Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

“Skill Lab : Perawatan Trakheostomi”

Dosen Pembimbing:

Disusun Oleh:
Kelompok 2
2011165369 Deva Lestiarma S
2011165360 Dwi Oktiviani
2011165358 Hilda Pratiwi
2011165366 Huriyah Isty
2011165355 Laras Sati
2011165251 Muhammad Edo Karefo
2011165348 Patri Cia Yeremia
2011165363 Renika Simamora
2011165372 Raudatul Jannah
2011165351 T. Hidayu Marizal

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Keperawatan Kritis.
Tugas makalah ini berisi tentang “Perawatan Trakhesotomi”. Selama
proses penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bimbingan, dukungan dan
arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini serta perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 11 November 2021

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................I
DAFTAR ISI...........................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan Pembelajaran.................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Trakheostomi...............................................................................3

2.2 Manfaat Trakheostomi..............................................................................3

2.3 Indikasi Trakheostomi...............................................................................4

2.4 Klasifikasi Trakheostomi..........................................................................4

2.5 Teknik Trakheostomi................................................................................5

2.6 Komplikasi Trakheostomi.........................................................................5

2.7 Jenis Kanul................................................................................................6

2.8 Perawatan Pasca Trakheostomi.................................................................8

2.9 SOP............................................................................................................8

2.10 Analisa Video Youtube terhadap Materi pada Makalah.......................10

BAB 3 PENUTUP
3.1 Saran........................................................................................................12

3.2 Saran........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebanyak 8-13 % pasien rawat ICU membutuhkan ventilasi mekanis
dilanjutkan trakeostomi. Indikasi utama trakeostomi adalah pada pasien
yang membutuhkan ventilasi mekanis lama, akses yang mengurangi sekret
jalan napas, obstruksi jalan napas atas serta mengurangi ruang rugi serta
untuk memfasilitasi weaning ventilator. Trakeostomi adalah prosedur
membuka dinding anterior trakea dan diikuti dengan fiksasi trakea terhadap
kulit di leher. Trakeostomi adalah prosedur invasif dengan komplikasi
seperti pedarahan, ulserasi, parur, pneumothoraks, stenosis trakea
(Purwaamidjaja &Lestari 2020)
Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding anterior trakea
untuk mengatasi sumbatan jalan napas. Ada beberapa indikasi trakeostomi
antara lain osbtruksi mekanik pada saluran napas atas seperti adanya tumor
pada saluran napas atas, epiglotis, juga pada pasien dengan kelainan
neurologi, trauma terutama pada saluran napas atas, pasien dengan
kesadaran menurun untuk mencegah terjadinya aspirasi ke saluran
pernapasan bawah.Trakeostomi adalah operasi relatif umum digunakan
untuk menjaga jalan napas pasien dan memperlancar akses saluran
pernapasan bagian bawah dengan melewati saluran napas bagian atas.
(Sanna, 2019)
Trakeostomi memiliki beberapa kelebihan apabila dibandingkan dengan
intubasi endotrakea jangka panjang diantaramya dapat meningkatkan
kenyamanan pasien, kebersihan rongga mulut, kemampuan berkomunikasi,
kemungkinan untuk makan secara oral serta perawatan yang lebih aman dan
mudah. Selain itu penggunaan selang trakeostomi dapat pula menurunkan
hambatan udara, memiliki potensi untuk menurunkan penggunaan obat
sedasi dan analgesik sehingga dapat memfasilitasi proses penyapihan dan
menghindari pneumonia akibat penyapiha. Dengan demikian, tindakan
trakeostomi diharapkan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas pada
2

pasien yang memerlukan bantuan ventilasi mekanik. (Kurniawati, et al


2014)
Keputusan untuk melakukan trakeostomi pada pasien kritis oleh klinisi
harus bersifat individual dan disesuaikan dengan kondisi pasien dengan
mempertimbangkan pemulihan, risiko intubasi jangka panjang dan
komplikasi pasca tindakan.
Berdasarkan yang telah dikemukakan diatas, kelompok tertarik untuk
membahas topik tersebut dalam sebuah makalah skill lab yang berjudul
“Perawatan Trakeostomi”

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah perawatan pasien dengan trakeostomi?

1.3 Tujuan Pembelajaran


Makalah ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami perawatan
pasien dengan trakeostomi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Trakheostomi


Trakeostomi adalah prosedur pembedahan dengan memasang slang
melalui sebuah lubang ke dalam trakea untuk mengatasi obstruksi jalan
nafas bagian atas atau mempertahankan jalan nafas dengan cara menghisap
lendir, atau untuk penggunaan ventilasi mekanik yang kontinu. Trakeostomi
dapat digunakan sementara yaitu jangka pendek untuk masalah akut, atau
jangka panjamg biasanya permanen dan slang dapat dilepas (Marelli dalam
Yuliastuti, 2018).
Pada awalnya trakeostomi sering dilakukan dengan indikasi sumbatan
jalan napas atas, namun saat ini sejalan dengan kemajuan unit perawatan
intensif, trakeostomi lebih sering dilakukan atas indikasi intubasi lama
(prolonged intubation) dan penggunaan mesin ventilasi dalam jangka waktu
lama.(Dina dalam Yuliastuti, 2018) Keputusan untuk melakukan
trakeostomi pada umumnya dapat dilakukan dalam waktu 7 hari dari
intubasi.(Charles dalam Yuliastuti, 2018).

2.2 Manfaat Trakheostomi


Menurut Charles dalam Yuliastuti (2018) Trakeostomi memiliki
kelebihan apabila dibandingkan dengan intubasi endotrakeal jangka panjang
antara lain:
a. Meningkatkan kenyamanan pasien
b. Kebersihan rongga mulut
c. Kemampuan untuk berkomunikasi
d. Kemungkinan makan secara oral serta perawatan yang lebih mudah dan
aman
e. Memiliki potensi untuk menurunkan penggunaan obat sedasi dan
analgesic sehingga dapat menfasilitasi proses penyapihan dan
menghidari pneumonia akibat ventilator mekanik
4

2.3 Indikasi Trakheostomi


Menurut Novialdi dan Surya dalam Yuliastuti (2018), indikasi dasar
trakeostomi secara garis besar adalah :
a. Pintas (bypass) Obstruksi jalan nafas atas
b. Membantu respirasi untuk periode yang lama
c. Membantu bersihan sekret dari saluran nafas bawah
d. Proteksi traktus trakeobronkhial pada pasien dengan resiko aspirasi
e. Trakeostomi elektif, misalnya pada operasi bedah kepala leher sehingga
memudahkan akses dan fasilitas ventilasi.
f. Untuk elektif, misalnya pada operasi bedah kepala leher
g. Untuk mengurangi kemungkinan timbulnya stenosis subglotis.

Indikasi trakeostomi di ICU menurut Charles dalam Yuliastuti antara lain:


a. Mencegah obstruksi jalan nafas atas karena tumor, pembedahan, trauma,
benda asing, atau infeksi
b. Untuk mencegah kerusakan laring di jalan nafas karena intubasi
endotrakeal yang berkepanjangan
c. Untuk memudahkan akses ke jalan nafas untuk melakukan pengisapan
dan pengangkatan sekresi
d. Untuk menjaga jalan napas yang stabil pada pasien yang membutuhkan
dukungan ventilasi mekanis atau oksigenasi prolonged
2.4 Klasifikasi Trakheostomi
Menurut Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi dalam Yuliastuti (2018),
trakeostomi dibagi atas 2 (dua) macam, yaitu berdasarkan letak trakeostomi
dan waktu dilakukan tindakan. Berdasarkan letak trakeostomi terdiri atas
letak rendah dan letak tinggi dan batas letak ini adalah cincin trakea ketiga.
Sedangkan berdasarkan waktu dilakukan tindakan maka trakeostomi dibagi
dalam trakeostomi darurat (dalam waktu yang segera dan persiapan sarana
sangat kurang) dan trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan
dapat dilakukan secara baik.
5

2.5 Teknik Trakheostomi


Menurut Novialdi dan Surya dalam Yuliastuti (2018), berikut teknik
trakeostomi :
a. Trakeostomi emergensi
Trakeostomi emergensi relatif jarang dilakukan dan penyebab yang
sering adalah obstruksi jalan nafas atas yang tidak bisa diintubasi.
Anoksia pada obstruksi jalan nafas akan meyebabkan kematian dalam
waktu 4-5 menit dan tindakan trakeostomi harus dilakukan dalam 2-3
menit. Teknik insisi yang paling baik pada trakeostomi emergensi
adalah insisi kulit vertikal dan insisi vertikal pada cincin trakea kedua
dan ketiga.
b. Trakeostomi elektif
Saat ini mayoritas tindakan trakeostomi dilakukan secara elektif
atau semi-darurat. Trakeostomi elektif paling baik dilaksanakan
diruang operasi dengan bentuan dan peralatan yang adekuat.
c. Trakeostomi Dilatasi Perkutaneus
Trakeostomi dilatasi perkutaneus adalah suatu teknik trakeostomi
minimal invasif sebagai alternatif terhadap teknik konvensional.
Trakeostomi dilatasi perkutaneus (TDP) dilakukan dengan cara
menempatkan kanul trakeostomi dengan bantuan serangkaian dilator
dibawah panduan endoskopi. Prosedur ini dikenalkan oleh Pasquale
Ciagalia pada tahun 1985. Griggs pada tahun 1990 melakukan
modifikasi dengan menggunaan kawat pemandu dan forsep dilatasi
(Griggs Guidewire Dilating Forceps/ GWDF) pada prosedur ini

2.6 Komplikasi Trakheostomi


Menurut Smeltzer & Bare dalam Yuliastuti (2018) komplikasi yang terjadi
dalam penatalaksanaan selang trakeostomi dibagi atas :
a. Komplikasi dini
1) Perdarahan
2) Pneumothoraks
6

3) Embolisme udara
4) Aspirasi
5) Emfisema subkutan atau mediastinum
6) Kerusakan saraf laring kambuhan atau penetrasi sinding trakea
posterior
b. Komplikasi jangka Panjang
1) Obstruksi jalan nafas akibat akumulasi sekresi
2) Infeksi
3) Ruptur arteri inominata
4) Disfagia
5) Fistula trakeoesofagus
6) Dilatasi trakea atau iskemia trakea
7) Nekrosis

2.7 Jenis Kanul


Kanul trakeostomi yang ideal harus cukup kaku untuk dapat
mempertahankan jalan nafas namun cukup fleksibel untuk membatasi
kerusakan jaringan dan memberikan kenyamanan pada pasien. Kanul
trakeostomi dibagi menjadi 2 bahan yaitu bahan plastik dan bahan metal
Secara umum, kanul trakeostomi yang terbuat dari bahan plastik lebih
disukai dibandingkan bahan bahan logam. Hal ini disebabkan bahan plastik
lebih fleksibel dan nyaman serta sedikit traumatik ke jaringan sekitarnya.
Kanul trakeostomi tersedia dengan kanul dalam (kanul ganda) dan
tanpa kanul dalam.Kanul ganda memiliki kanul dalam yang dapat menjaga
kanul tetap bersih sehingga mencegah sumbatan total kanul (Dina dalam
Yuliastuti, 2018). Menurut Novialdi dan Surya (2009) dalam Yuliastuti
(2018) berikut beberapa jenis kanul trakeostomi adalah :
a. Kanul dengan Cuff
Kanul ini diindikasikan suction tekanan udara dalam cuff
dipertahankan 20-25 mmHg, jika tekanan cuff lebih tinggi dapat
menekan kapiler, menyebabkan iskemia mukosa dan stenosis trakea. Jika
tekanan cuff lebih rendah dapat menyebabkan mikroaspirasi dan
7

meningkatkan pneuomonia nosokomial. Kanul ini relatif


dikontraindikasikan pada anak-anak usia kurang dari 12 tahun karena
adanya resiko kerusakan perkembangan membran trakea, memiliki
cincin trakea yang sempit terutama sekitar cincin krikoid sehingga
kebocoran udaranya minimal. Kanul ini memberikan jalan nafas yang
aman sampai pasien bisa dilepaskan dari ventilator dan sudah dapat
mengeluarkan sekretnya sendiri. Sebagian besar balon yang digunakan
berbentuk barel dengan volume yang tinggi dan tekanan yang rendah
untuk mendistribusikan tekanan dalam balon sehingga dapat mengurangi
ulserasi trakea, nekrosis dan atau stenosis. Komplikasi dari kanul tipe ini
adalah adanya gangguan menelan karena balon akan menghalangi
elevasi laring saat proses menelan sehingga tidak ada proteksi dari
aspirasi sekret.
b. Kanul tanpa cuff
Tipe ini biasanya digunakan untuk pasien yang tidak membutuhkan
ventilasi tekanan positif jangka lama, tidak adanya resiko aspirasi seperti
pada pasien yang mengalami kelumpuhan pita suara, tumor kepala dan
leher, gangguan neuromuskular, anak- anak dan neonatus.
c. Fenestrated tubes
Kanul ini mempunyai lobang tunggal atau multiple pada
lengkungan kanul. Kanul ini tersedia dengan atau tanpa balon.
d. Extended tube tracheostomy
Kanul ini lebih panjang. Biasanya digunakan pada pasien dengan
pembesaran kelenjar tyroid atau pasien yang mengalami penebalan
jaringan lunak leher, trakeomalasia, stenosis trakea pada level yang
rendah, khypoidosis. Kanul ini tersedia dengan atau tanpa anak kanul.
Tabel 2.1 Ukuran kanul berdasarkan usia dan diameter dalam kanul
Age Trakea (transverse Inner diameter
diameter, mm) trakeostomi tube, mm
0-1 month 5 2,5-3,0
1-6 month 5-6 3,5
6-18 month 6-7 4,0
18 month-3 years 7-8 4,5
3-6 years 8-9 5
6-9 years 9-10 5,5
8

9-12 years 10-13 6


12-14 years 13 7

2.8 Perawatan Pasca Trakheostomi


Perawatan pasien pasca trakeostomi di ICU dan ruang rawat inap
sangatlah penting, karena perawatan yang buruk dapat mengakibatkan
kematian. Kematian yang sering terjadi biasanya disebabkan oleh sumbatan
pada kanul karena penumpukan sekret. (Bove dan Morris dalam Yuliastuti,
2018).
Perawatan pasca trakeostomi menurut Dina dalam Yuliastuti (2018)
antara lain:
a. Pemberian humidifikasi buatan yaitu melembabkan udara pernafasan
dengan alat nebulizer tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya
kekeringan pada trakea,traketis,atau terbentuknya krusta.
b. Pengisapan sekret secara berkala untuk menurunkan risiko sumbatan
pada kanul trakeostomi dan pengisapan dilakukan secara steril untuk
mencegah infeksi.
c. Pembersihan kanul dalam, dilakukan untuk mencegah adanya secret
yang menyumbat yaitu dengan cara merendam dalam air hangat
kemudian disikat kemudian dibilas dengan air hangat. Selama
pembersihan kanul dalam, dipasang kanul pengganti.
d. Perawatan stoma lubang pada trakeostomi karena seringnya banyak
sekret disekitarnya yaitu dengan pemberian kassa pada stoma
dilakukan setiap hari untuk mencegah eskoriasis dan infeksi luka
operasi.

2.9 SOP
1. Tahap Pre Interaksi
a. Verifikasi order atau tindakan
b. Menyiapkan alat
Peralatan yang dibutuhkan yaitu :
1) Tracheostomi tube (TT) 7) Perlak
2) Sarung tangan steril 8) Kassa steril
3) Sarung tangan bersih 9) Peralatan dressing TT yang
9

4) NaCl 0,9% steril (3 buah pinset, com


5) Tracheostomy cleaning steril)
brush/a pipe cleaner 10) Gunting
6) Tali pengikat TT 11) Bengkok

c. Cuci tangan
2. Tahap Orientasi
a. Berikan salam
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
c. Menjaga privasi
3. Tahap Kerja
a. Letakkan perlak dibawah area
b. Ambil kassa humidifier apabila pasien tidak terpasang ventilator
c. Pakai sarung tangan bersih
d. Lepaskan inner cannula dari TT dan bersihkan dengan NS/Hydrogen
peroxide. Setelah dibersihkan, kembalikan inner cannula ke TT.
e. Lepaskan pita dan instruksikan asisten untuk memegangi trakeostomi
f. Pakai sarung tangan steril
g. Bersihkan stoma dengan teknik aseptik menggunakan NaCl 0,9%.
Pastikan kondisi stoma kering setelah dibersihkan.
h. Beri kassa steril yang kering disamping stoma.
i. Pegang tali pengikat trakeostomi
j. Letakkan kassa humidifier apabila pasien tidak terpasang
ventilator/cek steril water pada tabung humidifier ventilator.
4. Tahap Terminasi
a. Akhiri dan simpulkan kegiatan
b. Evaluasi perasaan pasien
c. Kontrak kegiatan selanjutnya
d. Bersihkan alat dan cuci tangan
5. Tahap Dokumentasi
a. Catat tindakan yang telah dilakukan dan respon pasien terhadap
tindakan
10

2.10 Analisa Video Youtube terhadap Materi pada Makalah


1. Video tracheostomy care tutorial oleh JSCC Simulation Lab
Pada persiapan alat nurse menyebutkan alat yang dibutuhkan dalam
“trach care “. Selain kit “trach care” yang berisi 3 buah kotak penampung.
Di dalamnya terdapat kassa dressing dengan tembus/tersayat , beberapa
kassa, tali pengikat trakea (apabila tidak ada ikatan Velcro yang tersedia
secara komersial), cotton but, sikat kawat, pembersih pipa, sarung tangan
steril, tirai steril disertai hydrogen peroxide, sebotol air saline.
Tatalaksana :
1. Buka “trach care kit” dengan arah menjauhi tubuh
2. Kenakan handscone steril yang terdapat didalamnya
3. Ketika handscone terpasang, pastikan tubuh menjauh dari area untuk
memastikan tangan tidak menyentuh area non steril.
4. Bentangkan alas/tirai untuk tindakan di atas meja, tetap pertahankan
prinsip steril. Apabila ada area yang terlipat biarkan saja.
5. Buka tutup botol air saline serta letakkan semua peralatan di dalam kit
ke atas alas yang telah terbentang.
6. Gunakan tangan yang tidak dominan (mis: tangan kiri) untuk on (lepas
dari prinsip steril) dengan memegang botol berisi air saline/peroxide,
lalu buka tutupnya.
7. Isilah ketiga kotak penampung dengan cairan tersebut.
8. Gunakan tangan non dominan untuk melepaskan masker oksigen. Lalu
putar inner cannula, Tarik ke bawah sembari memutar ke arah kita.
Dan letakkan dalam kotak penampung pertama.
9. Kembalikan masker oksigen untuk menghindari pasien kekurangan
oksigen selama tindakan selanjutnya berlangsung.
10. Gunakan kembali tangan non dominan untuk memegang bagian luar
Inner kanula yang tadi diletakkan pada kotak penampung. Selanjutnya
gunakan tangan dominan/steril untuk memegang sikat kawat, dan
bersihkan area dalam dan luar inner canula. Lalu bilas di kotak
penampung lainnya, jangan lupa untuk di tap.
11

11. Inner cannula yang telah bersih dimasukkan kembali ke outter


cannula/ikatan trakea. Sebelum itu lepaskan makser oksigen dengan
tangan kanan yang menandakan berakhirnya prinsip steril.
12. Selanjutnya dengan menggunakan air di dalam kotak penampung
terakhir, gunakan cotton but tersebut dan bersihkan tepat di bawah
papan leher (depan dan belakang), gunakan pula kassa yang telah
dibasahi air saline untuk membersihkan secret pada area luar TT dan
masker oksigen.
13. Terakhir letakkan kassa dressing trakea dari bawah ikatan trakea. Hati-
hati untuk tidak menarik TT. Lalu kenakan kembali masker oksigen
12

BAB 3
PENUTUP

3.1 Saran
1. Trakeostomi adalah prosedur pembedahan dengan memasang slang
melalui sebuah lubang ke dalam trakea untuk mengatasi obstruksi jalan
nafas bagian atas atau mempertahankan jalan nafas dengan cara menghisap
lendir, atau untuk penggunaan ventilasi mekanik yang kontinu.
2. Indikasi trakeostomi di ICU antara lain: mencegah obstruksi jalan nafas
atas karena tumor, pembedahan, trauma, benda asing, atau infeksi, untuk
mencegah kerusakan laring di jalan nafas karena intubasi endotrakeal yang
berkepanjangan, untuk memudahkan akses ke jalan nafas untuk melakukan
pengisapan dan pengangkatan sekresi, untuk menjaga jalan napas yang
stabil pada pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi mekanis atau
oksigenasi prolonged
3. Perawatan pasca trakeostomi menurut Dina dalam Yuliastuti (2018) antara
lain:
a. Pemberian humidifikasi buatan yaitu melembabkan udara pernafasan
dengan alat nebulizer tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya
kekeringan pada trakea,traketis,atau terbentuknya krusta.
b. Pengisapan sekret secara berkala untuk menurunkan risiko sumbatan
pada kanul trakeostomi dan pengisapan dilakukan secara steril untuk
mencegah infeksi.
c. Pembersihan kanul dalam, dilakukan untuk mencegah adanya secret
yang menyumbat yaitu dengan cara merendam dalam air hangat
kemudian disikat kemudian dibilas dengan air hangat. Selama
pembersihan kanul dalam, dipasang kanul pengganti
d. Perawatan stoma lubang pada trakeostomi karena seringnya banyak
sekret disekitarnya yaitu dengan pemberian kassa pada stoma
dilakukan setiap hari untuk mencegah eskoriasis dan infeksi luka
operasi.
13

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menamabah pengetahuan tentang SOP dalam
melaksanakan perawatan trakeostomi pada pasien.
.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati dkk. (2014) Hubungan antara jarak waktu trakeostomi dengan


mortalitas pasien kritis terventilasi mekanik di unit perawatan intensif.
Diakses 6 November 2021. Terdapat di situs
http://www.indonesiajournalchest.com

Purwaamidjaja & Lestari (2020) Trakeostomi dini pada pasien kritis coronavirus
disease. Diakses 6 November 2021. Terdapat di situs
http://repository.unsri.ac.id

Sanna, A.T. (2019) Perbandingan kadar eosinofil dan netrofil mukosa hidung pada
pasien pasca trakeostomi di Makassar. Diakses 6 November 2021 terdapat
di situs http://jurnal.unismuhpalu.ac.id

Yuliastuti E. (2018). Pengetahuan perawat tentang prosedur suction terhadap


praktek suction pada pasien yang terpasang trakeostomi di rsup dr kariadi
semarang. Diakses pada 5 November 2021, terdapat di situs :
http://repository.unimus.ac.id/2052/13/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai