Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan
postpartum. Pembagian preeklamsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua
penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita degan preekalmsinya
ringan mendadak kejang jatuh dan koma. Gambaran klinik preeklamsia bervariasi luas dan
sangat individual. Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeklamsia yang timbul
lebih.

Preeklampsia-eklampsia juga penyebab utama kematian ibu dan penyebab kematian


perinatal tertinggi di Indonesia. Preeklampsia adalah masalah kesehatan yang memerlukan
perhatian khusus karena penyakit yang ditandai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria
yang terjadi pada kehamilan kurang lebih 20 minggu terkadang disertai konvulasi sampai
koma sehingga dapat memengaruhi mortalitas ibu dan janin ( chapman dan Charles, 2009; hal
201).

Secara teorotik urutan gejala yang timbul pada preeklamsia ialah edema hipertensi dan
terakhir proteinuria, sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan di atas dapat di
anggap bukan preeklamsia. Dari semua gejala tersebut hipertensi dan proteinuria merupakan
gejala yang paling penting, namun sayangnya penderita seringkali tidak merasakan
perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan
penglihatan atau nyeri epigastrium maka penyakit ini sudah cukup lanjut.

Pre eklampsia dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hati, oedema paru dan perdarahan
serebral, sedangkan pada janin dapat menyababkan fetal distress, intrauterine fetal growth
retriction (IUGR) dan solusio plasenta ( Prawirohardjo, 2012 ) . Menurut data Dinkess pada
tahun 2016 penyebab kematian ibu karena hipertensi sebesar26,34% yang setiap tahun
mengalami peningkatan.

1
1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien persalinan dengan
pre eklamsia dengan menggunakan manajemen varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data dasar pada Ny.L dengan data
varney.
b. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dasar yang sudah dikaji pada ny. L
dengan persalinan PEB.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan diagnose dan masalah potensial pada ny.
L dengan persalinan PEB.
d. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan akan tindakan segera pada ny. L
dengan persalinan PEB.
e. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan menyeluruh pada ny. L dengan
persalinan PEB.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan yang telah dibuat pada ny.
Ldengan persalinan PEB.
g. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan pada ny. L
dengan persalinan PEB.

1.3 Manfaat

1. Bagi mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam melakukan
tindakan asuhan kebidanan.
2. Bagi pendidikan
Dapat mengetahui kemampuan mahasiswa dalam melakukan proses
pendokumentasian asuhan kebidanan pada pasien patologi

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan
postpartum. Pembagian preeklamsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua
penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita degan preekalmsi-nya
ringan mendadak kejang jatuh dan koma. Gambaran klinik preeklamsia bervariasi luas dan
sangat individual. Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeklamsia yang timbul
lebih dahulu. (Sarwono Prawirdjo, 2009. Hal : 155)

Preeklamsia adalah kelainan multi yang terjadi pada kehamilan yang ditandai dengan
adanya hipertensi dan edema,serta dapat disertai proteinuria,biasanya terjadi pada usia
kehamilan 20 minggu keatas atau dalam 37 minggu,ataupun dapat terjadi segera sesudah
persalinan, preeklamsia merupakan sidroma spesifik kehamilan yang terutama berkaitan
dengan kurangnya parfusi organ akibat vasospasme dan aktivitasi endotel,yang bermanifetasi
dengan adanya peningkatan tekanan darah dan proteinuria.preeklampsia dapat berkembang
dari ringan,sedang,samapai dengan berat yang dapat berlanjut menjadi eklampsia.

(Diana Chirstine Laenoh: Preeklampsia Berat dan eklampsia tatalaksana anestesia


periope)

Preeklamsia di bagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Pre eklamsia Ringan

Pre eklamsia ringan adalah suatu sindrom spesifik kehamilan dengan


menurunnya organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan
aktivitas endotel. Ciri pre eklamsi ringan yaitu:

a. Hipertensi : sistolik/diastolic ≥140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg


dan kenaikan diastolic ≥ 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria pre
eklamsia.
b. Proteinuria : ≥ 300 mg/ 24 jam

3
2. PreEklamsia Berat

Preeklamsia berat adalah pre eklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160
mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai dengan proteinuria lebih dari
5 g/24 jam.

2.2 Patofisiologi

Menurut Prawirohardjo (2013) menjelaskan beberapa teori yang mengemukakan


terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya :

a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta.


Kehamilan normal, Rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-
cabang arteri uterine dan arteri ovarika.Kedua pembuluh darah tersebut menembus
meometrium berupa uteri arkuarta dan memberi cabang arteri radialis.Arteri
radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis memberi cabang arteri
spiralis. Kehamilan normal akan terjadi invasi trophoblast kedalam lapisan otot
arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi
dilatasi arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan arteri spiralis mengalami disentensi dan dilatasi. Keadaan ini akan
memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vascular, dan
peningkatan tekanan darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya aliran darah
kejanin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat
menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini sering dinamakan dengan
remodeling arteri spiralis. Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak
terjadi invasi sel-sel trophoblast pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan
matriks prose inflamasi. Plasenta juka akan melepaskan debris trophoblast dalam
kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trophoblast,
akibat reaksi stress oksidatif. Sehingga terjadi peningkatan produksi nekrotik
trophoblast.Makin banyak sel trophoblast plasenta maka reaksi stress oksidatif
makin meningkat, sehingga jumlah sisa demdris trophoblast juga makin
meningkat.Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu jauh
lebih besar disbanding inflamasi dalam kehamilan normal.

4
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel.
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan
yang disebut juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut akan menghasilkan
oksidan penting, salah satunya adalah radikal hidrolik yang sangat toksis,
khususnya terhadap membrane sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil
tersebut akan merusak membrane sela yang mengandung asam lemak tidak jenuh
menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak akan merusak nucleus, dan protein sel
endotel. Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh dalam
aliran darah dan akan merusak membrane sel endotel. Akibat sel endotel terpapar
terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkn
terganggunnya fungsi endotel bahkan rusaknya sel endotel.
c. Teori adaptasi kardiovaskuler
Daya refrakter terhadap konsriktor akan hilang jika terjadi dalam kehamilan
dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresos.
Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresis hilang hingga
pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresos.
d. Teori genetic
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial jika dibandingkan dengan genotype janin. Terlah terbukti bahwa ibu yang
mengalami pre-eklamsia 2,6% anak perempuannya akan mengalami preeklamsia
pula, sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami preeklamsia.

2.3 Tanda Gejala


Wanita hamil yang mengalami hipertensi tidak menunjukkan gejala-gejala lain
kecuali hipertensi. Hipertensi esensial jinak paling banyak dijumpai dengan tekanan
darah sekitar 140/90 mmhg sampai 160/100 mmhg. Hipertensi jarang berubah
menjadi ganas secara mendadak hingga mencapai sistolok 200 mmHg atau
lebih.Gajala-gejala seperti kelainan jantung, perdarahan otak, dan penyakit ginjal baru
timbul dalam waktu lama. Gejala lain yang muncul antara lain:
1. Kehamilan dengan hipertensi esensial akan berlangsung normal sampai aterm.
2. Pada kehamilan setelah 30 minggu, 30% wanita hamil akan menunjukkan
kenaikan tekanan darah namun tanda gejala.

5
3. 20% wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darah yang mencolok,
diantaranya disertai dengan edema dan proterin dengan keluhan sakit kepala, yeri
epigastrium, oyong mual muntah dan gangguan penglihatan ( visus ).
4. Sakit kepala: meskipun sakit kepla merupakan gejala yang relative biasa selama
kehamilan, sakit kepala dapat menjadi gejala awal dari edema otak. Sebagai
konsekuen, tekanan darah pasien harus di tentukan.
5. Gangguan penglihatan mungkin merupakan gejala preeklamsia berat dan dapat
menunjukkan spasme anterior retina, iskemia, edema atau pada kasus-kasus yang
jarang. (Sarwono Prawirdjo,2009)

2.4 Diagnosa potensial


1. IUFD

Resiko janin dengan preeklamsia 86 kali lipat lebih tinggi pada minggu ke 26,
hamper 50 kali lipat lebih tinggi pada minggu ke 27, dan lebih dari 35 kali lebih tinggi
Pada minggu ke 28. Bahkan pada minggu ke 34, resiko meningkat 7 kali lipat.Resiko
ini masuk akal karena gangguan plasenta.Pada preeklamsia viskositas darah
meningkat, mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer dan menurutnnya aliran
darah ke organ termasuk aliran darah ke plasenta yang dapat menyebabkan suplai
oksigen dan nutrisi ke janin menjadi terganggu, jika dibiarkan dapat menyebabkan
kematian janin.

2. Eklamsia

Eklamisa merupakan kasus akut dari pada penderita preeklamsia, yang disertai
dengan kejang menyeluruh dan koma.Sama halnya dengan preeklamsia, eklamsia
dapat timbul pada ante, intra dan postpartum. Pada penderita preeklamsia yang akan
kejang, umumnya gejala-gejala atau tanda yang khas yang dapat dianggap sebagai
tanda pedoman akan terjadinya kejang. Pada sebagian kasus eklamsia,pasien
meninggal mendadak bersamaan dengan kejang atau segera sesudahnya, akibat
perdarahan otak yang luas. Perdarahan subletal dapat menyebabkan
hemiplegia.Perdarahan otak lebih besar kemungkinan terjadi pada wanita yang lrbih
tua dengan hipertensi kronis.Meskipun jarang, perdarahan dapat disebabkan rupture
aneurisma berry atau malfornasi arteriovena.

6
3. IUGR

Preeklamisa dapat terjadi akibat tekanan darah tinggi yang dapat merusak
pembuluh darah balik arteri. Kerusakan pembuluh darah arteri akan menyebabkan
aliran darah terganggu sehingga menyebabkan terganggunyya kinerja otak dan
menghambat pertumbuhan bayi. Dan pada kasusu pre eklamsia dapat menyebabkan
terjadinya pengapuran di dalam plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan
oksigen dari plasenta, dengan adanya pengapuran pada plasenta, makanan dan
oksigen yang masuk ke janin berkurang.

2.5 Perawatan dan Pengobatan PreEkmalpsia Berat


Pengelolaam preeklamsia dan eklamsi mencakup pencegajam kejang, pengobatan
hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat
dan saat yang tepat untuk persalinan.
Penanganan pada pre eklamsia berat yaitu :

1. Jika tekanan diastolic tetap lebih 110 mmHg berikan obat antihipertensi sampai
tekanan diastolic di antara 90-100 mmHg
2. Pasang infuse dengan jarum besar
3. Ukur keseimbangan cairan janagn sampai terjadi overload cairan
4. Kateterisasi urin unruk memantau pengeluaran dan proteinuria
5. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per jam :
a. Hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan I.V (NaCl 0,9 % atau
Ringer Laktat) Pada kecepatan 1 Liter/jam
b. Pantau Kemungkinan odema paru.
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi muntah daoat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
7. Observasi tanda-tanda vital, reflex dan denyut jantung janin setiap jam.
8. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru.
9. Hentikan pemberian cairan I.V dan berikan diuretic misalnya furosemid 40 mg
I.V sekali saja jika ada edema paru.
10. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (Beside clotting test).

7
2.6 Monitoring Selama di Rumah Sakit

Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda-tanda


klinik berupa : nyeri kepala, gangguan virus, nyeri epogastrium, dan kenaikan cepat
berat badan. Selain itu, perlu dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran
proteinuria,pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
USG.

2.7 Management Umum Perawatan Preeklamsia Berat


Perawatan Preeklamsia berat sama halnya dengan perawatan preeklamsia
ringan dibagi menjadi 2 unsur:
a. Sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian obat-obatan atau terapi medisinalis
Penderita Preeklamsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan
dian jurkan tirah baring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang penting pada
preeklamsia berat ialah pengelolaan cairan karena penderita preeklamsia dan
eklamsia mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria.
Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, tetapi faktor yang sangat
menentukan terjadinyaedema paru dan oliguria ialah hipovolemia, vasospanse,
kerusakan sel endotel, penurunan gradient tekanan onkotik koloid. Oleh karena
itu, monitoring input cairan melalui oral maupun infuse dan cairan urin menjadi
sangat penting. Artinya harus dilakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah
cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan melalui urin.
Pemberian obat anti kejang:
1. Magnesium sulfat (MgsO4),intervena harus diberikan selama persalinan dan
selama evaluasi awal pasien penderita pre-eklampsia berat
2. MgSO4 Digunakan untuk menghentikan dan/atau mencegah konvulusi tanpa
menyebabkan depresi SSP umum untuk ibu maupun janin
3. MgSO4 tidak diberikan untuk mengobati untuk mengobati hipertensi
4. Dosis awal 4 gm MgSO4diencerkan dalam 10Ml larutan cairan IV(Ringer
Laktat) selama 10 menit dengan tetesan IV lambat.
5. Dosis jaga (Maintenance) 1-2gm/jam dengan tetesan IV lambat yang dimulai
segera setelah dosis awal dan dilanjutkan setelah 24jam setelah persalinan atau
setelah Konvulsi terakhir

8
6. MgSO4 Harus selalu diberikan dengan metode infus terkendali/pantau untuk
mencegah overdosis yang dapat bersifat letal
7. MgSO4, yang diberikan secara parental dibersihkan hampir secara total oleh
ekskresi ginjal, keracunan Magnesium dihindari dengan memastikan bahwa
sebelum pemberian setiap dosis pasien memiliki :
a. Output urin tidak kurang dari 30Ml/Jam
b. Refleks Patela yang terjaga
c. Kecepatan pernafasan diatas 12/Menit
8. Kalsium glukonat (1 gm IV yang disuntikan selama beberapa menit) mungkin
diberikan untuk antidot toksisitas MgSO4, jika toksisitas terjadi dan harus
tersedia.
9. Konvulsi eklampsia hampir selalu dicegah oleh kadar magnesium plasma yang
dipertahankan pada 4-7mEq/L.Hilangnya refleks patelar dimulai dengan
kadar plasma 10 mEq/L; Henti nafas terjadi pada kadar 12-15 m Eq/L. Jika
keduannya tidak terjadi,disarankan untuk memeriksa kadar MgSO4Secara
periodik selama masa pemakaian obat. (Buku Ponex Kebidanan : 2008)

Contoh obat-obat lain yang dipakai untuk antikejang:


1. Diasepam
2. Fenitoin
3. Difeihidantoin obat anti kejang untuk epilepsy telah banyak dicoba pada penderita
eklamsia.
Beberapa peneliti telah memakai bermacam-macam regimen. Fenitoin sodium
mempunyai khasuat stabilitas neuron, cepat masik jaringan orak dan efek antikejang terjadi 3
menit setelah injeksi intravena. Fenitoin sodium diberikan dalam dosis 15 mg/ kg berat badan
dengan pemberian intravena 50 mg/menit. Hasilnya tidak lebih baik dari magnesium sulfat,
pengalaman pemakaian fenitoin di beberapa senter di dunia masih sedikit.
Pemberian magnesium sulfat sebagai anti kejang lebih efektif disbanding fenitoin
berdasae Cochrane review terhadap uji klinik yang melibatkan 897 penderira eklamsia.
Syarat-syarat pemberian MgSO4:
1. Harus tersedia antidotum MgSO4 bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas
10% = 1 g
2. Reflek patella (+) kuat
3. Frekuensi pernafasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distress napas.
9
2.8 Perawatan Konservatif
Indikasi perawatan konservartif ialah bila kehamilan preterm ≤38 minggu tanpa
disertai tanda-tanda impending eklamsia dengan keadaan janin baik. Diberi
pengobatan yang sama dengan medikamentosa pada opengelolaan secara aktif. Pada
perawatan konservatif pre eklamsia loading dose MgSO4 diberikaqn secara IV.
Selama perawatan konservatif, sikap terhadap kehamilannya ialah hanya observasi
dan evaluasi sama seperti perawatan aktif, kehamilan tidak diakhiri.
Jika Kehamilan diakhiri Di usia ≥38 minggu. Maka akan menghasilkan hasil akhir
ibu dan janin baik

Terminasi Kehamilan:
Cara Persalinan
1. Jika ibu tidak sedang dalam proses bersalin, periksa serviks, jika serviks dalam
kondisi yang matang untuk induksi, mulailah induksi persalinan
2. Jika pasien sedang dalam proses persalinan dan terdapat kemajuan yang memadai
ditinjau dari patograf dan tidak terdapat komplikasi janin atau ibu, lanjutkan
percobaan persalinan pervagina dengan pematuan janin/ibu yang ketat
3. Jika terdapat indikasi obsterik untuk persalinan dengan cara sesar, lakukan
prosedur sejak awal

2.9 Teori Evidence Based Midwifery

No Judul, Fenomena Tujuan Metode Hasil


Penulis,
Tahun

1. Judul : ICU adalah Untuk Penelitian ini Hasil


FAKTOR – ruangan menjelaskan menggunakan uji penelitian
FAKTOR intensive yang antara Chi Square. Tidak Tidak ada
YANG digunakan untuk dua variabel ada pengaruh
MEMPENG merawat pasien dependent pengaruh hubungan
ARUHI yang dan hubungan antara antara
KEJADIAN membutuhkan independent kejadian PEB kejadian PEB
PEB perawatan melalui uji dengan faktor dengan :
PADA dan terapi kusus, hipotesa pada gravida, distensi faktor
10
PASIEN dalam keadaan waktu yang rahim, gravid,
RAWAT yang kritis serta sudah riwayat penyakit distensi
INAP kemungkinan lampau, penyerta. rahim
DIRUANG dapat sehingga berlebih,
ICU diselamatkan. jenis penyakit
Penulis: Dari data yang penelitian ini penyerta,
Yuyun diperoleh penulis adalah faktor usia,
Setyorini, di ruang ICU Eksplantory faktor
Martono RSUD Moewardi Reserver paritas.
Tahun : Surakarta, jumlah dengan
2016 angka kejadian desain
pasien PEB retrospectif.
ditahun 2010
sebanyak 49
pasien dan 79
pasien PEB
ditahun 2011,
sehingga
mengalami
kenaikan
jumlah pasien
PEB dari tahun
2010 - 2011

2. Judul : Pada masa Untuk Penelitian ini Hasil


HUBUNGA kehamilan, ibu mengetahui menggunakan menunjukan
N hamil akan hubungan metode deskriftif adanya
KARAKTER mengalami karakteristik analitik dengan hubungan
ISTIK IBU berbagai ibu bersalin pendekatan cross preeklamsi
BERSALIN perubahan pada dengan sectional. Data terhadap jenis
DENGAN system reproduksi preeklampsia yang digunakan persalinan
PREEKLAM yang bersifat berat di RSU adalah data yang
PSIA fisiologis dan A Purwakarta sekunder yang signifikan
BERAT DI terkadang bersifat diambil dari data (pvalue
11
RSU A patologis, rekam <0,05) adalah
PURWAKA kesulitan tidur medik. usia
RTA umumnya lebih kehamilan
TAHUN banyak dialami dengan P-
2020 pada awal value 0,010.
Penulis : kehamilan. Sedangkan
Ai Yeyeh, Gangguan tidur faktor
Daris terus-menerus yang tidak
Yolanda Sari akan mengganggu berhubungan
Tahun : fisik dan kejiwaan yaitu, usia
2020 ibu hamil. ibu, paritas,
kehamilan
gemelli,
riwayat
hipertensi,
dan BBLR.

3. Judul : Pre-eklampsia Tujuan Metode penelitian Hasil analisis


Hubungan Berat (PEB) penelitian ini yang digunakan bivariat
Faktor Risiko masih merupakan adalah untuk menggunakan dengan
dengan salah satu mengetahui rancangan case- menggunaka
Kejadian Pre- penyebab hubungan control study n uji chi-
Eklampsia morbiditas dan antara faktor dengan metode square
Berat di mortalitas ibu risiko dengan analitik diperoleh
RSUP Dr. M. apabila pre- observasional. hasil tidak
Djamil tidak ditangani eklampsia terdapat
Padang secara adekuat. berat di hubungan
Ada banyak hal RSUP Dr. M. signifikan
Penulis : yang Djamil antara faktor
Primihastuti, mempengaruhi Padang. risiko (usia
Dianita, Dkk terjadinya PEB, ibu, paritas,
beberapa usia
Tahun : diantaranya kehamilan,
adalah jumlah janin,
12
2016 usia ibu, paritas, jumlah
usia kehamilan, kunjungan
jumlah janin, ANC) dengan
jumlah kunjungan masing-
ANC, dan riwayat masing nilai
hipertensi. p > 0,05.
Analisis
multivariat
dengan
menggunaka
n uji regresi
logistik
didapatkan
bahwa usia
ibu > 35
tahun
merupakan
faktor risiko
terhadap
kejadian PEB
dengan nilai
p = 0,034.
Jadi,
usia ibu > 35
tahun dan
riwayat
hipertensi
memiliki
hubungan
terhadap
kejadian pre-
eklampsia
berat.

13
4. Judul : Preeklampsia untuk Metode yang Hasil analisis
PERAN yaitu kelainan mengetahui digunakan adalah dari sumber
MAGNESIU medis yang peran tinjauan pustaka
M SULFAT kompleks ditandai magnesium literatur yang menunjukan
DALAM dengan hipertensi sulfat dalam disusun bahwa
PENATALA dan proteinuria penatalaksan menggunakan magnesium
KSANAAN yang terjadi aan sumber sulfat
PREEKLAM setelah 20 minggu preeklampsia. pustaka yang memiliki
PSIA kehamilan. berasal dari jurnal peran dalam
Preeklampsia berupa artikel penatalaksan
Penulis : ditandai dengan penelitian, aan
Primihastuti, adanya disfungsi guideline preeklampsia
Dianita, Dkk plasenta dan , ataupun buku dengan salah
respon maternal elektronik seperti satu m
Tahun : terhadap adanya dari NCBI, ekanisme
2021 inflamasi sistemik Elsevier, WH kerjanya
dengan aktivasi O, dan jurnal adalah
endotel dan kesehatan lainnya menyebabkan
koagulasi. sebanyak 24 vasodilatasi
Preeklampsia sumber. melalui
dapat berlanjut relaksasi dari
menjadi otot polos,
eclampsia. termasuk
Eklampsia adalah pembuluh
terjadinya kejang darah perifer
yang sebagai dan uterus
onset baru yang serta sebagai
tidak berkaitan d anti
engan penyebab konvulsan.
lain. Preeklamsia Sebelum
dan eklamsia pemberian
merupakan MgSO4,
penyebab harus tersedia

14
utama mortalitas antidotum
ibu dan janin. nya yaitu
Sehingga kalsium
diperlukan cara glukonas
untuk .
menatalaksana
preeklampsia,
salah satunya
adalah dengan
pemberian
magnesium sulfat

15
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 16 Maret 2022 pukul : 21.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 16 Maret 2022 pukul : 21.10 WIB

B. MANAJEMEN KEBIDANAN
1. LANGKAH IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. Data Subjektif :
1. Identitas Istri/Suami
Nama istri : NY. L Nama Suami : Tn. R
Umur : 18 th Umur : 16 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Suku bangsa : Melayu Suku Bangsa : Melayu
Alamat : Rt 16 Rawasari Alamat : Rt 16 Rawasari
No. Hp :- No. Hp :-
2. Keluhan Utama
Ibu merasakan pusing, sakit perut kenceng-kenceng bagian bawah yang
menjalar sampai ke pinggang, adanya pengeluaran lender bercampur darah.
3. Alasan Masuk RS
Ibu mengatakan hamil pertama dengan usia kehamilan 37-38 minggu,
merasakan pusing, sakit perut kenceng-kenceng bagian bawah yang menjalar
sampai ke pinggang, adanya pengeluaran lender bercampur darah. Kemudian jam
21.00 WIB ibu datang ke IGD RSUD H Abdul Manap Jambi, lalu dilakukan
pemeriksaan fisik dengan TD: 160/110 mmHg, S: 36,3ºC, N: 80 x/I, P: 20 x/i.
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 13 tahun, lamanya 7 hari. Siklus 28 hari. Keluhan tidak ada
5. Riwayat Perkawinan
a. Kawin : 1 kali sah
b. Usia kawin : 17 tahun
c. Lama perkawinan : 1 tahun
16
6. Riwayat Obstetri

Tgl.Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan


Partus Partus Hamil Persalinan Kel/ anak skrg
Bb

INI

B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Cukup
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda Vital
1. TD :160/100
2. N : 84 x/menit
3. S : 36,5OC
4. R : 22 x/menit
b. Pemeriksaan Head To Toe
a. Mata : Konjungtiva merah muda dan sklera putih
b. Payudara : Bentuk simetris, putting susu menonjol, bersih, tidak
nyeri tekan, sudah terdapat kolostrum pada payudara
kanan dan kiri.
c. Abdomen :
Inspeksi : Terdapat pembesaran perut sesuai usia kehamilan, tidak ada
bekas operasi, terdapat linea nigra, terdapat striae gravidarum
Palpasi
1) Leopold 1 : TFU 31 cm, teraba bagian bulat, lunak, tidak
melenting.
2) Leopold II : Teraba bagian panjang keras seperti papan di sebelah
kanan perut ibu, teraba bagian kecil janin di sebelah
kiri perut ibu.

17
3) Leopold III : Teraba bagian bulat, keras, melenting sulit
digoyangkan ( sudah masuk PAP)
4) Leopold IV : Bagian terendah janin masuk PAP 3/5 bagian.
Auskultasi : DJJ 140x/menit disebelah kanan perut bawah pusat
His : 4X10’30’’
d. Bekas Operasi : Tidak Ada
e. Strie : Albikans
f. Linea : Nigra
g. Genitalia : Struktur normal, tidak ada edema, tidak ada varises, tidak ada
tanda PMS, terdapat pengeluaran lender bercampur darah,
terpasang dower cateter.
h. Extremitas : Oedema pada tangan dan kaki, tidak ada varices, reflek patella
+/+ , tanda homman tidak ada.

c. Pemeriksaan Dalam
Jam 21.00 wib oleh : bidan
v/v : Terdapat Blood Slym
Porsio : Lunak
Pembukaan : 7-8 cm
Ketuban :(-)
Bagian terendah : Kepala janin
Hodge : III
Moulage : Tidak ada
Dan tidak teraba ada bagian kecil disekitar bagian terendah janin.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan urine
Gol. Darah :O
Protein : +2
Hb : 11,2 gr
HbsAg : (-)

18
2. LANGKAH INTEPRESTASI DATA DASAR
a. Diagnosa : G1P0A0H0 hamil 37-38 minggu inpartu kala I fase aktif janin
tunggal hidup presentasi kepala dengan preeklampsia berat
(PEB).
b. Masalah : Ibu merasa cemas dengan keadaannya
c. Kebutuhan : Support mental dari keluarga, berikan makanan dan minuman
untuk kekuatan, miring kiri, dan istirahat yang cukup.

3. IDENTIFIKASI DAN MASALAH POTENSIAL


1. Syndrome help
2. Eclampsia
3. Fetal distress
4. IUGR
5. IUFD

4. MENGIDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA.


Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi
a. Memasang infus RL drip oksitosin 5 IU 20 tpm
b. Injeksi 4 gram MgSO4 secara IV (40% dalam 10 cc) selama 15 menit
c. Injeksi Dexamethason 1 ampul secara IV
d. Pemberian Nifedipin 10 mg/8 jam

5. PERENCANAAN
Tanggal : 16 Maret 2022 pukul 22.05 wib
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan dan keadaanya sekarang
2. Observasi KU, Nadi, Suhu, tiap 2 jam, DJJ dan kontraksi setiap 30 menit,
pemeriksaan dalam tiap 4 jam dan tekanan darah setiap 15 menit.
3. Lakukan informed consent atas tindakan yang akan dilakukan
4. Berikan terapi obat sesuai advice dokter SpOG
Memasang infus RL drip oksitosin 5 IU 20 tpm
Injeksi 4 gram MgSO4 secara IV (40% dalam 10 cc) selama 15 menit
Injeksi Dexamethason 1 ampul secara IV
Pemberian Nifedipin 10 mg/8 jam

19
5. Anjurkan tirah baring miring kiri
6. Anjurkan keluarga untuk memberikan makan dan minum di sela-sela kontraksi
7. Siapkan perlengkapan ibu dan bayi
8. Observasi kemajuan persalinan
6. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan keadaanya sekarang
2. Mengobservasi KU, Nadi, Suhu, tiap 2 jam, DJJ dan kontraksi setiap 30 menit,
pemeriksaan dalam tiap 4 jam dan tekanan darah setiap 15 menit.
3. Melakukan informed consent atas tindakan yang akan dilakukan
4. Memberikan terapi obat sesuai advice dokter SpOG
Memasang infus RL drip oksitosin 5 IU 20 tpm
Injeksi 4 gram MgSO4 secara IV (40% dalam 10 cc) selama 15 menit
Injeksi Dexamethason 1 ampul secara IV
Memberikan Nifedipin 10 mg/8 jam
5. Menganjurkan tirah baring miring kiri
6. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makan dan minum di sela-sela
kontraksi
7. Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi
8. Mengobservasi kemajuan persalinan

7. EVALUASI
1. Ibu sudah mengerti tentang keadaanya sekarang.
2. Tekanan darah ibu 160/100 mmHg, DJJ 140 x/I, kontraksi 4x10’30”, VT 7-8 cm
3. Suami telah melakukan pesetujuan informed consent
4. Infus RL drip oksitosin 5 IU masih dipasang, Nifedipin, Injeksi Dexamethason
dan Injeksi MgSO4 4gram telah diberikan
5. Ibu bersedia tirah baring miring kekiri
6. Keluarga bersedia memberikan makan dan minum di sela-sela kontraksi
7. Perlengkapan ibu dan bayi telah disiapkan
8. Kemajuan persalinan sedang dalam pantauan

20
DATA PERKEMBANGAN I

(KALA II)

Tanggal : 17 Maret 2022 Pukul : 00.30 WIB


Subjektif :
1. Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng semakin teratur
2. Ibu mengatakan seperti ingin BAB
3. Ibu mengeluh ingin meneran
Objektif :
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Komposmentis
3. TTV : TD : 160/100 mmHg R : 22 x/menit
N : 84 x/menit S : 36,5ºC
4. Kontraksi 4x setiap 10 menit selama 40 detik
5. DJJ : 140 x/i
6. Tanda gejala kala II
a. Dorongan ingin meneran
b. Tekanan pada vulva dan anus
c. Perineum menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
7. VT
a. Pembukaan : 10 cm
b. Portio : Tidak teraba
c. Ketuban : Pecah (-) Jernih
d. Presentasi : Kepala
e. Posisi : UUK jam 12
f. Penurunan : Hodge IV
g. PPV : Air ketuban+lender darah
8. Masih terpasang infus sebelah kiri

Assesment :
G1P0A0H0 hamil 37-38 minggu inpartu kala II, janin tunggal hidup, intrauterine,
presentasi kepala dengan preeklampsia berat (PEB).

21
Planning :
Tanggal : 17 Maret 2022 Pukl : 00.32 wib
1. Memimpin persalinan
a. Meletakkan handuk diatas perut ibu (untuk mengerikan bayi) jika kepala bayi telah
berada didepan vulva dengan diameter 5-6 cm.
b. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
c. Memakai sarung tangan DTT
d. Setelah kepala bayi tampak dengan diameter 5-6 cm didepan vulva maka lindungi
perineum dengan tangan kanan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan kiri berada di vertek untuk mencegah defleksi maksimal dan membantu
lahirnya kepala bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran secara perlahan dan
bernafas cepat dan dangkal setelah bayi lahir.
e. Memeriksa leher bayi apakah adanya lilitan tali pusat atau tidak, dan hasilnya bayi
tidak mengalami lilitan tali pusat
f. Menunggu bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
g. Melakukan biparietal dengan tangan terkuat (kanan) berada diatas dan tangan kiri
berada dibagian bawah kepala bayi lalu menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut menggerakan kepala bayi kearah bawah hingga bahu
depan lahir, kemudian menggerakan keatas hingga bahu belakang
h. Menyangga kepala dan lengan bawah bayi
i. Memindahkan tangan kiri untuk menyusur pada lengan bayi, dada, punggung,
bokong, sampai kedua kaki, kemudian memegang kedua mata kaki (memasukkan
telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan
jari-jari lainnya
j. Memposisikan kepala bayi dengan 15º lebih rendah dari badan bayi untuk menilai
sepintas tangisan, gerakan bayi, dan warna kulit.
k. Meletakkan bayi diatas perut ibu.
Evaluasi :
Tanggal : 17 Maret 2022 Pukul : 01.00 wib
1. Pukul 01.00 bayi lahi spontan tanggal 16 Maret 2022 pukul 01.00 wib, jenis kelamin
perempuan, menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan
Bayi diletakkan diatas perut ibu, sudah dikeringkan
2. Plasenta belum lahir

22
DATA PERKEMBANGAN II
(KALA III)

Tanggal : 17 Maret 2022 Pukul : 01.00 wib


Subjektif:
1. Ibu mengatakan perutnya terasa mules
2. Ibu mengatakan masih merasakan kenceng-kenceng
3. Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya
Objektif:
1. TFU : Setinggi Pusat
2. Kontraksi : Keras
3. Plasenta belum lahir, tampak tali pusat didepan vulva
4. Terpasang infus RL drip oksitosin 5 IU 20 TPM di tangan kiri.
Assesment:
G1P0A0H0 hamil 37-38 minggu inpartu kala III, janin tunggal hidup, intrauterine,
presentasi kepala dengan preeklampsia berat (PEB).
Planning:
Tanggal : 17 Maret 2022 Pukul : 01.01 wib
1. Pukul 01.01 WIB Melakukan penatalaksanaan manajemen aktif kala III
a. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi janin dalam
uterus.
b. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
c. Menyuntikkan oksitosin 10 UI secara IM pada 1/3 paha atas lateral dengan sudut 90º
d. Menjepit tali pusat dengan klem 3 cm dari umbilicus bayi. Mendorong isi tali pusat
kearah distal dan menjepit kembali tali pusat dengan klem 2 cm dari klem
sebelumnya.
e. Memegang tali pusat dan melindungi perut bayi dengan tangan kiri, kemudian
memotong tali pusat diantara kedua klem dan mengikat tali pusat
f. Mengeringkan serta membungkus bayi dengan kain bedong dan memakaikan topi.
g. Memindahkan klem 5-10 cm didepan vulva.
h. Meletakkan tangan kiri diatas sympisis.
i. Tangan kanan menegangkan tali pusat sejajar dengan lantai dengan cara memegang
klem diantara jari telunjuk dan jari tengah dengan posisi tangan menggenggam dan
telapak tangan menghadap keatas. Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat
terkendali kearah bawah sambil tengan kiri mendorong uterus kearah belakang atas
(dorso kranial) secara hati-hati hingga plasenta terlepas dari implantasi.
j. Meminta ibu sedikit meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai,
kemudian kearah atas mengikuti poros jalan lahit (tetap melakukan dorso kranial).
k. Memindahkan klem 5-10 cm dari vulva setelah tali pusat nampak memanjang.

23
l. Setelah plasenta tampak di vulva, menangkap dan memegang plasenta dengan kedua
tangan. Memutar plasenta serah jarum jam, kemudian memilin selaput ketuban hingga
plasenta dan selaput ketuban lahir.
m. Segera setelah plasenta lahir, melakukan massase dengan telapak tangan searah
dengan jarum jam selama ± 15 detik sampai uterus terasa keras.
n. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban, kemudian dimasukan dalam
wadah yang sudah disediakan.
2. Pukul 01.16 WIB : Mengecek laserasi jalan lahir

Evaluasi :
1. Pukul 01.05 WIB :Janin tunggal dan oksitosin 10 IU telah disuntikkan.
2. Pukul 01.10 WIB :Tali pusat telah dipotong dan diikat.
3. Pukul 01.15 WIB : Plasenta lahir lengkap pukul 09.25 WIB. Bentukcakram, kotiledon
lengkap, selaput ketuban utuh, berat plasenta ±500 gram dan panjang tali pusat ±50 cm.
4. Pukul 01.20 WIB : Membersihkan ibu dan mendekontaminasikan alat dan tempat

24
DATA PERKEMBANGAN III

(KALA IV)

Tanggal : 17 Maret 2022 Pukul : 01.20 wib

Subjektif:

1. Ibu mengatakan lega karna ari-arinya sudah lahir


2. Ibu mengatakan perutnya masih mules

Objektif:

1. Keadaan Umum : Baik


2. Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 140/90 mmHg N: 80x/menit
R: 20x/menit S: 37ºC
3. TFU : 2 Jari dibawah pusat
4. Kontraksi : Keras
5. PPV : ±50 cc lochea Rubra
6. Terpasang infus RL drip oksitosin 5 IU 20 TPM di tangan kiri.

Assesment:
P1A0H1 hamil 37-38 minggu inpartu kala 4 dengan riwayat preeklampsia berat (PEB).

Planning:

1. Pukul 01.30 WIB : Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih dan PPV
setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua.
2. Pukul 01.45 WIB : Memberitahu keluarga untuk memberikan ibu makan dan minum
untuk pemulihan tenaga.
3. Pukul 01.50 WIB : Melakukan pemeriksaan antropometri pada bayi meliputi berat
badan, Panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada dan membedong.
4. Pukul 02.20 WIB : Memberi ibu terapi obat
a. Nifedipin 500 mg 3x1
b. Amoxcillin 500 mg 3x1
c. Vit B-Komplek 300 mg 1x1
d. Aspirin 80 mg 1x1

25
e. Pukul 14.00 WIB : Memindahkan ibu keruang nifaspukul 14.00 WIB
dengan bayinya

Evaluasi:

1. Pukul 01.30 WIB : Telah dilakukan observasi dengan hasil:


a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV :
TD : 140/90 mmHg N: 80x/menit
R : 20x/menit S: 37ºC
d. TFU : 2 jari dibawah pusat
e. Kontraksi : Keras
f. Kandung Kemih : Kosong
g. PPV : ±15cc lochea Rubra
2. Pukul 01.45 WIB : Keluarga sudah memberikan ibu makan dan minum
3. Pukul 01.50 WIB : Bayi sudah dilakukan pemeriksaan antropometri
dengan hasil BB: 3100 gr, PB: 49 cm, LK: 31,5 cm, LD: 34 cm dan
sudah dibedong
4. Pukul 02.20 WIB : Ibu sudah minum obat Nifedipin, Amoxcillin dan
Aspirin
5. Pukul 14.00 WIB : Ibu sudah dipindahkan ke ruang nifas dengan bayinya

26
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin pada
Ny.L dengan Pre eklamsia Berat (PEB) dengan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah
varney, mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi serta ada tidaknya kesenjangan antara
teori dengan praktek yang dialami penulis saat melakukan studi kasus.
1. Pengkajian
Dalam langkah ini tahap pengumpulan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.Data yang didapat dari pasien
sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2008). Menurut
Nugroho (2012), data subjektif pada ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat (PEB)
adalah ≥160/100 mmHg ibu mengeluh tekanan darahnya tinggi. Pada pengumpulan data
subjektif Ny. L mengatakan ini kehamilan pertama. Keluhan utama pada waktu masuk
ibu mengatakan tekanan darahnya tinggi dan ibu mengalami bengkak pada kaki sejak 2
minggu yang lalu.Ibu merasakan pusing dan telah merasakan kenceng-kenceng sampai
pinggang sejak pukul 11.30 WIB. Pada data objektif Keadaan umum : Baik, Kesadaran :
Composmentis, TTV : TD : 160/100 mmHg, R: 22x/menit, N : 84x/menit, S: 36,5oC,
ekstermitas bawah oedema, pengeluaran pervaginam lendir darah, pembukaan 7-8 cm,
Hb: 11,2 g/dL, protein urin: +2, reflek patella (+), golongan darah: O, HbsAg: (-). Pada
langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus dilahan
praktek.
2. Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan
pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa atau
masalah yang spesifik (Walyani, 2015). Permasalahan yang muncul berdasarkan dari
pernyataan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Masalah yang mungkin timbul
pada ibu bersalin patologi dengan Pre Eklamsia Berat adalah nyeri epigastrium, gangguan
penglihatan, nyeri kepala, gangguan kesadaran (Prawirohardjo, 2014).Berdasarkan atas
keadaan umum dan keadaan fisik ibu biasanya dibutuhkan konseling lebih lanjut (Marmi,
2012). Diagnosa kebidanan pada kasus ini yaitu Ny. L G1P0A0 Umur 18 tahun, hamil
37-38 minggu, janin Tunggal, Hidup, Intrauteri, Letak Memanjang, Punggung Kanan,

27
Presentasi Kepala, Bagian Terbawah Janin Sudah Masuk PAP, inpartu kala 1 fase aktif
dengan Pre Eklamsia Berat (PEB). Masalah dalam kasus ini ibu merasa cemas dengan
keadaannya sekarang.Kebutuhan yang diberikan pada ibu yaitu suport mental dan berikan
makanan dan minuman untuk kekuatan. Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Pada langkah ini bidan
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah atau
diagnosa yang ada dan membutuhkan penanganan segera untuk mengatasi kemungkinan
buruk yang timbul (Walyani, 2015). Diagnosa potensial pada pasien dengan Pre Eklamsia
Berat adalah Eklamsia (Sukarni dan Sudarti, 2014). Pada langkah ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktik.
4. Antisipasi Tindakan Segera
Tindakan segera oleh bidan dan/dokter untuk konsultasi atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain (Waliyani, 2015). Pada kasus ibu Pre Eklamsia Berat
yaitu dosis awal berikan 4 gram MgSO4 secara IV (40 % dalam 10 cc) selama 15 menit
dan dosis pemeliharaan berikan infus 6 gram dalam larutan Ringer/6 jam atau diberikan 4
atau 5 gram secara IM selanjutnya diberikan 4 gram IM tiap 4-6 jam (Prawirohardjo,
2014). Pada kasus ini antisipasi yang diberikan adalah mandiri dan kolaborasi, mandiri :
Tirah baring miring kekiri, kolaborasi dengan dokter SpOG adalah pasang RL drip
oksitosin 5 IU 20 tpm, injeksi 4 gram MgSO4 IV (40% dalam 10cc) selama 15 menit dan
Dexamethason 1 ampul/IV/12 jam, pemantauan tekanan darah tiap 15 menit. Pada
langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada dilahan
praktek.
5. Perencanaan
Perencanaan asuhan ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat (PEB) adalah: Menurut
Nugroho (2012), pengelolaan Pre Eklamsia Berat yaitu:
1. Tirah baring ke kiri secara intermitten.
2. Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%.
3. Pemberian anti kejang/anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) sebagai
pencegahan dan terapi kejang.
Syarat pemberian MgSO4:

28
a. Frekuensi pernapasan minimal 16x/menit.
b. Reflek patella (+)
c. Urin minimal 30 mL/jam dalam 4 jam terakhir atau 0,5mL/KgBB/jam
d. Siapkan ampul Kalsium Glukonas 10% dalam 10 ml
Cara pemberian MgSO4:
Dosis awal: 4 gram MgSO4 IV (10 cc larutan MgSO4 40 % dan larutkan dalam
aquadest) selama 15 menit. Dosis pemeliharaan: Diberikan infuse 6 gram dalam
larutan Ringer/6 jam atau diberikan 4 atau 5 gram IM. Selanjutnya diberikan 4 gram
IM tiap 4-6 jam (Prawirohardjo, 2014).
4. Anti hipertensi
Jenis obat antihipertensi yang diberikan di Indonesia adalah: Nifedipin, dosis awal 10-
20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24 jam. Nifedipin
tidak boleh diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat, sehingga
hanya boleh diberikan per oral (Prawirohardjo, 2014). Penderita Pre Eklamsia Berat
(PEB) harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring
miring ke satu sisi (kiri) (Prawirohardjo, 2010).
Pada kasus ini perencanaan yang dilakukan pada Ny. L yaitu:
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan dan keadaannya sekarang
b. Observasi KU, Nadi, Suhu tiap 2 jam, DJJ dan Kontraksi tiap 30
menit, pemeriksaan dalam tiap 4 jam dan Teknan Darah tiap 15 menit
c. Lakukan inform consent atas tindakan yang akan dilakukan
d. Beri terapi obat sesuai advice dokter SpOG
1) Nifedipin 3x1 hari 10mg
2) Anjurkan tirah baring miring kiri
3) Anjurkan keluarga untuk memberi makan dan minum disela-sela kontraksi
4) Siapkan perlengkapan ibu dan bayi
5) Observasi kemajuan persalinan
Pada langkah ini ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus yang
ada di lahan praktek yaitu pada lahan tidak dilakukan pemberian dosis
pemeliharaan MgSO4 dikarenakan pembukaan bertambah.

29
6. Pelaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman (Walyani, 2015). Pelaksanaan
tindakan pada kasus ibu bersalin dengan Pre Eklamsia Berat (PEB) disesuaikan dengan
perencanaan yang telah dibuat. Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori
dengan kasus yang ada dilahan praktek.
7. Evaluasi
Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan diagnosa atau masalah
(Walyani, 2015). Pada kasus ini evaluasi yang didapat dari Ny. L setelah diberikan
asuhan dari tanggal 16 Maret sampai 17 Maret 2017 diperoleh hasil keadaan umum :
Baik, tidak ada masalah potensial yang muncul, tekanan darah ibu 120/90 mmHg,
oedema pada kaki dan tangan berkurang, ibu sudah merasa nyaman dan ibu bersedia
untuk datang ke tenaga kesehatan bila mengalami keluhan. Pre Eklamsia Berat (PEB) ibu
teratasi dan ibu dalam masa nifas normal. Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

30
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada tanggal 16 Maret 2022 di VK RSUD H Abdul Manap. penulis telah
melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. L dengan melakukan pemeriksaan fisik. Kemudian
penulis mengintepretasikan data untuk menentukan diagnosa dan masalah potensial pada Ny.
L yaitu G1P0A0H0 dengan preeklamsia
Penulis mampu merenacakan tindakan yang harus dilaksanakan pada Ny. L yaitu
pemberian MgSO4 untuk mencegah terjadinya eklamsia pada saat proses persalinan, nyonya
L di anjurkan makan dan minum sebelum proses persalinan berlangsung.
Penulis mampu melakukan tindakan sesuai rencana asuhan pda Ny.L tersebut di atas.
Adapun dalam evaluasi, penulis mampu mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan pada ny. L

B. Saran
1. Bagi Mahasiswi
Bagi mahasiswi diharapkan agar lebih giat membaca atau mencari wawasan
yang luas tentang ilmu kebidanan serta selalu berlatih baik secara mandiri maupun
dengan bimbingan bidan khususnya latihan asuhan Kegawatdaruratan maternal dan
neonatal, sehingga mahasiswi dapat lebih baik dalam memberikan asuhan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
2. Bagi Lahan Praktik
Dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya pertolongan persalinan
bidan yang bertugas di RSUD H Abdul Manap hendaknya selalu memberikan KIE
kepada klien sesuai dengan kebutuhannya. KIE tersebut dapat berupa Edukasi dan
Motivasi kepada klien agar peduli terhadap kesehatannya.
3. Bagi Institusi
Dapat memberikan pembekalan sebelum mahasiswa diturunkan ke lahan praktik
sesuai dengan tujuan kompetensi yang ingin dicapai sehingga mahasiswa dapat lebih
mudah menggali dan menerapkan keterampilan sesuai dengan teori yang telah
dipelajari.

31

Anda mungkin juga menyukai