Anda di halaman 1dari 61

GAMBARAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS (PSYCHOLOGICAL

WELL BEING) LANSIA DENGAN HIPERTENSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMASN KEMBARAN I

PROPOSAL
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan
Sarjana Keperawatan di Universitas Harapan Bangsa

Disusun Oleh :
TRI WAHYU BOWOLAKSONO
NIM : 15142013861101

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI

GAMBARAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS (PSYCHOLOGICAL


WELL BEING) LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMASN KEMBARAN I

Proposal Skripsi
Disusun oleh :

TRI WAHYU BOWOLAKSONO


NIM : 15142013861101

Telah disetujui untuk dilakukan seminar proposal


Pada tanggal, Juli 2022

Purwokerto, Juli 2022


Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Wasis Eko Kurniawan., S.Kep., Ns., MPH., Ita Aprilliyani, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. 104602051270 NIK. 106910060482

ii
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI

GAMBARAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS (PSYCHOLOGICAL


WELL BEING) LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMASN KEMBARAN I

Disusun oleh :

TRI WAHYU BOWOLAKSONO


NIM : 15142013861101

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Proposal Skripsi pada Program


Studi Keperawatan Program Sarjana Fakultas Kesehatan Universitas Harapan
Bangsa dan Telah dinyatakan layak untuk dilakukan penelitian
Pada Hari :
Tanggal :

Dewan Penguji:

1. Penguji I :Adiratna Sekar Siwi, S.Kep., Ns., M.Kep ..........................

2. Penguji II : Wasis Eko Kurniawan., S.Kep., Ns., MPH., ..........................

3. Penguji III : Ita Aprilliyani, S.Kep., Ns., M.Kep., ..........................

Mengesahkan
Ketua Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa

Tri Sumarni, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK. 106711090683

iii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah selalu tercurah hanya kepada Allah SWT, karena

dengan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

skripsi yang merupakan salah satu syarat kelulusan dari Program Studi

Keperawatan Program Sarjana Fakultas Kesehatan yang diselenggarakan oleh

Universitas Harapan Bangsa dengan judul “Gambaran Kesejahteraan Psikologis

Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kembaran I Kabupaten

Banyumas”

Selama proses pelaksanaan penyusunan proposal skripsi ini penulis

mengalami banyak kendala dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman penulis, namun berkat usaha dan bimbingan dari berbagai pihak,

proposal skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Iis Setiawan M.N., S.Kom., MTI., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Dwi

Puspita.

2. dr. Pramesti Dewi., M.Kes., selaku Rektor Universitas Harapan Bangsa.

3. Aris Dwi Susilarto, SKM,, MPS., M.Eng., selaku Kepala Puskesmas

Kembaran I Kabupaten Banyumas yang telah memberikan izin dilakukannya

penelitian.

4. Ns. Murniati., S.Kep., M.Kep., selaku Wakil Rektor I Universitas Harapan

Bangsa.

iv
5. Dr. Yuris Tri Naili, SH., KN., MH., selaku Wakil Rektor II Universitas

Harapan Bangsa.

6. Dwi Novitasari., S.Kep., Ns., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Harapan Bangsa.

7. Tri Sumarni, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Program Sarjana Fakultas Kesehatan Universitas Harapan

Bangsa.

8. Wasis Eko Kurniawan., S.Kep., Ns., MPH., selaku pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan sehingga proposal skripsi

ini dapat terselesaikan.

9. Ita Aprilliyani, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing II yang telah

memberikan masukan dalam penulisan proposal skripsi ini.

10. Serta semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik

fisik maupun moril, sehingga terselesaikan proposal skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna dan

banyak sekali kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun demi kearah yang lebih baik.

Purwokerto, Juli 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii

KATA PENGANTAR.................................................................................. iv

DAFTAR ISI................................................................................................. v

DAFTAR TABEL........................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………….……………………. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………….... 5

C. Tujuan Penelitian ……………………………………..... 5

D. Manfaat Penelitian ……………………………………... 6

E. Keaslian Penelitian………………………….................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori.……....…………………………………… 9

B. Kerangka Teori…………………………………............... 33

C. Kerangka Konsep………………………………………… 34

BAB III METODE PENELITIAN

vi
A. Jenis Dan Rancangan Penelitian ………………………… 36

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian………………..................... 36

C. Populasi Dan Sampel Penelitian……..…………………… 37

D. Variabel Penelitian…………………………….................. 39

E. Definisi Operasional ……….............................................. 40

F. Instrumen Penelitian……………………………………… 41

G. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data……………………. 43

H. Pengolahan Dan Analisis Data…..….................................. 46

I. Etika Penelitian ………………………………….............. 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian................................................................. 7

Tabel 2.1 : Klasifikasi Hipertensi JNC VIII............................................. 11

Tabel 2.2 : Klasifikasi Hipertensi............................................................. 11

Tabel 3.1 : Definisi Operasional.............................................................. 40

Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Kuesioner PSWB.................................................... 43

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Teori……………………….......….....……….. 33

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep……………………….......…. ……….. 34

ix
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Informed Consent

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Surat Izin Pra Survei dari Universitas Harapan Bangsa

Lampiran 5 : Surat Balasan Izin Pra Survei dari Puskesmas Kembaran 1

Lampiran 6 : Lembar Konsultasi Pembimbing 1

Lampiran 7 : Lembar Konsultasi Pembimbing 2

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya angka harapan hidup (AHH) dan menurunnya angka

kematian seiring dengan kemajuan di bidang kesehatan mengakibatkan

terjadinya peningkatan jumlah lansia (Badan Pusat Statistika, 2020). World

Health Organization (WHO) (2019) menyebutkan usia seseorang yang

memasuki masa lanjut usia (lansia) adalah lebih dari 65 tahun. Berdasarkan

data Badan Pusat Statistik (2020) persentase jumlah lansia di Indonesia

mengalami peningkatan dua kali lipat menjadi 9,6% (25 juta-an) pada tahun

2019. Seiring dengan bertambahnya usia semakin bertambahnya masalah yang

dialami lansia karena adanya penurunan fungsi fisiologis pada beberapa sistem

dalam tubuh seperti sistem persarafan, penglihatan, kardiovaskuler, respirasi,

gastrointestinal, genitourinaria, endokrin, integument dan musculoskeletal

(Sya’diyah, 2018).

Hipertensi menjadi masalah yang sering ditemukan pada lansia karena

adanya penurunan elastisitas dinding aorta, kemampuan memompa jantung

yang menurun, elastisitas pembuluh darah perifer yang mulai menghilang dan

adanya resistensi pembuluh darah perifer mengalami peningkatan (Nurarif &

Kusuma, 2015). Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi meningkat pada orang yang berusia

60 tahun keatas mencapai 63,1% (CDC, 2020). Berdasarkan Data Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2019 prevalensi hipertensi


2

pada semua usia di Indonesia tahun 2018 adalah 34,11% dengan kejadian

hipertensi pada lansia sebesar 63,2% pada usia 65-74 tahun dan sebesar 69,5%

pada usia > 75 tahun. Provinsi Jawa Tengah merupakan peringkat ke empat

dengan persentase sebesar 37,57%. Kabupaten Banyumas menempati urutan

kedua kejadian hipertensi di wilayah eks Karesidenan Banyumas.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas angka kejadian

hipertensi pada tahun 2020 sebanyak 209.729 kasus dengan persentase yang

mendapat pelayanan kesehatan sebesar 80.5%, penderita hipertensi yang

mendapat pelayanan kesehatan terendah di Wilayah Kerja Puskesmas

Kembaran I yaitu sebesar 60.5% (Dinkes Banyumas, 2021). Kejadian

hipertensi pada lansia dapat mengakibatkan permasalahan fisik seperti mudah

lelah, selain permasalahan fisik adanya penurunan pada dimensi mental seperti

gelisah akibat susah tidur juga dapat terjadi akibat hipertensi (Anggraieni &

Subandi, 2014). Hipertensi juga dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh

darah serta kerusakan organ tubuh yang dapat menyebabkan terjadinya

komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal dan

kebutaan (Kementrian Kesehatan RI, 2020).

Lansia yang mengalami hipertensi akan mengalami perasaan bahwa

penyakitnya sulit disembuhkan sehingga mengalami stres dan memiliki emosi

negatif yang berdampak pada penurunan kesejahteraan psikologis (Wells,

2010). Berdasarkan hasil penelitian Manju dan Singh (2014) menunjukkan

bahwa kesejahteraan psikologis menjadi salah satu permasalahan pada pasien

hipertensi. Penelitian Zulfitri et al., (2019) menunjukkan hasil bahwa lansia


3

dengan penyakit kronis memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah sebesar

43,5%. Lansia dapat mengalami kesejahteraan psikologis yang rendah sehingga

berdampak timbulnya masalah depresi, stres dan kesepian (Pesik, 2015).

Kesejahteraan psikologis pada lansia dapat menurun karena disebabkan

sulitnya menerima diri sendiri, sulit berkomunikasi dengan orang lain atau

perasaan bahwa adanya penurunan fungsi fisik sehingga mengakibatkan

adanya penurunan pada dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan personal

(Santrock, 2013). Penelitian Dyah dan Fourianalistyawati (2018) menunjukkan

bahwa dimensi acting with awareness, describing, non-reactivity, dan non-

judging dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis pada lansia. Hasil

penelitian Ramadi et al., (2017) menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis

dapat meningkatkan derajat kesehatan dimana responden dengan kesejahteraan

psikologis baik memiliki peluang 10,125 kali lebih tinggi untuk mengontrol

tekanan darahnya.

Berkaitan dengan kesejahteraan psikologis, salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kesejahteraan psikologis lansia adalah persepsi lansia terhadap

dukungan sosial yang diterima dari lingkungan. Dukungan sosial merupakan

salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat psychological well

being seseorang. Bagi lansia yang tinggal bersama anak dukungan sosial dari

anak merupakan hal yang diharapkan didapatkan oleh lansia tersebut

(Desiningrum, 2015).

Dukungan sosial yang berasal dari relasi terdekat seperti keluarga

merupakan salah satu proses psikologis yang dapat menjaga perilaku sehat
4

seseorang (Desiningrum, 2015). Menurut Hafiz & Meinarno (2019) lansia yang

dirawat di rumah sendiri dan dikelilingi oleh orang-orang yang dicintai

membuat lansia merasa berdaya, mandiri, dan sejahtera secara psikologis.

Penelitian yang dilakukan oleh Desiningrum (2015) yang menyatakan bahwa

Untuk mencapai kesejahteraan psikologis yang tinggi, lansia membutuhkan

dukungan sosial, baik dari anak/cucu atau teman-teman sekitarnya. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Saputri & Indrawati (2012) ditemukan hasil

bahwa dukungan sosial yang tinggi dapat mengurangi tingkat depresi

seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Millatina & Yanuvianti (2015)

menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial

dengan kesejahteraan psikologis.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember 2021

dengan melakukan wawancara terhadap salah satu petugas kesehatan di

Puskesmas I Kembaran diketahui bahwa jumlah lansia penderita hipertensi

pada bulan Mei 2022 sebanyak 93 pasien. Puskesmas I Kembaran sudah

memiliki beberapa program yang telah dilaksanakan terkait penanganan

hipertensi, seperti kegiatan prolanis akan tetapi kegiatan prolanis yang telah

berjalan selama ini hanya memprioritaskan tentang penanganan secara

farmakologi. Hasil wawancara dengan petugas kesehatan di Puskesmas

diketahui bahwa selama kegiatan prolanis belum pernah dilakukan kegiatan

pendataan tentang tingkat kesejahteraan psikologis lansia karena sebagian

besar kegiatan prolanis dioptimalkan pada penanganan penyakit.


5

Berdasarkan uraian latar belakang peneliti tertarik mengangkat masalah

dengan judul “Gambaran Kesejahteraan Psikologis Lansia dengan Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Kembaran I Kabupaten Banyumas”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka penulis merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut “Bagaimana gambaran kesejahteraan

psikologis lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kembaran I

Kabupaten Banyumas?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kesejahteraan psikologis lansia dengan hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Kembaran I Kabupaten Banyumas.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik lansia berdasarkan umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kembaran I

Kabupaten Banyumas.

b. Mengidentifikasi kesejahteraan psikologis lansia dengan hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Kembaran I Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan digunakan diharapkan dapat memberikan manfaat


6

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pengetahuan pada dunia kesehatan untuk lebih mengetahui masalah yang

terjadi pada lansia tidak hanya pada aspek masalah kesehatan secara fisik

akan tetapi juga secara psikologis sehingga pada proses pelayanan kesehatan

pada lansia diterapkan penanganan masalah psikologis yang juga akan

berdampak pada peningkatan kesehatan lansia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas Kembaran I

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan secara obyektif mengenai pentingnya kesejahteraan psikologis

pada lansia dan tingkat kesejahteraan psikologis pada lansia dengan

hipertensi.

b. Bagi Lansia

Penelitian ini diharapkan dapat membantu lanjut usia dalam

meningkatkan kesejahteraan psikologis karena dalam masa usia lanjut

banyak perubahan-perubahan yang di alami lanjut usia seperti perubahan

fisik maupun psikologis.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang hendak

meneliti lebih lanjut mengenai kesejahteraan psikologis lansia dengan

hipertensi.
7

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan


(Tahun) Perbedaan
Nalle Gambaran Desain penelitian Hasil penelitian Persamaan dengan
(2020) Psycological kualitatif. Sampel menunjukkan bahwa penelitian ini sama-
Well Being pada sebanyak 2 lansia. pada lansia dengan sama meneliti tentang
Lansia yang Instrumen penelitian status janda kesejahteraan
Berstatus Janda menggunakan mengalami psikologis.
wawancara. Teknik penurunan
analisis menggunakan kesejahteraan Perbedaan terletak
interpretative psikologis. pada desain,
phenomenological intrumen dan
analysis (IPA) analisis data
Ahmad et Perbedaan Desain penelitian Hasil penelitian Persamaan dengan
al., (2017) Psycological deskriptif komparatif. menunjukkan ada penelitian ini sama-
Well Being pada Sampel sebanyak 40 perbedaan sama meneliti tentang
Lansia lansia dengan teknik psycological well kesejahteraan
Berdasarkan purposive sampling. being pada lansia psikologis.
Lokasi Tempat Instrumen penelitian yang tinggal di kota
Tinggal menggunakan dan di desa Perbedaan terletak
kuesioner. Analisis pada desain, intrumen
data menggunakan uji dan analisis data
T

Bouabdella Psycological Desain penelitian Hasil penelitian Persamaan dengan


h et al., Well Being and deskriptif komparatif, menunjukkan ada penelitian ini sama-
(2019) Psycological sampel sebanyak 112 hubungan kesepian sama meneliti tentang
Loneliness pensiunan dengan dengan psycological kesejahteraan
among Retiress hipertensi. Instrumen well being pada psikologis.
with High Blood penelitian pensiunan dengan
Pressure menggunakan hipertensi Perbedaan terletak
kuesioner. Analisis pada desain, intrumen
data menggunakan uji dan analisis data
T
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi diartikan sebagai suatu keadaan meningkatknya tekanan

darah yang ditunjukan dengan tekanan darah sistolik lebih dari 120

mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Ardiansyah, 2013).

Hipertensi adalah kondisi meningkatnya tekanan darah secara abnormal

yang terjadi pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah (Wijaya &

Putri, 2013).

b. Etiologi

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah

terjadinya perubahan-perubahan pada (Nurarif & Kusuma, 2015):

1) Elastisitas dinding aorta menurun

2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer


9

c. Jenis Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi 2 jenis

klasifikasi, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Menurut

Nurarif & Kusuma (2015) jenis hipertensi tersebut antara lain:

1) Hipertensi Primer (Esensial)

Hipertensi primer juga disebut juga sebagai hipertensi idiopatik

karena hipertensi ini memilki penyebab yang belum jelas atau belum

diketahui tersebut sering dihubungkan dengan faktor gaya hidup yang

kurang sehat. Hipertensi primer merupakan paling banyak terjadi yaitu

sekitar 90% dari kejadian hipertensi (Indah, 2017).

2) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder disebabkan oleh penggunaan estrogen,

penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan (Nurarif & Kusuma, 2015).

d. Gambaran Klinis Hipertensi

Sebagian maifestasi klinis timbul setelah penderita mengalami

hipertensi selama bertahun-tahun. Gejala hipertensi menurut Ardiansyah

(2013) berupa :

1) Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat

peningkatan tekanan darah intrakranium.

2) Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai

dampak pada hipertensi.


10

3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan

saraf pusat.

4) Nokturia

5) Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

e. Klasifikasi Hipertensi

World Health Organization (WHO) (2013), batas normal tekanan

darah adalah tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan

darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan

hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan

diastolik lebih dari 90 mmHg. Berdasarkan The Joint National Commite

VIII (2014) tekanan darah dapat diklasifikasikan berdasarkan usia dan

penyakit tertentu, diantaranya adalah

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan JNC VIII


Batasan Tekanan
Kategori
Darah (mmHg)
Usia ≥ 60 tahun tanpa penyakit diabetes dan CKD ≥ 150/90
Usia 19-59 tahun tanpa penyakit penyerta ≥ 140/90
Usia ≥ 18 tahun dengan penyakit ginjal ≥ 140/90
Usia ≥ 18 tahun dengan penyakit diabetes ≥ 140/90
Sumber : The Joint National Commite VIII (2014)

World Health Organization (WHO) dan International Society of

Hypertension (ISH) mengklasifikasikan hipertensi sebagai berikut :

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi


ACC/AHA Sistole Diastole
Normal <120 <80
Peningkatan tekanan darah 120-129 <80
Stadium 1 Hipertensi 130-139 80-89
Stadium 2 Hipertensi 140-159 90-99
Stadium 3 Hipertensi ≥160 ≥100
Sumber : (Whelton et al., 2017)
11

2. Lansia

a. Pengertian lansia

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang dari bayi,

anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua dengan perubahan fisik dan

tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada

saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.

Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir dan mengalami

kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011).

b. Batasan-batasan lansia

World Health Organization (WHO) dalam Sya’diyah (2018)

mengelompokan lanjut usia menjadi:

1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59

tahun.

2) Lanjut usia (elderly) yaitu kelompok usia antara 60 sampai 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old) yaitu kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) yaitu kelompok diatas usia 90 tahun.

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut usia

dikelompokan menjadi usia lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan

risiko tinggi (lebih dari 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan).

Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :

1) Young old (usia 60-69 tahun)

2) Middle age old (usia 70-79 tahun)

3) Old-old (usia 80-89 tahun)


12

4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

c. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan

struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

jejas dan kerusakan yang diderita (Darmojo, 2014). Maryam et al., (2011)

menyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lanjut

usia yaitu:

1) Penurunan kondisi fisik

a) Sel

b) Kardiovaskuler

c) Respirasi

d) Persarafan

e) Muskuloskeletal

f) Penglihatan

2) Perubahan mental/kognitif

Perubahan ini disebabkan karena fungsi neuron diotak secara

progresif mengalami penurunan. Kehilangan fungsi ini akibat

menurunnya aliran darah ke otak, lapisan otak terlihat berkabut dan

metabolisme di otak lambat (Nugroho, 2012). Perubahan fungsi

kognitif pada lansia, antara lain:

a) Memori (daya ingat atau ingatan)

b) Intellegent Quocient (IQ)


13

c) Kemampuan belajar (learning)

d) Kemampuan pemahaman

e) Pemecahan masalah

f) Pengambilan keputusan

g) Motivasi

3) Perubahan psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi frustasi, takut

kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan

keinginan, depresi dan kecemasan (Nugroho, 2012). Masalah

psikologis pertama yang dialami oleh lansia adalah mengenai sikap

mereka sendiri terhadap proses menua yang hadapi, antara lain

kemunduran badaniah (Priyoto, 2014). Beberapa stereotipe psikologi

lansia yang dikenal menurut Priyoto (2014) adalah:

a) Tipe Konstruktif

b) Tipe Ketergantungan

c) Tipe Defensif

d) Tipe Bermusuhan

e) Tipe Membenci atau Menyalahkan Diri Sendiri

3. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well Being)

a. Pengertian

Ryff (1995) dalam Misero & Hawadi (2012) menyatakan bahwa

kesejahteraan psikologis adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan kesehatan psikologis individu berdasarkan pemenuhan


14

fungsi psikologi positif (positive psychological functioning), yaitu

berkaitan dengan bagaimana kondisi mental yang dianggap sehat dan

berfungsi secara maksimal. Kesejahteraan psikologis (psychological well

being) adalah salah satu konsep yang berkembang dalam ranah psikologi

positif. Konsep kesejahteraan psikologis ini merupakan gambaran dari

kesehatan psikologis seseorang. Tingkat kesehatan psikologis ini

didasarkan pada pemenuhan kriteria fungsi kesehatan mental positif

(Wulandari, 2016).

Well being merupakan keadaan bahagia, puas hidup, dalam

tampilan sehat fisik maupun mental, tingkat distresnya rendah, dan

kualitas hidupnya bagus (Damásio et al., 2013). Dezutter et al., (2013)

mengatakan bahwa kesejahteraan psikologis adalah pemahaman dan

evaluasi pada diri sendiri mengenai emosi yang ada pada dirinya.

Idealnya, kesejahteraan psikologis seseorang berada pada kategori yang

tinggi atau baik. Kesejahteraan psikologis yang baik dapat dimiliki

apabila seseorang tersebut mampu mengatur dan menjalani masalah

maupun kondisi yang sedang dihadapi dalam kehidupannya.

Konsep kesejahteraan psikologis yang digagas oleh Ryff (1995)

sebagai pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu

keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri

apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi positif

dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan

lingkungan dan terus bertumbuh secara personal (Dezutter et al., 2013).


15

b. Dimensi Kesejahteraan Psikologis

Ryff dan Singer (1989) mengembangkan kesejahteraan psikologis

menjadi 6 (enam) dimensi dan akan dijabarkan sebagai berikut: (Fitri et

al., 2017).

1) Penerimaan Diri (Self Acceptance).

Penerimaaan diri adalah bagaimana individu tersebut menerima

diri sendiri secara apa adanya dan pengalamanya. Dengan adanya

penerimaan diri secara apa adanya, baik dari segi positif maupun dari

segi negatif, individu dimungkinkan memiliki sikap positif pada diri

sendiri (Fitri et al., 2017). Individu yang memiliki tingkat penerimaan

diri yang baik ditandai dengan sikap positif terhadap diri sendiri,

mengakui dan menerima berbagai aspek yang ada dalam dirinya, baik

yang positif maupun negatif, dan memiliki pandangan positif terhadap

masa lalu. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang memiliki tingkat

penerimaan diri yang kurang baik dan memunculkan perasaan tidak

puas terhadap diri sendiri, merasa kecewa dengan pengalaman masa

lalu, dan memiliki pengharapan untuk menjadi pribadi yang bukan

dirinya, dengan kata lain tidak menjadi dirinya saat ini (Eva et al.,

2020).

2) Hubungan Positif dengan Orang Lain

Hubungan positif dengan orang lain merupakan tingkat

kemampuan dalam berhubungan hangat dengan orang lain, hubungan

interpersonal yang didasari oleh kepercayaan, serta perasaan empati,


16

mencintai dan kasih sayang yang kuat (Fitri et al., 2017). Dimensi ini

juga menekankan adanya kemampuan yang merupakan salah satu

komponen kesehatan mental yaitu kemampuan untuk mencintai orang

lain. Individu dalam dimensi ini dikatakan tinggi atau baik ditandai

dengan adanya hubungan yang hangat, memuaskan dan saling percaya

dengan orang lain, dan juga memiliki rasa afeksi dan empati yang kuat

terhadap orang lain. Sementara itu, individu yang dikatakan rendah

atau kurang bak dalam dimensi ini ditandai dengan memiliki sedikit

hubungan dengan orang lain, sulit bersikap hangat dan enggan

memiliki ikatan dengan orang lain (Eva et al, 2020).

3) Otonomi (Autonomy)

Otonomi adalah tingkat kemampuan individu dalam

menentukan nasib sendiri, kebebasan, pengendalian internal,

individual, dan pengaturan perilaku internal. Atribut ini merupakan

dasar kepercayaan bahwa pikiran dan tindakan individu berasal dari

dirinya sendiri, tanpa adanya kendali dari orang lain (Fitri et al.,

2017). Individu yang kurang baik dalam dimensi ini akan

memperhatikan harapan dan evaluasi dari orang lain, mereka akan

membuat keputusan berdasarkan penilaian orang lain dan cenderung

bersikap konformis. Dengan kata lain individu yang tidak terpengaruh

dengan persepsi orang lain dan tidak bergantung dengan orang lain

adalah individu yang memiliki otonomi yang baik, sedangkan individu


17

yang mudah terpengaruh serta bergantung pada orang lain adalah

individu yang memiliki otonomi yang rendah (Eva et al, 2020).

4) Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery).

Kemampuan penguasaan terhadap lingkungan membutuhkan

keterampilan menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang

bermanfaat bagi seseorang. Kemampuan seorang individu untuk

memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai untuk kondisi

mentalnya didefinisikan sebagai karakteristik kesehatan mental.

Menurut teori perkembangan rentang hidup, bagi seseorang untuk

menguasai lingkungannya secara memadai, seseorang membutuhkan

kemampuan untuk mengelola dan mengendalikan lingkungan yang

kompleks, menekankan dari perspektif ini kebutuhan untuk bergerak

maju di dunia dan mengubahnya secara kreatif dengan fisik dan

mental (Wells, 2010).

5) Tujuan Hidup (Purpose in Life).

Individu yang memiliki makna dan keterarahan dalam hidup,

maka akan memiliki perasaan bahwa kehidupan baik saat ini maupun

masa lalu mempunyai makna, memiliki kepercayaan untuk mencapai

tujuan hidup, dan memiliki target terhadap apa yang ingin dicapai

dalam hidup, maka dapat dikatakan bahwa ia memiliki tujuan hidup

yang baik. Sementara, seseorang yang kurang baik dalam dimensi ini,

ditandai dengan memiliki perasaan tidak ada tujuan yang ingin dicapai

dalam hidup tidak melihat adanya manfaat terhadap kehidupan masa


18

lalunya, dan tidak mempunyai kepercayaan untuk membuat hidup

berarti (Eva et al., 2020).

6) Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth).

Pertumbuhan pribadi merupakan tingkat kemampuan individu

dalam mengembangkan potensinya secara terus-menerus,

menumbuhkan dan memperluas diri sebagai orang (person).

Kemampuan ini merupakan gagasan dari individu untuk terus

memperkuat kondisi internal alamiahnya. Dalam diri individu terdapat

suatu kekuatan yang terus berjuang dan melawan rintangan eksternal,

sehingga pada akhirnya individu berjuang untuk meningkatkan

kesejahteraan dari pada sekedar memenuhi aturan moral (Fitri et al.,

2017).

Kesejahteraan psikologis pada penelitian ini akan diukur

berdasarkan dimensi-dimensi yang telah dikemukakan oleh Fitri et al.,

(2017) yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain,

otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan

pribadi.

c. Faktor-Faktor Kesejahteraan Psikologis

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis

pada diri individu menurut Huppert (2018) antara lain:

1) Usia

Usia dapat mempengaruhi dimensi-dimensi kesejahteraan

psikologis, antara lain adalah otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan


19

hidup, dan perkembangan individu yang akan meningkat seiring

dengan bertambahnya usia. Selain itu, dimensi penerimaan diri dan

perkembangan individu tidak ditunjukkan karena adanya perbedaan

usia (Keyes & Waterman, 2013).

2) Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin merupakan salah satu yang

mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Wanita cenderung

memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih baik daripada laki-laki.

Hal ini berhubungan dengan pola pikir yang mempengaruhi strategi

koping dan aktivitas sosial seseorang, wanita cenderung memiliki

kemampuan interpersonal yang lebih baik daripada laki-laki (Snyder

et al., 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Martire et al., (2011)

yang mempelajari pengaruh gender pada kesejahteraan di hampir 300

wanita menemukan bahwa kesejahteraan dipengaruhi oleh usia, dan

efek itu meningkat dengan peran sosial perempuan.

3) Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi mempengaruhi kesejahteraan psikologis

seseorang. Seperti besarnya pemasukan keluarga, tingkat pendidikan,

keberhasilan pekerjaan, kepemilikan materi dan status sosial di

masyarakat. Kegagalan dalam pekerjaan dan terhambatnya income

dapat mengakibatkan stres kerja yang berdampak pada menurunnya

kesejahteraan psikologis karyawan yang berakhir dengan performa


20

kerja buruk dan produktivitas rendah akan merugikan organisasi

ataupun perusahaan (Skakon et al., 2010).

4) Pendidikan

Pendidikan dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis.

Semakin tinggi pendidikan maka individu tersebut akan lebih mudah

mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya dibanding

individu berpendidikan rendah. Faktor pendidikan ini berkaitan

dengan dimensi tujuan hidup individu (Skakon et al., 2010).

5) Budaya

Budaya mempengaruhi bagaimana individu menerima,

memberi, dan mempersepsi jenis dan sumber dukungan (Eva et al.,

2020). Budaya barat memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi

penerimaan diri dan otonomi, sedangkan budaya timur yang

menjunjung tinggi nilai kolektifisme memiliki nilai yang tinggi pada

dimensi hubungan positif dengan orang lain (Hofstede, 2011).

6) Religiusitas

Religiusitas mempunyai hubungan positif dengan kesejahteraan

dan kesehatan mental. Ellison menyatakan bahwa agama mampu

meningkatkan kesejahteraan psikologis dalam diri seseorang. Ellison

juga menjelaskan bahwa adanya korelasi antara religiusitas dengan

kesejahteraan psikologis, dimana individu dengan religiusitas yang

kuat, tingkat kesejahteraan psikologis juga akan lebih tinggi, sehingga


21

akan semakin sedikit dampak negatif yang dirasakan dari peristiwa

traumatik dalam hidup (Bastaman, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Levin et al., (2016) yang

berjudul A Multidimensional Measure Religious Involvement among

Older African Americans, terdapat beberapa hal yang menunjukkan

adanya fungsi psikososial dari agama, yaitu bahwa doa memiliki peran

penting sebagai koping dalam menghadapi persoalan hidup. Selain itu,

aktif dalam kegiatan keagamaan, turut berdampak peningkatan harga

diri dan penguasaan lingkungan.

7) Dukungan Keluarga

Dukungan secara informatif disertai dengan dukungan

emosional yang baik akan meningkatkan kesejahteraan psikologis

pada individu. Dukungan sosial erat kaitannya dengan hubungan yang

harmonis dengan orang lain sehingga individu tersebut mengetahui

bahwa orang lain peduli, menghargai dan mencintai dirinya. Penelitian

yang dilakukan Bodla et al., (2012) tentang Social Support and

Psychological Well-Being among Parents of Intellectually Challenged

Children, menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial

dengan kesejahteraan psikologis. Biasanya pada orang tua yang

memiliki anak yang retardasi mental yang membutuhkan dukungan

sosial dari anggota keluarga mereka.

Hidup menjanda atau menduda berbeda bagi lansia pria dan

wanita, kematian pasangan merupakan suatu hal yang tidak mudah,


22

terkhususnya dalam melakukan penyesuaian. Pria dan wanita sama-

sama mengalami penurunan kesehatan mental setelah kematian

pasangan, tetapi wanita memiliki tingkat kesedihan, depresi, dan

kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan pria (Ghali, 2015).

8) Kepribadian

Individu yang memiliki banyak kompetensi pribadi dan sosial,

seperti penerimaan diri, mampu menjalin hubungan yang harmonis

dengan lingkungan, coping skill yang efektif akan cenderung terhindar

dari konflik dan stres. Seseorang yang tidak dapat menentukan pilihan

secara bijak, tidak berani mengambil risiko, kurangnya dalam hal

kemampuan mengontrol diri dan tidak memiliki penerimaan diri yang

baik merupakan indikasi keberadaan konflik dalam dirinya yang akan

mengurangi tingkat kesejahteraan secara psikologis di kehidupannya

(Warr, 2011).

9) Stres

Stres merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi

tinggi rendahnya kesejahteraan psikologis. Pengelolaan stres yang

tepat dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan individu.

Clemente & Hezomi (2016) menemukan bahwa stres secara signifikan

berhubungan dengan kesejahteraan psikologis. Penelitian yang

dilakukan Malek et al., (2010) diketahui bahwa terdapat hubungan

yang negatif yang signifikan antara sumber stres dengan kesejahteraan

psikologis. Hubungan tersebut dipengaruhi oleh coping behaviour


23

sebagai variabel moderator. Semakin rendah stres yang dialami oleh

maka akan mampu meningkatkan kesejahteraan psikologis.

d. Kesejahteraan Psikologis pada Penderita Hipertensi

Kesejahteraan psikologis yang baik pada penderita hipertensi dapat

dilihat dari kemampuan penderita menjalani kehidupan sehari-harinya

dengan segala aturan terkait penyakit yang dideritanya. Selain itu,

penderita hipertensi dengan kesejahteraan psikologis yang baik juga

mampu mengatasi dan menangani penyakitnya jika sewaktu-waktu

kambuh karena si penderita sudah dapat menerima dan membiasakan diri

dengan penyakit hipertensi tersebut (Wardhani, 2011).

Pasien hipertensi yang mempunyai masalah tentang kesejahteraan

psikologis seperti stres, tidak mampu mengendalikan lingkungan dan

dirinya, cemas, emosi marah yang berlebihan akan memengaruhi tekanan

darahnya. Tetapi jika pasien hipertensi memiliki kemampuan

kesejahteraan psikologis yang tinggi akan mampu mengembangkan

potensi dalam diri serta mampu untuk memiliki dan menciptakan

lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiknya (Wells, 2010).

Al-firdaus (2012) dalam Furqon (2016) mengemukakan bahwa

kondisi emosional individu yang berlebihan dapat memberi pengaruh

pada penyakit hipertensi yang diderita. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Manju & Singh (2014) tentang Psychological Well Being Of

Hipertensive People di India, didapatkan hasil bahwa pada kelompok


24

hipertensi memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih rendah

dibandingkan kelompok yang memiliki tekanan darah normal/terkontrol.

B. Kerangka Teori

Hipertensi Kesejahteraan Psikologis

Faktor yang Memengaruhi: Faktor yang memengaruhi:


a. Obesitas (kegemukan) a. Usia
b. Kurang olahraga b. Jenis Kelamin
c. Konsumsi garam berlebihan c. Status Sosial Ekonomi
d. Merokok d. Pendidikan
e. Konsumsi alkohol e. Budaya
f. Stres
g. Usia f. Religiusitas
h. Jenis kelamin g. Dukungan Keluarga/Sosial
i. Keturunan h. Kepribadian
i. Stres

Lansia

Dimensi Perubahan pada lansia: Komponen Dukungan Sosial:


Kesejahteraan a. Perubahan Fisik a. Emostional Attachment
Psikologis: b. Perubahan Kognitif b. Social Integration
a. Penerimaan Diri c. Reassurance Of Worth
c. Perubahan Psikologis
b. Hubungan Positif d. Reliable Aliance
dengan Orang Lain e. Guidance
c. Otonomi f. Opportunity For
d. Penguasaan Naturance
Lingkungan
e. Tujuan Hidup
f. Pertumbuhan
Pribadi

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Wijaya & Putri (2013), Nurarif & Kusuma (2015), Yanita (2017),
Maryam et al (2011), Susi et al., (2017)
25

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep atau kerangka berpikir merupakan dasar pemikiran

pada penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan

pustaka. Kerangka konsep menurut teori, dalil atau konsep-konsep yang akan

dijadikan dasar untuk melakukan penelitian (Saryono & Anggraeni, 2013).

Adapun kerangka konsep yang peneliti buat adalah sebagai berikut:

Lansia dengan hipertensi Kesejahteraan Psikologis


Lansia

Faktor yang memengaruhi:


a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Status Sosial Ekonomi
(Pekerjaan)
d. Pendidikan

e. Budaya
f. Religiusitas
g. Dukungan
Sosial/Keluarga
h. Kepribadian
i. Stres

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel yang Diteliti

: Variabel yang Tidak Diteliti

: Arah Penelitian
26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Suatu strategi untuk dapat mencapai tujuan dalam sebuah penelitian

diperlukan adanya desain penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian

kuantitatif dengan metode deskriptif yaitu penelitian ini bertujuan untuk

membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan yang kemudian hasil

penelitian ditampilkan dalam bentuk nominal atau angka. Proses pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana

peneliti dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan

penelitian diperoleh dalam satu kali melaksanakan penelitian pada saat ini

(Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk membuat gambaran

kesejahteraan psikologis lansia dengan hipertensi yang datanya disajikan

dengan menggunakan angka-angka dan pengumpulan data sekaligus pada satu

kali penelitian

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Kembaran I Kabupaten Banyumas sebagai puskesmas dengan angka

penderita hipertensi yang mendapat pelayanan kesehatan terendah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2021 sampai Agustus 2022.
27

3. Waktu Pengambilan Data

Pengambilan data akan dilakukan pada bulan Juli 2022.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan sumber data yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Saryono & Anggraeni, 2013). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua lansia dengan hipertensi yang tercatat sebagai peserta prolanis

di Puskesmas Kembaran I sebanyak 93 penderita hipertensi.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2018). Sampel pada penelitian ini adalah lansia dengan hipertensi yang

tercatat sebagai peserta prolanis di Puskesmas Kembaran I sebanyak 48

penderita hipertensi. Besarnya sampel dihitung dengan menggunakan rumus

slovin, yaitu sebagai berikut:

N
n =
1 + (N x e²)
Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Standart eror (10%)


28

93
n =
1 + (93 x 0,1²)

93
n=
1.93

n = 48.18 responden

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 48 responden

yang seusai dengan kriteria penelitian sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2018). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Lansia yang tinggal menetap dan tinggal bersama keluarga di Wilayah

Kerja Puskesmas Kembaran I Kabupaten Banyumas.

2) Lansia dengan hipertensi yang tidak mengalami komplikasi lain

seperti DM, jantung, dan stroke karena hal ini dapat memengaruhi

tingkat kesejahteraan maupun masalah psikologis lansia.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan ciri-ciri anggota populasi yang tidak

dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria eksklusi

dalam penelitian ini adalah:

1) Lansia yang mengalami gangguan mental atau kognitif.

2) Lansia yang mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran

3. Teknik pengambilan sampel


29

Teknik pengambilan sampel adalah teknik yang dipergunakan untuk

mengambil sampel dari populasi (Arikunto, 2012). Teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling

yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria

penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu,

sehingga jumlah responden dapat terpenuhi (Notoatmodjo, 2018).

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati.

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (Nursalam, 2012). Adapun variabel yang terlibat dalam

penelitian ini adalah kesejahteraan psikologis lansia.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan

menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel

(Saryono & Anggraeni, 2013). Definisi operasional dalam penelitian ini

adalah:

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Parameter Skala
1 Karakteristik
Umur Lamanya kehidupan Kuesioner 1. Lanjut usia (60- Ordinal
responden dihitung 74 tahun)
sejak tahun lahir 2. Lanjut usia tua
sampai tahun saat (75-90 tahun)
dilakukan penelitian 3. Usia sangat tua
(> 90 tahun)

Pendidikan Tingkat pendidikan Kuesioner 1. Tidak Sekolah Ordinal


formal terakhir yang 2. Pendidikan Dasar
30

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Parameter Skala


berhasil ditempuh (SD-SMP)
oleh responden yang 3. Pendidikan
ditunjukan dengan Menengah
ijasah yang dimiliki (SMA/SMK)
4. Pendidikan
Tinggi (Sarjana,
D3, D1)

Jenis Kelamin Status sex yang Kuesioner 1. Perempuan Nominal


melekat sejak lahir 2. Laki-laki

Pekerjaan Aktivitas atau Kuesioner 1. Bekerja Nominal


kegiatan rutin yang 2. Tidak Bekerja
dilakukan responden
dalam mencari rezeki

2 Psychological Kesehatan fisiologis Kuesioner 1. Tinggi (126-168) Ordinal


Well Being responden dalam 2. Sedang (84-125)
mencapai tujuan 3. Rendah (42-83)
hidup

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah

diolah (Saryono & Anggraeni, 2013). Peneliti menggunakan alat pengumpulan

data berupa kuesioner untuk memperoleh informasi dari responden.

Peneliti menggunakan kuesioner Psychological Well-Being Scale

(PWBS) yang terdiri dari 42 item yang disusun dari 6 sub-skala yaitu sub skala

penerimaan diri, sub skala hubungan positif dengan orang lain, sub skala

otonomi, sub skala penguasaan lingkungan, sub skala tujuan hidup, dan sub

skala pertumbuhan pribadi. Kuesioner PWBS dalam penelitian ini diadopsi dari

penelitian Astuti (2019) tentang “Hubungan Kesepian dengan Psychological

Well-Being pada lansia di Kelurahan Sananwetan Kota Blitar”.


31

Kuesioner Psychological Well-Being Scale (PWBS) yang digunakan

dalam penelitian Astuti (2019) memiliki nilai uji validitas dan reliabilitas yang

diambil dari penelitian Amalia (2016) yang berjudul “Analisa Psikometrik Alat

Ukur Psychological Well-Being Scale (PSWB) versi Bahasa Indonesia: Studi

pada Lansia Guna Mengukur Kesejahteraan dan Kebahagiaan”. Hasil

reliabilitas skor PSWB tinggi yakni sebesar 0,845. Pengujian validitas konstruk

melalui analisis faktor diperoleh angka sebesar 0,306 - 0,731, dari hasil

tersebut dapat dikatakan kuesioner cukup valid.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Psychological Well-Being


No Soal
No Materi Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Autonomy 1,7,37 13,19,25,31 7
2 Environmental mastery 2,20,38 8,14,26,32 7
3 Personal Growth 9,21,33 3,15,27,39 7
4 Positive Relations 4,22,28,40 10,16,34 7
5 Purpose in life 11,29,35 5,17,23,41 7
6 Self-acceptance 6,12,24,42 18,30,36 7
Jumlah 42

G. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu prosess pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2012). Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

a. Data primer
32

Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer

diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat

pengukuran atau alat pengambilan data, langsung pada subjek sebagai

sumber informasi yang dicari (Saryono & Anggraeni, 2013). Data primer

dalam penelitian ini diperoleh dari responden secara langsung saat

penelitian yaitu melalui lembar kuesioner.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh lewat pihak lain,

tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya (Saryono &

Anggraeni, 2013). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

dokumen dan catatan statistik jumlah lansia dan kejadian hipertensi pada

lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kembaran I Kabupaten Banyumas.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner yaitu dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

suatu pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab

(Sugiyono, 2016). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan kuesioner.

3. Cara Pengumpulan Data

Adapun proses dalam pengambilan data dalam penelitian ini, yaitu :

a. Tahap Persiapan
33

1) Pengambilan data dilakukan setelah peneliti mendapatkan tanda

persetujuan proposal dan ACC dilakukan penelitian

2) Peneliti mengajukan surat izin dari Universitas Harapan Bangsa yang

ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)

Kabupaten Banyumas dan Puskesmas Kembaran I Kabupaten

Banyumas.

3) Setelah mendapat ijin peneliti melakukan koordinasi dengan pihak

puskesmas tentang maksud dan tujuan penelitian, kriteria sampel yang

akan diambil dan proses penelitian.

4) Peneliti meminta data lansia yang menjadi anggota prolanis kemudian

peneliti melakukan pemilihan sampel yang sesuai kriteria bersama

dengan pihak puskesmas. Setelah mendapat data lansia yang sesuai

sampel peneliti meminta no WA atau alamat lansia dan kader yang

sesuai dengan alamat lansia kepada pihak puskesmas.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Proses pengambilan data akan dilakukan setelah peneliti berkoordinasi

terlebih dahulu dengan kader untuk memastikan data responden,

pengambilan data dilakukan dengan cara peneliti melakukan door to

door yang didampingi oleh kader.

2) Proses pelaksanaan pengambilan data dilakukan secara door to door

dikarenakan faktor pandemi sehingga kegiatan prolanis tidak

diadakan.
34

3) Peneliti menjelaskan mengenai maksud, tujuan penelitian terhadap

responden dan menanyakan kesediaan lansia untuk menjadi

responden, lansia yang bersedia menjadi responden kemudian

diberikan informed consent sebagai bukti persetujuan sebagai

responden.

4) Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden

diberikan penjelasan mengenai tata cara pengisian kuesioner.

5) Selama proses pengisian kuesioner, peneliti mendampingi responden

untuk mengisi kuesioner berdasarkan hasil jawaban dari responden.

6) Setelah selesai mengisi kuesioner peneliti melakukan pengecekan

kelengkapan pengisian kuesioner.

7) Selain melakukan pembagian kuesioner dalam penelitian ini peneliti

juga melakukan pengukuran tekanan darah lansia.

c. Tahap Akhir

Tahap akhir dalam penelitian ini adalaah peneliti melakukan pengecekan

kuesioner untuk kemudian dilakukan analisis data mulai tahap editing,

coding, scoring, tabulating dan entri data

H. Pengolahan Dan Analisis Data

1. Pengolahan Data
35

Metode pengolahan data dalam penelitian menurut Notoatmodjo

(2018) menggunakan perhitungan statistik dengan cara pengolahan dan

analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Editing

Editing adalah memeriksa kembali kebenaran data yang telah

dikumpulkan berupa hasil dari pembagian kuesioner. Peneliti melakukan

pemeriksaan ulang kuesioner di tempat pengumpulan data, meneliti

kembali jawaban yang ada serta kelengkapan pengisian data kuesioner

yang diisi oleh responden, bila terjadi kekurangan atau ketidaksesuian

dapat segera dilengkapi atau disesuaikan, kemudian menghitung jumlah

kuesioner dan melakukan koreksi.

b. Scoring

Scoring dalam penelitian ini adalah kegiatan pemberian skor pada

kuesioner jawaban responden yang terdapat dalam kuesioner untuk dapat

melakukan kegiatan penilaian kategori terhadap hasil jawaban kuesioner

responden. Kuesioner dalam penelitian ini bentuk jawaban menggunakan

skala likert. Scoring dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Mencari nilai kriteria peneliti menggunakan rumus kategorisasi dalam

Syarifudin (2010) sebagai berikut:

a) Tentukan skor makimal ideal dengan cara skor tertinggi dari

jawaban dikali dengan jumlah butir soal.

b) Tentukan skor minimal ideal dengan cara skor terendah dari

jawaban dikali dengan jumlah butir soal.


36

c) Tentukan nilai rentang dengan cara skor maksimal ideal dikurangi

skor minimal ideal kemudian dibagi 3 (parameter variabel).

Kegiatan scoring dalam penelitian ini meliputi:

2) Nilai skor jawaban kuesioner kesejahteraan psikologis adalah sebagai

berikut:

a) Jika pertanyaan negatif apabila responden menjawab

(1) Sangat Tidak Setuju diberi skor 4

(2) Tidak Setuju diberi skor 3

(3) Setuju diberi skor 2

(4) Sangat Setuju diberi skor 1

b) Jika pertanyaan positif apabila responden menjawab

(1) Sangat Tidak Setuju diberi skor 1

(2) Tidak Setuju diberi skor 2

(3) Setuju diberi skor 3

(4) Sangat Setuju diberi skor 4

c) Jika pertanyaan kesejahteraan psikologis apabila responden menjawab

(1) Sangat Tidak Setuju diberi skor 4

(2) Tidak Setuju diberi skor 3

(3) Setuju diberi skor 2

(4) Sangat Setuju diberi skor 1


37

c. Coding

Coding dalam penelitian ini adalah memberikan kode pada semua

hasil jawaban kuesioner yang sudah terkumpul sebagai berikut:

1) Usia

a) Lanjut Usia : Kode 1

b) Lanjut Usia Tua : Kode 2

c) Usia Sangat Tua : Kode 3

2) Jenis Kelamin

a) Perempuan : Kode 1

b) Laki-Laki : Kode 2

3) Pendidikan

a) Tidak Sekolah : Kode 1

b) Pendidikan Dasar : Kode 2

c) Pendidikan Menengah : Kode 3

d) Pendidikan Tinggi : Kode 4

4) Pekerjaan

a) Bekerja : Kode 1

b) Tidak Bekerja : Kode 2

5) Kesejahteraan Psikologis

a) Rendah : Kode 1

b) Sedang : Kode 2

c) Tinggi : Kode 3

d. Entry Data
38

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat

tabel.

e. Tabulating

Tabulating adalah tahap meringkas jawaban kuesioner dalam satu

tabel yang memuat semua jawaban responden sesuai dengan kode-kode

yang telah ditentukan.

f. Cleaning

Cleaning adalah pengecekan kembali data yang sudah dimasukan

apakah ada kesalahan atau tidak.

2. Analisis Data

Langkah terakhir dari suatu penelitian adalah melakukan analisis data

(Notoatmodjo, 2018). Analisa dalam penelitian ini meliputi analisis

univariat. Analisis univariat adalah analisa dengan menggunakan distribusi

frekuensi. Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk melihat

distribusi frekuensi variabel. Setelah data didapatkan maka dilakukan

perhitungan persentase dengan rumus:

F
P= x100%
N

Keterangan:

P = Persentase
39

F = Frekuensi

N = Jumlah sampel

I. Etika Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini memperhatikan prinsip-prinsip etika penelitian

dan masalah etika penelitian sebagai berikut : (Hidayat, 2017)

1. Prinsip-prinsip etika penelitian

a. Prinsip manfaat (Beneficience)

Prinsip manfaat dalam penelitian ini yaitu penelitian ini dapat

memberikan informasi tentang dukungan sosial dan kesejahteraan

psikologis pada lansia sehingga diharapkan lansia dapat melakukan

tindakan untuk meningkatan kesejahteraan psikologisnya.

b. Prinsip menghormati manusia (Respect for human dignitiy)

Prinsip menghormati manusia dalam penelitian ini yaitu peneliti

menanyakan persetujuan lansia untuk menjadi responden sebelum

menandatangi informed consent dimana dalam penelitian ini tidak ada

lansia yang menolak menjadi responden.

c. Prinsip keadilan (Right to justice)

Prinsip keadilan dalam penelitian ini yaitu peneliti memberikan

perlakuan secara adil dan sama terhadap kepada semua responden yaitu

dengan memberikan kuesioner yang sama terhadap semua responden,

akan tetapi dalam peneliti terdapat beberapa responden yang meminta

dibantu melakukan pengisian kuesioner karena faktor tidak bisa

membaca atau menulis.


40

2. Masalah Etika Penelitian

a. Informed consent

Peneliti memberikan informed consent sebelum penelitian

dilakukan sebagai bentuk persetujuan untuk menjadi responden. Proses

pemberian informed consent dilakukan setelah mendapat konfirmasi

persetujuan menjadi responden oleh lansia dan tidak ada lansia yang

menolak.

b. Anonimity (tanpa nama)

Peneliti tidak memberikan atau mencantumkan nama responden

pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

c. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H., Hartati, N., & Aulia, F. (2017). Perbedaan Psychological Well-Being
Pada Lansia Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal. Jurnal Rap (Riset
Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang), 5(2), 146–156.
Https://Doi.Org/10.24036/Rapun.V5i2.6629

Anggraieni, W. N., & Subandi, S. (2014). Pengaruh Terapi Relaksasi Zikir Untuk
Menurunkan Stres Pada Penderita Hipertensi Esensial. Jurnal Intervensi
Psikologi (Jip).
Https://Doi.Org/10.20885/Intervensipsikologi.Vol6.Iss1.Art6

Ardiansyah, M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. In


International Journal Of Soil Science.

Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Edisi


Revisi). In Rineka Cipta.

Asante, K. O. (2012). Social Support And The Psychological Wellbeing Of


People Living With Hiv/Aids In Ghana. African Journal Of Psychiatry
(South Africa), 15(5), 340–345.
Https://Doi.Org/10.4314/Ajpsy .V15i5.42

Aswar, A., Munaing, M., & Justika, J. (2020). Pengaruh Dukungan Sosial
Terhadap Kualitas Hidup Odha Di Kota Makassar Kds Saribattangku.
Jurnal Rap (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang), 11(1),
80. Https://Doi.Org/10.24036/Rapun.V11i1.109551

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. In Yogyakarta: Graha Ilmu.

Badan Pusat Statistika. (2020). Statistik Indonesia 2020 Statistical Yearbook Of


Indonesia 2020. Statistical Yearbook Of Indonesia.

Bodla, G. ., Saima, W., & Ammara, T. (2012). Social Support And Psychological
Wellbeing Among Parents Of Intellectually Challenged Children.
International Journal Of Rehabilitation Sciences, 7(2), 29–35.

Bouabdellah, L., Khouri, N., Kherbache, H., Mokdad, M., & Mebarki, B. (2019).
Psychological Well-Being And Psychological Loneliness Among Retirees
With High Blood Pressure: A Correlational Study.
Https://Www.Researchgate.Net/Publication/335663068

Cdc. (2020). Facts About Hypertension. In Centers For Disease Control And
Prevention.

Clemente, M., & Hezomi, H. (2016). Stress And Psychological Well-Being: An


Explanatory Study Of The Iranian Female Adolescents. Journal Of Child
And Adolescent Behaviour. Https://Doi.Org/10.4172/2375-4494.1000282
Damásio, B. F., De Melo, R. L. P., & Da Silva, J. P. (2013). Meaning In Life,
Psychological Well-Being And Quality Of Life In Teachers. Paidéia
(Ribeirão Preto). Https://Doi.Org/10.1590/1982-43272354201309

Darmojo. (2014). Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit Fk Ui.

Desiningrum, D. R. (2015). Kesejahteraan Psikologis Lansia Janda/Duda Ditinjau


Dari Persepsi Terhadap Dukungan Sosial Dan Gender. Jurnal Psikologi
Undip, 13(2), 102–106. Https://Doi.Org/10.14710/Jpu.13.2.102-201

Dezutter, J., Casalin, S., Wachholtz, A., Luyckx, K., Hekking, J., & Vandewiele,
W. (2013). Meaning In Life: An Important Factor For The Psychological
Well-Being Of Chronically Ill Patients? Rehabilitation Psychology.
Https://Doi.Org/10.1037/A0034393

Dinkes Banyumas. (2021). Profil Kesehatan Banyumas 2020. 1, 105–112.

Dyah, A. S. P., & Fourianalistyawati, E. (2018). Peran Trait Mindfulness


Terhadap Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia. Jurnal Psikologi
Ulayat, 5(1), 109–122. Https://Doi.Org/10.24854/Jpu12018-115

Eva, N., Shanti, P., Hidayah, N., & Bisri, M. (2020). Pengaruh Dukungan Sosial
Terhadap Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa Dengan Religiusitas
Sebagai Moderator. Jurnal Kajian Bimbingan Dan Konseling.
Https://Doi.Org/10.17977/Um001v5i32020p122

Fitri, S., Luawo, M. I. R., & Noor, R. (2017). Gambaran Kesejahteraan Psikologis
Pada Remaja Laki-Laki Di Sma Negeri Se-Dki Jakarta. Insight: Jurnal
Bimbingan Konseling. Https://Doi.Org/10.21009/Insight.061.05

Hafiz, S., & Meinarno, E. . (2019). Psikologi Indonesia. Depok: Pt Raja Grafindo
Persada.

Hidayat, A. A. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan Dan Kesehatan. In


Salemba Medika.

Hofstede, G. (2011). Dimensionalizing Cultures: The Hofstede Model In Context.


Online Readings In Psychology And Culture.
Https://Doi.Org/10.9707/2307-0919.1014

Huppert, F. A. (2018). Psychological Well-Being: Evidence Regarding Its Causes


And Consequences. Applied Psychology: Health And Well-Being.
Https://Doi.Org/10.1111/J.1758-0854.2009.01008.X

Indah, S. Y. (2017). Berdamai Dengan Hipertensi. Bumi Medika.

Kementrian Kesehatan Ri. (2020). Profil Kesehatan Indonesia 2020 Kemenkes Ri.
In Journal Of Chemical Information And Modeling.
Keyes, C. L. M., & Waterman, M. B. (2013). Dimensions Of Well-Being And
Mental Health In Adulthood. In Well-Being: Positive Development
Across The Life Course. Https://Doi.Org/10.4324/9781410607171

Levin, J. S., Taylor, R. J., & Chatters, L. M. (2016). A Multidimensional Measure


Of Religious Involvement For African Americans. Sociological
Quarterly. Https://Doi.Org/10.1111/J.1533-8525.1995.Tb02325.X

Malek, M. D. A., Mearns, K., & Flin, R. (2010). Stress And Psychological Well-
Being In Uk And Malaysian Fire Fighters. Cross Cultural Management.
Https://Doi.Org/10.1108/13527601011016907

Manju, & Singh, R. (2014). Psychological Well-Being Of Hypertensive People.


Indian Journal Of Health And Wellbeing, 5(2), 264–266. Http://Www.I-
Scholar.In/Index.Php/Ijhw/Article/View/53097

Martire, L. M., Stephens, M. A. P., & Townsend, A. L. (2011). Centrality Of


Women’s Multiple Roles: Beneficial And Detrimental Consequences For
Psychological Well-Being. Psychology And Aging.
Https://Doi.Org/10.1037/0882-7974.15.1.148

Maryam, R. S., Ekasari, M. F., Rosidawati., Jubaedi, A., & Batubara, I. (2011).
Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. In Jakarta: Salemba Medika.

Misero, P. S., & Hawadi, L. F. (2012). Adjustment Problems Dan Psychological


Well-Being Pada Siswa Akseleran ( Studi Korelasional Pada Smpn 19
Jakarta Dan Smp Labschool Kebayoran Baru ). Jurnal Psikologi Pitutur.

Nalle, N. C. (2020). Gambaran Pyschological Well Being Pada Lansia Yang


Berstatus Janda. Jurnal Psikologi Konseling, 16(1), 624–633.
Https://Jurnal.Unimed.Ac.Id/2012/Index.Php/Konseling/Article/Downloa
d/19146/13872

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Nugroho, W. (2012). Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik. In Jakarta:Egc.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & Nanda Nic- Noc. In Medication Jogja.

Nursalam. (2012). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. In Jakarta: Salemba


Merdeka.

Olson, J. M., Breckler, S., & Wiggins, E. (2016). Social Psychology Alive. United
States: Thomson.

Pesik, V. P. (2015). Perbedaan Psycological Well Being Lansia Yang Tinggal Di


Panti Dan Di Rumah [Universitas Kristen Satya Wacana].
Https://Repository.Uksw.Edu/Bitstream/123456789/8546/2/T1_8020070
93_Full Text.Pdf

Priyoto. (2014). Teori Sikap Dan Perilaku Dalam Kesehatan : Dilengkapi Contoh
Kuesioner / Priyoto. In Isbn: 978-602-1547-53-3.

Ramadi, R., Posangi, J., & Katuuk, M. (2017). Hubungan Psychological Well
Being Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas
Bahu Manado. Jurnal Keperawatan Unsrat, 5(1), 1–9.

Romadhani, R. ., & Sutarmanto, H. (2017). Dinamika Dukungan Sosial Bagi


Orang Dengan Hiv/Aids. Jurnal Penelitian Humaniora, 22(2), 99–110.

Santrock. (2013). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. In


Jakarta: Erlangga.

Saputri, W., & Indrawati, E. S. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial


Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Yang Tinggal Di Panti Wreda Wening
Wardoyo Jawa Tengah. Jurnal Psikologi, 9(1).
Https://Doi.Org/10.14710/Jpu.9.1

Saryono, & Anggraeni, M. D. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif Dan


Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. In Yogyakarta: Nuha Medika.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Skakon, J., Nielsen, K., Borg, V., & Guzman, J. (2010). Are Leaders’ Well-Being,
Behaviours And Style Associated With The Affective Well-Being Of
Their Employees? A Systematic Review Of Three Decades Of Research.
Work And Stress. Https://Doi.Org/10.1080/02678373.2010.495262

Snyder, C. R., Lopez, S. J., & Pedrotti, J. T. (2012). Balanced Conceptualizations


Of Mental Health And Behavior. In Positive Psychology: The Scientific
And Practical Explorations Of Human Strengths, Part Vi: Understanding
And Changing Human Behaviour.

Solomon, P. (2014). Peer Support/Peer Provided Services Underlying Processes,


Benefits, And Critical Ingredients. Psychiatric Rehabilitation Journal,
27(4), 392–401. Https://Doi.Org/10.2975/27.2004.392.401

Spiritia. (2014). Lembaran Informasi Sejarah Hiv/Aids Di Dunia. Jakarta:


Yayasan Spiritia.

Stanley, M., & Beare, P. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik


(Gerontological Nursing : A Health Promotion/Protection Approach). In
Jakarta: Egc.

Sugiyono. (2016). Research Methods Quantitative, Qualitative, And R&D. In


Bandung: Alfabeta.
Sya’diyah, H. (2018). Keperawatan Lanjut Usia Teori Dan Aplikasi. Indomedia
Pustaka.

Wani, M. A., & Sankar, R. (2017). Impact Of Social Support On Quality Of Life
Among Aids Patients In Kashmir Province Of Jammu And Kashmir,
India. Journal Of Aids & Clinical Research, 08(09).
Https://Doi.Org/10.4172/2155-6113.1000729

Warr, P. (2011). Work Happiness And Unhappiness. In Work Happiness And


Unhappiness. Https://Doi.Org/10.4324/9780203936856

Wells, I. E. (2010). Psychological Well-Being. In Psychological Well-Being.


Https://Doi.Org/10.4324/9780203976753-6

Whelton, P. K., Carey, R. M., Aronow, W. S., Ovbiagele, B., Casey, D. E., Smith,
S. C., Collins, K. J., Spencer, C. C., Himmelfarb, C. D., Stafford, R. S.,
Depalma, S. M., Taler, S. J., Gidding, S., Thomas, R. J., Jamerson, K. A.,
Williams, K. A., Jones, D. W., Williamson, J. D., Maclaughlin, E. J., …
Mauri, L. (2017). 2017 Guideline For The Prevention, Detection,
Evaluation, And Management Of High Blood Pressure In Adults A
Report Of The American College Of Cardiology / American Heart
Association T. In Journal Of American College Of Cardiology.

Widyanto, C. (2014). Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan Praktis.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Kmb2 Keperawatan Medikal Bedah. In Kmb
2 Keperawatan Medikal Bedah.

Wulandari, S. (2016). Hubungan Antara Kesejahteraan Psikologis Dan


Penyesuaian Diri Siswa Kelas X Smk Santa Maria Jakarta. Jurnal Psiko-
Edukasi.

Zulfitri, R., Sabrian, F., & Herlina. (2019). Sociodemographic Characteristics And
Psychosocial Wellbeing Of Elderly With Chronic Illnesses Who Live
With Family At Home. Enfermeria Clinica.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Enfcli.2018.11.014
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kembaran I

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Bapak/ibu/sdr/sdri sebelumnya perkenalkan saya mahasiswa:

Nama :
NIM :
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Universitas : Universitas Harapan Bangsa

Bermaksud akan mengadakan penelitian mengenai “Gambaran

Kesejahteraan Psikologis Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Kembaran I Kabupaten Banyumas”.

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

kesejahteraan psikologis lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Kembaran I Kabupaten Banyumas.

Untuk itu kami mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden

penelitian. Besar harapan kami, para saudara bersedia menjadi responden

penelitian ini dan mengisi lembar kuesioner dengan sejujur-jujurnya. Insya Allah

identitas dan jawaban akan kami rahasiakan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Hormat kami,

Peneliti
INFORMED CONCENT

(SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)

Setelah mendapatkan penjelasan peneliitiana yang di laksanakan oleh:

Nama Mahasiswa :
NIM :
Program studi : Sarjana Keperawatan
Asal Institusi : Universitas Harapan Bangsa
Skripsi dengan judul : Gambaran Kesejahteraan Psikologis Lansia dengan
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kembaran I
Kabupaten Banyumas
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya bersedia/tidak bersedia*

menjadi responden penelitian ini dengan data yang sesungguhnya.

Dengan demikian surat ini kami buat, semoga dapat digunakan sebagaimana

mestinya.

Responden

( )

Ket: *) coret salah satu


KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS (PSYCHOLOGICAL


WELL BEING) LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMASN KEMBARAN I

No Responden:

A. Identitas Responden

1. Responden :

2. Umur : tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

4. Pendidikan : TidakSekolah SMU

SD Perguruan Tinggi
SMP
5. Pekerjaan : Tidak bekerja
Bekerja

C. Kuesioner Kesejahteraan Psikologis

1. Bacalah pernyataan di bawah dengan teliti dan cermat.

2. Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan kondisi anda.

3. Jawablah secara jujur dan lengkap.

4. Keterangan cara jawab.

Kuesioner ini menggunakan skala 4 poin yang ditunjukan dibawah ini.

Berilah tanda (√) pada kolom jawaban sebelah kanan yang sesuai dengan

kondisi anda.
a. STS : Sangat Tidak Setuju
b. TS : Tidak Setuju
c. S : Setuju
d. SS : Sangat Setuju
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya mengutarakan pendapat meskipun pendapat
tersebut bertentangan dengan kebanyakan orang
2. Saya merasa bertanggung jawab pada kehidupan
saya
3. Saya tidak tertarik dengan kegiatan yang dapat
memperluas wawasan
4. Saya adalah orang yang penyayang dan penuh kasih
menurut kebanyakan orang.
5. Saya menjalani kehidupan hari ini dan kurang
memikirkan masa depan
6. Saya senang dengan apa yang sudah terjadi dalam
kehidupan saya.
7. Keputusan yang saya ambil biasanya tidak
dipengaruhi oleh orang lain
8. Tuntutan hidup sehari - hari sering kali membuat
saya tertekan.
9. Saya rasa penting untuk mengalami hal-hal baru
yang menantang cara berpikir tentang diri dan dunia
10. Mempertahankan hubungan yang dekat merupakan
hal yang sulit dan membuat frustasi.
11. Saya memiliki arah dan tujuan hidup
12. Saya merasa percaya diri dan positif terhadap diri
sendiri.
13. Saya mengkhawatiran apa yang dipikirkan orang lain
14. Saya tidak begitu cocok dengan orang-orang yang
ada disekitar saya.
15. Saya belum benar-benar mengalami perbaikan secara
pribadi
16. Saya merasa kesepian kerena hanya memiliki sedikit
teman dekat untuk membagi masalah.
17. Kegiatan sehari-hari saya terlihat sepele dan tidak
penting
18. Saya merasa orang lain mendapatkan banyak hal
No Pernyataan STS TS S SS
terbaik
dalam hidupnya dibandingkan saya
19. Saya cenderung terpengaruh oleh orang-orang yang
memiliki pendapat kuat
20. Saya cukup baik dalam mengatur tanggung jawab
dalam kehidupan sehari - hari
21. Saya merasa telah banyak mengembangkan diri
selama ini
22. Saya menikmati percakapan dengan anggota
keluarga maupun teman
23. Saya tidak memahami dengan baik apa yang ingin
dicapai dalam hidup
24. Saya menyukai semua aspek kepribadian saya.
25. Saya yakin dengan pendapat saya, bahkan jika
berlawanan atau bertentangan dengan kesepakatan
umum
26. Saya merasa kewalahan dengan tanggung jawab
27. Saya tidak menikmati berada dalam situasi baru yang
menuntut untuk mengubah cara – cara lama yang
sudah biasa
28. Orang-orang akan menggambarkan saya sebagai
orang yang senang atau bersedia membagi waktunya
dengan orang lain.
29. Saya senang membuat rencana untuk masa depan dan
berusaha mewujudkannya
30. Saya merasa kecewa dengan apa yang telah dicapai
dalam hidup
31. Sulit bagi saya untuk menyuarakan pendapat tentang
hal – hal yang aneh dan tidak umum.
32. Saya kesulitan mengatur hidup yang bisa memuaskan
saya
33. Hidup adalah proses belajar, berubah, dan tumbuh
secara terus menerus
34 Saya belum banyak mengalami hubungan yang
hangat penuh kepercayaan dengan orang lain
35 Beberapa orang hidupnnya tak tentu arah, tapi saya
tidak seperti itu
36 Sikap saya terhadap diri sendiri mungkin tidak
No Pernyataan STS TS S SS
sepositif sikap orang lain terhadap diri mereka
37 Saya menilai diri menurut apa yang dirasa penting,
bukan menurut nilai-nilai yang orang lain pikir itu
penting.
38 Saya mampu membangun gaya hidup sesuai apa
yang saya sukai
39 Saya sejak lama menyerah dalam mencoba
melakukan perbaikan atau perubahan dalam hidup
40 Saya dapat mempercayai teman -teman dan meraka
tahu mereka bisa mempercayai saya
41 Saya merasa telah melakukan banyak hal dalam
hidup
42 Membandingkan diri sendiri dengan teman dan
kenalan membuat saya merasa baik tentang diri
sendiri

Anda mungkin juga menyukai