Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL

PENGARUH PEMBERIAN JAHE HANGAT TERHADAP INTENSITAS


NYERI PERSALINAN KALA I DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS UESEI KABUPATEN
KOLAKA TIMUR

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Pada Program Pendidikan S1 Kebidanan
Universitas Megarezky Makassar

SELMI RESKIYANTI
A1 A221 026

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021

1
HALAMAN JUDUL

PENGARUH PEMBERIAN JAHE HANGAT TERHADAP INTENSITAS


NYERI PERSALINAN KALA I DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS UESEI KABUPATEN
KOLAKA TIMUR

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Pada Program Pendidikan S1 Kebidanan
Universitas Megarezky Makassar

SELMI RESKIYANTI
A1 A221 026

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021

i
1
3

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Dengan Judul :

PENGARUH PEMBERIAN JAHE HANGAT TERHADAP INTENSITAS


NYERI PERSALINAN KALA I DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS UEESI KABUPATEN
KOLAKA TIMUR

Disusun Oleh : Selmi Reskiyanti

Nim : A1 A221 026

Jurusan : S1 Kebidanan

Telah disetujui untuk diajukan ke ujian proposal dan diuji oleh tim penguji.

Berikut kami yang bertanda tangan :

Pembimbing I Pembimbing II

Sutrani Syarif, S.ST., M.Keb Bahri Majid, SE., MM


NIDN : NIDN :

Mengetahui,
Prodi S1 Kebidanan
Universitas Megarezky Makassar

Sutrani Syarif, S.ST., M.Keb


NIDN :

ii
4

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Proposal ini telah diperiksa dan disahkan oleh panitia ujian akhir dan tim

penguji Universitas Megarezky Makassar yang dilaksanakan pada hari ..... tanggal

.... Desember 2021.

Penguji 1 : Ani T Prianti, S.ST., M.Kes ( ………………….)

Penguji 2 : Bahri Majid, SE., MM ( ………………….)

Penguji 3 : Sutrani Syarif, S.ST., M.Keb (…………………..)

Mengetahui,
Prodi S1 Kebidanan
Universitas Megarezky Makassar

Sutrani Syarif, S.ST., M.Keb


NIDN :

iii
5

KATA PENGANTAR

Bismillahir Rahmanirrahim

Assalamu Alaikum Wr. Wb

Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan hidayah - Nya, sehingga proposal yang berjudul “Pengaruh Pemberian Jahe

Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I di Wilayah Kerja Puskesmas

Uesei Kabupaten Kolaka Timur”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dan pelopor ilmu pengetahuan.

Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan

S1 Kebidanan di Universitas Megarezky Makassar.

Pada kesempatan ini perkenangkanlah peneliti untuk menyampaikan rasa

terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. H. Alimuddin, S.H, MH., M. Kn., selaku Pembina Yayasan

Pendidikan Islam Mega Rezky Makassar.

2. Ibu Hj. Suryani, S.H., M.H., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Mega

Rezky Makassar.

3. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mapahya selaku Rektor Universitas Megarezky

Makassar

4. Ibu Dr. Syamsuriyati, S.ST., SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan Universitas Megarezky Makassar

5. Ibu Sutrani Syarif, S.ST., M.Keb selaku ketua prodi DIV kebidanan

Universitas Megarezky Makassar dan selaku pembimbing I yang begitu banyak

iv
6

memberikan pengarahan dan masukan serta meluangkan waktunya untuk

membantu peneliti dalam menyelesaikan proposal ini.

6. Bapak Bahri Majid, SE., MM selaku pembimbing II yang begitu banyak

memberikan pengarahan dan masukan serta meluangkan waktunya untuk

membantu peneliti dalam menyelesaikan proposal ini.

7. Ibu Ani T Prianti, S.ST., M.Kes selaku penguji yang begitu banyak

memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian proposal ini.

8. Seluruh dosen dan staf Universitas Megarezky Makassar yang telah

memberikan bimbingan kepada Peneliti selama menjadi mahasiswi.

9. Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua yang selama ini

memberikan bantuan baik moril maupun materil dalam penyelesaian proposal

ini.

10. Terima kasih kepada suami dan anak yang tercinta yang selama ini mensuport

saya dan memberikan saya motivasi dalam penyelesaian proposal ini.

11. Kepada semua sahabat dan rekan-rekan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu

persatu, yang telah memberikan bantuan, semangat dan motivasi dalam

menyelesaikan proposal ini.

Semoga segala bantuan, bimbingan dan saran yang diberikan kepada

Peneliti, senantiasa mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT,

Amin.

Makassar. November 2021

Peneliti
7

DAFTAR ISI v

Judul : Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Persalinan............................................. 7

B. Tinjauan Umum Tentang Nyeri Persalinan.................................. 24

C. Tinjauan Umum Tentang Jahe......................................................

32

D. Pengaruh Pemberian Jahe Dengan Nyeri Persalinan ...................

38
8

E. Kerangka Konsep .........................................................................

39

F. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ..................................

39

G. Hipotesis ......................................................................................

40

vi
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian ......................................................... 41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 42

C. Populasi dan Sampel..................................................................... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 43

E. Langkah Pengolahan Data ........................................................... 44

F. Rencana Analisis Data.................................................................. 45

G. Penyajian Data ............................................................................. 45

H. Etika Penelitian ............................................................................ 45

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
9

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Lembar Informed Consent

Lampiran II : Lembar Observasi

Lampiran III : Surat Pengambilan Data Awal


10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan atau kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan.

Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan

penipisan, dilatasi serviks dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir. Pada kala I fase

aktif persalinan frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat dan ibu merasakan nyeri yang

tidak tertahan. Hal ini dipengaruhi terpicunya sistem simpatis dimana terjadi peningkatan

kadar plasma dari katekolamin terutama epineprin yang dapat menyebabkan gangguan

kontraksi perpanjangan kala persalinan. Nyeri juga meyebabkan aktivitas uterus yang tidak

terkoordinasi yang akan mengakibatkan persalinan lama, yang akhirnya dapat mengancam

kehidupan janin dan ibu (Sumarah, 2018).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020 memperkirakan 800

perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses persalinan.

Sekitar 99% dari seluruh kematian itu terjadi di negara berkembang khususnya di Philipina

dan Singapura serta 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi

kehamilan dan persalinan (Kemenkes, 2020).

Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2018 tercatat jumlah persalinan

sebanyak 31/100.000 kelahiran hidup dan yang mengalami komplikasi mencapai 8/100.000

kelahiran hidup. Pada tahun 2019 jumlah persalinan sebanyak 32,6/100.000 kelahiran hidup

dan yang mengalami komplikasi mencapai 10,5/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan tahun

2020 jumlah persalinan sebanyak 33,8/ 100.000 kelahiran hidup dan jumlah komplikasi
1
mencapai 11,3 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Kemenkes, 2020)
11

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018

jumlah persalinan sebanyak 44.623 orang dan yang mengalami komplikasi sebanyak 8256

orang. Sedangkan pada tahun 2019 jumlah persalinan meningkat menjadi 45.493 orang dan

yang mengalami komplikasi sebanyak 8529 orang dan pada tahun 2020 jumlah persalinan

sebanyak 46.173 orang dan yang mengalami komplikasi sebanyak 8771 orang (Profil

Kesehatan Kemenkes, 2020).

Proses persalinan identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani. Secara fisiologis nyeri

terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi sebagai upaya membuka servik dan mendorong

kepala bayi kearah panggul. Nyeri pada persalinan kala I merupakan proses fisiologis yang

disebabkan oleh proses dilatasi servik, hipoksia otot uterus saat kontraksi, iskemia korpus

uteri dan peregangan segmen bawah rahim dan kompresi saraf di serviks. Nyeri persalinan

dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti

katekolamin dan steroid, dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus, penurunan

sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya

iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak (Saifuddin, AB. 2018).

Dalam proses persalinan, bola bisa menjadi alat penting dan dapat digunakan dalam

berbagai posisi. Duduk diatas bola sambil mendorong seperti melakukan ayunan atau

membuat gerakan memutar panggul, dapat membantu proses penurunan janin. Bola

memberikan dukungan pada perineum tanpa banyak tekanan dan membantu menjaga janin

sejajar dipanggul, sehingga membantu mempercepat proses persalinan. Gerakan lembut

dilakukan diatas bola sangat mengurangi rasa sakit saat kontraksi (Manuaba, 2018).

Manajemen nyeri secara farmakologi lebih efektif dibanding dengan metode

nonfarmakologi yaitu bersifat murah, simpel efektif, dan tanpa efek yang merugikan. Asuhan
12

sayang ibu dalam kala I juga harus diberikan, salah satunya adalah memberikan teknik

relaksasi pada kala I yaitu dengan pernapasan.

Nyeri persalinan merupakan salah satu penyebab rasa yang tidak menyenangkan serta

memiliki konsekuensi fisiologis signifikan baik pada ibu maupun janin. Nyeri ini bersifat

subjektif dengan variabilitas interpersonal yang besar dan dapat bervariasi antara kehamilan

pertama dan berikutnya. Berbagai modalitas telah diperkenalkan untuk menangani nyeri

persalinan, teknik non farmakologi meliputi edukasi, dukungan moral, pemijatan,

aromaterapi, serta terapi panas dan dingin. sedangkan terapi farmakologis meliputi analgesia

sistemik dan neuraksial. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri

Terapi ramuan herbal dapat dilakukan dengan cara menggunakan obat tradisional yang

berasal dari bahan-bahan tanaman. Beberapa bahan tanaman dipercaya dapat mengurangi rasa

nyeri yaitu, kayu manis, kedelai, cengkeh, kunyit, jahe (ginger), oso dresie, herbal cina

Jahe yang merupakan rimpang dengan banyak manfaat. Berbagai manfaat jahe yang

telah diketahui selama ini antara lain sebagai obat gangguan pencernaan, analgesik,

antipiretik, antiradang, antiemetik, antirematik, meningkatkan ketahanan tubuh, mengobati

diare, dan juga memiliki sifat antioksidan yang aktivitasnya lebih tinggi daripada vitamin E

dan diyakini dapat menurunkan nyeri persalinan

Data yang diperoleh dari Wilayah Kerja Puskesmas Uesei Kabupaten Kolaka Timur

tahun 2019 jumlah persalinan sebanyak ... orang. Sedangkan pada tahun 2020 jumlah

persalinan sebanyak ... orang dan pada bulan Januari s.d Oktober 2021 jumlah persalinan

sebanyak ... orang (Rekam Medik, 2021).


13

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Pemberian Jahe Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I di

Wilayah Kerja Puskesmas Uesei Kabupaten Kolaka Timur”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan maka rumusan masalahnya

adalah “Apakah ada Pengaruh Pemberian Jahe Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan

Kala I di Wilayah Kerja Puskesmas Uesei Kabupaten Kolaka Timur?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian jahe hangat terhadap intensitas nyeri

persalinan kala I di Wilayah Kerja Puskesmas Uesei Kabupaten Kolaka Timur.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui nyeri persalinan kala I kelompok intervensi sebelum dan sesudah

dilakukan pemberian jahe.

b. Untuk mengetahui nyeri persalinan kala I kelompok kontrol sebelum dan sesudah yang

tidak dilakukan pemberian jahe.

c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian jahe hangat terhadap intensitas nyeri persalinan

kala I di Wilayah Kerja Puskesmas Uesei Kabupaten Kolaka Timur.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
14

Mendapatkan pengetahuan dan mendapat gambaran secara langsung tentang

pengaruh pemberian jahe hangat terhadap intensitas nyeri persalinan kala I dan dapat

dijadikan sebagai sarana referensi agar dapat menambah pengetahuan dan dijadikan saran

belajar bagi mahasiswa serta serta tambahan pembendaharaan perpustakaan.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat memberikan informasi secara objektif tentang pengaruh pemberian

jahe hangat terhadap intensitas nyeri persalinan kala I sehingga menjadi pedoman

dalam memberikan penyuluhan kepada ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan.

b. Sebagai suatu wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang dimiliki khususnya bagi

peneliti, untuk menambah wawasan atau pengalaman dan memeperluas cakrawala

pengetahuan serta pengembangan diri khususnya di bidang pendidikan.


15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Persalinan

1. Pengertian

a. Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus

melalui vagina kedunia luar (Sarwono, 2018).

b. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup

bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain

dengan bantuan atau apa tanpa bantuan (Saifuddin, AB. 2018).

c. Persalinan eutosia adalah persalinan yang berjalan dengan kekuatan sendiri (spontan

dalam bentuk belakang kepala, aterm dan hidup). Dimana power, passege dan

passenger (3P) telah berjalan kerjasama yang baik (Cunningham, FG. 2017).

d. Persalinan atau partus adalah proses kelahiran janin pada tua kehamilan sekurang-

kurangnya 28 minggu, atau bayi yang dilahirkan beratnya 1000 gram lebih (Oxorn,

2018).

2. Sebab Terjadinya Persalinan


16

Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori-teori yang

komplek. Faktor-faktor hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus,

pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang mengakibatkan partus mulai

(Sarwono. 2018).

a. Teori keregangan

Otot rahim mempunyai7 kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah

melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai.

Keadaan uterus yang terus membesar menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot

uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi plasenta

sehingga mengakibatkan plasenta mengalami degenerasi

b. Teori penurunan progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana

terjadi penimbungan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.

Vili koriales mengalami perubahan-perubahan dan produksi progesteron mengalami

penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim

mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

c. Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise pars posterior. Perubahan

keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim,

sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks (his palsu). Menurunnya konsentrasi

progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas,

sehingga persalinan dimulai


17

d. Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang

dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan

kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat memicu

terjadinya persalinan.

e. Teori hipotalamus-pituitaria dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi

keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Dari beberapa percobaan

ditemukan ada hubungan antara hipotalamus pituitari dengan mulainya persalinan.

Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.

f. Teori berkurangnya nutrisi

Berkurangnya nutrisi pada janin yang pertama kali dikemukakan oleh

Hipocrates, bahwa bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera

dikeluarkan.

g. Teori induksi (Induction of labor)

Persalinan dapat ditimbulkan dengan pemberian oksitosin drips, menurut tetesan

perinfus dan pemberian gagang laminaria ke dalam kanalis servikalis dengan tujuan

merangsang pleksus frankenhauser, sehingga timbul kontraksi atau melakukan

amniotomi (pemecahan ketuban).

3. Beberapa Istilah Berhubungan Persalinan Diuraikan Sebagai Berikut :


18

a. Partus atau persalinan immaturus adalah suatu partus kurang dari 28 minggu lebih dari

20 minggu dengan berat janin antara 1000 - 500 gram

b. Partus atau persalinan prematur adalah partus kurang dari hasil konsepsi yang dapat

hidup diluar kandungan tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin 1000-2500 gram

atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu (Sastrawinata, 2017).

c. Partus atau persalinan matur adalah suatu partus yang sudah cukup bulan akan tetapi

bayi lahir dengan berat badan lahir rendah.

d. Partus atau persalinan postmaturs atau serotinus adalah partus yang terjadi 2 minggu

atau lebih dari waktu partus yang diperkirakan (Mochtar, 2018).

4. Tahapan Persalinan

a. Kala I Persalinan

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan

meningkat (frekuensi kekuatanya) hingga serviks mencapai pembukaan lengkap (10

cm). Kala I persalinan terdiri atas dua fase sebagai berikut (Saifuddin, AB. 2018).

1) Fase Laten pada Kala I Persalinan

a) Dimulai sejak awal berkontraksi menyebabkan penipisan dan pembukaan

serviks secara bertahap

b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm

c) Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.

d) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik

2) Fase Aktif pada Kala I Persalinan


19

a) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus akan terus meningkat secara bertahap

(kontraksi dianggap memadai atau adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih dalam

waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).

b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan 10 cm, akan terjadi

dengan kecepatan rata-rata 1cm/jam (nulipara/ primigravida) atau lebih dari 1cm

hingga 2 cm (multipara)

c) Terjadi penurunan bagian terendah janin

3) Pencegahan infeksi

Masalah yang sering terjadi adalah jika ibu ingin meneran, perineum

menonjol, vulva vagina, tekan anus, meningkatkan pengeluaran darah dan lendir,

kepala telah turun di dasar panggul, gelisah, letih, suhu badan meningkat,

berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat dan meteorismus.

4) Memantau persalinan dengan partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan

dan memberikan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari

penggunaan partograf adalah:

a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan

serviks melalui periksa dalam.

b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian

juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama

c) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik

kemajuan persalinan, bahan dan medikamentosa diberikan, pemeriksaan

laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan.


20

b. Kala II Persalinan

Menurut Varney (2018) mengidentifikasikan tiga fase pada kala dua persalinan :

1) Fase periode tenaga

Fase ini dimulai dari dilatasi maksimal sampai desakan untuk mengejan atau usaha

untuk mengejan yang seiring dan berirama).

2) Fase mengejan aktif

Dari usaha upaya mengejan yang berirama atau desakan untuk mendorong sampai

bagian presentasi tidak lagi mundur diantara usaha mengejan (Crowning)

3) Fase perineal

Dari crowning bagian presentasi sampai kelahiran semua tubuh bayi Kala II

persalinan dimulai ketika pembukaan serviks lengkap (10 cm) dan berakhir dengan

lahirnya bayi. Gejala dan tanda kala II persalinan adalah sebagai berikut:

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vaginanya.

c) Perineum menonjol

d) Vulva-vagina dan spingter ani membuka

e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah

Tanda pasti kala II persalinan adalah sebagai berikut:

a) Pembukaan serviks telah lengkap

b) Terlihatnya bagian kepala janin melalui introitus vagina

Salah satu persiapan penting bagi penolong adalah :


21

a) Memastikan prinsip dan praktik pencegahan infeksi (PI)

dianjurkan termasuk memakai sarung tangan dan perlengkapan perlindungan diri.

b) Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan.

c) Penolong perasalinan harus menilai ruangan, pastikan bahwa semua perlengkapan

dan bahan-bahan tersedia dan berfungsi dengan baik, termasuk perlengkapan

untuk menolong persalinan, menjahit laserasi atau luka episiotomi dan resisutasi

bayi baru lahir.

d) Persiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi

e) Persiapan ibu dan keluarga

Asuhan sayang ibu adalah sebagai berikut :

a) Anjurkan ibu agar selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan

dan kelahiran bayinya.

b) Anjurkan keluarga ibu ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu

untuk berganti posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makan dan

minuman, teman bicara, dan memberikan dukungan dan semangat selama

persalinan dan melahirkannya

c) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan

anggota keluarganya dengan dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses

persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka

d) Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala II persalinan.

Lakukan bimbingan atau tawarkan bantuan jika diperlukan


22

e) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran

f) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu meneran apabila ada dorongan kuat dan

spontan untuk meneran, jangan meneran berkepanjangan dan menahan nafas,

anjurkan ibu beristirahat disaat tidak kontraksi sehingga mencegah ibu kelelahan

dan mencegah resiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunnya pasokan oksigen

melalui plasenta

g) Ibu dianjurkan makan dan minum selama kala II persalinan untuk mencegah

dehirasi selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

h) Dalam menjalani kala II persalinan ibu ada kalanya merasa khawatir. Berikan rasa

aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama proses persalinan

berlangsung, dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang,

membantu proses persalinan dan kelahiran bayi.

i) Berikan penjelasan tentang cara dan tujuan dari tindakan setiap kali penolong

akan melakukannya, jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu dan jelaskan

apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan

(misalnya tekanan darah, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam).

Setelah ibu memiliki tanda pasti kala II persalinan tindakan yang dilakukan

adalah sebagai beriikut :

a) Posisi ibu saat melahirkan

b) Pencegahan laserasi

c) Melahirkan kepala

d) Periksa tali pusat pada leher

e) Melahirkan bahu
23

f) Melahirkan seluruh tubuh bayi

g) Memotong tali pusat

c. Kala III Persalinan

Kala III persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi selesai dan berakhir

dengan lahirnya plasenta, kala III berlangsung rata-rata 5-10 menit, akan tetapi

kisaran normal kala III sampai 30 menit (Saifuddin, AB. 2018).

Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontrasksi uterus

yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan

mengurangi kehilangan darah.

Tanda-tanda pelepasan plasenta (Cunningham, FG. 2017).

1) Uterus menjadi globuler dan biasaanya lebih kencang

2) Sering adanya semburan darah mendadak

3) Uterus naik di abdomen karena plasenta yang telah terlepas, berjalan turun masuk

ke segmen bawah uerus dan vagina

4) Tali pusat keluar lebih panjang dari vagina yang menunjukkan bahwa palsenta

telah turun.

Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama sebagai berikut

(Saifuddin, AB. 2018) :

1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir

2) Melakukan penanganan tali pusat terkendali

3) Masase fundus uteri

d. Kala IV Persalinan
24

Masa post Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir

dua jam setelah itu. Asuhan yang diberikan dalam kala IV persalinan adalah sebagai

berikut:

1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang

uterus berkontraksi baik dan kuat

2) Evaluasi tinggi uterus dengan meletakan jari tangan secara

melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya fundus uterus setinggi atau

beberapa jari dibawah pusat.

3) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan

4) Periksa kemungkinan robekan laserasi, episiotomi perineum

5) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi, bersihkan dan

bantu ibu untuk mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi

ibu agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring, jaga agar bayi

diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup bayi, kemudian berikan bayi ke ibu

dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.

6) Evaluasi keadaan umum ibu selama dua jam pasca persalinan

adalah:

a) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih dan darah

yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit

selama satu jam kedua kala empat.

b) Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit

selama satu jam, kedua kala empat

c) Pantau temperatur setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan.
25

d) Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV dibagian

depan belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah

penilaian dilakukan (Sujiyatini, 2017).

5. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

a. Passageway (jalan lahir) misalnya tipe panggul, dan struktur tulang panggul.

b. Passenger (faktor janin) misalnya bentuk dan ukuran kepala bayi, presentasi janin,

sikap janin, dan posisi janin.

c. Power adalah frekuensi, lamanya dan kekuatan kontraksi uterus yang mengakibatkan

tertarik dan terbukanya serviks secara komplit.

d. Posisi juga dianggap mempengaruhi persalinan seperti posisi setengah duduk, jongkok,

dan sebagainya.

e. Psychologis

Kondisi psikis pasien, tersedianya dorongan positif, persiapan persalinan,

pengalaman lalu dan strategi adaptasi/koping (Saifuddin, AB. 2018).

Rasa sakit oleh adanya HIS yang datang lebih kuat, sering dan teratur, keluar darah

dan lendir yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks, terkadang

ketuban pecah dengan sendirinya. Pada pemeriksaan dalam terdapat perubahan serviks

yaitu pelunakan serviks dan terjadinya pembukaan serviks (Rukiyah, AY. 2018).

6. Mekanisme Persalinan

Gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah sebagai berikut:

a. Penurunan kepala
26

Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah

terjadi sejak bulan terakhir dari kehamilan ,tetapi pada multigravida biasanya baru

terjadi  pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan

sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi ringan. Masuknya kepala melewati pintu

atas panggul (PAP) dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu pada sutura sagitalis

terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simfisis dan promontorium ada dua

jenis asinklitismus yaitu sebagai berikut.

1) Asinklitismus posterior : bila sutura sagitalis mendekati simfisis dan os paretal

belakang lebih rendah dari os parental depan.

2) Asinklitismus anterior : bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os

paretal depan lebih rendah dari os paretal belakang. Pada derajat sedang

asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi bila berat gerakan ini dapat

menimbulkan disporposi sepalopelvis dengan panggul yang berukuran normal

sekalipun.

3) Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini

disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim ,yang

menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang

bersamaan terjadinya relaksasi dari segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan

dan dilatasi serviks. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir.

Penurunan kepala ini juga disebabkan karena cairan intrauterin, kekuatan meneran,

atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak. (Saifuddin,

AB. 2018).

b. Penguncian (Engagement)
27

Tahap penurunan kepala pada waktu diameter bipariental dari kepala janin telah

melalui lubang masuk panggul ibu (Oxorn, 2018).

c. Fleksi

Pada awal persalinan ,kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan

majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini,dagu dibawa lebih

dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar.

Hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding serviks,dinding pelvis,dan lantai

pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan

diameter suboccipito frontalis (11 cm).

Sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi

maksimal. Ada  teori yang menjelaskan mengapa fleksi bisa terjadi. Fleksi ini

disebabkan karena anak di dorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari

serviks,dinding panggul, atau dasar panggul. Akibat dari keadaan ini maka terjadilah

fleksi. (Cunningham, FG. 2017).

d. Rotasi dalam (putaran paksi dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa

sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simfisis.

Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil

dan bagian inilah yang memutar ke depan ke arah simfisis. Rotasi dalam penting untuk

menyelesaikan persalinan kerna merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi


28

kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan bawah panggul

(Saifuddin, AB. 2018).

e. Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai didasar pinggul dan ubun-ubun kecil berada di

bawah simfisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini disebabkan karena

sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga

kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Jika kepala fleksi penuh pada

waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan

pada perineum dan dapat menembusnya. Suboksiput yang tertahan pada pingggir bawah

simfisis menjadi pusat pemutaran (hypmochlion) maka lahirlah berturut-turut pada

pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan

gerakan ekstensi. (Rukiyah, AY. 2018).

f. Rotasi Luar (putaran paksi luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi

memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang

terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di

dalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang di

laluinya sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran

dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter

anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga
29

melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber iskiadikum

sepihak (Cunningham, FG. 2017).

g. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan di bawah simfisis dan menjadi

hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir,

selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir. Dengan

kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan ukuran rata-rata,

sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah mencapai

dasar panggul sehingga persalinan tidak bertambah  panjang. Akan tetapi, pada kira-kira

5-10 % kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi

yang buruk atau fleksi kepala yang salah satu atau keduanya, rotasi mungkin tidak

sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar

(Rukiyah, AY. 2018).

h. Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan genitalia bagian dalam mulai dari vagina

sampai serviks menggunakan dua jari, yang salah satu tekhniknya adalah dengan

menggunakan skala ukuran jari (lebar satu jari berarti 1 cm) untuk menentukan diameter

dilatasi serviks (pembukaan serviks/portio). Pemeriksaan dalam dilakukan untuk

menilai:

1) Vagina (terutama dindingnya), apakah ada bagian yang menyempil

2) Keadaan serta pembukaan serviks

3) Kapasitas panggul

4) Ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir


30

5) Sifat flour albus dan apakah ada alat yang sakit, misalnya bartholinitis

6) Pecah tidaknya selaput ketuban

7) Presentasi janin

8) Turunnya kepala dalam panggul

9) Penilaian besarnya kepala terhadap panggul

Pemeriksaan dalam kontra indikasi dilakukan jika terdapat perdarahan

pervaginam, karena kemungkinan terjadi plasenta previa atau solusio plasenta. Jika

pembukaan serviks kurang dari 4 cm, berarti ibu masih dalam fase laten kala I

persalinan dan perlu panilaian ulang 4 jam kemudian (Sujiyatini, 2017).

B. Tinjauan Umum Tentang Nyeri Persalinan

1. Defenisi Nyeri Persalinan

a. Nyeri adalah fenomena yang kompleks dan bersifat pribadi (Rukiyah, 2018).

b. Nyeri adalah suatu fear-tension pain syndrome, yaitu sensasi yang timbul akibat

kontraksi otot rahim bagian bawah, yang dipersepsi ibu bersalin sebagai nyeri (Yanti,

2017).

c. Nyeri persalinan merupakan bagian dari proses yang normal (Jhonson, Joyce. 2018).

d. Nyeri adalah suatu pengalaman secara emosional dan berhubungan dengan perasaan

yang tidak enak yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan secara nyata atau

potensial (Leveno, Kenneth J. 2017).

e. Nyeri persalinan sebagai kontraksi miometrium merupakan proses fisiologis dengan

intensitas yang berbeda pada masing-masing individu (Andarmoyo, 2018).


31

f. Nyeri adalah fenomena multifaktorial, yang subjektif personal, dan kompleks yang

dipengaruhi oleh faktor psikologis, biologis, sosial budaya, dan ekonomi (Fraser, 2018).

Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus. Selama

persalinan dan kelahiran pervaginan, nyeri disebabkan oleh kontraksi rahim, dilatasi

serviks, dan distensi perineum. Serat saraf aferen viseral yang membawa implus sensorik

dari rahim memasuki medula spinalis pada segmen torakal kesepuluh, kesebelas dan

keduabelas serta segmen lumbal yang pertama (T10 sampai L1). Nyeri dari perineum

berjalan melewati serat saraf aferen somatik, terutama pada saraf pedendus dan mencapai

medula spinalis melalui segmen sakral kedua, ketiga, dan keempat (S2 sampai S4). Serabut

saraf sensorik yang dari rahim dan perineum ini membuat hubungan sinapis pada kornu

medula spinalis dengan sel yang memberi akson yang merupakan saluran spinotalamik.

Selama bagia akhir kala I dan di sepanjang kala II, impuls nyeri bukan saja muncul dari

rahim tetapi juga perineum saat bagian janin melewati pelvis (Rukiyah, 2018).

2. Rasa Nyeri Selama Proses Persalinan

Fauziah (2017) menjelaskan rasa nyeri selama proses persalinan sebagai berikut :

a. Rasa nyeri neurologic ibu bersalin

Rasa nyeri selama persalinan disebabkan dua hal. Pada kala I persalinan, kontraksi

rahim meyebab. Dilatasi dan penipisan seviks; serta iskemia rahim (penurunan aliran

darah sehingga oksigen lokal mengalami deficit) akibat kontraksi arteri miometrium.

Implus rasa nyeri pada kala I persalinan ditransmisi melalui segmen saraf spinalis T.11-

12 dan saraf-saraf asesori torokal bawah serta saraf simpatik lumbal atas. saraf-saraf ini

berasal dari korpus uterus dan serviks. Rasa nyeri akibat perubahan serviks dan iskemia

rahim ialah nyeri viseral. Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar
32

ke daerah lumbal punggung dan menurunkan ke paha. Biasanya ibu bersalin mengalami

rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar

kontraksi.

Selama kala II persalinan, yakni kala pengeluaran bayi, ibu bersalin mengalami

nyeri somatik atau nyeri pada perinerum. Rasa nyeri pada perineum ini timbul akibat

peregangan jaringan perineum supaya janin dapat melewati bagian ini, juga akibat

tarikan peritoneum dan topangan uteroservikal saat kontraksi. Rasa nyeri juga dapat

diakibatkan pengeluaran janin menggunakan ekstraksi forsep atau tekanan pada bagian

terendah janin, yakni kandung kemih, usus, atau struktur sensitif panggul yang lain.

Implus nyeri selama kala II persalinan diantar melalui sakrum 1-4 dan sistem

parasimpatis jaringan perineum. Nyeri yang dialami pada awal kala I persalinan. Nyeri

dapat berupa nyeri lokal disertai keram dan sensasi robekan akibat regangan dan laserasi

serviks, vagina, atau jaringan perineum. Rasa nyeri sering digambarkan sebagai sensasi

terbakar yang dirasakan saat jaringan meregang. Nyeri juga dapat beralih sehingga

dapat dirasakan di punggung, di pinggang, dan di paha.

b. Ekspresi nyeri ibu bersalin

Rasa nyeri muncul akibat respons psikis dan refleks fisik. Kualitas rasa nyeri fisik

dinyatakan sebagai nyeri tusukan, nyeri terbakar, rasa sakit, denyutan, sensasi tajam,

rasa mual, dan keram. Rasa nyeri pada persalinan menimbulkan gejala yang dapat

dikenali. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik timbul sebagai respons terhadap

nyeri dan dapat mengakibatkan perubahan tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan

warna kulit. Polar dan diaforesis dapat timbul. Serangan mual, muntah, dan keringan

berlebihan juga sangan sering terjadi. Ekspresi efektif tertentu akibat suatu penderitaan
33

juga sering terlihat. Perubahan efektif meliputi peningkatan rasa cemas disertai lapang

perseptual yang menyempit, mengerang, menagis, gerakan tangan (yang menandakan

rasa nyeri) dan ketegangan otot yang sangat diseluruh tubuh. Eksresi nyeri dapat

bervariasi sesuai kultur budaya. Misalnya, ibu bersalin meyakini menahan nyeri dengan

menunjukkan sikap diam, sedangkan ibu bersalin lainnya menahan nyeri dengan

bersikap sabar, tetapi menganggap hal yang wajar jika perlu boleh berteriak-teriak.

c. Persepsi nyeri ibu bersalin

Walau ambang nyeri hampir sama pada semua individu tanpa memandang jenis

kelamin, sosial, etnik, atau perbedaan kultural, tetapi perbedaan-perbedaan ini

memainkan peran penting dalam persepsi nyeri tiap individu. Pengaruh faktor-faktor,

seperti budaya, counterstimulasi, dan disraksi untuk mengatasi rasa nyeri tidak

dimengerti sepenuhnya arti nyeri dan ekspresi verbal maupun nonverbal tentang nyeri

tampaknya dipelajari dari intraksi dalam kelompok sosial primer. Pengaruh budaya

dapat menimbulkan harapan yang tidak realitis. Misalnya, ibu bersalin percaya bahwa

berteriak dan memperlihatkan rasa nyeri merupakan hal memalukan dan mereka tidak

mengeluarkan kata-kata saat merasa nyeri. Rasa nyeri berbeda pada setiap individu.

Melalui pengalaman nyeri manusia mengembangkan beraneka mekanisme untuk

mengatasi nyeri tersebut. Ketegangan emosi akibat rasa cemas sampai rasa takut dapat

memperberat persepso nyeri selama persalinan (lihat metode Dick-read di bagian

bawah). Nyeri atau kemungkinan nyeri dapat menginduksi ketakutan, sehingga timbul

kecemasan yang berakhir dengan kepanikan. Keletihan dan kurang tidur dapat

memperberat nyeri. Persalinan sebelumnya dapat memengaruhi persepsi ibu bersalin

tentang nyeri bersalin. Pada ibu bersalin primipara mengalami persalinan yang lebih
34

panjang, mereka lebih merasa letih. Hal ini membuat peningkatan nyeri seperti suati

lingkaran setan. Ibu bersalin yang menggunakan obat-obatan terlarang mengalami nyeri

yang tidak sama sengan ibu bersalin lain saat bersalin. Biasanya penggunaan obat

penahan nyeri tidak perlu dicegah, akan tetapi pemantauan letak komplikasi yang

berkaitan dengan setiap obat merupakan bagian dari pengkajian perawat maternitas.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Nyeri Dalam Persalinan

Rukiyah (2018) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nyeri

dalam persalinan sebagai berikut:

a. Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual terhadap rasa sakit.

Rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui, rasa takut tinggal sendiri pada saat proses

persalinan (tanpa pendamping) vdan rasa takut atas kegagalan persalinan dapat

meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan yang lalu juga menambah

kecemasan.

b. Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara alamiah tegang

dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi stres dibanding wanita yang rileks dan

percaya diri.

c. Kelelahan, ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin sebelumnya

sudah terganggu tidurnya oleh ketidaknyamanan dari akhir masa kehamilannya akan

kurang mampu mentolerir rasa sakit.

d. Faktor sosial dan budaya juga berperan penting dalam relaksasi rasa sakit. Beberapa

budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan membiarkan) sedang budaya lainnya

mendorong keterbukaaan untuk menyatakan perasaannya.


35

e. Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realitis dalam

pengharapan mengenai persalinannya dan tanggapannya terhadap hal tersebut mungkin

adalah persiapan yang terbaik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia akan menerima

pertolongan dan dukungan yang di perlukannya dan yakni bahwa ia akan menerima

analgesik yang sesuai.

Menurut Fraser (2018) faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan adalah

a. Budaya

Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengaruhi oleh budaya individu.

Penting bagi perawat maternitas untuk mengetahui seorang ibu dalam mempersepsikan

dan mengekspresikan nyeri persalinan.

b. Emosi (cemas dan takut)

Stres atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan kontraksi uterus

menjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan. Karena saat wanita dalam kondisi

inpartu tersebut mengalami stres maka secara otomatis tubuh akan melakukan reaksi

defentif sehingga secara otomatis dari stres tersebut merangsang tubuh mengeluarkan

hormon stressor yaitu hormon Katekolamin dan hormon Adrenalin, Katekolamin ini

akan dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat persalinan jika calon ibu tidak bisa

menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan, berbagai respn tubuh yang muncul

antara lain dengan “bertempur atau lari’’ (“fight or fligth”). Dan akibat respon tubuh

tersebut maka uterus menjadi semakin tegang sehingga aliran darah dan oksigen ke
36

dalam otot-otot uterus berkurang karena arteri mengecil dan menyempit akibatnya

adalah rasa nyeri yang tak terelakkan.

c. Pengalaman persalinan

Pengalaman persalinan sebelumnya juga dapat mempengaruhi respon ibu terhadap

nyeri. Bagi ibu yang mempunyai pengalaman yang menyakitkan dan sulit pada

persalinan sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada pengalaman lalu akan

mempengaruhi sensitifitasnya rasa nyeri.

d. Support system

Dukungan dari pasangan, keluarga maupun pendamping persalinan dapat membantu

memenuhi kebutuhan ibu bersalin, juga membantu mengatasi rasa nyeri.

e. Persiapan persalinan

Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung tanpa nyeri. Namun,

persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan cemas dan takut akan nyeri

persalinan sehingga ibu dapat memilih berbagai teknik atau metode latihan agar ibu

dapat mengatasi ketakutannya.

4. Fisiologi rasa sakit

Rukiyah (2018) menjelaskan bahwa fisiologi rasa sakit, antara lain:

a. Nyeri yang akut

Sensasi semacam ini dikirimkan melalui serabut delta A yang merupakan serabut syaraf

besar yang menampung rasa nyeri yang akut. Rasa nyeri rasa ini akan dirasakan sebagai

nyeri yang menusuk yang dengan mudah dapat dilokalisir oleh penderitanya.

b. Nyeri yang kronis


37

Jalur nyeri yang kronis adalah sedikit berbeda, serabut-serabut syaraf yang terlihat

adalah syaraf yang diameternya lebih kecil dan disebut serabut C. Nyeri kronis sering

digambarkan sebagai sakit yang membakar yang sulit dilokalisir.

c. Neurotransmitter

Pengiriman rangsangan syaraf dilakukan atau dihambat oleh zat-zat yang disebut neuro

transmitter. Zat-zat ini bisa bersifat merangsang (excitatory) atau penghambat

(inhibitory). Mereka berinteraksi untuk mempertahankan keseimbangan penelaran rasa

nyeri. Salah satu contoh dari neurotransmitter ini adalah acetylcholine dan satu contoh

dari inhibitory neurotransmitter ialah enkephaline. Larutan anastesi lokal bertindak

dengan bersaing untuk mencapai reseptor accttycholine pada neurone membendung

aksi tersebut.

C. Tinjauan Umum Tentang Jahe

Jahe (Zingiber officinale Rosc) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun

berbatang semu. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (zingiberaceae), satu famili dangan

Temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma

aeruginosa), kunyit, (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas

galanga), dan lain-lain. Jahe merupakan rempah-rempah Indonesia yang sangat penting

dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang kesehatan (Pudiastuti, R. D. 2017).

Sistematika Tanaman Rimpang Jahe :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Musales
38

Family : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : officinale

Akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe. Pada bagian ini tumbuh tunas-

tunas baru yang kelak akan menjadi tanaman. Akar tunggal (rimpang) tertanam kuat didalam

tanah dan makin membesar dengan pertambahan usia serta membentuk rhizoma-rhizoma

baru. Jahe tumbuh merumpun, berupa tanaman tahunan berbatang semu. Tanaman tumbuh

tegak setinggi 30-75 cm. Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau

kemerahan dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun (Mochtar. 2018).

Panjang daunnya 15-23 cm dan lebar 0,8-2,5 cm. Tangkainya berbulu atau gundul.

Ketika daun mengering dan mati, pangkal tangkainya (rimpang) tetap hidup dalam tanah.

Rimpang tersebut akan bertunas dan tumbuh menjadi tanaman baru setelah terkena hujan .

Rimpang jahe berbuku-buku, gemuk, agak pipih, membentuk akar serabut. Rimpang tersebut

tertanam dalam tanah dan semakin membesar sesuai dengan bertambahnya usia dengan

membentuk rimpang-rimpang baru. Di dalam sel-sel rimpang tersimpan minyak atsiri yang

aromatis dan oleoresin khas jahe (Rukiyah, A.Y. & Yulianti, L. 2018).

Rimpang yang akan digunakan untuk bibit harus sudah tua minimal berumur 10 bulan.

Ciri-ciri rimpang tua antara lain kandungan serat tinggi dan kasar, kulit licin dan keras tidak

mudah mengelupas, warna kulit mengkilat menampakkan tanda bernas. Rimpang yang

terpilih untuk dijadikan benih, sebaiknya mempunyai 2-3 bakal mata tunas yang baik dengan

bobot sekitar 25-60 g untuk jahe putih besar, 20 - 40 g untuk jahe putih kecil dan jahe merah.

Kebutuhan bibit per ha untuk jahe merah dan jahe emprit 1-1,5 ton, sedangkan jahe putih
39

besar yang dipanen tua membutuhkan bibit 2-3 ton/ha dan 5 ton/ha untuk jahe putih besar

yang dipanen muda (Saifuddin AB. 2018).

Pada bagian ini Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna

rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe dengan kelebihan masing-masing yaitu jahe

merah, rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil sama seperti

jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri

yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan (Saifuddin AB.

2018).

Gambar 2.2 : Jahe Merah


Sumber : Widianti (2018)

Kelebihan :

a. Hangatkan Tubuh

Jahe memiliki kandungan rasa pedas yang rupanya sangat berguna untuk

menghangatkan tubuh, tubuh yang lebih hangat bisa bikin kita jadi lebih nyaman

terutama saat di musim hujan.

b. Redakan Sakit Kepala

Selain bisa menghangatkan, jahe juga mengandung kamfena dan tentunya rasa pedas.

kandungan pada jahe tersebut bisa membantu meredakan sakit kepala


40

c. Cegah Inflamasi Usus

Jahe merah mengandung komponen aktif zingeron, Komponen aktif tersebut mampu

menghambat enzim yang bisa memicu radang pencernaan

d. Perkuat Sistem Kekebalan Tubuh

Jahe merah bisa dimanfaatkan untuk membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh

kita. Soalnya, ekstraknya bisa mencegah dan membunuh bakteri berbahaya yang

menginfeksi tubuh.

b. Atasi Batuk dan Mual

Jahe merah memiliki kandungan minyak atsiri yang bermanfaat untuk mengatasi batuk.

Selain itu, jahe merah juga bisa membantu menghilangkan gas ekstra di saluran usus

yang membantu menghilangkan mual

c. Turunkan Berat Badan

Jahe merah ada yang dibuat sebagai suplemen makanan yang bermanfaat untuk

memberikan efek kenyang lebih lama. Selain itu, kandungannya juga bagus dalam

membantu membakar kalor. Makanya, jahe merah bisa membantu menurunkan berat

badan bagi penderita kelebihan berat badan

d. Jaga Kondisi Jantung

Jahe merah juga diketahui terbukti mengurangi kadar kolesterol dan trigliserida.

Keduanya merupakan penyebab utama dari gangguan kesehatan berupa penyakit

jantung

Tanaman jahe mempunyai daya adaptasi yang luas di daerah tropis, sehingga dapat

tumbuh di daratan rendah sampai pegunungan. Namun, untuk tumbuh dan berproduksi secara

optimal, tanaman jahe membutuhkan kondisi lingkungan tumbuh yang sesuai. Jahe cocok
41

ditanam di daerah tropis dengan kisaran suhu 20-35 oC, suhu optimum 25-30 oC. Sesuai dengan

namanya, jahe ini memiliki penampilan ukuran rimpang yang lebih besar dibanding jenis jahe

yang lainnya, bobotnya berkisar antara 1–2 kg per rumpun. Struktur rimpangnya besar dan

berbuku–buku. Bagian dalam rimpang apabila diiris akan terlihat berwarna putih kekuningan.

Tinggi rimpang dapat mencapai 6–12 cm dengan panjang 15–35 cm, dan diameter berkisar

8,47–8,50 cm (Saleha. 2017).

Akar yang keluar dari rimpang berbentuk bulat dengan panjang mencapai 30 cm dan

diameternya berkisar 4–6 cm. Jika dalam satu rumpun akarnya dikumpulkan dan ditimbang,

beratnya dapat mencapai 30 g. Jahe besar tingginya dapat mencapai 85 cm dari permukaan

tanah dengan batangnya yang berbentuk bulat besar, berwarna hijau muda. Akar yang keluar

dari rimpangnya bebentuk bulat. Panjang dapat mencapai 26 cm dan diameternya berkisar

antara 3,91–5,90 cm. Akar yang dikumpulkan dari satu rumpun dapat mencapai 70 g lebih

banyak dari akar jahe besar. Tinggi tanaman sekitar 40–60 cm sedikit lebih pendek dari jahe

gajah. Kandungan minyak atsiri rimpang jahe emprit antara lain minyak atsiri 1,5–3,5%, kadar

pati 54,70%, kadar serat 6,59% dan kadar abu 7,39-8,90% (Mochtar. 2018).

Jahe merah atau jahe sunti memiliki rimpang dengan bobot 0,5-0,7 kg per rumpun.

Struktur rimpang jahe merah, kecil berlapis–lapis dan daging rimpangnya bewarna jingga muda

sampai merah. Diameter rimpang mencapai 4 cm dan tinggi antara 5,26–10,40 cm. Kandungan

dalam jahe merah antara lain minyak atsiri 2,58–3,09%, kadar pati 44,99%, dan kadar abu

7,46%. Jahe merah umumnya memiliki rasa paling pedas dan kandungan minyak atsiri paling

tinggi diantar jahe lainnya, sehingga jahe ini banyak digunakan sebagai bahan dasar farmasi

dan jamu. Akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe. Pada bagian ini tumbuh tunas–

tunas baru yang kelak akan menjadi tanaman. Akar tunggal (rimpang) itu tertanam kuat di
42

dalam tanah dan semakin besar dengan pertambahan usia serta membentuk rhizome–rhizome

baru. Selain penting secara botani, akar jahe merupakan bagian terpenting secara ekonomis.

Akar rimpang jahe juga memiliki banyak kegunaan seperti sebagai bumbu masak, obat sampai

menjadi minyak jahe Rimpang jahe memiiki aroma khas, bila dipotong berwarna putih, kuning,

atau jingga. Sementara bagian luarnya kuning kotor, atau bila telah tua menjadi coklat keabu-

abuan. Akan tetapi bagian dalam rimpang jahe biasanya memiliki dua warna yaitu bagian

tengah (hati) berwarna agak gelap dan bagian tepi berwarna agak terang (Marmi. 2017).

Batang tanaman merupakan batang semu yang tumbuh tegak lurus. Batang terdiri dari

seludang–seludang daun tanaman dan pelepah daun yang menutupi batang. Bagian luar batang

agak licin dan sedikit mengkilap berwarna hiaju tua. Biasanya batang dihiasi titik–titik

berwarna putih. Batang ini biasanya basah dan banyak mengandung air, sehingga tergolong

tanaman herbal. Daun jahe berbentuk lonjong dan lancip menyerupai daun rumput-rumputan

besar. Daun itu sebelah–menyebelah berselingan dengan tulang daun sejajar sebagaimana

tanaman monokotil lainnya. Pada bagian atas, daun lebar dengan ujung agak lancip, bertangkai

pendek, berwarna hijau tua agak mengkilap. Sementara bagian bawah berwarna hijau muda dan

berambut halus. Panjang daun sekitar 5–25 cm dengan lebar 0,8–2,5 cm. Tangkainya berambut

atau gundul dengan panjang 5–25 cm dan lebar 1–3 cm. Ujung daun agak tumpul dengan

panjang lidah 0,3–0,6 cm, bila daun mati maka pangkal tangkai akan tetap hidup dalam tanah,

lalu bertunas dan menjadi akar rimpang baru (Holmes, D. 2018).

Bunga jahe berupa bulir yang berbentuk kincir, tidak berambut, dengan panjang 5–7 cm

dan bergaris tengah 2–2,5 cm. Bulir itu menempel pada tangkai bulir yang keluar dari akar

rimpang dengan panjang 15–25 cm. Tangkai bulir dikelilingi daun pelindung yang berbentuk

bulat lonjong, berujung runcing, dengan tepi berwarna merah, ungu, atau hijau kekuningan.
43

Bunga terletak pada ketiak daun pelindung dengan beberapa bentuk, yakni panjang, bulat telur,

lonjong, runcing atau tumpul. Pada bunga jahe, benang sari yang dapat dibuahi hanya satu

sedangkan benang sari lain telah berubah bentuk menjadi daun. Staminoid–staminoidnya

membentuk mahkota beruang tiga dengan bibir berbentuk bulat telur berwarna hitam belang

(Bobak, 2018).

D. Pengaruh Pemberian Jahe Dengan Nyeri Persalinan

Proses persalinan identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani. Secara fisiologis nyeri

terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi sebagai upaya membuka servik dan mendorong

kepala bayi kearah panggul. Nyeri pada persalinan kala I merupakan proses fisiologis yang

disebabkan oleh proses dilatasi servik, hipoksia otot uterus saat kontraksi, iskemia korpus

uteri dan peregangan segmen bawah rahim dan kompresi saraf di serviks. Nyeri persalinan

dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti

katekolamin dan steroid, dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus, penurunan

sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya

iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak (Saifuddin, AB. 2018).

Pengaruh Pemberian Jahe Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I

E. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian Jahe Hangat Intensitas Nyeri


Persalinan Kala I

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen
44

: Variabel Yang Diteliti

F. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pemberian Jahe Hangat

Pemberian jahe hangat dalam penelitian ini adalah jahe yang diberikan ibu bersalin

kepada setiap sampel. Sebelum diberikan jahe, pengolahan dan penggunaan jahe terlebih

dahulu mengambil jahe sebanyak 50 gram dan 130 ml air untuk direbus selama ±15-20

menit, setelah itu pisahkan sisa jahe dengan air yang sudah direbus dengan menyaring ke

dalam gelas berukuran 150 ml untuk sekali minum

Kriteria Objektif :

Ya : Jika ibu bersalin diberikan jahe hangat (Intervensi)

Tidak : Jika ibu bersalin tidak diberikan jahe hangat (Kontrol)

2. Nyeri Persalinan Kala I Fase

Aktif

Intensitas nyeri kala I fase aktif persalinan adalah rasa sakit yang timbul saat

persalinan kala I fase aktif dengan menggunakan numerik rating scale (NRS).

Kriteria Objektif :

Ringan : Jika memiliki skor 1-3

Sedang : Jika memiliki skor 4-6

Berat : Jika memiliki skor 7-9

G. Hipotesis

Berdasarkan pada masalah, tujuan, tinjauan pustaka dan kerangka konsep maka

hipotesis yang diajukan yakni :

1. Hipotesis Alternatif (Ha)


45

Ada Pengaruh Pemberian Jahe Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I di

Wilayah Kerja Puskesmas Uesei Kabupaten Kolaka Timur.

2. Hipotesis Noll (Ho)

Tidak Ada Pengaruh Pemberian Jahe Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I

di Wilayah Kerja Puskesmas Uesei Kabupaten Kolaka Timur.

Anda mungkin juga menyukai