Anda di halaman 1dari 16

KEKERASAN

DAL AM RUMAH TANGGA


TERHADAP IBU
AJ 2
DISUSUN OLEH:

1.LAZUARDI A.A 131711123071


2.HASANUDIN 131711123072
3.MUNALI 131711123074
LATAR BELAKANG
Kehidupan rumah tangga yang damai, sejahtera, dan bahagia adalah dambaan setiap keluarga.
Tidak ada satupun wanita di dunia ini yang menginginkan kehidupan rumah tangga yang kandas di
tengah jalan, karena harus mengalami perceraian dalam rumah tangganya. Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) telah menjadi agenda bersama dalam beberapa decade terakhir. Fakta menunjukkan
bahwa KDRT memberikan efek negatif yang cukup besar bagi wanita sebagai korban. Jumlah kasus
KDRT yang dicatat oleh komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan di tahun 2006 yang
dilayani oleh lembaga ini, 74% diantaranya adalah kass KDRT (Kalibonso, 2010).
Data tahunan Indonesia dari Komnas Perlindungan Perempuan mencatat bahwa tindak
kekerasan pada perempuan terutama kekerasan di ranah domestik me ngalami peningkatan setiap
tahunnya. Tahun 2010 tercatat kekerasan dalam rumah tangga berjumlah 101.128 kasus, tahun 2011
sebanyak 113.878, jumlah ini mengalami peningkatan sebanyak 5,9 %. Sedangkan untuk tahun 2012
dengan jumlah 142.662 kasus juga mengalami pe ningkatan sebesar 11,61 % jika dibandingkan dengan
kasus tahun sebelumnya. Data Polda Sumatera Barat mencatat bahwa dari tahun 2011hingga tahun
2013 jumlah kekerasan di wiIayah Sumatera Barat adalah 299 kasus tahun 2011, 336 kasus tahun 2012,
dan 350 kasus di tahun 2013.
PENGERTIAN
Dalam Pasal 1 ayat 1, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2004 tentang
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga menyatakan bahwa:“Kekerasan dalam rumah tangga adalah
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaraan rumah tangga termasuk ancaman
untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga”.

Menurut Arif Gositabahwa (1993, dalam


Pradipta, 2013:34) yang dimaksud dengan
KDRT adalah berbagai macam tindakan yang
menimbulkan penderitaan mental, fisik, dan
sosial para anggota keluarga oleh sesama
anggota keluarga (anak/ menantu, ibu/ istri,
dan ayah/ suami).
BENTUK-BENTUK KDRT

1. Kekerasan pada suami terhadap istri


2. Kekerasan istri terhadap suami
3. Kekerasan orang tua kepada anak-anak
4. Kekerasan anak kepada orang tua
Di dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga,
dalam Pasal 1 angka 1 menyebutkan definisi kekerasan dalam rumah tangga sebagai berikut:
• Kekerasan fisik
• Kekerasan psikologis
• Kekerasan seksual
• Kekerasan ekonomi / penelantaran rumah tangga;
• Ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Menurut Yusuf A.H, Hanik E.N, Rizki F (2015) Bentuk - bentuk kekerasan dalam rumah tangga antara lain :
a. Secara fisik, yaitu menampar, memukul, menjambak rambut, menendang, menyundut dengan rokok, melukai
dengan senjata, dan sebagainya.
b. Secara psikologis, yaitu penghinaan, komentar-komentar yang merendahkan, melarang istri mengunjungi
saudara atau teman-temannya, mengancam akan dikembalikan ke rumah orang tuanya, dan sebagainya.
c. Secara seksual (marital rape), yaitu kekerasan dalam bentuk pemaksaan dan penuntutan hubungan seksual.
d. Secara ekonomi, yaitu tidak memberi nafkah istri, melarang istri bekerja, atau membiarkan istri bekerja
untuk dieksploitasi
FAKTOR PENYEBAB KEKERASAN
• Biologi
Perubahan sistem limbik otak dan neurotransmitter menyebabkan individu tidak mampu mengendalikan
perilaku agresifnya.
• Psikologi
Kegagalan, frustasi, ketidakpuasan, pernah jadi korban, saksi, atau pelaku kekerasan.
• Sosial budaya
Adanya perilaku agresif yang dapat memenuhi kebutuhan akan cenderung diulang dalam cara penyelesaian
masalah. Adanya penerimaan masyarakat atas perilaku kekerasan yang terjadi, tidak adanya pencegahan, dan
kurang berperannya aspek hukum akan menyuburkan perilaku kekerasan di dalam keluarga dan
masyarakat.
STRATEGI PENCEGAHAN
 Pendidik
Institusi pendidikan dari jenjang sd sampai dengan sma memiliki andil yang penting dalam usaha pencegahan
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
 Penegak hukum dan keamanan
Pemerintah bersama penegak hukum juga memiliki peran yang lebih kuat melalui uu no. 4 tahun 1979 tentang
kesejahteraan anak, bab ii pasal 2 yang menyatakan, “anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan yang
dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan secara wajar”. Selain itu, uu no. 23
tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Oleh karenanya, tidak ada alasan bagi
siapapun untuk boleh melakukan kekerasan dalam rumah tangga.
 Media massa
Media massa sebaiknya menampilkan berita kekerasan yang diimbangi dengan artikel pencegahan dan
penanggulangan dampak kekerasan yang diterima korban jangka panjang atau pendek, sehingga masyarakat
tidak menjadikan berita kekerasan sebagai inspirasi untuk melakukan kekerasan.
 Pelayanan kesehatan
a) Prevensi primer, yaitu promosi orang tua dan keluarga sejahtera.
b) Prevensi sekunder, yaitu diagnosis dan tindakan bagi keluarga yang stres.
c) Prevensi tertier, yaitu edukasi ulang dan rehabilitasi keluarga.
METODE PENGAMBILAN DATA

METODE PENGAMBILAN DATA KASUS


PEMBAHASAN
Dari dua kasus yang kita dapat dapat kita ketahui bahwa KDRT adalah tindakan kekerasan
yang dilakukan oleh anggata keluarga kepada suami, istri atau anak baik secara fisik seperti memukul,
menampar, menendang dan psikologis seperti mencaci maki sehingga menimbulkan trauma fisik dan
psikologis korban nya.
Menurut Edi S, Wiyarsi A. dan Salirawati D. (2013) Pada usia perkawinan 10,1 – 15 tahun,
KDRT terbanyak yang dialami adalah jenis kekerasan psikis, yaitu sebesar 22,373%. Hal ini karena di
tahun perkawinan yang menginjak tahap lima tahun ketiga banyak ketegangan keluarga terjadi akibat
penuh dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan mendidik dan membesarkan anak yang kadang-
kadang tidak sejalan, terutama banyak ucapan keras dan kasar kedua belah pihak (suami istri) dalam
penyelesaian masalah. Apalagi jika suami istri tidak mampu menyiasati hidup, maka pada usia
perkawainan ini sangat rawan terjadi percecokan dalam rumah tangga.
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan tindakan
yang tidak perlu dilakukan dikarenakan akan hanya
menimbulkan dampak yang buruk bagi keluarga

Dengan tingginya kejadian KDRT dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan istri selaku korban. Dampak
tersebut meliputi rasa takut, cemas, letih, kelainan, stress post traumatic, serta gangguan makan dan tidur
yang merupakan reaksi panjang dari tindak kekerasan. Namun, tidak jarang akibat tindak kekerasan terhadap
istri juga mengakibatkan kesehatan reproduksi terganggu secara biologis yang pada akhirnya mengakibatkan
terganggunya secara sosiologis. Pada perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dapat
menyebabkan terganggunya kesehatan reproduksi, diantaranya gangguan menstruasi seperti menorhagia,
hipomenorhagia atau metrorhagia, bahkan wanita tersebut dapat mengalami menopause lebih awal,
mengalami penurunan libido, dan ketidakmampuan mendapatkan orgasme sebagai akibat tindak kekerasan
yang dialaminya
DAFTAR RUJUKAN
Fransiska Y.2012. GAMBARAN Pengetahuan dan Sikap Perempuan Dewasa Tentang Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT) di RW 10 Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos
Kota Depok. Fakultas Keperawatan Program Sarjana. Jurnal
Mardiyati I. 2015. Dampak trauma kekerasan dalam rumah tangga terhadap perkembangan psikis
anak. Dosen ftik iain Pontianak : Jurnal
Mery Ramadani, Fitri yuliani, 2015. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebagai salah satu isu
kesehatan masyarakat secara global. Fakultas kesehatan masyarakat, universitas andalas,
padang, sumatra barat, 25148: Jurnal.
Pradipta K.G. 2013.Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Kekerasan Dalam Rumah TanggaYang
Dilakukan Oleh Istri. Fakultas Hukum Universitas Hasanudin Makasar: Jurnal
Yusuf A.H, Hanik E.N, Rizki F. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai