Kelompok 1:
1. Stefanus Puji
2. Yunita Kurniawan
3. Yessy Yosinta
4. Jumiah
5. Pujiati
6. Ita Aprilani
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan serta persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah dan hal yang
sangat dinanti setiap ibu yang sedang menunggu proses kelahiran bayinya.
Meskipun persalinan merupakan peristiwa fisiologis namun setiap proses
persalinan yang terjadi beresiko mengalami komplikasi selama persalinan. Hal
tersebut dapat memperburuk kondisi baik ibu maupun bayi selama persalinan
berlangsung sehingga berdampak terjadinya kematian pada ibu dan bayi
(Winancy, 2019).
Preeklampsia sebagai salah satu komplikasi persalinan didefinisikan sebagai
suatu kumpulan gejala pada ibu hamil ditandai dengan peningkatan tekanan
darah sistolik ≥ 140/90 MmHg dan tingginya kadar protein pada urine
(proteinuria) yang sering muncul pada usia kehamilan ≥ 20 minggu. Kedua
kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia, sedangkan untuk edema
tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan
pada wanita dengan kehamilan normal (POGI, 2016).
Menurut Andriyani, (2012) dalam penelitiannya menyampaikan kejadian
preeklampsi di negara Amerika Serikat dilaporkan 23,6 kasus per 1000 kelahiran.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia dalam buku Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran menyampaikan untuk kejadian preeklampsi di Indonesia
sebanyak 128.273/tahun atau sekitar 5,3% (POGI, 2016). Di Provinsi Lampung
sendiri tercatat kasus preeklamsi sebanyak 59 kasus sedangkan di Kabupaten
Lampung Tengah sebesar 12,5% (Kurniasari, 2015).
Masalah preeklampsia bukan hanya berdampak pada ibu saat hamil dan
melahirkan, namun juga menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi
endotel di berbagai organ. Dampak jangka panjang pada bayi yang dilahirkan ibu
dengan preeklampsia antara lain bayi akan lahir prematur sehingga mengganggu
semua organ pertumbuhan bayi. Sampai dengan saat ini penyebab preeklampsi
belum diketahui secara pasti, beberapa faktor resiko yang menjadi dasar
perkembangan kasus preeklampsi diantaranya adalah usia, primigravida,
multigravida, jarak antar kehamilan, janin besar dan kehamilan dengan janin
lebih dari satu (POGI, 2016).
Pentingnya dilakukan serangkaian pemeriksaan serta bagaimanan proses
penanganan persalinan berlangsung sangat berpengaruh terhadap kondisi ibu
pasca persalinan, oleh karena itu penatalaksanaan awal pada masalah
preeklampsi perlu dilakukan dengan mengidentifikasi faktor resiko untuk setiap
ibu hamil melalui asuhan antenatal care sebab masalah preeklamsi pada awalnya
tidak memberikan gejala dan tanda, namun dapat memperburuk kondisi ibu dan
bayi dengan cepat. Tujuan utama penatalaksanaan preeklampsia adalah kondisi
ibu yang aman dan persalinan bayi yang sehat. (POGI, 2016).
Peran perawat dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien
preeklampsia bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi selama masa nifas
serta mencegah terjadinya komplikasi pasca persalinan. Oleh sebab itu asuhan
keperawatan pasien dengan preeklamsi dilakukan untuk meningkatkan
penyesuaian diri pasien dalam menghadapi permasalahan yang berhubungan
dengan kondisinya pasca melahirkan serta memfasilitasi potensi pasien untuk
beradaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya.
Dengan besarnya pengaruh pre eklampsia terhadap tingginya tingkat kematian
ibu hamil, maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk mencegah dan
menangani kasus-kasus pre eklampsia. Perawatan pada ibu hamil dengan
preeklamsia merupakan salah satu usaha nyata yang dapat dilakukan untuk
mencegah timbulnya komplikasi-komplikasi sebagai akibat lanjut dari pre
eklampsia tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil
Dengan Preeklampsi Yang Dirawat Di Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji Klien Dengan Preeklampsi
b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Preeklampsi.
c. Menyusun Perencanaan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan
Preeklampsi.
d. Melaksanakan Intervensi Pada Ibu Hamil Dengan Preeklampsi.
e. Mengevaluasi Pada Hamil Dengan Preeklampsi
C. Metode
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode stadi kasus
dengan pengumpulan data secara observasi langsung dan wawancara .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Menurut (Sukarni, 2017) dalam bukunya menjelaskan hipertensi dalam
kehamilan dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Preeklampsia Ringan Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah
140/90 MmHg atau lebih dengan posisi pengukuran tekanan darah pada
ibu baik duduk maupun telentang. Protein Uria 0,3 gr/lt atau +1/+2.
Edema pada ekstermitas dan muka serta diikuti kenaikan berat badan > 1
Kg/per minggu.
b. Preeklampsia Berat Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah
160/110 MmHg atau lebih. Protein Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat
oliguria ( Jumlah urine kuran dari 500 cc per 2 jam) serta adanya edema
pada paru serta cyanosis. Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan
rasa nyeri pada epigastrium.
3. Etiologi
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum
diketahui secara pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali
dengan adanya kelainan pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi menerima
suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di dalam kandungan.
Teori lain menjelaskan preeklampsia sering terjadi pada Primigravida,
Kehamilan Post Matur /Post Term serta Kehamian Ganda. Menurut Marianti
(2017) selain Primigravida, Kehamilan Ganda serta Riwayat Preeklampsia,
beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan resiko preeklamsia antara
lain adalah :
a. Malnutrisi Berat.
b. Riwayat penyakit seperti : Diabetes Mellitus, Lupus, Hypertensi dan
Penyakit Ginjal.
c. Jarak kehamilan yang cukup jauh dari kehamilan pertama.
d. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
e. Obesitas.
f. Riwayat keluarga dengan preeklampsia.
4. Tanda dan Gejala
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus
meningkat, peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau lebih
atau sering ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali
pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis dan gejala
lainnya dari preeklamsia adalah :
a. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan
lengan yang sama.
b. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / microliter
c. Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
d. Edema Paru.
e. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
f. Oligohidramnion
5. Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai
dengan retensi air dan garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat
arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen aretriola sedemikan
sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka tekanan darah akan naik,
sebagai usaha untuk mengatasai kenaikan tekanan perifer agar oksigen
jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial
belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerolus.
Vosokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklampsia yang dapat
menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi.
Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel
setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriola disertai
perdarahan mikro tempat endotel.
Pada preeklampsia serum antioksidan kadarnya menurun dan plasenta
menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil
normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang
berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar
dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan
sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk selsel endotel
tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain ;
adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel
terhadap plasma, terlepasnya enzim lisosom, thromboksan dan serotonin
sebagai akibat rusaknya trombosit. Produksi tetrasiklin terhenti, terganggunya
keseimbangan prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta akibat
konsumsi oksigen dan perioksidase lemak (Nuraini, 2011).
6. Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan
janin, namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun
janin adalah sebagai berikut (Marianti, 2017) :
a. Bagi Ibu
1) Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah,
meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah trombosit.
2) klamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai
dengan kejang-kejang.
3) Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan
dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika
mempunyai riwayat preeklamsia.
4) Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa
organ seperti, paru, ginjal, dan hati.
5) Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa
perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan untuk
pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang
menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.
6) Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum
kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan
plasenta, yang akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan
janin.
7) Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh
darah otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut.
Ketika seseorang mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan
mengalami kerusakan karena adanya penekanan dari gumpalan darah,
dan juga karena tidak mendapatkan pasokan oksigen akibat
terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang menyebabkan kerusakan
otak atau bahkan kematian.
b. Bagi Janin
1) Prematuritas.
2) Kematian Janin.
3) Terhambatnya pertumbuhan janin.
4) Asfiksia Neonatorum
7. Penatalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah sebagai
berikut :
a. Tirah Baring miring ke satu posisi.
b. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
c. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
d. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian
cairan infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
e. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik. M
f. onitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).
3. Perencanan
Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan
fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
a. Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt
Intervensi :
1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
2) Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
4) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya
kontraksi uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang
Diagnosa keperawatan II :
Tujuan :
Kriteria Hasil :
a. DJJ ( + ) : 12-12-12
b. Hasil NST :
c. Hasil USG ;
Intervensi :
1) Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta
Tujuan :
Kriteria Hasil :
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien
terhadap nyerinya
3) Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
Diagnosa keperawatan IV :
Tujuan :
Kriteria Hasil :
4. Implementasi
Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.
5. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan criteria hasil yang telah ditentukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkaijan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 September 2023 jam 10;00
1. Identitas
Nama klien : Ny.K Nama suami : Tn. A
Umur : 27 tahun Umur : 28 tahun
/Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : karyawan swasta Pekerjaan : karyawan swasta
Alamat : Bermi 8/5 Gembong Pati Alamat : Bermi 8/5 Gembong Pati
2. Riwayat Keperawatan
Ibu datang ke IGD RS Keluarga Sehat Pati atas rujukan bidan praktek swasta
untuk mendapatkan pertolongan karena ibu dalam keadaan hamil tua dan
mengeluh kenceng-kenceng mulai tadi pagi ( jam 02.00 ) diikuti keluarnya air
jam 06.00 hasil pemeriksaan tekanan darah yaitu 180/120 mmhg akhirnya ibu
masuk rumah sakit tanggal 15 September 2023 Jam 09;00
a. Persepsi terhadap kehamilan dan persalinan
Ibu menganggap bahwa kehamilan ini merupakan hal yang wajar dan
kehamilannya tidak menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari.
Ibu berharap agar dapat melahirkan dengan selamat. Bagi ibu orang yang
terpenting adalah suami dan ia tinggal bersamanya, sedangkan dari pihak
keluarga yang lain menerima keadaan ibu yang sedang hamil
b. Riwayat Obstetri
1) Riwayat menstruasi
menarche pada usia 12 tahun
siklus teratur, lamanya 5-7 hari dan tidak ada keluhan
HPHT ; 8 desember 2022
2) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
a. Inspeksi
Perut kelihatan membesar ke depan
Ada linea nigra dan strie lividae
Tidak ada luka bekas operasi
b. Palpasi
LEOPOLD I : TFU : 32 cm, berisi kepala
LEOPOLD II : Letak punggung kanan
LEOPOLD III : Bagian kepala
LEOPOLD IV : Divergen
Osborn test : (+)
TBJ : 32-11x155 = 3255 g
Kontraksi : (+) , jarang lamanya kurang lebih 20 detik
c. Auskultasi : DJJ (+) = 12-12-12
10. Pemeriksaan Penunjang
d. Rencana Keperawatan/Terapi ;
NST (fetal non stress test)
pasang infus RL
Lab : DL/UL/LFT/RFT/Aibumin
Injeksi ampicillin 4x1 gram per IV
SM full dose
Nifedipin
Terminasi pro OD , Bila inpartu percepat kala II
Analisa data
N KELOMPOK DATA ETIOLOGI MASALAH
O
KALA I
1 Data subyektif : Penurunan fungsi Resiko tinggi
organ terjadi kejang
- Ibu mengatakan bahwa ia baru tahu
pada ibu
tadi malam kalau tekanan darahnya (vasospasme dan
tinggi setelah diperiksa oleh bidan penurunan
tekanan darah )
- Ibu mengatakan perutnya kenceng-
kenceng mulai tadi malam
Data obyektif :
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : 15 ( 4-5-6 )
- TD : 160/120 mmHg RR :
20x/mnt
- Nadi : 88x/mnt Suhu : 37,2 C
Perubahan perfusi
Resiko tinggi
Data subyektif : pada plasenta
2 terjadi foetal
- Ibu mengatakan bahwa ia baru tahu distress
tadi malam kalau tekanan darahnya
tinggi setelah diperiksa oleh bidan
- Ibu mengatakan perutnya kenceng-
kenceng mulai tadi malam
Data obyektif :
- DJJ (+) : 12-12-12
- TD : 160/120 mmHg RR :
20x/mnt
- Nadi : 88x/mnt Suhu : 37,2 C
- Hasil NST : 140/2-4/low variably
Kontraksi uterus
dan
Gangguan rasa
prosespembukaan
Data subyektif : nyaman (nyeri)
jalan lahir
3 - Ibu mengatakan perutnya kenceng-
kenceng mulai tadi malam
- Ibu mengatakan terasa nyeri pad
perut bagian bawah dan pinggang
Data obyektif :
- Ibu tampak meringis kesakitan
- Ibu sering merubah posisi tidur
- kontraksi uterus jarang dan tidak
teratur
- Hasil VT : pembukaan 2 cm,
effecement 50%, ketuban ada,
presentai kepala, bidang hodge I,
terdapat darah dan lendir
Koping yang
inefektif terhadap
proses persalinan
Data subyektif :
Gangguan
- Ibu bertanya, “ Kenapa anak saya psikologis
tidak kunjung lahir? “
( cemas )
4 - Ibu berkata, “ Mas, jangan pergi
dari sini “
Data obyektif :
- Ekspresi wajah ibu tampak tegang
- Ibu selalu bertanya kenapa kok
lama sekali anaknya tidak kunjung
lahir
- Ibu minta ditemani
Dampak dari
tindakan ekstraksi
KALA II dengan forceps
Data subyektif : - Resiko terjadi
Data obyektif : injury pada ibu
dan janin
- Jam 14.00 dilakukan periksa
5 dalam :
Pembukaan lengkap,
- HIS setiap 2-3 menit denga durasi
40 detik reguler
- DJJ (+ ) : 12-12-12
- TD : 130/90 mmHg Nadi :
80x/mnt RR : 18x/mnt
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS =15 (4-5-5) Perdarahan post
partum
KALA IV
Data subyektif ; Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
- Ibu mengatakan nyeri pada daerah
kemaluan
Data obyektif :
7
- Tampak adanya luka episiotomy
dengan jahitan HCD=5, HCL=4,
luka sepanjang 3,5 cm
Luka episiotomy
Data subyektif :
Resiko terjadi
- Ibu mengatakan nyeri pada daerah infeksi
kemaluan
Data obyektif :
- Tampak adanya luka episiotomy
8 dengan jahitan HCD=5, HCL=4,
luka sepanjang 3,5 cm
- TD : 130/90 mmHg Nadi : 74x/mnt
RR : 20x/mnt Suhu : 37.2 C
B. Diagnosa
1. KALA I
a. Resiko tinggi terjadi kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah
b. Resiko tinggi terjadi foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan perfusi pada plasenta
c. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
proses pembukaan jalan lahir
d. gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang inefektif
terhadap proses persalinan
2. KALA II
a. Resiko terjadi injury pada ibu dan janin berhubungan dengan dampak dari
tindakan ekstraksi dengan forceps
3. KALA III
a. Resiko deficit cairan berhubungan dengan perdarahan post partum
4. KALA IV
a. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan adanya luka
episiotomy
b. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka episiotomy
C. Intervensi Keperawatan
1. KALA I
Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan
fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
Tanda-tanda vital :
TD : 100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt
Intervensi
a. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan
indikasi dari PIH
b. Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
c. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
d. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi
uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan
terjadinya persalinan
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang
Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
DJJ ( + ) : 12-12-12
Hasil NST :
Hasil USG ;
Intervensi :
a. Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta
b. Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi
sehingga timbul IUGR
c. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan,
rahim tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat
hipoxia bagi janin
d. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin
e. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
Diagnosa keperawatan III :
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat
mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
Ibu mengerti penyebab nyerinya
Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi :
a. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien
terhadap nyerinya
b. Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
c. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada
jaringan terpenuhi
d. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien
Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
Ibu tampak tenang
Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan
medikamentosa
b. Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi
emosional ibu yang maladaptif
c. gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki
ibu efektif
d. Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang
sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati .
2. KALA II
Diagnosa keperawatan I :
Resiko terjadi injury pada ibu dan bayi berhubungan dengan dampak dari
tindakan ekstraksi dengan forceps.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi injury pada ibu dan janin
Kriteria Hasil :
APGAR SCOR diatas 7
Tidak terjadi ruptur perineum
Tidak terjadi ruptur uteri
Intervensi ;
a. Pastikan bahwa pembukaan sudah lengkap
R/. Jika pembukaan belum lengkap bibir serviks bisa terjepit antara kepala
anak dan sendok sehingga terjadi robekan pada serviks
b. pastikan bahwa ketuban sudah pecah
R/. Bila ketuban belum pecah maka selaput janin akan ikut tertarik oleh
forceps
c. Anjurkan ibu untuk tidak mengedan
R/. mengedan membutuhkan tenaga yang akhirnya dapat meningkatkan
tekanan darah sebagai kompensasi tubuh, bila tekanan darah semakin
meningkat akan memicu timbulnya kejang dan terjadi injury pada ibu
maupun janin
d. bantu dokter dalam melakukan tindakan ekstraksi dengan forceps sesuai
standarisasi
R/. Tindakan forceps yang dilakukan dengan benar/ sesuai standart serta
skill yang memadai tanpa adanya penyulit akan terhindar dari terjadinya
komplikasi pada ibu maupun janin
3. KALA III
Diagnosa keperawatan :
Resiko deficit cairan berhubungan dengan perdarahan post partum
Tujuan ;
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi deficit cairan
Kriteria Hasil :
Keadaan umum baik
Mukosa mulut basah
Turgor kulit baik
Tanda vital ;
TD : 100-120/70-80 mmHg Nadi : 60-80 x/mnt
RR : 16-20 x/mnt Suhu : 36-37 C
Perdarahan dalam batas normal : < 500 cc
Intervensi ;
a. Kaji kontraksi uterus
R/. kontraksi uterus dapat membantu pelepasan plasenta
b. Cegah terjadinya perdarahan dengan mengobservasi pelepasan plasenta
dan mengeluarkan plasenta dengan peregangan tali pusat terkendali serta
bekerja dengan hati-hati
R/.untuk mencegah terjadinya rest plasenta sehingga tidak terjadi
perdarahan
c. Kaji banyaknya darah yang keluar
R/. dengan mengetahui jumlah darah yang hilang akan dapat menentukan
jumlah darah /intake cairan yang diberikan agar terjaga keseimbangan
d. Beri minum peroral
R/. dapat menggantikan sairan yang hilang
e. Lakukan observasi tanda-tanda vital
R/. untuk memantau tanda –tanda gangguan keseimbangan cairan
4. KALA IV
Diagnosa keperawatan I : Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan
dengan luka episiotomy
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan rasa nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
ibu mengatakan nyerinya berkurang atau hilang
keadaan luka baik
tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
a. Beri penjelasan pada ibu penyebab nyerinya
R/. dengan mengerti penyebab nyerinya diharapkan ibu dapat
kooperatif dan menerima rasa nyerinya secara wajar
b. Anjurkan pada ibu untuk menghindari pergerakan yang berlebihan
terutama yang berkaitan dengan daerah sekitar luka episiotomy
R/. Pergerakan yang bisa membuat peregangan daerah luka akan
menambah rasa nyeri
c. Lakukan perawatan luka episiotomy secara aseptik dan anti septic
R/. Perawatan luka secara aseptic dan anti septic dapat mempercepat
proses penyembuhan luka sehingga nyeri bisa berkurang/hilang
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik
R/. analgetik dapat mengurangi/menghilangkan rasa nyeri
Diagnosa keperawatan II :
Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan adanya luka episiotomy
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
luka episiotomy tampak kering dan bersih
luka tidak ada tanda-tanda infeksi
tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah luka episiotomy
R/. Kebersihan yang kurang terjaga bisa menimbulkan infeksi pada luka
karena masuknya kuman
b. Lakukan perawatan luka episiotomy secara aseptik dan anti septic
R/. Perawatan luka secara aseptic dan anti septic dapat mempercepat proses
penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi
c. Ajari ibu cara merawat luka
R/. ibu dapat mengerti cara merawat luka yang benar sehingga bisa
mencegah timbulnya infeksi
d. Kolaborasi dengan medis dalam pemberian antibiotik
R/. anti biotic dapat membunuh kuman.
D. Implementasi Keperawatan
Dilakukan pada tanggal 16 September 2023
1. KALA I
Diagnosa keperawatan I :
a. Mengukur tekanan darah
b. Mengobservasi tingkat kesadaran pasien
c. Memonitor terus adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella
dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
d. Memonitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya
kontraksi uterus
e. Menberikan SM 4 g per IV dalam larutan 20% pelan
EVALUASI :
S :-
O : kejang tidak ada, Kesadaran compos mentis, GCS = 15 ( 4-5-6 )
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi kala II-
Diagnosa keperawatan II :
a. Memonitor DJJ
b. Menjelaskan pada ibu adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut,
perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )
c. Mengobservasi efek samping dari pemberian SM
EVALUASI
S : -
O : DJJ (+ ) : 12-12-12, anak lahir dengan selamat pada jam 14.05
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi kala II
Diagnosa keperawatan IV :
a. Mengkaji tingkat kecemasan ibu
b. Menjelaskan mekanisme proses persalinan pada ibu
c. Meningkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
d. Memberi support system pada ibu
EVALUASI
S : Ibu mengatakan memahami penjelasan yang diberikan
O : ibu tampak lebih tenang, kooperatif dan tidak bertanya-tanya lagi
A : Masalah teratasi
P :-
2. KALA II
Diagnosa keperawatan V :
a. memastikan bahwa pembukaan sudah lengkap
b. Memastikan bahwa ketuban sudah pecah
c. Menganjurkan ibu untuk tidak mengedan
d. Membantu dokter dalam melakukan tindakan ekstraksi dengan forceps
sesuai standarisasi
EVALUASI
S :-
O :- bayi lahir pada jam 14.05 dengan APGAR score: 6-8, Tidak terjadi
ruptur uteri dan ruptur perinium
A : Masalah teratasi
P :-
3. KALA III
Diagnosa keperawatan VI:
a. Mengkaji kontraksi uterus
b. mengobservasi pelepasan plasenta dan mengeluarkan plasenta dengan
peregangan tali pusat terkendali serta bekerja dengan hati-hati
c. Mengkaji banyaknya darah yang keluar
d. Memberi minum peroral
e. Melakukan observasi tanda-tanda vital
EVALUASI
S :-
O : plasenta lahir spontan dan lengkap pada jam 14.10, Perdarahan
kurang lebih 150 cc
A : masalah tidak terjadi
P ; Lanjutkan kala IV
4. KALA IV
Diagnosa keperawatan VII :
a. Memberi penjelasan pada ibu penyebab nyerinya
b. Menganjurkan pada ibu untuk menghindari pergerakan yang berlebihan
terutama yang berkaitan dengan daerah sekitar luka episiotomy
EVALUASI
S :-ibu mengatakan masih terasa nyeri pada daerah kelamin yang dijahit
O : - Ibu tampak meringis menahan sakit saat berjalan
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi diruang nifas
Diagnosa keperawatan VIII :
a. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah luka episiotomy
b. Mengajari ibu cara merawat luka
EVALUASI
S : ibu mengatakan masih terasa nyeri pada daerah kelamin yang dijahit
O : Ibu tampak meringis menahan sakit saat berjalan, luka masih terbugkus
pembalut
A : Masalah belum terjadi
P : Lanjutkan intervensi di ruang nifas.
BAB IV
A. Kesimpulan
1. Diagnosis pre eklampsia berat terutama ditentukan oleh adanya peningkatan tekanan
darah yaitu 160/110 mmHg atau lebih. Dan yang menjadi indicator utama yaitu tekanan
darah diastolic oleh karena tekanan diastolic mengukur tahanan perifer dan tak
tergantung pada keadaan emosional pasien. Untuk tnda dan gejala pre eklampsia yang
lain sebagai tanda dan gejala yang menyertai yang menandakan prognosis menjadi lebih
buruk.
2. Masalah-masalah keperawatan yang timbul pada ibu bersalin dengan pre eklampsia berat
lebih kompleks, hal ini dikarenakan masalah yang muncul bisa berasal dari patogenesis
pre eklampsia itu sendiri maupun dari proses persalinan dari kala I sampai dengan kala
IV.
3. Penetapan rencana perawatan yang sesuai dengan masalah yang timbul pada ibu bersalin
dengan pre eklampsia berat serta tindakan keperawatan yang efektif untuk mengatasi
masalah keperawatan tersebut akan dapat mencegah prognosis yang lebih buruk , yaitu
timbulnya kejang. Oleh karenanyadiperlukan observasi ketat dan terapi yang tepat serta
skill yang professional baik dari dokter maupun perawat. Hal ini mengingat
penatalaksanaan yang pada umumnya berakhir dengan tindakan operatif
B. Saran
Tulisan ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan
khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kasus preeklampsi
secara komprehensif dan mengikuti perkembangan literature – literatur keperawatan yang
terbaru.
DAFTAR PUSTAKA
Faiqoh, E. (2014). Hubungan karakteristik ibu, anc dan kepatuhan perawatan ibu hamil dengan
terjadinya preeklampsia. Jurnal Berkala Epidemiologi.
Kurniasari, D. (2015). Hubungan Usia , Paritas Dan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan Dengan
Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten
Lampung Tengah Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Holistik. https://doi.org/10.1002/(SICI)1096-
9101(1996)19:13.0.CO;2-S.
Winancy, W. (2019). Penkes Preeklampsi untuk pengetahuan Ibu Hamil dalam menghadapi
komplikasi. Jurnal Bidan Cerdas (JBC). https://doi.org/10.33860/jbc.v2i1.1
Supriyanti, E. (2017). Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Intesitas Nyeri Pada
Pasien Postpartum Normal Di RSUD Kota Semarang. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan.
https://doi.org/10.33655/mak.v1i1.3