-9150-4877
https://orcid.org/0000-0001-5354-718X
https://orcid.org/0000-0003-4833-4889
https://orcid.org/0000-0003-1702-217X
1-4Mestrado Profissional em Saúde Coletiva. Universidade Estadual de Feira de Santana. Av. Transnordestina, s.n.Novo Horizonte. Feira de Santana, BA, Brasil.CEP: 44.036-
900. E-mail: thaize_estrela@hotmail.com
5 Núcleo de Pesquisa e Extensão em Saúde (NUPES). Universidade Estadual de Feira de Santana. Feira de Santana, BA, Brasil.
Abstract
Objectives: to evaluate the effect of an intervention on the incidence of nipple trauma and
the quality of breastfeeding technique in the first month of postpartum.
Methods: this is a quasi-randomized intervention study with 180 puerperal women
equally distributed between experimental and control groups. The intervention was performed
at a maternity and consisted of an educational session on breastfeeding technique. A descrip-
tive analysis of the groups’ characteristics was performed, comparing the frequencies of unfa-
vorable parameters related to breastfeeding technique between groups. Pearson’s chi-square
test and Fisher’s test were used, and p≤0.05 was adopted as the critical level of significance.
Results: at 30 days, 64% and 15% of the mothers used the technique correctly, respec-
tively, in the experimental and control groups with RR=4.87 (CI95%=2.93-8.34); NNT=1.96
(CI95% =1.61-2.72); p<0.001. In the experimental group, a decrease was observed in the
unfavorable parameters of the breastfeeding technique (p≤0.05). The incidence of nipple
trauma was 30% in the experimental group and 38.9% in the control group (p=0.21).
Conclusions: the intervention was insufficient to prevent nipple trauma in the experi-
mental group, but significantly improved the quality in the breastfeeding technique.
Key words Trauma, Breastfeeding, Incidence
This article is published in Open Access under the Creative Commons Attribution license,
http://dx.doi.org/10.1590/1806-93042020000300003
which allows use, distribution, and reproduction in any medium, without restrictions, as
696 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020
Breastfeeding technique and the incidence of nipple traumas: an intervention study
experimental groups were interviewed to obtain presence of one of the researchers, individually or in
sociodemographic data, related to prenatal care, a group of maximum three women. At the end of the
childbirth and breastfeeding, and data related to the exhibition, a video selection was presented individu-
newborn. Then, breast examination was performed ally with specific images on the breastfeeding tech-
to assess their characteristics, confirm the absence of nique; Stage 2 – verbal guidance on the breast-
nipple trauma, and investigate the presence of breast feeding technique and the benefits of maternal
engorgement and mastitis. breastfeeding; Stage 3 – demonstration of the correct
A pilot study was carried out with nine mothers, breastfeeding technique using a breast model and
corresponding to 5% of the sample, to test the doll.
logistic of the study and the data collection instru- At the end of the demonstration, the mother
ments. reproduced the procedures taught with the infant.
Breastfeeding was also observed at the maternity Proper guidance was given if an unfavorable para-
by using a form recommended by the World Health meter of the breastfeeding technique was identified.
Organization.23 This procedure was performed only Any concerns were clarified, and the child’s return
in the experimental group, as per ethical standards was scheduled for an appointment with a pediatri-
that do not allow the researcher’s omission in cian at the Institution thirty days after birth.
possible cases identify as poor breastfeeding tech- It is worth mentioning that the intervention
niques. Afterwards, the intervention was carried out carried out in this study, differed from which already
in three stages: Stage 1 – exhibition of the video occurs routinely in the service where the study was
“Amamentação muito mais do que alimentar a developed concerning the resources that were used
criança” (Breastfeeding is much more than feeding in the same approach (breast model, doll and video),
the child) reproduced by the Ministry of Health and the type of approach (individual and group) and indi-
the Brazilian Pediatrics Society,24 which addresses vidual demonstration of the breastfeeding technique.
the breastfeeding technique and the benefits of The mothers of the control group did not receive the
maternal breastfeeding. The video was shown in the intervention proposed by the study, but were guided
Figure 1
Flow chart on the progress through the phases of an intervention study.
Simple drawing
Follow-up
Analysis
Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020 697
Morais TCEV et al.
by the research team regarding the benefits of breast- (SPSS) version 10.0 was used to build the database
feeding and also received guidance from the health and perform statistical analysis. The absolute and
professional team at HIPS, since the following relative frequencies of all variables collected were
procedures are already carried out in its routine and calculated. The characteristics of the control and
as it is a hospital accredited by the Child-Friendly experimental groups were compared, as well as the
Hospital Initiative: Monday through Friday, guid- frequencies of the unfavorable parameters related to
ance in the wards on the benefits of breastfeeding positioning, grip, and suction were observed 30 days
and its management, with the delivery of an infor- after childbirth. The breastfeeding technique was
mation folder, the group educational activities were compared between the pairs of the two groups 30
performed on specific dates. days after childbirth, and the number needed to treat
Thirty days after birth, infants in the control and (NNT) was calculated, which represents the estimate
experimental groups returned for a consultation with of the number of individuals who should receive the
the pediatrician at the institution, following the intervention to produce the positive outcome. The
service routine. Then, the mothers of both groups NNT is equivalent to the reciprocal of absolute risk
were interviewed about the child’s eating pattern. reduction or risk difference.25 Pearson’s chi-square
After the interview, breast examinations and breast- test and Fisher’s exact test were used, and p≤0.05
feeding observation were performed in both groups was adopted as a critical level of significance, with a
using the same data collection instruments employed confidence interval of 95 %.
at the maternity. Home visits were necessary due to The Research Ethics Committee of the
the absence of some mothers at the consultations. Universidade Estadual de Feira de Santana approved
Fifty-two (28.9%) of the 180 puerperal the study CAAE: 39280614.9.0000.0053. The data
women/infant pairing were visited at home. were collected after signing the informed consent
The aspects related to the breastfeeding tech- form.
nique were obtained through the observation of
breastfeeding, using the instrument recommended by Results
the World Health Organization.23 Parameters indica-
tive of proper positioning of the newborn were used Of the 216 mother/newborn binomials eligible for
to evaluate the breastfeeding technique (baby close the study, 8 (3.7%) did not participate due to
to the mother’s body; head and trunk aligned; baby’s maternal refusal, and 28 (13%) were lost during the
body well supported), adequate grip (mouth wide follow-up, which resulted in 180 binomials distri-
open; lower lip turned out; baby’s chin touching the buted as follows: 90 in the control group and 90 in
breast; asymmetrical grip, with more areola visible the intervention group. The characteristics of the
above the baby’s mouth) and adequate suction (slow puerperal women and their respective newborns
and deep suction in periods of activity with breaks, were similar between the groups (Table 1).
swallowing is noted or heard). The breastfeeding In the breast examination, 72.2% and 81.1% of
technique was considered correct when all the para- the nursing mothers had normal nipples, 26.7% and
meters mentioned above were favorable. 16.7% had flat nipples, and 1.1% and 2.2%
Nipple trauma was defined as the occurrence of malformed nipples in the experimental and control
fissure, excoriation, erosion, laceration, vesicles, groups, respectively. There was no significant diffe-
ecchymosis, and erythema in the nipple-areolar rence between the groups regarding the presence of
region,8 ascertained in the breast examination flat (p=0.11) and malformed nipples (p=0.63). The
performed at the consultation with the pediatrician occurrence of breast engorgement in the first month
scheduled for thirty days after childbirth. Moreover, after childbirth also did not differ between the expe-
the puerperal women’s self-reports regarding the rimental group (3.3%) and the control group (2.2%)
occurrence of these lesions in the first month of post- (p=0.66).
partum were considered. As the mothers who had A higher incidence of the correct breastfeeding
nipple injuries in the first 48 hours after childbirth technique was identified in the experimental group
were excluded from the study, only women who had (64%, 57/89) compared to the control group (15%,
new injuries after hospital discharge were included 13/86) RR=4.87 (CI95% =2.93-8.34); NNT=1.96
in the calculation of the nipple trauma incidence. (CI95% =1.61-2.72); p<0.001. The Absolute Risk
Maternal sociodemographic variables, characteris- Reduction (ARR) calculation showed that for every
tics related to pregnancy, newborn, and breast- 100 mothers exposed to the training, 64 adopted the
feeding were also researched. correct breastfeeding technique, and in 49 of them,
The Statistical Package for Social Sciences this outcome was due to the intervention (ARR=49).
698 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020
Breastfeeding technique and the incidence of nipple traumas: an intervention study
When comparing the frequencies of the unfavorable nique during hospitalization after childbirth. The
parameters to the breastfeeding technique at 30 days authors found that 56% of the nursing mothers had
after childbirth between the experimental and control an adequate technique26after the intervention. A
groups, a better quality of the technique was higher value (64% in the experimental group versus
observed in the experimental group, with a signifi- 15% in the control group) was found in the current
cant difference in the following parameters: baby’s study.
body distant from the mother’s body; chin does not In contrast, another intervention study found no
touch the breast; the baby is not well supported; significant difference when comparing the means of
mouth slightly open; non-asymmetric grip; lower lip the number of unfavorable parameters to breast-
turned inwards, and the presence of only rapid feeding between the experimental and control
suctions with clicks (Table 2). groups, both in the maternity and at 30 days after
Regarding to nipple trauma, 30% and 38.9% of childbirth.21 The difference between the referred
the women self-reported nipple injury, respectively, intervention and of this current study was the use of
in the experimental and control groups, with no a video as an audiovisual resource to show the
significant difference between groups (p=0.21). breastfeeding technique.
Concerning the type of nipple trauma, the most The intervention of the current study also
frequent injury was a fissure, found in 20% of the differed from what is usually performed at the
puerperal women in the experimental group and hospital, where the study was conducted concerning
27.8% in the control group. The other injuries the use of audiovisual resources and instruments
presented by the puerperal women are shown in such as breast model and doll for individual demons-
Table 3. tration of the correct breastfeeding technique. These
measures seem to have achieved a positive outcome.
Discussion As they are easy to access and apply, they can be
incorporated into hospital routines, especially
The intervention conducted in the current study on concerning orientations carried out individually, face-
the breastfeeding technique produced a beneficial to-face, as they are more effective 27 than those
effect, as it significantly reduced the frequency of performed in groups.
unfavorable parameters to the quality of the tech- In this study, noteworthy was the proportion of
nique in the experimental group. However, it did not 47.8% of the “non-asymmetric grip” parameter in
affect the incidence of nipple trauma. the control group at 30 days in relation to the experi-
The magnitude between the exposure and the mental group, in which the proportion was 14.6%.
technical outcome of breastfeeding was 4.2, that is, This parameter suffered the most significant impact
the puerperal women who did not receive the inter- with the intervention. Similarly, this item showed a
vention were 4.2 times more likely to adopt the significant improvement (p<0.001) in another inter-
incorrect technique when compared to the experi- vention study, at thirty days of the baby’s life.21
mental group. The value of NNT=1.96 (p<0.001) The adequate breastfeeding technique has been
showed that a case of incorrect breastfeeding tech- described as an essential preventive measure against
nique could be prevented in approximately one in nipple trauma.3,19,20,26 However, in this study, the
every two puerperal women who received the inter- intervention explicitly directed for the breastfeeding
vention measures. This parameter that helps health technique did not significantly reduce nipple trauma.
professionals weigh the risks and benefits of a given The same occurred in three other intervention
therapeutic measure, indicated that the establishment studies.20,21,28
of intervention measures in the breastfeeding tech- A study carried out in Australia,20 where puer-
nique has a positive impact on its quality. peral women received individual guidance on posi-
The breastfeeding technique in the experimental tioning and grip 24 hours after childbirth, found no
group improved in almost all the parameters of posi- significant difference in the incidence of nipple
tioning and grip. Other intervention studies have also trauma between the experimental group (17%) and
identified improved breastfeeding technique. In a the control group (20%). In the study conducted in
study carried out in Australia, the women in the England,28 the intervention consisted of an interfe-
experimental group had better scores concerning the rence performed by a qualified midwife, who
newborn’s position and grip during breastfeeding. 23 addressed positioning and grip during breastfeeding.
Another successful intervention was carried out in No significant differences were found in the inci-
the United Kingdom, where 395 mother/newborn dence of breastfeeding problems, as 30.3% and
pairings were evaluated on the breastfeeding tech- 37.8% had sore or fissured nipples in the experi-
Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020 699
Morais TCEV et al.
Table 1
Characteristics of the 180 mother and newborn pairs included in the study, Feira de Santana (BA), Brazil, 2015.
Characteristics of the Experimental Group Control Group p
180 mother-NB pairs*
n % n %
Characteristics of NBs
Female NB 49 54.4 50 55.6 0.88
NB’s birth weight < 2500g 3 3.3 8 8.9 0.11
Use of pacifier at the maternity 4 4.4 5 5.6 0.73
NB received supplement
at the maternity 3 3.4 2 2.2 0.64
NB breastfed in the first hour
after childbirth 30 33.3 21 23.3 0.14
* NB = newborn; ** Pearson’s Chi-square test and Fisher’s test; *** Considering mothers who reported weight and height: 67 from
the experimental group and 73 from the control group; **** Considering mothers who already had children: 87 from the
experimental group and 82 from the control group; ***** Considering mothers whose first child was one year or older: 45 from
the experimental group and 52 from the control group.
700 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020
Breastfeeding technique and the incidence of nipple traumas: an intervention study
Table 2
Frequency of unfavorable parameters related to positioning, grip and suction in the experimental and control groups 30 days
after childbirth. Feira de Santana (BA), Brazil, 2015.
n % n %
Baby’s grip
Mouth slightly open 7 7.8 20 22.7 2.89 1.29-6.49 <0.001
Chin not touching the breast Non- 3 3.4 28 31.8 9.44 2.98-29.92 <0.001
asymmetric grip (the areola was no
longer visible above
the baby's mouth) 13 14.6 43 49.4 2.88 1.65-5.03 <0.001
Lower lip turned inward 13 14.6 37 42.0 2.9 1.65-5.03 <0.001
Suction
Only quick sucking with clicks - - 9 10.3 - - <0.001
Click of the lips is heard, but
not the swallowing 2 2.2 7 8.0 3.88 0.76-16.76 0.15
Table 3
Frequency of nipple trauma observed in the experimental and control groups 30 days after childbirth. Feira de Santana (BA), Brazil,
2015.
n % n %
Nipple trauma
Fissure 18 20.0 25 27.8 1.39 0.82-2.36
Excoriation 5 5.6 2 2.2 0.4 0.08-2.0
Erythema 3 3.3 4 4.4 1.33 0.31-5.8
Bruise - - 1 1.1 - -
Laceration - - 1 1.1 - -
Fissure and erythema 1 1.1 1 1.1 - -
Excoriation and erythema - - 1 1.1 - -
Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020 701
Morais TCEV et al.
mental and control group, respectively. The third group the puerperal women belonged to.
study was carried out in Brazil, 21 and in this one, the The intervention on the positioning and grip
puerperal women were instructed at the maternity carried out in the maternity had a positive impact on
about the breastfeeding technique, emphasizing the quality of the breastfeeding technique, strength-
aspects related to positioning and the correct grip ening the established knowledge that the institution
during breastfeeding and manual milking teaching. with intervention measures can facilitate breast-
It was noted that the incidence of nipple trauma in feeding. Thus, care for the puerperal women before
the group of mothers who received the intervention hospital discharge is essential, with the observation
(43.2%) was similar to the control group (48.9%) of the breastfeeding and demonstration of the correct
when were assessed at seven days. At 30 days, there breastfeeding technique. Therefore, a trained team,
was no difference in the incidence of trauma in the with sufficient knowledge to intervene early at the
two groups, at 8.5% and 9.1%, respectively, in the first signs of poor positioning and grip, is required
experimental and control groups. and is an important measure to ensure successful
This present study is similar to the three breastfeeding.
mentioned previously, concerning the fact that the Contradictorily, the intervention did not prevent
intervention was carried out at a single moment. On the occurrence of nipple lesions, which suggests that
the other hand, other interventions have been an intervention performed at a single moment is not
successful. In a study carried out in Australia, in enough to prevent nipple trauma. Furthermore, other
which the intervention consisted of an orientation factors rather than the breastfeeding technique may
session on breastfeeding technique, the women who have contributed to the results found.
received the intervention had better scores when
assessing the newborn’s positioning and grip during
breastfeeding, and a lower incidence of nipple Authors’ contribution
trauma, 53% in the experimental group versus 100%
in the control group.19 It is worth mentioning that Morais TCEV and Souza TO participated in the
this intervention was performed with nulliparous concept and design of the study, data acquisition,
pregnant women, at the end of pregnancy (36 and analysis. Jesus GM and Bessa Júnior J partici-
weeks), a characteristic that may have contributed to pated in the data analysis. Vieira GO participated in
the success of the intervention, since the singulari- the concept and design of the study and data
ties of the first days after childbirth may compromise analysis. All authors participated in data interpreta-
the assimilation of the guidelines provided in this tion, writing, and critical review of the manuscript.
period.
In the current study, other factors rather than the
breastfeeding technique and those researched may
have affected the experimental and control group
differently and contributed to the results found, such
as oral dysfunctions in the child, excessively short
tongue brake, non-nutritive prolonged sucking,
improper use of breast pumps or use of nipple
protectors, and among others.29,30
It is also relevant to highlight some methodolo-
gical limitations of this study in order to understand
the results found, such as information bias, as the
breast examination was only performed at the mater-
nity and 30 days after the intervention, and it is
necessary to consider the maternal limitation in iden-
tifying nipple trauma. The nursing mothers may have
failed to report any nipple injury that occurred
during this period because they did not have a good
view of the nipple itself or because they were unable
to do so, although this evaluation method can assist
in monitoring this condition. Another limitation of
the study was that evaluators were aware of which
702 Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020
Breastfeeding technique and the incidence of nipple traumas: an intervention study
References
1. Kramer M, Kakuma R. Optimal duration of exclusive- 15. Goyal C, Banginwar AS, Ziyo F, Toweir AA. Breastfeeding
breastfeeding.Cochrane Database Syst Rev. 2012; 8:
practices: Positioning, attachment(latch-on) and effective
CD003517. suckling – A hospital-basedstudy in Libya. J Family
2. Ahluwalia I, Morrow B, Hsia J. Why do women stop Community Med. 2011; 18 (2): 74-9.
breastfeeding? Findings from the Pregnancy Risk 16. Vieira F, BachionMM, Mota DD, Munari DB. Asystematic
Assessment and Monitoring System.Pediatrics. 2005;116 reviewof theinterventionsfornippletraumainbreastfeeding-
(6): 1408-12. mothers.J Nurs Scholarsh. 2013; 45 (2): 116-25.
3. Kent JC, Ashton E, Hardwick CM, Rowan MK, Chia 17. Dennis CL, Jackson K, Watson J. Interventions for treating
ES,Fairclough KA, Menon LL, Scott C, Mather-Mccaw G,
painful nipples among breastfeeding women. Cochrane
Navarro K, Geddes DT. Nipple Pain in Breastfeeding DatabaseSystRev. 2014; 12: 1-72.
Mothers: Incidence, Causes and Treatments. Int J Environ
Res Public Health. 2015; 12 (10): 12247-63. 18. Shimoda G,Aragaki I, Sousa C, Silva I. Associação entre
persistência de lesão de mamilos e condições de aleita-
4. World Health Organization (WHO). Infant and young child
mento materno. Rev Min Enferm. 2014; 18 (1): 68-74.
feeding: model chapter for textbooks for medical students
and allied health professionals.Geneva; 2009. 19. Duffy EP, Percival P, Kershaw E. Positive effects of an
antenatal group teaching session on postnatal nipple pain,
5. Coca KP, Gamba MA, Silva RS, Abrao ACFV. A posição nipple trauma and breastfeeding rates. Midwifery. 1997;13
de amamentar determina o aparecimento do trauma (4): 189-96.
mamilar? Rev Esc Enferm USP. 2009; 43 (2): 446-52.
20. Henderson A, Stamp G,Pincombe J.Postpartum positioning
6. Vieira GO, Martins C, Vieira TO, Oliveira NF, Silva LR. and attachment education for increasing breastfeeding: a
Fatores preditivos da interrupção do aleitamento materno
randomized trial. Birth. 2001; 28 (4): 236-42.
exclusivo no primeiro mês de lactação. J Pediatr (Rio J.).
2010;86 (5): 441-4. 21. Oliveira LD, Giugliani ER, Eepírito Santo LC do,
Cavalheiro M, França T, Weigert EML. Effect of
7. Oliveira CNT, Oliveira MV. Prevalência de aleitamento Intervention to Improve Breastfeeding Technique on the
materno exclusivo e fatores associados ao desmame Frequency of Exclusive Breastfeeding and Lactation-
precoce no município de Vitória da Conquista-BA. C&D- Related Problems.J Hum Lact. 2006;22 (3): 315-21.
Rev Eletr Fainor, Vitória da Conquista. 2012; 5(1): 160-74.
22. Santos KJS. Fatores associados à mastite lactacional e
8. VinhaVHP.TraumasMamilares(ferimentos):prevençãoe-
trauma mamilar [dissertação].Feira de Santana: Programa
cuidados.ln:VinhaVHP.Olivrodaamamentação.SãoPaulo:C de Pós-Graduação em Saúde Coletiva da Universidade
LR Balieiro; 1999.p.45-54.
Estadual de Feira de Santana; 2013.
9. Thompson R, Kruske S, Barclay L, Linden K, Gao Y, 23. WHO(World Health Organization). Positioning a baby at
Kildea S. Potential predictors of nipple trauma from an in-
the breast.In: WHO. Integrated Infant Feeding Counselling:
home breastfeeding programme: a cross-sectional study. a Training Course. Trainer's Guide;2004.
Women Birth. 2016; 29 (4): 336-44.
24. Brasil. Ministério da Saúde. Secretaria de Atenção à Saúde;
10. Centuori S, Burmaz T, Ronfani L, Fragiacomo M, Quintero Sociedade Brasileira de Pediatria. Amamentação:muito
S, Pavan C, Davanzo R, Cattaneo A. Nipplecare, sore mais do que alimentar a criança. [S.l.: s.n., 2010]. 1 DVD
nipplesandbreastfeeding: a randomizedtrial. J Hum Lact. (22 min), color. Em português e espanhol.
1999; 15 (2): 125-30.
25. Oliveira Filho PF de. Epidemiologia e bioestatística: funda-
11. Weigert EML, Giugliani ERJ, França MCT, Oliveira LD,
mentos para a leitura crítica. 1 Ed. Rio de Janeiro: Rubio;
Bonilha A, Espírito Santo LC et al. Influência da téc¬nica 2015.
de amamentação nas frequências de aleitamento materno
exclusivo e lesões mamilares no primeiro mês de lactação. 26. Ingran J, Johnson D, Greenwood R. Breastfeeding in
J Pediatr. 2005; 81 (4): 310-6. Bristol: teaching good positioning and support fathers and
families.Midwifery.2002; 18: 87-101.
12. Santos KJS, Santana GS, Vieira TO, Santos CAST,
Giugliani ERJ, Vieira GO. Prevalence and factors associ- 27. McFadden A, Gavine A, Renfrew MJ,Wade A, Buchanan P,
ated with cracked nipples in the first month postpartum. Taylor JL,Veitch E, Rennie AM, CrowtherSA, Neiman S,
BMC Pregnancy Childbirth. 2016; 16: 209. MacGillivray S. Support for healthy breastfeeding mothers
with healthy term babies. Cochrane Database Syst Rev.
13. Cullinane M, Amir LH, Donath SM, Garland SM, Tabrizi
2017; 2: CD001141.
SN, Payne MS, Bennett CM. Determinants of mastitis in
women in the CASTLE study: a cohort study. BMC Fam 28. Wallace LM, Dunn OM, Alder EM, Inch S, Hills RK, Law
Pract. 2015; 16 (1): 181. SM. A randomised-controlled trial in England of a postnatal
midwifery intervention on breastfeeding
14. Dias JS, Vieira TO, Vieira GO. Fatores associados ao
duration.Midwifery.2006; 22: 262-73.
trauma mamilar no período lactacional: uma revisão
sistemática. Rev Bras Saúde Mater Infant. 2017; 17 (1): 27- 29. Biancuzzo M. Maternal physical assessment and coun-
42. seling. In: Biancuzzo M. Breastfeeding the newborn. St.
Louis: Mosby. 1999; p. 226-304.
30. Brasil. Ministério da Saúde. Saúde criança:nutrição infantil/
Received on September 3, 2019 Aleitamento materno e alimentação complementar. Brasília,
DF; 2009.
Final version presented on February 9, 2020
Approved on March 27, 2020
Rev. Bras. Saúde Mater. Infant., Recife, 20 (3): 695-703 jul-set., 2020 703
Handayani et al. The association between breastfeeding...
Latar Belakang: ASI adalah makanan paling ideal untuk bayi. Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya
ASI, cara menyusui dengan benar, serta pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh para produsen
susu formula, merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua untuk memberikan
ASI exclusive.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan dan teknik menyusui dengan
pemberian ASI exclusive di wilayah kerja Puskesmas Pengasih II Kulon Progo.
Metode: Jenis penelitian adalah observasional dengan metode cross sectional. Population penelitian
adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi enam sampai 12 months sebanyak 142 orang, menggunakan
teknik total sampel. Analisis data menggunakan uji Chi square dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil: Ibu dengan tingkat pengetahuan rendah lebih banyak (57%) begitu juga pengetahuan teknik
menyusui (52,1%). Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eklsusif (p=0,006) dan ada
hubungan antara teknik menyusui dengan pemberian ASI ekslusif (p=0,002).
Kesimpulan: Ada hubungan tingkat pengetahuan dan teknik menyusui dengan pemberian ASI exclusive.
214
JKKI 2016;7(5):214-218
215
Handayani et al. The association between breastfeeding...
216
JKKI 2016;7(5):214-218
lack knowledge about adequate tuk Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
breastfeeding technique. A previous study
18
2004. 95 p.
by Nurhidayah stated that knowledge is an 10. Wawan A, Dewi M. Pengetahuan, sikap
important variable which has a major dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha
association with breastfeeding technique in Medi- ka; 2011.
postpartum mothers.19 Thus, mothers who 11. Susin LR, Giugliani ER, Kummer SC,
have lesser knowledge about breastfeeding Maciel M, Simon C, daSilveira LC. Does
technique would show inadequate parental breastfeeding knowledge
breastfeeding practice. increase breast- feeding rates? Birth
(Berkeley, Calif). 1999 Sep;26(3):149–56.
CONCLUSION 12. Kong SKF, Lee DTF. Factors influencing
Either the level of knowledge and de- cision to breastfeed. Journal of
breastfeeding technique of mothers, who live Advanced Nursing. 2004 May;46(4):369–
in the working area of Puskesmas Pengasih 79.
II, was found to be low. There was a 13. Shaker I, Scott JA, Reid M. Infant feeding
statistically significant association between at- titudes of expectant parents:
knowledge and breastfeeding technique with Breastfeeding and formula feeding.
exclusive breastfeeding. Further efforts are Journal of advanced nursing. 2004
Feb;45(3):260–8.
needed in order to improve breastfeeding
14. Dungy CI, McInnes RJ, Tappin DM, Wal-
knowledge and breastfeeding technique
lis AB, Oprescu F. Infant feeding attitudes
through the continuous cooperation of related
and knowledge among socioeconomically
departments, such as Health Department. disadvantaged women in Glasgow. Mater-
nal and Child Health Journal. 2008 May
REFERENCES 10;12(3):313–22.
1. Indiarti MT. Nutrisi bayi. Yogyakarta: 15. Chatman LM, Salihu HM, Roofe MEA,
Caha- ya Ilmu; 2009. Wheatle P, Henry D, Jolly PE. Influence
2. Prasetyono DS. Buku pintar ASI exclusive. of knowledge and attitudes on exclusive
Yogyakarta: Diva Press; 2012. 247 p. breastfeeding practice among rural
3. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa, Jamai- can mothers. Birth. 2004
Yogyakarta. Profil kesehatan Provinsi Dec;31(4):265– 71.
Daer- ah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta; 16. Bandura A. Health promotion by social
2012. cog- nitive means. Health Education &
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo. Behavior. 2004 Apr 30;31(2):143–64.
Profil kesehatan Kabupaten Kulon Progo. 17. Rumpiati. Hubungan antara Teknik
2012. meny- usui dengan keberhasilan laktasi
5. Handayani L. Contributions of social sup- pada ibu primipara di wilayah Puskesmas
port, knowledge, attitude, and self-efficacy Kaibon Kabupaten Madiun. Jurnal
on breastfeeding practice in Indonesia. Kebidanan. 2004;3(1).
2012 [cited 2018 Jul 31]; Available from: 18. Henderson C. Buku Ajar Konsep
http:// Kebidanan. Jakarta: EGC. 2006.
eprints.utm.my/id/eprint/31963/1/Lina- 19. Nurhidayah DS. Hubungan tingkat penge-
HandayaniPFP2012.pdf tahuan ibu primipara tentang menyusui
6. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan dengan teknik menyusui di ruang rawat
ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Citra; 2007. inap posnatal RSUP Patmawati. Skripsi.
7. Sriningsih I. Faktor demografi, Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kese-
pengetahuan ibu tentang air susu ibu dan hatan Universitas Pembangunan Nasional
pemberian ASI exclusive. Jurnal Kemas. Veteran Jakarta. 2012.
2011;6(2):100–6.
8. Roesli U. Mengenal ASI ekslusif. Jakarta:
Trubus Agriwidya; 2005.
9. Purwanti SH. Konsep penerapan ASI ex-
clusive. Monica E, editor. Buku Saku Un-
218