Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KMB II

“Konsep dan Asuhan Keperawatan pada Pasien


dengan Ablasi”

Oleh :
Kelompok 5 :
Ratih Nofriani (183110269)
Revita Sari (183110270)
Risma Tri Anisa (183110271)
Septri Annisa Azmi (183110272)
Shafira Izzati (183110273)
Sri Putri Jannah (183110274)

Kelas : 2C
Dosen Pembimbing :
Ns. Yossi Suryarinilsih, M.Kep.Sp.KMB

D-III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “.Konsep dan
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ablasi” Dalam penyusunan makalah ini
mungkin ada hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman
dan bimbingan dari dosen pembimbing sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan
doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang “.Konsep dan Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Ablasi”. Kami mohon maaf apabila makalah ini mempunyai
banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis yang masih dalam tahap
pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun, sangat diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi pembaca maupun kami.

Padang , Januari 2020

Kelompok 5

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling
umum di dunia. Penyakit kardiovaskular menyumbang hampir mendekati
40% kematian di negara maju dan sekitar 28% di negara miskin dan
berkembang. Salah satunya adalah aritma jantung atau gangguan irama
jantung.
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada infark miokardium.Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada
frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit
abnormal atau otomatis
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.
Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
Untuk mengatasi aritmia dengan irama jantung yang lebih cepat dari
normal sebuah teknologi kedokteran yang disebut Ablasi. Ablasi
bisa dilakukan dengan metode konvensional maupun 3 dimensi telah
digunakan secara luas. Ablasi adalah tindakan intervensi non bedah dengan
cara memasukkan kateter ablasi melalui pembuluh darah vena maupun arteri
di daerah lipat paha maupun leher untuk kemudian mencapai jantung.

2. Tujuan
Tujuan umum : untuk memenuhi tugas terstuktur kardiovaskuler pada
semester 4 mengenai Ablasi
Tujuan khusus:
1. Mengetahui anatomi jantung
2. Mengetahui apa itu ablasi
3. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan ablasi jantung

3
BAB II
TINAJUAN TEORITIS

A. Anatomi Jantung
1. Ukuran dan Bentuk
Jantung adalah organ berongga dan memiliki empat ruang yang terletak
antara kedua paru-paru dibagian tengah rongga thoraks. Dua pertiga jantung
terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi mediastinum.
Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya.
Bentuknya seperti kerucut tumpul. Ujung atas yang lebar (basis) mengarah ke
bahu kanan, ujung bawah yang mengerucut (apeks) mengarah ke panggul
kiri.
2. Pelapis
Pericardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan
mengecil, membungkus jantung dan pembulu darah besar. Kantong ini melekat
pada diafragma, sternum, vertebra dan pleura yang membungkus paru. Terdiri atas
lapisan fibrosa dan serosa. Lapisan fibrosa tersusun dari serabut kolagen yang
membentuk lapisan jaring ikat rapat untuk melindungi jantung. Lapisan serosa
terdiri atas visceral (epicardium) menutup permukaan jantung, dan parietal
melapisi bagian dalam fibrosa pericardium.
Cavitas pericardium adalah ruang potensial antara membrane visceral dan
parietal. Mengandung cairan pericardial yang disekresi lapisan serosa untuk
melumasi membrane dan mengurangi friksi.
3. Dinding Jantung
a. Epicardium tersusun atas lapisan sel-sel mesotelial yang berada
diatas jaringan ikat.
b. Miokardium terdiri dari jaringan otot jantung berkontraksi untuk
memompa darah.
1) Ketebalan miokard bervariasi dari satu ruang jantung ke ruang
lainnya.

4
2) Serabut otot yang tersusun dalam berkas-berkas spiral melapisi
ruang jantung.
c. Endokardium tersusun dari lapisan endothelial yang terletak diatas
jaringan ikat. Lapisan ini melapisi jantung, katup, dan menyambung
dengan lapisan endothelial yang melapisi pembuluh darah yang
memasuki dan meninggalkan jantung.
4. Ruang Jantung
a. Atrium ( dipisahkan oleh septum intratrial )
1) Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung,
menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru. Vena kava
superior dan inferior membawa darah dari seluruh tubuh kembali
ka jantung. Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding
jantung itu sendiri.
2) Atrium kiri di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil
dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri
mampu menampung empat vena pulmonalis yang
mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-paru.
b. Ventrikel ( dipisahkan oleh septum intraventricular )
1) Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apex
jantung. Darah meninggalkan ventrikel kanan jantung melalui
truncus pulmonal dan mengalir melewati jarak yang pendek ke
paru-paru.
2) Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apex jantung.
Tebal dinding tiga kali lebih tebal dari dinding ventrikel kanan.
Darah meniggalkan ventikel kiri jantung melalui aorta dan
mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru.
c. Trabeculae Carnae
Merupakan bubungan otot bundar atau tidak teratur yang menonjol
dari permukaan bagian dalam kedua ventrikel ke rongga ventricular.
a. Otot papilaris adalah penonjolan trabeculae carnae ke tempat
perlekatan korda kolagen katup jantung ( chorda tendinae )

5
b. Moderator band ( trabeculae septomarginal ) adalah pita
lengkung otot pada ventrikel kanan yang memanjang ke arah
transversal dari sept um interventriculer menuju otot papilaris
anterior. Otot ini membantu dalam trasmisi penghantaran inpuls
unutk kontraksi jantung.
5. Katup Jantung
a. Tricuspidalis
1) Terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan, memiliki
tiga daun katup ( kuspis ) jaringan ikat fibrosa irregular
yang dilapisi endokardium.
2) Bagian ujung daun katup yang mengerucut melekat pada
korda tendinae, yang melekat pada otot papilaris. Chorda
tendinae mencegah pembalikan daun katup ke arah belakang
menuju atrium.
3) Jika tekanan darah pada atrium kanan lebih besar daripada
tekanan darah atrium kiri, daun katup trikuspidalis terbuka
dan darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan.
4) Jika tekanan darah dalam ventrikel kanan lebih besar dari
tekanan darah di atrium kanan, daun katup akan menutup
dan mencegah aliran balik ke dalam atrium kanan.
b. Bicuspidalis ( Mitral )
Terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup ini melekat
pada chorda tendinae dan otot papilaris, fungsinya sama
dengan fungsi katup tricuspidalis.
c. Semilunar aorta an pulmonal
1) Terletak di jalur keluar ventricular jantung sampai ke aorta
dan truncus pulmonalis
2) Katup semilunar pulmonary terletak antara ventrikel kanan
dan truncus pulmonal
3) Katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri dan
aorta.

6
6. Tanda Permukaan
a. Sulcus Coronarius (atrioventricular) mengelilingi jantung
diantara atrium dan ventrikel.
b. Sulcus interventricular anterior dan posterior menandai letak
septum interventrikuler yang memisahkan ventrikel kiri dan
kanan.
7. Rangka Fibrosa Jantung
Tersusun dari nodul-nodul fibrokartilago di bagian atas septum
interventricular dan cincin jaringan ikat rapat di sekeliling bagian dasar trunkus
pulmonary dan aorta. Kerangka fibrosa ini berfungsi sebagai tempat melekatnya
otot dan katup jantung.

Sikulasi yang memperdarahi dinding jantung


a. Arteri koroner kanan
Cabang aorta tepat diatas katup semlunar aorta, diatas sulkus
koroner.
Cabang utama:
1) A . interventricular posterior yang mensuplai darah untuk
kedua dinding ventrikel
2) A. Marginalis kanan yang mensuplai darah untuk atrium
kanan danventrikel kanan.
b. Arteri koroner kiri
Cabang utama:
1) Interventricular anterior yang mensuplai darah ke bagian
anterior ventrikel kanan dan kiri.
2) A. Sirkumflexa mensuplai darah ke atrium kiri dan ventrikel
kiri. Yang nantinya dibagian posterior akan beranastomosis
dengan A. koroner kanan.
B. Kateterisasi Jantung
1. Defenisi

7
Kateterisasi jantung yaitu suatu tindakan infasif dengan memasukkan
kateter ke dalam arteri untuk menentukan atau menggambarkan arteri koroner,
rongga – rongga jantung dan pengukuran jantung dengan menggunakan
kontras media positif. Juga menggambarkan diagnostik angiografi untuk
mengetahui fungsi sistem kardiovaskuler mencakup kelainan aorta /
pulmonari dan pembuluh darah tepi.
2. Peralatan yang digunakan
a. Pesawat Rontgen
Pesawat rontgen yang digunakan dengan sistem TV Monitor yang
mempunyai Image Intensifying beresolusi tinggi yang dilengkapi dengan
Cineangiografi ( Film Cine atau CD ) atau bisa juga dengan
menggunakan Film Changer. Misalnya C-Arm atau U-Arm.
b. Mesin Injektor
Berfungsi untuk memasukkan cairan kontras dalam jumlah yang
banyak dan mempunyai tekanan atau kecepatan yang dapat diatur.

c. Peralatan Emergency :
1) Defibrilator
2) Trolly emergency dan obat-obatan emergency
3) Oksigen (O2 )
4) Peralatan Steril
5) Introducer, Sheath, Dilator, Quide Wire
6) Kateter
7) Sones, Judkin, Castilo, Amplatz, Scoonmaker, Pigtail, NIH, dll
C. Indikasi, Kontra Indikasi dan Kontras Media Pada Pemeriksaan
Kateterisasi Jantung
1. Indikasi
Beberapa indikasi dilakukannya pemeriksaan Kateterisasi Jantung
ialah seperti:
a. Penyakit Jantung Koroner
b. Perforasi jantung

8
c. Adanya kelainan-kelainan pada pembuluh darah jantung seperti
oclusi, stenosis, aneurisme, angioma dan pergeseran pembuluh
darah karena massa.
2. Kontra Indikasi
Beberapa Kontra indikasi seperti:
a) Sensitif terhadap kontras media
b) Hypertensi
c) kelainan – kelainan jantung ( terjadi pada katup jantung )
3. Kontras Media
a) conray 420
b) cardio conray atau yang sejenis
D. Prosedur Yang Dilakukan di Ruang Kateterisasi Jantung /
Diagnostik Invasif
1. Prosedur Persiapan Pasien Pre Kateterisasi
a. Persiapan fisik
1) Penjelasan tentang prosedur tindakan oleh dokter
2) Rekaman EKG 12 lead
3) Puasa 4-6 jam sebelum tindakan perlu diperhatikan adalah puasa
makan saja, pasien boleh minum dan obat-obatan tetap diberikan
sesuai resep dokter
4) Cukur area penusukan (daerah inguinalis kanan dan kiri bila
arteri femoralis atau daerah radialis kanan bila dari arteri
radialis)
5) Memasang condom cetheter atau dower cetheter untuk pasien
yang akan dilakukan tindakan PTCA, Ablasi, dan sejenisnya
kecuali koroner angiografi
6) Memasang infus pada pasien, untuk tindakan koroner angiografi
pada umumnya tidak dipasang infus kecuali pada pasien dengan
hasil kreatinin lebih dari 1,5 diberikan cairan NaCl 0,9% . pada
pasien yang akan dilakukan PTCA, Ablasi dan sejenisnya yang

9
memerlukan waktu yang lama diberikan cairan RL dan cairan
NaCl 0,9% untuk pasien dengan creatinin lebih dari 1,5
7) Mengukur tanda – tanda vital pasien (tekanan darah, heart rate ,
respirasi, dan suhu )
8) Mengukur berat badan dan tinggi badan
9) Hasil pemeriksaan laboratorium seperti :
a) Pemeriksaan Hb, Hb yang tinggi akan mempengaruhi
tindakan kateterisasi dimana lebih mudah terjadi pembekuan
darah pada kateter, begitu juga Hb yang rendah karena
kemungkinan terjadi pendarahan selama tindakan
b) Leukosit, untuk mengetahui apkah pasien dalam keadaan
dalam infeksi atau tidak
c) Ureum dan kreatinin, mengtahui fungsi ginjal pasien
berhubungan dengan penggunaan zat kontras saat tindakan,
bila hasilnya tinggidilakukan hidrasi terlebih dahulu dengan
obat oral flumucyl 2 tablet dan loading cairan NaCl 0,9%
sesuai instruksi dokter (biasa diberikan 100 cc) . zat kontras
yang osmolaritasnya lebih redah, ( misalnya omnipaque)
dan dosis yang lebih sedikit
d) CT, BT, PT, APTT untuk mengetahui apakah memanjang
waktu pendarahan dan pembekuan karena berhubungan
dengan saat pencabutan sheath
e) HbsAg untuk mencegah terjadinya penularan baik terhadap
petugas maupun kepasien lain
10) Mencatat obat yang diminum ditunda atau dihentikan
pemberiannya. Obat hipertensi dan obat diureik tetap diberikan,
sedangkan obat DM, anti koagulan, ditunda pemberiannya
sesuai dengan instruksi dokter
11) Menanyakan riwayat alergi pasien terhadap obat-obatan
12) Menkaji keeluhan psien apakah ada nyeri dada, sesak nafas,
pusing atau keluhan yang lain

10
13) Mengganti pakaian pasien dengan pakaian rumah sakit,
termasuk pakaian dalam dilepas
14) Memberitahu kepada pasien bahwa alat bantu seperti kaca mata,
alat bantu dengar (hearing aid), gigi palsu boleh tetap dipakai
selama tindakan untuk lebih memudahkan berkomunikasih
dengan pasien tetapi tetap diinformasikan pada saat serah terima
pasien dengan petugas diruang tindakan
15) Melakukan allent test bila tindakan dilakukan melalui arteri
radialis, untuk melihat sirkulasi darah ditangan pasien
a) Teknik menilai allen test:
i. Anjurkan pasien untuk mengepal tangannya dengan
kuat selama 3-15 menit
ii. Periksa pulsasi arteri radialis kemudian tekan arteri
radialis dengan tiga jari tangaan kiri/ibu jari dan
tekan arteri uinaris dengan tiga jari tangan
kanan/ibu jari secara bersamaan
iii. Buka kepalan tangan pasien , telapak tangan akan
terlihat pucat
iv. Lepas tekanan arteri ulnaris, arteri radialis tetap
ditekanLihat jika refeskuler 1-3 detik berarti arteri
ulnaris baik dan tindakan dapat dilakukan melalui
arteri radialis
b) Persiapan mental
i. Mengkaji pengetahuan pasien mengenai tindakan
kateterisasi jantung
ii. Bila pasien belum mendapat penjelasan, fasilitsi
agar dokter/asisten dokter untuk menjelaskannya
iii. Memberi penjelasan hal-hal yang mungkin
diperlukan saat dilakukan tindakan seperti cara
nafas dalam dan batuk efektif dan juga

11
memberitahukan keluhan yang mungkin timbul
saat tindakan kepada petugas atau perawat
iv. Melakukan pendekatan spiritual dengan mengajak
berdoa
c) Persiapan pasien dari ruangan / rawat inap
Persiapan sama seperti pasien datang dari rumah , hanya
saja persiapannya dilakukan oleh perawat ruangan. Jadi perawat
di ruang pre keteterisasi hanya dilakukan serah terima pasien
dengan petugas ruangan dan memeriksa kembali kelengkapan
persiapan administrasi fisik dan mental pasien serta membuat
form laporan kateterisasi jantung untuk pasien yang akan
dilakukan tindakan koroner angiografi dan form laporan
angioplasti koroner untuk pasien yang akan dilakukan tindakan
PTCA, ablasi dan sejenisnya.
2. Prosedur Persiapan Pasien Post Kateterisasi
a. Berikan pasien minum banyak sekitar 2000 cc /6 jam, bila tidak ada
kontra indikasi
b. Harus diperhatikan catatan kejadian selama prosedur serta hasil
kateterisasi
c. Observasi vital sign: setiap 15 menit pada jam 1, setiap 30 menit
pada jam 11 dan selanjutnya tiap jam hingga hemodinamik tetap
stabil
d. Observasi efek samping pemakaian zat kontras seperti : gatal-gatal,
menggigil, mual muntah atau urtikaria
e. Observasi hematom dan pendarahan di sekitar area penusukan
1) Lakukan haemostasis yang benar
2) Immobilisasi daerah penusukan selama 6-8 jam untuk
penusukan pada fermonalis dan 4 jam pada penusukan radialis
berikan bantal pasir diatas area penusukan khusus untuk
penusukan fermonalis

12
3) Libatkan pasien dan keluarga untuk mengawasi adanya
tanda-tanda perdarahan dan haematoma pada daerah penusukan
f. Observasi keluhan pasien; pening, pusing atau nyeri dada dan
sebagainya
g. Observasi tanda-tanda adanya gangguan sirkulasi di daerah perifer,
pulsasi arteri dibagian distal dari penusukan, kemudian dibandingkan
dengan kanan dan kiri, observasi kehangatan akral dibandingkan
dengan kanan dan kiri. Bila terjadi gangguan (nadi lemah/tidak
terabah) beritahu dokter, biasanya diberi obat anti koagulan bolus
atau drib
h. Observasi adanya tanda-tanda infeksi
Hal yang umum diperhatikan di ruang post kateterisasi;
1) Keluhan pasien
2) Diagnosa medis, tindakan yang dilakukan, penyulit
yang muncul saat tindakn dan hasil tindakan
3) Dokter yang mengerjakan
4) Tanda-tanda vital post kateterisasi
5) Obat-obat yang dilanjutkan
6) Intake dan output
7) Kelengkapan status
8) Pulsasi daerah distal dari area penusukan dan
kehangatan akral
9) Pemeriksaan yang harus dilakukan di ruang perawatan
setelah post kateterisasi/ intervensi
10) Alat-alat perawatan yang masih terpasang pada pasien

E. Kateterisasi Jantung Lewat Arteri Radialis


1. Persiapan Alat
a. Alat Tenun Steril
1) 3 baju operasi
2) 2 duk lubang ukuran 67 x 67 cm

13
3) 2 duk kecil ukuran 67 x 67 cm
4) 1 stik laken
5) 1 duk besar ukuran 180 cm x 234 cm
b. Set Instrumen Steril
1) 1 kom besar untuk tempat cairan ( 500 cc)
2) 1 kom sedang untuk tempat kontras (250 cc)
3) 1 kom kecil untuk tempat bethadine sol 10% (100 cc)
4) 6 depper kecil
5) 5 kassa steril
6) 2 duk klem
7) 1 arteri klem
8) 1 scappel
9) 1 klem kocher / desinfektan tool
10) 1 bengkok

c. Bisturi nomor. 11
d. Bethadine solution 10% dan alkohol 70% untuk desinfektan
e. Cairan NaCl 0,9% : 1:5 (heparin 2500 unit dalam 500 NaCls)
f. Syringe 20 cc 2 buah, syringe 5 cc 1 buah, syringe 2,5 cc 1 buah,
syringe 1 cc 1 buah
g. Extension tube panjang dan pendek masing – massing 1 buah
h. Rotating adaptor (threeway pressure)
i. Introduser sheath radialis 5 fr / 6 fr
j. Kateter diagnostic optitorque 5 fr / sesuai kebutuhan
k. Guide wire terumo tip 0,35 / 180 cm
l. Glove steril
m. Jarum pungsi
n. Zat kontras sesuai kebutuhan
o. Lidocaine 2% 1 ampul
p. Heparin 5000 unit dalam syringe 5 cc (diencerkan dengan NaCl
0,9% menjadi 4 cc)

14
q. NTG 300 meq dalam syringe 1 cc (diencerkan menjadi 9 strip)
r. Trolley emergency
2. Prosedur Kerja
a. Pasien masuk ruang tindakan, rekam EKG 12 lead
b. Alat – alat dipersiapkan diatas meja
c. Scrub nurse atau asisten dan dokter operator memakai apron lalu
melakukan surgical hand washing (cuci tangan steril), mengenakan
jas operasi dan memakai glove steril
d. Melakukan desinfeksi di daerah inguinal kanan dan kiri dengan
bethadine solution 10% dilanjutkan dengan alkohol 70%
e. Tutup bagian yang di desinfeksi dengan duk lubang, lalu tutup
bagian badan pasien dan seluruh tubuh pasien dengan alat dengan
tenun steril (beritahu pasien agar selama tindakan, tangan pasien
tidak menyentuh area steril)
f. Flash / basahi semua alat kemudian di dekatkan ke pasien, lakukan
zero point, sambungkan extention tube dengan tansduser kemudian
dibalance mesin monitor
g. Dokter melakukan anestesi lokal dengan Lidocaine 2% di daerah
arteri radialis kanan (RAR = Radialis Arteri Right)
h. Pungsi RAR sampai darah arteri memancar masukkan wire pendek
kemudian jarum puncture dilepas, lakukan insisi ¼ inchi dangkal
(untuk memudahkan masuknya sheath), massukkan sheath 6 fr
(jangan lupa wire dibersihkan dahulu dengan kassa basah untuk
mencegah darah bekuan / fibrin terkumpul)
i. Wire pendek dicabut, sheath di aspirasi lalu di flash, masukkan
heparin 2500 iu dan NTG 200 – 300 meq, kemudian di flash / bilas
j. Masukkan catheter dengan quide wire didalamnya ke dalam sheath
sampai ke ventrikel kiri, petugas monitor mengambil tekanan LV –
Ao dengan catheter ditarik dari LV ke aorta lalu diukur gradien
k. Catheter mengkanulasi ostium arteri koroner kanan (RCA),
l. Catheter kanulasi ke ostium arteri koroner kiri (LCA),

15
m. Aspirasi catheter lalu flush kemudian perawat siecor merekam
pressure terakhir dan EKG 6 lead Catheter dicabut dengan quide
wire ada di dalam dan di dalam dan di daerah sekitar penusukan
dibersihkan Sheath di tarik setengah bagian masih di dalam arteri,
kemudian letakkan nichiband di daerah bekas penusukan sampai
menekan arteri radialis kemudian difikasi menggunakan plester yang
tersedia,sheath ditarik seluruhnya sambil dianjurkan pasien tarik
nafas dalam
n. Alat-alat dibersihkan, dirapihkan dan dipisahkan alat dari benda
tajam, infeksius dan non infeksius
o. Pasien dipindahkan ke ruang pemulihan
p. Prosedur selesai
q. Petugas monitor mencatat jumlah cairan infus dan kontras

F. Prosedur Pencabutan Nichiband Pada Arteri Radialis


1. Persiapan Alat
a. Glove non steril
b. Kassa steril (4 x 4) 3 buah
c. Gunting verban
d. Bengkok
e. Elastikon
f. Plester
2. Prosedur Kerja
a. Lihat jam pada saat pelepasan nichiband
b. Beritahu pasien prosedur yang akan dilakukan
c. Cuci tangan
d. Pasang glove
e. Letakkan tangan kiri diatas nichiband dan beri sedikit
penekanan secara perlahan

16
f. Buka plester nichiband dengan tangan kanan kemudian
lepas tekanan pada nichiband secara perlahan sambil
diperhatikan apakah ada darah yang keluar dari luka insisi
1) Apabila terjadi perdarahan pasang kembali nichiband
dan tambahkan plester untuk mencegah nichiband
terlepas
2) Bila tidak terjadi perdarahan lanjutkan membuka
nichiband
g. Letakkan kassa diatas luka insisi menggunakan tangan kiri
dan tekan secara perlahan
h. Pasang plester elastikon dengan menggunakan tangan kanan,
posisi tangan kiri tetap menekan kassa diatas luka insisi,
(jangan terlalu kencang)
i. Rapikan alat – alat
j. Berikan penkes pada pasien :
1) Anjurkan untuk tidak mengangkat beban lebih dari 5 kg
selama 1 minggu untuk menghindari “stertching” /
peregangan pada arteri radialis
2) Beritahu perawat / dokter bila terjadi keluhan
berhubungan dengan gangguan sirkukasi
3) Buka elastikon dan ganti dengan tensoplast setelah 12
jam pemasangan elastikon
4) Bila ada haematoma dan pendarahan segera hubungi
perawat atau dokter atau kembali lagi ke rumah sakit.

G. Kateterisasi Jantung Lewat Arteri Femoralis


1. Persiapan Alat
a. Alat Tenun Steril
1) 3 bajuoperasi
2) 2 duk lubang ukuran 67 x 67 cm
3) 2 duk kecil ukuran 67 x 67 cm

17
4) 1 stik laken
5) 1 duk besar ukuran 180 cm x 234 cm
b. Set Instrumen Steril
1) 1 kom besar untuk tempat cairan ( 500 cc)
2) 1 kom sedang untuk tempat kontras (250 cc)
3) 1 kom kecil untuk tempat bethadine sol 10% (100 cc)
4) 6 depper kecil
5) 5 kassa steril
6) 2 duk klem
7) 1 arteri klem
8) 1 scappel
9) 1 klem kocher / desinfektan tool
10) 1 bengkok
c. Bisturi nomor. 11
d. Bethadine solution 10% dan alkohol 70% untuk desinfektan
e. Cairan NaCl 0,9% heparin / 1:5 (heparin 2500 unit dalam 500
NaCl)
f. Syringe 20 cc 2 buah, syringe 10 cc 1 buah
g. Lidocaine 2% 5 ampul
h. Jarum puncture
i. Extension tube
j. Rotating adaptor (threeway pressure)
k. Introduser sheath no. 6 fr
l. Kateter diagnostic Judkins Right (JR) dan Judkins Left
(JL) 4/6 fr atau sesuai kebutuhan
m. Guide wire J tip 0,38 mm/ 150 cm
n. Glove steril
o. Zat kontras sesuai kebutuhan
p. Trolley emergency

2. Prosedur Kerja

18
a. Pasien masuk ruang tindakan, rekam EKG 12 lead
b. Alat – alat dipersiapkan diatas meja
c. Scrub nurse dan dokter operator memakai apron lalu melakukan
surgical hand washing (cuci tangan steril), mengenakan jas
operasi dan memakai glove steril
d. Melakukan desinfeksi di daerah inguinalis kanan dan kiri dengan
bethadine solution 10% dilanjutkan dengan alkohol 70%
e. Tutup bagian yang di desinfektan dengan duk lubang, lalu tutup
bagian atas badan pasien dengan duk sedang adn bagian bawah
dengan duk besar
f. Flush semua alat kemudian di dekatkan ke pasien
g. Lakukan balance di mesin monitor (zero point), sambungkan
extention tube dengan tanduser, kemudian lakukan flushing
h. Lakukan anestesi lokal dengan Lidocaine 2% di inguinalis kanan
i. Lakukan insisi kulit dengan busturi no. 11
j. Lakukan pungsi Arteri Femoralis Kanan (PEAR) dengan jarum
pungsi, bila darah arteri memancar masukan quide wire pendek
3 mm ± 10-15 cm
k. Cabut puncture menggunakan tangan kanan dan tangan kiri
mempertahankan quide wire agar tatap berada pada arteri
femoralis
l. Menyusuri wire masuk introducer sheath dan pertahankan quide
wire tetap terlihat pada ujung introducer sheath 5 cm
m. Masukkan sheath 6 Fr
n. Cabut wire pendek dan dilator sheath diaspirasii lalu di flush
o. Masukkan kateter JR dengan quide wire didalamnya kedalam
sheath melalui arteri femoralis, aorta decendens, arcus aorta,
aorta assendens sampai ke ventrikel kiri (bila diperlukan
pencatatan tekanan akhir diastolik LV / LVEDP)
p. Lakukan pencatatan tekanan aorta
q. Kateter diarahkan ke ostium arteri koroner kanan (RCA)

19
r. Ganti kateter dengan JL, arahkan ke ostium kiri
s. Tarik kateter keluar dari ostium koroner, aspirasi kateter lalu di
flush. Peerawat monitoring merekam tekanan aorta terakhir
t. Kateter JL di cabut dan daerah sekitar penusukkan dibersihkan,
rekam EKG 12 lead
u. Sheath tetap dipertahankan, aff sheath dilakukan di ruang
recovery room / pemulihan
v. Bersihkan alat – alat, pisahkan benda – benda tajam, infeksius
dan non infeksius
w. Petugas monitor mencatat cairan infus dan kontras
x. Pasien dipindahkan ke ruang pemulihan
y. Prosedur selesai

H. Prosedur Pencabutan Sheath Pada Arteri Femoralis


1. Persiapan Alat
a. Glove non steril
b. Bethadine solution
c. Kassa steril
d. Elastikon
e. Gunting verban dan bengkok
2. Prosedur kerja
a. Beritahu pasien prosedur yang akan dilakukan, cuci tangan dan
pasang glove
b. Atur posisi pasien, pasien didekatkan ke pinggir tempat tidur di mana
petugas berada, agar petugas mudah melakukan penekanan
c. Observasi apakah ada haematoma di sekitar daerah penusukan
d. Raba arteri femoralis dengan tangan kiri, posisikan tangan / jari kiri
di atas luka pungsi tempat dimana pulsasi teraba
e. Cabut sheat dengan tangan kanan dan anjurkan pasien untuk tarik
nafas dalam, cabut dengan segera dan hati- hati. Biarkan darah

20
mengalir sedikit untuk mengeluarkan bekuan darah dalam pembuluh
darah
f. Setelah darah keluar lakukan penekanan selama 10 – 15 menit
g. Lepaskan tangan kiri secara perrlahan dan observasi apakah massih
ada perdarahan. Bila masih ada perdarahan maka lakukan penekanan
kembali
h. Perhatikan disekitar luka insisi apakah ada haematoma
i. Nila tidak ada berikan bethadine pada luka tusukan, kemudian tekuk
lutut pasien ke samping hingga membentuk sudut 60 – 80 derajat
j. Tutup luka dengan kassa steril dan rekatkan dengan elastikon /
tensoplast
k. Luruskan kemballi kaki pasien, berikan penjelasan kepada pasien
untuk tidak melipat atau menekuk kaki selama 6 – 8 jam
l. Jelaskan pada pasien bahwa tindakan telah selesai
m. Rapikan kembali pasien dan alat – alat.

I. Teknik Radiografi
1. Antero superior (AP)
a. Posisi pasien
1) pasien supine
2) kedua lengan diletakan sejajar dibawah kepala
b. Central Ray
vertikal tegak lurus ke pertengahan film
c. Kriteria gambar
1) peredaran darah kecil atrium kanan, ventrikel kanan,
infudibulum, arteri pulmonalis kanan dan kiri
2) peredaran darah besar vena pulmonalis, atrium kiri ventrikel kiri,
arcus aorta, arteri innomata, arteri karotis komunis kiri, arteri
subklavia kiri
2. Lateral
a. posisi pasien

21
1) pasien lateral
2) kedua lengan diatas kepala
b. Central Ray
tegak lurus vertikal ke pertengahan film
c. Kriteria gambar
1) peredaran darah kecil, vena cava superior dan inferior, atrium
kanan, ventrikel kanan, infudibulum, arteri pulmonalis
2) peredaran darah besar, vena pulmonalis, atrium kiri,
ventrikel kiri, aorta, arteri subklavia kiri, arteri
karotis komunis kiri, arteri innomata
3. LPO
a. posisi pasien, pasien supnie dan rotasikan ke arah kiri 300
b. central ray, tegak lurus vertikal ke pertengahan film
c. kriteria gambar
1) peredaran darah kecil, vena kava supeior, arteri pulmonalis
kanan, ventrikel kanan, mitral, infudibulum
2) peredaran darah besar, arkus aorta, atrium kiri, ventrikel kiri
4. RPO
a. posisi pasien, pasien supine dan diatur kearah kanan 300
b. Central Ray, tegak lurus vertikal ke pertengahan film
c. kriteria gambar
1) peredaran darah kecil, vena kava superior, atrium kanan,
ventrikel kanan, arteri pulmonalis, septum atrium, septum
intervertikuler
2) peredaran darah besar, atrium kiri, ventrikel kiri, arteri innomata,
arteri karotis komunis kiri, arteri subklavia kiri.

22
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1 Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
a. Nama
b. Jenis kelamin
c. Usia
d. Status
e. Agama
f. Alamat
g. Pekerjaan
h. Pendidikan
i. Bahasa
j. Suku bangsa
k. Dx Medis

2 Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien

23
2) Riwayat Penyakit Sekarang
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab

3. Kebutuhan Dasar
a. Makan minum
b. Rasa nyaman :
c. Gerak dan aktivitas:
d. Rasa aman(ansietas):
e. Tidur :
f. Eliminasi :
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umun
2. Tb dan bb
3. Tekanan darah
4. Nadi
5. Pernafasan
6. Suhu
7. Rambut
8. Telinga
9. Hidung
10. Leher
11. Thoraks
12. Abdomen
13. Kulit
14. Ektremitas

5. Data ekonomi sosial


6. Data psikologis
7. Data spiritual

24
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
3. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1 Nyeri Akut Tingkat Nyeri : Manajemen Nyeri
berhubungan
1. Keluhan nyeri 1. Identifikasi lokasi,
dengan agen
menurun karakteristik, dan
pencedera
2. Meringis menurun frekuens nyeri.
fisiologis
3. Ketegangan otot 2. Identifikasi skala nyeri.
menurun 3. Identifikasi respon nyeri
4. Frekuensi nadi nonverbal
membaik 4. Identifikasi faktor yang
5. Pola napas membaik memperberat dan
6. Tekanan darah memperingan nyeri.
membaik 5. Identifikasi
7. Nafsu makan pengetahuan dan
membaik keyakinan tentang
8. Pola tidur mambaik nyeri.
Kontrol nyeri : 6. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
1. Kemampuan
hidup.
mengenali penyebab
7. Fasilitasi istirahat dan
nyeri meningkat
tidur
2. Kemampuan
8. Jelaskan strategi

25
menggunakan teknik meredakan nyeri
non-farmakologis 9. Kolaborasi pemberian
meningkat. analgetik, jika perlu
3. Keluhan nyeri
menurun

2 Penurunan curah Curah Jantung : Perawatan Jantung :


jantung 1. Identifikasi tanda /
1. Kekuatan nadi perifer
berhubungan gejala primer dan
meningkat
dengan sekunder penurunan
2. Bradikardia menurun
perubahan irama curah jantung.
3. Takikardia menurun
jantung 2. Monitor tekanan darah.
4. Gambaran EKG
3. Monitor intake dan
aritmia menurun
output cairan.
5. Pucat/sianosis
4. Monitor keluhan nyeri
menurun
dada.
6. Suara jantung S3
5. Monitor aritmia.
menurun
6. Posisikan pasien
7. Suara jantung S4
semi-fowler atau
menurun
fowler dengan posisi
8. Pulmonary vascular
nyaman.
resistance menurun
7. Berikan diet jantung
9. Systemic vascular
yang sesuai.
resistance menurun
8. Kolaborasi pemberian
10. Tekanan darah
antiaritmia
membaik
3 Risiko infeksi Kontrol Risiko : Pencegahan Infeksi :
berhubungan 1. Kemampuan 1. Monitor tanda dan
dengan efek menacari informasi gejala infeksi lokal dan
prosedur invasif tentang faktor risiko sistemik.
meningkat 2. Cuci tangan sebelum

26
2. Kemampuan dan sesudah kontak
mengidentifikasi dengan pasien.
faktor risiko 3. Pertahankan teknik
meningkat aseptik pada pasien
3. Kemampuan yang berisiko tinggi.
melakukan strategi 4. Jelaskan tanda dan
kontrol risiko gejala infeksi.
meningkat 5. Ajarkan cara
4. Komitmen terhadap memeriksa kondisi luka
strategi meningkat operasi.
5. Kemampuan 6. Anjurkan
menghindari faktor meningkatkan asupan
risiko meningkat nutrisi.
6. Kemampuan 7. Anjurkan
mengenali perubahan meningkatkan asupan
status kesehatan cairan (jika tidak ada
meningkat kontra indikasi)
7. Pemantauan
perubahan status
kesehatan meningkat
4 Ansietas Tingkat Ansietas : Reduksi Ansietas :
berhubungan 1. Identifikasi saat tingkat
1. Verbalisasi khawatir
dengan ancaman ansietas berubah.
akibat kondisi yang
terhadap 2. Monitor tanda – tanda
dihadapi menurun
kematian ansietas.
2. Perilaku gelisah
3. Ciptakan suasana
menurun
terapeutik untuk
3. Perilaku tegang
menumbuhkan
menurun
kepercayaan.
4. Konsentrasi membaik
4. Temani pasien untuk
5. Frekuensi pernafasan

27
membaik mengurangi kecemasan,
6. Frekuensi nadi jika perlu.
membaik 5. Pahami kondisi yang
7. Tekanan darah membuat ansietas.
membaik 6. Dengarkan dengan
penuh perhatian.
7. Gunakan pendekatan
tenang dan meyakinkan.
8. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
9. Infirmasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis.
10. Latih teknik relaksasi.

28

Anda mungkin juga menyukai