Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMSI

Kelompok 1:
1. Stefanus Puji
2. Yunita Kurniawan
3. Yessy Yosinta
4. Jumiah
5. Pujiati
6. Ita Aprilani
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan serta persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah dan hal yang
sangat dinanti setiap ibu yang sedang menunggu proses kelahiran bayinya.
Meskipun persalinan merupakan peristiwa fisiologis namun setiap proses
persalinan yang terjadi beresiko mengalami komplikasi selama persalinan. Hal
tersebut dapat memperburuk kondisi baik ibu maupun bayi selama persalinan
berlangsung sehingga berdampak terjadinya kematian pada ibu dan bayi
(Winancy, 2019).
Preeklampsia sebagai salah satu komplikasi persalinan didefinisikan sebagai
suatu kumpulan gejala pada ibu hamil ditandai dengan peningkatan tekanan
darah sistolik ≥ 140/90 MmHg dan tingginya kadar protein pada urine
(proteinuria) yang sering muncul pada usia kehamilan ≥ 20 minggu. Kedua
kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia, sedangkan untuk edema
tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan
pada wanita dengan kehamilan normal (POGI, 2016).
Menurut Andriyani, (2012) dalam penelitiannya menyampaikan kejadian
preeklampsi di negara Amerika Serikat dilaporkan 23,6 kasus per 1000 kelahiran.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia dalam buku Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran menyampaikan untuk kejadian preeklampsi di Indonesia
sebanyak 128.273/tahun atau sekitar 5,3% (POGI, 2016). Di Provinsi Lampung
sendiri tercatat kasus preeklamsi sebanyak 59 kasus sedangkan di Kabupaten
Lampung Tengah sebesar 12,5% (Kurniasari, 2015).
Masalah preeklampsia bukan hanya berdampak pada ibu saat hamil dan
melahirkan, namun juga menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi
endotel di berbagai organ. Dampak jangka panjang pada bayi yang dilahirkan ibu
dengan preeklampsia antara lain bayi akan lahir prematur sehingga mengganggu
semua organ pertumbuhan bayi. Sampai dengan saat ini penyebab preeklampsi
belum diketahui secara pasti, beberapa faktor resiko yang menjadi dasar
perkembangan kasus preeklampsi diantaranya adalah usia, primigravida,
multigravida, jarak antar kehamilan, janin besar dan kehamilan dengan janin
lebih dari satu (POGI, 2016).
Pentingnya dilakukan serangkaian pemeriksaan serta bagaimanan proses
penanganan persalinan berlangsung sangat berpengaruh terhadap kondisi ibu
pasca persalinan, oleh karena itu penatalaksanaan awal pada masalah
preeklampsi perlu dilakukan dengan mengidentifikasi faktor resiko untuk setiap
ibu hamil melalui asuhan antenatal care sebab masalah preeklamsi pada awalnya
tidak memberikan gejala dan tanda, namun dapat memperburuk kondisi ibu dan
bayi dengan cepat. Tujuan utama penatalaksanaan preeklampsia adalah kondisi
ibu yang aman dan persalinan bayi yang sehat. (POGI, 2016).
Peran perawat dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien
preeklampsia bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi selama masa nifas
serta mencegah terjadinya komplikasi pasca persalinan. Oleh sebab itu asuhan
keperawatan pasien dengan preeklamsi dilakukan untuk meningkatkan
penyesuaian diri pasien dalam menghadapi permasalahan yang berhubungan
dengan kondisinya pasca melahirkan serta memfasilitasi potensi pasien untuk
beradaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya.
Dengan besarnya pengaruh pre eklampsia terhadap tingginya tingkat kematian
ibu hamil, maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk mencegah dan
menangani kasus-kasus pre eklampsia. Perawatan pada ibu hamil dengan
preeklamsia merupakan salah satu usaha nyata yang dapat dilakukan untuk
mencegah timbulnya komplikasi-komplikasi sebagai akibat lanjut dari pre
eklampsia tersebut.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil
Dengan Preeklampsi Yang Dirawat Di Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji Klien Dengan Preeklampsi
b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Preeklampsi.
c. Menyusun Perencanaan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan
Preeklampsi.
d. Melaksanakan Intervensi Pada Ibu Hamil Dengan Preeklampsi.
e. Mengevaluasi Pada Hamil Dengan Preeklampsi

C. Metode
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode stadi kasus
dengan pengumpulan data secara observasi langsung dan wawancara .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Preeklamsi


1. Pengertian
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan tingginya tekanan darah, tingginya kadar protein dalam urine
serta edema. Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya
hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan
sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Preeklampsia,
sebelumya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuri yang
baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with proteinuria)
(POGI, 2016).
Preeklampsia merupakan gangguan hipertensi yang terjadi pada ibu
hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah ≥ 140/90 MmHg disertai dengan edema dan
proteinuria (Faiqoh, 2014).

2. Klasifikasi
Menurut (Sukarni, 2017) dalam bukunya menjelaskan hipertensi dalam
kehamilan dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Preeklampsia Ringan Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah
140/90 MmHg atau lebih dengan posisi pengukuran tekanan darah pada
ibu baik duduk maupun telentang. Protein Uria 0,3 gr/lt atau +1/+2.
Edema pada ekstermitas dan muka serta diikuti kenaikan berat badan > 1
Kg/per minggu.
b. Preeklampsia Berat Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah
160/110 MmHg atau lebih. Protein Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat
oliguria ( Jumlah urine kuran dari 500 cc per 2 jam) serta adanya edema
pada paru serta cyanosis. Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan
rasa nyeri pada epigastrium.
3. Etiologi
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum
diketahui secara pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali
dengan adanya kelainan pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi menerima
suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di dalam kandungan.
Teori lain menjelaskan preeklampsia sering terjadi pada Primigravida,
Kehamilan Post Matur /Post Term serta Kehamian Ganda. Menurut Marianti
(2017) selain Primigravida, Kehamilan Ganda serta Riwayat Preeklampsia,
beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan resiko preeklamsia antara
lain adalah :
a. Malnutrisi Berat.
b. Riwayat penyakit seperti : Diabetes Mellitus, Lupus, Hypertensi dan
Penyakit Ginjal.
c. Jarak kehamilan yang cukup jauh dari kehamilan pertama.
d. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
e. Obesitas.
f. Riwayat keluarga dengan preeklampsia.
4. Tanda dan Gejala
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus
meningkat, peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau lebih
atau sering ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali
pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis dan gejala
lainnya dari preeklamsia adalah :
a. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan
lengan yang sama.
b. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / microliter
c. Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
d. Edema Paru.
e. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
f. Oligohidramnion

5. Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai
dengan retensi air dan garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat
arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen aretriola sedemikan
sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka tekanan darah akan naik,
sebagai usaha untuk mengatasai kenaikan tekanan perifer agar oksigen
jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial
belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerolus.
Vosokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklampsia yang dapat
menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi.
Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel
setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriola disertai
perdarahan mikro tempat endotel.
Pada preeklampsia serum antioksidan kadarnya menurun dan plasenta
menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil
normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang
berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar
dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan
sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk selsel endotel
tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain ;
adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel
terhadap plasma, terlepasnya enzim lisosom, thromboksan dan serotonin
sebagai akibat rusaknya trombosit. Produksi tetrasiklin terhenti, terganggunya
keseimbangan prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta akibat
konsumsi oksigen dan perioksidase lemak (Nuraini, 2011).
6. Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan
janin, namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun
janin adalah sebagai berikut (Marianti, 2017) :
a. Bagi Ibu
1) Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah,
meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah trombosit.
2) klamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai
dengan kejang-kejang.
3) Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan
dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika
mempunyai riwayat preeklamsia.
4) Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa
organ seperti, paru, ginjal, dan hati.
5) Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa
perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan untuk
pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang
menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.
6) Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum
kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan
plasenta, yang akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan
janin.
7) Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh
darah otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut.
Ketika seseorang mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan
mengalami kerusakan karena adanya penekanan dari gumpalan darah,
dan juga karena tidak mendapatkan pasokan oksigen akibat
terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang menyebabkan kerusakan
otak atau bahkan kematian.
b. Bagi Janin
1) Prematuritas.
2) Kematian Janin.
3) Terhambatnya pertumbuhan janin.
4) Asfiksia Neonatorum

7. Penatalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah sebagai
berikut :
a. Tirah Baring miring ke satu posisi.
b. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
c. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
d. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian
cairan infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
e. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik. M
f. onitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).

Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan induksi partus


pada usia kehamilan diatas 37 minggu.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Preeklamsi


1. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
a. Data subyektif :
1) Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau >
35 tahun
2) Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau
eklamsia sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan.
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya
b. Data Obyektif :
1) Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
2) Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
3) Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal
distress
4) Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian
SM ( jika refleks + )
5) Pemeriksaan penunjang ;
 Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2
kali dengan interval 6 jam
 Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream
( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada
skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat,
serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
 Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
 Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya
kelainan pada otak
 USG ; untuk mengetahui keadaan janin
 NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
2. Masalah Keperawatan
a. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan
penurunan fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan
darah )
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus
dan pembukaan jalan lahir
d. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak
efektif terhadap proses persalinan.

3. Perencanan
Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan
fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
a. Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt
Intervensi :
1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
2) Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
4) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya
kontraksi uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang

Diagnosa keperawatan II :

Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan


perubahan pada plasenta.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada


janin

Kriteria Hasil :

a. DJJ ( + ) : 12-12-12
b. Hasil NST :
c. Hasil USG ;
Intervensi :
1) Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta

2) Kaji tentang pertumbuhan janin


R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi
sehingga timbul IUGR

3) Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut,


perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu
akibat hipoxia bagi janin

4) Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM


R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi
jantung serta aktifitas janin

5) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST

R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

Diagnosa keperawatan III :


Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus
dan pembukaan jalan lahir.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan


dapat mengantisipasi rasa nyerinya

Kriteria Hasil :

a. Ibu mengerti penyebab nyerinya


b. Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi :
1) Kaji tingkat intensitas nyeri pasien

R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien
terhadap nyerinya

2) Jelaskan penyebab nyerinya

R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif

3) Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul

R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi


vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan
02 pada jaringan terpenuhi

4) Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri

R/. untuk mengalihkan perhatian pasien

Diagnosa keperawatan IV :

Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak


efektif terhadap proses persalinan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau


hilang

Kriteria Hasil :

a. Ibu tampak tenang


b. Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
c. Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :

1) Kaji tingkat kecemasan ibu

R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan


pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan
medikamentosa

2) Jelaskan mekanisme proses persalinan


R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat
mengurangi emosional ibu yang maladaptif

3) gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif


R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang
dimiliki ibu efektif

4) Beri support system pada ibu


R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang
sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan
hati.

4. Implementasi
Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.

5. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan criteria hasil yang telah ditentukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkaijan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 September 2023 jam 10;00
1. Identitas
Nama klien : Ny.K Nama suami : Tn. A
Umur : 27 tahun Umur : 28 tahun
/Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : karyawan swasta Pekerjaan : karyawan swasta
Alamat : Bermi 8/5 Gembong Pati Alamat : Bermi 8/5 Gembong Pati
2. Riwayat Keperawatan
Ibu datang ke IGD RS Keluarga Sehat Pati atas rujukan bidan praktek swasta
untuk mendapatkan pertolongan karena ibu dalam keadaan hamil tua dan
mengeluh kenceng-kenceng mulai tadi pagi ( jam 02.00 ) diikuti keluarnya air
jam 06.00 hasil pemeriksaan tekanan darah yaitu 180/120 mmhg akhirnya ibu
masuk rumah sakit tanggal 15 September 2023 Jam 09;00
a. Persepsi terhadap kehamilan dan persalinan
Ibu menganggap bahwa kehamilan ini merupakan hal yang wajar dan
kehamilannya tidak menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari.
Ibu berharap agar dapat melahirkan dengan selamat. Bagi ibu orang yang
terpenting adalah suami dan ia tinggal bersamanya, sedangkan dari pihak
keluarga yang lain menerima keadaan ibu yang sedang hamil
b. Riwayat Obstetri
1) Riwayat menstruasi
 menarche pada usia 12 tahun
 siklus teratur, lamanya 5-7 hari dan tidak ada keluhan
 HPHT ; 8 desember 2022
2) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak

N th Umur Pen jenis Peno Pen Lase Infe Perda Je BB Pj


o rasi ksi nis
yulit long yulit rahan
1 3,5 th - Spt B bidan - - - - Pr. 2500 -
2 14 bl - Spt B bidan - - - - Lk 3500 50
.
3 HAMIL INI
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
Diagnosa: G3 P2 A0 usia kehamilan 36-37 mg
Imunisasi TT sudah lengkap dan ANC 9 kali ke bidan
pengobatan selama hamil mendapat Tablet Fe dan vitamin
Tidak ada keluhan selama hamil
Pergerakan janin dirasakan sejak usia kehamilan kurang lebih 4 bulan
Rencana perawatan bayi adalah dirawat sendiri
Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi adalah:
 Breast care : ya
 Senam nifas : tidak
 Perineal care : ya
 KB : ya
 Nutrisi : ya
 Menyusui : ya
4. Persalinan Sekarang

a. Keluhan HIS : Mulai kontraksi pada tanggal 15 September 2023 jam


02.00. Ibu mengatakan kenceng-kencengnya tidak teratur dan hanya
sebentar
b. Pengeluaran pervagina : Pada jam 06.00 ( tadi malam ) keluar air , tidak
keluar lendir ataupun darah, sedangkan saat pengkajian keluar lendir
dan darah sedikit
c. Periksa Dalam : jam 09.00 dilakukan oleh dokter PPDS dengan hasil :
pembukaan 2 cm, effecement 50 %, ketuban ada, presentasi kepala,
bidang hodge I
d. Kala persalinan
1) Kala I
Mulai persalinan tgl 15 September jam 09.40 dengan
pembukaan 2 cm.
Ibu dipasang infus dengan cairan RL 20 tetes / mnt dan dipasang
kateter untuk pemeriksaan urine serta untuk mengukur output urine
per jam. Kemudian ibu diberi SM 4 g per IV sebagai larutan 20 %
selama 5 menit sambil dilakukan observasi terhadap efek obat
tersebut.
Pada jam 11.15 mulai diberikan drip oksitosin 8 tetes/mnt kalf
I dan cairan infus diganti dengan D5% untuk menambah kekuatan
/tenaga ibu, pada saat itu juga dilakukan observasi terhadap efek dari
pemberian oksitosin yaitu lamanya HIS dan kekuatannya serta denyut
jantung janin juga pengaturan tetesan yaitu setiap 15 menit
ditambahkan 4 tetes. Hal ini dilakukan terus sampai kolf I habis
dengan memperhatikan pembukaan dan kekuatan HIS.
Pada jam 13.00 dilakukan evaluasi dengan hasil : pembukaan 5
cm, effecement 75 %, ketuban ada , presentasi kepala, bidang hodge
I, DJJ (+) : 12-12-12, kontraksi setiap 3 menit dengan durasi 40-50
detik.Kemudian dilakukan amniotomi oleh dokter PPDS, air ketuban
berwarna kehijauan dan keruh. Hasil pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD : 140/90 mmhg, nadi: 88 x/mnt, RR: 20 x/mnt, GCS:
CM=15 (4-5-6 ) dan edema kaki +/+.
Dan DJJ (+ ) : 12-12-12. Ibu mengeluh nyeri dibagian perut
dan pinggang, saat kontraksi ibu sampai menangis menahan nyeri
dan bertanya kenapa lama sekali anaknya tidak kunjung lahir, ibu
meminta kepada petugas agar tidak meninggalkannya sendirian.
Pada jam 14.00 dilakukan evaluasi lagi : pembukaan lengkap,
HIS setiap 2-3 menit dengan durasi 40 detik, DJJ ( + ): 12-12-12,
GCS : CM+15 (4-5-6), edema kaki +/+, TD: 130/90 mmHg, nadi : 80
x/mnt, RR : 18 x/mnt. Kemudian pasien dipersiapkan forcep
extraction untuk mempercepat kala II.
2) Kala II
Setelah mendapatkan persetujuan dari suami dan ibu sendiri
menerima maka segera dilakukan tidakan forcep extraction.
Ibu dibawa ke ruang khusus tindakan, dokter bersiap untuk
melakukan tindakan perawat membantu mempersiapkan alat dan
perlengkapan lainnya serta persiapan untuk perawatan bayi yang
akan dilahirkan. Tepat pada jam 14.05 dilahirkan bayi jenis kelamin
perempuan, BB 3000 g, panjang 50 cm, APGAR score pada menit
pertama : 6, dan pada menit ke lima ; 8. Bayi disuction kemudian
dibawa ketempat perawatan bayi baru lahir untuk membersihkan
tubuhnya dari vernickaseosa dan diberikan triple D pada tali pusat,
kemudian bayi dibungkus dengan jarik untuk menghangatkan
tubuhnya lalu diberi salep kloram penikol dan selanjutnya ditaruh
ditempat bayi .Setelah mendapatkan penjelasan bahwa anaknya baik-
baik saja ibu mengucapkan alhamdulillah.
3) Kala III
Setelah melahirkan ibu di injeksi pitosin 1 amp per IM untuk
mempertahankan kontraksi uterus agar plasenta dapat cepat
dilahirkan. Kemudian dilakukan pemeriksaan TFU hasilnya TFU 2
jari diatas pusat, kontraksi baik. Pada jam 14.10 plasenta lahir
spontan dan lengkap ( kotiledon dan selaput ), perdarahan selama
persalinan kurang lebih 150 cc
4) Kala IV
2 jam setelah persalinan keadaan umum ibu baik, GCS : CM = 15
( 4-5-6 ) , TD : 130/90 mmHg , nadi : 74 x/mnt , RR : 20 x/mnt , suhu
: 37,2 C , TFU setinggi pusat, , kontraksi uterus baik , perdarahan
kurang lebih 50 cc , perineum yang diepisiotomi sudah diheting
dengan HCD :5 , HCL : 4 , luka epis : 3,5 cm.

5. Riwayat Keluarga Berencana


Ibu pernah menjadi akseptor KB. Sejak anak pertamanya lahir ibu
menjadi akseptor KB pil berlangsung selama 2 bulan, karena ingin anak lagi
sehingga ibu berhenti minum pil. Demikian halnya setelah anak kedua lahir
ibu menjadi akseptor KB suntik yang berlangsung selama 5 bulan kemudian
berhenti lagi yang pada akhirnya ibu hamil lagi yang sekarang ini. Setelah
melahirkan anak yang ke tiga ini ibu ingiun menjadi akseptor KB norplant.
6. Riwayat Kesehatan
Ibu dan keluarga tidak pernah menderita penyakit tekanan darah
tinggi, kencing manis dan penyakit jantung lainnya.
7. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pola nutrisi
Frekunsi makan 3x/hari, nafsu makan baik dan tidak ada pantangan. Jenis
makanan : nasi, lauk pauk, sayur kadang buah dan susu
b. Pola eliminasi
BAK frekuensinya 6-9x/hari sedangkan saat pengkajian output urine 40
cc/jam, warnanya jernih dan tidak ada keluhan, BAB biasanya 1-2x/hari
dan tidak ada keluhan
c. Personal hygiene
Mandi biasanya 2x/hari menggunakan sabun, Oral hygiene dilakukan
setiap habis makan dan mau tidur. Cuci rambut dilakukan 2x/minggu
dengan shampoo
d. Pola Istirahat dan Tidur
Lamanya tidur biasanya 5-6 jam/hari dan ibu tidak begitu merasa
terganggu karena menganggap kondisinya merupakan hal yang wajar bagi
orang hamil
e. Pola aktifitas dan latihan
Kegiatan rutinnya dirumah adalah sebagai tukang kebun golf berangkat
jam 07.00-16.00 setiap hari. Sedangkan kegiatan waktu luangnya untuk
nonton TV dan ngobrol dengan keluarga.
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhu kesehatan
Ibu tidak biasa minum jamu, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi
obat-obat yang terlarang.
8. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum ibu baik Kesadaran : CM:15 (4-5-6 )
- TD : 160/120 mmHg Nadi : 88 x/mnt
- RR : 20 x/mnt Suhu : 37,2 C
- BB : 53 kg TB : 155 cm
a. Sistem penglihatan
 Ibu tidak mengalami gangguan dalam penglihatan
 Posisi mata simetris
 Pergerakan bola mata normal, sclera anikterik
 Koncungtiva dan kornea normal
b. Sistem pernafasan
 Ibu tidak sesak, tidak meggunakan otot-otot Bantu pernafasan
 Jalan nafa bersih dan suara nafas vesikuler
c. Sirkulasi jantung
 Ibu tidak merasakan sakit dada atau deg-degan
 Irama jantung teratur dan tidak ada gallop atau murmur
d. Sistem pencernaan
 Ibu tidak mengalami nyeri ulu hati
 Stomatitis tidak ada dan ibu tidak ada gangguan menelan
e. Sistem urogenital
 BAK terkontrol, warna urine kuning jernih dan ibu tidak
merasa terganggu
f. Sistem integumen
 Terdapat edema pada kedua kaki
 Turgor kulit elastis, warna kemerahan dan struktur halus
g. Dada dan axilla
 Mamae membesar disertai dengan penonjolan papilla mamae
 Areola mamae berpigmentasi
 Colostrum keluar sedikit
9. Pemeriksaan Khusus Abdomen

a. Inspeksi
 Perut kelihatan membesar ke depan
 Ada linea nigra dan strie lividae
 Tidak ada luka bekas operasi
b. Palpasi
 LEOPOLD I : TFU : 32 cm, berisi kepala
 LEOPOLD II : Letak punggung kanan
 LEOPOLD III : Bagian kepala
 LEOPOLD IV : Divergen
 Osborn test : (+)
 TBJ : 32-11x155 = 3255 g
 Kontraksi : (+) , jarang lamanya kurang lebih 20 detik
c. Auskultasi : DJJ (+) = 12-12-12
10. Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil Lab , tanggal 15 September 2023


 Hb : 9,8 g/dl
 Lekosit : 10.1x10 9/L
 Trombosit : 192x10 9/L
 PCV : 0,29
 SGOT : 18 VIL
 Kreatin serum : 0,74 mg/dl

b. Sedimen Urine , tanggal 7 September 2023


 Eritrosit : 2-3 plp
 Lekosit : 2-3 plp
 Epitel : 2-3 plp
c. NST : 140/2-4/low variably

d. Rencana Keperawatan/Terapi ;
 NST (fetal non stress test)
 pasang infus RL
 Lab : DL/UL/LFT/RFT/Aibumin
 Injeksi ampicillin 4x1 gram per IV
 SM full dose
 Nifedipin
 Terminasi pro OD , Bila inpartu percepat kala II

Analisa data
N KELOMPOK DATA ETIOLOGI MASALAH
O
KALA I
1 Data subyektif : Penurunan fungsi Resiko tinggi
organ terjadi kejang
- Ibu mengatakan bahwa ia baru tahu
pada ibu
tadi malam kalau tekanan darahnya (vasospasme dan
tinggi setelah diperiksa oleh bidan penurunan
tekanan darah )
- Ibu mengatakan perutnya kenceng-
kenceng mulai tadi malam
Data obyektif :
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 ( 4-5-6 )
- TD : 160/120 mmHg RR :
20x/mnt
- Nadi : 88x/mnt Suhu : 37,2 C

Perubahan perfusi
Resiko tinggi
Data subyektif : pada plasenta
2 terjadi foetal
- Ibu mengatakan bahwa ia baru tahu distress
tadi malam kalau tekanan darahnya
tinggi setelah diperiksa oleh bidan
- Ibu mengatakan perutnya kenceng-
kenceng mulai tadi malam
Data obyektif :
- DJJ (+) : 12-12-12
- TD : 160/120 mmHg RR :
20x/mnt
- Nadi : 88x/mnt Suhu : 37,2 C
- Hasil NST : 140/2-4/low variably
Kontraksi uterus
dan
Gangguan rasa
prosespembukaan
Data subyektif : nyaman (nyeri)
jalan lahir
3 - Ibu mengatakan perutnya kenceng-
kenceng mulai tadi malam
- Ibu mengatakan terasa nyeri pad
perut bagian bawah dan pinggang
Data obyektif :
- Ibu tampak meringis kesakitan
- Ibu sering merubah posisi tidur
- kontraksi uterus jarang dan tidak
teratur
- Hasil VT : pembukaan 2 cm,
effecement 50%, ketuban ada,
presentai kepala, bidang hodge I,
terdapat darah dan lendir
Koping yang
inefektif terhadap
proses persalinan
Data subyektif :
Gangguan
- Ibu bertanya, “ Kenapa anak saya psikologis
tidak kunjung lahir? “
( cemas )
4 - Ibu berkata, “ Mas, jangan pergi
dari sini “
Data obyektif :
- Ekspresi wajah ibu tampak tegang
- Ibu selalu bertanya kenapa kok
lama sekali anaknya tidak kunjung
lahir
- Ibu minta ditemani
Dampak dari
tindakan ekstraksi
KALA II dengan forceps
Data subyektif : - Resiko terjadi
Data obyektif : injury pada ibu
dan janin
- Jam 14.00 dilakukan periksa
5 dalam :
Pembukaan lengkap,
- HIS setiap 2-3 menit denga durasi
40 detik reguler
- DJJ (+ ) : 12-12-12
- TD : 130/90 mmHg Nadi :
80x/mnt RR : 18x/mnt
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS =15 (4-5-5) Perdarahan post
partum

KALA III Resiko deficit


Data subyektif : cairan

- Ibu mengatakan badannya terasa


lemah
6
Data obyektif :
- Ibu nampak kelelahan
- TD : 140/90 mmHg
- Nadi : 84x/mnt RR : 24x/mnt
- Suhu ;37,5 C
- Jumlah perdarahan kurang lebih
150 cc
- TFU 2 jari diatas pusat
- Kontraksi uterus baik
Luka episiotomy

KALA IV
Data subyektif ; Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
- Ibu mengatakan nyeri pada daerah
kemaluan
Data obyektif :
7
- Tampak adanya luka episiotomy
dengan jahitan HCD=5, HCL=4,
luka sepanjang 3,5 cm
Luka episiotomy

Data subyektif :
Resiko terjadi
- Ibu mengatakan nyeri pada daerah infeksi
kemaluan
Data obyektif :
- Tampak adanya luka episiotomy
8 dengan jahitan HCD=5, HCL=4,
luka sepanjang 3,5 cm
- TD : 130/90 mmHg Nadi : 74x/mnt
RR : 20x/mnt Suhu : 37.2 C
B. Diagnosa
1. KALA I
a. Resiko tinggi terjadi kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah
b. Resiko tinggi terjadi foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan perfusi pada plasenta
c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
proses pembukaan jalan lahir
d. gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang inefektif
terhadap proses persalinan
2. KALA II
a. Resiko terjadi injury pada ibu dan janin berhubungan dengan dampak dari
tindakan ekstraksi dengan forceps
3. KALA III
a. Resiko deficit cairan berhubungan dengan perdarahan post partum
4. KALA IV
a. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan adanya luka
episiotomy
b. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka episiotomy
C. Intervensi Keperawatan
1. KALA I
Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan
fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
 Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
 Tanda-tanda vital :
TD : 100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt
Intervensi
a. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
b. Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
c. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
d. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi
uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan
terjadinya persalinan
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang
Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
 DJJ ( + ) : 12-12-12
 Hasil NST :
 Hasil USG ;
Intervensi :
a. Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta
b. Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi
sehingga timbul IUGR
c. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan,
rahim tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat
hipoxia bagi janin
d. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin
e. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
Diagnosa keperawatan III :
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat
mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
 Ibu mengerti penyebab nyerinya
 Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi :
a. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien
terhadap nyerinya
b. Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
c. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada
jaringan terpenuhi
d. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien
Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
 Ibu tampak tenang
 Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
 Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan
medikamentosa
b. Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi
emosional ibu yang maladaptif
c. gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki
ibu efektif
d. Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang
sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati .
2. KALA II
Diagnosa keperawatan I :
Resiko terjadi injury pada ibu dan bayi berhubungan dengan dampak dari
tindakan ekstraksi dengan forceps.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi injury pada ibu dan janin
Kriteria Hasil :
 APGAR SCOR diatas 7
 Tidak terjadi ruptur perineum
 Tidak terjadi ruptur uteri
Intervensi ;
a. Pastikan bahwa pembukaan sudah lengkap
R/. Jika pembukaan belum lengkap bibir serviks bisa terjepit antara kepala
anak dan sendok sehingga terjadi robekan pada serviks
b. pastikan bahwa ketuban sudah pecah
R/. Bila ketuban belum pecah maka selaput janin akan ikut tertarik oleh
forceps
c. Anjurkan ibu untuk tidak mengedan
R/. mengedan membutuhkan tenaga yang akhirnya dapat meningkatkan
tekanan darah sebagai kompensasi tubuh, bila tekanan darah semakin
meningkat akan memicu timbulnya kejang dan terjadi injury pada ibu
maupun janin
d. bantu dokter dalam melakukan tindakan ekstraksi dengan forceps sesuai
standarisasi
R/. Tindakan forceps yang dilakukan dengan benar/ sesuai standart serta
skill yang memadai tanpa adanya penyulit akan terhindar dari terjadinya
komplikasi pada ibu maupun janin

3. KALA III
Diagnosa keperawatan :
Resiko deficit cairan berhubungan dengan perdarahan post partum
Tujuan ;
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi deficit cairan
Kriteria Hasil :
 Keadaan umum baik
 Mukosa mulut basah
 Turgor kulit baik
 Tanda vital ;
TD : 100-120/70-80 mmHg Nadi : 60-80 x/mnt
RR : 16-20 x/mnt Suhu : 36-37 C
 Perdarahan dalam batas normal : < 500 cc
Intervensi ;
a. Kaji kontraksi uterus
R/. kontraksi uterus dapat membantu pelepasan plasenta
b. Cegah terjadinya perdarahan dengan mengobservasi pelepasan plasenta
dan mengeluarkan plasenta dengan peregangan tali pusat terkendali serta
bekerja dengan hati-hati
R/.untuk mencegah terjadinya rest plasenta sehingga tidak terjadi
perdarahan
c. Kaji banyaknya darah yang keluar
R/. dengan mengetahui jumlah darah yang hilang akan dapat menentukan
jumlah darah /intake cairan yang diberikan agar terjaga keseimbangan
d. Beri minum peroral
R/. dapat menggantikan sairan yang hilang
e. Lakukan observasi tanda-tanda vital
R/. untuk memantau tanda –tanda gangguan keseimbangan cairan
4. KALA IV
Diagnosa keperawatan I : Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan
dengan luka episiotomy
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan rasa nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
 ibu mengatakan nyerinya berkurang atau hilang
 keadaan luka baik
 tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
a. Beri penjelasan pada ibu penyebab nyerinya
R/. dengan mengerti penyebab nyerinya diharapkan ibu dapat
kooperatif dan menerima rasa nyerinya secara wajar
b. Anjurkan pada ibu untuk menghindari pergerakan yang berlebihan
terutama yang berkaitan dengan daerah sekitar luka episiotomy
R/. Pergerakan yang bisa membuat peregangan daerah luka akan
menambah rasa nyeri
c. Lakukan perawatan luka episiotomy secara aseptik dan anti septic
R/. Perawatan luka secara aseptic dan anti septic dapat mempercepat
proses penyembuhan luka sehingga nyeri bisa berkurang/hilang
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik
R/. analgetik dapat mengurangi/menghilangkan rasa nyeri

Diagnosa keperawatan II :
Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka episiotomy
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
 luka episiotomy tampak kering dan bersih
 luka tidak ada tanda-tanda infeksi
 tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah luka episiotomy
R/. Kebersihan yang kurang terjaga bisa menimbulkan infeksi pada luka
karena masuknya kuman
b. Lakukan perawatan luka episiotomy secara aseptik dan anti septic
R/. Perawatan luka secara aseptic dan anti septic dapat mempercepat proses
penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi
c. Ajari ibu cara merawat luka
R/. ibu dapat mengerti cara merawat luka yang benar sehingga bisa
mencegah timbulnya infeksi
d. Kolaborasi dengan medis dalam pemberian antibiotik
R/. anti biotic dapat membunuh kuman.

D. Implementasi Keperawatan
Dilakukan pada tanggal 16 September 2023
1. KALA I
Diagnosa keperawatan I :
a. Mengukur tekanan darah
b. Mengobservasi tingkat kesadaran pasien
c. Memonitor terus adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella
dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
d. Memonitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya
kontraksi uterus
e. Menberikan SM 4 g per IV dalam larutan 20% pelan
EVALUASI :
S :-
O : kejang tidak ada, Kesadaran compos mentis, GCS = 15 ( 4-5-6 )
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi kala II-

Diagnosa keperawatan II :
a. Memonitor DJJ
b. Menjelaskan pada ibu adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut,
perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )
c. Mengobservasi efek samping dari pemberian SM

EVALUASI
S : -
O : DJJ (+ ) : 12-12-12, anak lahir dengan selamat pada jam 14.05
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi kala II

Diagnosa keperawatan III :


a. Mengkaji tingkat intensitas nyeri pasien
b. Menjelaskan penyebab nyeri pada ibu
c. Menajari ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
d. Membantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
EVALUASI
S : Ibu mengatakan dapat memahami penjelasan yang diberikan untuk
mengatasi nyeri
O : Ibu bernafas dalam dan menghembuskannya lewat mulut
A : Masalah teratasi
P :-

Diagnosa keperawatan IV :
a. Mengkaji tingkat kecemasan ibu
b. Menjelaskan mekanisme proses persalinan pada ibu
c. Meningkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
d. Memberi support system pada ibu
EVALUASI
S : Ibu mengatakan memahami penjelasan yang diberikan
O : ibu tampak lebih tenang, kooperatif dan tidak bertanya-tanya lagi
A : Masalah teratasi
P :-

2. KALA II
Diagnosa keperawatan V :
a. memastikan bahwa pembukaan sudah lengkap
b. Memastikan bahwa ketuban sudah pecah
c. Menganjurkan ibu untuk tidak mengedan
d. Membantu dokter dalam melakukan tindakan ekstraksi dengan forceps
sesuai standarisasi
EVALUASI
S :-
O :- bayi lahir pada jam 14.05 dengan APGAR score: 6-8, Tidak terjadi
ruptur uteri dan ruptur perinium
A : Masalah teratasi
P :-
3. KALA III
Diagnosa keperawatan VI:
a. Mengkaji kontraksi uterus
b. mengobservasi pelepasan plasenta dan mengeluarkan plasenta dengan
peregangan tali pusat terkendali serta bekerja dengan hati-hati
c. Mengkaji banyaknya darah yang keluar
d. Memberi minum peroral
e. Melakukan observasi tanda-tanda vital
EVALUASI
S :-
O : plasenta lahir spontan dan lengkap pada jam 14.10, Perdarahan
kurang lebih 150 cc
A : masalah tidak terjadi
P ; Lanjutkan kala IV
4. KALA IV
Diagnosa keperawatan VII :
a. Memberi penjelasan pada ibu penyebab nyerinya
b. Menganjurkan pada ibu untuk menghindari pergerakan yang berlebihan
terutama yang berkaitan dengan daerah sekitar luka episiotomy
EVALUASI
S :-ibu mengatakan masih terasa nyeri pada daerah kelamin yang dijahit
O : - Ibu tampak meringis menahan sakit saat berjalan
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi diruang nifas
Diagnosa keperawatan VIII :
a. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah luka episiotomy
b. Mengajari ibu cara merawat luka
EVALUASI
S : ibu mengatakan masih terasa nyeri pada daerah kelamin yang dijahit
O : Ibu tampak meringis menahan sakit saat berjalan, luka masih terbugkus
pembalut
A : Masalah belum terjadi
P : Lanjutkan intervensi di ruang nifas.
BAB IV

KESIMUPAN DAN DARAN

A. Kesimpulan

1. Diagnosis pre eklampsia berat terutama ditentukan oleh adanya peningkatan tekanan
darah yaitu 160/110 mmHg atau lebih. Dan yang menjadi indicator utama yaitu tekanan
darah diastolic oleh karena tekanan diastolic mengukur tahanan perifer dan tak
tergantung pada keadaan emosional pasien. Untuk tnda dan gejala pre eklampsia yang
lain sebagai tanda dan gejala yang menyertai yang menandakan prognosis menjadi lebih
buruk.
2. Masalah-masalah keperawatan yang timbul pada ibu bersalin dengan pre eklampsia berat
lebih kompleks, hal ini dikarenakan masalah yang muncul bisa berasal dari patogenesis
pre eklampsia itu sendiri maupun dari proses persalinan dari kala I sampai dengan kala
IV.
3. Penetapan rencana perawatan yang sesuai dengan masalah yang timbul pada ibu bersalin
dengan pre eklampsia berat serta tindakan keperawatan yang efektif untuk mengatasi
masalah keperawatan tersebut akan dapat mencegah prognosis yang lebih buruk , yaitu
timbulnya kejang. Oleh karenanyadiperlukan observasi ketat dan terapi yang tepat serta
skill yang professional baik dari dokter maupun perawat. Hal ini mengingat
penatalaksanaan yang pada umumnya berakhir dengan tindakan operatif

B. Saran
Tulisan ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan
khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kasus preeklampsi
secara komprehensif dan mengikuti perkembangan literature – literatur keperawatan yang
terbaru.
DAFTAR PUSTAKA

Faiqoh, E. (2014). Hubungan karakteristik ibu, anc dan kepatuhan perawatan ibu hamil dengan
terjadinya preeklampsia. Jurnal Berkala Epidemiologi.

Kurniasari, D. (2015). Hubungan Usia , Paritas Dan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan Dengan
Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten
Lampung Tengah Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Holistik. https://doi.org/10.1002/(SICI)1096-
9101(1996)19:13.0.CO;2-S.

Nuraini, A. (2011). Pre Eclampsia. Retrieved from http://repository.ump.ac.id/846/3/Affifah Nur


Ariani BAB II.pdf

POGI. (2016). PNPK Pre Eklamsi. Retrieved from https://pogi.or.id/publish/download/pnpk-dan-


ppk

Winancy, W. (2019). Penkes Preeklampsi untuk pengetahuan Ibu Hamil dalam menghadapi
komplikasi. Jurnal Bidan Cerdas (JBC). https://doi.org/10.33860/jbc.v2i1.1

Sukarni, I. (2017). Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko

Supriyanti, E. (2017). Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Intesitas Nyeri Pada
Pasien Postpartum Normal Di RSUD Kota Semarang. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan.
https://doi.org/10.33655/mak.v1i1.3

Anda mungkin juga menyukai