Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejadian preeklampsia tidak dapat diprediksi dan berpotensi mengakibatkan disfungsi
dan kegagalan multi organ yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan berdampak negatif
pada janin. Perubahan-perubahan patologis yang terjadi pada kehamilan dengan
preeklampsia-eklampsia menyebabkan menurunnya perfusi uteroplasenta, hipovolemia,
vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta. Kondisi ini memberikan
dampak berupa Intrauterine Growth Restriction (IUGR) serta kenaikan morbiditas dan
mortalitas janin (Angsar MD dalam Saifuddin, 2008:531).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan Angka Kematian Ibu (AKI0)
dan kematian perinatal tinggi yaitu tertinggi ketiga di ASEAN dan teringgi kedua di
kawasan South East Asian Nation Regional Organization (WHO, 2013). Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan peningkatan signifikan AKI di
Indonesia sebesar ±57% yaitu dai 228 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun 2007
menjadi 359 per 100.000 KH. Angka tersebut jauh dari yang diharapkan dari target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 yaitu AKI 118 per
100.000 KH, target MDG’s (Milleium Development Goals) tahun 2015 yaitu 102 per
100.000 KH. Sedangkan target SDG’s (Sustainable Development Goals) tahun 2030 yaitu
AKI 70/100.000 KH (Kemenkes RI, 2015).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 adalah 97,41 per
100.000 KH yang cenderung turun, menjadi 97,39 per 100.000 KH pada tahun 2013 dan
93,52 per 100.000 KH pada tahun 2014 (Dinkes Jatim, 2015). Penyebab kematian utama ibu
di Jawa Timur terutama preeklampsia/eklampsia yang meningkat menjadi 27,27% pada
tahun 2011 dan 34,88% pada tahun 2012 (Dinkes Jatim, 2015).
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif sesuai dengan standar asuhan keperawatan untuk dapat mencegah dan
meninimalisir kejadian morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin akibat hipertensi dalam
kehamilan.

1.2 Rumusan Masalah


Mampukah mahasiswa menerapkan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan
preeklampsia dan bipertensi

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan preeklampsi
dan hipertensi dalam kehamilan.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan definisi preeklampsi dan hipertensi dalam kehamilan
b. Menyebutkan klasifikasi hipertensi dalam kehamilan
c. Menjelaskan penyebab preeklampsi dan hipertensi dalam kehamilan
d. Menjelaskan patofisiologi preeklampsi dan hipertensi dalam kehamilan

1
e. Menjelaskan penatalaksanaan preeklampsi dan hipertensi dalam kehamilan
f. Melakukan pengkajian data pada ibu dengan preeklampsi dan hipertensi dalam
kehamilan
g. Menganalisa data untuk menentukan diagnosis keperawatan yang timbul pada ibu
dengan preeklampsi dan hipertensi dalam kehamilan
h. Merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan yang tepat berdasarkan
diagnosa keperawatan yang ditetapkan pada ibu dengan preeklampsi dan hipertensi
dalam kehamilan
i. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada ibu dengan preeklampsi dan hipertensi
dalam kehamilan
j. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan keperawatan pada ibu dengan preeklampsi
dan hipertensi dalam kehamilan

1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dengan penulisan makalah ini mahasiswa dapat memahami kerangka sistem asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan preeklampsia dan hipertensi.

2. Manfaat praktis
a. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan
preeklampsia dan hipertensi
b. Mahasiswa mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait cara
memberikan pertolongan pertama pada ibu hamil dengan preeklampsia dan hipertensi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Preeklamsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan
terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelunya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 20 minggu (Obgynacea 2009). (Nanda Nic Noc 2013)
Preeklampsia adalah kelainan malfungsi endotel pembuluh darah atau vaskular yang
menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu,
mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang
menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai proteinuria 300mg per
24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat pengambilan urin
sewaktu (Brooks MD, 2011).
Penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul
selama kehamilan atau sampai 48jam postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III
kehamilan. Preeklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Incduced Hipertension
(PIH) gestosis atau toksemia kehamilan (Maryunani, dkk, 2012)
Hipertensi karena kehamilan yaitu : hipertensi yang terjadi karena atau pada saat
kehamilan dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri biasanya terjadi pada usia kehamilan
memasuki 20 minggu (sumber: kebidanan). (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4
Patologi. Hal: 167-168)
Hipertensi karena kehamilan yaitu: tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90mmHg
yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi yang menyebabkan gangguan
serius pada kehamilan. (Sumber: SANFORD,MD tahun 2006).
Penyakit hypertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas
Gambaran klinis ibu hamil yang hipertensi dapat dijabarkan sebagai berikut;
1. Hipertensi
 Kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik 30 mmHg atau 15 mmHg.
 Tekanan darah 140 /90 atau 160 /110 yang diambil selang waktu 6 jam.
2. Odema
 Merupakan timbunan cairan tubuh yang tampak atau tidak tampak.
 Perhitungan kenaikan BB melebihi tiga per empat -1 kg/minggu dianggap patologis.
 Odema dijumpai di tibia ,muka, atau tangan bahkan seluruh tubuh.
3. Proteinuria
 Proteinuria menunjukkan komplikasi lanjut, dengan kerusakan ginjal sehingga
beberapa protein lolos dalam urin.
 Normal terdapat sejumlah protein dalam urin, tetapi tidak melebihi 0,3 gr dalam 24
jam. Proteinuria menunjukkan komplikasi hipertensi dalam kehamilan lebih lanjut
sehingga memerlukan perhatian yang serius,
4. Kejang (konvulsi) Kejang menunjukkan kelanjutan komplikasi menjadi eklampsia yang
menyebabkan terjadi AKI tinggi dan dapat diikuti AKB yang tinggi. Kejang atau konvulsi
menunjukkan telah terjadi kemungkinan perdarahan nekrosis dan Odema.
3
5. Koma Kelanjutan kejang dapat diikuti koma, sebagai manifestasi dari acut vascular
accident (AVA) yang menimbulkan perdarahan nekrosis hingga terjadi koma Manuaba.

2.2 Klasifikasi

Klasifikasi Definisi
Hipertensi dalam Penigkatan tekanan darah terjadi pertama kali sesudah kehamilan
kehamilan 20 minggu tanpa proteinuria
Preeklampsia Suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi
setelah minggu ke 20 pada wanita yang sebelumnya memiliki
tekanan darah normal. Merupakan suatu penyakit vasospastik,
yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh
hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. Dari gejala-gejala
klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan
dan preeklampsia berat. Preeklampsia ringan adalah suatu
sindrom spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ
yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan
aktivasi endotel. Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan
tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik
≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam dan gejala
perburukan lainnya
Eklampsia Terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan
gejala preeklampsia. Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa
didahului gangguan neuorologis
Hipertensi kronis Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan 20 minggu.
Hipertensi yang menetap lebih dari 6 minggu pascapartum juga
diklasifikasi sebagai hipertensi kronis.
Hipertensi kronis Hipertensi kronis disertai proteinuria yang baru pertama kali
Superimposed pre- terjadi atau semakin memburuknya hipertensi (yang sebelumnya
eclampsia terkontrol) atau hipertensi kronik disertai proteinuria+ dan tanda-
tanda lain dari preeklampsia (proteinuria+trombositopenia, atau
peningkatan enzim hati)
the American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG)(2002) and the National
High Blood Pressure Education Programe (NHBPEP) Working Group on High Blood
Pressure in Pregnancy (2000) dalam Lowdermilk, 2007

2.3 Etiologi
Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, tetapi
pada umumnya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktor-faktor lain yang diperkirakan
akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia antara lain: primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, molahidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau
lebih dari 35 tahun serta anemia (Maryunani, dkk,2012).
1. Primigravida dan multigravida
2. Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia
3. Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya, abortus

4
4. Ibu hamil dengan usia < 20 tahun atau > 35 tahun
5. Wanita dengan gangguan fungsi organ atau riwayat kesehatan diabetes, penyakit ginjal,
dan tekanan darah tinggi
6. Kehamilan kembar
7. Obesitas
8. Interval antar kehamilan yang jauh.
Angsar MD dalam Saifuddin 2008 menjelaskan banyak teori yang telah dikemukakan
melalui berbagai penelitian tetapi tidak ada satu pun teori tersebut yang dianggap mutlak
benar. Teori-teori tersebut adalah:
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan dengan preeklampsia/eklampsia terjadi kegagalan invasi trofoblas
tahap keduasecara total ataupun parsial (Pathologic hallmark) akibatnya lapisan otot
arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif
mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, resistensi
pembuluh sistemik masih tinggi, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan
terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.Efek dari hipoksia plasenta dipercaya dapat
mengakibatkan pelepasan substansi yang toksik yang dapat menjelaskan patogenesis
preeklampsia selanjutnya. Menurut madazli dkk (2000) dalam Cunningham (2005), besar
kecilnya hambatan pada proses invasi trofoblas pada arteri spiralis memiliki korelasi
positif dengan tingkat keparahan dari hipertensi.
b. Teori iskemik plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Hipoksia dan iskemia plasenta akan menghasilkan oksidan/ radikal bebas
yaituhidroksil. Radikal hidroksil akan mengubah asam lemak tidak jenuh yang banyak
terdapat pada membran sel endotel menjadi peroksida lemak yang bersifat sangat toksik
dan merusak membran sel endotel, nukleus, dan protein sel endotel. Kerusakan membran
sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, keadaan ini disebut “disfungsi
endotel”. (Hayman dkk, 2000; Roberts, 2000; Walker, 2000; dalam Cunningham, 2005).
Pada keadaan disfungsi endotel, maka akan terjadi beberapa hal, yaitu:
1) Terjadi gangguan metabolisme prostaglandin, yaitu menurunnya produksi prostasiklin
(PGE2): suatu vasodilator kuat. (Karena salah satu fungsi sel endotel adalah
memproduksi prostaglandin)
2) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan untuk
menutup bagian lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit
memproduksi tromboksan (TXA2) yaitu suatu vasokonstriktor kuat. Meningkatnya
sekresi tromboksan A2 oleh sel-sel trombosit, menyebabkan ketidakseimbangan
perbandingan prostasiklin dan tromboksan A2, sehingga terjadi vasokonstriksi dengan
terjadi kenaikan tekanan darah. (Chavarria dkk, 2003 dalam Cunningham, 2005).
3) Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus (glomerular endhoteliosis), terjadi
akibat sel endotel glomerular membengkak disertai deposit fibril. Permeabilitas
glomerulus meningkat sehingga protein ikut diekskresi bersama urine.
4) Peningkatan bahan vasokonstriktor yaitu endotelin dan penurunan bahan vasodilator
yaitu NO (Nitric Oxide). Kadar endotelin-1 (ET-1) dalam plasma meningkat pada
wanita hamil normal, tetapi wanita dengan preeklampsia memiliki kadar yang lebih
tinggi.Sementara terjadi penurunannitric oxideyang merupakan vasodilator berfungsi

5
untuk mempertahankan tekanan normal pada perfusi fetoplasenta sehingga terjadi
peningkatkan permeabilitas sel (Wang dkk, 2004).
5) Peningkatan permeabilitas kapiler, menyebabkan pelepasan cairan plasma menuju
ekstravaskular dan menimbulkan edema (Manuaba, 2007)
6) Peningkatan faktor koagulasi. Fibronektin makin meningkat sebagai glikoprotein,
yang dapat melekatkan trombosit pada tempat perlukaan pembuluh darah (Manuaba,
2007).
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada wanita hamil normal, respon imun tidak menolak adanya hasil konsepsi yang
bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukosit antigen protein G (HLA-G),
yang berperan penting dalam modulasi respons imun. Pada plasenta ibu dengan hipertensi
dalam kehamilan terjadi penurunan ekspresi HLA-G sehingga menghambat invasi
trofoblas ke dalam desidua. Kemungkinan terjadi Immune-Maladaptation pada
preeklampsia. Pada awal trimester kedua kehamilan wanita yang mempunyai
kecenderungan terjadi preeklampsia, ternyata mempunyai proporsi Helper sel yang lebih
rendah dibanding pada normotensif. Sel limfosit T-helper merangsang sintesis sitokin
yang membantu proses implantasi, dan adanya disfungsi proses ini mendukung terjadinya
preeklampsia. (Yoneyama dkk, 2002; Hayashi dan asosiasinya, 2004; Whitecar dkk,
2001; dalam Cunningham, 2005).
d. Teori adaptasi kardiovaskular
Pada kehamilan normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan vasopresor.
Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka terhadap rangsangan bahan vasopresor, atau
dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respon
vasokonstriksi. Pada hipertensi dalam kehamilan, pembuluh darah kehilangan daya
refrakter sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.
e. Teori genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotip ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial dibandingkan dengan
genotip janin. Chesley and Cooper (1986) dalam Cunningham (2005) mempelajari
saudara perempuan, anak perempuan, cucu perempuan, dan menantu dari para perempuan
yang mengalami eklampsia, dan menyimpulkan bahwa preeklampsia-eklampsia sangat
mungkin untuk diturunkan. Sifat herediternya adalah resesif sehingga jarang terjadi pada
anak menantu (Manuaba, 2007).
f. Teori defisiensi gizi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan
dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan.Penelitian terakhir membuktikan bahwa
konsumsi minyak ikan, termasuk minyak ikan halibut, dapat mengurangi risiko
preeklampsia.Minyak ikan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat
menghambat produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit, dan mencegah
vasokonstriksi pembuluh darah.Beberapa peneliti juga menganggap bahwa defisiensi
kalsium pada diet wanita hamil mengakibatkan risiko terjadinya preeklampsia-
eklampsia.Ibu hamil memerlukan sekitar 2-21/2 gram kalsium setiap hari. Kalsium
berfungsi untuk membantu pertumbuhan tulang janin, mempertahankan aktivitas
kontraksi otot. Kekurangan kalsium berkepanjangan akan menyebabkan ditariknya
kalsium dari tulang dan otot untuk dapat memenuhi kebutuhan kalsium janin. Keluarnya
kalsium dari otot dapat menimbulkan kelemahan otot jantung yang melemahkan stroke

6
volume dan melemahkan otot pembuluh yang menimbulkan vasokonstriksi sehingga
terjadi hipertensi dalam kehamilan (Manuaba, 2007).
g. Teori stimulus inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah
merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi, karena dianggap sebagai benda
asing. Pada kehamilan normal plasenta juga melepaskan debris trofoblas, sebagai sisa-
sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas , akibat reaksi stres oksidatif dengan jumlah
yang masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga masih dalam batas normal.
Berbeda dengan proses apoptosis pada kasus preeklampsia, dimana terjadi peningkatan
stres oksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat.
Makin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, hamil ganda, maka
stres oksidatif akan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin
meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi
jauh lebih besar, dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal. Respon inflamasi ini
akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih besar pula,
sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala preeklampsia
pada ibu. (Angsar MD dalam Saifuddin, 2008).
Selain teori di atas ada faktor-faktor risiko yang dapat mencetus terjadinya preeklampsia dan
hipertensi dalam kehamilan, yaitu:
a. Primigravida/Nullipara
Wanita nullipara memiliki risiko lebih besar (7-10%) jika dibandingkan dengan
wanita multipara (Leveno KJ, 2009).Bobak (2004).Preeklampsia seringkali terjadi pada
kehamilan pertama, terutama pada ibu yang berusia belasan tahun.Selain itu juga sering
terjadi pada wanita yang hamil dengan pasangan baru. Menurut Wibisono yang dikutip
oleh Sudinaya I (2000), preeklampsia lebih sering terjadi pada usia muda dan nullipara
diduga karena adanya suatu mekanisme imunologi disamping endokrin dan genetik; pada
kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta belum
sempurna.
b. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes mellitus,
hidrops fetalis, bayi besar.
Menurut Roberts dan Redman (1993) dalam Fraser (2009), plasentasi abnormal dan
penurunan perfusi plasenta juga dapat terjadi pada kondisi yang berhubungan dengan
penyakit mikrovaskular, misalnya diabetes, hipertensi, atau trombofilia. Hal ini dapat
terjadi jika terdapat massa plasenta yang besar seperti pada kehamilan kembar atau
penyakit trofoblastik gestasional (mola hidatidosa). Ibu yang menderita penyakit ini
berisiko tinggi mengalami preeklampsia.
c. Umur yang ekstrim
Wanita berusia diatas 35 tahun mempunyai resiko sangat tinggi terhadap terjadinya
preeklampsia. Menurut Spellacy (1986) yang dikutip Cunningham (2005) insiden
hipertensi karena kehamilan meningkat 3 kali lipat pada wanita diatas 40 tahun
dibandingkan dengan wanita yang berusia 20 - 30 tahun.
d. Riwayat Keluarga Pernah Preeklampsia/Eklampsia
Adanya faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotip ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Telah terbukti bahwa pada ibu yang
mengalami preeklampsia, 26,00% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia
pula, sedangkan hanya 8,00% anak menantu mengalami preeklampsia (Saifuddin, 2008).

7
e. Penyakit ginjal dan hipetensi yang sudah ada sebelum hamil
Menurut Chesley (1985) yang dikutip oleh Cunningham (2005) preeklampsia juga
terjadi pada multipara yang menderita penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial
yang kronis dan diabetes mellitus, atau dengan penyakit ginjal.
f. Peningkatan Berat Badan (Obesitas)
Dalam Fraser (2009), Surrat (1993) menyebutkan bahwa peningkatan berat badan
dapat digunakan untuk memantau perkembangan preeklampsia dalam kaitannya dengan
parameter lain. BMI atau Indeks massa tubuh awal berguna sebagai prediktor hipertensi
pada kehamilan.

2.4 Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologis
kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume
plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vascular sistemik (Systemic Vascular
Resistance (SVR)), peningkatan curah jantung, penurunan tekanan osmotic koloid. Pada
preeklampsia volume plasma yang beredar menurun sehingga terjadi hemokonsentrasi
dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal
menurun, termasuk perfusi ke unit janin uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut
menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga
kapasitas oksigen maternal menurun.
Vasospasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai
preeklamsia. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensivitas terhadap tekanan
peredaran darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara
prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2.
Penelitian telah menguji kemampuan aspirin ( suatu inhibitor prostaglandin ) untuk
mengubah patofisiologi preeklampsia dengan menggangu produksi tromboksan.
Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu pengobatan profilaksis dalam mencegah
preeklmpsia dan rasio untung-rugi pada ibu dan janin / neonates masih terus berlangsung.
Penelitian lain sedang mempelajari pemakaian suplemen kalsium untuk mencegah
hipertensi pada kehamilan.
Selain kerusakan endotalial, vasospasme arterial turut menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan
volume intravascular, mempredisposisi pasien yang mengalami preklampsia mudah
menderita edema paru. ( Dildy, dkk, 1991 ).
Easterling dan Benedetti ( 1989 ) menyatakan bahwa preeklampsia ialah suatu
keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinuria merupakan akibat
hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang hiperfungsi di ginjal,
timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini
akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeklampsia.
Hubungan sistem imun dengan preeklampsia menunjukkan bahwa factor-faktor
imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan preeklampsia ( sibai 1991 ).
Keberadaan protein asing, plasenta, atau janin bisa membangkitkan respons imunologis
lanjut. Teori ini didukung oleh peningkatan insiden preeklampsia-eklampsia pada ibu
baru ( pertama kali terpapar jaringan janin ) dan apada ibu hamil dari pasangan yang baru
( materi genetic yang berbeda ).

8
Presdiposisi genetic dapat merupakan factor imunologis lain ( cheshey, 1984 ). Sibai
( 1991 ) menemukan adanya frekuensi preeklampsia dan eklampsia pada anak dan cucu
wanita yang memiliki riwayat eklampsia yang menunjukkan suatu gen resesif autosom
yang mengatur respon imun maternal. Factor paternal juga sedang diteliti.
( Klonoff,Cohen,dkk.1989 ).
2.5 Tanda dan Gejala Preeklampsia
a) Hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan dengan tekanan darah sistolik ≥
140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg
b) Proteinuria dengan jumlah protein urin ≥ 300 mg/24 jam atau ≥1+ dengan
menggunakan carik celup
c) Edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
d) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg pada
dua keadaan dengan jangka waktu paling sedikit 6 jam dengan patian dalam posisi
bedrest
e) Proteinuria lebih dari 5 gr/dl pada sampel urin tampung 24 jaM atau ≥ 3+ dengan carik
celup pada dua sampel urin acak yang diambil dengan jarak waktu 4 jam atau lebih
f) Oliguria, produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
g) Gangguan visus dan serebral berupa penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma,
pandangan kabur
h) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen akibat regangan pada
kapsula Glisson
i) Edema paru atau sianosis
j) Hemolisis mikroangiopatik Gangguan fungsi hepar ditandai adanya peningkatan
serum transaminase
k) Kenaikan kadar kreatinin plasma
l) Trombositopenia (< 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat)
m)Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
n) Adanya sindroma HELLP (Hemolysis; Elevated liver enzymes; Low platelet)
o) Gejala penyerta berbeda pada tiap orang. Preeklampsia dapat menyebabkan pembuluh
darah menyempit sehingga akan meningkatkan tekanan darah dan menurunkan suplai
oksigen ke organ vital sehingga dapat berakibat terjadinya kejang dan stroke. Pada
janin, preeklampsia dapat menyebabkan meningkatnya angka prematuritas,
pertumbuhan janin yang terganggu, lepasnya plasenta, hingga kematian janin di dalam
rahim.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan laboratorium protein urin
 USG
 NST

2.7 Komplikasi
 Kematian ibu dan janin
 eklampsia
 Solusio plasenta
 Hipofibrinogemia

9
 Haemolisi
 Perdarahan otak
 Kelainan mata
 Edema paru
 Nekrosis hati
 Sindroma HELLP
 Kelainan hati
 Oedema cerebri sebagai komplikasi dari eklampsia
 Tingginya kelahiran premature
 Kematian perinatal
 Insufisiensi utero-plasental
 Retardasi pertumbuhan intrauterine

2.8 Penatalaksanaan
Yang paling utama adalah deteksi dan penatalaksanaan dini pada ibu hamil yang
memiliki faktor resiko gangguan hipertensi dalam kehamilan dan pre eklampsi. Penting
untuk melibatkan keluarga sejak rencana awal penangan, ibu dan keluarga diberikan
pemahanan kapan harus kembali ke pelayanan kesehatan serta bantu mereka memperkuat
koping untuk mengatasi dampak yang timbul akibat kehamilan reriko tinggi. (Sarwono.P,
2009). Perawatan dan pengelolaan hipertensi dalam kehamilan dan pre eklampsi
bervariasi tergantung tingkat keparahan penyakit dan usia kehamilan saat diagnosa
ditegakkan. (Lowdermilk et al., 2007).Tujuan terapi tidak memperbaiki patologi plasenta
atau mengubah patofisiologi atau perjalanan preeklamsia. Persalinan adalah manajemen
definitif dan diikuti dengan perbaikan, umumnya selama beberapa hari tapi kadang-
kadang lebih lama.
a. Hipertensi pada kehamilan
1. Deteksi Prenatal Dini
Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan
28 minggu, kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah
itu setiap minggu.
2. Penatalaksanaan Di Rumah Sakit
Evaluasi sistematik yang dilakukan mencakup :
 Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari temuan-
temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan
pertambahan berat yang pesat.
 Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari
 Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara tengah
malam dan pagi hari
 Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati
dalam serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi
 Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis
maupun USG
 Terminasi kehamilan
Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap
biasanya dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan
10
sebaiknya diinduksi dengan oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi
persalinan hampir pasti gagal atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio
sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah.
3. Terapi Obat Antihipertensi
Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau
memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam
berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian.
4. Penundaan Pelahiran Pada Hipertensi Berat
Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada
tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan
yang berbeda dalam penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh
dari aterm. Pendekatan ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau
“menunggu” terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki
prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu.
b. Preeklampsia ringan
Tujuan utama perawatan preeclampsia adalah mencegah morbiditas dan mortalitas ibu
dan janin. Perpanjangan usia kehamilan pada preeklamsia tidak membawa manfaat
bagi ibu tetapi dianjurkan pada usia kehamilan yang dini untuk meningkatkan
prognosis janin agar janin dapat lahir sesuai dengan usia kehamilan saat persalinan.
1) Jika tanda-tanda preeklampsia ringan tetap, tidak berubah atau menjadi normal,
lakukan penatalaksanaan tindak lanjut dua kali seminggu seperti pada pasien rawat
jalan
a) Tirah baring dalam posisi rekumben lateral untuk memaksimalkan aliran darah
uteroplasenta
b) Ajar ibu dan keluarga untuk memantau TD, BB dan proteinuria dipstick setiap
hari
c) Ajar ibu memantau aktivitas/gerak janin setiap hari. Penururan gerakan (tiga
gerakan atau kurang setiap jam) mengindikasikan gawat janin
d) Rekomendasi makanan dan minuman sama dengan rekomendasi untuk ibu hamil
yang lain. Diet tinggi protein dan rendah garam dianjurkan untuk mencegah pre
eklampsi. Asupan cairan yang adekuat membantu untuk mempertahankan
volume cairan tetap optimal dan membantu perfusi ginjal dan fungsi bowel.
e) Beri penjelasan pada ibu dan keluarga tentang tanda bahaya preeklampsi dan
eklampsi
f) Tidak perlu diberi antikonvulsi, sedatif atau tranquilizer sebagai profilaksis
Keberhasilan perawatan di rumah tergantung pada pengetahuan yang baik dari
ibu dan keluarga tentang pre eklampsi, serta motivasi yang tinggi dalam
mengikuti rencana perawatan yang ditetapkan bersama.
2) Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeklampsia ringan perlu dirawat di
rumah sakit. Kriteria preeklampsia ringan dirawat dirumah sakit bila tidak ada
perbaikan (tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu), adanya satu atau
lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat.
a) Diet normal
b) Pantau tekanan darah dua kali sehari dan proteinuria setiap hari

11
c) Tidak perlu diberi antikonvulsi, sedatif atau tranquilizer sebagai profilaksis
Tidak perlu diberikan diuretic, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi
kordis atau gagal ginjal akut
d) Jika tekanan diastolik turun sampai normal dan kondisi ibu stabil, pasien dapat
dipulangkan dengan diberikan dan lakukan penanganan sebagai rawat jalan
e) Jika tanda-tanda preeklampsia tetap tidak berubah, tetap rawat ibu di rumah
sakit, lakukan penatalaksanaan yang sama dan pantau pertumbuhan janin
3) Jika tekanan darah dan proteinuria meningkat, ditangani sebagai preeklampsi
berat
4) Pada kehamilan preterm (< 37 minggu), bila tekanan darah terkontrol dengan baik
ditunggu sampai aterm.Dalam kasus prematur akibat preeklamsia sebelum usia
kehamilan 34 minggu, persalinandapat ditunda setidaknya selama 24-48 jam jika
status ibu dan janin memungkinkan, untuk pemberian kortikosteroid antenatal
bagi pematangan paru janin.
5) Pada kehamilan aterm (> 37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset
persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada
taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat dilakukan spontan, bila perlu
memperpendek kala II
a) Jika kondisi serviks baik (lunak, tipis dan membuka sebagian) lakukan induksi
persalinan dengan menggunakan foley catheter, amniotomy atau prostaglandin
dengan pengawasan ibu dan janin secara ketat.
b) Jika kondisi serviks tidak baik (keras, tebal dan tertutup) lahirkan janin melalui
seksio cesaria.

Indikasi persalinan pada preeclampsia dan hipertensi dalam kehamilan


Maternal Fetal
Gestational age> 37 weeks Severe fetal growth restriction
Inability to control hypertension Non-reassuring fetal status
Deteriorating platelet count
Deteriorating liver function
Deteriorating renal function
Placental abruption
Persistent neurological symptoms
Eclampsia
Persistent epigastric pain, nausea or
vomiting with
abnormal liver function tests
Acute pulmonary edema

c. Preeklampsia berat/dan eklampsia


Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan
harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia. Ibu yang
didiagnosis pre eklampsi berat/sindrom HELLP menderita penyakit kritis dan
memerlukan pelayanan yang tepat.Terapi yang agresif dan dini diperlukan untuk
mencegah mortalitas maternal dan perinatal.Pengelolaan preeclampsia berat dan

12
eklamsia mencakup pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan,
pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk
persalinan.
 Perawatan ekspektatif
Indikasi pada umur kehamilan < 34 minggu (estimasi berat janin < 2000 g tanpa
ada tanda-tanda impending eklamsia).
1) Rawat di ruangan yang terang dan tenang
2) Penderita preeklamsi berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap
dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Total bed rest dalam
posisi recumbent lateral
3) Diet cukup protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
4) Tindakan kewaspadaan kejang: pengamanan tempat tidur, suction siap
digunakan, oksigen siap digunakan
5) Tinjau ulang sistem kardiovaskuler, pulmonal, ginjal dan saraf pusat. Luas
pengkajjian kesehatan pada saat MRS ditentukan oleh keparahan keadaan ibu.
6) Lakukan pemeriksaan laboratorium : enzim hati, hitung darah lengkap dan
trombosit, profil pembekuan darah, dan paket elektrolit untuk menentukan
fungsi ginjal. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside (disisi
tempta tidur). Jika pembekuan tidak terjadi Sesudah 7 menit atau terbentuk
bekuan darah lunak yang mudah pecah menunjukkan koagulapati
7) Pengkajian BB saat masuk dan terus dipantau setiap hari
8) Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap jam
9) Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan
diastolic diantara 90 – 100 mmHg
10) Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar
11) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai overload
12) Pemasangan kateter urine menetap untuk memantau fungsi ginjal dan
efektifitas terapi
a) Jika jumlah urine < 30 ml per jam: tahan pemberian magnesium sulfat, infus
cairan dipertahakan 1 liter per delapan jam, pantau kemungkinan edema
paru)
b) Auskultasi basis paru setiap jam untuk mengetahui adanya rales yang
menunjukkan edema paru. Jika ada edema peru, tahan pemberian cairan dan
berikan diuretic, misalnya furosemide 40 mg IV
13) Pemeriksaan dalam untuk menentukan status serviks
14) Palpasi abdomen untuk menentukan tonus dan ukuran rahim, aktivitas dan
posisi janin
15) Komponen pengobatan:
Antikejang:
a) Magnesium sulfat
Merupakan pilihan pengobatan untuk pre eklampsi dan eklampsi.
Bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan kejang..Keuntungan
pemberian magnesium sulfat adalah peningkatan aliran darah rahim untuk
melindungi janin dan pengingkatan prostasiklin untuk mencegah

13
vasokonstriksi rahim.Infus magnesium sulfat dimulai untuk mengurangi
insiden kejang. Dosis awal sebesar 4 – 6 g, diberikan selama 15 sampai 30
menit, diikuti pemberian dosis rumatan sebesar 2 – 4 g per jam. Jarang
diberikan secara IM karena kecepatan absorpsi obat tidak dapat dikontrol,
suntikannya sakit dan bisa menimbulkan nekrosis jaringan. Pemberian
magnesium sulfat dilanjutkan selama minimal 12 – 24 jam pertama post
partum untuk mencegah kejang. Perawat perlu memeriksa tanda dan gejala
keracunan magnesium sulfat seperti pernapasan < 12/mennit, hiporefleksi
atau hilangnya reflex lutut, jumlah urine < 30 ml/jam, kadar serum toksik >
9,6 mg/dl, tanda distress janin (DJJ tiba-tiba menunrun), penurunan tekanan
darah dan denyut nadi ibu secara bermakna
b) Kalsium glukonat
Merupakan antidote untuk magnesium sulfat, diberikan secara intravena
lambat 1 g atau 2 g bolus
c) Natrium amobarbital
Diberikan jika kejang tidak berespon terhdap magnesium sulfat, dosis 250
mg secara intravena lambat selama 3 menit

Antihipertensi
Diberikan untuk menurunkan tekanan darah diastolik dengan rentang target
90–100 mmHg. Pemberian antihipertensi akan mengurangi morbiditas
maternal dan mortalitas yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri dan
perdarahan otak. Karena tekanan darah dalam derajat tertentu diperlukan untuk
mempertahankan perfusi uteroplasenta, terapi hipertensi tidak boleh
menurukan tekanan arteri terlalu rendah atau dengan terlalu cepat. Hydralazine
IV merupakan pilihan obat pada preeklampsi berat. Hidroklorida labetol (alpha
beta blocker), nifedipine (calsium + channel blocker), verapamil dan
methyldopa (centraly acting agent alpha beta blocker) juga sering digunakan.

 Perawatan Aktif
Indikasi: hasil penilaian kesejahteraan janin jelek, ada tanda-tanda impending
eklamsia. Ada sindroma HELLP. Kehamilan late preterm ( ≥ 34 minggu estimasi
berat janin ≥ 2000 g).
1. Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada tiap penderita dilakukan
pemeriksaan NST
2. Persalinan harus dilakukan segera setelah kondisi ibu stabil. Penundaan
kelahiran untuk meningkatkan maturitas janin menimbulkan risiko bagi ibu dan
janin
3. Persalinan harus dilakukan tanpa memperhatikan usia gestasi.
4. Persalinan harus terjadi : pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam
24 jam, sedangkan pada eklampsia dalam 12 jam sejak gejala eklampsia timbul
5. Persalinan tanpa memperhatikan usia kehamilan jika :HT berat tidak terkontrol,
terjadi eklampsia, udem paru, abrupsi plasenta, DIC, HELLP, IUGR berat, status
janin tidak dapat dikaji
6. Pilihan persalinan :

14
a) Persalinan secara pervaginam, jika:kondisi serviks baik (lunak, tipis dan
membuka sebagian) lakukan induksi persalinan dengan menggunakan foley
catheter, amniotomy atau prostaglandin dengan pengawasan ibu dan janin
secara ketat,anestesia umum tidak tersedia, janin mati atau terlalu premature
untuk bertahan hidup Induksi dikerjakan bila: NST baik, penderita belum
inpartu dengan skor pelvik baik (Skor Bishop ≥ 5)
b) Tindakan seksio sesar dilakukan bila; NST jelek, penderita belum inpartu
dengan skor pelvik jelek (Skor Bishop < 5), kegagalan induksi..Persalinan
secara sectio secaria, jika:terdapat gawat janin (DJJ < 100/menit atau >
180 /menit), tidak terdapat koagulapati, tersedia anestesia yang aman yaitu
anestesia umum(Jangan lakukan anesteria local, sedangkan anestesia spinal
berhubungan dengan risiko hipotensi), kondisi serviks tidak baik (keras, tebal,
tertutup), janin masih hidup, persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam.

 Penatalaksanaan Postpartum
1. Anti onvulsi diteruskan sampai dengan 24 jam postpartum atau kejang berakhir
2. Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolic masih > 110 mmhg
3. Pantau urine

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan


I. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada
wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.
b. Keluhan utama
Biasanya klien dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit kepala yang tak
kunjung reda saat digunakan beristirahat
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa Ibu merasa
sakit kepala didaerah frontal, penglihatan kabur,skotoma dan diplopia, mual dan
muntah, tidak ada nafsu makan¸terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, Edema
pada ekstremitas, Kenaikan BB mencapai 1 Kg seminggu, apakah kehamilan saat
ini dengan pasangan yang baru , tindakan apa yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut
d. Riwayat Kesehatan dahulu
Apakah ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil, riwayat pre eklamsi pada
kehamilan terdahulu, obesitas, ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal
kronis
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah riwayat preeklamsi dan eklamsi dalam keluarga
f. Riwayat psikososial
Perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya.Biasanya ibu dengan preeklamsi ini berada dalam kondisi yang labil dan
15
mudah marah, merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam
kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat atau meninggal dunia, sehingga
ia takut untuk melahirkan.
g. Riwayat maternal
Kehamilan ganda, ANC
h. Riwayat KB : perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu
pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping.
Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya
menggunakan kontrasepsi
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Lemah
2) Kesadaran : kesadarandisertai dengan pemeriksaan GCS
3) Kepala : Sakit Kepala, wajah edema
4) Mata : Konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina
5) Pencernaan abdomen: Nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan muntah
6) Ekstremitas : Edema pada kaki dan tangan juga pada jari
7) Sistem persarafan : Hiperrefleksia, klonus pada kaki
8) Genitourinaria : Oliguria, proteinuria
9) Pemeriksaan janin : Bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah
10) Pengkajian system tubuh
B1 ( breathing)
meliputi sesak nafas, batuk dan sputum, adanya otot bantu nafas, penggunan
cuping hidung, bunyi nafas tambahan
B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya
afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik,
perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu
waktu trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia
dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III.
Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner,
episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung
terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari
karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.
B3 (Brain)
Adanya lesi, kepala pusing, terhuyung – huyung keseimbangan badan terganggu,
gangguan penglihatan, epitaksis
B4 (Bladder)
Kaji adanya kelainan eliminasi urin dan proteinuria
B5 (bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung
tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan
berat badan, adanya edema.
B6 (bone)

16
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan
meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural

j. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
- Penurunan Hb (kadar Hb normal wanita hamil adalah 12-14 %)
- Peningkatan Hct (kadar Hct normal wanita hamil adalah 37-43 %)
- Penurunan Trombosit (kadar trombosit normal wanita hamil adalah 150-
450 ribu/ mm3)
b) Urinalis
Ditemukan protein dalam urine
c) Pemeriksaan fungsi hati
- Peningkatan Bilirubin (kadar bilirubin normal wanita hamil adalah < 1 mg/
dl)
- LDH (Laktat Dehidrogenase)meningkat
- Aspartat Aminomtransferase (AST) > 60 uL
- Serum Glutamat Pirufat Transaminase (SGPT) meningkat (kadar normal 15-
45 u/ ml)
- Serum Glutamat Oxaloacetic Trasaminase (SGOT) meningkat (kadar
normal < 31 u/ l)
- Total protein serum menurun (kadar normal 6,7-8,7 g/ dl)
d) Tes kimia darah
Asam urat meningkat (normal 2,4-2,7 mg/ dl)

2) Radiologi
a) NST
NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi,
pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
maksud melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat kehamilan maupun
persalinan. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar denyut
jantung janin (baseline), variabilitas (variability) dan timbulnya akselerasi
yang sesuai dengan gerakan/aktivitas janin (Fetal Activity
Determination/FAD). Pada ibu dengan pre eklamsi dihasilkan denyut jantung
janin lemah.
b) USG
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus. Pernapasan intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit

II. Diagnosa Keperawatan

17
a. Nyeri akut berubungan dengan spasme korteks cerebral akibat tekanan darah
meningkat
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan permeabilitas kapiler meningkat
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler-alveolar (edema
paru)
d. Ganggguan perfusi jaringan berhubungan dengan perfusi organ maternal menurun
(gangguan aliran arteri vena/gangguan transport O2)

III. Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil
No. Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Nyeri akut Tujuan : Pain Management
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. lakukan pengkajian nyeri
spasme korteks keperawatan Nyeri akut secara komprehensif
cerebral akibat teratasi termasuk lokasi,
tekanan darah  Pain Level karakterisitik, durasi,
meningkat  Pain Control frekuensi, kualitas, dan
 Comfort Level faktor presiptasi
Kriteria Hasil : 2. observasi reaksi nonverbal
 Mampu mengontrol dari ketidaknyamanan
nyeri (tahu penyebab 3. gunakan tehnik komunikasi
nyeri, mampu terapeutik untuk
menggunakan tehnik mengetahui pengalaman
nonfarmakologi untuk nyeri pasien
mengurangi nyeri, 4. tingkatkan istirahat
mencari bantuan ) 5. kurangi faktor presipitasi
 Melaporkan bahwa nyeri
nyeri berkurang dengan 6. pilih dan lakukan
mengggunakan penanganan nyeri
menejemen nyeri (farmakologi, non
 Mampu mengenali farmakologi dan
nyeri (skala, intensitas, interpersonal)
frekuensi, dan tanda- 7. ajarkan tehnik non
tanda nyeri) farmakologi (relaksasi dan
distraksi)
 Menyatakan rasa
8. kolaborasi dengan dokter
nyaman setelah nyeri
untuk pemberian analgetik
berkurang
9. lakukan evaluasi terhadap
keefektifan control nyeri
10. monitor vital sign sebelum
dan sesudah diberi
analgetik
11. berikan informasi mengenai
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang
dan antisipasi

18
ketidaknyamanan prosedur
2. Kelebihan volume  Electrolit and acid base Fluid Management
cairan berhubungan balance 1. pertahankan catatan intake
dengan  Fluid balance output yang akurat
permeabilitas  Hydration 2. pasang urin kateter jika
kapiler meningkat Setelah dilakukan asuhan diperlukan
keperawatan diharapkan 3. monitor hasil Hb, yang
kelebihan cairan dapat sesuai dengan retensi cairan
diatasi dan kembali normal ( BUN, Hmt, Osmolalitas
dengan kriteria hasil: urin )
- Terbebas dari edema, 4. kaji lokasi dan luas edema
efusi, anskara 5. monitor masukan
- Bunyi nafas bersih, tidak makanan/cairan dan hitung
ada dypsneu/ortopneu intake kalori
- Terbebas dari distensi 6. monitor status nutrisi
vena jugularis,, reflek 7. kolaborasi pemberian
hepatojugular (+) diuretik sesuai intruksi
- Memelihara tekanan 8. kolaborasi dengan dokter
vena sentral, tekanan jika tanda cairan berlebih
kapiler paru, muncul memburuk
outputjantung dan vital 9. monitor vital sign
sign dalam batas normal
- Terbebas dari kelelahan,
kecemasan atau
kebingungan
- Menjelaskan indicator
kelebihan cairan
3. Gangguan  Repiratory status : Gas Airway menegement
pertukaran gas Exchange 1. buka jalan nafas, gunakan
berhubungan dengan  Respiratory : tehnik chin lift atau jaw
kapiler alveolar vantilation thrust bila perlu
(edema paru)  Vital sign status 2. atur posisi pasien utnuk
Setelah dilakukan asuhan memaksimalkan ventilasi
keperawatan, diharapkan 3. identifikasi pasien perlunya
nafsu makan klien normal pemasangan alat bantu
lagi dengan kriteria hasil: nafas
- tanda vital dalam rentang 4. lakukan fisioterapi dada
normal bila perlu
- memelihara kebersihan 5. auskultasi suara anfas, catat
paru-paru dan bebas dari adanya suara tambahan
tanda-tanda distress 6. monitor respirasi dan status
nafas o2
- mendemonstrasikan 7. monitor TTV, AGD,
batuk efektif, dan suara elektrolit dan status mental
nafas yang bersih, tidak
ada cyanosis dan

19
dipsneu, mampu
bernafas dengan mudah
4 Gangguan perfusi  circulation status 1. Monitor TTV
jaringan  neurologic status 2. Monitor AGD, ukuran
berhubungan dengan  tissue perfusion: cerebral pupil, ketajaman,
perfusi organ Setelah dilakukan asuhan kesimetrisan dan reaksi
maternal menurun keperawatan, 3. Monitor adanya diplopia,
ketidakefektifan perfusi pandangan kabur, nyeri
jaringan teratasi dengan kepala
kriteria hasil: 4. Monitor level kebingungan
- Tekanan systole dan dan orientasi
diastole dalam rentang 5. Monitor tonus otot
yang diharapkan pergerakan
6. Monitor tekanan
- Tidak ada ortostatik
intrakranial dan respon
hipertensi neurologis
- Komunikasi jelas 7. Catat perubahan pasien
- Menunjukkan dalam meresppon stimulus
konsentrasi dan orientasi 8. Monitor status cairan
- Pupil seimbang dan 9. Pertahankan parameter
reaktif hemodinamik
- Bebas dari aktivitas 10. Tinggikan kepala 0-450
tergantung pada kondisi
kejang
pasien dan advis dokter

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian :
Hari, Tanggal : Kamis, 07-09-2013
Jam : 09.15 WIB
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny. P
Umur : 32 th
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : karyawan swasta
Alamat : Mulyorejo, Surabaya
No. RM : 01256xx
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. K
Umur : 35 th
Agama : islam
Hubungan dg px: suami px
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : karyawan swasta
Alamat : Mulyorejo, Surabaya
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh sering pusing
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien memeriksakan
kandungannya ke klinik kandungan, dalam pemeriksaan didapatkan bahwa TD pasien
180/100 mmHg dan oedem pada kaki, kemudian pasien dianjurkan untuk dirawat
intensive di Rumah Sakit Y karena kehamilan disertai PEB, pada tanggal (6 September
2017(21.00 WIB) pasien datang ke RS Y dan didapatkan TD pasien 180/110 mmHg,
kemudian pasien diberi injeksi MGSO4 4gr/im, kemudian pasien dirawat diruang mawar
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit menular seperti
hepatitis, TBC, malaria dan HIV/ AIDS. Penyakit menurun seperti asma, jantung,
hipertensi, DM. Penyakit menahun seperti ginjal.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit menular seperti
hepatitis, TBC, malaria dan HIV/ AIDS. Penyakit menurun seperti asma, jantung,
hipertensi, DM. Penyakit menahun seperti ginjal.
6. Riwayat Obstetri
Menarche : Umur 12 tahun
Teratur atau tidak : Teratur

21
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 2x ganti pembalut
Dismenorrhea : ada
Lamanya haid : 7 hari
Sifat darah : Encer
HPHT : 2 – 1 - 2017
TP : 9 – 10 – 2017

a. Riwayat Kehamilan Sekarang


Tanda-tanda kehamilan (Trimester 1)
 Klien mengalami telat haid
 Klien merasakan mual-mual
 Mammae menjadi tegang
 Sering kencing
 Hasil tes kehamilan positif
Trimester I :
ANC : 2x di Poskesdes
Keluhan : Pusing dan mual-mual
Terapi : B. Comp, Kalk

Trimester II:
ANC : 3x di Puskesmas
Keluhan : Tidak ada
Terapi : SF, Vit C. TT1 dan TT2 sudah diberikan
Pergerakan fetus pertamakali pada umur kehamilan 20 minggu pergerakan fetus dalam
12 jam terakhir ± 10 kali

Trimester III :
ANC : 3x di Puskesmas
Keluhan : Ibu merasakan pusing dan pengelihatan kabur
Terapi : SF, Vit C.

7. Riwayat KB
Sejak menikah ibu tidak pernah menggunakan metode kontrasepsi jenis apapun.
8. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil.
a. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 180/110 mmHg
Denyut nadi : 80x /menit
Suhu tubuh : 36,7o C
Pernafasan : 26x /menit
b. Berat badan sebelum hamil : 55 kg
c. Berat badan sesudah hamil : 74 kg
d. Lila : 25,5 cm
9. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Rambut bersih, tidak rontok, kulit kepala bersih
b. Mata :

22
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih / anikterik
Kelopak mata : Tidak ada oedema
c. Muka : Tidak ada oedema
d. Hidung : Simetris dan tidak ada polip
e. Telinga : Simetris dan tidak ada serum

f. Mulut dan Gigi


Lidah : Bersih
Gigi : Tidak ada karies
g. Leher : Tidak ada pembekakan kelenjar thypoid dan getah\
bening
h. Dada
Bentuk : Simetris
Jantung : Reguler
Paru-paru : tidak ada wheezing dan ronchi
i. Payudara
Pembesaran : sesuai dengan usia kehamilan
Benjolan : tidak ada tumor
Pengeluaran : belum ada pengeluaran colostrum
Rasa nyeri : tidak ada
Dan lain-lain : tidak ada
j. Abdomen : tidak ada bekas luka operasi.
Pembesaran : TFU masih sesuai dengan umur kehamilan
Pembesaran lien/liver : tidak ada
Strie : Strie gravidarum
Linea : linea alba dan linea nigra
k. Genetalia wanita
Vulva : Tidak ada kelainan, warna kemerahan
Perineum : Tidak ada kelainan
Vagina :Tidak ada pengeluaran seperti : air ketuban,
darah lendir, darah atau fulkus dan flour
albus.
l. Anus
Haemorid : Tidak ada
m. Ekstremitas atas :Tidak ada varices , tidak ada odema,
n. Ekstremitas bawah : Tidak ada varices, ada oedema

a. Palpasi
Leopold I : TFU 28 cm, bagian teratas perut ibu teraba lunak
DJJ : 144 x/m,
His : (-)
TBJ : 28-12x 155 = 2480 gr
Leopold II : Janin membujur, punggung janin sebelah kiri disebelah
kanan teraba bagian-bagian kecil
Leopold III : Teraba dibagian bawah rahim, besar, bulat, keras. (kepala)

23
Leopold IV : Kepala janin belum masuk panggul.

b. Perkusi
Reflek Patella : kanan dan kiri ( +/+ )

c. Pemeriksaan Laboraturium
Haemoglobin : 11%
Golongan darah :A
Protein :(+)
Urine Reduksi :(-)

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berubungan dengan spasme korteks cerebral akibat tekanan darah meningkat
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan permeabilitas kapiler meningkat
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler-alveolar (edema paru)
d. Ganggguan perfusi jaringan berhubungan dengan perfusi organ maternal menurun
(gangguan aliran arteri vena/gangguan transport O2)

3. Intervensi
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Nyeri akut Tujuan : Pain Management
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. lakukan pengkajian nyeri
dengan spasme keperawatan Nyeri akut teratasi secara komprehensif
korteks cerebral  Pain Level termasuk lokasi,
akibat tekanan  Pain Control karakterisitik, durasi,
darah meningkat  Comfort Level frekuensi, kualitas, dan
Kriteria Hasil : faktor presiptasi
 Mampu mengontrol nyeri 2. observasi reaksi nonverbal
(tahu penyebab nyeri, dari ketidaknyamanan
mampu menggunakan 3. gunakan tehnik komunikasi
tehnik nonfarmakologi terapeutik untuk
untuk mengurangi nyeri, mengetahui pengalaman
mencari bantuan ) nyeri pasien
 Melaporkan bahwa nyeri 4. tingkatkan istirahat
berkurang dengan 5. kurangi faktor presipitasi
mengggunakan menejemen nyeri
nyeri 6. pilih dan lakukan
 Mampu mengenali nyeri penanganan nyeri
(skala, intensitas, frekuensi, (farmakologi, non
dan tanda-tanda nyeri) farmakologi dan
interpersonal)
 Menyatakan rasa nyaman
7. ajarkan tehnik non
setelah nyeri berkurang
farmakologi (relaksasi dan
distraksi)
8. kolaborasi dengan dokter

24
untuk pemberian analgetik
9. lakukan evaluasi terhadap
keefektifan control nyeri
10. monitor vital sign sebelum
dan sesudah diberi
analgetik
11. berikan informasi mengenai
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang
dan antisipasi
ketidaknyamanan prosedur
2. Kelebihan  Electrolit and acid base Fluid Management
volume cairan balance 1. pertahankan catatan intake
berhubungan  Fluid balance output yang akurat
dengan  Hydration 2. pasang urin kateter jika
permeabilitas Setelah dilakukan asuhan diperlukan
kapiler keperawatan diharapkan 3. monitor hasil Hb, yang
meningkat kelebihan cairan dapat diatasi sesuai dengan retensi cairan
dan kembali normal dengan ( BUN, Hmt, Osmolalitas
kriteria hasil: urin )
- Terbebas dari edema, efusi, 4. kaji lokasi dan luas edema
anskara 5. monitor masukan
- Bunyi nafas bersih, tidak ada makanan/cairan dan hitung
dypsneu/ortopneu intake kalori
- Memelihara tekanan vena 6. monitor status nutrisi
sentral, tekanan kapiler paru, 7. kolaborasi pemberian
output jantung dan vital sign diuretik sesuai intruksi
dalam batas normal 8. kolaborasi dengan dokter
- Terbebas dari kelelahan, jika tanda cairan berlebih
kecemasan atau kebingungan muncul memburuk
9. monitor vital sign

3. Gangguan  Repiratory status : Gas Airway management


pertukaran gas Exchange 1. buka jalan nafas, gunakan
berhubungan  Respiratory : vantilation tehnik chin lift atau jaw
dengan kapiler  Vital sign status thrust bila perlu
alveolar (edema Setelah dilakukan asuhan 2. atur posisi pasien untuk
paru) keperawatan, diharapkan nafsu memaksimalkan ventilasi
makan klien normal lagi dengan 3. identifikasi pasien perlunya
kriteria hasil: pemasangan alat bantu
- tanda vital dalam rentang nafas
normal 4. lakukan fisioterapi dada
- memelihara kebersihan paru- bila perlu
paru dan bebas dari tanda- 5. auskultasi suara nafas, catat
tanda distress nafas adanya suara tambahan
- mendemonstrasikan batuk 6. monitor respirasi dan status

25
efektif, dan suara nafas yang O2
bersih, tidak ada cyanosis 7. monitor TTV, AGD,
dan dipsneu, mampu elektrolit dan status mental
bernafas dengan mudah
4 Gangguan  circulation status 1. Monitor TTV
perfusi jaringan  neurologic status 2. Monitor AGD, ukuran
berhubungan  tissue perfusion: cerebral pupil, ketajaman,
dengan perfusi Setelah dilakukan asuhan kesimetrisan dan reaksi
organ maternal keperawatan, ketidakefektifan 3. Monitor adanya diplopia,
menurun perfusi jaringan teratasi dengan pandangan kabur, nyeri
kriteria hasil: kepala
- Tekanan systole dan diastole 4. Monitor tonus otot
dalam rentang yang pergerakan
diharapkan 5. Monitor tekanan
intrakranial dan respon
- Tidak ada ortostatik
neurologis
hipertensi 6. Catat perubahan pasien
- Menunjukkan konsentrasi dalam merespon stimulus
dan orientasi 7. Monitor status cairan
- Pupil seimbang dan reaktif 8. Pertahankan parameter
- Bebas dari aktivitas kejang hemodinamik
9. Tinggikan kepala 0-450
tergantung pada kondisi
pasien dan advis dokter

4. Implementasi
No.D Tanggal Implementasi Respon
x
1 07-09-2013 Mengkaji status nyeri pasien DS: pasien mengatakan pusing
10.00 dan menganjurkan nafas dalam. seperti tertusuk tusuk, pusing
Memberikan injeksi MGSO4 hilang timbul, pasien juga
4gr/IM mengatakan akan mencoba
nafas dalam ketika pusing
DO: pasien tampak menahan
rasa sakit
P: pusing
Q: tertusuk-tusuk
S :7
R : kepala
T :hilang timbul
2 07-09-2013 Memonitor intake dan output DS: pasien mengatakan minum
11.00 cairan satu gelas air, pasien juga
Mengobservasi keadaan mengatakan BB sebelum hamil
odema. 55kg dan saat hamil 74kg,
Menyarankan pasien minum pasien mengatakan
dibatasi 500ml/hari. ada oedema pada kedua kaki,

26
output urine pasien 100cc,
pasien mengatakan akan
membatasi minum
DO: terdapat edema pada
ekstremitas bawah kanan dan
kiri, pasien tampak mengerti
dan akan membatasi jumlah
Cairan
3 07-09-2013 Memonitor status respirasi DS: pasien mengatakkan sesak
12.00 pasien nafas, pasien mengatakan
sedikit cemas karena
penyakitnya
DO : pasien tampak lemah,
terpasang kanul oksigen 3 lpm
RR: 26x/m
4 07-09-2013 Memonitor TTV. DS : pasien mengatakan pusing
13.00 Memonitor intake dan output DO : pasien tampak lemah,
cairan. output urine pasien 100cc, TD=
Menganjurkan pasien posisi 180/110 mmHg, N=80x/mnt,
semi fowler. S=36,70C, RR=26x/mnt

5. Evaluasi
No.D Jam Evaluasi
x
1 18.00 S: pasien mengatakan pusing sedikit berkurang
O: pasien menarik nafas dalam saat nyeri
kepala timbul,Skala :6
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
2 18.00 S : pasien mengatakan BB sebelum hamil 55kg
saat hamil 74kg, pasien mengatakan akan
mengurangi minum
O: terdapat edema pada ekstremitas bawah
kanan dan kiri
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3 18.00 S : pasien mengatakan masih sesak nafas
O : pasien terlihat lemah, terpasang kanul
oksigen 3liter RR:28x/m
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
4 18.00 S: pasien mengatakan pusing sedikit berkurang
O : pasien tampak lemah, output urine pasien
500cc, TD= 170/90 mmHg, N=80x/mnt,

27
S=36,40C, RR=25x/mnt
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

28
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Preeklamsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan
terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelunya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 20 minggu (Obgynacea 2009). (Nanda Nic Noc 2013)
Hipertensi karena kehamilan yaitu : hipertensi yang terjadi karena atau pada saat
kehamilan dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri biasanya terjadi pada usia kehamilan
memasuki 20 minggu (sumber: kebidanan). (Ai Yeyeh Rukiyah, Asuhan Kebidanan 4 Patologi.
Hal: 167-168)

4.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami kerangka
sistem asuhan keperawatan maternitas pada preeklamsia dan hipertensi sehingga mahasiswa
mampu membuat asuhan keperawatan keperawatan maternitas dengan preeklamsia dan
hipertensi, serta mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait cara mencegah dan
memberikan pertolongan pertama pada pasien dengan preeklamsia dan hipertensi.

29
DAFTAR PUSTAKA

http://med.unhas.ac.id/obgin/wp-content/uploads/2016/08/PENANGANAN-TERKINI-PEB-EL-final.pdf

https://books.google.co.id/books?
id=o7rIQ70xKjYC&pg=PA242&dq=preeklampsia&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=preeklampsia
&f=false

https://books.google.co.id/books?id=oH-
LJsnLO1wC&pg=PA102&dq=preeklampsia&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlxpmT-
IrWAhUKLI8KHY3LChUQ6AEILTAB#v=onepage&q=preeklampsia&f=false/halaman 101

https://books.google.co.id/books?id=KSu9cUd-
cxwC&pg=PA409&dq=preeklampsia&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjlxpmT-
IrWAhUKLI8KHY3LChUQ6AEIOTAD#v=onepage&q=preeklampsia&f=false

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/35366/Chapter
%20ll.pdf;jsessionid=0A0C6496C6F363DE5BA17CAAC9513F6D?sequence=3

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39621/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

http://eprints.undip.ac.id/46164/3/Candra_Cahyaningtyas_Giyanto_22010111130090_Lap.KTI_BAB_II.p
dF

http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_227Penatalaksanaan%20Tekanan%20Darah%20pada
%20Preeklampsia.pdf

30

Anda mungkin juga menyukai