PENDAHULUAN
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan
postpartum. Pembagian preeklamsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua
penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita degan preekalmsinya
ringan mendadak kejang jatuh dan koma. Gambaran klinik preeklamsia bervariasi luas dan
sangat individual. Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeklamsia yang timbul
lebih.
Secara teorotik urutan gejala yang timbul pada preeklamsia ialah edema hipertensi dan
terakhir proteinuria, sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan di atas dapat di
anggap bukan preeklamsia. Dari semua gejala tersebut hipertensi dan proteinuria merupakan
gejala yang paling penting, namun sayangnya penderita seringkali tidak merasakan
perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan
penglihatan atau nyeri epigastrium maka penyakit ini sudah cukup lanjut.
Pre eklampsia dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hati, oedema paru dan perdarahan
serebral, sedangkan pada janin dapat menyababkan fetal distress, intrauterine fetal growth
retriction (IUGR) dan solusio plasenta ( Prawirohardjo, 2012 ) . Menurut data Dinkess pada
tahun 2016 penyebab kematian ibu karena hipertensi sebesar26,34% yang setiap tahun
mengalami peningkatan.
1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien persalinan dengan
pre eklamsia dengan menggunakan manajemen varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data dasar pada Ny.L dengan data
varney.
b. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dasar yang sudah dikaji pada ny. L
dengan persalinan PEB.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan diagnose dan masalah potensial pada ny.
L dengan persalinan PEB.
d. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan akan tindakan segera pada ny. L
dengan persalinan PEB.
e. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan menyeluruh pada ny. L dengan
persalinan PEB.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan yang telah dibuat pada ny.
Ldengan persalinan PEB.
g. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan pada ny. L
dengan persalinan PEB.
1.3 Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam melakukan
tindakan asuhan kebidanan.
2. Bagi pendidikan
Dapat mengetahui kemampuan mahasiswa dalam melakukan proses
pendokumentasian asuhan kebidanan pada pasien patologi
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan
postpartum. Pembagian preeklamsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua
penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita degan preekalmsi-nya
ringan mendadak kejang jatuh dan koma. Gambaran klinik preeklamsia bervariasi luas dan
sangat individual. Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeklamsia yang timbul
lebih dahulu. (Sarwono Prawirdjo, 2009. Hal : 155)
Preeklamsia adalah kelainan multi yang terjadi pada kehamilan yang ditandai dengan
adanya hipertensi dan edema,serta dapat disertai proteinuria,biasanya terjadi pada usia
kehamilan 20 minggu keatas atau dalam 37 minggu,ataupun dapat terjadi segera sesudah
persalinan, preeklamsia merupakan sidroma spesifik kehamilan yang terutama berkaitan
dengan kurangnya parfusi organ akibat vasospasme dan aktivitasi endotel,yang bermanifetasi
dengan adanya peningkatan tekanan darah dan proteinuria.preeklampsia dapat berkembang
dari ringan,sedang,samapai dengan berat yang dapat berlanjut menjadi eklampsia.
3
2. PreEklamsia Berat
Preeklamsia berat adalah pre eklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160
mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai dengan proteinuria lebih dari
5 g/24 jam.
2.2 Patofisiologi
4
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel.
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan
yang disebut juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut akan menghasilkan
oksidan penting, salah satunya adalah radikal hidrolik yang sangat toksis,
khususnya terhadap membrane sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil
tersebut akan merusak membrane sela yang mengandung asam lemak tidak jenuh
menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak akan merusak nucleus, dan protein sel
endotel. Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh dalam
aliran darah dan akan merusak membrane sel endotel. Akibat sel endotel terpapar
terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkn
terganggunnya fungsi endotel bahkan rusaknya sel endotel.
c. Teori adaptasi kardiovaskuler
Daya refrakter terhadap konsriktor akan hilang jika terjadi dalam kehamilan
dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresos.
Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresis hilang hingga
pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresos.
d. Teori genetic
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial jika dibandingkan dengan genotype janin. Terlah terbukti bahwa ibu yang
mengalami pre-eklamsia 2,6% anak perempuannya akan mengalami preeklamsia
pula, sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami preeklamsia.
5
3. 20% wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darah yang mencolok,
diantaranya disertai dengan edema dan proterin dengan keluhan sakit kepala, yeri
epigastrium, oyong mual muntah dan gangguan penglihatan ( visus ).
4. Sakit kepala: meskipun sakit kepla merupakan gejala yang relative biasa selama
kehamilan, sakit kepala dapat menjadi gejala awal dari edema otak. Sebagai
konsekuen, tekanan darah pasien harus di tentukan.
5. Gangguan penglihatan mungkin merupakan gejala preeklamsia berat dan dapat
menunjukkan spasme anterior retina, iskemia, edema atau pada kasus-kasus yang
jarang. (Sarwono Prawirdjo,2009)
Resiko janin dengan preeklamsia 86 kali lipat lebih tinggi pada minggu ke 26,
hamper 50 kali lipat lebih tinggi pada minggu ke 27, dan lebih dari 35 kali lebih tinggi
Pada minggu ke 28. Bahkan pada minggu ke 34, resiko meningkat 7 kali lipat.Resiko
ini masuk akal karena gangguan plasenta.Pada preeklamsia viskositas darah
meningkat, mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer dan menurutnnya aliran
darah ke organ termasuk aliran darah ke plasenta yang dapat menyebabkan suplai
oksigen dan nutrisi ke janin menjadi terganggu, jika dibiarkan dapat menyebabkan
kematian janin.
2. Eklamsia
Eklamisa merupakan kasus akut dari pada penderita preeklamsia, yang disertai
dengan kejang menyeluruh dan koma.Sama halnya dengan preeklamsia, eklamsia
dapat timbul pada ante, intra dan postpartum. Pada penderita preeklamsia yang akan
kejang, umumnya gejala-gejala atau tanda yang khas yang dapat dianggap sebagai
tanda pedoman akan terjadinya kejang. Pada sebagian kasus eklamsia,pasien
meninggal mendadak bersamaan dengan kejang atau segera sesudahnya, akibat
perdarahan otak yang luas. Perdarahan subletal dapat menyebabkan
hemiplegia.Perdarahan otak lebih besar kemungkinan terjadi pada wanita yang lrbih
tua dengan hipertensi kronis.Meskipun jarang, perdarahan dapat disebabkan rupture
aneurisma berry atau malfornasi arteriovena.
6
3. IUGR
Preeklamisa dapat terjadi akibat tekanan darah tinggi yang dapat merusak
pembuluh darah balik arteri. Kerusakan pembuluh darah arteri akan menyebabkan
aliran darah terganggu sehingga menyebabkan terganggunyya kinerja otak dan
menghambat pertumbuhan bayi. Dan pada kasusu pre eklamsia dapat menyebabkan
terjadinya pengapuran di dalam plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan
oksigen dari plasenta, dengan adanya pengapuran pada plasenta, makanan dan
oksigen yang masuk ke janin berkurang.
1. Jika tekanan diastolic tetap lebih 110 mmHg berikan obat antihipertensi sampai
tekanan diastolic di antara 90-100 mmHg
2. Pasang infuse dengan jarum besar
3. Ukur keseimbangan cairan janagn sampai terjadi overload cairan
4. Kateterisasi urin unruk memantau pengeluaran dan proteinuria
5. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per jam :
a. Hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan I.V (NaCl 0,9 % atau
Ringer Laktat) Pada kecepatan 1 Liter/jam
b. Pantau Kemungkinan odema paru.
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi muntah daoat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
7. Observasi tanda-tanda vital, reflex dan denyut jantung janin setiap jam.
8. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru.
9. Hentikan pemberian cairan I.V dan berikan diuretic misalnya furosemid 40 mg
I.V sekali saja jika ada edema paru.
10. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (Beside clotting test).
7
2.6 Monitoring Selama di Rumah Sakit
8
6. MgSO4 Harus selalu diberikan dengan metode infus terkendali/pantau untuk
mencegah overdosis yang dapat bersifat letal
7. MgSO4, yang diberikan secara parental dibersihkan hampir secara total oleh
ekskresi ginjal, keracunan Magnesium dihindari dengan memastikan bahwa
sebelum pemberian setiap dosis pasien memiliki :
a. Output urin tidak kurang dari 30Ml/Jam
b. Refleks Patela yang terjaga
c. Kecepatan pernafasan diatas 12/Menit
8. Kalsium glukonat (1 gm IV yang disuntikan selama beberapa menit) mungkin
diberikan untuk antidot toksisitas MgSO4, jika toksisitas terjadi dan harus
tersedia.
9. Konvulsi eklampsia hampir selalu dicegah oleh kadar magnesium plasma yang
dipertahankan pada 4-7mEq/L.Hilangnya refleks patelar dimulai dengan
kadar plasma 10 mEq/L; Henti nafas terjadi pada kadar 12-15 m Eq/L. Jika
keduannya tidak terjadi,disarankan untuk memeriksa kadar MgSO4Secara
periodik selama masa pemakaian obat. (Buku Ponex Kebidanan : 2008)
Terminasi Kehamilan:
Cara Persalinan
1. Jika ibu tidak sedang dalam proses bersalin, periksa serviks, jika serviks dalam
kondisi yang matang untuk induksi, mulailah induksi persalinan
2. Jika pasien sedang dalam proses persalinan dan terdapat kemajuan yang memadai
ditinjau dari patograf dan tidak terdapat komplikasi janin atau ibu, lanjutkan
percobaan persalinan pervagina dengan pematuan janin/ibu yang ketat
3. Jika terdapat indikasi obsterik untuk persalinan dengan cara sesar, lakukan
prosedur sejak awal
13
4. Judul : Preeklampsia untuk Metode yang Hasil analisis
PERAN yaitu kelainan mengetahui digunakan adalah dari sumber
MAGNESIU medis yang peran tinjauan pustaka
M SULFAT kompleks ditandai magnesium literatur yang menunjukan
DALAM dengan hipertensi sulfat dalam disusun bahwa
PENATALA dan proteinuria penatalaksan menggunakan magnesium
KSANAAN yang terjadi aan sumber sulfat
PREEKLAM setelah 20 minggu preeklampsia. pustaka yang memiliki
PSIA kehamilan. berasal dari jurnal peran dalam
Preeklampsia berupa artikel penatalaksan
Penulis : ditandai dengan penelitian, aan
Primihastuti, adanya disfungsi guideline preeklampsia
Dianita, Dkk plasenta dan , ataupun buku dengan salah
respon maternal elektronik seperti satu m
Tahun : terhadap adanya dari NCBI, ekanisme
2021 inflamasi sistemik Elsevier, WH kerjanya
dengan aktivasi O, dan jurnal adalah
endotel dan kesehatan lainnya menyebabkan
koagulasi. sebanyak 24 vasodilatasi
Preeklampsia sumber. melalui
dapat berlanjut relaksasi dari
menjadi otot polos,
eclampsia. termasuk
Eklampsia adalah pembuluh
terjadinya kejang darah perifer
yang sebagai dan uterus
onset baru yang serta sebagai
tidak berkaitan d anti
engan penyebab konvulsan.
lain. Preeklamsia Sebelum
dan eklamsia pemberian
merupakan MgSO4,
penyebab harus tersedia
14
utama mortalitas antidotum
ibu dan janin. nya yaitu
Sehingga kalsium
diperlukan cara glukonas
untuk .
menatalaksana
preeklampsia,
salah satunya
adalah dengan
pemberian
magnesium sulfat
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 16 Maret 2022 pukul : 21.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 16 Maret 2022 pukul : 21.10 WIB
B. MANAJEMEN KEBIDANAN
1. LANGKAH IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. Data Subjektif :
1. Identitas Istri/Suami
Nama istri : NY. L Nama Suami : Tn. R
Umur : 18 th Umur : 16 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Suku bangsa : Melayu Suku Bangsa : Melayu
Alamat : Rt 16 Rawasari Alamat : Rt 16 Rawasari
No. Hp :- No. Hp :-
2. Keluhan Utama
Ibu merasakan pusing, sakit perut kenceng-kenceng bagian bawah yang
menjalar sampai ke pinggang, adanya pengeluaran lender bercampur darah.
3. Alasan Masuk RS
Ibu mengatakan hamil pertama dengan usia kehamilan 37-38 minggu,
merasakan pusing, sakit perut kenceng-kenceng bagian bawah yang menjalar
sampai ke pinggang, adanya pengeluaran lender bercampur darah. Kemudian jam
21.00 WIB ibu datang ke IGD RSUD H Abdul Manap Jambi, lalu dilakukan
pemeriksaan fisik dengan TD: 160/110 mmHg, S: 36,3ºC, N: 80 x/I, P: 20 x/i.
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 13 tahun, lamanya 7 hari. Siklus 28 hari. Keluhan tidak ada
5. Riwayat Perkawinan
a. Kawin : 1 kali sah
b. Usia kawin : 17 tahun
c. Lama perkawinan : 1 tahun
16
6. Riwayat Obstetri
INI
B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Cukup
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda Vital
1. TD :160/100
2. N : 84 x/menit
3. S : 36,5OC
4. R : 22 x/menit
b. Pemeriksaan Head To Toe
a. Mata : Konjungtiva merah muda dan sklera putih
b. Payudara : Bentuk simetris, putting susu menonjol, bersih, tidak
nyeri tekan, sudah terdapat kolostrum pada payudara
kanan dan kiri.
c. Abdomen :
Inspeksi : Terdapat pembesaran perut sesuai usia kehamilan, tidak ada
bekas operasi, terdapat linea nigra, terdapat striae gravidarum
Palpasi
1) Leopold 1 : TFU 31 cm, teraba bagian bulat, lunak, tidak
melenting.
2) Leopold II : Teraba bagian panjang keras seperti papan di sebelah
kanan perut ibu, teraba bagian kecil janin di sebelah
kiri perut ibu.
17
3) Leopold III : Teraba bagian bulat, keras, melenting sulit
digoyangkan ( sudah masuk PAP)
4) Leopold IV : Bagian terendah janin masuk PAP 3/5 bagian.
Auskultasi : DJJ 140x/menit disebelah kanan perut bawah pusat
His : 4X10’30’’
d. Bekas Operasi : Tidak Ada
e. Strie : Albikans
f. Linea : Nigra
g. Genitalia : Struktur normal, tidak ada edema, tidak ada varises, tidak ada
tanda PMS, terdapat pengeluaran lender bercampur darah,
terpasang dower cateter.
h. Extremitas : Oedema pada tangan dan kaki, tidak ada varices, reflek patella
+/+ , tanda homman tidak ada.
c. Pemeriksaan Dalam
Jam 21.00 wib oleh : bidan
v/v : Terdapat Blood Slym
Porsio : Lunak
Pembukaan : 7-8 cm
Ketuban :(-)
Bagian terendah : Kepala janin
Hodge : III
Moulage : Tidak ada
Dan tidak teraba ada bagian kecil disekitar bagian terendah janin.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan urine
Gol. Darah :O
Protein : +2
Hb : 11,2 gr
HbsAg : (-)
18
2. LANGKAH INTEPRESTASI DATA DASAR
a. Diagnosa : G1P0A0H0 hamil 37-38 minggu inpartu kala I fase aktif janin
tunggal hidup presentasi kepala dengan preeklampsia berat
(PEB).
b. Masalah : Ibu merasa cemas dengan keadaannya
c. Kebutuhan : Support mental dari keluarga, berikan makanan dan minuman
untuk kekuatan, miring kiri, dan istirahat yang cukup.
5. PERENCANAAN
Tanggal : 16 Maret 2022 pukul 22.05 wib
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan dan keadaanya sekarang
2. Observasi KU, Nadi, Suhu, tiap 2 jam, DJJ dan kontraksi setiap 30 menit,
pemeriksaan dalam tiap 4 jam dan tekanan darah setiap 15 menit.
3. Lakukan informed consent atas tindakan yang akan dilakukan
4. Berikan terapi obat sesuai advice dokter SpOG
Memasang infus RL drip oksitosin 5 IU 20 tpm
Injeksi 4 gram MgSO4 secara IV (40% dalam 10 cc) selama 15 menit
Injeksi Dexamethason 1 ampul secara IV
Pemberian Nifedipin 10 mg/8 jam
19
5. Anjurkan tirah baring miring kiri
6. Anjurkan keluarga untuk memberikan makan dan minum di sela-sela kontraksi
7. Siapkan perlengkapan ibu dan bayi
8. Observasi kemajuan persalinan
6. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan keadaanya sekarang
2. Mengobservasi KU, Nadi, Suhu, tiap 2 jam, DJJ dan kontraksi setiap 30 menit,
pemeriksaan dalam tiap 4 jam dan tekanan darah setiap 15 menit.
3. Melakukan informed consent atas tindakan yang akan dilakukan
4. Memberikan terapi obat sesuai advice dokter SpOG
Memasang infus RL drip oksitosin 5 IU 20 tpm
Injeksi 4 gram MgSO4 secara IV (40% dalam 10 cc) selama 15 menit
Injeksi Dexamethason 1 ampul secara IV
Memberikan Nifedipin 10 mg/8 jam
5. Menganjurkan tirah baring miring kiri
6. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan dan minum di sela-sela
kontraksi
7. Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi
8. Mengobservasi kemajuan persalinan
7. EVALUASI
1. Ibu sudah mengerti tentang keadaanya sekarang.
2. Tekanan darah ibu 160/100 mmHg, DJJ 140 x/I, kontraksi 4x10’30”, VT 7-8 cm
3. Suami telah melakukan pesetujuan informed consent
4. Infus RL drip oksitosin 5 IU masih dipasang, Nifedipin, Injeksi Dexamethason
dan Injeksi MgSO4 4gram telah diberikan
5. Ibu bersedia tirah baring miring kekiri
6. Keluarga bersedia memberikan makan dan minum di sela-sela kontraksi
7. Perlengkapan ibu dan bayi telah disiapkan
8. Kemajuan persalinan sedang dalam pantauan
20
DATA PERKEMBANGAN I
(KALA II)
Assesment :
G1P0A0H0 hamil 37-38 minggu inpartu kala II, janin tunggal hidup, intrauterine,
presentasi kepala dengan preeklampsia berat (PEB).
21
Planning :
Tanggal : 17 Maret 2022 Pukl : 00.32 wib
1. Memimpin persalinan
a. Meletakkan handuk diatas perut ibu (untuk mengerikan bayi) jika kepala bayi telah
berada didepan vulva dengan diameter 5-6 cm.
b. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
c. Memakai sarung tangan DTT
d. Setelah kepala bayi tampak dengan diameter 5-6 cm didepan vulva maka lindungi
perineum dengan tangan kanan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan kiri berada di vertek untuk mencegah defleksi maksimal dan membantu
lahirnya kepala bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran secara perlahan dan
bernafas cepat dan dangkal setelah bayi lahir.
e. Memeriksa leher bayi apakah adanya lilitan tali pusat atau tidak, dan hasilnya bayi
tidak mengalami lilitan tali pusat
f. Menunggu bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
g. Melakukan biparietal dengan tangan terkuat (kanan) berada diatas dan tangan kiri
berada dibagian bawah kepala bayi lalu menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut menggerakan kepala bayi kearah bawah hingga bahu
depan lahir, kemudian menggerakan keatas hingga bahu belakang
h. Menyangga kepala dan lengan bawah bayi
i. Memindahkan tangan kiri untuk menyusur pada lengan bayi, dada, punggung,
bokong, sampai kedua kaki, kemudian memegang kedua mata kaki (memasukkan
telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan
jari-jari lainnya
j. Memposisikan kepala bayi dengan 15º lebih rendah dari badan bayi untuk menilai
sepintas tangisan, gerakan bayi, dan warna kulit.
k. Meletakkan bayi diatas perut ibu.
Evaluasi :
Tanggal : 17 Maret 2022 Pukul : 01.00 wib
1. Pukul 01.00 bayi lahi spontan tanggal 16 Maret 2022 pukul 01.00 wib, jenis kelamin
perempuan, menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan
Bayi diletakkan diatas perut ibu, sudah dikeringkan
2. Plasenta belum lahir
22
DATA PERKEMBANGAN II
(KALA III)
23
l. Setelah plasenta tampak di vulva, menangkap dan memegang plasenta dengan kedua
tangan. Memutar plasenta serah jarum jam, kemudian memilin selaput ketuban hingga
plasenta dan selaput ketuban lahir.
m. Segera setelah plasenta lahir, melakukan massase dengan telapak tangan searah
dengan jarum jam selama ± 15 detik sampai uterus terasa keras.
n. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban, kemudian dimasukan dalam
wadah yang sudah disediakan.
2. Pukul 01.16 WIB : Mengecek laserasi jalan lahir
Evaluasi :
1. Pukul 01.05 WIB :Janin tunggal dan oksitosin 10 IU telah disuntikkan.
2. Pukul 01.10 WIB :Tali pusat telah dipotong dan diikat.
3. Pukul 01.15 WIB : Plasenta lahir lengkap pukul 09.25 WIB. Bentukcakram, kotiledon
lengkap, selaput ketuban utuh, berat plasenta ±500 gram dan panjang tali pusat ±50 cm.
4. Pukul 01.20 WIB : Membersihkan ibu dan mendekontaminasikan alat dan tempat
24
DATA PERKEMBANGAN III
(KALA IV)
Subjektif:
Objektif:
Assesment:
P1A0H1 hamil 37-38 minggu inpartu kala 4 dengan riwayat preeklampsia berat (PEB).
Planning:
1. Pukul 01.30 WIB : Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih dan PPV
setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua.
2. Pukul 01.45 WIB : Memberitahu keluarga untuk memberikan ibu makan dan minum
untuk pemulihan tenaga.
3. Pukul 01.50 WIB : Melakukan pemeriksaan antropometri pada bayi meliputi berat
badan, Panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada dan membedong.
4. Pukul 02.20 WIB : Memberi ibu terapi obat
a. Nifedipin 500 mg 3x1
b. Amoxcillin 500 mg 3x1
c. Vit B-Komplek 300 mg 1x1
d. Aspirin 80 mg 1x1
25
e. Pukul 14.00 WIB : Memindahkan ibu keruang nifaspukul 14.00 WIB
dengan bayinya
Evaluasi:
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin pada
Ny.L dengan Pre eklamsia Berat (PEB) dengan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah
varney, mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi serta ada tidaknya kesenjangan antara
teori dengan praktek yang dialami penulis saat melakukan studi kasus.
1. Pengkajian
Dalam langkah ini tahap pengumpulan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.Data yang didapat dari pasien
sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2008). Menurut
Nugroho (2012), data subjektif pada ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat (PEB)
adalah ≥160/100 mmHg ibu mengeluh tekanan darahnya tinggi. Pada pengumpulan data
subjektif Ny. L mengatakan ini kehamilan pertama. Keluhan utama pada waktu masuk
ibu mengatakan tekanan darahnya tinggi dan ibu mengalami bengkak pada kaki sejak 2
minggu yang lalu.Ibu merasakan pusing dan telah merasakan kenceng-kenceng sampai
pinggang sejak pukul 11.30 WIB. Pada data objektif Keadaan umum : Baik, Kesadaran :
Composmentis, TTV : TD : 160/100 mmHg, R: 22x/menit, N : 84x/menit, S: 36,5oC,
ekstermitas bawah oedema, pengeluaran pervaginam lendir darah, pembukaan 7-8 cm,
Hb: 11,2 g/dL, protein urin: +2, reflek patella (+), golongan darah: O, HbsAg: (-). Pada
langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus dilahan
praktek.
2. Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan
pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa atau
masalah yang spesifik (Walyani, 2015). Permasalahan yang muncul berdasarkan dari
pernyataan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Masalah yang mungkin timbul
pada ibu bersalin patologi dengan Pre Eklamsia Berat adalah nyeri epigastrium, gangguan
penglihatan, nyeri kepala, gangguan kesadaran (Prawirohardjo, 2014).Berdasarkan atas
keadaan umum dan keadaan fisik ibu biasanya dibutuhkan konseling lebih lanjut (Marmi,
2012). Diagnosa kebidanan pada kasus ini yaitu Ny. L G1P0A0 Umur 18 tahun, hamil
37-38 minggu, janin Tunggal, Hidup, Intrauteri, Letak Memanjang, Punggung Kanan,
27
Presentasi Kepala, Bagian Terbawah Janin Sudah Masuk PAP, inpartu kala 1 fase aktif
dengan Pre Eklamsia Berat (PEB). Masalah dalam kasus ini ibu merasa cemas dengan
keadaannya sekarang.Kebutuhan yang diberikan pada ibu yaitu suport mental dan berikan
makanan dan minuman untuk kekuatan. Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Pada langkah ini bidan
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah atau
diagnosa yang ada dan membutuhkan penanganan segera untuk mengatasi kemungkinan
buruk yang timbul (Walyani, 2015). Diagnosa potensial pada pasien dengan Pre Eklamsia
Berat adalah Eklamsia (Sukarni dan Sudarti, 2014). Pada langkah ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.
4. Antisipasi Tindakan Segera
Tindakan segera oleh bidan dan/dokter untuk konsultasi atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain (Waliyani, 2015). Pada kasus ibu Pre Eklamsia Berat
yaitu dosis awal berikan 4 gram MgSO4 secara IV (40 % dalam 10 cc) selama 15 menit
dan dosis pemeliharaan berikan infus 6 gram dalam larutan Ringer/6 jam atau diberikan 4
atau 5 gram secara IM selanjutnya diberikan 4 gram IM tiap 4-6 jam (Prawirohardjo,
2014). Pada kasus ini antisipasi yang diberikan adalah mandiri dan kolaborasi, mandiri :
Tirah baring miring kekiri, kolaborasi dengan dokter SpOG adalah pasang RL drip
oksitosin 5 IU 20 tpm, injeksi 4 gram MgSO4 IV (40% dalam 10cc) selama 15 menit dan
Dexamethason 1 ampul/IV/12 jam, pemantauan tekanan darah tiap 15 menit. Pada
langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada dilahan
praktek.
5. Perencanaan
Perencanaan asuhan ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat (PEB) adalah: Menurut
Nugroho (2012), pengelolaan Pre Eklamsia Berat yaitu:
1. Tirah baring ke kiri secara intermitten.
2. Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%.
3. Pemberian anti kejang/anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) sebagai
pencegahan dan terapi kejang.
Syarat pemberian MgSO4:
28
a. Frekuensi pernapasan minimal 16x/menit.
b. Reflek patella (+)
c. Urin minimal 30 mL/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5mL/KgBB/jam
d. Siapkan ampul Kalsium Glukonas 10% dalam 10 ml
Cara pemberian MgSO4:
Dosis awal: 4 gram MgSO4 IV (10 cc larutan MgSO4 40 % dan larutkan dalam
aquadest) selama 15 menit. Dosis pemeliharaan: Diberikan infuse 6 gram dalam
larutan Ringer/6 jam atau diberikan 4 atau 5 gram IM. Selanjutnya diberikan 4 gram
IM tiap 4-6 jam (Prawirohardjo, 2014).
4. Anti hipertensi
Jenis obat antihipertensi yang diberikan di Indonesia adalah: Nifedipin, dosis awal 10-
20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24 jam. Nifedipin
tidak boleh diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat, sehingga
hanya boleh diberikan per oral (Prawirohardjo, 2014). Penderita Pre Eklamsia Berat
(PEB) harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring
miring ke satu sisi (kiri) (Prawirohardjo, 2010).
Pada kasus ini perencanaan yang dilakukan pada Ny. L yaitu:
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan dan keadaannya sekarang
b. Observasi KU, Nadi, Suhu tiap 2 jam, DJJ dan Kontraksi tiap 30
menit, pemeriksaan dalam tiap 4 jam dan Teknan Darah tiap 15 menit
c. Lakukan inform consent atas tindakan yang akan dilakukan
d. Beri terapi obat sesuai advice dokter SpOG
1) Nifedipin 3x1 hari 10mg
2) Anjurkan tirah baring miring kiri
3) Anjurkan keluarga untuk memberi makan dan minum disela-sela kontraksi
4) Siapkan perlengkapan ibu dan bayi
5) Observasi kemajuan persalinan
Pada langkah ini ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus yang
ada di lahan praktek yaitu pada lahan tidak dilakukan pemberian dosis
pemeliharaan MgSO4 dikarenakan pembukaan bertambah.
29
6. Pelaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman (Walyani, 2015). Pelaksanaan
tindakan pada kasus ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat (PEB) disesuaikan dengan
perencanaan yang telah dibuat. Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori
dengan kasus yang ada dilahan praktek.
7. Evaluasi
Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan diagnosa atau masalah
(Walyani, 2015). Pada kasus ini evaluasi yang didapat dari Ny. L setelah diberikan
asuhan dari tanggal 16 Maret sampai 17 Maret 2017 diperoleh hasil keadaan umum :
Baik, tidak ada masalah potensial yang muncul, tekanan darah ibu 120/90 mmHg,
oedema pada kaki dan tangan berkurang, ibu sudah merasa nyaman dan ibu bersedia
untuk datang ke tenaga kesehatan bila mengalami keluhan. Pre Eklamsia Berat (PEB) ibu
teratasi dan ibu dalam masa nifas normal. Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada tanggal 16 Maret 2022 di VK RSUD H Abdul Manap. penulis telah
melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. L dengan melakukan pemeriksaan fisik. Kemudian
penulis mengintepretasikan data untuk menentukan diagnosa dan masalah potensial pada Ny.
L yaitu G1P0A0H0 dengan preeklamsia
Penulis mampu merenacakan tindakan yang harus dilaksanakan pada Ny. L yaitu
pemberian MgSO4 untuk mencegah terjadinya eklamsia pada saat proses persalinan, nyonya
L di anjurkan makan dan minum sebelum proses persalinan berlangsung.
Penulis mampu melakukan tindakan sesuai rencana asuhan pda Ny.L tersebut di atas.
Adapun dalam evaluasi, penulis mampu mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan pada ny. L
B. Saran
1. Bagi Mahasiswi
Bagi mahasiswi diharapkan agar lebih giat membaca atau mencari wawasan
yang luas tentang ilmu kebidanan serta selalu berlatih baik secara mandiri maupun
dengan bimbingan bidan khususnya latihan asuhan Kegawatdaruratan maternal dan
neonatal, sehingga mahasiswi dapat lebih baik dalam memberikan asuhan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
2. Bagi Lahan Praktik
Dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya pertolongan persalinan
bidan yang bertugas di RSUD H Abdul Manap hendaknya selalu memberikan KIE
kepada klien sesuai dengan kebutuhannya. KIE tersebut dapat berupa Edukasi dan
Motivasi kepada klien agar peduli terhadap kesehatannya.
3. Bagi Institusi
Dapat memberikan pembekalan sebelum mahasiswa diturunkan ke lahan praktik
sesuai dengan tujuan kompetensi yang ingin dicapai sehingga mahasiswa dapat lebih
mudah menggali dan menerapkan keterampilan sesuai dengan teori yang telah
dipelajari.
31