PROFESI NERS
C. Klasifikasi
Menurut Faiqoh, 2014 dalam bukunya menjelaskan hipertensi dalam kehamilan dibagi
menjadi 2 golongan yaitu :
a. Preeklampsia Ringan
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 140/90 MmHg atau lebih
dengan posisi pengukuran tekanan darah pada ibu baik duduk maupun telentang.
Protein Uria 0,3 gr/lt atau +1/+2. Edema pada ekstermitas dan muka serta diikuti
kenaikan berat badan > 1 Kg/per minggu.
b. Preeklampsia Berat
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 160/110 MmHg atau lebih.
Protein Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria ( Jumlah urine kuran dari 500 cc
per 2 jam) serta adanya edema pada paru serta cyanosis. Adanya gangguan
serebral, gangguan visus dan rasa nyeri pada epigastrium.
D. Etiologi
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum diketahui
secara pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya kelainan
pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi
selama masih di dalam kandungan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko terjadinya preeklamsia
berat (PEB) meliputi berbagai faktor, seperti usia ibu, paritas, frekuensi ANC, kehamilan
ganda, riwayat hipertensi sebelum hamil, penyakit ginjal, diabetes gestasional, obesitas,
kenaikan berat badan berlebih selama kehamilan, usia kehamilan dan kehamilan dengan
bantuan teknologi (ART) (Sailaja et al., 2018; Lisonkova et al., 2019)
Teori lain menjelaskan preeklampsia sering terjadi pada Primigravida, Kehamilan
Post Matur /Post Term serta Kehamian Ganda. Berdasarkan teori teori tersebut
preeklampsia sering juga disebut “ Deseases Of Theory” . Beberapa landasan teori yang
dapat dikemukakan diantaranya adalah (Marianti, 2017) :
a. Teori Genetik
Berdasarkan pada teori ini preeklampsia merupakan penyakit yang dapat
diturunkan atau bersifat heriditer, faktor genetik menunjukkan kecenderungan
meningkatnya frekuensi preeklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita
preeklampsia, serta peran Renin-Angiotensin Aldosteron-System (RAAS) dimana
enzim renin merupakan enzim yang dihasilkan oleh ginjal dan berfungsi untuk
meningkatkan tekanan darah bekerja sama dengan hormon aldosteron dan
angiotensin lalu membentuk sistem.
b. Teori Immunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul
pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan
pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak
sempurna.
c. Teori Prostasiklin & Tromboksan
Pada preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga
terjadi penurunan produksi prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat,
aktifitas penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan
plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin mentebabkan pelepasan
tromboksan dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
E. Manifestasi Klinis
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat,
peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau lebih atau sering ditemukan
nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain
hipertensi, tanda klinis dan gejala lainnya dari preeklamsia adalah :
a. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik
pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.
b. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter. 10
c. Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
d. Edema Paru.
e. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
f. Oligohidramnion
F. Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus.Keadaan iskemia
pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak
dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik berperan dalam proses terjadinya
endotheliosis yang menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang
dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi/agregasi trombosit deposisi
fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan
aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular
yang mengakibatkan perfusi darah menurun dankonsumtif koagulapati. Konsumtif
koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan
menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterusyang di keluarkan akan mengalir
bersama darah sampai organ hati dan bersama- samaangiotensinogen menjadi angiotensin
I dan selanjutnya menjadi angiotensin II.Angiotensin II bersama tromboksan akan
menyebabkan terjadinya vasospasme.Vasospasme menyebabkan lumen arteriol
menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati
oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi
kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan
vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan
aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan
gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ Gangguan multiorgan terjadi pada
organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta
(Rachimhadi, 2014).
Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya
terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat
menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi endotheliosis
menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah
akan menyebabkan terjadinya pendarahan, sedangkan sel darah merah yang pecah akan
menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru-paru, LADEP akan meningkat
menyebabkan terjadinyakongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan
mengakibatkan terjadinyaedema paru. Edema paru akan menyebabkan terjadinya
gangguan pertukaran gas. Padahati, vasokontriksi pembuluh darah akan menyebabkan
gangguan kontraktilitasmiokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan
diagnosakeperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron,
terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat
menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan
hipervolemiaa. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan
GFR dan permeabilitas terhadap protein akan meningkat.
Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus
sehingga menyebab kandiuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan
anuri. Oligouri atauanuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi
urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak
proteinakan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata,
akanterjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan edema diskus optikus dan
retina.Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan
diagnosakeperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan
menyebabkanhipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan
plasenta sehingadapat berakibat terjadinyaIntra Uterin Growth Retardation serta
memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatisakan
meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal
danekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya
hipoksiaduodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat sehingga
dapatmenyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas
yangmeningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul
diagnosakeperawatan devisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektremitasdapat
terjadi metabolisme anaerob yang menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlahyang
sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat
dansedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah,
lemahsehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi
akanmengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan
diagnosakeperawatan kurang pengetahuan
G. Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan janin,
namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin adalah
sebagai berikut (Marianti, 2017) :
1. Bagi Ibu
a. Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count),
adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, dan
rendahnya jumlah trombosit.
b. Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai dengan
kejang-kejang.
c. Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan fungsi
jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika mempunyai riwayat
preeklamsia.
d. Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ
seperti, paru, ginjal, dan hati.
e. Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa perdarahan
karena kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan darah, atau
sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang menyebar karena protein tersebut
terlalu aktif.
f. Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran dapat
mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan
membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
g. Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah otak
akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut. Ketika seseorang
mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena
adanya penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak mendapatkan
pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang
menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.
2. Bagi Janin
a. Prematuritas.
b. Kematian Janin.
c. Terhambatnya pertumbuhan janin.
d. Asfiksia Neonatorum.
H. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada preeklampsia adalah
sebagai berikut (Abiee, 2012) :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita
hamil adalah 12-14 gr %)
b. Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %).
c. Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
d. Urinalisis Ditemukan protein dalam urine.
2. Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasanintrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi
c. Diketahui denyut jantung janin lemah.
I. Penatalaksanaan
Menurut Pratiwi 2017, penatalaksanaan pada preeklampsi adalah sebagai berikut :
1. Tirah Baring miring ke satu posisi.
2. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
3. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
4. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian cairan infus
Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
5. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
6. Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi). Monitor tanda-tanda kelahiran
persiapan kelahiran dengan induksi partus pada usia kehamilan diatas 37 minggu.
J. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
1. Data subyektif :
a. Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
b. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resiko
2. Data Obyektif :
a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
d. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika
refleks + )
K. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus preklamsia (SDKI, 2017)
adalah:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload (D.0008)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi (D.0003)
c. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
(D.0009)
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
e. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan (D.0022)
f. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih (D.0040)
g. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan disfungsi uterus (D.0138)
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan (D.0056)
L. Intervensi Keperawatan
Menurut SIKI (2018), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien sindrom
nefrotik adalah sebagai berikut:
8. Obat antiaritmia
dapat digunakan
untuk membantu
menangani kondisi
aritmia
6. Kolaborasi
pemberian analgetik
atau kortikosteroid,
jika perlu
Resiko cedera pada Setelah dilakukan asuhan (Resusitasi janin I.02082) 1. Mendeteksi respon
janin berhubungan keperawatan 3x24 jam abnormal, seperti
dengan disfungsi resiko cedera pada janin Observasi : bradikardi,thakikar
uterus (D.0138) akan berkurang dengan 1. Monitor DJJ secara di yang mungkin
kriteria hasil : manual atau disebabkan stress,
electronic hipoksiadan
1. TAidak ada distres asidosis
janin 2. Monitor malposisi
dengan 2. letak janin, posisi
2. Bayi lahir tanpa dan persentasi
trauma menggunakan
maneuver Leopold ddapat
dan temuan mengidentifikasi
pemeriksaan faktor – faktor
internal. yang
memperberatdisfu
Terapeutik : ngsional
persalinan.
3. Identifikasi warna
3. kelebihan cairan
dan jumlah cairan
amnion
amnion bila pecah
menyebabkan
ketuban.
distensi uterus
Kolaborasi : berlebihan yang
berhubungan
4. Kolaborasi dengan anomaly
pemberian obat janin.
pengontrol 4. Transfusi produk
perdarahan dan darah
produk darah, jika menggantikan
perlu faktor pembekuan
darah; Sel darah
merah
meningkatkan
kapasitas
pembawa oksigen;
FFP menggantikan
faktor pembekuan
dan inhibitor;
trombosit dan
kriopresipitat
menyediakan
protein untuk
koagulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Faiqoh, E. 2014. Hubungan karakteristik ibu, anc dan kepatuhan perawatan ibu hamil
dengan terjadinya preeklampsia. Jurnal Berkala Epidemiologi.
Lisonkova, S. et al. (2019) ‘Risk factors, pregnancy complications and severe adverse
outcomes associated with HELLP syndrome: a population-based study’,
The American Journal of Obstetrics & Gynecology. Elsevier Inc., 220(1),
p. S342. doi: 10.1016/j.ajog.2018.11.531.
Sukarni, I. 2017. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko Tinggi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rachimhadi, W. D. 2014 Preeaklamsia dab eklamsia, Dalam;Ilmu Kebidanan. Edisi III.
Jakarta; Yayasan Bina Putaka Sarwono Prawirohardjo
Pudiastuti, 2012. Asuhan kebidanan pada hamil normal dan patologi. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pratiwo, C. 2013. Faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi TT pada ibu
hamil di puskesmas Tabongo Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo.
Skripsi Gorontaalo; Fakultas Kedokteran, Universitas Gorontalo
(……………………………..) (……………………………..)
Mengetahui
Preceptor Institusi
(…………………………………)