Anda di halaman 1dari 14

SISTEM TRIAGE

MATA KULIAH : KEP. GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN


BENCANA 1

KELOMPOK 1
II B

DISUSUN OLEH :

AGUS SETIAWAN
DEVITA
DUANA WAHYU F
FITRI FEBRIANI
INDAH PUSPITA A
NUR SUSI SUSANTI
PUTRI RAHMA M
RIDHO WAHYU P
SERLY AYU A
TRI PUJI K

(201501048)
(201501057)
(201501059)
(201501066)
(201501071)
(201501081)
(201501083)
(201501085)
(201501087)
(201501089)

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB PONOROGO


PROGRAM DIPLOMA DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat, Taufik serta Hidayah-Nya kami selaku penulis dapat menyelesaikan makalah yang
bertema Sistem Triage. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat dan Manajemen Bencana 1.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan demi semakin
baiknya sajian makalah ini.
Semoga makalah ini memberi informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Ponorogo, 29 Desember 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................

ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Tujuan ...............................................................................................................

1
1

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


A. Sistem Triase
1.
Pengertian .......................................................................................................
2.
Tujuan Sistem Triase ......................................................................................
3.
Prinsip-prinsip Triase ....................................................................................
4.
Metode dan Pelaksanaan Triase ....................................................................
5.
Kategori Triase ..............................................................................................
B. Kegawatdaruratan
1.
Pengertian .....................................................................................................
2.
Kasus kegawatdaruratan ..............................................................................
3.
Penyelesaian Masalah Primer pada Kasus ..................................................
C. Penanganan Prioritas Pada Kasus ....................................................................

2
2
2
3
4
5
5
5
7

BAB III: PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
LAMPIRAN

9
9
10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal triase
modern yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana Baron
Domonique Jean Learry (1766-1842), seorang dokter bedah yang merawat tentara
Napoleon, mengembangkan dan melaksanakan sebuah system perawatan dalam
kondisi yang paling mendesak pada tentara yang datang tanpa memperhatikan urutan
kedatangan mereka. Sistem tersebut memberikan perawatan awal pada luka ketika
berada di medan perang kemudian tentara diangkut ke rumah sakit/tempat perawatan
yang berlokasi di garis belakang. Sebelum Larrey menuangkan konsepnya, semua
orang yang terluka tetap berada di medan perang hingga perang usai baru kemudian
diberikan perawatan.
Pada tahun 1846, John Wilson memberikan kontribusi lanjutan bagi filosofi
triase. Dia mencatat bahwa, untuk penyelamatan hidup melalui tindakan pembedahan
akan efektif bila dilakukan pada pasien yang lebih memerlukan,
Pada perang dunia I pasien akan dipisahkan di pusat pengumpulan korban yang
secara langsung akan dibawa ke tempat dengan fasilitas yang sesuai. Pada perang
dunia II diperkenalkan pendekatan triase dimana korban dirawat pertama kali di
lapangan oleh dokter dan kemudian dikeluarkan dari garis perang untuk perawatan
yang lebih baik.Pengelompokan pasien dengan tujuan untuk membedakan prioritas
penanganan dalam medan perang pada perang dunia I, maksud awalnya adalah untuk
menangani luka yang minimal pada tentara sehingga dapat segera kembali ke medan
perang.
B. Tujuan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Triase
1. Pengertian
Triase (Triage) berasal dari kata perancis yang berarti menyeleksi. Dulu
istilah ini dipakai untuk menyeleksi buah anggur untuk membuat minuman anggur
yang bagus atau memisahkan biji kopi sesuai kualitasnya. Triase bencana adalah
suatu sistem untuk menetapkan prioritas perawatan medis berdasarkan berat
ringannya suatu penyakit atau tingkat kedaruratannya, agar dapat dilakukan
perawatan medis yang terbaik kepada korban sebanyak-banyaknya, di dalam kondisi
dimana tenaga medis maupun sumber-sumber materi lainnya serba terbatas (Zailani
dkk, 2009).
Menurut Pusponegoro (2010), triase berasal dari bahasa Prancis trier bahasa
inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu
proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat.
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan
berat ringannya kondisiklien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera.
Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (respon time) untuk
mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu < 10 menit.
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas
penanganan dan sumber daya yang ada (Wijaya, S, 2010).
2. Tujuan Sistem Triase
1. Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera, ini ke perawatan
yang dilakukan di lapangan.
2. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan.
3. Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan, inilah tiga alasan dan
tujuan dilakukannya triase gawat darurat PPGD.
3.

Prinsip-prinsip Triase
Prinsip-prinsip triase yang utama sekali harus dilakukan adalah :
Triase umumnya dilakukan untuk seluruh pasien
Waktu untuk triase per orang harus lebih dari 30 detik
Prinsip utama triase adalah melaksanakan prioritas dengan urutan nyawa >
fungsi > penampilan.
Pada saat melakukan triase, maka kartu triase akan dipasangkan kepada korban
luka untuk memastikan urutan prioritasnya. (Zailani, dkk, 2009).
2

Triase dilakukan berdasarkan observasi terhadap 3 hal, yaitu :


1. Pernafasan (respiratory)
2. Sirkulasi (perfusion)
3. Status mental (mental state)
Dalam pelaksanaannya biasanya dilakukan tag label triase (label berwarna)
yang dipakai oleh petugas triase untuk mengidentifikasi dan mencatat kondisi untuk
tindakan medis terhadap korban.
4. Metode dan Pelaksanaan Triase
Simple Triage and Rapid Treatment (START) adalah metode yang telah
dikembangkan atas pemikiran bahwa Triase harus akurat, cepat, dan universal.
Metode tersebut menggunakan 4 macam observasi yaitu, bisa berjalan, bernafas,
sirkulasi darah, dan tingkat kesadaran untuk menentukan tindakan dan penting
sekali bagi seluruh anggota medis untuk mampu melakukan Triase dengan metode
ini (Zailani, dkk, 2009).
Untuk alur pelaksanaan triase pada korban bencana massal, dapat dilihat pada
kema berikut

5. Kategori Triase
Korban yang nyawanya dalam keadaan kritis dan memerlukan prioritas utama
dalam pengobatan medis diberi kartu merah. Korban yang dapat menunggu untuk
beberapa jam diberi kartu kuning. Sedangkan korban yang dapat berjalan sendiri
diberi kartu hijau. Korban yang telah melampaui kondisi kritis dan kecil
kemungkinannya untuk diselamatkan atau telah meninggal diberi kartu hitam.
Dalam kondisi normal, pasien yang sudah diambang kematian dapat diselamatkan
dengan pengobatan yang serius walaupun kemungkinannya sangat kecil. Para
petugas medis yang sudah terbiasa memberikan pelayanan medis yang maksimal dan
pantang menyerah terhadap pasien dengan kondisi seperti itu,mungkin akan
dihinggapi perasaan berdosa saat memberikan kartu hitam kepada korban. Disinilah
letak perbedaan antara pengobatan darurat dengan prinsip :terbaik untuk satu orang
dan pengobatan bencana dengan prinsip terbaik untuk semua (Zailani, dkk, 2009).
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yng mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul.
Untuk lebih jelasnya, kategori triase dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
Priorita

Warna

Kode

Kategori

Kondisi penyakit / luka

s
Memerlukan pengobatan dengan
1

Merah

Prioritas

segera karena dalam kondisi yang

pertama

sangat kritis yaitu tersumbatnya

pengobatan

jalan nafas, dyspnea, perdarahan,


syok, hilang kesadaran.
Pengobatan mereka dapat ditunda

Kuning

II

Bisa

untuk beberapa jam dan tidak

menunggu

akan berpengaruh terhadap

pengobatan

nyawanya, tanda-tanda vital


stabil.
Mayoritas korban luka yang dapat

Hijau

III

Ringan

berjalan sendiri mereka dapat


melakukan rawat jalan.

Meninggal
4

Hitam

atau tidak
dapat
diselamatkan

Korban sudah meninggal ataupun


tanda-tanda kehidupannya terus
menghilang.

B. Kegawatdaruratan
1. Pengertian
Adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi
keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spirtual yang
komprehensif ditujukan kepadaklien/pasien yang mempunyai masalah aktual atau
resiko yang mengancam kehidupan, terjadi secara mendadak atau tidak dapat
diperkirakan, dan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dikembangkan sedemikian rupa
sehingga mampu mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi
(Kemenkes, R.I, 2010).
2. Kasus kegawatdaruratan
a. Pasien Gawat dan Darurat
Yaitu pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan terancam nyawanya.
Contoh kasus : pada pasien IMA (Infark Miokard Acute)
b. Pasien Gawat Tidak Darurat
Yaitu pasien yang berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat.
Contoh kasus : pasien dengan karsinoma (kanker)
c. Pasien Tidak Gawat Tapi Darurat
Yaitu pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam
nyawa.
Contoh kasus : seseorang yang baru saja digigit ular
d. Pasien Tidak Gawat dan Tidak Darurat
Yaitu pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kegawatdaruratan.
Contoh kasus : batuk pilek
e. Pasien DOA (Death On Arrival)
Yaitu pasien yaitu pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan
meninggal.
Contoh kasus : pasien meninggal
3. Penyelesaian Masalah Primer pada Kasus
Yaitu dengan menggunakan pengkajian primer :
a. Airway
Mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol
servikal. Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada
obstruksi maka lakukan :
Chin lift / jaw trust
Suction / hisap
Guedel airway
Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral.
b. Breathing

Mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan


agar

oksigenasi

adekuat.

Kelemahan

menelan/

batuk/

melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan /


atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi,
whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
c. Circulation
Mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan. TD
dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap
lanjut,

takikardi, bunyi

jantung

normal pada

tahap dini,

disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis


pada tahap lanjut
d. Disability
Mengecek status neurologi. Menilai kesadaran dengan
cepat, apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau atau
sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS.
e. Eksposure
Environmental control. Lepaskan baju dan penutup tubuh
pasien agar dapat dicari semua cidera yang mungkin ada, jika
ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka
imobilisasi in line harus dikerjakan.
Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi
yang mengancam nyawa pasien dilakukan dalam tempo waktu
yang singkat (kurang dari 10 detik), difokuskan pada Airway
Breathing Circulation (ABC).

C. Penanganan Prioritas Pada Kasus


SKENARIO 1
Anda perawat yang mendapat tugas untuk melakukan Triage
setelah mendapat informasi, telah terjadi kecelakaan mobil. 5 menit
setelah sampai di tempat kejadian, ternyata sebuah mobil sedan
dengan 5 orang penumpang menabrak bagian belakang truck yang
sedang membawa kayu. Setelah Anda melakukan pemeriksaan di
dapatkan kondisi pasien :
PASIEN A :
Laki-laki umur 24 tahun, telah di ekstrikasi dari dalam dari dalam
mobil. Pernafasan ada bunyi gargling, darah keluar dari hidung saat
ekspirasi, pembengkakan di daerah leher dan Nampak sianosis.
Ditemukan fraktur maksila, gigi banyak yang patah dan ada fraktur
klavikula terbuka. Tanda-tanda vital : nadi 140 kali/menit, kekuatan
sedang, respirasi 40 kali/menit, GCS 12.
PASIEN B :
Perempuan umur 38 tahun, pasien mengeluh sakit, ada kayu
menancap di dada sebelah kanan serta ada luka selebar 4 cm dan
tampak jaringan paru keluar masuk dari luka tersebut. Tanda-tanda
vital : nadi 100 kali/menit, kekuatan sedang, respirasi 35 kali/menit,
GCS 15.
PASIEN C :
Laki-laki umur 40 tahun. Mengeluh nyeri dada, ada nyeri tekan di
sternum dan nampak sesak, bising nafas berkurang pada paru
sebelah kiri. Perlukaan, ada fraktur kostae 3-6 kiri dan fraktur femur
kiri terbuka. Tanda-tanda vital : nadi 110 kali/menit, kecil, respirasi 35
kali/menit, GCS 15.
PASIEN D :
Laki-laki

umur

35

tahun,

sadar,

sedikit

gelisah.

Dari

hasil

pemeriksaan, seluruh perut nyeri. Tanda-tanda vital : nadi 105


kali/menit, akral dingin, respirasi 32 kali/menit, GCS 15.
PASIEN E :
Laki-laki umur 32 tahun, mengeluh nyeri di tungkai bawah sebelah
kanan. Hasil pemeriksaan tungkai kanan dingin, pulsasi bagian distal
7

tidak teraba. Tanda-tanda vital : nadi 105 kali/menit, respirasi 20


kali/menit, GCS 15.

Dengan menuliskan nomor 1-5 ( 1 prioritas tertinggi dan 5 prioritas terendah) :


a. Pasien A = 1
Karena px saat diperiksa tampak sesak berat dan mengalami
perlukaan berat di daerah maksilo facial dengan pernafasan
40x/menit, peningkatan nadi 120x/menit, dan penurunan GCS 8
b. Pasien B = 3
Karena px saat diperiksa palpasi teraba krepitasi di daerah
panggul, mengeluh sangat nyeri di daerah perut dan akral terasa
dingin, jadi bisa saja ada perdarahan yang tidak terlihat
c. Pasien C = 2
Karena pada saat diperiksa px nampak sangat sesak dan hanya
berespon bila diajak bicara serta bising nafas tidak terdengar pada
paru-paru sisi kiri dengan pernafasan 35x/menit dan peningkatan
nadi 140x/menit.
d. Pasien D = 5
Karena keadaan px yang masih dapat dikatakan stabil dengan ttv
standart normal jadi dapat dikatakan keadaan tidak gawat darurat.
e. Pasien E = 4
Karena dari hasil pemeriksaan nampak ekskoriasi di seluruh tubuh
serta tungkai kanan tampak angulasi ditakutkan terjadi perdarahan
terselubung

sekitas

400cc-800cc

150x/menit.

dengan

peningkatan

nadi

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Pusponegoro (2010), triase berasal dari bahasa Prancis trier bahasa
inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu
proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat.
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan
berat ringannya kondisiklien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam
triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji
keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu < 10 menit.
B. Saran

10

DAFTAR PUSTAKA
Kartikawati, D. (2011). Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta:
Salemba Medika.
Kathleen, O. S., McLain, J, K., & Scheetz, L, J. (2014). Panduan Belajar Keperawatan
Emergensi. Jakarta: EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai