Anda di halaman 1dari 8

Keunggulan keseluruhan Triage

Triage Start ( Simple Triage and Rapid Treatment)

Kelebihan :

Triage yang sangat mudah dilakukan meski orang awam sekalipun. Mengutamakan
penatalaksanaannya berdasarkan prinsip ABC dan hanya memberikan laber warna
merah, kuning, hijau, dan hitam.

Prosedur START
Langkah 0 : panggil korban yang masih bisa berjalan untuk mendekat ke arah
petugas yang berada di lokasi aman korban yang masih bisa berjalan diberi label hijau
Langkah 1 : Airway + Breathing
- cek nafas, apabila tidak bernafas, buka jalan nafasnya, jika tetap tidak bernafas
diberi label hitam
- pernafasan lebih dari 30 kali/menit
- pernafasan 10-30 kali permenit kelangkah berikutnya
Langkah 2: Circulation
- cek CRT tekan kuku tangan penderita kemudian lepas,apabila kembali merah
lebih dari 2 detik diberi warna merah
- atau lakukan cek nadi radialis, apabila tidak teraba,atau lemah berikan kabel
merah
- apabila nadi radialis teraba kelangkah berikut
Langkah 3: Mentalstatus
- berikan perintah sederhana kepada penderita apabila mengikuti berikan label
kuning
- Apabila tidak dapat mengikuti perintah berikan label merah

Triage ATS (Australian Triage Scale)

Sistem triase di Australia dikenal dengan Australian Triage Scale (ATS) dan ini
berlaku sejak tahun 1994. Berbeda dari fungsi awal triase, selain menetapkan prioritas
pasien, ATS juga memberi batasan waktu berapa lama pasien dapat menunggu
sampai dapat pertolongan pertama. Di Australia proses triase dilakukan oleh perawat
gawat darurat. Karena triase sangat diperlukan untuk alur pasien dalam UGD yang
lancar dan aman,Australia memiliki pelatihan resmi triase perawat dan dokter. Tujuan
pelatihan meningkatkan konsistensi peserta dalam menetapkan kategori triase dan
menurunkan lama pasien berada dalam UGD.
Dalam sistem ATS dikembangkan mekanisme penilaian khusus kondisi urgent untuk
pasien pediatrik, trauma, triase di daerah terpencil, pasien obstetri dan gangguan
perilaku. Untuk memudahkan orang yang melakukan triase dalam mengenali kondisi
pasien maka di ATS terdapat kondisi tertentu yang menjadi deskriptif klinis dengan
tujuan memaparkan kasus kasus medis yang lazim dijumpai sesuai dengan kategori
triase sehingga memudahkan trier menetapkan kategori.

ATS terbagi atas 5 kategori, dengan masing-masing response time


antara lain:

Kategori ATS 1
Meliputi kondisi yang menjadi ancaman bagi kehidupan (atau
akan segera terjadi kemunduran dan membutuhkan penanganan segera).

Deskripsi ketegori:

Kondisi yang mengancam nyawa atau beresiko mengancam nyawa bila tidak
segera di intervensi
Deskripsi klinis:

Henti jantung, henti nafas

Kategori ATS 2
Penilaian dan perawatan dalam waktu 10 menit. Kondisi pasien
cukup serius atau dapat memburuk begitu cepat sehingga ada potensi
ancaman terhadap kehidupan, atau kegagalan sistem organ jika tidak
diobati dalam waktu sepuluh menit dari kedatangan.

Deskripsi kategori :
Resiko mengancam nyawa, dimana kondisi pasien dapat memburuk dengan
cepat
Deskripsi klinis :

Jalan napas ada stridor disertai distress pernapasan, gangguan sirkulasi: akral
dingin, hipotensi dengan gangguan hemodinamik, nadi kurang dari 50x/menit
atau 150x/menit

Kategori ATS 3
Penilaian dan perawatan dimulai dalam 30 menit, kondisi pasien dapat
berlanjut pada keadaan yang mengancam kehidupan, atau dapat
menyebabkan morbiditas jika penilaian dan perawatan tidak dimulai dalam
waktu tiga puluh menit setelah kedatangan (urgency situasional).

Deskripsi kategori:

Potensi bahaya. Mengancam nyawa atau akan tambah parah bila dalam 30
menit tidak dilakukan tindakan
Deskripsi klinis :

Hipertensi berat, kehilangan darah moderat, sesak nafas, paska kejang, demam
pada pasien immunokompromais.

Kategori ATS 4
Penilaian dan perawatan dimulai dalam waktu 60 menit. Kondisi pasien
dapat mengancam, atau dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan,
ada potensi untuk hasil yang merugikan jika pengobatan tidak dimulai
dalam waktu satu jam, cenderung memerlukan konsultasi atau manajemen
rawat inap.

Deskripsi kategori:

Kondisi berpotensi jatuh menjadi lebih berat apabila penilaian dan tatalaksana
tidak segera dilaksanakan dalam waktu 60 menit
Deskripsi klinis:
Perdarahan ringan, terhirup benda asing tanpa ada sumbatan jalan napas dan
sesak napas, nyeri ringan sedang, nyeri perut non spesifik

Kategori ATS 5
Penilaian dan perawatan dimulai dalam 120 menit kondisi pasien tidak
urgent sehingga gejala atau hasil klinis tidak akan terjadi perubahan secara signifikan jika
penilaian dan pengobatan ditunda hingga dua jam dari
kedatangan.

Deskripsi kategori:

Kondisi tidak segera yaitu kondisi kronik atau minor dimana gejala tidak
beresiko memberat bila pengobatan tidak segeraa diberikan
Deskripsi klinis:

Nyeri ringan, riwayat penyakit tidak beresiko dan saat ini tidak
bergejala, luka kecil, pasien kronis, psikiatri tanpa gejala akut
dan hemodinamik stabil

Berikut adalah beberapa kelebihan dari model triase Australia:

Triase adalah titik kontak pertama pasien pada saat kedatangan di IGD.

Untuk mengurangi antrian, proses triase dan registrasi dilakukan secara


simultan atau gunakan pendaftaran mobile (di sisi tempat tidur pasien) oleh
staf administrasi.

Triase dilakukan tidak > 5 menit.

Setelah triase perawat senior melakukan pengkajian triase menggunakan


ATS.

Kemudian memilah pasien ke dalam bagian-bagian ruangan IGD, bagian


resusitasi/trauma, akut atau sub acute. Semua pemeriksaan di IGD
diselesaikan dalam waktu 2 jam untuk selanjutnya ditransfer ke are yang
paling sesuai untuk perawatan.
Triage CTAS (Canadian Triage and Acuity Scale)

Kelebihan :
Konsep awal yaitu CTAS mengikuti konsep ATS, dimana prioritas pasien
disertai dengan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan penanganan awal. CTAS
juga dilengkapi dengan rangkuman keluhan dan tanda klinis khusus untuk membantu
petugas melakukan identifikasi sindrom yang dialami pasien dan menentukan level
triase. Metode CTAS juga mengharuskan pengulangan triase (re-
triage) dalam jangka waktu tertentu atau jika ada perubahan kondisi pasien ketika
dalam observasi.
Pengambilan keputusan dalam sistim CTAS berdasarkan keluhan utama pasien,
dan hasil pemeriksaan tanda vital yang meliputi tingkat kesadaran, nadi, pernafasan,
tekanan darah, dan nyeri. Penilaian dilakukan selama 2-5 menit, namun bila pasien
dianggap kategori CTAS 1 dan 2, maka harus segera dikirim ke area terapi. Seperti
ATS, CTAS juga membuat batasan waktu berapa lama pasien dapat menunggu
penanganan medis awal. Batasan waktu yang ditetapkan masih memiliki kelonggaran
karena kunjungan pasien yang tidak dapat diprediksi dan dibatasi adalah realitas yang
dihadapi oleh tiap unit gawat.

Indikator Keberhasilan Triase CTAS Berdasarkan waktu respon :


Kategori 1 : Pasien dengan kategori ini 98% harus segera ditangani oleh dokter
Kategori 2 : Pasien dengan kategori ini 95% harus ditangani oleh dokter dalam waktu
15 menit
Kategori 3 : Pasien dengan kategori ini 90% harus ditangani oleh dokter dalam waktu
30 menit
Kategori 4 : Pasien dengan kategori ini 85% harus ditangani oleh dokter dalam waktu
60 menit
Kategori 5 : Pasien dengan kategori ini 80% harus ditangani oleh dokter dalam waktu
120 menit

Triage ESI (Emergency Severity Index)


Triase Amerika Serikat disebut juga dengan Emergency Severity Index (ESI) dan
pertama kali dikembangkan di akhir tahun 90 an. Ditandai dengan dibentuknya Joint
Triage Five Level Task Force oleh The Emergency Nursing Association (ENA) dan
American College of Physician (ACEP) untuk memperkenalkan lima kategori triase
untuk menggantikan tiga kategori sebelumnya. Perubahan ini berdasarkan
pertimbangan kebutuhan akan presisi dalam menentukan prioritas pasien di UGD,
sehingga pasien terhindar dari keterlambatan pengobatan akibat kategorisasi terlalu
rendah, atau sebaliknya pemanfaatan UGD yang berlebihan untuk pasien yang non
urgen akibat kategorisasi terlalu tinggi.
Metode ESI menentukan prioritas penanganan awal berdasarkan sindrom yang
menggambarkan keparahan pasien dan perkiraan kebutuhan sumber daya unit gawat
darurat yang dibutuhkan (pemeriksaan laboratorium, radiologi, konsultasi spesialis
terkait, dan tindakan medik di unit gawat darurat).
Apabila ada pasien baru datang ke unit gawat darurat, maka petugas triase akan
melakukan dua tahap penilaian, yaitu :

tahap pertama adalah menentukan keadaan awal pasien apakah berbahaya atau tidak, bila
berbahaya maka kondisi pasien termasuk level 1 atau 2. Pasien dikelompokkan kedalam level 1
apabila terjadi ganggguan di tanda vital yang mengancam nyawa seperti henti jantung, paru dan
sumbatan jalan nafas. Pasien dengan tanda vital tidak stabil dan sindrom yang potensial
mengancam akan dikelompokkan ke level 2 seperti nyeri dada tipikal, perubahan kesadaran
mendadak, nyeri berat, curiga keracunan, dan gangguan psikiatri dengan risiko membahayakan
diri pasien atau orang lain.

Pasien yang tidak memenuhi kriteria level 1 dan 2 akan memasuki tahap penilaian kedua yaitu
perkiraan kebutuhan pemakaian sumber daya UGD (pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
radiologi, tindakan atau terapi intravena) dan pemeriksaan tanda vital lengkap. Apabila saat
triase diperkirakan pasien yang datang tidak membutuhkan pemeriksaan penunjang dan terapi
intravena, maka pasien termasuk kategori 5, apabila pasien diperkirakan perlu menggunakan satu
sumber daya UGD (laboratorium atau x ray atau EKG, atau terapi intravena) maka termasuk
kategori 4, apabila pasien diperkirakan membutuhkan lebih dari satu sumber daya UGD untuk
mengatasi masalah medisnya, maka akan masuk kategori 3 (apabila hemodinamik stabil) atau
kategori 2 (apabila hemodinamik tidak stabil). Analisis sistematik yang dilakukan Christ
menunjukkan bahwa ESI dan CTAS adalah sistim triase yang memiliki reliabilitas paling baik.

Kelebihan :

1. Perawat triase dipandu untuk melihat kondisi dan keparahan tanpa harus
menunggu intervensi dokter.
2. Pertimbangan pemakaian sumber daya memungkinkan IGD memperkirakan
utilisasi tempat tidur.
3. Sistem triase ESI menggunakan skala nyeri 1-10 dan pengukuran tanda
vital yang secara umum dipakai di Indonesia

Triage MTS (Mancester Triage Scale)

Manchester Triage Skala (MTS) bersama-sama dikembangkan oleh Canadian


Association of Emergency Physicians and the National Emergency Nurses Affiliation
of Canada.. MTS berbeda baik dgn ATS maupun CTAS dalam hal pendekatan
berbasis algoritma untuk pengambilan keputusan. MTS menggunakan 52 flow chart
yang membutuhkan pembuat keputusan untuk memilih algoritma yang tepat
berdasarkan keluhan pasien, dan kemudian mengumpulkan dan menganalisis
informasi sesuai dengan kondisi yang mengancam nyawa, rasa sakit, perdarahan,
tingkat kesadaran, suhu, dan durasi tanda dan gejala.
MTS membutuhkan dokumentasi standar, dan pendekatan ini diyakini
menghemat waktu yang diperlukan untuk dokumentasi. Selain itu, pendekatan ini
dianggap sangat bermanfaat bagi perawat pemula karena proses pengambilan
keputusan dilakukan dengan parameter yang sudah ditetapkan. Kesulitan penerapan
MTS adalah membutuhkan system komputerisasi yang canggih.

Triage Singapore Patients Acuity Category Scale (PACS)


Terdiri dari 4 skala prioritas:
PAC 1
Kategori pasien yang sedang mengalami kolaps kardiovaskuler atau dalam kondisi mengancam
nyawa. Pertolongan tidak boleh delay, misal: MAyor Trauma, STEMI, Cardiac Arrest.

PAC 2
Merupakan kjategori pasien sakit berat, tidur di brankar/bed dan distress berat tetapi
hemodinamik stabil pada pemeriksaan awal. Pasien ini mendapat mendapat prioritas pertolongan
kedua dan pengawasan ketat karena cenderung kolaps bila tidak mendapat pertolongan. Misal:
Stroke, Closed Fracture Tulang Panjang Asthma Attack.

PAC 3
Merupakan kategori pasien sakit akut-moderate, mampu berjalan dan tidak beresiko kolaps.
Pertolongan secara efektif di IG cukup menghilangkan atau memperbaiki keluhan pasien. Misal :
Demam, Vulnus, Cedera Ringan- Sedang.

PAC 4
Merupakan kategori pasien Non Emergency, dapat dirawat di Poliklinik. Tidak membutuhkan
pengobatan segera dan tidak menderita prnyakit yang beresiko mengancam jiwa, misal: Acne,
Dislipidemia.

Kelebihan PACS merupakan sistem triage berbasis bukti, hanya berfokus pada parameter klinis
pasien, sehingga gampang diingat karena sistemnya yang sederhana, hanya dibagi menhadi
kategori Emergency ( didasarkan pada hemodinamik, distress, mampu beraktifitas.berbaring dan
resiko kolaps) dan Non Emergency ( tidak ditemukanurgensi pengobatan dan dapat dirawat
secara poliklinis).

Referensi : Atmoji JT, Widiyanto A, T Yuniarti. (2019). Relibialitas system triase dalam
pelayanan gawat darurat : A Review. Jurnal Ilmu Keperawatan Intan Husada. Vol 7 No. 2

Anda mungkin juga menyukai