Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teoritis
1. Definisi
 Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua,
persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau
koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala
preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri) (Wirjoatmodjo, 2009).
 Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia
memburuk menjadi kejang (Helen varney, 2007).
 Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu
kondisi yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh
kehamilan, menyebabkan kejang dan koma (Mansjoer Arif, 2007).
2. Etiologi
Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum diketahui,
tetapi banyak teori yang menerangkan tentang sebab akibat dari penyakit
ini, antara lain:
a. Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih
sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia.
b. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang
merupakan benda asing karena ada faktor dari suami secara imunologik
dapat diterima dan ditolak oleh ibu. Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila
janin dianggap bukan benda asing dan rahim tidak dipengaruhi oleh
sistem imunologi normal sehingga terjadi modifikasi respon imunologi
dan terjadilah adaptasi. Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan
dalam adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi
tetap berjalan.
c. Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero
placenta menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai
sirkulasi, menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini
mengakibatkan peningkatan produksi renin angiotensin dan
aldosteron. Renin angiotensin menimbulkan vasokonstriksi general,
termasuk oedem pada arteriol. Perubahan ini menimbulkan kekakuan
anteriolar yang meningkatkan sensitifitas terhadap angiotensin
vasokonstriksi selanjutnya akan mengakibatkan hipoksia kapiler dan
peningkatan permeabilitas pada membran glumerulus sehingga
menyebabkan proteinuria dan oedem lebih jauh.
d. Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal
bebas. Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolisme oksigen
yang sangat labil, sangat reaktif dan berumur pendek. Ciri radikal bebas
ditandai dengan adanya satu atau dua elektron dan berpasangan. Radikal
bebas akan timbul bila ikatan pasangan elektron rusak. Sehingga
elektron yang tidak berpasangan akan mencari elektron lain dari atom
lain dengan menimbulkan kerusakan sel. Pada eklamsia sumber radikal
bebas yang utama adalah placenta, karena placenta dalam pre eklamsia
mengalami iskhemia. Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak
jenuh yang banyak dijumpai pada membran sel, sehingga radikal bebas
merusak sel. Pada eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan
normal, dan produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena kadar
anti oksidan juga menurun.
e. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi
pembuluh darah agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan
menghindari pengaruh vasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan
kelanjutan dari terbentuknya radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau
proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase
lemak asam jenuh. Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak
akibat adanya peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh
darah. Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai pada glumerulus
ginjal yaitu berupa “glumerulus endotheliosis”. Gambaran kerusakan
endotel pada ginjal yang sekarang dijadikan diagnosa pasti adanya pre
eklamsia.
f. Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin
dari asam arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin.
Ishkemi regio utero placenta menimbulkan gangguan metabolisme yang
menghasilkan radikal bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaan
ishkemi regio utero placenta yang terjadi menurunkan pembentukan
derivat prostaglandin (tromboksan dan prostasiklin), tetapi kerusakan
trombosit meningkatkan pengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7
: 1 dengan prostasiklin yang menyebabkan tekanan darah meningkat dan
terjadi kerusakan pembuluh darah karena gangguan sirkulasi.
g. Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil 2 - 2½ gram per hari. Bila terjadi
kekurangan kalsium, kalsium ibu hamil akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan janin, kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan
dikeluarkannya kalsium otot sehingga menimbulkan kelemahan
konstruksi otot jantung yang mengakibatkan menurunnya strike volume
sehingga aliran darah menurun. Apabila kalsium dikeluarkan dari otot
pembuluh darah akan menyebabkan konstriksi sehingga terjadi
vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah.
3. Anatomi fisiologi
a. Anatomi

b. Perubahan Fisiologi Wanita Hamil


Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan
dengan beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon.
Perubahan ini terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin,
menyiapkan tubuh ibu untuk bersalin, perkembangan payudara untuk
pembentukan/produksi air susu selama masa nifas (Salmah dkk, 2006).
1. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah
pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat.
Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos
uterus.Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah
advokat, agak gepeng.Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat
dan pada akhir kehamilan kembali seperti semula, lonjong seperti telur
(Wiknjosastro, H, 2006).
2. Vagina
Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon
estrogen sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).
Tanda ini disebut tanda Chadwick (Wiknjosastro, H. 2006).
3. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16
minggu. Namun akan mengecil setelah plasenta terbentuk, korpus
luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat
laun fungsi ini akan diambil alih oleh plasenta (Wiknjosastro, H.
2006).
4. Payudara
Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang
akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan
tetapi belum mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih
hitam karena hiperpigmentasi (Wiknjosastro, H. 2006).
5. Sistem Sirkulasi
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya
sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-
pembuluh darah yang membesar pula.Volume darah ibu dalam
kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah
yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah kira-kira 25%,
dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengancardiac
output yang meninggi kira-kira 30% (Wiknjosastro, H. 2006).
6. Sistem Respirasi
Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang
mengeluh rasa sesak nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32
minggu ke atas karena usus tertekan oleh uterus yang membesar ke
arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak.
7. Traktus Digestivus
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea)
karena hormon estrogen yang meningkat.Tonus otot traktus digestivus
juga menurun.Pada bulan-bulan pertama kehamilan tidak jarang
dijumpai gejala muntah pada pagi hari yang dikenal sebagai moorning
sickness dan bila terlampau sering dan banyak dikeluarkan disebut
hiperemesis gravidarum.
8. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan
oleh uterus yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini
akan hilang dengan makin tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi
pada akhir kehamilan karena bagian terendah janin mulai turun
memasuki Pintu Atas Panggul.
9. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh hormon Melanophore Stimulating
Hormone (MSH) yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis.
Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung,
dikenal sebagai kloasma gravidarum. Namun Pada kulit perut
dijumpai perubahan kulit menjadi kebiru-biruan yang disebut striae
livide.
10. Metabolisme dalam Kehamilan
Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat
hingga 15-20 %. Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini
ditemukan pada kehamilan trimester akhir. Protein yang diperlukan
sebanyak 1 gr/kg BB perhari untuk perkembangan badan, alat
kandungan, mammae, dan untuk janin, serta disimpan pula untuk
laktasi nanti. Wanita hamil juga memerlukan tambahan zat besi
sebanyak 800 mg untuk pembentukan haemoglobin dalam darah
sebagai persiapan agar tidak terjadi perdarahan pada waktu persalinan.
11. Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan
adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan berat
badan adalah 4 kg dalam kehamilan 20 minggu, dan 8,5 kg dalam 20
minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester akhir) jadi totalnya
12,5 kg (Salmah, Hajjah.2006)
4. Patofisiologi
Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematoksis. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi
jaringan keorgan, termasuk ke utera plasental fatal unit. Vasospasme
merupakan dasar timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat
diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors.
Eklampsia yang berat dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh yang lain.
Gangguan ferfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehingga dapat berakibat terjadinya intra uterin
growth retardation.
Pathway :

5. Tanda dan gejala (manifestasi klinik)


 Bertambahnya berat badan yang berlebihan, terjadinya kenaikan 1 kg
perminggu
 Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka
 Hipertensi (diukur setelah pasien istirahat selama 30 menit)
1) Td : 160/70 mmHg atau
2) Tekanan sistolik meningkat >30 mmHg
3) Diastolic >15 mmHg
4) Tekanan diastolic pada trimester ke-II yang >85 mmHg patut
dicurigai sebagai preeclampsia
 Protein Uria
1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/I dalam urin 24 jam atau
pemeriksaan kualitatif +1/+2
2) Kadar protein >1g/1 dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter
atau urine porsi tengah, diambil 2x dalam waktu 6 jam.
6. Komplikasi
Tergantung derajat Eklampsia, yang termasuk komplikasi antara lain :
 Uteri ( uterus couvelaise )
 Sindrom hellp ( haemolysis elevated liver enzymes low platelet cown).
 Ablasi retina kid (koogulasi intravaskuler diseminata),
 Gagal ginjal,
 Perdarahan otak,
 Edem paru,
 Gagal jantung,
 Syok dan kematian.
 Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufiensi
uteraplasental misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuntas.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
 Darah rutin
 Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan diagnostik
 Ultrasonografi
 Elektrokardiograf
8. Penatalaksanaan
1) Penanganan Kejang :
a. Beri obat anti konvulsan
b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka,
sedotan, masker O2 dan tabung O2 )
c. Lindungi pasien dengan keadaan trauma
d. Aspirasi mulut dan tonggorokkan
e. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi
resiko aspirasi
f. Beri oksigen 4-6 liter / menit
2) Penanganan Umum :
a. Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai
tekanan diastolic diantara 90-100 mmHg.
b. Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
d. Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric
e. Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam
f. Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam
g. Pantau kemungkinan oedema paru
h. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
i. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam
j. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada
oedema paru hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic
k. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside
l. Dosis awal : beri MgSO 4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%,
selama 5 menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml
lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien akan merasa agar
panas sewaktu pemberian MgSO4
m. Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m
setiap 4 jam kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan
atau kejang terakhir
n. Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal
16 / menit. Refleks Patella (+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4
jam terakhir
o. Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan eklampsia adalah :
a. Data subyektif :
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35
tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya
b. Data Obyektif :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM
(jika refleks +)
- Pemeriksaan penunjang ;
• Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2
kalidengan interval 6 jam
• Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ),
kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini
meningkat,uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
• Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
• Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak.
• USG ; untuk mengetahui keadaan janin
• NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
b. Riwayat obstetri
- Riwayat haid
Hari pertama haid terakhir (HPHT) wanita harus mengerti tanggal hari
pertama haid terakhir supaya dapat di taksir umur kehamilan dan
raksiran tanggal persalinan, sehingga data yang diperoleh dapat valid
dan tidak ada kesalahan dalam menentukan umur kehamilan ibu
( mitayani, 2011).
- Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Eklampsi akan lebih banyak terjadi pada primigravida karena pertama
kali terpapar janin dan pada ibu hamil dari pasangan baru karena
materi genetik, meskipun jumlahnya meningkat pada multipara
( varney, 2002).
- Riwayat Kehamilan sekarang
Kejadian eklampsi akan meningkat dengan semakin tuanya umur
kehamilan, terutama pada trimester ke III, gejala berkurang bila ada
kematian janin (Yulaikhah, 2009).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifnya kebersihan jalan nafas b.d mucus berlebih
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan retensi urin
dan edema berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan
c. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi
darah ke placenta
d. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
3. Intervensi
Tujuan dan kriteria
No Diagnosa keperawatan Intervensi
hasil
1. Ketidak efektifan bersihan  respiratory status: Airway suction
jalan nafas ventilation  Pastkan kebutuhan
Definsi : ketidak mampuan  respiratory status : oral / trakeal
untuk membersihkan airway patency suctioning
sekresi atau obstruksi dari kriteria hasil  Auskultasi suara
saluran pernafasan untuk  Mendemonstrasikan nafas sebelum dan
mempertahankan jalan
batuk efektif dan seseudah suctioning
nafas.
suara nafas yang  Informasi kepada
Batasan karekteristik: bersih, tidak ada klien dan keluarga
 tidak ada batuk sianosis dan dyspnea tentang suctioning
 suara nafas tambahan ( mampu  Minta klien nafas
 perubahan frekuensi mengeluarkan dalam sebelum
nafas sputum, mampu suction dilakukan
 perubahan irama nafas bernafas dengan  Berikan o2 dengan
mudah, tidak pursed
 sianosis menggunakan nasal
lips) untuk memfasilitasi
 kesulitan bebicara atau
 Menunjukan jalan suction nasotrakeal
mengeluarkan suara
nafas yang paten
 penurunan bunyi nafas  Gunakan alat yang
( klien tidak merasa
 dispneu steril setiap
tercekik, irama
 sputum dalam jumlah melakukan tindakan
nafas, frekuensi
yang berlebuhan  Anjurkan pasien
pernafasan dalam
 batuk yang tidak efektif untuk istrahat dan
rentang normal,
 orthopneu nafas dalam setelah
tidak ada suara nafas
kateter di keluarkan
 gelisah abnormal
dari naso trakeal
 mata terbuka lebar  Mampu
 Monitor status
faktor-faktor- yang mengidentifikasikan
berhubungan oksigen pasien
dan mencegah faktor
 lingkungan  Ajarkan keluarga
yang dapat
-perokok pasif bagaimana cara
menghambat jalan
-menghisap asap melakukan suction
nafas
-merokok  Hentikan suction dan
 obstruksi jalan nafas berikan oksigen
-spasme jalan nafas apabila pasien
-mukus dalam jumlah menunjukan
berlebihan
bradikardi, peningkata
-eksudat dalam jalan
alveoli satu rasi o2 dll.
- materi asing dalam jalan Airway manajemen
nafas  Buka jalan nafas,
-ada nya jalan nafas buatan gunakan teknik chin
- sekresi bertahan/ sisa lift atau jaw thrust
sekresi dalam bronki bila perlu
 fisiologis:
 Posisakan pasien
-jalan nafas alergi
untuk
- asma
- penyakit paru memaksimalkan
- obstruktif kronik ventilasi
-hiperflasi dinding bronkial  Ientifikasi pasien
- infeksi
perlunya pemasangan
- difungsi neuromuskuler
alat jalan nafas buatan
 Pasang mayo bila
perlu
 Lakukan pisio trapi
dada bila perlu
 Keluarkan secret
dengan batuk atau
suction
 Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
 Lakukan suction pada
mayo
 Berikan bronco
dilator bila perlu
 Berikan pelembab
udara kasa basah Nacl
lembab
 Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
 Monitor respirasi dan
status o2
2. Kelebihan volume cairan NOC NIC
Definisi: a. Electrolit and acid Fluid management
Peningkatan retensi cairan base balance 1) Timbang
isotonik b. Fluid balance popok/pembalut
c. Hydration jika diperlukan
Batasan karakteristik : Kriteria hasil: 2) Pertahankan
1) Bunyi napas 1) Terbebas dari edema, catatan intake dan
adventisius efusi, anaskara output yang akurat
2) Bunyi nafas bersih, 3) Pasang urin kateter
2) Gangguan elektrolit
tidak ada jika diperlukan
3) Anasarka
dvspnue/ortopnea 4) Monitor hasil HB
4) Ansietas 3) Terbebas dari distensi yang sesuai dengan
5) Azotemia vena jugularis, reflek retensi cairan
6) Perubahan tekanan heatojugular (+) (BUN,Hmt,
darah 4) Memelihara tekanan osmolalitas urin)
7) Perubahan status
mental vena sentarl, tekanan 5) Monitor status
8) Perubahan pola kapiler paru, output hemodinamik
pernapasan jantung dan vital sign termasuk CVP,
9) Penurunan dalam batas normal MAP, PAP dan
hematrokrit 5) Terbebas dan PCWP)
10) Penurunan kelelahan, kecemasan, 6) Monitor vital sign
hemoglobin atau kebingungan 7) Monitor indikasi
6) Menjelaskan indikator retensi/kelebihan
11) Dispnea
kelebihan cairan cairan (cracles,
12) Edema
CVP, edema,
13) Peningkatan tekanan distensi vena leher,
vena sentral asites)
14) Asupan melebihi 8) Kaji lokasi dan
haluaran luas edema
15) Distensi vena jugularis 9) Monitor masukan
16) Oliguria makanan/cairan
17) Ortopnea dan hitung intake
18) Efusi pleura kalori
19) Perubahan tekanan 10) Monitor status
arteri nutrisi
20) Gelisah 11) Kolaborasi
21) Perubahan berat jenis pemberian diuretik
urin sesuai interuksi
22) Bunyi jantung s3 12) Batasi masukan
cairan pada
23) Penambahan berat
keadaan
badan dalam waktu
hiponatrermi dilusi
singkat dengan serum
Na<130 mEq/I
Faktor yang 13) Kolaborasi dokter
berhubungan : jika tanda cairan
1) Gangguan mekanisme berlebihan muncul
regulasi memburuk
2) Kelebihan asupan cairan
3) Kelebihan asupan
natrium
Fluid monitoring
1) Tentukan riwayat
jumlah dan tipe
intake cairan dan
eliminasi
2) Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dan
ketidakseimbangan
cairan (hipertermia,
terapi diuretik,
kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis,
disfungsi hati)
3) Monitor berat
badan, BP, HR, RR
4) Monitor serum dan
elektrolit urin
5) Monitor serum dan
osmilalitas urin
6) Monitor tekanan
darah orthostatik
dan perubahan irama
jantung
7) Monitor parameter
hemodinamik infasif
8) Catat secara distensi
leher, rinchi, edem
perifer dan
penambahan BB
9) Monitor tanda dan
gejala dari odema
3. Risiko cedera pada janin Noc Nic
 Fetal status
- Kaji riwayat
 Antepartum
Kriteria hasil : kehamilan
- Djj 120-160
- Tentukan faktor
- Frekuensi
perpindahan janin resiko yang
- Nonstress test
memerlukan
pemeriksaan
kehamilan untuk
mengetehui keadaan
janin
- Periksa ttv ibu
- Kaji status janin
sebelumnya
- Periksa TD ibu dan
Djj sebelum
memulai memonitor
keadaan janin
- Lakukan manuever
leopard untuk
mengetahui posisi
janin
- Memberikan
edukasi maternal
yang berkaitan
dengan tes
antepartum seperti
nonstress test
4. Resiko tinggi terjadinya Noc Nic
foetal distress pada janin Kriteria hasil: - Monitor DJJ sesuai
 DJJ ( + ) : 12-12-
12 indikasi
 Hasil NST : - Kaji tentang
Normal pertumbuhan janin
 Hasil USG :
Normal - Jelaskan adanya
tanda-tanda solutio
plasenta ( nyeri
perut, perdarahan,
rahim tegang,
aktifitas janin turun)
- Kaji respon janin
- Kolaborasi dengan
medis dalam
pemeriksaan USG
dan NST
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. (2004). Buku ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC
Capeninto, L.J. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC Jakarta
Doengoes,E. Marilyn. (2007). Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Edisi 2.
Jakarta : EGC
Sarwono, P. (2004). Ilmu Kebidanan. Balai Penerbitus. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai