OLEH
KELOMPOK 7 :
1. AYU APRILIA AZ ZAHRA
2. DIANA LESTARI
3. SUCI ISMALIATY S. MALIK
4. VIONA ARDHYAS VEGA ARIESTA
Kelompok 7
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah pernapasan menempati urutan tertinggi dalam
menentukan prioritas penanganan kegawatan maupun kekritisan. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa ketika seseorang tidak mendapatkan
oksigen, meskipun dalam hitungan menit maka bias berakibat fatal.
Berbagai penyakit yang berkaitan dengan pernapasan pada akhirnya akan
berujung pada kondisi gagal napas. Hal ini membutuhkan penanganan
khusus, dimana oksigenisasi masih tetap terpenuhi meskipun pasien sudah
tidak mampu lagi bernapas.
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang
untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal.
Tujuan utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk
mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi
pernapasan kembali ke keadaan normal. Ventilator mekanik dibagi
menjadi dua, yaitu ventilator mekanik invasive dan ventilator mekanik non
invasive.
Peningkatan kualitas dari ventilator mekanik menyebabkan makin
luasnya area penggunaan mesin tersebut. Tindakan operasi yang
membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu dengan
keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat
pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator
mekanik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ventilator mekanik?
2. Apa saja indikisi dari ventilator mekanik?
3. Apa saja tujuan dari ventilator mekanik?
4. Apa saja klasifikasi dari ventilator mekanik?
5. Apa saja indikasi pemasangan dari ventilator mekanik?
6. Apa saja kriteria dari pemasangan ventilator mekanik?
4
7. Bagaimana cara pengaturan pernapasan pada pasien yang terpasang
ventilator mekanik?
8. Apa saja komplikasi dari ventilator mekanik?
9. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan
indikasi pemasangan ventilator mekanik?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi dari ventilator mekanik
2. Dapat mengetahui indikasi dari ventilator mekanik
3. Dapat mengetahui tujuan dari ventilator mekanik
4. Dapat mengetahui klasifikasi dari ventilator mekanik
5. Dapat mengetahui indikasi pemasangan dari ventilator mekanik
6. Dapat mengetahui kriteria dari pemasangan ventilator mekanik
7. Dapat mengetahui cara pengaturan pernapasan pada pasien yang
terpasang ventilator mekanik
8. Dapat mengetahui komplikasi dari ventilator mekanik
9. Dapat mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
dengan indikasi pemasangan ventilator mekanik
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
C. Tujuan Ventilasi Mekanik
Tujuan ventilasi mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi
Gallo, 2010). Bila fungsi paru untuk melaksanakan pembebasan CO2 atau
7
Ketika terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida antara aliran
darah dan permukaan alveolus secara difusi, udara harus dipindahkan
ke dalam maupun luar paru untuk membantu keseimbangan pertukaran
gas. Pada saat bernapas spontan, tekanan negatif diciptakan oleh
rongga pleura melalui otot-otot pernapasan, sehingga gradien tekanan
yang terjadi antara tekanan atmosfer dan tekanan di dalam toraks
menghasilkan aliran udara ke dalamparu.
Pada iron lung, udara ditarik secara mekanik untuk membentuk
ruang vakum di dalam tanki, sehingga tekanan menjadi negatif.
Tekanan negatif tersebut akan menyebabkan terjadinya ekspansi dada,
yang menyebabkan turunnya tekanan intrapulmoner sehingga
meningkatkan aliran udara sekitar ke dalam paru. Ketika vakum
dilepaskan, tekanan di dalam tangki menjadi sama dengan sekitar,
menyebabkan terjadinyaekshalasi pasif dada dan paru. Ketika ruang
vakum terbentuk, abdomen pun mengembang seiring dengan
pengembangan paru, membatasi aliran darah balik vena ke jantung,
sehingga menyebabkan terkumpulnya darah vena di ekstremitas
bawah.
Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi,
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga
memenuhi volumenya. Ventilator tekanan negatif digunakan terutama
pada gagal napas kronik yang berhubungan dengan kondisi
neovaskular, seperti: polimielitis, distrofi muscular, sklerosis lateral
amiotrofik, dan miastenia gravis. Penggunaan ventilator jenis ini tidak
sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya
membutuhkan perubahan ventilasi sering.
2. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian
mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada
ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakealatau trakeostomi
untuk meningkatkan tekanan jalan napas. Tekanan positif ini akan
8
membiarkan udara mengalir ke dalam jalan napas hingga pernapasan
melalui ventilator dihentikan. Kemudian, tekanan jalan napas akan
turun hingga menjadi nol, dan dinding dada dan paru akan mendorong
volume tidal di dalamnya sehingga memicu udara pernapasan keluar
melalui ekshalasi pasif.
Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit
paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif, yaitu:
tekanan bersiklus, waktu bersiklus, dan volumebersiklus.
a. Ventilator tekanan bersiklus, merupakan ventilator tekanan positif
yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai.
Siklus ventilator hidup mengantarkan aliran udara hingga tekanan
tertentu yang telah ditetapkan. Ketika tekanan tersebut seluruhnya
telah tercapai, siklus akan mati. Kerugian prinsip ini adalah jika
terjadi perubahan pada komplain paru, volume udara yang
diberikan juga berubah, sehingga tidak dianjurkan diberikan pada
pasien dengan status paru yang tidak stabil. Ventilator jenis ini
digunakan hanya untuk jangka waktu pendek di ruangpemulihan.
b. Ventilator waktu bersiklus, merupakan ventilator yang
mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah waktu yang telah
ditentukan. Waktuinspirasiditentukan oleh waktu dan kecepatan
inspirasi (jumlah napas per menit). Normal I/E = 1:2.
c. Ventilator volume bersiklus, merupakan ventilator yang
mengalirkan volume udara pada setiap inspirasi yang telah
ditentukan. Jika volume preset telah dikirimkan pada pasien,
siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif.
Keuntungan prinsip ini adalah perubahan pada komplain paru
pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten. Ventilator
volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan positif yang
paling banyakdigunakan.
9
E. Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik
Penggunaan ventilasi mekanik diindikasikan ketika ventilasi spontan
pada pasien tidak adekuat untuk memelihara kehidupannya. Ventilasi
mekanik juga diindikasikan sebagai profilaksis terhadap kolaps yang akan
terjadi dari fungsi fisiologis lainnya, atau pertukaran gas yang tidak efektif
di dalam paru. Contoh indikasi medis penggunaan ventilasi
mekanik,yaitu(Christia, Angela. 2013):
1. Gagal Napas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas, henti napas (apneu),
maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen
merupakan indikasi ventilator mekanik. Idealnya, pasien telah
mendapat intubasi dan pemasangan ventilator mekanik sebelum terjadi
gagal napas yang sebenarnya. Distres pernapasan disebabkan
ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat
berupa kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena
kelemahan otot pernapasan dada (kegagalan memompa udara karena
distrofi otot).
Gagal napas dibagi menjadi 2 tipe, yaitu: gagal napas hipoksemia
dan gagal napas hiperkarbia. Gagal napas hipoksemia disebabkan oleh
kondisi-kondisi sebagai berikut, yaitu: edema paru, pneumonia,
perdarahan paru, dan respiratory distress syndrome yang
menyebabkan ketidaksesuaian antara ventilasi-perfusi dengan shunt.
Gagal napas hipoksemia ditandai dengan SaO2 arteri <90%, meskipun
fraksi oksigen inspirasi > 0.6. Tujuan dari pemasangan ventilasi
mekanik pada kondisi ini yaitu untuk menyediakan saturasi oksigen
yang adekuat melalui kombinasi oksigen tambahan dan pola ventilasi
tertentu sehingga meningkatkan ventilasi-perfusi dan mengurangi
intrapulmonary shunt.
Sedangkan, gagal napas hiperkarbia disebabkan oleh kondisi yang
menurunkan minute ventilation atau peningkatan dead space fisiologis
sehingga ventilasi alveolar menjadi tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolik. Kondisi yang berhubungan dengan gagal napas
10
hiperkarbia, yaitu: penyakit neuromuscular seperti miastenia gravis,
ascending polyradiculopathy, miopati, dan penyakit-penyakit yang
menyebabkan kelelahan otot pernapasan karena peningkatan kerja,
seperti: asma, PPOK, dan penyakit paru restriktif. Kondisi gagal napas
hiperkarbia ditandai dengan PCO2 > 50 mmHg dan pH arteri <7.30.
2. Apneu dengan henti napas, termasuk kasus akibat intoksikasi
Pasien apneu, seperti pada kondisi kerusakan sistem saraf pusat
katastropik, membutuhkan tindakan yang cepat untuk pemasangan
ventilator mekanik.
3. Syok
Semua jenis syok menyebabkan proses metabolik seluler yang
akan memicu terjadinya jejas sel, organ failure, dan kematian. Syok
akan menyebabkan paling tidak tiga respon pernapasan, yaitu:
peningkatan ruang mati ventilasi, disfungsi otot-otot pernapasan, dan
inflamasi pulmoner. pasien dengan syok biasanya
dilaporkansebagaidispneu. Pasien juga biasanya mengalami takipneu
dan takikardi, asidosis metabolik atau alkalosis respiratorik dengan
beberapa derajat kompensasi respiratorik.
4. InsufisiensiJantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan
pernapasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF,
peningkatan kebutuhan aliran darah pada sistem pernapasan (sebagai
akibat peningkatan kerja napas dan konsumsi oksigen) dapat
mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilator untuk
mengurangi beban kerja sistem pernapasan sehingga beban kerja
jantung juga berkurang.
5. DisfungsiNeurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang berisiko mengalami apneu
berulang juga mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu, ventilator
mekanik juga berfungsi untuk menjaga jalan napas pasien. Ventilator
mekanik juga memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien
dengan peningkatan tekanan intrakranial.
11
F. Kriteria Pemasangan Ventilator
1. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
2. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
3. PaCO2 lebih dari 60 mmHg.
4. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
5. Vital capacity kurang dari 15 ml / kg BB.
12
H. Komplikasi Ventilasi Mekanik
Beberapa komplikasi ventilasi mekanik yaitu (Christia, Angela. 2013) :
1. Komplikasi yang terkait dengan airway: edema laring, trauma
mukosa trakea, kontaminasi saluran napas bawah, hilangnya fungsi
kelembaban pada saluran napas atas.
2. Komplikasi pada paru: ventilator-induced lung injury, barotrauma,
toksisitas oksigen, atelektasis, pneumonia nosokomial,inflamasi.
3. Komplikasi pada kardiovaskular: berkurangnya venous return,
berkurangya cardiac output, hipotensi.
4. Komplikasi pada gastrointestinal dan nutrisi: perdarahan
gastrointestinal,malnutrisi.
5. Komplikasi pada neuromuskular: peningkatan tekananintrakranial.
6. Komplikasi pada keseimbangan asam basa: asidosis respiratorik,
alkalosis respiratorik.
13
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN VENTILASI
MEKANIK
1. Pengkajian
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi
ventilator. Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :
a. Tanda-tanda vital
b. Bukti adanya hipoksia
c. Frekuensi dan pola pernafasan
d. Bunyi nafas
e. Status neurologis
f. Volume tidal, ventilasi semenit , kapasitas vital kuat
g. Kebutuhan pengisapan
h. Upaya ventilasi spontan klien
i. Status nutrisi
j. Status psikologis
Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator
tekanan positif. Tekanan intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung dan
pembuluh darah besar dengan demikian mengurangi arus balik vena dan curah
jantung. Tekanan positif yang berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks
spontan akibat trauma pada alveoli. Kondisi ini dapat cepat berkembang menjadi
pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi mengganggu arus balik vena, curah
jantung dan tekanan darah.
Untuk mengevaluasi fungsi jantung perawat terutama harus
memperhatikan tanda dan gejala hipoksemia dan hipoksia (gelisah,gugup, kelam
fakir, takikardi, takipnoe, pucat yang berkembang menjadi sianosis, berkeringat
dan penurunan haluaran urin).
Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator
pengaturannya telah dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat
harus memperhatikan hal-hal berikut :
14
1. Jenis ventilator
2. Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
3. Pengaturan volume tidal dan frekunsi
4. Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
5. Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.
6. Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.
7. Humidifikasi
8. Alarm
9. PEEP
Catatan:
Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan jika masalah tidak dapat
diidentifikasi dan diperbaiki dengan cepat, perawat harus siap memberikan
ventilasi kepada klien dengan menggunakan Bag Resuscitation Manual.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi
mekanik yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasikuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elaktrolit.
15
16
BAB III
PENUTUP
17
DAFTAR PUSTAKA
Kamayani, Made Oka Ari. 2016. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ventilasi
Mekanik. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.
Urden, L. D., Stacy, K.M., Lough, M.E. et al. (2010). Critical Care Nursing.
USA, Mosby Elsevier.
18
19
20
21
22