Anda di halaman 1dari 59

COVER

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN DIAGNOSA MEDIS


POST OPERASI CABG DI RUANG ICU KAPUAS A
RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh :
KELOMPOK PEA
1. DANIS RUTHARI
2. GINDA SORIP NAPOSO
3. JUWITA ARI SAPUTRI
4. LANGGENG CAHYONO
5. SRI YUSRIAN

PROGRAM PELATIHAN KEPERAWATAN


KARDIOVASKULAR TINGKAT DASAR BAGI PERAWAT
TERAKREDITASI ANGKATAN II
MALANG
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Program : Pelatihan PKKvTD 2023


Judul studi kasus : Asuhan Keperawatan Pada Tn. H dengan Diagnosa
Medis Post Operasi CABG di Ruang ICU KAPUAS A
RSUD dr.Saiful Anwar Malang
Nama : Kelompok PEA

TIM PEMBIMBING

Pembimbing : Ns. Yulius Panca Seputra, S.Psi,. ( )


S.Kep
Penguji I : ( )
Penguji II : ( )
Penguji III : ( )

Ditetapkan di : Malang
Tanggal : 17 November 2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan limpahannya kami dapat menyelesaikan tugas akhir Studi
Kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. H dengan Diagnosa
Medis Post Operasi CABG” di Ruang ICU KAPUAS A ini berjalan dengan
baik.
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami Asuhan
Keperawatan pada Pasien Post Operasi CABG dengan benar. Ucapan terima
kasih kepada Pembimbing yang membantu kami untuk menyelesaikan tugas
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi pembaca.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepda semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
tugas akhir ini. Semoga Allah SWT. Senantiasa memudahkan langkah-
langkah kita menuju kebaikan. Dengan segala kerendahan hati, saran dan
kritik kami harapkan bagi pembaca guna meningkatkan pembuatan Tugas
Akhir yang akan mendatang.

13 November 2023

Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................ii

KATA PENGANTAR ........................................................................ iii

DAFTAR ISI .....................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................. 1

1.1 Latar Belakang..................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................. 3

A. Tujuan Umum ............................................................................ 3

B. Tujuan Khusus .......................................................................... 3

1.3 Manfaat................................................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 4

2.1 Konsep Coronary Artery Bypass Graft (CABG) ................... 4

2.1.1 Pengertian Bedah Jantung ................................................. 4

2.1.2 Tujuan CABG ..................................................................... 5

2.1.3 Indikasi CABG .................................................................... 5

2.1.4 Kontraindikasi ..................................................................... 5

2.1.5 Teknik Bedah CABG .......................................................... 6

2.1.6 Perawatan Pasca Bedah .................................................... 9

2.1.7 Pathway............................................................................ 13

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ........................................... 14

2.2.1 Pengkajian........................................................................ 14

iv
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .................................................... 15

BAB 3 TINJAUAN KASUS ........................................................... 17

1. PENGKAJIAN ....................................................................... 17

A. Identitas Diri Klien ................................................................... 17

B. Riwayat Penyakit .................................................................... 17

C. Pengkajian Saat Ini ................................................................. 19

2. PEMERIKSAAN FISIK .......................................................... 21

A. Pernafasan ( B1 /Breathing ) ................................................... 21

B. Cardiovascular ( B2 ).............................................................. 22

C. Persarafan ( B3 ) ..................................................................... 23

D. Penginderaan .......................................................................... 23

E. Perkemihan ( B5 ) ................................................................... 24

F. Pencernaan ( B5 ) ................................................................... 24

G. Otot, Tulang Dan Integument ( B6 ) ........................................ 24

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG ............................................. 25

A. Pemeriksaan Laboratorium ..................................................... 25

B. EKG......................................................................................... 26

C. Rontgen Thorax....................................................................... 26

4. TERAPI ................................................................................. 27

5. DIAGNOSIS KEPERAWATAN .............................................. 29

B. ANALISA DATA....................................................................... 29

C. RUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN ............................. 31

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN......................................... 33

v
E. IMPLEMENTASI...................................................................... 36

F. EVALUASI ............................................................................... 40

BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................... 45

4.1 Pengkajian ............................................................................. 45

4.2 Diagnosis Keperawatan ......................................................... 46

4.3. Intervensi .............................................................................. 47

4.4. Implementasi ........................................................................ 48

4.5 Evaluasi ................................................................................. 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 49

5.1 Kesimpulan ........................................................................ 49

5.2 Saran ................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 51

LAMPIRAN .................................................................................... 53

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan kardiovaskular terjadi disebabkan oleh kegagalan dalam
mempertahankan pola kehidupan yang baik dan sehat, seperti tidak
berolahraga secara teratur, banyak bekerja dalam posisi duduk yang lama
serta tidak dibarengi dengan pola makan yang baik (Pahlawi & Sativani,
2021).
Prayogi et al. (2019) menyebutkan bahwa penyakit kardiovaskular
merupakan penyebab kematian nomor satu di negara maju dan berkembang
termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 36 juta kematian diakibatkan oleh
penyakit tidak menular tiap tahun, diperoleh 9 juta dari total kematian terjadi
sebelum umur 60 tahun pada negara berkembang.
Penyebab utama kematian di benua Asia yang dinyatakan oleh World
Health Organization (WHO) dikutip dari Pratiwi & Saragi (2018) disebabkan
oleh penyakit jantung. Survei yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar
tahun 2018 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan dan gejala di Indonesia ialah sebesar 1,5% atau
diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Di wilayah Sulawesi Selatan diperoleh
angka PJK mendekati prevalensi nasional yaitu mencapai 2,9%.
Mabruroh & Syarif (2020) menambahkan bahwa penyakit jantung
koroner (PJK) atau Coronary Artery Disease (CAD) saat ini menjadi masalah
kesehatan yang tinggi di masyarakat. Terdapat 18.2 juta (6.7%) orang dewasa
usia lebih dari 19 tahun memiliki riwayat PJK serta menyebabkan 365.914
kematian pada tahun 2017. American Heart Association (AHA)
menambahkan, di USA terdapat 15,5 juta orang dengan usia ≥20 tahun
menderita PJK.
Coronary Artery Disease (CAD) atau yang lebih populer dikenal penyakit
jantung koroner merupakan penyakit kardiovaskular penyebab kematian
terbesar dan insidensinya pada saat ini cenderung meningkat. Hal ini
berkaitan dengan peningkatan taraf hidup dan berubahnya masyarakat agraris

1
menjadi masyarakat industri maupun perubahan pola makanan (Awaludin et
al., 2018).
Dalam penelitian Pahlawi & Sativani (2021) WHO menyatakan bahwa
Cardio Vascular Disease (CVD) mengalami peningkatan secara radikal
dengan perkiraan 12 juta orang meninggal tiap tahunnya dan kebanyakan
berasal dari negara berkembang.
Penyakit jantung koroner (PJK) dianggap sebagai beban pertumbuhan
CVD dan menjadi penyebab utama dilakukannya operasi jantung di seluruh
dunia. PJK memengaruhi arteri koroner yang memasok darah yang
mengandung oksigen tinggi ke otot jantung karena menyebabkan timbulnya
plak aterosklerotik di dalam arteri koroner sehingga terjadilah stenosis arteri.
Stenosis dan penurunan suplai darah melalui salah satu segmen arteri ini
memiliki efek berbahaya pada otot jantung.
Salah satu penanganan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
keadaan arteri pada penyakit jantung koroner ini adalah dengan dilakukannya
Coronary Artery Bypass Graft (CABG). CABG adalah operasi mayor yang
digunakan untuk memperbaiki arteri yang tersumbat dan menyempit dengan
memotong dan mengganti arteri yang tersumbat tersebut dari pembuluh sehat
yang disebut "graft" yang diambil dari kaki, lengan, atau dada (Pahlawi &
Sativani, 2021).
Menurut data dari The World Bank tahun 2015 dikutip dari Harahap et al
(2021) sebanyak 4.511.101 per 100.000 populasi dengan posisi tertinggi yaitu
benua Asia sebanyak 28.907 dari 100.000 populasi. Berdasarkan data yang
diperoleh dari WHO, tercatat di tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh
rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 data mengalami
peningkatan sebesar 148 juta jiwa sedangkan untuk kawasan Asia pasien
operasi mencapai angka 77 juta jiwa pada tahun 2012.

2
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Mampu menerapkan kerangka berpikir ilmiah dalam melakukan
asuhan keperawatan pada Tn.H dengan Post Op CABG di Ruang ICU
KAPUAS A RSUD dr. Saiful Anwar Malang.
B. Tujuan Khusus
Peserta pelatihan mampu :
1. Melakukan pengkajian pada Tn.H dengan Post Operasi CABG di
Ruang ICU KAPUAS A RSUD dr. Saiful Anwar Malang.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.H dengan Post
Operasi CABG di Ruang ICU KAPUAS A RSUD dr. Saiful Anwar
Malang.
3. Menetapkan intervensi keperawatan pada Tn.H dengan Post
Operasi CABG di Ruang ICU KAPUAS A RSUD dr. Saiful Anwar
Malang.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn.H dengan Post
Operasi CABG di Ruang ICU KAPUAS A RSUD dr. Saiful Anwar
Malang.
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn.H dengan Post Operasi
CABG di Ruang ICU KAPUAS A RSUD dr. Saiful Anwar Malang

1.3 Manfaat
Diharapkan agar dapat menjadi informasi yang berguna untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan serta sebagai bahan pemikiran
dalam memberikan Asuhan Keperawatan di masa yang akan datang.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Coronary Artery Bypass Graft (CABG)


2.1.1 Pengertian Bedah Jantung
CABG (Coronary Artery Bypass Grafting) adalah operasi jantung
untuk revaskularisasi aliran arteri koroner dengan pembuluh pintas baru
yaitu arteri atau vena yang diambil dari kaki, lengan dan dada pasien
pembuluh darah tersebut disambungkan ke pembuluh darah yang
mengalami sumbatan sehingga aliran darah kembali normal dan miokard
kembali mendapat suplai oksigen yang adekuat (Smeltzer & Bare, 2013).
CABG merupakan prosedur revaskularisasi untuk memperbaiki dan
meningkatkan aliran darah ke jantung yang dilakukan untuk mengurangi
angina pada pasien yang telah gagal terapi medis dengan obat atau
angioplasty (PTCI) (Kulick & Shiel, 2011).
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan salah satu
penanganan intervensi dari Penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan
cara membuat saluran baru melewati arteri koroner yang
mengalamipenyempitan atau penyumbatan. Teknik ini dilakukan dengan
menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh lain untuk pintasan
arteri yang menghalangi pesokan darah ke jantung. Pembuluh darah
yang sering digunakan adalah arteri mamaria interna, arteri radialis, dan
vena safena magna (Soeharto, 2015).
CABG memberikan saluran baru untuk aliran darah ke arteri koroner
bagian distal ke daerah yang mengalami oklusi atau stenosis. Tindakan
ini menghasilkan adanya peningkatan suplai oksigen ke daerah miokard
dan menunjukkan adanya perbaikan kualitas hidup dan usia harapan
hidup (mengurangi tingkat kematian) pada penderita penyakit jantung
koroner.

4
2.1.2 Tujuan CABG
Tujuan dilakukannya tindakan CABG adalah untuk revaskularisasi
aliran arteri koroner akibat adanya penyempitan atau sumbatan ke otot
jantung (Arif Muttaqin, 2010).
2.1.3 Indikasi CABG
Menurut Arif Muttaqin (2010), pasien penyakit jantung koroner yang
dianjurkan untuk bedah CABG adalah pasien yang hasil kateterisasi
jantung ditemukan adanya :
1. Penyempitan >50% dari left main disease atau left mainquivelant
yaitu penyempitan menyerupai left main arteri misalnya ada
penyempitan bagian proximal dari arteri anterior desenden dan arteri
circumflex.
2. Penderita dengan three vessel disease yaitu tiga arteri koroner
semuanya mengalami penyempitan bermakna yang fungsi jantung
mulai menurun (EF<50%).
3. Penderita yang gagal dilakukan balonisasi dan stent.
4. Penyempitan 1 atau 2 pembuluh namun pernah mengalami gagal
jantung.
5. Anatomi pembuluh darah yang sesuai untuk CABG.

2.1.4 Kontraindikasi
Menurut Arif Muttaqin (2010) kontraindikasi dari tindakan CABG
secara mutlak tidak ada, namun secara relatif CABG dikontraindikasikan
bila terdapat berbagai faktor yang akan memperberat atau meningkatkan
resiko selama dan sesudah pembedahan seperti :
1. Faktor usia yang sudah sangat tua. ( >75 tahun menurut WHO)
2. Pasien dengan penyakit pembuluh darah koroner kronik akibat
diabetes mellitus dan EF yang sangat rendah <50%. Pada pasien
dengan EF yang kurang dari 50% ini operasi akan dilakukan dengan
teknik On Pump.
3. Sklerosis aorta yang berat.
4. Struktur arteri koroner yang tidak mungkin untuk disambung.
5
2.1.5 Teknik Bedah CABG
Terdapat 2 teknik yang digunakan pada bedah CABG yaitu on pump dan
off pump. Teknik tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-
masing.
a. Teknik Bedah On Pump
Teknik bedah on pump prosedur dijalankan menggunakan alat
mekanis mesin jantung paru. Mesin jantung paru memungkinkan
lapangan bedah yang bebas darah sementara perfusi tetap dapat
dipertahankan untuk jaringan dan organ lain di tubuh. Pintasan
jantung paru dilakukan dengan memasang kanula di atrium kanan
dan vena kava untuk menampung darah dari tubuh. Kanula kemudian
di hubungkan dengan tabung yang berisi cairan kristaloid isotonik.
Darah vena yang diambil dari tubuh disaring, dioksigenasi, di jaga
temperaturnya kemudian dikembalikan ketubuh. Kanulasi yang
mengembalikan darah ke tubuh dimasukkan ke aorta ascenden.
Selanjutnya untuk membuat jantung arrest diberikan cairan
cardioplegia yang formulanya tinggi kalium, mengandung dekstrose,
buffer pH, hiperosmolalitas, dan anastesilokal. Rute pemberiannya
bisa melalui root aorta (antegrade) dan melalui sinus coronaries
(retrograde) serta melalui keduanya.
b. Teknik Bedah Off Pump
Pada teknik bedah off pump tidak menggunakan mesin jantung
paru sehingga jantung tetap berdetak secara normal dan paru-paru
berfungsi secara biasa saat bedah dilakukan.
Adapun kriteria pasien Off Pump:
1. Pasien yang direncanakan bedah elektif.
2. Hemodinamik stabil.
3. EF dalam batas normal (lebih dari 60%).
4. Fungsi LV baik.
5. Pembuluh darah distal cukup besar.

6
6. Usia tua disertai penyakit komorbid seperti penyakit Arteri
karotis, aterosklerosis aorta, disfungsi ginjal atau paru.
7. Mempunyai komplikasi dengan mesin Cardio Pulmonary
Bypass (CPB).
8. 1-2 vessel disease di anterior.
Tetapi bedah dengan teknik Off Pump memiliki kontraindikasi absolut
diantaranya :
1. Hemodinamik tidak stabil.
2. Buruknya kualitas target pembuluh darah termasuk pembuluh
darah intra myocard.
3. Penyakit pembuluh darah yang menyebar/difus.
4. Pembuluh darah yang mengalami kalsifikasi/penebalan.
Menurut Arif Muttaqin (2010) kontraindikasi relatif yaitu :
1. LVEF <35%
2. Cardiomegali/CHF
3. LM kritis
4. Recent/Current MCI
5. Cardiogenic syock
Menurut Benetti & Ballester (2011) keuntungan dari teknik Off Pump
adalah:
1. Meminimalkan efek trauma bedah.
2. Pemulihan/mobilisasi lebih dini.
3. Drainase darah pascabedah minimal.
4. Tersedia akses sternotomi untuk rebedah.
5. Menurunkan morbiditas dirumah sakit (termasuk insiden infeksi
dada, pemakaian inotropik, kejadian SVT, transfusi darah, lama
rawat ICU)
6. Penelitian : pelepasan CKMB dan trop I lebih rendah kejadian
stroke lebih rendah.
Pada teknik bedah operasi CABG On Pump dan Off pump ini ada 3
pembuluh darah yang sering digunakan sebagai bypass, yaitu :

7
1. Arteri mamaria interna : arteri mamaria interna biasanya berasal
dari dinding bawah arteri subklavia, melewati bagian atas
pleura dan tepat lateral terhadap sternum. Penggunaan arteri
mamaria interna dengan ujung proksimal masih dihubungkan
ke arteri sub klavia, arteri mamaria interna kiri lebih panjang
dan lebih besar sehingga sering di gunakan sebagai bypass
arteri coroner (Shapira et al, 2012). Arteri mamaria interna
sering digunakan karena memiliki kepatenan pembuluh darah
yang baik. Studi menunjukkan bahwa sekitar 96% kasus CABG
yang menggunakan arteri mamaria interna dapat bertahan lebih
dari 10 tahun. Arteri mamaria interna sering di gunakan untuk
bypass arteri Left anterior ascenden. Hal ini disebabkan karena
jarak/lokasi Left Interna Mamaria Arteri (LIMA) dan LAD
berdekatan serta berada pada sisi yang sama (Wood et al,
2015).
2. Arteri radialis: Arteri ini melengkung melintasi sisi radialis tulang
Carpalia dibawah tendon Musculus Abductor Pollicis Longus
dan tendo Musculus extensor Pollicis Longus dan Brevis. Arteri
radialis di insisi lebih kurang 2 cm dari siku dan berakhir satu
inchi dari pergelangan tangan. Biasanya sebelum dilakukan
pemeriksaan Allen Test untuk mengetahui kepatenan arteri
ulnaris jika arteri radialis diambil. Pada pasien yang
menggunakan arteri radialis harus mendapatkan terapi Ca
Antagonis selama 6 bulan setelah bedah menjaga agar arteri
radialis tetap terbuka lebar. Dunning et al, (2010) mengatakan
bahwa sebuah studi menunjukkan bahwa arteri radialis
memberikan lebih banyak kemampuan revaskularisasi dalam
waktu yang lebih lama dibandingkan vena savena.
3. Vena Savena : Ada dua vena savena yang terdapat pada
tungkai bawah yaitu vena savena magna dan parva. Namun
yang sering dipakai sebagai saluran baru pada CABG adalah
vena savena magna. Arif Muttaqin (2010) mengatakan bahwa
8
Vena savena sering digunakan pada CABG karena diameter
ukurannya mendekati arteri koroner.
2.1.6 Perawatan Pasca Bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU.
Untuk mengetahui problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui
problem penderita prabedah dan intra bedah sehingga dapat diantisipasi
dengan baik misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain. Hal-
hal yang harus diperhatikan pada perawatan pasien pasca bedah terbagi
atas :
1. Perawatan di ICU, monitoring Hemodinamik :
a. CVP
b. Denyut jantung/ heart rate (HR)
c. Wedge presure (PCWP) dan PAP.
d. Tekanan Darah dan MAP
e. Curah jantung (CO), cardiac index(CI)
f. Peripheral oxygen saturation (SpO2)
g. Systemic vascular resistant (SVR), PVR
h. Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi
jantung, dosisnya, rutenya dan lain-lain.
i. Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pacu
jantung dll.
2. EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama
dasar jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES,
blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1
kali dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi
terutama bila ada perubahan irama dasar jantung yang
membahayakan.
3. Sistem pernafasan
Penderita dari kamar bedah masih belum sadar. Sampai di ICU
segera pasang alat bantu nafas dan dilihat :
a. Ukuran dan kedalaman ETT yang digunakan.
9
b. Tidal volume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP, Mode
ventilator.
c. Lihat cairan yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya
normal, kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai
tanda edema paru. Bila perlu diperiksa kultur.
4. Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari pasien mulai bangun atau masih diberikan
obat - obatan sedatif dan relaxan. Bila pasien mulai bangun maka
dapat dievaluasi dengan meminta pasien untuk menggerakkan
keempat ekstremitasnya.
5. Sistem ginjal
Dilihhat dari prosuksi urine tiap jam dan perubahhan warna yang
terjadi akibat hemolisi dan lain-lain. Dilakukan pemeriksaan ureum
dan kreatinin.
6. Gula darah
Bila pasien menderita DM maka kadar gula darahh harus dikontrol.
7. Laboratorium
a. HB, HT, trombosit, leukosit
b. Analisa gas darah
c. SGOT/SGPT, Albumin, ureum, kreatinin, gula darah
d. Enzim CK dan CKMB
8. Water Seal Drain
Drain vaskuler yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan
dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu
biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi
dikerjakan tiap ½ jam atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih
dari 3 cc/kgBB/jam dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan
mungkin memerlukan re-open untuk menghentikan perdarahan.
9. Foto Thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU
untuk melihat alat-alat dirongga thorak. Perawatan pasca bedah di
ICU harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti
10
komplikasi yang dijumpai. Umumnya bila fungsi jantung normal,
penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu juga
ekstubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
10. Fisioterapi
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita
dengan ventilator. Bila sudah ekstubasi fisioterapi pentig untuk
mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drainase).
11. Perawatan setalahh dari ruang ICU
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi
semua organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah
pada hari pertama pasca bedah dengan hemodinamik stabil.
Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah
dikerjakan termasuk laboratorium yaitu Elektrolit, Darah lengkap,
AGD, Faal Hemostatis, Enzim CKMB dan troponin T.
Hari ketiga lihat dan diperiksa antara lain : Elektrolit, thrombosit,
Ureum, Gula darah, Thoraks foto dan EKG 12 lead.
Hari keempat lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi. Hari kelima
Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari ke 6-10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosit.
Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu
batuk akan mengganggu pernapasan klien.
Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti diabet dan vitamin harus
sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk
mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke7 atau sampai
klien pulang.
Perawatan luka dapat dilakukan dengan teknik tertutup atau terbuka.
Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada
luka apalagi dengan tanda-tanda panas, leukositosis, maka luka
harus dibuka jahitannya sehingga nanah yang ada bisa bebas keluar.
Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di buka pada hari
ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang mengalami
obesitas dan diabetus melitus jahitan dipertahankan lebih lama untuk
11
mencegah luka terbuka. Mobilisasi di ruangan mulai dengan duduk di
tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan di sekitar tempat tidur,
berjalan ke kamar mandi dan keluar dari ruangan dengan dibimbing
oleh fisioterapis atau oleh perawat

12
2.1.7 Pathway
CABG

Off Pump On Pump


Sternotomi
Intubasi dan Dilakukan Anastesi
pemasangan ETT Umum Pemakaian
Trauma Luka Insisi Perdarahan
mesinpintas
Operasi jantung
Merangsang
produksi slam Ketidak efektifan Port the entry Pemasangan Penggunaan
Hipothermia
ventilasi Nyeri Akut microorganism drain cardioplegi
e
Pola Nafas Tidak Masa Rawat
Bersihan Jalan Nafas Resiko Infeksi
Efektif Post Op Lama Vasokontriksi
Tidak Efektif
pembuluh
Kelelahan otot Tirah baring
Resiko darah
pernapasan Kurang Perdarahan
terpapar n Menurunkan
informasi metabolisme
Gangguan Ventilasi Intoleransi
Spontan aktivitas
Ansietas Akral dingin

Suplai oksigen ke Suplai darah ke Gangguan Perfusi


otak menurun otak menurun Jaringan
13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Setelah selesai operasi, pasien segera dipindahkan ke ruang ICU,
segera setelah pasien tiba di ICU, perawat harus segera melakukan
pengkajian meliputi semua sistem organ untuk menentukan status
pasca bedah dibandingkan dengan prabedah dan mengetahui
perubahan yang mungkin terjadi selama pembedahan.
1. Status Kardiovaskular
Meliputi frekuensi dan irama jantung, tekanan darah arteri,
tekanan vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji paru
(PCWP), bentuk gelombang pada tekanan darah invasive, curah
jantung dan cardiac index, drainase rongga dada, fungsi
pacemaker.
2. Status Repirasi
Pengkajian terhadap status respirasi bertujuan untuk mengetahui
secara dini tanda dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan
oksigenasi. Perawat mengkaji status respirasi pasien selama
bedah, ukuran endotrakeal tube, masalah yang dihadapi selama
intubasi, lama penggunaan alat mesin jantung paru. Selanjutnya
kaji gerakan dada, suara nafas, setting ventilator (frekuensi
pernafasan/RR, volume tidal, konsentrasi oksigen, Mode, PEEP),
kecepatan nafas, tekanan ventilator, saturasi oksigen, analisa gas
darah.
3. Status Neurologi
Kesadaran dipantau sejak klien mulia bangun atau masih
diberikan obat sedative. Jika klien mulai bangun maka minta klien
untuk menggerakkan seluruh ekstremitas. Kaji juga tingkat
responsifitas , ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, reflex,
gerakan ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
4. Sistem Pencernaan
Observasi status cairan, asupan nutrisi
5. Status pembuluh darah perifer
Denyut nadi perifer, warna kulit, warna kuku, mukosa bibir, suhu
kulit, edema.

14
6. Sistem perkemihan
Observasi produksi urine setiap jam dan perubahan warna yang
terjadi akibat hemolisis dan lain-lain. Pemeriksaan ureum kreatinin
harus dikerjakan jika fasilitas memungkinkan
7. Status cairan dan elektrolit
Haluaran semua selang drainase, parameter curah jantung, dan
indikasi ketidakseimbangan elektorlit.
8. Nyeri
Kaji sifat, jenis, lokasi, durasi, respon terhadap analgesik
9. Status gastro intestinal
Auskultasi bsising usus, palpasi abdomen, nyeri pada saat
palpasi.
10. Status alat yang dipakai
Kepatenan alat dan pipa untuk menentukan baik atau tidak
kondisinya meliputi, pipa endotrakeal, ventilator, monitor saturasi,
kateter arteri paru, infus intravena, pacemaker, sistem drainase
dan urine.
Selanjutnya jika pasien sudah sadar dan mengalami
perkembangan yang baik, perawat harus mengembangkan
pengkajian terhadap status psikologis dan emosional pasien dan
risiko akan komplikasi.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi antara lain :
1. Hipotermia (D.0131) berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan
rendah
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) berhubungan dengan
hipersekresi jalan napas
3. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik
(prosedur operasi)
4. Gangguan ventilasi spontan (D.0004) berhubungan dengan
kelelahan otot pernapasan
5. Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan tirah baring
6. Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kurang terpapar informasi

15
7. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017) berhubungan dengan
penurunan kinerja ventrikel kiri
8. Risiko perdarahan (D.0012) berhubungan dengan gangguan
koagulasi
9. Risiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan.

16
BAB 3
TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN
A. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. H
Usia : 57 th
Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Lowokwaru - Malang
Tanggal Masuk RS : 23 Oktober 2023 jam 17.08
Tanggal Pengkajian : 26 Oktober 2023 jam 17.30
Agama : Kristen
Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga
No Reg : 11582xxx
Dx Medis : CAD 3VD + LM Disease post
CABG (LIMA to LAD, SVG to OM1, SVG
to PDA)
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri di area luka operasi
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan, keluhan awal saat masuk rumah sakit
adalah sering merasa ampeg saat beraktivitas berat seperti
saat lari pagi ataupun bersepeda dan keluhan tersebut
membaik saat pasien beristirahat. Sedangkan keluhan saat ini,
pasien merasa nyeri di area luka operasi, terasa tajam, perih,
jika dalam skala 1-10, pasien mengatakan nyeri yang
dirasakannya berada di skala 8. Keluarga pasien juga
mengatakan terkadang pasien mengeluh merasa sendirian
karena semua saudara jauh dan hal tersebut membuat pasien
sangat gelisah dan emosi serta bingung dengan kondisinya
pasca operasi.

17
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pada tahun 2004, pasien pernah
merasakan dadanya ampeg berlangsung < 30 menit setiap
ampeg, namun tidak tahu bahwa itu adalah sakit yang
berhubungan dengan jantung. Di tahun yang sama, pasien
berobat karena radang tenggorokan. Tahun 2014, pasien
merasakan ampeg lagi dan berobat. Tahun 2016, pasien
bergejala CVA dan rawat inap selama 5 hari di RS Lavalette.
Tahun 2022, pasien rajin fitness dan terkena hernia, namun
saat akan direncanakan untuk operasi, tekanan darah pasien
meningkat sehingga operasi ditunda dan pasien dirawat oleh
dokter spesialis jantung terkait hal tersebut. Ketika post operasi
hernia, dokter melakukan pemeriksaan lanjutan dengan
threadmill dan hasil dari threadmill tersebut adalah iskemic
serta disarankan untuk DCA.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan ayahnya meninggal di tahun 1981
karena hipertensi dan sakit jantung begitu juga dengan ibunya
meninggal di tahun 2016 karena sakit diabetes dan jantung.

⬆️

Keterangan :
⬆️ Pasien
Laki2
Perempuan
❌ Meninggal

18
== Garis pernikahan

G1 kakek dan nenek pasien telah meninggal karena faktor yg


tidak diketahui.
G2 ayah dan ibu pasien meninggal karena penyakit diabetes,
hipertensi dan jantung.
G3 pasien adalah anak ke 4 dari lima bersaudara, kakak
pertama dan kedua laki-laki, kemidian kakak ketiga perempuan,
pasien kemudian adek pasien perempuan. Semua saudara
masih hidup.
C. Pengkajian Saat Ini
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum MRS : pasien mengaku tahu tentang penyakitnya saat
ini, pasien sudah menjalani pemeriksaan di poli gigi, dan poli
THT untuk persiapan operasi jantung.
Saat MRS : pasien mengatakan siap untuk dilakukan operasi
jantung.
2. Pola nutrisi/metabolic
Sebelum MRS : Keluarga pasien mengatakan biasa makan 3
kali sehari dengan porsi satu piring. Pasien makan semua
makanan tanpa ada pantangan. Minum sekitar 1 liter dalam
sehari, jarang minum minuman yang berasa.
Saat MRS : Pasien masih puasa saat di lakukan pengkajian
TB/BB pasien saat ini adalah 169 cm/ 70 kg.
3. Pola eliminasi
a. Buang air besar
Sebelum MRS : Pasien biasa BAB 1 kali/hari dan tidak ada
keluhan terkait pola BAB.
Saat MRS : Pasien mengatakan selama dirawat BAB
1x/hari. Saat Pengkajian Pasien belum BAB.
Buang air kecil
Sebelum MRS : Pasien mengatakan tidak ada masalah
pada pola BAKnya, pasien BAK 4-5x/hari, tidak ada
keluhan nyeri saat BAK.

19
Saat Pengkajian : Pasien terpasang kateter urine, produksi
urin 600 cc per 3 jam pot operasi.
Pola aktifitas dan latihan:
Kemampuan Sebelum MRS Sesudah MRS
perawatan diri
Makan/minum 0 4
Mandi 0 4
Toileting 0 4
Berpakaian 0 4
Mobilitas di 0 4
tempat tidur
Berpindah 0 4
Ambulasi/ROM 0 4
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu
orang lain dan alat, 4: tergantung total
b. Oksigenasi
Sebelum MRS : Pasien mengatakan hanya ampeg saja
tidak terasa sesak. Nafas spontan dengan room air 21%.
Saat MRS : Pasien nafas spontan dengan room air 21%
dengan SPO2: 98% RR: 18x/m.
Saat pengkajian : pasien post extubasi jam 16.30, pasien
terpasang O2 NRBM 15 lpm.
c. Pola tidur dan istirahat
Pasien masih tirah baring di bed ICU Kapuas A, kadang
terlihat gelisah dan tidak bisa tidur.
d. Pola persepsual
Keluarga pasien mengatakan tidak ada gangguan yang
berarti pada indera pasien. Pasien masih dapat mendengar
dan melihat dengan baik, masih dapat mencium dan
merasakan rasa makanan dan masih merasakan sakit saat
di beri rangsangan nyeri (dicubit).
e. Pola persepsi diri

20
Keluarga pasien mengatakan pasien sering gelisah, sering
emosi jika menyangkut tentang penyakitnya.
f. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien belum menikah.
g. Pola peran hubungan
Keluarga pasien mengatakan pasien sebelum operasi
dapat berinteraksi dengan baik dengan keluarga dan
perawat.
h. Pola managemen koping-stess
Pasien tampak gelisah dan sering memanggil perawat
untuk meminta bantuan atau sekedar ditemani.
i. Sistem nilai dan keyakinan
Keluarga pasien mengatakan pasien menganut agama
Kristen, dan beribadah sesuai ajarannya.
2. PEMERIKSAAN FISIK
TTV : TD: 118/76 mmHg ( MAP : 90 mmHg)
HR: 80x/mnt
RR : 21x/mnt
SPO2 : 100% on NRBM 15 lpm
TB/BB : 169 cm/ 70 kg
A. Pernafasan ( B1 /Breathing )
a. Inspeksi
1). Bentuk Dada : Simetris, tampak dressing luka di sternum, tidak
ada rembesan darah.
2). Pola Nafas : Frekuensi Nafas : 21 x/menit reguler.
3). Gerakan Pernafasan : Reguler, tidak tampak penggunaan otot
bantu pernafasan, tidak tampak menggunakan pernafasan
cuping hidung.
4). Terpasang thorax drain dengan produksi ± 90 cc.
b. Palpasi
1). Tractil Fremitis / Fremitus Vokal
Teraba sama pada lapang paru dextra dan sinistra
c. Perkusi

21
1). Batas Kanan : tidak terkaji (pasien post operasi di area dada
sehingga tidak dilakukan)
2). Batas Kiri : tidak terkaji
d. Auskultasi
1). Bunyi Nafas
Vesikuler
2). Ronchi Wheezing
- - - -
- - - -
- + - -

B. Cardiovascular ( B2 )
a. Inspeksi
1). Iktus : Tidak tampak
2). Pulsasi Jantung : Tidak tampak
b. Palpasi :
1). Iktus :
Teraba, letak : ICS 5 area midklavikula sinistra (Apeks)
2). Pulsasi Jantung :
Teraba, letak : Apeks
3). Getaran / Thrill :
Tidak teraba.
c. Perkusi : tidak terkaji
1). Batas Jantung Kanan : tidak terkaji
2). Batas Jantung Kiri : tidak terkaji
d. Auskultasi :
1). Bunyi Jantung I : tunggal, reguler dan lebih keras di area
apeks (ICS 4-5 mid clavicula) akibat menutupnya katup
atrioventrikular.
2). Bunyi Jantung II : tunggal, reguler dan lebih keras di area
aorta (ICS 2 parasternal dextra) akibat menutupnya katup
semilunar.
3). Bunyi Jantung III : tidak terdengar

22
4). Bunyi Jantung IV : tidak terdengar
e. Nadi
Frekuensi : 80 x/menit, Reguler, nadi radialis kuat
Irama : Reguler
HR : 80 x/mnt
f. Letak Jantung
Tidak terkaji
g. Pembesaran Jantung : tidak ada pembesaran jantung
C. Persarafan ( B3 )
a. Tingkat Kesadaran :
Compos mentis
b. GCS :
Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Total GCS : 15
c. Refleks : Normal
d. Koordinasi Gerak : ya
e. Kejang : tidak
f. Lain-lain : (Tidak ada)
D. Penginderaan
a. Mata (Penglihatan)
1). Bentuk : normal
Visus : Tidak terkaji
2). Pupil : Isokor
3). Reflek Cahaya : Positif
4). Gerak Bola Mata : Normal
5). Medan Penglihatan : Normal
6). Buta Warna : tidak
7). Tekanan Intra Okuler : Tidak
8). Konjungtiva : normal
9). Lain-lain : kontak mata buruk
b. Hidung (Penciuman)
1). Bentuk : Normal
2). Gangguan Penciuman : Tidak
c. Telinga (Pendengaran)

23
1). Aurikel :Normal
2). Membran tympani :Tidak terkaji
3). Otorrhoea :Tidak
4). Gangguan pendengaran :Tidak
5). Tinitus :Tidak terkaji
d. Perasa : tidak terkaji
e. Peraba : Normal
E. Perkemihan ( B5 )
BAK : Pasien terpasang kateter, produksi urine 600 cc per 3 jam post
operasi.
Warna: kuning, jernih
F. Pencernaan ( B5 )
a. Mulut dan Tenggorokan
1). Selaput Lendir Mulut : Kering
2). Lidah : Bersih
3). Rongga Mulut : Tidak bau
4). Gigi : Tidak terkaji
5). Tenggorokan : Tidak tampak pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada nyeri saat menelan
6). Lain-lain : suara bergetar saat bercerita
b. Abdomen : Supel, tidak ada benjolan atau nyeri tekan
1). Pembesaran Hepar : tidak
2). Pembesaran Lien : tidak
3). Asites : tidak
c. Masalah Usus Besar dan Rectum / Anus
BAB +- 1x/hari. Bising usus Normal : 15x/mnt
G. Otot, Tulang Dan Integument ( B6 )
a. Otot dan Tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM) bebas.
Kemampuan kekuatan otot : kuat
4 4
4 4

b. Integumen

24
Warna kulit : Sawo matang
Akral : Hangat
Turgor : Elastik
CRT : <3 detik
c. Tulang Belakang : Normal, tidak ada skoliosis ataupun kifosis
d. Edema :
- -
- -

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
1. Analisa Gas Darah (26/10/2023)
pH 7,41
pCO2 39,5 mmHg
pO2 93,3 mmHg
Bikarbonat (HCO3) 25,1 mmol/L
Kelebihan basa (BE) 0,2 mmol/L
Saturasi O2 98,3%
Hb 12,10 g/dl
Suhu 37 C
Interpretasi : hasil AGD normal disertai dengan hipoksemia
2. Kimia Klinik Jantung (26/10/2023)
Hs troponin I 3,0 ng/L
Enzim jantung CK-MB 21 U/L
3. Serum Elektrolit (26/10/2023)
 Natrium : 137 mmol/L
 Kalium : 4,45 mmol/L
 Clorida : 101 mmol/L

25
B. EKG (26-10-2023):

Interpretasi
Irama : Sinus rhytm dengan HR 75 x/m (1500 : 20)
Gelombang P : Ada, gelombang P selalu diikuti QRS kompleks,
1:1, durasi 0.08 mm/sec, voltage 0,2 mV
Gelombang : Sempit, 0.08 mm/sec
QRS
PR interval : Normal, 0.02 mm/sec, konstan di semua lead
Q patologis : Tidak ada ST elevasi maupun ST depresi
Axis : Normo axis (I +9, AVF +2)

Kesimpilan : Sinus Rhytm dengan HR 75x/mnt (1500:20), normo axis ( I : +9, AVF:
+2 ), T inversi di lead V1 dan lead III tidak bermakna karena tunggal.

C. Rontgen Thorax (26 oktober 2023):

Interpretasi :
A. Pada Rontgen Thorax ini tidak tercantum identitas pasien dan
tanggal pengambilan foto, karena foto dilakukan cito bed. Marker R

26
pada rontgen ini terpasang yang menunjukkan sisi kanan tubuh
pasien serta posisi pasien saat pengambilan foto adalah AP tidur.
Inspirasi pasien kurang dalam. Densitas foto cukup baik dan rotasi
baik karena jarak antara midklavikula kanan dan kiri sama.
B. Tulang pasien terbilang simetris dan tidak tampak garis fraktur
dan lesi di tulang, tampak sternal wire setinggi T2-T9
C. Ukuran jantung 48% menunjukkan adanya pembesaran jantung,
tampak dilatasi aorta
D. Bentuk diafragma kurang baik, tidak nampak jelas
E. Pada sebelah kiri, costo frenikus tumpul, menunjukkan kecurigaan
adanya efusi pleura
F. Pada kedua lapang paru, terdapat infiltrat, dan berwarna dominan
putih, menunjukkan adanya cairan dan kecurigaan pneumonia, serta
terlihat terpasangnya, CVC melalui vena jugularis kanan dan chest
lead
G. Tampak gastric bubble di bawah hemidiafragma kiri. Ukuran serta
bentuk aorta dan arteri pulmonalis tidak tampak jelas
H. Trakhea di tengah dan tidak tampak deviasi, tidak ada pelebaran
mediastinum
I. Setelah dicek kembali, tidak ada kelainan tambahan
Kesimpulan Rotgen thorax : tidak tampak adanya cardiomegaly
dengan CTR 48 % dan efusi pleura sinistra minimal.

4. TERAPI
Total cairan 2100 cc/ 24 jam
- UOP : 200 cc/ jam
- O2 NRBM 10 lpm
- IVFD RF 40cc/jam
- PRC 2 labu (26 Oktober 2023 post operasi)
- Syr NE 0,02 mcg/kgBB/menit (27 Oktober 2023)
- Syr Dobutamin 5mcg/kgBB/menit (26-27 Oktober 2023)
- Syr NTG 1 mcg/kgBB/menit (27/10/2023)
- Syr NTG 0.5 mcg/kgBB/menit (28/10/2023)
- Syr fentanyl 20 mcg/jam (26 Oktober 2023)

27
- Syr fentanyl 15 mcg/jam (27 Oktober 2023)
- Syr hydrocortison 100mg/24jam (26-27 Oktober 2023)
- Syr kalnex 70mg/jam (26-27 Oktober 2023)
- Inj cefazolin 2x1 gr (24jam post op)
- Inj Paracetamol 3x1gr (26-28 Oktober 2023)
- Inj metoclopramide 3x10mg (26-28 Oktober 2023)
- Inj omeprazole 1x40mg (26-28 Oktober 2023)
- Inj ondancentron 3x4mg (26-28 Oktober 2023)
- Inj metamizole 3x1gr (26-28 Oktober 2023)
- Po NAC 3x200mg (28 Oktober 2023)
- Po atorvastatin 1x40mg (28 Oktober 2023)
- Po captopril 3x12,5 mg (28 Oktober 2023)
- nebulasi ventolin /8jam (26 Oktober 2023)

28
5. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

B. ANALISA DATA

No Data (sign/symtomp) Etiologi Masalah


1 Gejala Mayor CABG Gangguan
Subyektif : - ↓ ventilasi
Objektif : Post extubasi ETT spontan
a. PO2 menurun (93.3 ↓ (D.0004)
mmHg) Ketidakefektifan
b. Terpasang suplemen ventilasi
oksigen dengan NRBM 15 ↓
lpm Kelelahan otot
Gejala Minor pernapasan
Subyektif : - ↓
Obyektif : Gangguan
Pasien gelisah ventilasi spontan

2 Gejala Mayor CABG Nyeri akut


Subyektif : ↓ (D.0077)
Pasien mengatakan nyeri di Insisi operasi
luka operasi ↓
Objektif : Trauma operasi
c. Pasien tampak meringis ↓
d. Pasien gelisah Nyeri akut
e. Sulit tidur
Gejala Minor
Subyektif : -
Obyektif :
Berfokus pada diri sendiri

29
3 Gejala mayor CABG Ansietas
Subjektif : ↓ (D.0080)
Pasien merasa sedih, Masa rawat inap
gelisah, dan bingung dengan lama
kondisinya pasca operasi ↓
Objektif : Kurang terpapar
Tampak gelisah informasi
Sulit tidur ↓
Ansietas
Gejala Minor
Subyektif : -
Obyektif :
Suara bergetar
Kontak mata buruk

4 Gejala Mayor CABG Intoleransi


Subyektif : - ↓ Aktifitas
Obyektif : Perdarahan (D.0056)
Pasien tirah baring di bed ↓
Ruang ICU Kapuas A, post Pemasangan drain
operasi CABG ↓
Gejala Minor Tirah baring
Subyektif : - ↓
Obyektif : Intoleransi aktivitas
Tampak gelisah
Sering minta dibantu dan
ditemani perawat

30
5 Gejala Mayor CABG Risiko infeksi
Subyektif : - ↓ (D.0142)
Obyektif : Luka insisi
Terdapat luka post operasi ↓
CABG Port the entry
microorganism

Peningkatan
paparan
organisme
patogen
lingkungan

Risiko infeksi

6 Gejala Mayor CABG Risiko


Subyektif : - ↓ perdarahan
Obyektif : Sternotomi (D.0012)
Pasien post operasi CABG ↓
Hematokrit 33% Perdarahan

Pemasangan drain

Risiko perdarahan

C. RUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Tanggal Diagnosis Tanggal Tanda


Muncul Teratasi Tangan
1. 26-10- Gangguan hipoventilasi spontan
2023 berhubungan dengan kelelahan

31
otot pernapasan ditandai dengan
PO2 menurun, terpasang oksigen
NRBM 15 lpm dan pasien gelisah
2. 26-10- Nyeri akut berhubungan dengan
2023 agen pencedera fisik ditandai
dengan gelisah, sulit tidur dan
tampak meringis
3. 26-10- Ansietas berhubungan dengan
2023 kurang terpapar informasi ditandai
dengan merasa bingung, tampak
gelisah, dan sulit tidur
4. 26-10- Intoleransi aktivitas berhubungan
2023 dengan tirah baring ditandai
dengan kondisi klinis terkait yaitu
post operasi CABG
5. 26-10- Risiko infeksi dibuktikan dengan
2023 peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
6. 26-10- Risiko perdarahan dibuktikan
2023 dengan gangguan koagulasi

32
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO Diagnosis Luaran Intervensi

1 Gangguan ventilasi Ventilasi spontan Dukungan Ventilasi (I.01002)


spontan (L.01007) Observasi
berhubungan Setelah dilakukan • Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
dengan kelelahan tindakan keperawatan • Monitor status respirasi dan oksigenasi
otot pernapasan selama 2x24 jam Teraupetik
ditandai dengan diharapkan ventilasi • Pertahankan kepatenan jalan napas
PO2 menurun, spontan meningkat • Berikan posisi semi fowler
terpasang oksigen dengan kriteria hasil : • Berikan oksigen sesuai kebutuhan
NRBM 15 lpm, dan Gelisah menurun, PO2 Edukasi
pasien gelisah membaik • Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu
2 Nyeri akut Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan agen tindakan keperawatan • Identifikasi skala nyeri
pencedera fisik selama 2x24 jam • Identifikasi lokasi, durasi, kualitas dan intensitas nyeri
ditandai dengan diharapkan tingkat • Identifikasi factor yang memperberat dan memringan nyeri
gelisah, sulit tidur nyeri menurun dan Teraupetik

33
dan tampak kontrol nyeri meningkat • Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
meringis dengan kriteria hasil : • Fasilitasi istirahat dan tidur
• Skala nyeri menurun Edukasi
(VAS 0-3) • Jelaskan penyebab nyeri
• Keluhan nyeri Kolaborasi
menurun • Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
• Tidak gelisah
3 Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi ansietas (I.09134)
berhubungan (L.09093) Observasi
dengan kurang Setelah dilakukan • Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
terpapar informasi tindakan keperawatan • Identifikasi mengambil keputusan
ditandai dengan selama 2x24 jam Teraupetik
merasa bingung, diharapkan tingkat • Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
tampak gelisah, ansietas menurun • Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
dan sulit tidur ditandai dengan : memungkinkan
Perilaku gelisah • Dengarkan dengan penuh perhatian
menurun • Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Verbalisasi bingung Edukasi
dengan kondisinya • Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
menurun Kolaborasi
Kontak mata membaik Kolaborasi pemberian anti ansietas, jika perlu

34
Pola tidur membaik

35
E. IMPLEMENTASI

Diagnosis Tanggal dan Implementasi


Jam
1 26-10-2023
18.00 Mengidentifikasi adanya kelelahan otot
bantu napas
18.30 Memonitor frekuensi dan kedalaman
napas, saturasi oksigen, adanya bunyi
napas tambahan
19.00 Memberian oksigen sesuai kebutuhan
(NRBM 15 lpm)
Mempertahankan kepatenan jalan
napas
27-10-2023
08.15 Mengidentifikasi adanya kelelahan otot
bantu napas

09.00 Memonitor frekuensi dan kedalaman


napas, saturasi oksigen, adanya bunyi
napas tambahan
10.00 Memberian oksigen sesuai kebutuhan
(NC 3 lpm)
12.00 Memfasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin

28-10-2023
08.00 Mengidentifikasi adanya kelelahan otot
bantu napas
08.30 Memonitor frekuensi dan kedalaman
napas, saturasi oksigen, adanya bunyi
napas tambahan
08.30 Memberian oksigen sesuai kebutuhan
(NC 3 lpm)

36
09.00 Memfasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin
29-10-2023
08.00 Mengidentifikasi adanya kelelahan otot
bantu napas
08.30 Memonitor frekuensi dan kedalaman
napas, saturasi oksigen, adanya bunyi
napas tambahan
08.30 Memberian oksigen sesuai kebutuhan
(HFNC 10 lpm FiO2 40%)
09.00 Membantu kebutuhan pasien selama di
ruangan ICU
2 26-10-2023
17.30 Mengidentifikasi skala nyeri
17.30 Mengidentifikasi lokasi, durasi, kualitas
dan intensitas nyeri
18.30 Berkolaborasi dalam pemberian syringe
Fentanil 20 mcg/jam dan pemberian
paracetamol 1gr drip via infus pump
19.00 Memfasilitasi istirahat dan tidur

27-10-2023
08.00 Mengidentifikasi ulang skala nyeri
08.15 Mengidentifikasi kualitas dan intensitas
nyeri
09.00 Berkolaborasi dalam pemberian syring
Fentanil 15 mcg/jam dan pemberian
paracetamol 1gr drip via infus pump
10.00 Mengajarkan teknik nafas dalam pada
pasien saat nyeri muncul
12.00 Memfasilitasi istirahat dan tidur

28-10-2023

37
08.00 Mengidentifikasi ulang skala nyeri saat
ini
08.30 Mengidentifikasi kualitas dan intensitas
nyeri
Berkolaborasi dalam pemberian syringe
Fentanyl 15 mcg/jam dan pemberian
08.30 paracetamol 1gr drip via infus pump
09.00 Mengajarkan teknik nafas dalam pada
pasien saat nyeri muncul
12.00 Memfasilitasi istirahat dan tidur
29-10-2023
08.00 Mengidentifikasi ulang skala nyeri saat
ini
08.30 Mengidentifikasi kualitas dan intensitas
nyeri

08.30 Berkolaborasi dalam pemberian syringe


Fentanyl 15 mcg/jam
09.00 Memfasilitasi istirahat tidur pasien
26-10-2023
3 17.30 Mengidentifikasi kondisi pasien saat
tingkat ansietas berubah
17.30 Memonitor pola dan jam tidur
18.30 Menyediakan lingkungan nyaman
dengan menemani pasien serta
membantu kebutuhan pasien

27-10-2023
08.00 Mengidentifikasi kemampuan pasien
dalam pengambilan keputusan

09.00 Membantu memenuhi kebutuhan


pasien

38
10.00 Mendengarkan keluhan pasien dengan
penuh perhatian
12.00 Menemani pasien untuk mengurangi
kecemasan

28-10-2023
08.00 Mengidentifikasi kemampuan pasien
dalam pengambilan keputusan

08.40 Membantu memenuhi kebutuhan


pasien
10.00 Mendengarkan keluhan pasien dengan
penuh perhatian
12.00 Menemani pasien untuk mengurangi
kecemasan

29-10-2023
08.00 Mengidentifikasi kemampuan pasien
dalam pengambilan keputusan

08.40 Membantu memenuhi kebutuhan


pasien
10.00 Mendengarkan keluhan pasien dengan
penuh perhatian
12.00 Menemani pasien untuk mengurangi
kecemasan

39
F. EVALUASI

NO. TGL/JAM EVALUASI TTD


DX
1 26-10- S:-
2023 O : Pasien tampak gelisah
20.00 TD : 120/60 mmHg
Nadi : 75 x/m
RR : 18 x/m
SpO2 : 98% on NRBM 15 lpm
PO2 : 93,3 mmHg
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Dukungan Ventilasi
27-10- S:-
2023 O : Pasien tampak gelisah
12.00 TD : 132/80 mmHg
Nadi : 70 x/m
RR : 18 x/m
SpO2 : 98% on NC 3 lpm
PO2 : 93,3 mmHg
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Dukungan Ventilasi
28-10- S:-
2023 O : Pasien tampak gelisah
10.00 TD : 107/61 mmHg
Nadi : 75 x/m
RR : 20 x/m
SpO2 : 95% on NC 3 lpm
PO2 : 93,3 mmHg
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Dukungan Ventilasi

40
29-10- S:-
2023 O : Pasien tampak gelisah
10.00 TD : 137/81 mmHg
Nadi : 99 x/m
RR : 23 x/m
SpO2 : 97% on HFNC 10 lpm, FiO2 40%
PO2 : 86,2 mmHg
A : masalah teratasi sebagian
Muncul masalah baru :
Pola napas tidak efektif
P : Lanjutkan intervensi
Dukungan Ventilasi
Pemantauan respirasi

2 26-10- S : Pasien mengatakan sakit di area luka


2023 bekas operasi
20.00 O : Pasien tampak meringis, gelisah
P : agen cedera fisik (post op)
Q : tajam
R : dada
S:8
T : intermittent
TD : 120/60 mmHg
Nadi : 75 x/m
RR : 18 x/m
SpO2 : 98% on NRBM 15 lpm
Syr. Fentanyl 15 mcg/jam
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Manajemen nyeri
27-10- S : Pasien mengatakan masih sakit di area
2023 luka bekas operasi
12.00 O : Pasien tampak meringis, gelisah

41
P : agen cedera fisik (post op)
Q : tajam
R : dada
S:7
T : intermittent
TD : 132/80 mmHg
Nadi : 70 x/m
RR : 18 x/m
SpO2 : 98% on NC 3 lpm
Syr. Fentanyl 15 mcg/jam
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri

28-10- S : Pasien mengatakan dada terasa sangat


2023 sakit
10.00 O : Pasien tampak gelisah
P : agen cedera fisik (post op)
Q : tajam
R : dada
S:8
T : intermittent
TD : 107/61 mmHg
Nadi : 75 x/m
RR : 20 x/m
SpO2 : 95% on NC 3 lpm
Syr. Fentanyl 15 mcg/jam
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Manajemen nyeri
29-10- S : Pasien mengatakan dada terasa sangat
2023 sakit
10.00 O : Pasien tampak gelisah

42
P : agen cedera fisik (post op)
Q : tajam
R : dada
S:8
T : intermittent
TD : 137/81 mmHg
Nadi : 99 x/m
RR : 23 x/m
SpO2 : 97% on HFNC 10 lpm, FiO2 40%
Syr. Fentanyl 15 mcg/jam
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Manajemen nyeri
3 26-10- S : Pasien mengatakan merasa sedih dan
2023 bingung dengan kondisinya
20.00 O : Pasien tampak gelisah
TD : 120/60 mmHg
Nadi : 75 x/m
RR : 18 x/m
SpO2 : 98% on NRBM 15 lpm
Kontak mata buruk
Suara bergetar
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Reduksi ansietas
27-10- S : Pasien mengatakan merasa sedih dan
2023 bingung dengan kondisinya
12.00 O : Pasien tampak gelisah
TD : 132/80 mmHg
Nadi : 70 x/m
RR : 18 x/m
SpO2 : 98% on NC 3 lpm
Kontak mata buruk

43
Suara bergetar
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Reduksi ansietas
28-10- S : Pasien mengatakan merasa sedih dan
2023 bingung dengan kondisinya
10.00 O : Pasien tampak gelisah
TD : 107/61 mmHg
Nadi : 75 x/m
RR : 20 x/m
SpO2 : 95% on NC 3 lpm
Kontak mata buruk
Suara bergetar
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Reduksi ansietas
29-10- S : Pasien mengatakan merasa sedih dan
2023 bingung dengan kondisinya
10.00 O : Pasien tampak gelisah
TD : 137/81 mmHg
Nadi : 99 x/m
RR : 23 x/m
SpO2 : 97% on HFNC 10 lpm, FiO2 40%
Kontak mata buruk
Suara bergetar
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Reduksi ansietas

44
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah suatu kegiatan pemeriksaan atau


peninjauan terhadap situasi dan kondisi yang dialami oleh pasien untuk tujuan
perumusan masalah diagnose keperawatan (Sihombing, 2019). Dalam proses
pengkajian keperawatan ada suatu metode sistematis mengkaji respon
manusia terhadap masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan
yang sistematis (Ali Syahbana, 2019).
Pasien Tn. H adalah pasien baru yang diterima di ruang Barito pada
tanggal 23 Oktober 2023 jam 17.08 WIB pasien merupakan kiriman dari poli
jantung dengan APS + HF C FC II dt CAD pro CABG. Pengkajian dilakukan di
ruang premedikasi kamar operasi PJT pada tanggal 26 Oktober 2023 jam
17.00 WIB.
Pasien merupakan seorang laki laki dengan usia 57 tahun memiliki
riwayat penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan tidak rutin berobat.
Pasien didiagnosa APS + HF C FC II dt CAD pro CABG. Hal ini diperkuat
dengan hasil EKG : Sinus Rhytm dgn HR 75x/mnt (1500:20), normo axis ( I :
+9, AVF: +2 ), T inversi di lead V1 dan lead III tidak bermakna karena tunggal.
Hasil Rontgen thorax : adanya efusi pleura minimal dengan kecurigaan
pneumonia dan CTR 48%.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik memiliki peranan penting dalam
menegakkan diagnosis keperawatan pada pasien CAD 3VD + LM Disease
post CABG (LIMA to LAD, SVG to OM1, SVG to PDA). Pengkajian nyeri
merupakan bagian penting dalam pemeriksaan fisik untuk pasien. Dari
anamnesis yang didapat dari pasien, pasien mengeluh nyeri di luka bekas
operasi. Saat dilakukan anamnesa di Ruang ICU KAPUAS A didapatkan data
bahwa pasien mengeluh masih nyeri dan pasien tampak gelisah.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien, kami tidak dapat
melakukan pemeriksaan palpasi karena pasien post operasi H0. Kemudian
dari hasil inspeksi ditemukan pasien tampak gelisah, terdapat thorax drain di
dada pasien. Temuan dari pemeriksaan fisik dan anamnesa ini sesuai dengan
teori bahwa pasien dengan CAD 3VD + LM Disease post CABG (LIMA to

45
LAD, SVG to OM1, SVG to PDA) keluhan utama yang muncul adalah nyeri di
area luka post operasi.

4.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon


klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya,
baik yang berlangsung actual maupun potensial (Rulino, 2021).
Pada penegakan diagnosis keperawatan pasien dengan CAD 3VD + LM
Disease post CABG (LIMA to LAD, SVG to OM1, SVG to PDA) mengacu
pada data-data yang didapatkan dari pasien, berdasarkan teori yang ada
sesuai dengan patofisiologis kasus post operasi CABG ada 9 diagnosis
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan CAD 3VD + LM
Disease post CABG (LIMA to LAD, SVG to OM1, SVG to PDA) ini
diantaranya:
1. Hipotermia (D.0131) berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan
rendah
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) berhubungan dengan
hipersekresi jalan napas
3. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik
(prosedur operasi)
4. Gangguan ventilasi spontan (D.0004) berhubungan dengan
kelelahan otot pernapasan
5. Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan tirah baring
6. Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kurang terpapar informasi
7. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017) berhubungan dengan
penurunan kinerja ventrikel kiri
8. Risiko perdarahan (D.0012) berhubungan dengan gangguan
koagulasi
9. Risiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan.

Dari 9 diagnosa yang muncul pada teori hanya 3 diagnosis keperawatan


yang penulis tegakkan berdasarkan hasil pengkajian pada Tn H, yaitu :

46
1. Gangguan ventilasi spontan (D.0004) berhubungan dengan
kelelahan otot
2. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik
(prosedur operasi)
3. Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Ketiga diagnosa ini ditegakkan berdasarkan kriteria mayor dan minor dari
setiap diagnosa yang bersumber dari Standart Diagnosis keperawatan
Indonesia (SDKI). Diagnosis Gangguan ventilasi spontan diangkat karena
adanya data-data objektif yang mendukung yaitu hasil BGA dan foto thorax.
Diagnosis nyeri akut diangkat karena sesuai dengan data mayor dan minor,
dimana data mayor pasien mengeluh nyeri di luka operasi. Sedangkan
diagnosis ansietas diangkat karena tampak data mayor yang muncul yaitu
pasien mengatakan merasa sedih dan bingung dengan kondisinya, suara
pasien bergetar, dan kontak mata pasien buruk. Diagnosis lain yang tidak
diangkat dikarenakan data-data yang didapatkan dari pasien belum memenuhi
kriteria untuk pengangkatan diagnosa-diagnosa tersebut. (SDKI,2017)

4.3. Intervensi

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh


perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk luaran
(outcome) yang diharapkan (SIKI, 2018).
Sedangkan komponen intervensi keperawatan terdiri atas tiga komponen
yaitu label, definisi, dan tindakan. Dalam hal ini tindakan adalah merupakan
meimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan – tindakan pada
intervensi keperawatan terdiri atas observasi, teraupetik, edukasi dan
kolaborasi (SIKI, 2018).
Perencanaan pada kasus Tn. H sesuai dengan tinjauan pustaka dan juga
telah disesuaikan dengan Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Meliputi
observasi, teraupetik, edukasi dan kolaborasi. Dalam kasus Tn. H perumusan
intervensi didasarkan pada diagnosis keperawatan yang sudah ditentukan.

47
4.4. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan catatan tentang tindakan yang


diberikan kepada pasien. Pencatatan ini mencakup tindakan keperawatan
yang diberikan baik secara mandiri maupun kolaboratif serta pemenuhan
kriteria hasil terhadap tindakan yang diberikan kepada pasien (Hutahean,
2010).
Dalam kasus Tn. H tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien
sudah sesuai dengan intervensi yang tertuang dalam Standart Intervensi
Keperawatan Indonesia. Namun ada beberapa intervensi yang tidak bisa
dilakukan pada kasus Tn. H dikarenakan keterbatasan waktu, dan beberapa
intervensi yang tidak dapat dilakukan pada pasien, selain itu pasien post
operasi H0 sehingga penulis tidak melakukan pengkajian dan intervensi
secara menyeluruh.

4.5 Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan


keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi yaitu mengakhiri
rencana tindakan keperawatan, memodifikasi rencana tindakan keperawatan
dan meneruskan rencana tindakan keperawatan. Untuk menilai sampai sejauh
mana tujuan yang diharapkan telah dicapai maka melalui tahap evaluasi ini
penulis menilai hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan selama 3 hari
tertuang dalam catatan perkembangan. Masalah keperawatan yang
ditemukan oleh penulis pada pasien post operasi CABG yaitu gangguan
ventilasi spontan teratasi sebagian, nyeri akut teratasi sebagian, dan ansietas
teratasi sebagian.

48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Menurut Barbara E (1999) dalam Jati, Sutopo P (2022) menjelaskan


bahwa bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk
melkukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung. Bedah jantung juag
merupakan tindakan pegobatan yang menggunakan cara invasif dengan cara
membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani misalnya
jantung. Umumnya pembukaan jantung dilakukan dengan membuat sayatan
untuk menampilkan bagian jantung dan dilakukan perbaikan yang selanjutnya
akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan area luka.

CABG (Coronary Artery Bypass Grafting) adalah operasi jantung untuk


revaskularisasi aliran arteri koroner dengan pembuluh pintas baru yaitu arteri
atau vena yang diambil dari kaki, lengan dan dada pasien pembuluh darah
tersebut disambungkan ke pembuluh darah yang mengalami sumbatan
sehingga aliran darah kembali normal dan miokard kembali mendapat suplai
oksigen yang adekuat (Smeltzer & Bare, 2013).
Setelah membahas mengenai uraian asuhan keperawatan pada pasien
post operasi CABG, maka didapat :
1) Terdapat kesesuaian pengkajian antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus
pada pasien Tn. H dengan diagnosa CAD 3VD + LM Disease post CABG
(LIMA to LAD, SVG to OM1, SVG to PDA)
2) Terdapat kesesuaian diagnosis keperawatan pada tinjauan teori dengan
tinjauan kasus pada pasien Tn. H dengan CAD 3VD + LM Disease post
CABG (LIMA to LAD, SVG to OM1, SVG to PDA)
3) Terdapat kesesuaian antara intervensi pada tinjauan teori dengan tinjauan
kasus yaitu dukungan ventilasi, manajemen nyeri dan reduksi ansietas.

49
5.2 Saran

Diharapkan tenaga medis khususnya perawat dapat memberikan asuhan


keperawatan pada pasien dengan CAD 3VD + LM Disease post CABG (LIMA to
LAD, SVG to OM1, SVG to PDA) dan diharapkan setelah dilakukan asuhan
keperawatan pasien dan keluarga mengenal penyakitnya dan mampu
bekerjasama dalam melakukan arahan yang telah diberikan perawat sehingga
selain melakukan pengobatan medis bisa pasien dan keluarga bisa melakukan
perawatan secara mandiri di rumah seperti menjaga kebersihan luka operasi
aktifitas sesuai kemampuan dan terartur dalam minum obat serta rajin control ke
rumah sakit, sehingga tidak terjadi putus obat untuk meminimalisir terjadinya
komplikasi penyakitnya. Selain itu, edukasi terhadap keluarga mengenai support
system yang sangat dibutuhkan dalam proses pemulihan pasien, harus benar-
benar dilaksanakan sehingga tidak muncul readmisi pasien dengan kasus yang
memberat.

50
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2017). Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka Edisi 8


Volume 1 (Penerjemah, Achir Yani dan Kusman Ibrahim). Singapore:
Elsevier.
Amanda, T. . (2019). Asuhan Keperawatan pada Klien Gagal Jantung
Congestive dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas. Jombang:
Insan Cendekia Medika.
Antara, I. M. P. S., Yuniadi, Y., & Siswanto, B. B. (2019). Laporan Kasus
Intervensi penyakit jantung koroner dengan Sindroma Gagal Jantung.
Jurnal Kardiologi Indonesia, 30(1), 32–37.
Awaludin, S., A, A. C. N., & Sekarwati, W. (2018). HUBUNGAN KECEMASAN
DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN POST CORONARY ARTERY
BAYPASS GRAFT (CABG) DI RUANG REHABILITASI JANTUNG
RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA
JAKARTA.
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 1(1), 243–247.
Black, J., & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta:
Salemba Emban Patria.
Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal-Bedah (12th Ed.; Eka Anisa
Mardela, Ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Fikriana, R. (2018). Sistem Kardiovaskuler. Surabaya: CV Budi Utama.
Lemone, P. et al. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Kardiovaskular Edisi 5. Jakarta: EGC.
Majid, A. (2017). Penyakit Jantung Koroner, Patofisiologi, Pencegehan, Dan
Pengobatan Terkini. Medan: Universitas Sumatera Utara Press.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

51
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddart (edisi 8). Jakarta: EGC.
Soeharto. (2015). Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak
Dan Kolesterol, Edisi Keenam. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Stuart, G. W. (2016). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Ramona P.
Kapoh & Egi Komara Yudha. Jakarta: EGC.

Suddarth, B. &. (2014). Keperawatan Medikal-Bedah (12th Ed.; Eka Anisa


Mardela, Ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suyanti, T., & Rahayu, S. (2020). Lama Post Operasi Coronary Artery Bypass
Graft (CABG) dengan Kualitas Hidup Pasien Post Operasi CABG Di
RSPAD Gatot Soebroto. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi (JABJ),
9(2), 166–173. https://doi.org/10.36565/jab.v9i2.199

52
LAMPIRAN

53

Anda mungkin juga menyukai