Anda di halaman 1dari 87

INTENSI DAN PERILAKU PERAWATAN DIRI PADA PENDERITA

HIPERTENSI DI PUSKESMAS 2 SUMBANG


KABUPATEN BANYUMAS

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan


Sarjana Keperawatan di Universitas Harapan Bangsa

Disusun Oleh:
DEA OKTRIA NUR
NIM: 170103017

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI

ii
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI

iii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah selalu tercurah hanya kepada Allah SWT, karena dengan

rahmat serta hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

merupakan salah satu syarat kelulusan dari Program Studi Sarjana Keperawatan

Fakultas Kesehatan yang diselenggarakan oleh Universitas Harapan Bangsa dengan

judul ”Intensi dan Perilaku Perawatan Diri pada Penderita Hipertensi di Puskesmas

2 Sumbang Kabupaten Banyumas”

Selama proses pelaksanaan penyusunan skripsi ini peneliti mengalami

banyak kendala dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis,

namun berkat usaha dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada:

1. Iis Setiawan M.N., S.Kom., MTI., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Dwi

Puspita.

2. dr. Pramesti Dewi., M.Kes., selaku Rektor Universitas Harapan Bangsa.

3. Kepala Puskesmas 2 Sumbang Kabupaten Banyumas yang telah memberikan

ijin dilakukannya penelitian.

4. Ns. Murniati., S.Kep., M.Kep., selaku Wakil Rektor I Universitas Harapan

Bangsa.

5. Dr. Yuris Tri Naili, SH., KN., MH., selaku Wakil Rektor II Universitas

Harapan Bangsa.

6. Dwi Novitasari., S.Kep., Ners., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Harapan Bangsa.

iv
7. Tri Sumarni, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Prodi Sarjana Keperawatan

Fakultas Kesehatan Universitas Harapan Bangsa.

8. Suci Khasanah, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

9. Wilis Sukmaningtyas, SST., S.Kep., Ns., M.Kes.,selaku pembimbing II yang

telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

10. Serta semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik fisik

maupun moril, sehingga terselesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak

sekali kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kearah yang lebih baik.

Purwokerto, Juni 2021

Peneliti

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL........................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………….……………………. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………….... 4

C. Tujuan Penelitian ……………………………………..... 5

D. Manfaat Penelitian ……………………………………... 5

E. Keaslian Penelitian………………………….................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori.……....…………………………………… 9

B. Kerangka Teori…………………………………............... 34

C. Kerangka Konsep………………………………………… 35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian ………………………… 36

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian………………..................... 36

C. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel ................ 37


vi
D. Variabel Penelitian…................................................................ 38

E. Definisi Operasional ……….............................................. 38

F. Instrumen Penelitian… ............................................................. 39

G. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data……………………. 42

H. Pengolahan Dan Analisis Data ................................................. 43

I. EtikaPenelitian ………………………………….............. 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian.................................................................. 51

B. Pembahasan ...................................................................... 53

C. Keterbatasan penelitian ..................................................... 58

D. Implikkasi hasil penelitian terhadap praktik/ ilmu

Keperawatan ...................................................................... 58

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................... 60

B. Saran ..................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian................................................................ 6

Tabel 2.1 : Klasifikasi Hipertensi JNC VIII............................................ 9

Tabel 2.2 : Klasifikasi Hipertensi Klinik................................................. 10

Tabel 2.3 : Penggolongan Obat Hipertensi ............................................. 46

Tabel 3.1 : Definisi Operasional.............................................................. 38

Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Kuesioner Intensi................................................... 41

Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Kuesioner HSMBQ ............................................... 42

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Konsep Theory of Planned Behaviour….......…. ……….. 25

Gambar 2.2 : Kerangka Teori……………………….......…. ... ……….. 34

Gambar 2.3 : Kerangka Konsep……………………….......…. ……….. 35

ix
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Pra Survei dari Universitas Harapan Bangsa

Lampiran 2 : Surat Balasan Pra Survei dari Puskesmas 2 Sumbang

Lampiran 3 : Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Informed Consent

Lampiran 5 : Lembar Kuesioner

Lampiran 6 : Lembar Konsultasi Pembimbing 1

Lampiran 7 : Lembar Konsultasi Pembimbing 2

Lampiran 8 : Data Hasil Penelitian

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit darah tinggi atau hipertensi telah menjadi penyakit yang umum

diderita oleh masyarakat Indonesia atau negara berkembang. Penyakit

pembunuh ketiga yang sering menjadi momok disebagian masyarakat yang

tinggal didaerah perkotaan ini telah menyebar sampai wilayah pedesaan. Saat ini

angka penderita hipertensi semakin meningkat setiap tahunya (Nurman, 2017).

Kejadian hipertensi terjadi apabila hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (The Joint National Commite

VIII, 2014).

Centers for Disease Control (CDC) (2020) menunjukkan bahwa

prevalensi hipertensi meningkat pada orang yang berusia 60 tahun keatas

mencapai 63,1% (CDC, 2020). Berdasarkan Data Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2019 prevalensi hipertensi pada semua

usia di Indonesia tahun 2018 adalah 34,11% mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2013 sebesar 25,8%, dengan kejadian hipertensi semakin

meningkat dengan bertambah usia dimana pada usia 65-74 tahun sebesar 63,2%

dan sebesar 69,5% pada usia > 75 tahun. Provinsi Jawa Tengah merupakan

peringkat ke empat dengan persentase sebesar 37,57% (Kemenkes RI, 2019).


2

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Tengah (2019) diketahui bahwa

kejadian hipertensi pada penduduk usia > 15 tahun sebesar 30,4%, dimana

kejadian tertinggi di Kabupaten Brebes sebesar 7,2% sedangkan Kabupaten

Banyumas merupakan tertinggi ke tiga sebesar 4,9%. Dinas Kesehatan

Kabupaten Banyumas (2019) menunjukkan bahwa jumlah kejadian hipertensi

pada penduduk usia >15 tahun tertinggi di Kecamatan Sumbang sebanyak

19.727 kasus (49,7%) dan kasus terendah di Kecamatan Somagede sebesar

8.195 kasus (20,6%) (Dinkes Banyumas, 2019).

Hipertensi termasuk dalam kategori the silent killer yang bisa dikatakan

sebagai pembunuh diam-diam atau the silent killer. Hipertensi umumnya terjadi

tanpa gejala (asimptomatis). Hipertensi menjadi sangat berbahaya ketika

penderita tidak mengontrolnya karena jika terjadi dalam waktu yang lama akan

dapat menimbulkan terjadinya komplikasi penyakit seperti dapat menimbulkan

penyakit jantung koroner, stroke, gagal ginjal maupun gangguan penglihatan

(Hartono, 2011). Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh

seperti jantung, mata, ginjal, otak dan pembuluh darah besar (Schulz, Gori, &

Munzel 2011). Hipertensi dapat dikontrol dengan managemen diri yang baik

serta kepatuhan pola hidup sehat (Susilo, 2012).

Darmawan (2012) menyatakan bahwa dalam upaya mengontrol

hipertensinya bagi penderita hipertensi selain teratur meminum obat harus

disertai dengan perubahan gaya hidup yaitu tidak merokok, lakukan olah raga

secara teratur, kurangi berat badan jika overweigh, diet hipertensi yaitu kurangi

sodium, alokohol dan kafein, makan dengan diet sehat termasuk didalamnya
3

perbanyak makan buah dan kurangi lemak, serta mengendalikan stress dengan

baik. Hal serupa juga diungkapkan oleh Anggraeni & Susilo (2012), dalam

melakukan perawatan diri pasien hipertensi dapat dilakukan dengan mengurangi

berat badan, diet gizi seimbang dan mengurangi garam, mengendalikan stres,

tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, olah raga teratur dan kepatuhan

minum obat.

Perilaku perawatan diri dalam konteks pasien dengan penyakit kronis

merupakan hal yang kompleks dan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien serta kontrol dari penyakit kronis (Laser & Lubkin, 2009

dalam Nursalam 2013). Penelitian Findow et al, (2012) didapatkan hasil adanya

hubungan antara kepatuhan perawatan diri yang baik dengan hipertensi

terkontrol. Penelitian Warren et al (2012), ditemukan masih banyak pasien

hipertensi yang tidak terkontrol dan mengalami hambatan dalam melakukan

perawatan diri karena beberapa faktor seperti tidak adanya keyakinan dari pasien

itu sendiri.

Nuraeni (2017) menyatakan bahwa perilaku seseorang dalam melakukan

pencegahan dan perawatan hipertensi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Ajzen (2005) dalam Sari (2020) menyatakan bahwa perilaku adalah manifestasi

respon yang diberikan terhadap situasi yang dapat diobservasi. Anteseden

terdekat dari perilaku adalah intensi, yaitu indikasi kesiapan seseorang untuk

menampilkan perilaku. Intensi berdasarkan pada sikap terhadap perilaku, norma

subyektif, dan keyakinan dan pengendalian perilaku yang dirasakan (perceived

behavioral control/ PBC).


4

Theory of Planned Behavior (TPB) menurut Ajzen (2005) dalam Sari

(2020) menyatakan bahwa seseorang dapat melakukan atau tidak melakukan

suatu perilaku tergantung dari niat orang tersebut. Niat merupakan hal-hal yang

dapat menjelaskan faktor-faktor motivasi serta berdampak kuat pada tingkah

laku. Niat melakukan suatu perilaku ditunjang dengan keyakinan seseorang pada

perilaku tersebut. Keyakinan diperoleh dengan pemberian pengetahuan,

keterampilan dan pengalaman untuk melaksanakan perilaku tersebut. Niat yang

kuat dari seorang penderita hipertensi, akan meningkatkan kepatuhan klien

dalam menjalankan tatalaksana penyakitnya.

Hasil penelitian Sari (2020) menunjukkan bahwa sebanyak 52,6%

masyarakat memiliki intensi yang tinggi dalam pencegahan hipertensi dimana

masyarakat yang memiliki intensi rendah sebanyak 59,5% memiliki keyakinan

perilaku yang lemah dan masyarakat dengan intensi tinggi sebanyak 40,5%

masih memiliki keyakinan perilaku yang lemah.

Berdasarkan pra survey yang saya lakukan pada tanggan 15 Desesmber

2020, jumlah anggota Prolanis Hipertensi di Puskesmas 2 Sumbang sejumlah

146 orang. Berdasarkan latar belakang dan hasil studi pendahuluan diatas penulis

tertarik untuk meneliti tentang Intensi dan Perilaku Perawatan Diri pada

Penderita Hipertensi di Puskesmas 2 Sumbang Kabupaten Banyumas.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah penelitian

adalah untuk mengetahui “Bagaimanakah gambaran intensi dan perilaku


5

perawatan diri pada penderita hipertensi di Puskesmas 2 Sumbang Kabupaten

Banyumas?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui intensi dan perilaku perawatan diri pada penderita hipertensi di

Puskesmas 2 Sumbang Kabupaten Banyumas Kabupaten Banyumas.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik penderita hipertensi berdasarkan usia, jenis

kelamin dan pendidikan di Puskesmas 2 Sumbang Kabupaten Banyumas.

b. Mengidentifikasi intensi perilaku perawatan diri penderita hipertensi

diPuskesmas 2 Sumbang Kabupaten Banyumas.

c. Mengidentifikasi perilaku perawatan diri penderita hipertensi di

Puskesmas 2 Sumbang Kabupaten Banyumas.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca,

sebagai dasar untuk mengembangkan teori dan memberikan gambaran intensi

dan perilaku perawatan diri pada penderita hipertensi.


6

2. Secara Praktis

a. Manfaat Bagi Peneliti

Menambah wawasan pengetahuan yang dapat membatu peneliti

memperluas informasi yang bermanfaat, melatih cara berfikir dan lebih

memahami, serta mencoba untuk menerapkan ilmu yang pernah peneliti

terima untuk mempraktikannya langsung ke lapangan kerja serta sebagai

pengalaman pertama dalam penelitian.

b. Bagi Universitas Harapan Bangsa

Memberi informasi tambahan dan dapat menjadi bahan referensi bagi

penelitian intensi dan perilaku perawatan diri penderita hipertensi.

c. Bagi Puskesmas 2 Sumbang Kabupaten Banyumas

Sebagai bahan masukan bagi perawat mengenai intensi dan perilaku

perawatan diri pada penderita hipertensi sehingga menjadi acuan dalam

pengelolaan sumber daya manusia keperawatan menjadi lebih efisien.

d. Bagi Penderita, keluarga, dan masyarakat

Bagi responden pada khususnya dan masyarakat pada umumnya : hasil

penelitian dapat memberikan gambaran dan masukan tentang intensi dan

perilaku perawatan diri dengan hipertensi

E. KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan


(Tahun) Perbedaan
Wimar et Perilaku Desain penelitian Ada hubungan Persamaan dalam
al (2020) Perawatan Diri deskriptif antara self-efficacy penelitian ini adalah
(Self Efficacy korelasional dengan dengan self-care sama-sama meneliti
7

Nama Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan


(Tahun) Perbedaan
dan Self Care pendekatan cross behavior lansia tentang perilaku
Behavior) pada sectional. Populasi dengan hipertensi perawatan diri dengan
Lansia dengan sebanyak 252 lansia responden penderita
Hipertensi dengan hipertensi. hipertensi
Teknik sampel
menggunakan Perbedaan terletak
propotional pada desain pada
stratified random penelitian ini
sampling. deskriptif, jumlah
Instrumen sampel, teknik sampel
penelitian penelitian ini dengan
menggunakan total sampling,
kuesioner Self Care instrumen penelitian ini
Behavior. Analisis menggunakan
data dengan kuesioner HSMBQ dan
spearman-rank analisis data penelitian
ini dengan distribusi
frekuensi.

Kurnia et Intensi Jenis penelitian Hasil penelitian Persamaan dalam


al (2020) mencegah observasional menunjukkan penelitian ini adalah
Hipertensi pada analitik dengan bahwa keyakinan, sama-sama meneliti
Remaja pendekatan cross evaluasi keyakinan, tentang perilaku
Berdasarkan sectional. Populasi keyakinan norma, perawatan diri
Theory Of dalam penelitian ini motivasi, kontrol
Planned sebanyak 22.439 keyakinan dan Perbedaan terletak
Behavior remaja usia 17-19 persepsi kekuatan pada desain pada
tahun dengan teknik memengaruhi penelitian ini
cluster sampling. perilaku deskriptif, jumlah
Analisis data pencegahan sampel, teknik sampel
multivariat hipertensi penelitian ini dengan
total sampling,
instrumen penelitian ini
menggunakan
kuesioner HSMBQ dan
analisis data penelitian
ini dengan distribusi
frekuensi.

Pourmand An Aplication of Jenis penelitian Hasil penelitian Persamaan dalam


(2020) The Theory of cross sectional menunjukkan penelitian ini adalah
Planned study. Populasi bahwa sikap, norma sama-sama meneliti
Behaviour to sebanyak 540 subjektif dan tentang perilaku
Self Care in pasien hipertensi kontrol perilaku perawatan diri dengan
Patient with dengan teknik memiliki pengaruh responden penderita
Hypertension consecutive terhadap perilaku hipertensi
sampling. Sanalisi pencegahan
data menggunakan hipertensi Perbedaan terletak
analisis bivariat. pada desain pada
penelitian ini
deskriptif, jumlah
sampel, teknik sampel
penelitian ini dengan
8

Nama Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan


(Tahun) Perbedaan
total sampling,
instrumen penelitian ini
menggunakan
kuesioner HSMBQ dan
analisis data penelitian
ini dengan distribusi
frekuensi.

Bokhour Can Stroies Jenis penelitian Hasil penelitian Persamaan dalam


(2020) Influence survei dengan menunjukkan penelitian ini adalah
African Patient populasi sebanyak bahwa perilaku sama-sama meneliti
Intentions to 618 pasien pencegahan tentang perilaku
Change hipertensi. Analisis hipertensi yang perawatan diri dengan
Hypertension data menggunakant- dilakukan adalah responden penderita
Management test kontrol emosi, hipertensi
Behaviours aktivitas fisik,
mengurangi Perbedaan terletak
konsumsi garam, pada desain pada
melakukan kontrol penelitian ini
hipertensi rutin deskriptif, jumlah
sampel, teknik sampel
penelitian ini dengan
total sampling,
instrumen penelitian ini
menggunakan
kuesioner HSMBQ dan
analisis data penelitian
ini dengan distribusi
frekuensi.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan

darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140

mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit

darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara

kronis (Irianto, 2014). Tekanan darah orang dewasa normal adalah

didefinisikan sebagai tekanan darah 120 mmHg. Ketika tekanan darah

sistolik ≥ 140 mmHg dan / atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg

tekanan darah dianggap tinggi (WHO, 2015).

b. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan The Joint National Commite VIII (2014) tekanan darah

dapat diklasifikasikan berdasarkan usia dan penyakit tertentu, diantaranya

adalah

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan JNC VIII


Batasan Tekanan
Kategori
Darah (mmHg)
Usia ≥ 60 tahun tanpa penyakit diabetes dan CKD ≥ 150/90
Usia 19-59 tahun tanpa penyakit penyerta ≥ 140/90
Usia ≥ 18 tahun dengan penyakit ginjal ≥ 140/90
Usia ≥ 18 tahun dengan penyakit diabetes ≥ 140/90
Sumber : The Joint National Commite VIII (2014)
10

ESH Hypertension Guidelines (2018) menayatakan bahwa diagnosis

hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD

≥90 mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan.

Berdasarkan pengukuran TDS dan TDD di klinik, pasien digolongkan

menjadi sesuai dengan tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Tekanan Darah Klinik


Kategori TekananDarah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal >120 >80
Normal 120-129 80-84
Normal-tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II 160 atau >160 100 atau >109
Hipertensi derajat III ≥180 ≥110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sumber : (ESC/ESH Hypertension Guidelines, 2018)

c. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi

Faktor-faktor risiko yang memengaruhi hipertensi antara lain:

1) Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol

a) Usia

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena

dengan bertambahnya usia maka risiko hipertensi menjadi lebih

tinggi. Insiden hipertensi yang makin meningkat dengan

bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh

yang memengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi

pada usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit

arteri koroner dan kematian prematur (Hanifa, 2010). Hipertensi

meningkat seiring dengan pertambahan umur. Semakin tua usia

seseorang maka pengaturan metabolisme kalsium akan


11

terganggu. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kalsium yang beredar

bersama aliran darah. Akibatnya darah menjadi lebih padat dan

tekanan darahpun meningkat (Dina et al., 2013).

b) Riwayat Keluarga

Individu dengan riwayat keluarga memiliki penyakit tidak

menular lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat

keluarga dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi, akan

mempertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga

dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi

sebesar empat kali lipat (Sheps, 2005).

c) Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

hipertensi yang tidak dapat diubah, laki-laki lebih banyak menderita

hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki sering

mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan,

karena laki-laki memiliki gaya hidup yang dapat meningkatkan

tekanan darah dibandingkan dengan perempuan. Akan tetapi setelah

memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan

meningkat, karena produksi hormon estrogen menurun saat

menopause sehingga tekanan darah meningkat (Benson, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Louisa et al., (2018) menunjukkan

bahwa prevalensi hipertensi pada laki-laki lebih banyak lebih besar

jika dibandingkan dengan perempuan


12

yaitu sebesar 60%.

2) Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol

a) Konsumsi Garam

Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara

konsumsi garam berlebihan dengan kemungkinan mengkidap

hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada

mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap

hipertensi adalah molekul peningkatan volume plasma atau cairan

dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan

ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada

kondisi keadaan sistem hemodinamik (pendarahan) yang normal.

pada hipertensi primer (esensial) mekanisme terganggu,

kemungkinan adanya faktor lain yang berpengaruh (Sutanto, 2010).

b) Konsumsi Lemak

Kandungan bahan kimia dalam minyak goreng terdiri dari

beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak jenuh

(ALTJ). Minyak goreng yang tinggi kandungan ALTJ-nya hanya

memiliki nilai tambah gorengan pertama saja. Penggunaan minyak

goreng lebih dari satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia pada

minyak, dan hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan

kolesterol yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan

aterosklerosis dan hal yang memicu terjadinya hipertensi dan

penyakit jantung (Khomsan. 2003).


13

c) Kebiasaan Merokok

Kebiasaan Merokok merupakan salah satu faktor yang

berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin.

Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh

darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke

otak. Nikotin di otak akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal

untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan 29

pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat

karena tekanan darah yang lebih tinggi (Sagala, 2011). Nikotin

dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan

katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan

denyut jantung serta menyebabkan vasokortison yang kemudian

menyebabkan kenaikan tekanan darah (Yanita, 2017)

d) Obesitas

Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena

beberapa sebab (Nugraheni. 2008). Makin besar massa tubuh, makin

banyak pula suplai darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen

dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan volume darah

yang beredar melalui pembuluh darah akan meningkat sehingga

tekanan pada dinding arteri menjadi lebih besar (Mayo Clinic Staff,

2012). Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita yang

obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak mengalami

obesitas, meskipun belum


14

diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dengan obesitas,

namun buktinya bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume

darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibanding

penderita hipertensi dengan berat badan normal (Sutanto, 2010).

e) Kurangnya Akifitas Fisik

Aktivitas fisik sangat memengaruhi stabilitas tekanan darah.

Orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung

mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut

mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap

kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah,

makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri

sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan

kenaikkan tekanan darah (Akhter, 2010).

d. Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi saat ini masih berfokus pada

farmakologi (Kristanti, 2015). Penatalaksanaan hipertensi antara lain:

1) Penatalaksanaan Farmakologis

Obat hipertensi efektif dalam mengendalikan penyakit dan

mencegah perkembangan komplikasi. Prinsip pengobatan hipertensi

adalah menjadikan tekanan darah seseorang mencapai nilai kurang dari

140/90 mmHg atau nilai kurang dari 130/80 mmHg bagi pasien diabetes

atau penyakit ginjal kronis (Prasetyaningrum, 2014). Obat


15

anti hipertensi yang biasa digunakan memiliki mekanisme aksi dan

efek samping yang tercantum dalam tabel 2.3

Tabel 2.3 Penggolongan Obat antihipertensi


Anti hipertensi Mekanisme kerja Efek samping
Angiotensin Memblokir konversi Hipotensi batuk
mengubah Angiotensin I menjadi berdahak angioedema
inhibitorenzin Angiotensin II, dapat impotensi alopecia
Ex : lisinopril menyebabkan resistensi
vascular

2) Penatalaksanaan Non Farmakologi

JNC 8 (2014) menyatakan bahwa penatalaksanaan hipertensi non

farmakologis adalah dengan modifikasi gaya hidup antara lain

penurunan berat badan, adopsi pola makan DASH (dietary Approaches

to stop Hypertension), resistensi garam harian dan aktifitas fisik.

Penanganan non farmakologis meliputi penurunan berat badan,

olahraga secara teratur, diet rendah garam & lemak dan terapi

komplementer. Penanganan non farmakologi juga tidak memiliki efek

samping yang berbahaya tidak seperti penanganan farmakologis

(Yuliarti, 2011).

2. Perilaku Perawatan Hipertensi (Hypertension Self Management)

a. Pengertian Perilaku

Notoatmodjo (2015) menyatakan bahwa perilaku adalah semua

kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku

adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati

bahkan dapat dipelajari. Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku


16

diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya.

Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

dari luar).

Proses pemberian respons sangat tergantung pada karakteristik atau

faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang

membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan

perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan

fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor

lingkungan ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku

seseorang.

b. Domain Perilaku

Tiga tingkat ranah perilaku yaitu pengetahuan (knowledge), sikap

(attitude), dan tindakan (Practice) (Notoatmodjo, 2015). Wawan dan Dewi

(2010) menyatakan bahwa domain perilaku yaitu:

1) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Maulana,


17

2009). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (Fitriani, 2011).

2) Sikap (attitude)

Sikap adalah suatu reaksi atau respons yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap obyek (Fitriani, 2011). Sikap tidak dapat dilihat,

tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu daripada perilaku yang tertutup.

Sikap juga merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, yang

menjadi predisposisi tindakan suatu perilaku, bukan pelaksanaan motif

tertentu (Maulana, 2009).

3) Tindakan (Practice)

Praktik merupakan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (overt behavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, seperti fasilitas (Fitriani, 2011).

c. Pengertian Perilaku Perawatan Diri Hipertensi

Perilaku perawatan diri hipertensi adalah perilaku terampil,

menekankan pada peran, serta tanggung jawab penderita hipertensi dalam

pengelolaan penyakitnya sendiri (Kisokanth et al., 2013). Proses ini

biasanya difasilitasi oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih dalam

menangani program terkait perawatan diri, dukungan keluarga


18

merupakan bagian terpenting dari terlaksananya program (Primanda &

Kritpracha, 2012). Hypertension self management adalah cara yang

berbeda-beda, tetapi secara umum hal ini dideskripsikan sebagai

kemampuan individu untuk mengatur gejala-gejala, pengobatan,

kensekuensi fisik dan psikis, dan perubahan gaya hidup yang melekat pada

kehidupan seseorang dengan penyakit kronis (Brilliati, 2016).

d. Faktor-faktor yang memengaruhi hyertension self management

Faktor yang memengaruhi perilaku hyertension self management

antara lain:

1) Karakteristik Pribadi/Gaya Hidup

Karakteristik pribadi/gaya hidup yang memengaruhi manajemen

diri meliputi pengetahuan, kepercayaan (budaya, spiritual dan

kesehatan), tekanan psikologis, motivasi dan pola hidup.

2) Pengetahuan

Individu melaporkan bahwa pengetahuan tentang proses

penyakit, peran obat-obatan dan rencana perawatan mereka sangat

penting untuk kemampuan mereka untuk berhasil mengelola sendiri.

Yang paling penting, individu perlu tahu bagaimana menerapkan

pengetahuan manajemen diri untuk kehidupan mereka. Mereka

melaporkan bahwa jika mereka tidak tahu mengapa dan bagaimana

mengelola penyakit kronis mereka, upaya manajemen diri menghambat

(Griva et al., 2013).


19

3) Keyakinan

Keyakinan dan tradisi budaya terutama memengaruhi individu

dalam hal kurangnya ketegangan antara kepercayaan budaya rakyat dan

praktik manajemen diri. Misalnya, dalam populasi Asia, jika tugas

manajemen diri yang direkomendasikan oleh penyedia Barat tidak

harmonis dengan kepercayaan individu terhadap kedokteran Timur,

tugas-tugas ini tidak akan selesai seperti yang direkomendasikan

(Newcomb et al., 2010).

Individu juga melaporkan berjuang dengan manajemen diri diet

mereka ketika rekomendasi kontra terhadap praktik atau nilai budaya

mereka. Misalnya, individu Vietnam dengan diabetes makan makanan

terlarang, atau makanan yang tidak ada dalam diet yang

direkomendasikan, ketika mereka ditawarkan kepada mereka agar tidak

menyinggung tuan rumah mereka (Orzech et al., 2013). Individu

melaporkan bahwa keyakinan spiritual memengaruhi kedatangan

mereka untuk berdamai dengan penyakit kronis dan menerima

perubahan yang dihasilkan dalam hidup (Handley et al., 2010).

Selain itu, doa dan keyakinan spiritual berkontribusi pada rasa

kontrol dan kepercayaan diri individu terhadap kemampuan mereka

untuk mengelola diri. Keyakinan spiritual tentang penyebab penyakit

atau penyembuhan dapat memengaruhi pilihan individu mengenai

penyedia layanan kesehatan (Utz et al. 2006) atau perawatan (Zhang &

Verhoef, 2002). Praktik keagamaan disebutkan sebagai penghalang


20

potensial untuk manajemen diri, misalnya, puasa untuk Ramadhan

menghambat kemampuan untuk mengikuti diet yang ditentukan

(Lundberg & Thrakul, 2012).

Keyakinan kesehatan pribadi disebut sebagai fasilitator dan

hambatan untuk manajemen diri. Secara khusus, kontrol yang dirasakan

atas penyakit dan gejala diidentifikasi sebagai fasilitator penting

manajemen diri, sehingga peningkatan persepsi kontrol memfasilitasi

manajemen diri yang lebih baik (Cooper et al. 2010). Persepsi tentang

konsekuensi positif dan negatif dari tugas manajemen diri juga

dilaporkan memengaruhi upaya manajemen diri (Lundberg & Thrakul,

2012).

Ketika individu merasakan konsekuensi positif dari tugas

manajemen diri mereka, atau konsekuensi negatif dari tidak

menyelesaikan tugas manajemen diri, mereka mengeluarkan lebih

banyak upaya pada manajemen diri. Keyakinan negatif terhadap

manajemen diri, seperti percaya bahwa manajemen diri atau

pengobatan adalah waktu yang mengganggu, tidak nyaman, kompleks,

kerja keras, atau tidak banyak mengendalikan penyakit kronis mereka,

menghambat perilaku manajemen diri individu (Griva et al., 2013).

4) Tekanan Psikologis

Individu melaporkan bahwa tekanan psikologis memengaruhi

manajemen diri mereka. Stres termasuk tekanan beberapa peran


21

(Modeste & Majeke, 2010) disebutkan sebagai penghalang untuk

manajemen diri (Mead et al. 2010). Demikian pula ketakutan,

kecemasan dan gangguan suasana hati (Wortz et al. 2012) memiliki

dampak negatif pada manajemen diri (Ploughman et al., 2012), namun,

kecemasan juga berfungsi sebagai fasilitator ketika menyebabkan

individu lebih waspada terhadap pemantauan gejala dan tugas-tugas

manajemen diri lainnya (Riegel et al., 2010).

5) Motivasi

Motivasi dan disiplin diri (atau kekurangannya) memengaruhi

ketekunan dengan upaya manajemen diri (Oftedal et al., 2010). Rasa

kemanjuran diri, atau kontrol pribadi, juga berkontribusi pada motivasi

untuk mengelola diri (Lundberg & Thrakul, 2012). Stigma dinyatakan

sebagai faktor yang memotivasi; individu berbicara tentang menjaga

diri mereka sendiri untuk menghindari stigma membutuhkan perangkat

atau akomodasi tambahan dan ingin 'mencapai kehidupan normal'

(Ploughman et al. 2012).

6) Pola Hidup

Pengalaman manajemen diri sebelumnya, kemampuan untuk

menciptakan rutinitas manajemen diri dan transisi kehidupan adalah

karakteristik pribadi lain yang memengaruhi pengelolaan diri.

Pengalaman manajemen diri sebelumnya di mana praktik manajemen

diri meningkatkan kesehatan memiliki efek positif pada keyakinan dan

perilaku kesehatan saat ini (Henriques et al. 2012). Sebaliknya,


22

mereka yang mengalami dampak buruk dari manajemen diri atau

ancaman bahaya lebih lanjut kurang bersedia untuk melanjutkan

dengan manajemen diri. Misalnya, beberapa individu dengan diabetes

ragu-ragu untuk mengambil insulin karena takut hipoglikemia (Griva

et al., 2013).

7) Status Kesehatan

Status kesehatan individu, termasuk ko-morbiditas, keparahan

penyakit, gejala, efek samping dari pengobatan dan fungsi kognitif

disebut sebagai faktor yang memengaruhi tugas-tugas eritas diri. Ko-

morbiditas fisik menambah kompleksitas rejimen perawatan kesehatan

dan berkontribusi pada gejala yang mengganggu upaya manajemen diri

(Ploughman et al., 2013). Misalnya, sesak napas dari gangguan paru

obstruktif kronis dapat berkontribusi pada ketidakmampuan untuk

berolahraga sebagai bagian dari diabetes atau self management jantung

(Schnell et al., 2005).

Gejala dan efek samping, terutama rasa sakit dan kelelahan,

diidentifikasi sebagai hambatan untuk manajemen diri (Wortz et al.

2012). Terutama, tidak adanya gejala di identifikasi sebagai faktor yang

mengurangi upaya manajemen diri, baik karena kurangnya keseriusan

yang dirasakan atau kurangnya manfaat yang dirasakan (Penanganan et

al. 2010).
23

3. Theory of Planned Behavior

a. Pengertian

Theory of Planned Behaviour (TPB) merupakan pengembangan dari

Theory of Reasoned Action (TRA) yang telah dikemukakan sebelumnya

oleh Fishbein dan Ajzen pada tahun 1975. Ajzen’s mengatakan TPB telah

diterima secara luas sebagai alat untuk menganalisis perbedaan antara

sikap dan niat serta sebagai niat dan perilaku (Park & Blenkinsopp, 2009).

Ajzen dan Fishben (1988) menyempurnakan Theory of Reasoned Action

(TRA) dan memberikan nama TPB. Theory of Planned Behaviour (TPB)

menjelaskan mengenai perilaku yang dilakukan individu timbul karena

adanya niat dari individu tersebut untuk berperilaku (Sulistomo &

Prastiwi, 2011).

Konsep Theory of Planned Behavior (TPB) dapat digunakan untuk

menilai dan mengukur niat atau intensi seseorang untuk menjadi

whistleblower. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku timbul karena

adanya niat yang melandasi perilaku tersebut (Iskandar & Saragih, 2018).

Intensi inilah yang merupakan awal terbentuknya perilaku seseorang.

Lasmini (2018) menyatakan bahwa niat untuk melakukan sesuatu

mempengaruhi keputusan individu untuk melakukan suatu perilaku,

semakin kuat niat individu untuk berperilaku maka besar kemungkinan

niat tersebut diaktualisasikan dalam bentuk suatu perilaku

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan

bahwa TBP adalah niat yang timbul dari individu tersebut untuk
24

berperilaku dan niat tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

attitude toward the behavior, norma subyektif dan persepsi kontrol

perilaku.

b. Komponen Theory of Planned Behavior (TPB)

Theory of Planned Behavior (TPB) mencerminkan tiga hal yaitu

sifat personal, pengaruh sosial dan kontrol. Mengandung beberapa

variabel yaitu

1) Backgroud factor adalah sifat yang hadir dalam diri seseorang, tiga

faktor latar belakang yaitu personal, sosial dan informasi. Faktor

personal terdiri dari sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat

kepribadian, nilai hidup, emosi dan kecerdasan. Faktor sosial terdiri dari

usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor

informasi terdiri dari pengalaman dan pengetahuan.

2) Behavioral Belief adalah hal yang diyakini oleh seorang individu

mengenai perilaku dari sisi positif dan negatif, reaksi atas suatu perilaku

tertentu dalam bentuk suka atau tidak suka

3) Normative Belief adalah faktor lingkungan sosial yang mengarah pada

orang orang terdekat dalam kehidupan seseorang yang dapat

mempengaruhi keputusan seseorang.

4) Subjective Norm adalah motivasi yang dimiliki seseorang untuk

mengikuti pandangan orang lain terhadap perilaku yang akan

dilakukan.

5) Control Belief adalah pengalaman sudah pernah melakukan suatu


25

sikap atau pengalaman yang diperoleh dengan melihat pengalaman

orang lain dalam hal ini adalah orang orang terdekat.

6) Perceived Behavioral Control adalah keyakinan seseorang pernah atau

tidak pernah melakukan suatu perilaku tertentu. Keinginan untuk

melakukan suatu tindakan adalah kecenderungan untuk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu. Keinginan ini ditentukan oleh sikap positif

pada perilaku tertentu dan mendapatkan dukungan dari orang terdekat.

Behavioral Attitudes toward


Beliefs the behavioral

Normative Subjective
beliefs norm Intention Behavior

Control Perceived
beliefs Behavioral Control

Gambar 2.1 Konsep Theory of Planned Behavior


Sumber: Ajzen (2005) dalam Nursalam (2014)

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa hubungan yang langsung antara

tingkah laku dengan intensi. Secara berurutan behavioral beliefs

menghasilkan sikap terhadap perilaku positif ataupun negatif, normative

beliefs menghasilkan norma subjektif, dan control beliefs menghasilkan

kontrol perilaku yang dipersepsikan (Nursalam, 2014). Berdasarkan


26

gambar diatas diketahui bahwa keyakinan seseorang untuk berperilaku,

keyakinan norma dan kontrol keyakinan akan memunculkan intensi (niat)

untuk seseorang berperilaku.

c. Pengertian Intensi (niat)

Intensi adalah indikasi seberapa kuat keyakinan seseorang untuk

mencoba suatu perilaku dan seberapa besar usaha yang akan digunakan

untuk melakukan sebuah perilaku (Ajzen, 1991 dalam Nursallam, 2014).

Intensi atau niat merupakan keputusan dalam berperilaku melalui cara

yang dikehendaki atau stimulus untuk melaksanakan perbuatan, baik

secara sadar maupun tidak (Anggar & Ratnadi, 2017).

Intensi adalah sebagai niat untuk melakukan dan terus melakukan

perilaku tertentu. Intensi dapat memengaruhi pengulangan suatu perilaku

berdasarkan pengalaman yang pernah terjadi. Individu cenderung

memiliki intensi untuk melakukan suatu perilaku karena sudah pernah

memiliki pengalaman sebelumnya atau dari pengalaman orang lain

(Ramdhani, 2011).

Menurut Nursalam (2016) Intensi adalah seberapa kuat keyakinan

seseorang akan mencoba suatu perilaku dan seberapa besar usaha

seseorang yang akan melakukan sebuah perilaku. Intensi merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap perilaku, sehingga seseorang bisa

mengharapkan orang lain untuk melakukan sesuatu berdasarakan

intensinya. Intensi juga memiliki korelasi yang tinggi dengan perilaku

yang dapat digunakan untuk meramalkan perilakunya


27

d. Faktor yang Memengaruhi Intensi

Seseorang dapat saja memiliki berbagai macam keyakinan terhadap

suatu perilaku, namun ketika dihadapkan pada suatu kejadian tertentu,

hanya sedikit dari keyakinan tersebut yang timbul untuk memengaruhi

perilaku. Sedikit keyakinan inilah yang menonjol dalam memengaruhi

perilaku individu (Ajzen 1991). Keyakinan yang menonjol ini dapat

dibedakan menjadi:

1) Behavior belief yaitu keyakinan individu akan hasil suatu perilaku dan

evaluasi atas hasil tersebut. Behavior belief akan memengaruhi sikap

terhadap perilaku (attitude toward behavior).

2) Normative belief yaitu keyakinan individu terhadap harapan normatif

orang lain yang menjadi rujukannya seperti keluarga, teman dan

konsultan, serta motivasi untuk mencapai harapan tersebut. Harapan

normatif ini membentuk variabel norma subjektif (subjective norm) atas

suatu perilaku.

3) Control belief yaitu keyakinan individu tentang keberadaan hal-hal

yang mendukung atau menghambat perilakunya dan persepsinya

tentang seberapa kuat halhal tersebut memengaruhi perilakunya.

Control belief membentuk variabel persepsi kontrol keperilakuan

(perceived behavior control).

Albery & Munafo (2011) menyatakan bahwa intensi (niat) perilaku

ditentukan oleh sikap, norma subjektif dan pengendalian perilaku yang

disadari. Sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol keperilakuan


28

ditentukan melalui keyakinan-keyakinan utama. Theory of Planned

Behavior (TBP) didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk

yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin

baginya secara sistematis (Achmat, 2010). Berdasarkan hal tersebut dalam

Theory of Planned Behavior (TBP) faktor yang memengaruhi intensi atau

niat seseornag untuk melakukan perilaku antara lain:

1) Sikap

Chatzisarantis et al. (2005) menyatakan bahwa sikap merupakan

anteseden terpenting atau sebagai prediktor dari niat untuk aktivitas

fisik dan perilaku. Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor terpenting

yang akan memengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat

terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior)

(Sumarwan 2004). Arunkumar (2013) menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang kuat dan signifikan antara sikap dengan intention

terhadap objek. Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus

dan sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial kontemporer. Sikap juga

merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan

pemasar untuk memahami konsumen (Setiadi, 2013).

Allport (dalam Suprapti, 2010) mengemukakan sikap adalah

predisposisi yang dipelajari untuk merespon suatu obyek atau

sekelompok obyek dalam suatu cara yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan secara konsisten. Sikap konsumen terhadap suatu obyek

adalah berupa tendensi atau kecenderungan yang disukainya


29

untuk mengevaluasi obyek itu dalam suatu cara yang menyenangkan

atau tidak menyenangkan secara konsisten, yaitu evaluasinya terhadap

obyek tersebut secara keseluruhan dari yang paling buruk sampai yang

paling baik.

2) Norma Subjektif

Norma subjektif merupakan keyakinan individu mengenai

harapan orang-orang disekitarnya yang berpengaruh, baik perorangan

maupun kelompok untuk melakukan atau tidak melakukan suatu

perilaku tertentu. Untuk memahami niat seseorang perlu juga mengukur

norma-norma subjektif yang memengaruhi niatnya untuk bertindak.

Norma subjektif dapat diukur secara langsung dengan menilai perasaan

orang tentang seberapa relevan orang lain yang menjadi panutannya

(seperti keluarga, teman sekelas, atau teman sekerja) yang akan

menyetujui atau tidak menyetujui tindakan tertentu yang dilakukannya

(Suprapti, 2010).

Norma subjektif diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs

yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk

menampilkan suatu perilaku (Achmat, 2010). Seorang individu akan

berniat menampilkan suatu perilaku tertentu jika orang

mempersepsikan bahwa orang-orang lain yang penting berpikir bahwa

seharusnya melakukan hal itu (Sarwoko, 2011). Menurut Marselius

(2002) norma subjektif adalah tekanan sosial yang dipersepsikan untuk

melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.


30

3) Persepsi kontrol keperilakuan

Persepsi kontrol keperilakuan (perceived behavioral control)

menggambarkan tentang perasaan kemampuan diri (self eficacy)

individu dalam melakukan suatu perilaku. Menurut Teo dan Lee (2010),

kontrol perilaku yang dirasakan mengacu pada persepsi kemudahan

atau kesulitan dalam melaksanakan perilaku dan sejumlah pengendalian

seseorang atas pencapaian tujuan dari perilaku tersebut. Persepsi

kontrol keperilakuan merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya

faktor-faktor yang memfasilitasi dan menghalangi individu untuk

melakukan suatu perilaku. Persepsi kontrol keperilakuan ditentukan

oleh pengalaman masa lalu individu dan juga perkiraan individu

mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan suatu

perilaku (Ajzen, 2005).

Persepsi kontrol keperilakuan menunjuk suatu derajat dimana

seorang individu merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku

yang dimaksud adalah dibahwa pengendaliannya. Orang cenderung

tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan

suatu perilaku tertentu jika orang percaya bahwa tidak memiliki sumber

atau kesempatan untuk melakukannya meskipun orang memiliki sikap

yang positif dan ia percaya bahwa orang-orang lain yang penting

baginya akan menyetujuinya. Persepsi kontrol keperilakuan dapat

memengaruhi perilaku secara langsung ataupun tidak langsung melalui

intensi (Achmat, 2010).


31

Menurut Ajzen, 2005 dalam Ramadani (2009), bahwa variabel lain

yang memengaruhi intensi selain beberapa faktor utama tersebut (sikap

terhadap perilaku, norma subyektif dan PBC) yaitu variabel yang

memengaruhi atau berhubungan dengan belief. Beberapa variabel tersebut

dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1) Faktor Personal Faktor personal adalah sikap umum seseorang terhadap

sesuatu, sifat kepribadian (personality traits), nilai hidup (values),

emosi dan kecerdasan yang dimilikinya.

2) Faktor Sosial Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin

(gender), etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama.

3) Faktor Informasi. Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan

dan ekspose pada media. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media masa

maupun lingkungan.

e. Pengaruh Intensi terhadap Perilaku

Hubungan antara ketiga dimensi penentu niat dan perilaku dapat

dilihat di Gambar 2.1 diatas, dengan penjelasan singkat dari masing-

masing komponen sebagai berikut :

a) Attitude towards the behavior

Ajzen (2005) mengemukakan bahwa sikap terhadap perilaku ini

ditentukan oleh keyakinan mengenai konsekuensi dari suatu perilaku

atau secara singkat disebut keyakinan-keyakinan perilaku (behavioral

beliefs). Keyakinan berkaitan dengan penilaian subjektif individu


32

terhadap dunia sekitarnya, pemahaman individu mengenai diri dan

lingkungannya, dilakukan dengan cara menghubungkan antara perilaku

tertentu dengan berbagai manfaat atau kerugian yang mungkin

diperoleh apabila individu melakukan atau tidak melakukannya.

Keyakinan ini dapat memperkuat sikap terhadap perilaku itu apabila

berdasarkan evaluasi yang dilakukan individu, diperoleh data bahwa

perilaku itu dapat memberikan keuntungan baginya.

b) Subjective Norm

Norma subjektif adalah persepsi individu terhadap harapan dari

orang-orang yang berpengaruh dalam kehidupannya (significant

others) mengenai dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tertentu.

Persepsi ini sifatnya subjektif sehingga dimensi ini disebut norma

subjektif. Sebagaimana sikap terhadap perilaku, norma subjektif juga

dipengaruhi oleh keyakinan. Bedanya adalah apabila sikap terhadap

perilaku merupakan fungsi dari keyakinan individu terhadap perilaku

yang akan dilakukan (behavioral belief) maka norma subjektif adalah

fungsi dari keyakinan individu yang diperoleh atas pandangan orang-

orang lain terhadap objek sikap yang berhubungan dengan individu

(normative belief).

c) Perceived behavioral control

Persepsi kontrol perilaku atau dapat disebut dengan kontrol

perilaku adalah persepsi individu mengenai mudah atau sulitnya


33

mewujudkan suatu perilaku tertentu (Ajzen, 2005). Untuk menjelaskan

mengenai persepsi kontrol perilaku ini, Ajzen membedakannya dengan

locus of control atau pusat kendali yang dikemukakan oleh (Rotter

1975). Pusat kendali berkaitan dengan keyakinan individu yang relatif

stabil dalam segala situasi. Persepsi kontrol perilaku dapat berubah

tergantung situasi dan jenis perilaku yang akan dilakukan. Pusat kendali

berkaitan dengan keyakinan individu tentang keberhasilannya

melakukan segala sesuatu, apakah tergantung pada usahanya sendiri

atau faktor lain di luar dirinya (Rotter, 1975). Jika keyakinan ini

berkaitan dengan pencapaian yang spesifik, misalnya keyakinan dapat

menguasai keterampilan menggunakan komputer dengan baik disebut

kontrol perilaku (perceived behavioral control).


34

B. KERANGKA TEORI

Berdasarkan uraian yang telah dibahas di atas maka kerangka teori dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Klasifikasi:
Normal Tinggi
Hipertensi Derajat I
Hipertensi Hipertensi Derajat II
Hipertensi Derajat III
Hipertensi Sistolik Terisolasi
Penatalaksanaan Hipertensi:
Farmakologis
Non Farmakologis

Faktor yang Memengaruhi:


Karakteristik Pribadi Perilaku Perawatan Hipertensi
Pengetahuan
Keyakinan
Tekanan Psikologis
Motivasi
Pola Hidup
Status Kesehatan

Aspek Intensi:
Sikap
Norma Subjektif Intensi
Perceived behavior
control

Faktor yang memengaruhi:


Faktor personal
Usia
Jenis Kelamin
Pendidikan
Faktor informasi

Gambar 2.2 Kerangka Teori


Sumber: Irianto (2014), ESH Hypertension Guidelines (2018), Kristanti (2015),
Notoatmodjo (2015), Richard & Shea (2011), Nursalam (2014)
35

C. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep atau kerangka berfikir merupakan dasar pemikiran pada

penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka.

Kerangka konsep menurut teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan

dasar untuk melakukan penelitian (Saryono & Anggraeni, 2010). Adapun

kerangka konsep yang peneliti buat adalah sebagai berikut:

Hipertensi

Perilaku Perawatan
Hipertensi

Faktor yang memengaruhi: Intensi


a. Usia Sikap
b. Jenis Kelamin Norma Subjektif
c. Pendidikan Persepsi Kontrol
Perilaku
Faktor personal
Faktor informasi

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel yang Diteliti

: Variabel yang tidak Diteliti

: Arah Penelitian
36

BAB III

METODE DAN PENELITIAN

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif yaitu penelitian ini

bertujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan yang

kemudian hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk nominal atau angka.

Proses pendekatan yang telah digunakan cross sectional dimana peneliti dalam

mendapatkan data-data yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian

diperoleh dalam satu kali melaksanakan penelitian pada saat ini (Notoatmodjo,

2018). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensi dan perilaku

keperawatan diri pada penderita hipertensi di Puskesmas 2 Sumbang

Kabupaten Banyumas.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas 2 Sumbang

KabupatenBanyumas

2. Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada November 2020-Juli 2021.

3. Waktu Pengumpulan Data

Pengumpulan data telah dilaksanakan pada tanggal April sampai 4 Mei

2021.
37

C. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Setiadi, 2013). Populasi yang telah diambil sebesar 146

penderita hipertensi.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang telah diteliti dan mewakili seluruh populasi

(Nototmodjo, 2018). Jumlah sampel yang telah diambil sebanyak 146

responden.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang telah digunakan total sampling.

Total sampling adalah pengambilan sampel dimana jumlah sampel diambil

dari semua jumlah populasi yang ada (Notoatmodjo, 2018).

D. VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai

dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara

ditentukan tingkatnya (Setiadi, 2013). Variabel dalam penelitian ini

menggunakan variabel tunggal yaitu intensi dan perilaku perawatan diri.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang dapat

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat

diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena yang

kemungkinan dapat di ulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2014).


38
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Parameter Skala
Usia Lama waktu hidup Kuisioner 1. Remaja Akhir Ordinal
responden saat dilakukan (17-25 tahun)
wawancara, terhitung ulang 2. Dewasa Awal
tahun terahir (26-35 tahun)
3. Dewasa Akhir
(36-45 tahun)
4. Lansia Awal (46-
55 tahun)
5. Lansia Akhir (>
55 tahun)
Jenis Pengelompokan responden Kuisioner 1. Laki-laki Nominal
Kelamin berdasarkan ciri genetal 2. Perempuan
(laki-laki dan perempuan)
1. Tidak Sekolah
Pendidikan Tingkat pendidikan formal Kuesioner Ordinal
2. Pendidikan Dasar
terakhir yang berhasil
(SD-SMP)
ditempuh oleh responden
3. Pendidikan
yang ditunjukan dengan
Menengah
ijasah yang dimiliki
(SMA/SMK)
4. Pendidikan Tinggi
(Sarjana,D3, D1)
Intensi Kegiatan niat untuk lakukan Kuisioner 1. Rendah(30-59) Ordinal
perilaku perawatan diri 2. Sedang(60-89)
penderita hipertensi dengan 3. Tinggi (90-120)
faktor keinginan/ memang
sudah direncanakan

Perilaku Perilaku perawatan diri (self Kuisioner 1. Kurang(40-79) Ordinal


Perawatan care) adalah persepsi atau HSMBQ 2. Cukup(80-119)
Diri (self pemahaman dalam 3. Baik (120-160)
care) mengatasi tekanan darah
tinggi termasuk pengobatan
kunjungan ke dokter dan
mengontrolnya

F. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian adalah alat pengumpulan data yang disusun untuk

memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif maupun kuantitatif. (Nursalam,

2013). Kuesioner dalam penelitian diartikan sebagai daftar pernyataan yang

sudah tersusun dengan baik dan responden memberikan jawaban sesuai

pemahaman. Kuesioner yang digunakan bersifat tertutup, dimana kuesioner

tersebut sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih

(Hidayat, 2014). Instrumen yang digunakan pada penelitian iniantara lain:


39

1. Kuesioner Intensi

Kuesioner intensi dalam penelitian ini terdiri dari tiga aspek

berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB) yaitu sikap, norma subjektif

dan persepsi kontrol keperilakuan.

a. Aspek Sikap dalam penelitian ini mengadopsi kuesioner sikap pencegahan

hipertensi yang diambil dari penelitian Septianingsih (2018) tentang

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien Hipertensi dalam Upaya

Pengendalian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Samata. Kuesioner

ini terdiri dari 10 soal. Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas dengan

nilai validitas berada pada rentang 0,522-0,804 dan reliabilitas

didapatkan hasil sebesar 0,878.

b. Aspek norma subjektif dalam penelitian ini mengadopsi dari kuesioner

multidimentional scale of perceived sosial support yang dibuat oleh Zimet

(2005). Kuesioner ini terdiri dari 15 soal yang menggambarkan norma

subjektif berdasarkan perasaan orang tentang seberapa relevan orang lain

yang menjadi panutannya (seperti keluarga, teman, atau petugas

kesehatan). Kuesioner ini diambil dari penelitian Khotimah (2018) tentang

Model Kepatuhan Haya Hidup Sehat pada Pasien Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Kota Bima. Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas

dengan nilai corrected item total correlation berada pada rentang 0,657-

0,829 dan reliabilitas didapatkan hasil sebesar0,798.

c. Aspek persepsi kontrol keperilakuan dalam penelitian ini mengadopsi

kuesioner self-efficacy to manage hypertension yang dirancang oleh

Warren-findlow & Huber (2013). Kuesioner ini terdiri dari 5 soal yang

menggambarkan keyakinan responden dalam melakukan perawatan

hipertensi. Kuesioner ini diambil dari penelitian Rezky (2018) tentang

Gambaran Self Efficacy Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja


40
Puskesmas Jumpandang Baru. Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas

dan reliabilitas didapatkan hasil nilai uji reliabilitas sebesar 0,830.

Berdasarkan beberapa aspek intensi berdasarkan Theory of Planned Behavior

(TPB) dari beberapa penelitian sebelumnya maka jumlah soal kuesioner intensi

dalam penelitian ini sebanyak 30 soal dengan kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Intensi


Indikator No Soal Jumlah
Sikap 1-10 10
Norma Subjektif 11-25 15
Persepsi Kontrol Keperilakuan 26-30 5
Total 30

Kuesioner intensi dalam penelitian ini menggunakan skala likert

dengan mengunakan 4 alternatif jawaban. Alternatif jawaban kuesioner

antara lain sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Nilai

terendah yang dicapai sebesar 30 dan nilai tertinggi sebesar 120. Menurut

Swarjana (2015), p adalah rentang dimana p merupakan panjang kelas (nilai

skor tertinggi dikurangi nilai skor terendah) yaitu sebesar 90. Peneliti

selanjutnya membagi kelas menjadi tiga kategori untuk tingkat intensi, maka

akan diperoleh rentang nilai sebanyak 30. Tingkat intensi pada penderita

hipertensi di puskesmas 2 Sumbang dikategorikan menjadi tingkat intensi

rendah (30-59), tingkat intensi sedang (60-89), dan tingat intensi tinggi (90-

120).

2. Kuesioner Perilaku Perawatan Diri

Pengukuran perilaku keperawatan diri dalam penelitian ini

menggunakan kuisioner Hypertension Self Management Behavior

Questionnaire (HSMBQ). Kuesioner Hypertension Self Management

Behavior Quetionnaire (HSMBQ) yang dimodifikasi dari Hypertension

SelManagement Instrument yang dikembangkan oleh Lin et al (2008) dalam

penelitiannya pada tahun 2008. Kuesioner HSMBQ dalam penelitian ini

diambil dari penelitian Hidayat (2016) tentang gambaran self care


41
management klien hipertensi di Kelurahan Pudak Payung Semarang.

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 40 soal dengan menggunakan

kriteria menggunakan skala likert dari rentang 1 (tidak pernah) sampai dengan

4 (selalu), terdiri dari 5 aspek meliputi integrasi diri, regulasi diri, interaksi

dnegan tenaga kesehatan, pemantauan tekanan darah dan kepatuhan terhadap

aturan yang dianjurkan. Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas dan

reliabilitas oleh Hidayat (2016) didapatkan hasil uji validitas setiap item

pernyataan memiliki nilai r hitung antara 0,375-0,781 dan tidak terdapat

pernyataan yang tidak valid sedangkan hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai

reliabilitas yaitu 0,949.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner HSMBQ


Indikator No Soal Jumlah
Integrasi Diri 1-13 13
Regulasi Diri 14-22 9
Interaksi dengan Tenaga Kesehatan 23-31 9
Pemantauan Tekanan Darah 32-35 4
Kepatuhan terhadap Aturan 36-40 5
Total 40

Kuesioner perilaku perawatan diri dalam penelitian ini menggunakan

skala likert dengan mengunakan 4 alternatif jawaban. Alternatif jawaban

kuesioner antara lain selalu, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Nilai

terendah yang dicapai sebesar 40 dan nilai tertinggi sebesar 160. Menurut

Swarjana (2015), p adalah rentang dimana p merupakan panjang kelas (nilai

skor tertinggi dikurangi nilai skor terendah) yaitu sebesar 120. Peneliti

selanjutnya membagi kelas menjadi tiga kategori untuk tingkat intensi, maka

akan diperoleh rentang nilai sebanyak 40. Tingkat perilaku perawatan pada

penderita hipertensi di puskesmas 2 Sumbang dikategorikan menjadi kurang

(40-79), cukup (80-119), dan baik (120-160).


42
G. JENIS DAN TEKHNIK PENGUMPULAN DATA

1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer dalam penelitian ini meliputi data karakteristik, intensi dan

perilaku perawatan diri yang diperoleh dengan memberikan kuesioner secara

langsung kepada responden.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak

langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya (Saryono &

Anggraeni, 2010). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

dokumen dan catatan statistik jumlah kejadian hipertensi di Wilayah

Puskesmas Sumbang II.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

yaitu dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan suatu

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab

(Sugiyono, 2016). Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam pengambilan

data dalam penelitian ini, yaitu :

a. Tahap Awal

1) Peneliti menentukan permasalahan, subjek penelitian, tempat

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan judul

penelitian. Peneliti mengajukan surat izin dari pihak kampus untuk

diberikan kepada tempat penelitian.

2) Setelah perizinan penelitian disetujui oleh tempat penelitian, peneliti

terlebih dahulu melakukan studi pendahuluan terkait penelitian yang

akan dilakukan.
43

3) Studi pendahuluan dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas

dan Puskesmas Sumbang II untuk mengetahui data jumlah penderita

hipertensi.

4) Setelah melakukan studi pendahuluan, selanjutnya peneliti menyusun

proposal skripsi dan melakukan ujian seminar proposal skripsi.

b. Tahap Pengambilan Data

Proses pengambilan data dilakukan dengan cara:

1) Permohonan ijin dari Universitas Harapan Bangsa ke Dinas Kesehatan

dan puskesmas yang akan dijadikan tempat penelitian.

2) Setelah mendapat ijin peneliti melakukan koordinasi dengan pihak

puskesmas tentang maksud dan tujuan penelitian. Peneliti meminta data

penderita hipertensi dan meminta no WA atau alamat.

3) Peneliti melakukan pengambilan data selama kurang lebih 1 bulan

dengan cara kolaborasi bersama pihak puskesmas saat melakukan

kegiatan prolanis.

4) Setelah mendapatkan responden, peneliti memberikan informed

consent dan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian

terhadap calon responden sebagai bukti persetujuan sebagai responden

penelitian.

5) Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden

diberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner dan dianjurkan

bertanya apabila ada pertanyaan atau pernyataan yang kurang jelas.


44

6) Selama proses pengisian kuesioner, peneliti mendampingi responden.

Responden diharapkan menjawab seluruh pertanyaan di dalam

kuesioner.

c. Tahap Akhir

1) Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner.

2) Kuesioner yang telah diisi secara lengkap selanjutnya diolah dan

dianalisis oleh peneliti.

H. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif

digunakan untuk menjelaskan karakteristik sampel.

1. Teknik Pengolahan Data

a. Editing

Editing dilakukan dilapangan sehingga bila terjadi kekurangan

atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

b. Scoring

Scoring dalam penelitian ini adalah kegiatan pemberian skor

pada kuesioner jawaban responden yang terdapat dalam kuesioner untuk

dapat melakukan kegiatan penilaian kategori terhadap hasil jawaban

kuesioner responden.

1) Skoring Kuesioner Perilaku Perawatan Diri

a) Jika responden menjawab “Selalu” diberi skor 4

b) Jika responden menjawab “Jarang” diberi skor 3

c) Jika responden menjawab “Kadang-Kadang” diberi skor 2

d) Jika responden menjawab “Tidak Pernah” diberi skor 1


45
2) Skoring Kuesioner Intensi

a) Aspek Sikap, Norma Subjektif

(1) Jika responden menjawab “Sangat Setuju” diberi skor 4

(2) Jika responden menjawab “Setuju” diberi skor 3

(3) Jika responden menjawab “Tidak Setuju” diberi skor 2

(4) Jika responden menjawab “Sangat Tidak Setuju” diberi skor 1

b) Aspek Persepsi Kontrol Keperilakuan

(1) Jika responden menjawab “Sangat Yakin” diberi skor 4

(2) Jika responden menjawab “Cukup Yakin” diberi skor 3

(3) Jika responden menjawab “Tidak Yakin” diberi skor 2

(4) Jika responden menjawab “Sangat Tidak Yakin” diberi skor 1

c. Coding

Memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan

data. Pemberian kode pada data dilakukan saat memasukkan atau entry

data untuk diolah menggunakan komputer. Pada penelitian ini pemberian

coding, meliputi :

1) Umur

a) Remaja Akhir diberi kode 1

b) Dewasa Awal diberi kode 2

c) Dewasa Akhir diberi kode 3

d) Lansia Awal diberi kode 4

e) Lansia Akhir diberi kode 5

2) Jenis Kelamin

a) Laki – laki diberi kode 1

b) Perempuan diberi kode 2

3) Pendidikan

a) Tidak Sekolah diberi kode 1


46
b) Pendidikan Dasar diberi kode 2

c) Pendidikan Menengah diberi kode 3

d) Pendidikan Tinggi diberi kode 4

4) Intensi

a) Tinggi diberi kode 3

b) Sedang diberi kode 2

c) Rendah diberi kode 1

5) Perilaku Perawatan Diri

a) Baik diberi kode 3

b) Cukup diberi kode 2

c) Kurang diberi kode 1

d. Entry

Memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam computer

kemudian membuat distribusi sederhana. Data hasil observasi tersebut

kemudian diolah secara statistic dengan menggunakan program komputer.

e. Tabulating

Menghitung jawaban kuesioner dari responden yang sudah diberi

kode kemudian mengelompokkan data sesuai variabel yang diteliti

kemudian dimasukkan ke dalam tabel.

f. Cleaning Data

Pembersihan data bertujuan untuk menghindari terjadinya kesalahan

pada saat memasukkan data ke dalam program komputer. Proses

pembersihan data dilakukan dengan mengecek kembali data yang sudah di

entry. Dalam pengecekan ini apakah ada data yang hilang. Cara cleaning

data untuk mengetahui missing data, variasi data dan konsistensi data.

2. Analisis Data

Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan pengolahan data secara


47
komputerisasi. Adapun analisis yang digunakan adalah analisis univariat.

Analisa univariat adalah analisa dengan menggunakan distribusi frekuensi.

Analisi univariat dalam penelitian ini digunakan untuk melihat distribusi

frekuensi setiap variabel. Setelah data didapatkan maka dilakukan

perhitungan persentase dengan rumus:

P= x100%

Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah sampel

I. ETIKA PENELITIAN

Proses pengambilan data dalam penelitian perlu memperhatikan prinsip

dan etika penelitian. Prinsip dan etika penelitian menurut Hidayat (2017),

sebagai berikut :

1. Prinsip Penelitian

a. Prinsip manfaat

Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan

mempertimbangkan antar aspek risiko dengan aspek manfaat, bila

penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema dalam etik. Prinsip

manfaat dalam penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang

gambaran intensi dan perilaku perawatan diri yang sudah dilakukan oleh

pasien hipertensi.

b. Prinsip menghormati manusia

Proses pengambilan data dalam penelitian ini, peneliti harus

menghormati manusia jadi peneliti tidak akan melakukan pemaksaan

kepada responden. Prinsip menghormati manusia dalam penelitian ini


48

adalah peneliti tidak melakukan pemaksaan terhadap penderita hipertensi

untuk menjadi responden dalam penelitian.

c. Prinsip keadilan

Peneliti menghargai hak dan memberikan perlakuan secara adil

kepada setiap responden mulai dari persetujuan menjadi responden sampai

proses pengumpulan data dan juga menjaga privasi data yang diberikan

responden. Prinsip keadilan dalam penelitian ini adalah peneliti

memberikan kuesioner yang sama terhadap semua responden

2. Masalah Etika Penelitian

a. Informed consent

Proses pengumpulan data dapat dilakukan setelah responden

diberikan lembar persetujuan sebagai responden atau informed consent

sebagai bukti bahwa responden bersedia menjadi responden penelitian

tanpa ada paksaan dengan cara menandatangani lembar persetujuan.

Informasi yang terdapat dalam informed consent seperti penjelasan

maksud dan tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan,

komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi,

manfaat, kerahasiaan dan informasi yang mudah dihubungi. Informed

consent dalam penelitian ini adalah peneliti memberikan lembar

permohonan menjadi responden dan lembar persetujuan sebagai

responden kepada penderita hipertensi.


49

b. Anonimity (tanpa nama)

Masalah ini merupakan masalah etika yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan. Tanpa nama dalam penelitian ini adalah peneliti

menggunakan inisial nama atau no urut responden pada data hasil

penelitian yang ditampilkan.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Prinsip pengumpulan data adalah dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh

peneliti. Kerahasiaan dalam penelitian ini adalah peneliti menjaga

kerahasiaan data yang diberikan oleh responden dengan cara menampilkan

hanya data-data yang diberikan oleh responden sesuai dengan tujuan

penelitian.
50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan penelitian tentang intensi dan perilaku perawatan diri

pada penderita hipertensi di Puskesmas 2 Sumbang Kabupaten Banyumas yang

dilakukan pada tanggal 28 April sampai 4 Mei 2021 didapatkan hasil sebagai

berikut:

1. Gambaran karakteristik penderita hipertensi berdasarkan usia, jenis kelamin

dan pendidikan di Puskesmas 2 Sumbang Kabupaten banyumas

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik penderita hipertensi berdasarkan


usia, jenis kelamin dan pendidikan di Puskesmas 2 Sumbang
(n=146)

Variabel Frekuensi Prosentase


(f) (%)
Usia
Remaja Akhir (17-25 tahun) 17 11,6
Dewasa Awal (26-35 tahun) 24 16,4
Dewasa Akhir (36-45 tahun) 41 28,1
Lansia Awal (46- 55 tahun) 29 19,9
Lansia Akhir (> 55 tahun) 35 24
Jumlah 146 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 77 52,7
Perempuan 69 47,3
Jumlah 146 100
Pendidikan
Tidak Sekolah 20 13,7
Pendidikan Dasar (SD-SMP) 34 23,3
Pendidikan Menengah 65 44,5
(SMA/SMK)
Pendidikan Tinggi (Sarjana, 27 18,5
D3, D1)
Jumlah 146 100
Sumber data sekunder 2021

Tabel 4.1 di atas menujukan hasil karakteristik penderita hipertensi

dari 146 responden berdasarkan usia paling banyak pada usia dewasa

akhir sebanyak 41 responden (28,1%). Penderita hipertensi berdasarkan

jenis kelamin sebagian besar laki-laki sebanyak 77 responden (52,7%).

Penderita hipertensi berdasarkan pendidikan paling banyak pendidikan


51
menegah (SMP/SMA) sebanyak 65 responden (44,5%).

2. Gambaran intensi perilaku perawatan diri penderita hipertensi di Puskesmas

2 Sumbang Kabupaten Banyumas

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi intensi terhadap perilaku perawatan diri


penderita hipertensi di Puskesmas 2 Sumbang Kabupaten
Banyumas (n=146)
Intensi Frekuensi (n) Prosentase (%)
Rendah 0 0
Sedang 65 44,5
Tinggi 81 55,5
Jumlah 146 100
Sumber data sekunder 2021

Tabel 4.2 di atas menunjukan hasil intensi terhadap perilaku perawatan

diri penderita hipertensi dari 146 responden didapatkan hasil separuh lebih

memiliki intensi tinggi sebanyak 81 responden (55,5%).

3. Gambaran perilaku perawatan diri penderita hipertensi di Puskesmas 2

Sumbang Kabupaten Banyumas

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi perilaku perawatan diri penderita


hipertensi di Puskesmas 2 Sumbang Kabupaten Banyumas
(n=146)
Perilaku Perawatan Frekuensi (n) Prosentase (%)
Diri
Kurang 11 7,5
Cukup 90 61,6
Baik 45 30,8
Jumlah 146 100
Sumber data sekunder 2021

Tabel 4.3 di atas menujukan hasil perilaku perawatan diri penderita

hipertensi dari 146 responden didapatkan sebagian besar perilaku cukup

sebanyak 90 responden (61,6%).

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal April sampai 4

Mei 2021 diperoleh sebanyak 146 responden yang disajikan dalam bentul tabel

distribusi frekuensi sebagai berikut:


52
1. Karakteristik penderita hipertensi berdasarkan usia, jenis kelamin dan

pendidikan di Puskesmas 2 Sumbang Kabupaten Banyumas

a. Usia

Hasil penelitian menunjukan dari 146 responden penderita hipertensi

berdasarkan usia paling banyak pada usia dewasa akhir (36-45 tahun)

sebanyak 41 responden (28,1%). Hasil penelitian sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Tirtasari (2019), didapatkan hasil

penderita hipertensi pada kelompok usia 35-44 tahu sebesar 21,35%.

Hasil penelitian ini didapatkan seiringnya dengan bertambahnya usia,

makan prevalensi hipertensi juga meningkat sehingga didapatkan

mayoritas penderita hipertensi berasal dari kelompok usia 35-44 tahun

21,35%.

Menurut peneliti semakin bertambahnya usia maka semakin besar

pula resiko terjadinya hipertensi. Sesorang dengan hipertensi sejalan

dengan bertambahnya usia semakin kurang dalam mengontrol tekanan

darah agar selalu stabil.

Penelitian ini sejalan dengan Hakim (2019), penderita hipertensi

sebagian besar berusia >40 tahun sebanyak 37 orang (88,1%). Tekanan

darah cenderung rendah pada usia remaja dan mulai meningkat pada usia

dewasa awak. Kemudian meningkat lebih nyata selama masa

pertumbuhan dan pematangan fisik di usia dewasa akhir sampai usia tua

dikarenakan sistem sirkulasi darah akan terganggu, karena pembuluh

darah sering mengalami penyumbatan dinding pembuluh darah menjadi

keras dan tebal serta berkurangnya elastisitas pembuluh darah menjadi

tinggi (Hakim, 2019).

Penderita hipertensi berbanding lurus dengan umur yang bertambah

karaena perubahan bentuk pembuluh vaskuler besar menjadi lebih sempit

dan kaku sehingga tekanan darah sistolik meningkat (Suprayitno, 2019).


53
Bertambahnya usia akan menyebabkan perubahan kontraktilitas jantung

dan penurunan elastisitas pembuluh darah sehingga dibutuhkan tekanan

yang tinggi untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh (Pardede, 2020).

Semakin tua seseorang arteri akan kehilangan elasitisnya yang

menyebabakan kemampuan memompa darah berkurang sehingga

tekanan darah meningkat. Tekanan darah meningkat dengan

bertambhanya usia karena hal tersebur disebabkan oleh perubahan alami

pada jantung, pembuluh darah dan hormone (Akbar, 2020).

b. Jenis Kelamin

Hasil penelitan menunjukan penderita hipertensi berdasarkan jenis

kelamin sebagian besar laki-laki sebanyak 77 responden (52,7%).

Penelitian ini sejalan dengan Hakim (2019), penderita hipertensi

sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang (59,5).

Menurut peneliti kejadian hipertensi biasanya lebih banyak pada laki-laki

dari pada wanita dikarenakan laki-laki memiliki gaya hidup yang

cenderung meningkatkan tekanan darah. Laki-laki cenderung memiliki

tekanan darah lebih tinggi daripada perempuan.

Perbedaan prevalensi hipertensi berdarakan jenis kelamin

disebabkan oleh faktor hormonal disebabkan oleh kromosom sek, namun

hasil berbeda dengan hasil penelitian dari Pardede (2020), menujukan

penderita hipertensi sebagian besar pada perempuan 68%, hal ini

disebabkan karena efek defisiensi hormone pasca menopause dan

beberapa faktor risiko seperti obesitas, stress yang berpengaruh pada

perempuan daripada laki-laki. Perempuan setelah usia 45 tahun akan

mengalami peningkatan risiko hipertensi, wanita yang belum menopause

kadar hormone estrogen dapat membantu menambah kadar High Density

Lipoprotein (HDL), kadar kolesterol HDL rendah dan tingginya kolestrol


54
mempengeruhi terjadinya proses aterisklerosis (Suprayitno, 2019).

c. Pendidikan

Hasil penelitian menujukan dari 146 responden penderita hipertensi

paling banyak berpendidikan menegah (SMP/SMA) sebanyak 65

responden (44,5%). Penelitian ini sejalan dengan Pardede (2020),

penderita hipertensi mayoritas SMA sebesar 48,5%. Peneliti berpendapat

bahwa tingkat pendidikan responden secara tidak langsung

mempengaruhi tekanan darah tetapi dapat mempengaruhi pemahaman

penderita hipertensi dalam mengjaga kesahatannya.

Pendidikan adalah segala upaya yang direncankan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan. Mempengaruhi kesehatan, semakin tinggi taraf pendidikan

seseorang maka tingkat kesadaran akan kesehatan meningkat.

Berdasarkan karakterisitik responden, tingkat pendidikan kriteria SD

menurunkan risiko terkena hipertensi sebesar 66%, sedangkan yang

berpendidikan SMP berkisar 72% hal ini menyimpulkan makin tinggi

tingkat pendidikan seseorang makin kecil risiko menderita hipertensi dan

tingkat pendidikan rendah berisiko 2,9 kali lebih besar menderita

hipertensi dibandingkan dengan responden yang tingkat pendidikannya

tinggi (Musfirah & Masriadi, 2019).

Tingkat pendidikan seseorang akan mempunyai kecakapan, mental

dan emosional yang membantu seseorang untuk dapat berkembang

mencapai tingkat kedewasaan. Semakin tinggi pengetahuannya maka

akan semakin bertambah pula kecakapannya, baik secara intelektual

maupun emosional serta semakin berkembang pula pola pikir yang

dimilikinya. Informasi yang cukup dan diterima oleh seseorang dapat


55
menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan yang tinggi sehingga

dapat mengaplikasikan pengetahuannya tersebut sesuai peran sertanya di

masyarakat. Seseorang yang mempunyai pola pikir yang baik akan

mudah beradaptasi pada situasi dan kondisi yang ada di lingkungannya

untuk melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga

masyarakat akan cepat tanggap terhadap perubahan yang akan

dilakukannya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan

seseorang tentang hipertensi serta bahaya-bahaya yang timbul maka

semakin tinggi pula partisipasi seseorang terhadap pengendalian

hipertensi. Akan tetapi tingkat pendidikan saja tidak cukup untuk dapat

melakukan pengendalian hipertensi sepenuhnya, tanpa diiringi sikap

dengan kesadaran akan pentingnya pengendalian hipertensi yang akan

diiringi oleh tindakan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. karena

apabila seorang individu hanya sekedar tahu saja tetapi tidak mempunyai

keinginan untuk merubah pola kebiasaannya sehari-hari semuanya akan

sia-sia dan tidak ada gunanya (Sutrisno, 2018).

2. Gambaran intensi perilaku perawatan diri penderita hipertensi di Puskesmas

2 Sumbang Kabupaten Banyumas

Hasil penelitian menunjukan dari 146 responden penderita hipertensi

separuh lebih memiliki intensi perilaku perawatan diri tinggi sebanyak 81

responden (55,5%). Penelitian yang dilakukan Arini (2019), menunjukan

bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi dalam aktifitas

perawatan diri pada kategori cukup yaitu sebanyak 29 responden (80.5%).

Peneliti berasumsi intensi perilaku perawatan diri penderita hipertensi

dipengaruhi oleh sikap responden terhadap penyakit yang dideritanya,

norma/ pandangan orang sekitar terhadap hipertensi, dan perilaku

mengontrol hipertensi. Sikap responden berupa tindakan untuk mengontrol


56
tekanan darah berupa mengurang makanan yang mengandung lemak tinggi,

seperti gorengan dan makanan yang bersantan tinggi. Noram subjektif

penderita hipertensi berupa cara keluarga atau orang terdekat dalam

mengontrol tekanan darah misalnya dengan mengurangi makanan yang

dikonsumsi responden yang dapat mempengaruhi tekanan darah dan

memonivasi pasien agar teratur berolahraga serta istirahat yang cukup.

Aspek perilaku mengontrol tekanan darah berupa rutin mengukur tekanan

darah ke pelayanan kesehatan terdekat.

Motivasi yang baik pada penderita hipertensi digambarkan dalam

perilaku kepatuhan terhadap pengobatan hipertensi dan modifikasi gaya

hidup. Penderita hipertensi yang mempunyai mitovasi tinggi bisa dilihat dari

seberapa penting menurut penderita hipertensi modifikasi gaya hidup dan

patuh terhadap pengobatan dilakukan (Ngoh et al, 2017). tenaga kesehatan

maupun orang terdekat pasien bisa memberikan motivasi dan arahan kepada

penderita hipertensi untuk melakukan perawatan diri yang lebih baik agar

penyakit hipertensi bisa dikontrol. Strategi khusus terkait pengetahuan dan

keterampilan untuk modifikasi gaya hidup dperlukan untuk mencegah

komplikasi hipertensi (Daniali, et al, 2017).

Sikap dan perilaku individu terhadap suatu hal dipengaruhi oleh tiga

faktor latar belakang, yakni personal, sosial, dan informasi. Faktor personal

adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian

(personality traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang

dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender),

etnis pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor informasi adalah

pengalaman, pengetahuan dan paparan pada media. Perilaku dilakukan

karena individu mempunyai minat atau keinginan untuk melakukannya.

Minat dan keinginan pasien adalah hal yang penting, pasien perlu menyadari
57
bahwa merekalah yang mengontrol kehidupannya, bukan orang lain, dan

mereka yang bertanggung jawab hasil dari perbuatannya dan setiap pasien

mempunyai kemampuan untuk berubah (Datak, 2018).

3. Gambaran perilaku perawatan diri penderita hipertensi di Puskesmas 2

Sumbang Kabupaten Banyumas

Hasil penelitian menujukan bahwa perilaku perawatan diri penderita

hipertensi dari 146 responden didapatkan sebagian besar perilaku cukup

sebanyak 90 responden (61,6%). Penelitian yang dilakukan Datak (2018),

menunjukan hasil menunjukkan bahwa sebagaian besar pasien hipertensi

yang mendapatkan tindakan Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

mengalami peningkatan self care efficay dengan kategori baik, yaitu 10

orang (83,3%) dan self care behaviour 8 orang (66,7%).

Menurut peneliti perilaku perawatan diri penderita hipertensi berupa

pemantauan tekanan darah dan kepatuhan terhadap aturan dan anjuran.

Pemantauan tekanan darah responden bisa dilakukan dengan salalu

mengecek tekanan darah responden pada pelayanan kesehatan terdekat.

Kepatuhan aturan bisa berupa taat minum obat anti hipertensi, makan-

makanan yang tidak mengandung lemak tinggi dan garam serta melakukan

olahraga secara teratur.

Pasien dengan self efficacy yang baik akan mempunyai self care

behavior yang baik self efficacy secara signifikan berhubungan dengan

perilaku manajemen diri. Self efficacy mampu untuk memulai dan

mempertahankan perubahan perilaku yang sehat saat mengatasi hambatan.

Hambatan yang dirasakan oleh pasien perlu dipertimbangkan saat merancang

intervensi berdasarkan self efficacy. Self care behaiour dapat menjadi baik

apabila lansia mempunyai self efficacy atau keyakinan diri yang baik. Lansia

dengan keyakinan diri yang baik mampu menjadikan dirinya sebagai subjek
58
yang sehat dan mandiri secara holistik di masa tuanya (Romadhon, 2020).

Penatalaksanaan hipertensi adalah pencegahan pada individu yang

memiliki tekanan darah tinggi dengan mengatur pola hidup sehat untuk

mengurangi komplikasi hipertensi meliputi manajemen berat badan,

menghindari alkohol, berhenti merokok, dan modifikasi diet. Peningkatan

kemampuan perawatan diri pasien (self care behavior) pada kelompok

intervensitidak terlepas dari proses belajar pasien selama dilakukan

intervensi. Setiap perilaku manusia itu merupakan hasil dari proses belajar

(pengalaman) dalam merespons berbagai stimulus dari lingkungannya dan

dalam proses belajar untuk menghasilkan perilaku tersebut, aspek kognitif

memiliki peranan penting terutama dalam mempertimbangkan berbagai

tindakan yang hendak dilakukan, menentukan pilihan tindakan, dan

mengambil keputusan tindakan perilakunya (Datak, 2018).

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Peneliti dalam melakukan penelitian memiliki keterbatasan yaitu dimasa pandemi

Covid 19 dalam pengambilan tidak boleh berkerumun dan harus dilakukan secara

cepat, sehingga terdapat beberapa responden dalam mengisi kuesioner kurang

memperhatikan pertannyaan dan menjawab kuesioner asal mengisinya saja.

D. IMPLIKKASI HASIL PENELITIAN TERHADAP PRAKTIK/ ILMU

KEPERAWATAN

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki intensi

perilaku perawatan diri tinggi dan sebagian besar responden memiliki perilaku

perawatan diri penderita hipertensi cukup. Intensi dan perilaku perawatan diri

dapat mempengaruhi hipertensi.

Keberhasilan intensi dan perilaku perawatan diri penderita hipertensi dapat

meningkatkan kualitas kesehatan penderita hipertensi. Intensi berupa sikap


59
terhadap masalah hipertensi, pendangan orang lain atau keluarga terhadap

penderita hipertensi dan periku responden dalam mengontrol hipertensi.

Perilaku perawatan diri penderita hipertensi berupa pemantauan takanan darag

dan kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan.


60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Peneliti berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil yang telah

dilakukan, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin dan pendidikan. Usia

paling banyak pada usia dewasa akhir (36-45 tahun) sebanyak 41 responden

(28,1%). Jenis kelamin sebagian besar laki-laki sebanyak 77 responden

(52,7%). Pendidikan responden paling banyak berpendidikan menegah

(SMP/SMA) sebanyak65 responden (44,5%).

2. Intensi perawatan diri penderita hipertensi separuh lebih tinggi sebanyak 81

responden (55,5%).

3. Perilaku perawatan diri penderita hipertensi sebagian besar cukup sebanyak 90

responden (61,6%).

B. SARAN

1. Bagi Responden

Diharapkan dapat meningkatkan intensi dan perilaku perawatan diri

sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penderita hipertensi.

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai informasi bagi

instansi terkait peran serta dalam meningkatkan intensi dan perilaku

perawatan diri penderita hipertensi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian

selanjutnya dengan jumlah responden yang lebih banyak dan waktu

penelitian yang lebih lama serta lebih memperhatikan etika penelitian.


61
b. Penelitian selanjutnya dapat menghubungan intensi dan perilaku

perawatan diri pada penderita hipertensi.


62

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, F., & Nengsih, W. (2020). KARAKTERISTIK LANJUT USIA


DENGAN HIPERTENSI DI DESA BANUA BARU. Bina
Generasi: Jurnal Kesehatan, 11(2), 6-8.

Akhter, N. (2010). Self-Management Among Patient With Hypertension In


Bangladesh (Doctoral dissertation, Prince of Songkla University).

Alligood, M.R. (2014). Nursing theory: Utilization & Application. St.


Louis Missouri: Mosby Elsivier.

American Heart Association, 2017, 'The facts about high blood pressure', diakses
2December 2020, <https://www.heart.org>.

Anggoniawan, M.Sulton. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Self Care


Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di RSUD Jombang, Program Studi S1
Keperawatan STIKes ICMe Jombang.

Arini, T., & Kartika, N. (2019). AKTIFITAS PERAWATAN DIRI PADA LANSIA
PENDERITA HIPERTENSI: STUDI DESKRIPTIF. Jurnal
Keperawatan, 12(2), 6-6.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan KKRI. Hasil Utama


RISKESDAS2018. 2018.

Bujawati, Emmy. Penyakit Tidak Menular, Faktor Resiko dan Pencegahannya.


Alauddin University Press. Makassar: 2012.

Daniali, S. S., Eslami, A. A., Maracy, M. R., Shahabi, J., & Mostafavi- Darani, F.
(2017). The impact of educational intervention on self- care behaviors in
overweight hypertensive women: A randomized control trial. ARYA
atherosclerosis, 13(1), 20–28

Datak, G., Sylvia, E. I., & Manuntung, A. (2018). Pengaruh Cognitive Behavioral Therapy
Terhadap Self Efficacy dan Self Care Behavior Pasien Hipertensi di Kota
Palangka Raya. Jurnal Surya Medika, 3(2), 132-143.

Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta:


DepartemenKesehatan RI; 2016.

Divine, Jon G. (2012). Program Olah Raga Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta.
Citra AjiParama.

Gofir. (2012). Diagnosis & Terapi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.

Hakim, L., & Tazkiah, M. (2019). GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA


HIPERTENSI DI PUSKESMAS PEMURUS BARU
BANJARMASIN. Kendedes Midwifery Journal, 1(3), 34-39.

Hartono B. (2011). Hipertensi Pembunuh Diam-Diam. Harian Kompas,


diaksestanggal 16 November 2020

Hedayati, SS. (2011). Non-pharmacological aspects of blood management; what


are the data?.Kidney International: 79: 1061-1070.
63
Herbert Benson, dkk, 2012, Menurunkan Tekanan Darah, Gramedia, Jakarta.
Hidayat, A.A.. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis
data. Jakarta : Salemba Medika

Hidayat. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Irianto, Koes.2013. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular.


Bandung: Penerbit Alvabeta,cv.

JNC 8. 2014. Evidence-based Guideline Penanganan Pasien


Hipertensi Dewasa.Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 2010. Retardasi Mental dalam Sinopsis Psikiatri.
Tangerang : Binarupa Aksara

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI;
2015.

Kosasih dan Hassan, I. 2013. Patofisiologi Klinik. Binarupa Aksara: Jakarta.

Kristanti, P 2015, 'fektifitas dan efek samping penggunaan obat antihipertensi pada
pasien hipertensi di Puskesmas Kalirungkut Surabaya', Jurnal Ilmiah,
Vol.4, No.2, Hal. 1±13.

Menurut Albery & Munafo (2011), Intensi (niat) perilaku ditentukan oleh sikap,
norma subjektif dan pengendalian perilaku yang disadari.

Muhammadun, 2010, Hidup Bersama Hipertensi/Darah Tinggi Sang Pembunuh


Sejati, In-Books, Yogyakarta.

Ngoh, A., Lim, H., Koh, E., Tan, N.C. (2017). Test–Retest Reliability of the
Mandarin Versions of the Hypertension Self-Care Profile Instrument.
Medicine, 96. e8568. https://doi.org/10.1097/MD.0000000000008568.

Nuraeni, A., Mirwanti, R., & Anna, A. (2018). Upaya Pencegahan dan Perawatan
Hipertensi di Rumah Melalui Media Pembelajaran Bagi Masyarakat di
Kabupaten Pangandaran. BAGIMU NEGERI: JURNAL PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT, 2(1).

Nurman M. (2017). Efektivitas antara terapi relaksasi otot progresif dan teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi di desa pulau birandang wilayah kerja puskesmas Kampar timur
tahun 2017. Jurnal Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. Vol. 1,
No 2, Hal. 108-126.

Nursalam (2016), Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, pendekatan Praktis,


edisi empat, Salemba medika, Jakarta

Nursalam, 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2013). Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam praktik keperawatan


professional, edisi 3, Jakarta : Salemba Medika.
64
Pardede, L., Sianturi, R., & Veranita, A. (2020). Deskripsi Karakteristik Klien
Hipertensi. Jurnal Mitra Kesehatan, 2(2), 1-6.

Podungge, Y. (2020). Hubungan Umur dan Pendidikan dengan Hipertensi pada


Menopause. Gorontalo Journal of Public Health, 3(2), 154-161.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7.
Jakarta : Salemba Medika.

Prasetyaningrum, Y. I. 2014. Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta : Fmedia

Pudiastuti, R. D. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Puspita, dkk 2012. Sikap Terhadap Kepatuhan Diit Hipertensi Dengan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Doro II
Kabupaten Pekalongan.

Puspita, dkk, 2016. Kadar Na+, K+, Cl-, dan Kalsium Total Serum Darah Serta
Hubungannya Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.

Ramdhani, N. (2011). Penyusunan Alat Pengukur Berbasis Theory of Planned


Behavior. Buletin Psikologi, 19(2), 55–69.
https://doi.org/10.22146/bpsi.11557

Romadhon, W. A., Haryanto, J., Makhfudli, M., & Hadisuyatmana, S. (2020). Hubungan
antara Self Efficacy dan Self Care Behavior pada Lansia dengan
Hipertensi. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES"(Journal of Health
Research" Forikes Voice"), 11(4), 394-397.

Schulz, E, Gori, T and Münzel, T 2011,'Oxidative stress and endothelial


dysfunction in hypertension', Hypertension Research, Vol. 34, No. 6, Hal.
665–673.

Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2)


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setyawati A. (2010). Pengaruh relaksasi otogenik terhadap kadar gula darah dan
tekanan darah pada klien diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi di
instalasi rawat inap rumah sakit di D.I.Y dan Jawa Tengah. Skripsi.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Suprayitno, E., Damayanti, C. N., & Hannan, M. (2019). Gambaran Status Tekanan
Darah Penderita Hipertensi di Desa Karanganyar Kecamatan Kalianget
Kabupaten Sumenep. Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan), 4(2),
20-24.

Sutrisno, S., Widayati, C. N., & Radate, R. (2018). Hubungan Tingkat Pendidikan Dan
Sikap Terhadap Perilaku Pengendalian Hipertensi Pada Lansia Di Desa Jono
Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. The Shine Cahaya Dunia
Ners, 3(2).

Susilo dan Wulandari (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba


Medika.

Tirtasari, S., & Kodim, N. (2019). Prevalensi dan karakteristik hipertensi pada usia
dewasa muda di Indonesia. Tarumanagara Medical Journal, 1(2), 395-402.
65
Valentinus, A. & Sari, K.A.Y. 2014. Tingkat Kepatuhan Pengobatan Perubahan
Gaya Hidup Sehat, Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tegallalang I, Bali Tahun 2014. 5(1), 21-30.

World Health Organization. 2015 Clinical Guiddelines For The Management of


Hypertension, Cairo: World Health Organization.

Yogiantoro M. Pendekatan Klinis Hipertensi dalam Buku Ajar Penyakit Dalam.


2014.

Yuliarti, S., Wulandari. A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta:


Penerbit Andi.
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :

Pasien Penderita Hipertensi di Puskesmas 2 Sumbang Banyumas

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Untuk keperluan Skripsi dan sebagai salah satu syarat memperolehgelar

Sarjana Keperawatan di Universitas Harapan Bangsa, kami bermaksud

mengadakan penelitian mengenai “Intensi Dan Perilaku Perawatan Diri Penderita

Hipertensi Di Puskesmas 2 Sumbang Kabupaten Banyumas”. Maksud dan tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui intensi dan perilaku perawatan diri pasien

hipertensi di Puskesmas 2 Sumbang Banyumas. Untuk itu kami mohon kesediaan

saudara untuk menjadi responden penelitian. Besar harapan kami, para saudara

bersedia menjadi responden penelitian ini dan mengisi lembar kuesioner dengan

sejujur-jujurnya. Insya Allah identitas dan jawaban akan kami rahasiakan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Hormat kami,

Peneliti
INFORMED CONCENT

(SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya Bersedia/Tidak Bersedia*

menjadi responden penelitian ini dengan data yang sesungguhnya dalam rangka

penyusunan Skripsi dengan judul “Intensi Dan Perilaku Perawatan Diri Penderita

Hipertensi Di Puskesmas 2 Sumbang Kabupaten Banyumas” yang sedang disusun

oleh:

Nama Mahasiswa : DEA OKTRIA NUR

NIM 170103017

Asal Institusi : Universitas Harapan Bangsa

Dengan demikian surat ini kami buat, semoga dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Responden Peneliti

Ket: *) coret salah satu


KUESIONER PENELITIAN

INTENSI DAN PERILAKU PERAWATAN DIRI PENDERITA


HIPERTENSI DI PUSKESMAS 2 SUMBANG
KABUPATEN BANYUMAS

A. Karakteristik Responden

No. Responden : (diisi oleh peneliti)

1. Nama (inisial) :

2. Umur : tahun

3. Jenis Kelamin : L /P

4. Pendidikan Terakhir :

B. Kuisioner Perilaku Perawatan Diri Penderita Hipertensi.

Kuisioner ini bertujuan untuk menilai seberapa sering anda melakukan

aktivitas untuk mengontrol hipertensi dalam beberapa bulan terakhir. Tidak ada

jawaban benar atau salah. jawablah secara jujur pada masing-masing pertanyaan

untuk menggambarkan perilaku anda yang sebenarnya dengan memberikan

tanda√ pada kolom yang sesuai.

SL = Selalu J : Jarang

KD = Kadang-Kadang TP : Tidak Pernah

No Pernyataan SL KD J TP
Integrasi diri
1 Saya mempertimbangkan porsi dan pilihan
makanan ketika saya makan.
2 Saya makan buah, sayur, gandum, dan kacang-
kacangan lebih banyak dari yang saya makan saat
No Pernyataan SL KD J TP
saya tidak mengalami hipertensi.
3 Saya mengurangi makanan yang mengandung
lemak jenuh (misalnya keju, minyak kelapa, daging
kambing, dll) semenjak didiagnosa hipertensi.
4 Saya memikirkan tekanan darah saya saat memilih
makanan.
5 Saya mencoba berhenti minum minuman
beralkohol.
6 Saya mengurangi jumlah makanan setiap kali saya
makan untuk menurunkan berat badan.
7 Saya memilih makanan rendah garam.
8 Saya berolahraga untuk menurunkan berat badan
(misalnya jalan, jogging / lari, atau bersepeda)
sekitar 30-60 menit setiap hari.
9 Saya berpikir bahwa hipertensi adalah bagian dari
hidup saya.
10 Saya melakukan rutinitas saya sesuai dengan hal- hal
yang harus saya lakukan untuk mengontrol
hipertensi saya (misalnya pekerjaan dan periksa ke
dokter).
11 Saya berhenti merokok / saya mencoba berhenti
merokok.
12 Saya mencoba mengontrol emosi saya dengan
mendengarkan musik, istirahat dan berbicara
dengan keluarga atau teman saya.
13 Saya tidak pernah menggunakan garam yang
berlebih untuk membumbui makanan semenjak
saya terkena hipertensi
Regulasi diri
14 Saya mengetahui kenapa tekanan darah saya
berubah.
15 Saya mengenali tanda dan gejala tekanan darah
tinggi.
16 Saya mengontrol tanda dan gejala hipertensi dengan
tepat.
17 Saya mengenali tanda dan gejala tekanan darah
rendah.
18 Saya mengontrol tanda dan gejala hipotensi
No Pernyataan SL KD J TP
(tekanan darah rendah) dengan tepat.
19 Saya menentukan tujuan saya untuk mengontrol
tekanan darah.
20 Saya membuat rencana tindakan untuk mencapai
tujuan saya mengontrol tekanan darah.
21 Saya membandingkan tekanan darah saya saat ini
dengan tekanan darah yang saya targetkan
(inginkan).
22 Saya mengontrol keadaan yang mungkin dapat
meningkatkan tekanan darah saya.
Interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya
23 Saya mendiskusikan rencana pengobatan saya
dengan dokter atau perawat.
24 Saya memberikan masukan pada dokter untuk
mengubah rencana pengobatan jika saya tidak bisa
menyesuaikan diri dengan rencana tersebut.
25 Saya bertanya pada dokter atau perawat ketika ada
hal-hal yang tidak saya pahami.
26 Saya membantu dokter atau perawat mencari tahu
kenapa tekanan darah saya tidak terkontrol dengan
baik.
27 Saya mendiskusikan dengan dokter atau perawat
saat tekanan darah saya terlalu tinggi atau rendah.
28 Saya bertanya pada dokter atau perawat darimana
saya bisa belajar lebih jauh tentang hipertensi.
29 Saya meminta bantuan orang lain (misal teman,
tetangga atau pasien lain) terkait hipertensi yang
saya alami.
30 Saya meminta bantuan orang lain (misal teman,
tetangga atau pasien lain) untuk membantu
mengontrol tekanan darah saya.
31 Saya bertanya pada orang lain (misal teman,
tetangga atau pasien lain) apa cara yang mereka
gunakan untuk mengontrol tekanan darah tinggi.
Pemantauan tekanan darah
32 Saya pergi ke dokter untuk mengecek tekanan darah
saya saat merasakan tanda dan gejala tekanan darah
tinggi.
No Pernyataan SL KD J TP
33 Saya pergi ke dokter untuk mengetahui tekanan
darah saya saat saya merasa sakit.
34 Saya pergi ke dokter untuk mengecek tekanan darah
saya saat merasakan tanda dan gejala tekanan darah
rendah.
35 Saya mengecek tekanan darah saya secara teratur
untuk membantu saya membuat keputusan
manajemen diri.
Kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan
36 Saya sangat ketat dalam minum obat anti-
hipertensi.
37 Saya minum obat anti-hipertensi sesuai dengan
dosis yang diberikan dokter.
38 Saya minum obat anti-hipertensi dalam waktu yang
benar.
39 Saya periksa ke dokter sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan.
40 Saya mengikuti saran dokter atau perawat dalam
mengontrol tekanan darah saya.
C. Kuisioner Intensi
1. Bacalah pernyataan di bawah ini dengan teliti sebelum menjawabnya.
2. Jawablah pernyataan di bawah ini dengan sebenar-benarnya.
3. Jawaban diisi sendiri dan tidak boleh diwakilkan.
4. Mohon dikerjakan semua tanpa ada yang terlewatkan
5. Berilah tanda √ pada kolom jawaban yang anda anggap sesuai dengan
kondisi anda.
ASPEK SIKAP

SS : bila anda sangat setuju


S : bila anda setuju
TS : bila anda tidak setuju
STS : bila anda sangat tidak setuju

No Pertanyaan SS S TS STS
1 Jika merasa pusing dan tengkuk terasa berat
dalam jangka waktu yang lama sebaiknya
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
terdekat.
2 Penderita hipertensi sebaiknya memeriksakan
tekanan darah secara teratur tiap bulan dan
mengontrol pola makan
3 Kurang istirahat dan banyak beban pikian dapat
menyebabkan tekanan darah meningkat
4 Penderita tekanan darah tinggi boleh melakukan
olahraga ringan seperti jogging dan senam
5 Konsumsi garam tidak perlu dihindari bagi
penderita hipertensi
6 Mengurangi makanan yang mengandung lemak
seperti gorengan, dan makanan yang bersantan
perlu dilakukan oleh penderita hipertensi
7 Jika istirahat cukup tetapi masih pusing, teruskan
saja minum obat anti hipertensi tidak perlu ke
puskesmas
8 Menurunkan berat badan secara bertahap bisa
mengurangi risiko tekanan darah tinggi
9 Mengkonsumsi makanan seperti daging-
dagingan dapat meningkatkan tekanan darah
tinggi
10 Dukungan keluarga sangat penting peranannya
dalam keberhasilan penderita hipertensi dalam
menjalankan dietnya
ASPEK NORMA SUBJEKTIF
SS : bila anda sangat setuju

S : bila anda setuju

TS : bila anda tidak setuju

STS : bila anda sangat tidak setuju

No Pernyataan SS S TS STS
1 Keluarga saya sangat membantu saya (dalam hal
mengurangi konsumsi garam dan MSG)
2 Keluarga saya selalu menyemangati saya untuk
menghadapi masalah yang saya alami (Misalnya
ketika merasa sakit kepala sehabis memakan
daging, maka anak/suami/istri akan
menyemangati agar mengontrol konsumsi daging
3 Saya dapat membicarakan masalah saya dengan
keluarga (menceritakan kepada keluarga bahwa
sakit kepala yang dialami karena mengkonsumsi
daging atau makanan tinggi lemak dan tinggi
garam).
4 Keluarga saya bersedia membantu saya membuat
keputusan (membantu untuk memilihkan
makanan yang dapat menurunkan tekanan darah
misalnya timun suri, /menganjurkan olahraga/
melarang untuk rokok dan diganti dengan makan
buah).
5 Ada orang spesial (suami/ istri/ anak/orang tua/
saudara kandung) yang ada disekitar saya ketika
saya membutuhkannya (menemani berolahraga)
6 Ada orang yang spesial (suami/istri/anak/orang
tua/saudara kandung) yang saya dapat berbagi
kegembiraan dan kesedihan saya
7 Saya memiliki orang spesial (suami/istri/ anak/
orang tua/ saudara kandung) yang merupakan
sumber penghiburan bagi saya
8 Saya bisa mengandalkan teman-teman kalau ada
yang salah dengan kebiasaan makan saya
9 Saya memiliki teman dengan siapa saya dapat
berbagi kegembiraan dan kesedihan saya
10 Ada teman dalam hidup saya yang peduli dengan
perasaan saya
11 Teman-teman saya sangat membantu saya dalam
hal tidak mengajak merokok/ tidak memberi
makanan tinggi lemak dan tinggi garam/
mengajak berolahraga
12 Saya memiliki setidaknya satu petugas layanan
kesehatan yang peduli dengan kondisi kesehatan
saya dalam hal ini peduli agar menjaga gaya
hidup sehat
13 Saya memiliki setidaknya satu petugas layanan
kesehatan yang yang selalu memberikan
informasi mengenai kesehatan saya (informasi
mengenai pola makan yang sehat, aktifitas, dan
merokok)
14 Saya memiliki setidaknya satu petugas layanan
kesehatan yang saya butuhkan dalam membuat
keputusan dalam hal membuat untuk memilih
pola makan yang sehat, aktifitas/olahraga yang
baik, dan tidak merokok.
15 Saya bisa mengandalkan setidaknya satu petugas
kesehatan yang bisa membantu saya untuk
menjaga dalam kesehatan saya (menjaga pola
makan, aktftas rutin, dan tidak merokok)
ASPEK PERSEPSI KONTROL KEPERILAKUAN
SY : bila anda sangat yakin

CY : bila anda cukup yakin

TY : bila anda tidak yakin

STY : bila anda sangat tidak yakin

No Pertanyaan SY CY TY STY
1 Seseorang yang menderita tekanan darah tinggi
akan memiliki kegiatan yang berbeda dengan
orang lain untuk mengatasi kondisinya. Seberapa
yakin Bapak/Ibu mampu melakukan hal-hal yang
dibutuhkan untuk mengatasi tekanan darah tinggi
secara rutin?
2 Seberapa yakin Bapak/Ibu mampu menilai
perubahan yang terjadi pada tekanan darah
sehingga harus mengunjungi dokter/pelayanan
kesehatan?
3 Seberapa yakin Bapak/Ibu mampu melakukan
hal-hal yang dibutuhkan untuk mengontrol
tekanan darah tinggi sehingga kebutuhan untuk
mengunjungi dokter/pelayanan kesehatan
berkurang?
4 Seberapa yakin Bapak/Ibu mampu mengontrol
perubahan emosi yang disebabkan oleh tekanan
darah tinggi sehingga tidak mempengaruhi
kegiatan sehari-hari?
5 Seberapa yakin Bapak/Ibu mampu melakukan
usaha lain selain meminum obat untuk mengatasi
dampak sehari-hari dari tekanan darah tinggi?
ANALISIS DATA

UMUR

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Remaja Akhir 17 11,6 11,6 11,6

Dewasa Awal 24 16,4 16,4 28,1

Dewasa Akhir 41 28,1 28,1 56,2

Lansia Awal 29 19,9 19,9 76,0

Lansia Akhir 35 24,0 24,0 100,0

Total 146 100,0 100,0

JENIS KELAMIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 77 52,7 52,7 52,7

Perempuan 69 47,3 47,3 100,0

Total 146 100,0 100,0

PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Sekolah 20 13,7 13,7 13,7

Pendidikan Dasar 34 23,3 23,3 37,0

Pendidikan Menengah 65 44,5 44,5 81,5

Pendidikan Tinggi 27 18,5 18,5 100,0

Total 146 100,0 100,0


ANALISIS DATA

PERILAKU PERAWATAN DIRI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 11 7,5 7,5 7,5

Cukup 90 61,6 61,6 69,2

Baik 45 30,8 30,8 100,0

Total 146 100,0 100,0

INTENSI PERAWATAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sedang 65 44,5 44,5 44,5

Tinggi 81 55,5 55,5 100,0

Total 146 100,0 100,0

Anda mungkin juga menyukai