Disusun Oleh :
KELOMPOK PEA
1. DANIS RUTHARI
2. GINDA SORIP NAPOSO
3. JUWITA ARI SAPUTRI
4. LANGGENG CAHYONO
5. SRI YUSRIAN
i
HALAMAN PENGESAHAN
TIM PEMBIMBING
Ditetapkan di : Malang
Tanggal : 17 November 2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan limpahannya kami dapat menyelesaikan tugas akhir Studi
Kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. H dengan Diagnosa
Medis Post Operasi CABG” di Ruang ICU KAPUAS A ini berjalan dengan
baik.
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami Asuhan
Keperawatan pada Pasien Post Operasi CABG dengan benar. Ucapan terima
kasih kepada Pembimbing yang membantu kami untuk menyelesaikan tugas
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi pembaca.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepda semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
tugas akhir ini. Semoga Allah SWT. Senantiasa memudahkan langkah-
langkah kita menuju kebaikan. Dengan segala kerendahan hati, saran dan
kritik kami harapkan bagi pembaca guna meningkatkan pembuatan Tugas
Akhir yang akan mendatang.
13 November 2023
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................. i
1.3 Manfaat................................................................................ 3
2.1.7 Pathway............................................................................ 13
2.2.1 Pengkajian........................................................................ 14
iv
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .................................................... 15
1. PENGKAJIAN ....................................................................... 17
B. Cardiovascular ( B2 ).............................................................. 22
C. Persarafan ( B3 ) ..................................................................... 23
D. Penginderaan .......................................................................... 23
E. Perkemihan ( B5 ) ................................................................... 24
F. Pencernaan ( B5 ) ................................................................... 24
B. EKG......................................................................................... 26
C. Rontgen Thorax....................................................................... 26
4. TERAPI ................................................................................. 27
B. ANALISA DATA....................................................................... 29
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN......................................... 33
v
E. IMPLEMENTASI...................................................................... 36
F. EVALUASI ............................................................................... 40
LAMPIRAN .................................................................................... 53
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
menjadi masyarakat industri maupun perubahan pola makanan (Awaludin et
al., 2018).
Dalam penelitian Pahlawi & Sativani (2021) WHO menyatakan bahwa
Cardio Vascular Disease (CVD) mengalami peningkatan secara radikal
dengan perkiraan 12 juta orang meninggal tiap tahunnya dan kebanyakan
berasal dari negara berkembang.
Penyakit jantung koroner (PJK) dianggap sebagai beban pertumbuhan
CVD dan menjadi penyebab utama dilakukannya operasi jantung di seluruh
dunia. PJK memengaruhi arteri koroner yang memasok darah yang
mengandung oksigen tinggi ke otot jantung karena menyebabkan timbulnya
plak aterosklerotik di dalam arteri koroner sehingga terjadilah stenosis arteri.
Stenosis dan penurunan suplai darah melalui salah satu segmen arteri ini
memiliki efek berbahaya pada otot jantung.
Salah satu penanganan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
keadaan arteri pada penyakit jantung koroner ini adalah dengan dilakukannya
Coronary Artery Bypass Graft (CABG). CABG adalah operasi mayor yang
digunakan untuk memperbaiki arteri yang tersumbat dan menyempit dengan
memotong dan mengganti arteri yang tersumbat tersebut dari pembuluh sehat
yang disebut "graft" yang diambil dari kaki, lengan, atau dada (Pahlawi &
Sativani, 2021).
Menurut data dari The World Bank tahun 2015 dikutip dari Harahap et al
(2021) sebanyak 4.511.101 per 100.000 populasi dengan posisi tertinggi yaitu
benua Asia sebanyak 28.907 dari 100.000 populasi. Berdasarkan data yang
diperoleh dari WHO, tercatat di tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh
rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 data mengalami
peningkatan sebesar 148 juta jiwa sedangkan untuk kawasan Asia pasien
operasi mencapai angka 77 juta jiwa pada tahun 2012.
2
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Mampu menerapkan kerangka berpikir ilmiah dalam melakukan
asuhan keperawatan pada Tn.H dengan Post Op CABG di Ruang ICU
KAPUAS A RSUD dr. Saiful Anwar Malang.
B. Tujuan Khusus
Peserta pelatihan mampu :
1. Melakukan pengkajian pada Tn.H dengan Post Operasi CABG di
Ruang ICU KAPUAS A RSUD dr. Saiful Anwar Malang.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.H dengan Post
Operasi CABG di Ruang ICU KAPUAS A RSUD dr. Saiful Anwar
Malang.
3. Menetapkan intervensi keperawatan pada Tn.H dengan Post
Operasi CABG di Ruang ICU KAPUAS A RSUD dr. Saiful Anwar
Malang.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn.H dengan Post
Operasi CABG di Ruang ICU KAPUAS A RSUD dr. Saiful Anwar
Malang.
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn.H dengan Post Operasi
CABG di Ruang ICU KAPUAS A RSUD dr. Saiful Anwar Malang
1.3 Manfaat
Diharapkan agar dapat menjadi informasi yang berguna untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan serta sebagai bahan pemikiran
dalam memberikan Asuhan Keperawatan di masa yang akan datang.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.2 Tujuan CABG
Tujuan dilakukannya tindakan CABG adalah untuk revaskularisasi
aliran arteri koroner akibat adanya penyempitan atau sumbatan ke otot
jantung (Arif Muttaqin, 2010).
2.1.3 Indikasi CABG
Menurut Arif Muttaqin (2010), pasien penyakit jantung koroner yang
dianjurkan untuk bedah CABG adalah pasien yang hasil kateterisasi
jantung ditemukan adanya :
1. Penyempitan >50% dari left main disease atau left mainquivelant
yaitu penyempitan menyerupai left main arteri misalnya ada
penyempitan bagian proximal dari arteri anterior desenden dan arteri
circumflex.
2. Penderita dengan three vessel disease yaitu tiga arteri koroner
semuanya mengalami penyempitan bermakna yang fungsi jantung
mulai menurun (EF<50%).
3. Penderita yang gagal dilakukan balonisasi dan stent.
4. Penyempitan 1 atau 2 pembuluh namun pernah mengalami gagal
jantung.
5. Anatomi pembuluh darah yang sesuai untuk CABG.
2.1.4 Kontraindikasi
Menurut Arif Muttaqin (2010) kontraindikasi dari tindakan CABG
secara mutlak tidak ada, namun secara relatif CABG dikontraindikasikan
bila terdapat berbagai faktor yang akan memperberat atau meningkatkan
resiko selama dan sesudah pembedahan seperti :
1. Faktor usia yang sudah sangat tua. ( >75 tahun menurut WHO)
2. Pasien dengan penyakit pembuluh darah koroner kronik akibat
diabetes mellitus dan EF yang sangat rendah <50%. Pada pasien
dengan EF yang kurang dari 50% ini operasi akan dilakukan dengan
teknik On Pump.
3. Sklerosis aorta yang berat.
4. Struktur arteri koroner yang tidak mungkin untuk disambung.
5
2.1.5 Teknik Bedah CABG
Terdapat 2 teknik yang digunakan pada bedah CABG yaitu on pump dan
off pump. Teknik tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-
masing.
a. Teknik Bedah On Pump
Teknik bedah on pump prosedur dijalankan menggunakan alat
mekanis mesin jantung paru. Mesin jantung paru memungkinkan
lapangan bedah yang bebas darah sementara perfusi tetap dapat
dipertahankan untuk jaringan dan organ lain di tubuh. Pintasan
jantung paru dilakukan dengan memasang kanula di atrium kanan
dan vena kava untuk menampung darah dari tubuh. Kanula kemudian
di hubungkan dengan tabung yang berisi cairan kristaloid isotonik.
Darah vena yang diambil dari tubuh disaring, dioksigenasi, di jaga
temperaturnya kemudian dikembalikan ketubuh. Kanulasi yang
mengembalikan darah ke tubuh dimasukkan ke aorta ascenden.
Selanjutnya untuk membuat jantung arrest diberikan cairan
cardioplegia yang formulanya tinggi kalium, mengandung dekstrose,
buffer pH, hiperosmolalitas, dan anastesilokal. Rute pemberiannya
bisa melalui root aorta (antegrade) dan melalui sinus coronaries
(retrograde) serta melalui keduanya.
b. Teknik Bedah Off Pump
Pada teknik bedah off pump tidak menggunakan mesin jantung
paru sehingga jantung tetap berdetak secara normal dan paru-paru
berfungsi secara biasa saat bedah dilakukan.
Adapun kriteria pasien Off Pump:
1. Pasien yang direncanakan bedah elektif.
2. Hemodinamik stabil.
3. EF dalam batas normal (lebih dari 60%).
4. Fungsi LV baik.
5. Pembuluh darah distal cukup besar.
6
6. Usia tua disertai penyakit komorbid seperti penyakit Arteri
karotis, aterosklerosis aorta, disfungsi ginjal atau paru.
7. Mempunyai komplikasi dengan mesin Cardio Pulmonary
Bypass (CPB).
8. 1-2 vessel disease di anterior.
Tetapi bedah dengan teknik Off Pump memiliki kontraindikasi absolut
diantaranya :
1. Hemodinamik tidak stabil.
2. Buruknya kualitas target pembuluh darah termasuk pembuluh
darah intra myocard.
3. Penyakit pembuluh darah yang menyebar/difus.
4. Pembuluh darah yang mengalami kalsifikasi/penebalan.
Menurut Arif Muttaqin (2010) kontraindikasi relatif yaitu :
1. LVEF <35%
2. Cardiomegali/CHF
3. LM kritis
4. Recent/Current MCI
5. Cardiogenic syock
Menurut Benetti & Ballester (2011) keuntungan dari teknik Off Pump
adalah:
1. Meminimalkan efek trauma bedah.
2. Pemulihan/mobilisasi lebih dini.
3. Drainase darah pascabedah minimal.
4. Tersedia akses sternotomi untuk rebedah.
5. Menurunkan morbiditas dirumah sakit (termasuk insiden infeksi
dada, pemakaian inotropik, kejadian SVT, transfusi darah, lama
rawat ICU)
6. Penelitian : pelepasan CKMB dan trop I lebih rendah kejadian
stroke lebih rendah.
Pada teknik bedah operasi CABG On Pump dan Off pump ini ada 3
pembuluh darah yang sering digunakan sebagai bypass, yaitu :
7
1. Arteri mamaria interna : arteri mamaria interna biasanya berasal
dari dinding bawah arteri subklavia, melewati bagian atas
pleura dan tepat lateral terhadap sternum. Penggunaan arteri
mamaria interna dengan ujung proksimal masih dihubungkan
ke arteri sub klavia, arteri mamaria interna kiri lebih panjang
dan lebih besar sehingga sering di gunakan sebagai bypass
arteri coroner (Shapira et al, 2012). Arteri mamaria interna
sering digunakan karena memiliki kepatenan pembuluh darah
yang baik. Studi menunjukkan bahwa sekitar 96% kasus CABG
yang menggunakan arteri mamaria interna dapat bertahan lebih
dari 10 tahun. Arteri mamaria interna sering di gunakan untuk
bypass arteri Left anterior ascenden. Hal ini disebabkan karena
jarak/lokasi Left Interna Mamaria Arteri (LIMA) dan LAD
berdekatan serta berada pada sisi yang sama (Wood et al,
2015).
2. Arteri radialis: Arteri ini melengkung melintasi sisi radialis tulang
Carpalia dibawah tendon Musculus Abductor Pollicis Longus
dan tendo Musculus extensor Pollicis Longus dan Brevis. Arteri
radialis di insisi lebih kurang 2 cm dari siku dan berakhir satu
inchi dari pergelangan tangan. Biasanya sebelum dilakukan
pemeriksaan Allen Test untuk mengetahui kepatenan arteri
ulnaris jika arteri radialis diambil. Pada pasien yang
menggunakan arteri radialis harus mendapatkan terapi Ca
Antagonis selama 6 bulan setelah bedah menjaga agar arteri
radialis tetap terbuka lebar. Dunning et al, (2010) mengatakan
bahwa sebuah studi menunjukkan bahwa arteri radialis
memberikan lebih banyak kemampuan revaskularisasi dalam
waktu yang lebih lama dibandingkan vena savena.
3. Vena Savena : Ada dua vena savena yang terdapat pada
tungkai bawah yaitu vena savena magna dan parva. Namun
yang sering dipakai sebagai saluran baru pada CABG adalah
vena savena magna. Arif Muttaqin (2010) mengatakan bahwa
8
Vena savena sering digunakan pada CABG karena diameter
ukurannya mendekati arteri koroner.
2.1.6 Perawatan Pasca Bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU.
Untuk mengetahui problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui
problem penderita prabedah dan intra bedah sehingga dapat diantisipasi
dengan baik misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain. Hal-
hal yang harus diperhatikan pada perawatan pasien pasca bedah terbagi
atas :
1. Perawatan di ICU, monitoring Hemodinamik :
a. CVP
b. Denyut jantung/ heart rate (HR)
c. Wedge presure (PCWP) dan PAP.
d. Tekanan Darah dan MAP
e. Curah jantung (CO), cardiac index(CI)
f. Peripheral oxygen saturation (SpO2)
g. Systemic vascular resistant (SVR), PVR
h. Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi
jantung, dosisnya, rutenya dan lain-lain.
i. Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pacu
jantung dll.
2. EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama
dasar jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES,
blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1
kali dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi
terutama bila ada perubahan irama dasar jantung yang
membahayakan.
3. Sistem pernafasan
Penderita dari kamar bedah masih belum sadar. Sampai di ICU
segera pasang alat bantu nafas dan dilihat :
a. Ukuran dan kedalaman ETT yang digunakan.
9
b. Tidal volume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP, Mode
ventilator.
c. Lihat cairan yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya
normal, kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai
tanda edema paru. Bila perlu diperiksa kultur.
4. Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari pasien mulai bangun atau masih diberikan
obat - obatan sedatif dan relaxan. Bila pasien mulai bangun maka
dapat dievaluasi dengan meminta pasien untuk menggerakkan
keempat ekstremitasnya.
5. Sistem ginjal
Dilihhat dari prosuksi urine tiap jam dan perubahhan warna yang
terjadi akibat hemolisi dan lain-lain. Dilakukan pemeriksaan ureum
dan kreatinin.
6. Gula darah
Bila pasien menderita DM maka kadar gula darahh harus dikontrol.
7. Laboratorium
a. HB, HT, trombosit, leukosit
b. Analisa gas darah
c. SGOT/SGPT, Albumin, ureum, kreatinin, gula darah
d. Enzim CK dan CKMB
8. Water Seal Drain
Drain vaskuler yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan
dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu
biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi
dikerjakan tiap ½ jam atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih
dari 3 cc/kgBB/jam dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan
mungkin memerlukan re-open untuk menghentikan perdarahan.
9. Foto Thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU
untuk melihat alat-alat dirongga thorak. Perawatan pasca bedah di
ICU harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti
10
komplikasi yang dijumpai. Umumnya bila fungsi jantung normal,
penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu juga
ekstubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
10. Fisioterapi
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita
dengan ventilator. Bila sudah ekstubasi fisioterapi pentig untuk
mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drainase).
11. Perawatan setalahh dari ruang ICU
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi
semua organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah
pada hari pertama pasca bedah dengan hemodinamik stabil.
Umumnya pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah
dikerjakan termasuk laboratorium yaitu Elektrolit, Darah lengkap,
AGD, Faal Hemostatis, Enzim CKMB dan troponin T.
Hari ketiga lihat dan diperiksa antara lain : Elektrolit, thrombosit,
Ureum, Gula darah, Thoraks foto dan EKG 12 lead.
Hari keempat lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi. Hari kelima
Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
Hari ke 6-10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosit.
Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu
batuk akan mengganggu pernapasan klien.
Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti diabet dan vitamin harus
sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk
mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke7 atau sampai
klien pulang.
Perawatan luka dapat dilakukan dengan teknik tertutup atau terbuka.
Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada
luka apalagi dengan tanda-tanda panas, leukositosis, maka luka
harus dibuka jahitannya sehingga nanah yang ada bisa bebas keluar.
Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di buka pada hari
ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang mengalami
obesitas dan diabetus melitus jahitan dipertahankan lebih lama untuk
11
mencegah luka terbuka. Mobilisasi di ruangan mulai dengan duduk di
tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan di sekitar tempat tidur,
berjalan ke kamar mandi dan keluar dari ruangan dengan dibimbing
oleh fisioterapis atau oleh perawat
12
2.1.7 Pathway
CABG
14
6. Sistem perkemihan
Observasi produksi urine setiap jam dan perubahan warna yang
terjadi akibat hemolisis dan lain-lain. Pemeriksaan ureum kreatinin
harus dikerjakan jika fasilitas memungkinkan
7. Status cairan dan elektrolit
Haluaran semua selang drainase, parameter curah jantung, dan
indikasi ketidakseimbangan elektorlit.
8. Nyeri
Kaji sifat, jenis, lokasi, durasi, respon terhadap analgesik
9. Status gastro intestinal
Auskultasi bsising usus, palpasi abdomen, nyeri pada saat
palpasi.
10. Status alat yang dipakai
Kepatenan alat dan pipa untuk menentukan baik atau tidak
kondisinya meliputi, pipa endotrakeal, ventilator, monitor saturasi,
kateter arteri paru, infus intravena, pacemaker, sistem drainase
dan urine.
Selanjutnya jika pasien sudah sadar dan mengalami
perkembangan yang baik, perawat harus mengembangkan
pengkajian terhadap status psikologis dan emosional pasien dan
risiko akan komplikasi.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi antara lain :
1. Hipotermia (D.0131) berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan
rendah
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) berhubungan dengan
hipersekresi jalan napas
3. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik
(prosedur operasi)
4. Gangguan ventilasi spontan (D.0004) berhubungan dengan
kelelahan otot pernapasan
5. Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan tirah baring
6. Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kurang terpapar informasi
15
7. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017) berhubungan dengan
penurunan kinerja ventrikel kiri
8. Risiko perdarahan (D.0012) berhubungan dengan gangguan
koagulasi
9. Risiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan.
16
BAB 3
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
A. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. H
Usia : 57 th
Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Lowokwaru - Malang
Tanggal Masuk RS : 23 Oktober 2023 jam 17.08
Tanggal Pengkajian : 26 Oktober 2023 jam 17.30
Agama : Kristen
Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga
No Reg : 11582xxx
Dx Medis : CAD 3VD + LM Disease post
CABG (LIMA to LAD, SVG to OM1, SVG
to PDA)
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri di area luka operasi
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan, keluhan awal saat masuk rumah sakit
adalah sering merasa ampeg saat beraktivitas berat seperti
saat lari pagi ataupun bersepeda dan keluhan tersebut
membaik saat pasien beristirahat. Sedangkan keluhan saat ini,
pasien merasa nyeri di area luka operasi, terasa tajam, perih,
jika dalam skala 1-10, pasien mengatakan nyeri yang
dirasakannya berada di skala 8. Keluarga pasien juga
mengatakan terkadang pasien mengeluh merasa sendirian
karena semua saudara jauh dan hal tersebut membuat pasien
sangat gelisah dan emosi serta bingung dengan kondisinya
pasca operasi.
17
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pada tahun 2004, pasien pernah
merasakan dadanya ampeg berlangsung < 30 menit setiap
ampeg, namun tidak tahu bahwa itu adalah sakit yang
berhubungan dengan jantung. Di tahun yang sama, pasien
berobat karena radang tenggorokan. Tahun 2014, pasien
merasakan ampeg lagi dan berobat. Tahun 2016, pasien
bergejala CVA dan rawat inap selama 5 hari di RS Lavalette.
Tahun 2022, pasien rajin fitness dan terkena hernia, namun
saat akan direncanakan untuk operasi, tekanan darah pasien
meningkat sehingga operasi ditunda dan pasien dirawat oleh
dokter spesialis jantung terkait hal tersebut. Ketika post operasi
hernia, dokter melakukan pemeriksaan lanjutan dengan
threadmill dan hasil dari threadmill tersebut adalah iskemic
serta disarankan untuk DCA.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan ayahnya meninggal di tahun 1981
karena hipertensi dan sakit jantung begitu juga dengan ibunya
meninggal di tahun 2016 karena sakit diabetes dan jantung.
⬆️
Keterangan :
⬆️ Pasien
Laki2
Perempuan
❌ Meninggal
18
== Garis pernikahan
19
Saat Pengkajian : Pasien terpasang kateter urine, produksi
urin 600 cc per 3 jam pot operasi.
Pola aktifitas dan latihan:
Kemampuan Sebelum MRS Sesudah MRS
perawatan diri
Makan/minum 0 4
Mandi 0 4
Toileting 0 4
Berpakaian 0 4
Mobilitas di 0 4
tempat tidur
Berpindah 0 4
Ambulasi/ROM 0 4
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu
orang lain dan alat, 4: tergantung total
b. Oksigenasi
Sebelum MRS : Pasien mengatakan hanya ampeg saja
tidak terasa sesak. Nafas spontan dengan room air 21%.
Saat MRS : Pasien nafas spontan dengan room air 21%
dengan SPO2: 98% RR: 18x/m.
Saat pengkajian : pasien post extubasi jam 16.30, pasien
terpasang O2 NRBM 15 lpm.
c. Pola tidur dan istirahat
Pasien masih tirah baring di bed ICU Kapuas A, kadang
terlihat gelisah dan tidak bisa tidur.
d. Pola persepsual
Keluarga pasien mengatakan tidak ada gangguan yang
berarti pada indera pasien. Pasien masih dapat mendengar
dan melihat dengan baik, masih dapat mencium dan
merasakan rasa makanan dan masih merasakan sakit saat
di beri rangsangan nyeri (dicubit).
e. Pola persepsi diri
20
Keluarga pasien mengatakan pasien sering gelisah, sering
emosi jika menyangkut tentang penyakitnya.
f. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien belum menikah.
g. Pola peran hubungan
Keluarga pasien mengatakan pasien sebelum operasi
dapat berinteraksi dengan baik dengan keluarga dan
perawat.
h. Pola managemen koping-stess
Pasien tampak gelisah dan sering memanggil perawat
untuk meminta bantuan atau sekedar ditemani.
i. Sistem nilai dan keyakinan
Keluarga pasien mengatakan pasien menganut agama
Kristen, dan beribadah sesuai ajarannya.
2. PEMERIKSAAN FISIK
TTV : TD: 118/76 mmHg ( MAP : 90 mmHg)
HR: 80x/mnt
RR : 21x/mnt
SPO2 : 100% on NRBM 15 lpm
TB/BB : 169 cm/ 70 kg
A. Pernafasan ( B1 /Breathing )
a. Inspeksi
1). Bentuk Dada : Simetris, tampak dressing luka di sternum, tidak
ada rembesan darah.
2). Pola Nafas : Frekuensi Nafas : 21 x/menit reguler.
3). Gerakan Pernafasan : Reguler, tidak tampak penggunaan otot
bantu pernafasan, tidak tampak menggunakan pernafasan
cuping hidung.
4). Terpasang thorax drain dengan produksi ± 90 cc.
b. Palpasi
1). Tractil Fremitis / Fremitus Vokal
Teraba sama pada lapang paru dextra dan sinistra
c. Perkusi
21
1). Batas Kanan : tidak terkaji (pasien post operasi di area dada
sehingga tidak dilakukan)
2). Batas Kiri : tidak terkaji
d. Auskultasi
1). Bunyi Nafas
Vesikuler
2). Ronchi Wheezing
- - - -
- - - -
- + - -
B. Cardiovascular ( B2 )
a. Inspeksi
1). Iktus : Tidak tampak
2). Pulsasi Jantung : Tidak tampak
b. Palpasi :
1). Iktus :
Teraba, letak : ICS 5 area midklavikula sinistra (Apeks)
2). Pulsasi Jantung :
Teraba, letak : Apeks
3). Getaran / Thrill :
Tidak teraba.
c. Perkusi : tidak terkaji
1). Batas Jantung Kanan : tidak terkaji
2). Batas Jantung Kiri : tidak terkaji
d. Auskultasi :
1). Bunyi Jantung I : tunggal, reguler dan lebih keras di area
apeks (ICS 4-5 mid clavicula) akibat menutupnya katup
atrioventrikular.
2). Bunyi Jantung II : tunggal, reguler dan lebih keras di area
aorta (ICS 2 parasternal dextra) akibat menutupnya katup
semilunar.
3). Bunyi Jantung III : tidak terdengar
22
4). Bunyi Jantung IV : tidak terdengar
e. Nadi
Frekuensi : 80 x/menit, Reguler, nadi radialis kuat
Irama : Reguler
HR : 80 x/mnt
f. Letak Jantung
Tidak terkaji
g. Pembesaran Jantung : tidak ada pembesaran jantung
C. Persarafan ( B3 )
a. Tingkat Kesadaran :
Compos mentis
b. GCS :
Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Total GCS : 15
c. Refleks : Normal
d. Koordinasi Gerak : ya
e. Kejang : tidak
f. Lain-lain : (Tidak ada)
D. Penginderaan
a. Mata (Penglihatan)
1). Bentuk : normal
Visus : Tidak terkaji
2). Pupil : Isokor
3). Reflek Cahaya : Positif
4). Gerak Bola Mata : Normal
5). Medan Penglihatan : Normal
6). Buta Warna : tidak
7). Tekanan Intra Okuler : Tidak
8). Konjungtiva : normal
9). Lain-lain : kontak mata buruk
b. Hidung (Penciuman)
1). Bentuk : Normal
2). Gangguan Penciuman : Tidak
c. Telinga (Pendengaran)
23
1). Aurikel :Normal
2). Membran tympani :Tidak terkaji
3). Otorrhoea :Tidak
4). Gangguan pendengaran :Tidak
5). Tinitus :Tidak terkaji
d. Perasa : tidak terkaji
e. Peraba : Normal
E. Perkemihan ( B5 )
BAK : Pasien terpasang kateter, produksi urine 600 cc per 3 jam post
operasi.
Warna: kuning, jernih
F. Pencernaan ( B5 )
a. Mulut dan Tenggorokan
1). Selaput Lendir Mulut : Kering
2). Lidah : Bersih
3). Rongga Mulut : Tidak bau
4). Gigi : Tidak terkaji
5). Tenggorokan : Tidak tampak pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada nyeri saat menelan
6). Lain-lain : suara bergetar saat bercerita
b. Abdomen : Supel, tidak ada benjolan atau nyeri tekan
1). Pembesaran Hepar : tidak
2). Pembesaran Lien : tidak
3). Asites : tidak
c. Masalah Usus Besar dan Rectum / Anus
BAB +- 1x/hari. Bising usus Normal : 15x/mnt
G. Otot, Tulang Dan Integument ( B6 )
a. Otot dan Tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM) bebas.
Kemampuan kekuatan otot : kuat
4 4
4 4
b. Integumen
24
Warna kulit : Sawo matang
Akral : Hangat
Turgor : Elastik
CRT : <3 detik
c. Tulang Belakang : Normal, tidak ada skoliosis ataupun kifosis
d. Edema :
- -
- -
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
1. Analisa Gas Darah (26/10/2023)
pH 7,41
pCO2 39,5 mmHg
pO2 93,3 mmHg
Bikarbonat (HCO3) 25,1 mmol/L
Kelebihan basa (BE) 0,2 mmol/L
Saturasi O2 98,3%
Hb 12,10 g/dl
Suhu 37 C
Interpretasi : hasil AGD normal disertai dengan hipoksemia
2. Kimia Klinik Jantung (26/10/2023)
Hs troponin I 3,0 ng/L
Enzim jantung CK-MB 21 U/L
3. Serum Elektrolit (26/10/2023)
Natrium : 137 mmol/L
Kalium : 4,45 mmol/L
Clorida : 101 mmol/L
25
B. EKG (26-10-2023):
Interpretasi
Irama : Sinus rhytm dengan HR 75 x/m (1500 : 20)
Gelombang P : Ada, gelombang P selalu diikuti QRS kompleks,
1:1, durasi 0.08 mm/sec, voltage 0,2 mV
Gelombang : Sempit, 0.08 mm/sec
QRS
PR interval : Normal, 0.02 mm/sec, konstan di semua lead
Q patologis : Tidak ada ST elevasi maupun ST depresi
Axis : Normo axis (I +9, AVF +2)
Kesimpilan : Sinus Rhytm dengan HR 75x/mnt (1500:20), normo axis ( I : +9, AVF:
+2 ), T inversi di lead V1 dan lead III tidak bermakna karena tunggal.
Interpretasi :
A. Pada Rontgen Thorax ini tidak tercantum identitas pasien dan
tanggal pengambilan foto, karena foto dilakukan cito bed. Marker R
26
pada rontgen ini terpasang yang menunjukkan sisi kanan tubuh
pasien serta posisi pasien saat pengambilan foto adalah AP tidur.
Inspirasi pasien kurang dalam. Densitas foto cukup baik dan rotasi
baik karena jarak antara midklavikula kanan dan kiri sama.
B. Tulang pasien terbilang simetris dan tidak tampak garis fraktur
dan lesi di tulang, tampak sternal wire setinggi T2-T9
C. Ukuran jantung 48% menunjukkan adanya pembesaran jantung,
tampak dilatasi aorta
D. Bentuk diafragma kurang baik, tidak nampak jelas
E. Pada sebelah kiri, costo frenikus tumpul, menunjukkan kecurigaan
adanya efusi pleura
F. Pada kedua lapang paru, terdapat infiltrat, dan berwarna dominan
putih, menunjukkan adanya cairan dan kecurigaan pneumonia, serta
terlihat terpasangnya, CVC melalui vena jugularis kanan dan chest
lead
G. Tampak gastric bubble di bawah hemidiafragma kiri. Ukuran serta
bentuk aorta dan arteri pulmonalis tidak tampak jelas
H. Trakhea di tengah dan tidak tampak deviasi, tidak ada pelebaran
mediastinum
I. Setelah dicek kembali, tidak ada kelainan tambahan
Kesimpulan Rotgen thorax : tidak tampak adanya cardiomegaly
dengan CTR 48 % dan efusi pleura sinistra minimal.
4. TERAPI
Total cairan 2100 cc/ 24 jam
- UOP : 200 cc/ jam
- O2 NRBM 10 lpm
- IVFD RF 40cc/jam
- PRC 2 labu (26 Oktober 2023 post operasi)
- Syr NE 0,02 mcg/kgBB/menit (27 Oktober 2023)
- Syr Dobutamin 5mcg/kgBB/menit (26-27 Oktober 2023)
- Syr NTG 1 mcg/kgBB/menit (27/10/2023)
- Syr NTG 0.5 mcg/kgBB/menit (28/10/2023)
- Syr fentanyl 20 mcg/jam (26 Oktober 2023)
27
- Syr fentanyl 15 mcg/jam (27 Oktober 2023)
- Syr hydrocortison 100mg/24jam (26-27 Oktober 2023)
- Syr kalnex 70mg/jam (26-27 Oktober 2023)
- Inj cefazolin 2x1 gr (24jam post op)
- Inj Paracetamol 3x1gr (26-28 Oktober 2023)
- Inj metoclopramide 3x10mg (26-28 Oktober 2023)
- Inj omeprazole 1x40mg (26-28 Oktober 2023)
- Inj ondancentron 3x4mg (26-28 Oktober 2023)
- Inj metamizole 3x1gr (26-28 Oktober 2023)
- Po NAC 3x200mg (28 Oktober 2023)
- Po atorvastatin 1x40mg (28 Oktober 2023)
- Po captopril 3x12,5 mg (28 Oktober 2023)
- nebulasi ventolin /8jam (26 Oktober 2023)
28
5. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
B. ANALISA DATA
29
3 Gejala mayor CABG Ansietas
Subjektif : ↓ (D.0080)
Pasien merasa sedih, Masa rawat inap
gelisah, dan bingung dengan lama
kondisinya pasca operasi ↓
Objektif : Kurang terpapar
Tampak gelisah informasi
Sulit tidur ↓
Ansietas
Gejala Minor
Subyektif : -
Obyektif :
Suara bergetar
Kontak mata buruk
30
5 Gejala Mayor CABG Risiko infeksi
Subyektif : - ↓ (D.0142)
Obyektif : Luka insisi
Terdapat luka post operasi ↓
CABG Port the entry
microorganism
↓
Peningkatan
paparan
organisme
patogen
lingkungan
↓
Risiko infeksi
31
otot pernapasan ditandai dengan
PO2 menurun, terpasang oksigen
NRBM 15 lpm dan pasien gelisah
2. 26-10- Nyeri akut berhubungan dengan
2023 agen pencedera fisik ditandai
dengan gelisah, sulit tidur dan
tampak meringis
3. 26-10- Ansietas berhubungan dengan
2023 kurang terpapar informasi ditandai
dengan merasa bingung, tampak
gelisah, dan sulit tidur
4. 26-10- Intoleransi aktivitas berhubungan
2023 dengan tirah baring ditandai
dengan kondisi klinis terkait yaitu
post operasi CABG
5. 26-10- Risiko infeksi dibuktikan dengan
2023 peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
6. 26-10- Risiko perdarahan dibuktikan
2023 dengan gangguan koagulasi
32
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
33
dan tampak kontrol nyeri meningkat • Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
meringis dengan kriteria hasil : • Fasilitasi istirahat dan tidur
• Skala nyeri menurun Edukasi
(VAS 0-3) • Jelaskan penyebab nyeri
• Keluhan nyeri Kolaborasi
menurun • Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
• Tidak gelisah
3 Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi ansietas (I.09134)
berhubungan (L.09093) Observasi
dengan kurang Setelah dilakukan • Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
terpapar informasi tindakan keperawatan • Identifikasi mengambil keputusan
ditandai dengan selama 2x24 jam Teraupetik
merasa bingung, diharapkan tingkat • Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
tampak gelisah, ansietas menurun • Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
dan sulit tidur ditandai dengan : memungkinkan
Perilaku gelisah • Dengarkan dengan penuh perhatian
menurun • Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Verbalisasi bingung Edukasi
dengan kondisinya • Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
menurun Kolaborasi
Kontak mata membaik Kolaborasi pemberian anti ansietas, jika perlu
34
Pola tidur membaik
35
E. IMPLEMENTASI
28-10-2023
08.00 Mengidentifikasi adanya kelelahan otot
bantu napas
08.30 Memonitor frekuensi dan kedalaman
napas, saturasi oksigen, adanya bunyi
napas tambahan
08.30 Memberian oksigen sesuai kebutuhan
(NC 3 lpm)
36
09.00 Memfasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin
29-10-2023
08.00 Mengidentifikasi adanya kelelahan otot
bantu napas
08.30 Memonitor frekuensi dan kedalaman
napas, saturasi oksigen, adanya bunyi
napas tambahan
08.30 Memberian oksigen sesuai kebutuhan
(HFNC 10 lpm FiO2 40%)
09.00 Membantu kebutuhan pasien selama di
ruangan ICU
2 26-10-2023
17.30 Mengidentifikasi skala nyeri
17.30 Mengidentifikasi lokasi, durasi, kualitas
dan intensitas nyeri
18.30 Berkolaborasi dalam pemberian syringe
Fentanil 20 mcg/jam dan pemberian
paracetamol 1gr drip via infus pump
19.00 Memfasilitasi istirahat dan tidur
27-10-2023
08.00 Mengidentifikasi ulang skala nyeri
08.15 Mengidentifikasi kualitas dan intensitas
nyeri
09.00 Berkolaborasi dalam pemberian syring
Fentanil 15 mcg/jam dan pemberian
paracetamol 1gr drip via infus pump
10.00 Mengajarkan teknik nafas dalam pada
pasien saat nyeri muncul
12.00 Memfasilitasi istirahat dan tidur
28-10-2023
37
08.00 Mengidentifikasi ulang skala nyeri saat
ini
08.30 Mengidentifikasi kualitas dan intensitas
nyeri
Berkolaborasi dalam pemberian syringe
Fentanyl 15 mcg/jam dan pemberian
08.30 paracetamol 1gr drip via infus pump
09.00 Mengajarkan teknik nafas dalam pada
pasien saat nyeri muncul
12.00 Memfasilitasi istirahat dan tidur
29-10-2023
08.00 Mengidentifikasi ulang skala nyeri saat
ini
08.30 Mengidentifikasi kualitas dan intensitas
nyeri
27-10-2023
08.00 Mengidentifikasi kemampuan pasien
dalam pengambilan keputusan
38
10.00 Mendengarkan keluhan pasien dengan
penuh perhatian
12.00 Menemani pasien untuk mengurangi
kecemasan
28-10-2023
08.00 Mengidentifikasi kemampuan pasien
dalam pengambilan keputusan
29-10-2023
08.00 Mengidentifikasi kemampuan pasien
dalam pengambilan keputusan
39
F. EVALUASI
40
29-10- S:-
2023 O : Pasien tampak gelisah
10.00 TD : 137/81 mmHg
Nadi : 99 x/m
RR : 23 x/m
SpO2 : 97% on HFNC 10 lpm, FiO2 40%
PO2 : 86,2 mmHg
A : masalah teratasi sebagian
Muncul masalah baru :
Pola napas tidak efektif
P : Lanjutkan intervensi
Dukungan Ventilasi
Pemantauan respirasi
41
P : agen cedera fisik (post op)
Q : tajam
R : dada
S:7
T : intermittent
TD : 132/80 mmHg
Nadi : 70 x/m
RR : 18 x/m
SpO2 : 98% on NC 3 lpm
Syr. Fentanyl 15 mcg/jam
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen nyeri
42
P : agen cedera fisik (post op)
Q : tajam
R : dada
S:8
T : intermittent
TD : 137/81 mmHg
Nadi : 99 x/m
RR : 23 x/m
SpO2 : 97% on HFNC 10 lpm, FiO2 40%
Syr. Fentanyl 15 mcg/jam
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Manajemen nyeri
3 26-10- S : Pasien mengatakan merasa sedih dan
2023 bingung dengan kondisinya
20.00 O : Pasien tampak gelisah
TD : 120/60 mmHg
Nadi : 75 x/m
RR : 18 x/m
SpO2 : 98% on NRBM 15 lpm
Kontak mata buruk
Suara bergetar
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Reduksi ansietas
27-10- S : Pasien mengatakan merasa sedih dan
2023 bingung dengan kondisinya
12.00 O : Pasien tampak gelisah
TD : 132/80 mmHg
Nadi : 70 x/m
RR : 18 x/m
SpO2 : 98% on NC 3 lpm
Kontak mata buruk
43
Suara bergetar
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Reduksi ansietas
28-10- S : Pasien mengatakan merasa sedih dan
2023 bingung dengan kondisinya
10.00 O : Pasien tampak gelisah
TD : 107/61 mmHg
Nadi : 75 x/m
RR : 20 x/m
SpO2 : 95% on NC 3 lpm
Kontak mata buruk
Suara bergetar
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Reduksi ansietas
29-10- S : Pasien mengatakan merasa sedih dan
2023 bingung dengan kondisinya
10.00 O : Pasien tampak gelisah
TD : 137/81 mmHg
Nadi : 99 x/m
RR : 23 x/m
SpO2 : 97% on HFNC 10 lpm, FiO2 40%
Kontak mata buruk
Suara bergetar
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Reduksi ansietas
44
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
45
LAD, SVG to OM1, SVG to PDA) keluhan utama yang muncul adalah nyeri di
area luka post operasi.
46
1. Gangguan ventilasi spontan (D.0004) berhubungan dengan
kelelahan otot
2. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik
(prosedur operasi)
3. Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Ketiga diagnosa ini ditegakkan berdasarkan kriteria mayor dan minor dari
setiap diagnosa yang bersumber dari Standart Diagnosis keperawatan
Indonesia (SDKI). Diagnosis Gangguan ventilasi spontan diangkat karena
adanya data-data objektif yang mendukung yaitu hasil BGA dan foto thorax.
Diagnosis nyeri akut diangkat karena sesuai dengan data mayor dan minor,
dimana data mayor pasien mengeluh nyeri di luka operasi. Sedangkan
diagnosis ansietas diangkat karena tampak data mayor yang muncul yaitu
pasien mengatakan merasa sedih dan bingung dengan kondisinya, suara
pasien bergetar, dan kontak mata pasien buruk. Diagnosis lain yang tidak
diangkat dikarenakan data-data yang didapatkan dari pasien belum memenuhi
kriteria untuk pengangkatan diagnosa-diagnosa tersebut. (SDKI,2017)
4.3. Intervensi
47
4.4. Implementasi
4.5 Evaluasi
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
49
5.2 Saran
50
DAFTAR PUSTAKA
51
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddart (edisi 8). Jakarta: EGC.
Soeharto. (2015). Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak
Dan Kolesterol, Edisi Keenam. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Stuart, G. W. (2016). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Ramona P.
Kapoh & Egi Komara Yudha. Jakarta: EGC.
52
LAMPIRAN
53