Anda di halaman 1dari 61

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT


KECEMASAN ANAK SAAT DIPASANG INFUS
DI RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH MUNTOK

Dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian


tugas akhir pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan

Oleh
Ayu Nidia
11222073

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Penelitian dengan judul :

Hubungan Dukungan Orang Tua Dengan Tingkat Kecemasan Anak


saat Dipasang infus di Rumah Sakit Bakti Timah Muntok

Telah mendapatkan persetujuan untuk dilaksanakan Jakarta, Mei 2023

Menyetujui, Pembimbing Skripsi,

Dr. Lenny Rosbi Rimbun, SKp., M.Si., M.Kep

Mengetahui,

Ka. Prodi S1 Keperawatan

Wasijati, SKp., M.Si., M.Kep

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan hasil penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Tingkat
Kecemasan Anak saat Dipasang Infus di Rumah Sakit Bakti Timah Muntok”, ini telah
diujikan dan dinyatakan Lulus dalam ujian sidang dihadapan Tim Penguji pada tanggal Mei
2023.

Penguji I

Ns. Diana Rhismawati, M. Kep, Sp.KMB

Penguji II

Dr. Lenny Rosbi Rimbun, SKp., M.Si., M.Kep

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan
Dukungan Orang Tua dengan Tingkat Kecemasan Anak saat Dipasang Infus di Rumah Sakit
Bakti Timah Muntok”

Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar Skripsi pada Program Studi S1
Keperawatan – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.Peneliti menyadari banyak
pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai selesainya penelitian ini. Pada
kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1. Drg. Mira Dyah Wahyuni, MARS, selaku Direktur Utama PERTAMEDIKA/IHC dan
Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Asep Saefudin., SH., MM., CHRP., CHRA, selaku Ketua Pengurus Yayasan
Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Ns. Maryati, S.Sos., S.Kep., MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA
4. Dr. Lenny Rosbi Rimbun, SKp., M.Si., M.Kep, selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA sekaligus sebagai Pembimbing Skripsi yang dengan
kesabaran dan kebaikannya telah membimbing penulis selama proses penelitian ini.
5. Sri Sumartini, SE., MM, selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
6. Achirman, SKM., M.Kep, selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
7. Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep, selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
8. dr. Yovita Sari Metkono selaku Direktur RSBT Muntok.
9. Para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
10. Suami dan anakku tercinta atas doa dan dukungannya selama ini, sehingga laporan
penelitian /skripsi ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
11. Orang tua dan mertua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam
melakukan penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan

iii
waktunya.
12. Para responden atas keikutsertaan dan kerjasamanya, sehingga laporan penelitian ini
dapat selesai sesuai dengan waktunya.
13. Teman-teman Angkatan NR 16 Program Studi S1 Keperawatan - Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
14. Teman-teman di diruangan yang telah membantu dan mensupport, sehingga laporan
penelitian ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
15. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut berpartisipasi
sehingga selesainya penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini banyak sekali kekurangannya,
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan penulisan dan
penyusunan hasil penelitian dimasa mendatang.

Muntok, Mei 2023

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................... iii
DAFTAR ISI............................................................................................. v
DAFTAR TABEL..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian............................................................... 6
D. Manfaat Penelitian............................................................. 7

BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN


A. Teori dan Konsep Terkait.................................................. 9
B. Penelitian Terkait............................................................... 22
C. Kerangka Berpikir ............................................................. 23

BAB III : KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS


A. Kerangka Konsep............................................................... 24
B. Definisi Operasional ......................................................... 25
C. Hipotesis............................................................................. 27

BAB IV : METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian............................................................... 29
B. Populasi dan Sampel.......................................................... 29
C. Teknik Pengambilan Sampel ............................................ 30
D. Tempat Penelitian.............................................................. 30
E. Waktu Penelitian................................................................ 31
F. Etika Penilaian................................................................... 31

v
G. Alat Pengumpulan Data..................................................... 31
H. Prosedur Pengumpulan Data.............................................. 34
I. Teknik Pengelolaan Data dan Analisa Data...................... 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 39


LAMPIRAN.............................................................................................. 42

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................................. 26


Tabel 4.1 Tingkat Reliabilitas ................................................................... 34

vii
DAFTAR SKEMA

A. Skema 2.1 Kerangka Berpikir........................................................ 23


B. Skema 3.1 Kerangka Konsep......................................................... 25

viii
DAFTAR LAMPIRAN

A. Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden............................ 42


B. Lampiran 2 : Surat Pernyataan Kesedian Menjadi
Responden Penelitian.............................................. 43
C. Lampiran 3 : Kuesioner Dukungan Orang Tua ............................ 44
D. Lampiran 4 : Kuesioner Tingkat Kecemasan Anak....................... 46

ix
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat anak sakit, banyak dari mereka yang merasakan perubahan baik dari
minat maupun aktivitas. Apalagi jika anak memerlukan perawatan di rumah
sakit atau diharuskan untuk hospitalisasi. Ketika anak sakit dan diharuskan
untuk rawat inap di rumah sakit, berbagai reaksi yang komplek dan bervariasi
akan muncul, diantaranya regresi (rasa tergantung atau tidak mau
ditinggalkan), rasa takut dan cemas, merasa dipisahkan dari keluarga, putus
asa dan protes (Wong, 2009). Kondisi anak yang dilakukan perawatan di
rumah sakit akan mengalami krisis karena anak mengalami stres akibat
perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam
kebiasaan sehari-hari, dan anak mempuyai sejumlah keterbatasan dalam
mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang
bersifat menekan (Ambarwati dan Nasution, 2015).

Berdasarkan data WHO (2012) bahwa 3-10 % anak dirawat di Amerika


Serikat baik anak usia toddler, prasekolah ataupun anak usia sekolah,
sedangkan di Jerman sekitar 3 sampai dengan 7% dari anak toddler dan 5
sampai 10% anak prasekolah yang menjalani hospitalisasi. Prevalensi yang
terjadi akan dampak hospitalisasi pada anak cukup tinggi hampir dan tidak
menutup kemungkinan terjadi disetiap rumah sakit. Menurut penelitian yang
dilakukan Natalia (2011) tentang Kecemasan Anak, didapatkan tingkat
kecemasan anak akibat hospitalisasi dengan distribusi frekuensi, terdapat
17,9% dengan tingkat kecemasan ringan, kecemasan sedang 5,1%, dan
kecemasan berat 4%.

Kecemasan akibat hospitalisasi yang terjadi pada anak dapat beresiko


mengganggu tumbuh kembang anak dan berdampak pada proses
penyembuhan. Kecemasan yang teratasi dengan cepat dan baik akan
membuat anak lebih nyaman dan kooperatif dengan tenaga kesehatan
2

sehingga tidak menghambat proses keperawatan. Hal ini akan berdampak


nyata pada lamanya hari rawat, proses pengobatan dan perawatan pada anak .
Perasaan yang sering muncul pada anak yang menjalani hospitalisasi yaitu
cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Supartini, 2014). Reaksi anak
terhadap krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh usis perkembangan mereka
sebelumnya dengan penyakit, perpisahan, hospitalisasi, keterampilan koping,
yang dimiliki dan didapatkan, keparahan diagnosis, dan sistem dukungan
yang ada (Wong et.al, 2009).

Selama proses tersebut, anak dapat mengalami berbagai kejadian yang


menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman yang sangat
traumatik dan penuh dengan stress. Berbagai perasaan yang sering muncul
pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah sehingga
diperlukan dukungan dari keluarga Wong (2012) dalam Yanni (2018). Anak
mengalami trauma dan menimbulkan gejala berupa respon regresi, apatis,
ketakutan, dan gangguan tidur. Dampak negatif ini berkaitan dengan lamanya
dan banyaknya jumlah pasien (Ramdiani, 2015). Anak akan mengalami
cemas akibat perubahan ketika menghadapi lingkungan yang asing dan
asuhan yang tidak dikenal di Rumah Sakit.

Kecemasan merupakan keadaan emosi yang muncul saat individu sedang


stress, dan ditandai oleh perasaan tegang, pikiran yang membuat individu
merasa khawatir dan disertai respon fisik (jantung berdetak kencang, naiknya
tekanan darah, dan lain sebagainya). Gunarso (Sulistyawati, 2014) kecemasan
atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Pengaruh
kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan, merupakan masalah penting
dalam perkembangan kepribadian. Kecemasan merupakan kekuatan yang
besar dalam menggerakan (Santrock. 2009).

Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada anak adalah jenis kelamin,


perawatan medis, keluarga dan lingkungan sosial, sikap dan perilaku tenaga
medis, lingkungan rumah sakit dan komunikasi antar pasien. Orang tua
3

merupakan bagian penting dalam keluarga (Wong, 2012). Dukungan orang


tua pada anak baik secara psikologis maupun fisik berpotensi mempengaruhi
status kesehatan anak misalnya apabila dukungan orang tua kurang maka
anak akan cenderung mudah mengalami cemas. Keberadaan orang tua
memberikan rasa tenang pada anak. Fungsi keluarga adalah memberikan cinta
kasih sayang dan dukungan emosional kepada anggota keluarganya.
Pemberian kasih sayang secara kontinyu sangat dibutuhkan dalam perawatan
anak untuk kesehatan, perkembangan, dan kelangsungan hidup anak. (Wong,
2012).

Dukungan orang tua sangat dibutuhkan saat anak di hospitalisasi dan harus di
pasang infus. Pertimbangan utama dalam pemasangan infus adalah keamanan
dan kenyamanan (Halpern, 2014). Peneliti menemukan bahwa anak usia 6 –
14 tahun merasakan nyeri dengan rentang nyeri akses port 3,9 pada skala 0 –
10. Anak menolak atau memberitahu tentang nyeri karena mereka
mengartikan nyeri tersebut sebagai hukuman atas beberapa kelakuan mereka
yang buruk. (Wong, 2012).

Berdasarkan laporan Riskesdas (2018) di Indonesia tercatat 35 anak usia 3-6


tahun dari 100 anak yang menjalani perawatan di rumah sakit. Data ini
menunjukkan bahwa anak usia 3-6 tahun mencapai 80% dari seluruh pasien
anak yang ada di rumah sakit. Rata-rata anak mendapatkan perawatan selama
6 hari (RI, 2020). Perawatan atau hospitalisasi mengharuskan anak untuk
tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dapat
mengalami berbagai kejadian yang menyebabkan traumatik dan stress. Data
menunjukkan bahwa 49% anak yang menjalani perawatan mengalami tingkat
kecemasan sedang dan 34% dengan tingkat kecemasan berat (Khairani,
2019). Data lain juga menunjukkan sejumlah 36,1% anak mengalami
ketakutan bersosialisasi dimana mereka takut berbicara dengan orang yang
tidak dikenal di lingkungan baru seperti rumah sakit. Sebagian anak
4

mengalami kecemasan umum sebesar 25,9%. Sedangkan selama pemasangan


infus anak mengalami kecemasan sedang sebesar 65% (Pardede, 2020).
Data menunjukkan bahwa dukungan orang tua terhadap anak yang menerima
perawatan atau hospitalisasi masih kurang, yakni (43,3%). Ini ditunjukkan
dengan beberapa tindakan yang diperlihatkan orang tua saat anak menerima
perawatan. Dari data 40,90% orang tua mengalami kesulitan dalam merawat
anak selama masa perawatan. Ini dikarenakan anak sering menolak dan rewel
yang menyebabkan orang tua bertindak seperti memarahi anak dan menakuti
anak. Selain itu juga, orang tua tidak menganggap ketakutan anak sebagai
sesuatu yang mengkhawatirkan sehingga orang tua sering mengesampingkan
dan mengabaikan keinginan anak (Pardede, 2020).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Rumah Sakit Bakti


Timah Muntok terhadap 10 orang anak yang mengalami pemasangan infus
didapatkan bahwa 80% anak mengalami cemas dan takut saat pemasangan
infus dilakukan. Kondisi ditandai dengan anak terlihat tidak mau melepaskan
pegangannya dari orang tuanya, selalu memeluk erat orang tuanya saat ada
perawat yang mau mendekati untuk bertanya keluhan yang dirasakan, bahkan
ada anak yang mengatakan takut kepada perawat yang membawa alat di meja
beroda itu, anak menunjuk kearah perawat yang membawa peralatan di meja
troli.

Berdasarkan latar belakang termasuk maka peneliti mengambil judul


penelitian “Hubungan Dukungan Orang tua dengan Tingkat Kecemasan
Anak saat Dipasang Infus di Rumah Sakit Bakti Timah Muntok”.

B. Rumusan Masalah
Respon anak menunjukan peningkatan sensitivitas terhadap lingkungan dan
mengingat dengan detail kejadian yang dialaminya dan lingkungan
disekitarnya. Selain itu, yang menyebabkan kecemasan pada anak yakni dari
tindakan medis, seperti minum obat, jarum suntik dan lainnya. Sebagian besar
anak dari seluruh pasien anak usia 3-6 tahun (prasekolah) menunjukkan
5

perilaku cemas dan takut terhadap tindakan keperawatan, seperti pada saat
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, sebagian besar anak yang dirawat
memberikan respon rewel, takut, merapatkan diri pada orang tua/keluarga,
serta menangis (Videbeck, 2020).

Dukungan yang diberikan oleh orang tua pada anak selama pemasangan infus
sangat dibutuhkan. Adapun seorang ibu terlihat panik, gelisah, termasuk
mengatakan takut terjadi sesuatu pada anaknya dan ibu merasa takut anaknya
melakukan perlawan ketika dipasang infus, sehingga menyebabkan anak
semakin takut dan cemas jika pemasangan infus gagal. Anak mengalami
pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan cemas selama proses
pemasangan infus (Nursalam, 2014).

Kurangnya dukungan orang tua pada anak saat pemasangan infus karena
harus menerima hospitalisasi membuat anak semakin takut untuk menerima
perawatan. Kenyataannya, keberadaan orang tua sangat dibutuhkan anak
secara mental. Belum lagi, beberapa orang tua sering menganggap bahwa
bentuk dukungan tersebut terkesan memanjakan anak dan membuat anak
tidak mandiri. Respon anak menunjukan bahwa mereka mampu untuk
mengingat situasi dengan kesan mengerikan, menyenangkan. Dalam
pemasnagan infus tentu itu merupakan hal yang mengerikan untuk anak
dimana jarum ditusuk masuk ke dalam bagian tubuh mereka belum lagi rasa
sakitnya. Ini menjadi awal mula kecemasan pada anak muncul. Selain itu,
yang menyebabkan kecemasan pada anak yakni dari tindakan medis, seperti
minum obat, jarum suntik dan lainnya. Sebagian besar anak dari seluruh
pasien anak usia 3-6 tahun (prasekolah) menunjukkan perilaku cemas dan
takut terhadap tindakan keperawatan, seperti pada saat dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital, sebagian besar anak yang dirawat memberikan respon
rewel, takut, merapatkan diri pada orang tua/keluarga, serta menangis.

Berdasarkan penjabaran masalah tersebut maka rumusan masalah penelitian


ini adalah “Apakah ada hubungan dukungan orang tua dengan tingkat
6

kecemasan anak pada saat pemasangan infus di Rumah Sakit Bakti Timah
Muntok?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan orang tua dengan tingkat
kecemasan anak saat dipasang infus di Rumah Sakit Bakti Timah Muntok.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui ekspresi anak saat pemasangan infus di Rumah
Sakit Bakti Timah Muntok.
b. Untuk mengetahui gambaran kecemasan anak saat pemasangan infus
di Rumah Sakit Bakti Timah Muntok.
c. Untuk mengetahui gambaran dukungan orang tua saat pemasangan
infus di Rumah Sakit Bakti Timah Muntok.
d. Untuk menganalisa hubungan antara dukungan orang tua dan tingkat
kecemasan anak di Rumah Sakit Bakti Timah Muntok.

D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai informasi yang b
erguna bagi para pembaca, perawat sejawat atau mahasiswa keperawatan
untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan dijadikan sebagai acuan pe
mbelajaran tentang penerapan asuhan keperawatan terkait dengan kecema
san, khususnya kecemasan anak dalam menghadapi tindakan atau prosedu
r invasif yang dilakukan pada anak.

2. Perkembangan Ilmu Keperawatan


Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk dari
upgrade informasi dan juga evaluasi terkait penanganan anak pada proses
pemasangan infus dan mengalami kecemasan.
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kecemasan Anak

1.1 Anak

Anak merupakan individu yang berusia 0–18 tahun secara bertahap anak
akan mengalami tumbuh kembang yang dimulai dari bayi sampai
remaja.Tahapan-tahapan anak mencakup, yang pertama bayi yaitu usia 0-1
tahun, kedua toddler yaitu 1–2,5 tahun, yang ketiga prasekolah yaitu usia
2,5–5 tahun, yang keempat usia sekolah yaitu usia 5–11 tahun, dan yang
terakhir usia remaja yaitu usia 11-18 tahun (Hidayat, 2005). Balita
merupakan individu yang berumur 0-5 tahun, dengan tingkat plastisitas otak
yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk proses
pembelajaran dan pengayaan (Muslihatan, 2010). Sedangkan menurut Profil
Kesehatan (2013), balita merupakan anak yang usianya berumur antara satu
hingga lima tahun. Saat usia balita kebutuhan akan aktivitas hariannya
masih tergantung penuh terhadap orang lain mulai dari makan, buang air
besar maupun air kecil dan kebersihan diri. Masa balita merupakan masa
yang sangat penting bagi proses kehidupan manusia. Pada masa ini akan
berpengaruh besar terhadap keberhasilan anak dalam proses tumbuh
kembang selanjutnya. Anak akan mengalami kecemasan yang sangat berat
saat di lakukan tindakan pemasangan infus (Wong, 2012).

1.2 Kecemasan

Kecemasan adalah kekhawatiran yang berlebihan yang merupakan respon


emosional terhadap penilaian individu terhadap subjektif, yang di pengaruhi
oleh alam sadar dan tidak diketahui secara pasti penyebabnya (Anggika,
2016). Salah satu cara untuk mengurangi kecemasan pada anak yaitu dengan
10

memberikan suatu permainan yang unik dan dapat menarik perhatian anak
(Wong,2012).

Menurut Halpern (2014), kecemasan merupakan perasaan gelisah yang tidak


jelas akan ketidak nyamanan atau ketakutan yang disertai respon otonom,
sumbernya sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu,
persaan takut terhadap sesuatu karena mengantisipasi bahaya. Kecemasan
(anxietas) adalah perasaan aneh dan kacau, sumbernya sering tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu (Hockenberry, 2014). Cemas merupakan
suatu keadaan yang wajar, karena seseorang pasti menginginkan segala
sesuatu dalam kehidupannya dapat berjalan dengan lancar dan terhindar dari
segala marabahaya atau kegagalan serta sesuai dengan harapannya.

Banyak hal yang harus dicemaskan, salah satunya adalah kesehatan, yaitu
pada saat dirawat di rumah sakit. Misalnya pada saat anak sakit dan harus
dirawat di rumah sakit akan menimbulkan dampak bagi orang tua maupun
anak tersebut. Hal yang paling umum yang dirasakan orang tua adalah
kecemasan. Suatu hal yang normal, bahkan adaptif untuk sedikit cemas
mengenai aspek-aspek kehidupan tersebut. Kecemasan merupakan suatu
respons yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan dapat menjadi
abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman (Nevid,
et.al., 2014).

1.3 Kecemasan Anak

2. Tanda dan Gejala Kecemasan Anak

Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh


seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan
oleh idividu tersebut (Hawari, 2018). Keluhan yang sering dikemukakan oleh
11

seseorang saat mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2018),


antara lain adalah sebagai berikut:
a. Gejala psikologis: pernyataan cemas/ khawatir, firasat buruk, takut akan
pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang,
gelisah, mudah terkejut.
b. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
c. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
d. Gejala somatic: rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak
nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan
terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainya.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis
dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan timbulnya kecemasan
(Kaplan & Sadock, 1998). Menurut Hawari (2018) pada orang yang cemas
akan muncul beberapa respon yang meliputi:

1.) Respon fisiologis


a.) Kardiovaskular: palpitasi, tekanan darah meningkat, tekanan darah
menurun, denyut nadi menurun.
b.) Pernafasan: nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-engah
c.) Gastrointestinal: nafsu makan menurun, tidak nyaman pada perut, mual
dan diare.
d.) Neuromuskular: tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing.
e.) Traktus urinarius: sering berkemih.
f.) Kulit: keringat dingin, gatal, wajah kemerahan.
2.) Respon perilaku
Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik,
reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang koordinasi,
menarik diri dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah.
3.) Respon Kognitif
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah
dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir, kesadaran diri meningkat,
12

tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan,


menurunnya lapangan persepsi dan kreatifitas, bingung, takut, kehilangan
kontrol, takut pada gambaran visual dan takut cedera atau kematian.
4.) Respon Afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak sabar,
gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah dan
malu.

3. Tingkat Kecemasan Anak


Menurut Hawari (2018), klasifikasi tingkat kecemasan pada anak dibagi
menjadi 4 tingkatan yakni;
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah kecemasan normal yang memotivasi individu
setiap hari untuk melakukan aktivitas dan menangani masalah. Batasan
karakteristik kecemasan ringan meliputi ketidak nyamanan ringan,
gelisah, insomnia ringan, perubahan ringan pada nafsu makan,
iritabilitas, peningkatan persepsi dan pemecahan masalah, mudah marah,
berfokus pada masalah masa depan, gerakan tidak tenang.
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang adalah kecemasan yang mengganggu pembelajaran
baru dengan menyimpitkan lapang persepsi sehingga individu
menangkap lebih sedikit, tetapi mampu mengikuti pembelajaran dengan
arahan dari orang lain. Batasan karakteristik kecemasan sedang ini
meliputi perkembangan ansietas ringan, perhatian selektif pada
lingkungan, konsentrasi pada hanya tugas individual, ketidak nyamanan
subjektif sedang, peningkatan jumlah waktu yang digunakan pada situasi
masalah, suara gemetar, perubahan puncak suara, tackipnea, takikardia,
tremor, peningkatan tegangan otot, menggigit kuku, mengetukkan jari,
mengetukkan ibu jari kaki, atau mengayungkan kaki, peningkatan pikiran
obsesif dan merenung, ketidakmampuan berkonsentrasi, panik, rasa
bersalah, malu, menangis, iritabilitas.
13

c. Kecemasan Berat
Selama eposode kecemasan berat, lapang persepsi individe menyempit
sampai titik ketika ia tidak dapat memecahkan masalah atau belajar,
fokusnya adalah pada detail yang kecil atau menyebar, dan pola
komunikasi terganggu, pasien dapat menunjukkan banyak upaya yang
gagal untuk mengurangi ansietas dan biasanya mengungkapkan distres
subjektif berat. Batasan karakteristik kecemasan berat meliputi rasa akan
mengalami malapetaka, ketegangan otot luas (sakit kepala, spasme otot),
diaforesis, perubahan pernafasan: mengeluarkan nafas panjang dan
dalam, hiperventilasi, dipsnea, pusing, perubahan GI: mual, muntah,
hearburn, bersendawa, anoreksia dan diare atau konstipasi, perubahan
kardiovaskuler: takikardia, palpasi, ketidaknyamanan prekordium,
penurunan rentang persepsi hebat, ketidak mampuan belajar, ketidak
mampuan berkonsentrasi, rasa terisolasi, kesulitan atau ketidak tepatan
verbalisasi, aktivitas tanpa tujuan, rasa bermusuhan.
d. Tingkat Panik
Kecemasan telah meningkat sampai tingkat individu tersebut sekarang
membahayakan diri dan atau orang lain dan dapat menjadi immobilisasi
atau menyerang secara acak. Batasan karakteristik kecemasan tingkat
panik meliputi hiperaktivitas atau mobilitas berat, rasa terisolasi yang
ekstrem, kehilangan identitas: disintegrasi kepribadian, gemetaran dan
ketegangan otot yang hebat, ketidak mampuan berkomunikasi dalam
kalimat yang lengkap, distrorsi persepsi dan penilian yang tidak realitas
pada lingkungan atau ancaman, perilaku kacau dalam upaya melarikan
diri, perilaku menyerang, perilaku menghindar, fobia, agorafobia.

Menurut Hawari (2018), tingkat kecemasan dapat diukur dengan


menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton
Rating Scale for Anxiety (HRS-A), yang terdiri dari 14 kelompok gejala,
antara lain adalah sebagai berikut:
14

1.) Perasaan cemas: cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan
mudah tersinggung.
2.) Ketegangan: merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan
tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.
3.) Ketakutan: pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada
binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang
banyak.
4.) Gangguan tidur: sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur
tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan
mimpi yang menakutkan.
5.) Gangguan kecerdasan: sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun dan
daya ingat buruk.
6.) Perasaan depresi (murung): hilangnya minat, berkurangnya kesenangan
pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah-
ubah sepanjang hari.
7.) Gejala somatik/fisik (otot): sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot,
gigi gemerutuk dan suara tidak stabil.
8.) Gejala somatik/fisik (sensorik): tinnitus (telinga berdenging),
penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan perasaan
ditusuk - tusuk.
9.) Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah): takikardi (denyut
jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras,
rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan dan detak jantung menghilang/
berhenti sekejap.
10.) Gejala respiratori (pernafasan): rasa tertekan atau sepit di dada, rasa
tercekik, sering menarik nafas dan nafas pendek/ sesak.
11.) Gejala gastrointestinal (pencernaan): sulit menelan, perut melilit,
gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan
terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, BAB
konsistensinya lembek, sukar BAB (konstipasi) dan kehilangan berat
badan.
15

12.) Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin): sering buang air kecil,
tidak dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak dapat haid),
darah haid berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid
berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam
sebulan, menjadi dingin (frigid, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi
hilang dan impotensi).
13.) Gejala autonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat,
kepala pusing kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu
berdiri.
14.) Tingkah laku/ sikap: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening/dahi
berkerut, wajah tegang, otot tegang/ mengeras, nafas pendek dan cepar
serta wajah merah.

4. Alat Ukur Tingkat Kecemasan


Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang dapat
menggunakan beberapa alat ukur (instrumen). Hawari (2018) menyebutkan alat
ukur yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan seseorang,
antara lain:
1.) Hamilton Rating Scale for Anxiety
HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety), yang terdiri atas 14 gejala
yaitu perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan
kecerdasan, perasaan depresi, gejala otot, gejala sensori, gejala
kardiovaskuler, gejala respirasi, gejala gastrointestinal, gejala urogenital,
gejala otonom, tingkah laku. Cara penilaian HRS-A dengan sistem skoring,
yaitu: skor 0 = tidak ada gejala, skor 1 = ringan (satu gejala), skor 2= sedang
(dua gejala), skor 3 = berat (lebih dari dua gejala), skor 4 = sangat berat
(semua gejala). Bila skor < 14 = tidak kecemasan, skor 14-20 = cemas
ringan, skor 21-27 = cemas sedang, skor 28-41= cemas berat, skor 42-56 =
panik.

d. Faktor-Faktor Kecemasan Anak


16

Hawari (2018) mekanisme terjadinya cemas yaitu psiko-neuro- imonologi


atau psiko-neuro-endokrinolog. Akan tetapi tidak semua orang yang
mengalami stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas, hal ini
tergantung pada strukstur perkembangan kepribadian diri seseorang tersebut
yaitu usia, pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, dukungan sosial dari
keluarga, hari perawatan.
1.) Usia
Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan
pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap sesuatu penyakit atau
kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan
dalam proses berpikir pada individu yang berumur dewasa lebih
memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme koping yang baik
dibandingkan kelompok umur anak-anak, ditemukan sebagian besar
kelompok umur anak yang mengalami insiden fraktur, cenderung lebih
mengalami respon cemas yang berat dibandingkan kelompok umur
dewasa.
2.) Pengalaman
Pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang positif maupun negatif
dapat mempengaruhi perkembangan ketrampilan menggunakan koping.
Keberhasilan seseorang dapat membantu individu untuk mengembangkan
kekuatan coping, sebaliknya kegagalan atau reaksi emosional
menyebabkan seseorang menggunakan coping yang maladaptif terhadap
stressor tertentu.
3.) Dukungan Keluarga/Orang Tua
Dukungan psikososial keluarga khususnya orang tua adalah mekanisme
hubungan interpersonal yang dapat melindungi seseorang dari efek stres
yang buruk. Pada umumnya jika seseorang memiliki sistem pendukung
yang kuat, kerentanan terhadap penyakit mental akan rendah. Kenyamanan
dan kasih sayang yang diterima selama masa perawatan memberikan
kekuatan untuk menjalani dan menerima proses medis bagi anak. Orang
tua merupakan support sistem terbaik bagi anak.
17

4.) Jenis Kelamin


Umumnya seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat
terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan
perempuan. Laki-laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan
lebih luas dibandingkan perempuan, karena laki-laki lebih banyak
berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan sebagian besar perempuan
hanya tinggal dirumah dan menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah
tangga sehingga tingkat pengetahuanatau transfer informasi yang
didapatkan terbatas tentang pencegahan penyakit.
5.) Pendidikan
Responden yang berpendidikan tinggi lebih mampu menggunakan
pemahaman mereka dalam merespon kejadian fraktur secara adaptif
dibandingkan kelompok responden yang berpendidikan rendah. Kondisi
ini menunjukkan respon cemas berat cenderung dapat kita temukan pada
responden yang berpendidikan rendah karena rendahnya pemahaman
mereka terhadap kejadian fraktur sehingga membentuk persepsi yang
menakutkan bagi mereka dalam merespon kejadian fraktur.
6.) Hari Perawatan
Lama hari rawat dapat mempengaruhi seseorang yang sedang dirawat juga
keluarga dari klien tersebut. Kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit
akan sangat terlihat pada hari pertama sampai kedua bahkan sampai hari
ketiga, dan biasanya memasuki hari keempat atau kelima kecemasan yang
dirasakan anak akan mulai kurang. Kecemasan yang terjadi pada pasien
dan orang tua juga bisa dipengaruhi oleh lamanya seseorang dirawat.
Kecemasan pada anak yang sedang dirawat bisa berkurang. Kecemasan
yang terjadi pada pasien dan orang tua dipengaruhi oleh lamanya
seseorang dirawat. Kecemasan pada anak yang sedang dirawat bisa
berkurang karena adanya dukungan orang tua yang selalu menemani anak
selama dirawat, teman-teman anak yang datang berkunjung ke rumah sakit
atau anak sudah membina hubungan yang baik dengan petugas kesehatan
(perawat, dokter) sehingga dapat menurunkan orang yang dicintai, dan lain
18

sebagainya.

3. Dukungan Orang Tua


a. Dukungan Orang Tua
Orang tua adalah orang yang berperan dalam peran pengasuh anak dalam
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial anak. Orang
tua memberikan perawatan fisik dan perhatian emosional serta mengarahkan
perkembangan kepribadian anak (Atta, 2012). Pada dasarnya tujuan utama
pengasuhan anak adalah mempertahankan perkembangan fisik anak dan
meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk mengembangkan
kemampuannya sejalan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak
dan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai
agama dan budaya yang diyakininya (Supartini, 2004). Kemampuan orang tua
dalam menjalankan peran pengasuhan ini tidak dipelajari melalui pendidikan
formal, melainkan berdasarkan pengalaman dalam menjalankan peran tersebut
dan mempelajarinya melalui pengalaman orang tua yang lain dan terdahulu.

Orang tua merupakan guru yang utama karena orang tua menginterpretasikan
dunia masyarakat bagi anak-anak. Lingkungan seperti kekuatan-kekuatan dari
luar merupakan hal yang penting semata-mata karena lingkungan
mempengaruhi orang tua. Orang tua adalah orang yang menerjemahkan arti-
arti penting yang dimiliki oleh kekuatan-kekuatan luar kepada anak (Potter &
Perry, 2017).

Menurut Potter dan Perry (2017), dukungan orangtua dibutuhkan oleh anak
yang masih berusia muda (young children) saat menjalani perawatan di rumah
sakit. Keluatga merupakan unsur penting pada proses perawatan anak, selain
itu juga kehidupan seorang anak sangat ditentukan oleh bentuk dukungan
19

orangtua. Ini dapat dilihat melalui perkembangan juga pertumbuhan anak yang
relatif stabil.

Akan tetapi, jika dukungan orang tua kurang baik maka tumbuh kembang anak
mengalami hambatan yang dapat mengganggu psikologi anak.
1.) Reaksi Orang Tua Selama Perawatan Anak
Reaksi orang tua terhadap perawatan anak yang dikemukakan oleh Supartini
(2004)) adalah sebagai berikut:
a.) Perasaan bersalah, cemas dan takut
Orang tua akan merasa bahwa mereka telah melakukan kesalahan karena
anaknya menjadi sakit. Rasa bersalah orang tua semakin menguat karena
orang tua merasa tidak berdaya dalam mengurangi nyeri fisik dan
emosional anak. Orang tua juga akan merasa begitu cemas dan takut
terhadap kondisi anaknya dan jenis prosedur medis yang dilakukan sering
kali kecemasan yang paling besar berkaitan dengan trauma dan nyeri
yang terjadi pada anak. Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua
melihat anaknya mendapat prosedur tindakan yang menyakitkan seperti
pembedahan, pengambilan darah, injeksi, infus dilakukan fungsi lumbal
dan prosedur invasif lainnya. Perilaku yang sering ditunjukkan orang tua
berkaitan dengan adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering
bertanya atau bertanya tentang hal yang sama secara berulang pada orang
yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan marah
(Supartini, 2004).
b.) Perasaan sedih
Perasaaan ini sering muncul pada orang tua ketika orang tua mengetahui
diagnosa dari penyakit anaknya dan ketika melihat tindakan invasif yang
dilakukan pada anaknya yang menimbulkan nyeri, seperti tindakan
pemasangan infus apalagi jika anaknya merasakan nyeri dan menangis
ketika dipasang infus.
c.) Takut mendapat perawatan yang tidak pantas
20

Orang tua sering mempunyai perasaan takut dan cemas ketika anaknya
harus mendapatkan suatu perawatan. Ketakutan orang tua timbul
dikarenakan takut jika anaknya mendapat perawatan yang tidak pantas,
seperti perawat melakukan pemasangan infus pada anak dengan cara
yang kasar dan harus ditusuk secara berulang - ulang, sehingga membuat
anak menderita.
d.) Takut terbeban biaya

Orang tua sering merasa takut dan cemas akan biaya perawatan anak.
Pembiayaan yang harus dikeluarkan membuat orang tua dituntut untuk
bekerja agar dapat memenuhi dana yang diperlukan dalam perawatan
anak.
e.) Takut bahwa anak akan semakin menderita
Orang tua merasa bahwa anak mereka akan menerima pengobatan yang
membuat anak bertambah sakit atau nyeri. Orang tua cemas dan takut
jika prosedur invasif pemasangan infus yang dilakukan akan memberikan
efek yang membuat anak merasa semakin sakit atau nyeri.

b. Aspek Dukungan Orang Tua


Aspek dukungan orang tua pada kecemasan anak yakni meliputi:
1.) Dukungan Emosinal
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang
bersangkutan (seperti: umpan balik, penegasan).
2.) Dukungan Instrumental
Berupa penyediaan sarana yang yang mempermudah perilaku untuk
membantu individu yang menghadapi masalah. Mencakup bantuan yang
konkrit (seperti: adanya perhatian dengan menawarkan makanan, menyuapi
makanan).
3.) Dukungan Informatif
Meliputi memberi nasehat, petunjuk-petunjuk atau sebuah umpan balik.
4.) Dukungan Penghargaan
21

Melalui ungkapan penghargaan yang positif untuk anak, dorongan maju


atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan
poisitif antara anak dengan anak yang lainnya.

Adapun mekanisme dalam hal membangun dukungan orang tua yaitu:


1.) Dukungan Nyata
Meskipun sebenarnya setiap dapat memberikan dukungan dalam bentuk
uang dan perhatian, dukungan nyata merupakan yang paling efektif bila
dihargai oleh penerima dengan baik. Pemberian dukungan nyata yang
berakibat pada perasaan ketidak teraturan dan ketidak terimaan yang
tidak baik akan benar-benar menambah tekanan dan stress individu
dalam kehidupan orang tua. Bentuk dari dukungan nyata ini antara lain
seperti perhatian berupa tindakan dan materiial.

c. Alat Ukur Tingkat Dukungan Orang Tua


Bila seseorang mampu memberikan dukungan atau motivasi tertentu hingga
menyebabkan orang lain berubah atau bersemangat maka dianggap dukungan
tersebut berhasil diterima dengan baik. Proses menciptakan semangat dan
keinginan untuk berubah tersebut disebut sebagai dukungan atau dorongan
mitovasi (Budiman & Riyanto, 2013).
Kategori tingkat dukungan orangtua atau seseorang dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase dengan menggunakan skala
pengukuran Guttman yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2013):
a. Tingkat dukungan orang tua dikategorikan Baik jika skor yang diperoleh >
20.
b. Tingkat dukungan orangtua dikategorikan Cukup jika skor yang diperoleh
11-20.
c. Tingkat dukungan orang tua dikategorikan Kurang jika skor yang
diperoleh < 10.
B. Penelitian Terkait
22

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dukungan orang tua


memiliki hubungan yang erat terhadap tingkat kecemasan anak saat menerima
hopitalisasi khususnya pemasangan infus atau tindakan intervena.

Penelitian yang dilakukan oleh Pardede (2023) dengan tujuan untuk


mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan anak
pada saat pemasangan intravena. Desain penelitian ini mengunakan deskriptif
koresi dengan jumlah populasi perbulan sebanyak 44 orang dan teknik
pengambilan sample dilakukan dengan teknik accidental sampling yaitu
sebanyak 40 orang responden anak prasekolah usia 3-6 tahun. Alat
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian diperoleh bahwa
dukungan yang diberikan keluarga kepada anak adalah mayoritas baik
sebanyak 27 orang (67,5%) dan terdapat tingkat kecemasan mayoritas sedang
sebanyak 26 orang (65%) dengan nilai p-value= 0,000 < 0.05 dan ada
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
anak prasekolah pada saat pemasangan intravena di UGD RSU Sari Mutiara.

Penelitian kedua oleh Miftahul Zannah dkk (2015) dengan tujuan untuk
mengetahui hubungan peran orang ttua terhadap tingkat kecemasan anak pada
saat pemasangan infus diinstalasi gawat darurat (IGD) RSUD Banjarbaru.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross
sectional. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 40 orang. Pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi peran orang tua dan kecemasan anak yang
selanjutnya dilakukan tabulasi dan analisa data. Analisis dengan analisa chi
square didapatkan hasil dengan nilai sig 0.001 (p < 0,05). Dari penelitian
didapatkan hasil diketahui bahwa terdapat hubungan peran orang tua terhadap
tingkat kecemasan anak pada saat pemasangan infus.

Penelitian dilakukan oleh Iloh Devi Yanni, dkk (2017) yang bertujuan untuk
hubungan dukungan Orangtua dengan kecemasan pada anak usia sekolah pada
23

saat akan dilakukan pemasangan infus. Desain penelitian yang digunakan


adalah metode observasional analitik, pendekatan dilakukan adalah cross
sectional. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.
Jumlah anak yang dirawat di Instalasi Rawat Darurat Anak pada bulan
September 2016 adalah 151 orang anak. Sampel adalah sebagian dari
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Jadi
sampel dalam penelitian ini yaitu 45 orang tua dan anak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden yang sedang dirawat di Instalasi Rawat Darurat
Anak.yang menjelaskan bahwa nilai p-value= 0,010 dimana nilai ini lebih kecil
dari nilai α=0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
cukup era tantara dukungan orang tua dengan kecemasan anak saat
pemasangan infus. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dukungan
yang diberikan orang tua memiliki keterkaitan yang erat pada tingkat
kecemasan anak usia sekolah saat pemasangan infus.

Penelitian yang dilakukan Desak Gede Yenni dan Ayu Sudiarsani (2020)
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan
kecemasan anak saat pemasangan infus pada anak usia remaja (12-18 tahun).
Penelitian ini menggunakan cross sectional dengan pendekatan observasional
dengan sampel anak usia 12-18 tahun yang akan dipasangkan infus Di Ruang
IRD BRSU Tabanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak responden
yang merasakan tidak cemas sebesar 55 responden (38,8%) dan dukungan
keluarga dengan nilai 107 responden (79,9%). Berdasarkan hasil uji Spearman
Rank diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti ada hubungan dukungan
keluarga dengan kecemasan anak saat pemasangan infus pada anak usia remaja
(112-18 tahun) di Ruang IRD BRSU Tabanan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dedi Supriadi dkk (2018) dengan tujuan
untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak
usia sekolah yang mendapatkan tindakan pemasangan infus. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan
24

pendekatan Cross Sectional dan teknik pengambilan total sampling. Instrumen


penelitian menggunakan kuesioner untuk mengetahui dukungan keluarga dan
tingkat kecemasan pasien yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga anak sekolah yang dirawat di
Rumah sakit sebanyak 30 orang. Penelitian data diolah secara univariat dan
bivariat serta dianalisis menggunakan statistik uji bedaproporsi atau uji statistic
Chi – Square (X₂). Hasil prnelitian menunjukan bahwa 18 orang (60 %) dapat
dikatakan baik karena mendapatkan dukungan dari keluarga. 17 orang (56,7%)
mengalami cemas ringan. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah yang mengalami pemasangan
intravena karena nilai α > ρ value (0,05 > 0,000) dan nilai chi square (X₂)
hitung > chi square (X₂) tabel (47,294 > 12,592).

C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan penjabaran tersebut maka kerangka berpikir dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
Skema 2.1 Kerangka berpikir

Dukungan Orang Tua Faktor yang mempengaruhi kecemasan


anak:
1. Aspek Dukungan
informasi 1. Usia
2. Dukungan 2. Pengalaman
Emosional 3. Jenis Kelamin
3. Dukungan
4. Pendidikan
Kebutuhan Fisik
5. Hari Perawatan
Sumber: Moersintowarti
(2008) Sumber: Duval, 1997 & Supartini, 2004

Tingkat Kecemasan Anak


1. Tingkah laku
2. Fisik
3. Kognitif
Sumber: Martin Tucker, 2007 &
Hawari, 2011
25

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau
kaitan antara konsep- konsep atau variabel- variabel yang akan diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Kerangka
konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara variabel yang satu dengan variabel lainnya dari masalah yang ingin
diteliti. Namun konsep tersebut tidak dapat diukur dan diamati secara langsung,
tetapi harus dijabarkan. Penyusunan kerangka konsep membantu kita untuk
membuat hipotesis, menguji hubungan tertentu dan membantu peneliti dalam
menghubungkan hasil penemuan dengan teori yang hanya dapat diamati
melalui variabel (Nursalam, 2013). Kerangka ini didapatkan dari konsep
ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan pada bab
tinjauan pustaka atau kalau boleh dikatakan oleh peneliti merupakan ringkasan
dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang
diteliti.

Variabel adalah suatu fasilitas untuk pengukuran atau manipulasi suatu


penelitian yang bersifat konkret dan secara langsung bisa diukur (Nursalam,
2013). Menurut Jiwantoro (2017) variabel penelitian adalah segala sesuatu
26

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehinga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut Dharma (2011) beberapa jenis variabel penelitian antara lain:
1. Variabel Independent (variabel bebas): Variabel ini sering disebut stimulus
atau prediktor. Variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat),
pada penelitian ini yang menjadi variabel independent (variabel bebas)
adalah dukungan orang tua.
2. Variabel Dependent (variabel terikat)
Variabel ini disebut variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas, pada penelitian ini yang menjadi variabel dependent
(variabel terikat) adalah tingkat kecemasan anak.
3. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini data responden dibagi dalam beberapa karakteristik
yakni usia, jenis kelamin, pendidikan, dan hari perawatan, yang dapat
dijadikan masukan bagi beberapa variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
Data responden ini diperoleh dari data primer yang dapat dideskripsikan
dalam olahan data persentase.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka konsep penelitian
berikut ini:
Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Dukungan Orang Tua Tingkat Kecemasan Anak

Karakteristik responden: Indikator:


1. Usia
2. Jenis Kelamin 1. Dukungan orang tua
3. Pendidikan a. Aspek Dukungan Informasi
4. Hari Perawatan b. Aspek Dukungan Emosional
c. Aspek Kebutuhan Fisik
27

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan:
= diteliti
= Tidak di teliti

B. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian (Notoatmodjo,
2012). Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar
variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil
penelitian. Didalam pernyataan hipotesis terkandung variabel yang akan diteliti
dan hubungan antar variabel-variabel tersebut. pernyataan hipotesis
mengarahkan peneliti untuk menentukan desain penelitian, teknik pemilihan
sampel, pengumpulan dan metode analisi data (Dharma, 2011).

Hipotesis harus memiliki landasan teoritis, bukan hanya sekedar suatu dugaan
yang tidak mempunyai landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu
kesimpulan. Adapun ciri-ciri suatu hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis dinyatakan dalam bentuk pernyataan (Statement). Suatu bentuk


pernyataan tentang prediksi hubungan antara variabel independen dan
dependen.
2. Hipotesis harus didukung oleh teori dan hasil penelitian terdahulu. Setelah
menemukan fenomena masalah, peneliti melakukan penelusuran literatur
dan telaah pustaka.
3. Hipotesis harus dapat diuji, hal ini berarti suatu hipotesis harus terdiri dari
variabel-variabel yang dapat diukur dan dapat dibanding-bandingkan.
4. Hipotesis harus sederhana dan terbatas, artinya hipotesis yang tidak
menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian serta tidak terlalu luas
28

sifatnya.
Jenis hipotesis berdasarkan rumusan pernyataan dibagi manjadi dua yaitu
hipotesis kerja (hipotesis alternatif) dan hipotesis statistik (hipotesis null).
1. Hipotesis Alternatif (Ha) adalah pernyataan tentang prediksi hasil
penelitian berupa hubungan antar variabel yang diteliti. Hipotesis ini
menyatakan secara langsung tentang prediksi hasil penelitian. Pada
penelitian ini hipotesis

Ha: Ada hubungan dukungan orang tua dengan tingkat kecemasan anak
pada pemasangan infus di rawat inap RS Bakti Timah Muntok.
2. Hipotesis Null (H0) adalah pernyataan hipotesis yang digunakan untuk
kepentingan uji statistik terhadap data hasil penelitian. Hipotesis ini
dirumuskan untuk menyatakan kesamaan, tidak adanya perbedaan atau
tidak adanya hubungan antar variabel. Pada penelitian ini hipotesis

H0: Tidak ada hubungan dukungan orang tua dengan tingkat kecemasan
anak pada pemasangan infus di rawat inap RS Bakti Timah Muntok.

C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,
2012). Berdasarkan penjelasan kerangka konsep diatas maka diperoleh definisi
operasional sebagai berikut:

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variable Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Dukungan Kesadaran atas Responden mengisi Lembar kuesioner Dikatergorika Ordinal
Orang tua tanggung jawab kuesioner tentang 2 dengan n berdasarkan
mendidik dan dukungan orang pernyataan jumlah nilai:
membina anak tua, menggunakan
1. skor < 10 =
secara terus 1. Dukungan baik skala Guttman:
29

menerus 2. Dukungan Cukup 1. 0 = tidak kurang


dengan 3. Dukungan 2. 1 = ya 2. skor 11-20
memberikan Kurang = cukup
bantuan dalam
3. skor > 20 =
wujud
pemberian baik
perhatian,
perasaan aman
dan nyaman,
serta rasa kasih
sayang.
Kecemasan Kekhawatiran Responden Lembar kuesioner Dikategorikan Ordinal
Anak yang tidak jelas, mengisi kuesioner 3 dengan berdasarkan .
diakibatkan tentang gejala pernyataan jumlah nilai
oleh situasi kecemasan, menggunakan
1. skor < 14 =
yang baru 1. Tidak ada skala HARS:
dalam kecemasan 0 = tidak ada tidak ada
perawatan di 2. Kecemasan 1 = ringan kecemasan
rumah sakit Ringan 2 = sedang 2. skor 14-20
3. Kecemasan 3 = berat =
sedang 4 = panik kecemasan
4. Kecemasan ringan
berat
3. skor 21-27
5. Panik
=
kecemasan
sedang
4. skor 28-41
=
kecemasan
berat
5. skor 42-56
= panik
30

Usia Dikaitkan Responden Lembar kuesioner Dikategorikan Nominal


dengan mengisi kuesioner 1 dengan pilihan dengan
pencapaian tentang usia pada anak deskripsi
perkembangan karakteristik selaku responden
frekuensi nilai
kognitif anak. responden dengan dan orang tua
Anak usia mengisi kotak
prasekolah kosong dengan
belum mampu tanda checklist.
menerima dan
mempersiapkan
penyakit dan
pengalaman
baru dengan
lingkungan
asing
Pengalaman Anak yang Responden Lembar kuesioner Dikategorikan Nominal
mempunyai mengisi kuesioner 1 dengan pilihan dengan
pengalaman tentang usia pada anak deskripsi
hospitalisasi karakteristik selaku responden
frekuensi nilai
sebelumnya responden dengan dan orang tua
akan mengalami memberikan tanda
kecemasan yang checklist pada
lebih rendah kotak yang
dibandingkan disediakan
dengan anak
yang belum
memiliki
pengalaman
sama sekali.
Jenis Jenis kelamin Responden Lembar kuesioner Dikategorikan Nominal
Kelamin dapat mengisi kuesioner 1 dengan pilihan dengan
mempengaruhi tentang usia pada anak deskripsi
tingkat stress karakteristik selaku responden
frekuensi nilai
hospitalisasi, responden dengan dan orang tua
dimana anak memberikan tanda
perempuan checklist pada
yang menjalani kotak yang
hospitalisasi disediakan
memiliki
tingkat
kecemasan yang
lebih tinggi di
banding anak
laki-laki,
walaupun ada
beberapa yang
31

menyatakan
bahwa tidak ada
hubungan yang
signifikan
antara jenis
kelamin dengan
tingkat
kecemasan
anak.
Pendidikan Tingkat Responden Lembar kuesioner Dikategorikan Nominal
pendidikan atau mengisi kuesioner 1 dengan pilihan dengan
kebiasaan di dalam tentang usia pada anak deskripsi
keluarga karakteristik selaku responden
frekuensi nilai
mempengaruhi responden dengan
sikap anak dalam memberikan tanda
kehidupannya. checklist pada
Kepada anak perlu kotak yang
ditanamkan disediakan
kebiasaan-
kebiasaan dan
diberi contoh figur
yang baik, agar
mendorong anak
untuk menjadi
semangat dalam
meniti masa depan
dan kariernya ke
depan.
Hari Salah satu unsur Responden Lembar kuesioner Dikategorikan Nominal
Perawatan atau aspek asuhan mengisi kuesioner 1 dengan pilihan dengan
dan pelayanan di tentang usia pada anak deskripsi
rumah sakit yang karakteristik selaku responden
frekuensi nilai
dapat dinilai atau responden dengan dan orang tua
diukur. Lama memberikan tanda
dirawat dihitung checklist pada
dari tanggal kotak yang
pertama pasien disediakan
tersebut masuk
ruang perawatan
sampai tanggal
pasien tersebut
check out atau
keluar

Sumber: Wong, 2012


32

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk
melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya
penelitian. Desain penelitian ditetapkan berdasasrkan tujuan dan hipotesis
penelitian (Dharma, 2011).

Penelitian ini menggunakan rancangan Cross sectional. Tujuan pemilihan


penelitian dengan rancangan cross sectional adalah untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko melalui cara pendekatan,
observasional atau pengumpulan data. Selain itu juga untuk memperkirakan
adanya hubungan sebab-akibat dan penghitungan resiko relatif dengan cara
yang cepat dan biaya yang cukup murah (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan orang


tua dengan tingkat kecemasan anak saat dipasang infus di RS Bakti Timah
Muntok.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalalah penelitian keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien anak di Rumah Sakit Bakti Timah Muntok dengan data
terakhir per Januari hingga Maret 2023. Data terakhir per Maret 2023
memperlihatkan bahwa 61 anak menjalani perawatan di RS Bakti Timah
Muntok.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien anak yang
dipasang infus di RS Bakti Timah Muntok. Data terakhir per April 2023
33

memperlihatkan bahwa 36 pasien anak usia 6-12 tahun yang di pasang infus di
RS Bakti Timah Muntok. Sehingga sampel yang diambil berjumlah 36 pasien
anak.

C. Teknik pengambilan sampling (sampel)


Menurut Sugiyono, (2014) metode penentuan sampel jenuh atau total sampling
adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh
pasien anak usia 6- 12 tahun yang di pasang infus di RS Bakti Timah Muntok
dari April 2023 sampai dengan Juli 2023. Alasan menggunakan seluruh
populasi menjadi sampel adalah dikarenakan mewakili seluruh populasi karena
jika kurang dari 100 populasi, maka dijadikan sampel penelitian semuanya,
oleh karena itu peneliti mengambil 36 sampel yang diambil dari populasi
(Sugiyono, 2014).

D. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Bakti Timah Muntok. Pemilihan
tempat ini dilakukan karena mempertimbangkan karena Rumah Sakit Bakti
Timah Muntok adalah salah satu rumah sakit rujukan di Bangka Barat, Rumah
Sakit Bakti Timah Muntok ingin memberikan pelayanan yang maksimal,
sehingga saat anak mau berobat di Rumah Sakit Bakti Timah Muntok menjadi
lebih akrab dan menyenangkan mendapat pelayanan kesehatan.
2. Waktu
Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan yaitu dari bulan April sampai bulan Juli 2023.
E. Etika Penelitian
Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Nursalam, 2017),
Berikut beberapa tahapan yang perlu diterapkan dalam etika penelitian
keperawatan:
34

1. Informed Concent
Informed concent ini diberikan sebelum penelitian dilakukan. Selanjutnya
responden mengisi lembar persetujuan responden yang bersedia dijadikan
responden penelitian.
2. Confidentiality (Kerahasiaan)
Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, dan
seluruh data yang didapat hanya digunakan untuk keperluan penelitian.
3. Privacy
Identitas atau segala bentuk hal yang menyangkut responden tidak akan
diketahui oleh orang lain sehingga responden dapat secara bebas menjawab
kuesioner tanpa rasa takut.
4. Anonimity (Tanpa nama)
Peneliti memberi jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak mencantumkan nama responden atau hanya menuliskan kode saja pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan (Nursalam,
2017).
F. Alat Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengkur atau menilai suatu fenomena (Dharma, 2011).
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan
data (Notoatmodjo,2012). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang dibuat terdiri dari tiga bagian
yakni:
a. Bagian pertama berisi nomor responden dan data responden secara umum
seperti usia, jenis kelamin, pendidikan
b. Bagian kedua berisikan pernyataan tentang dukungan orang tua pada anak
selama masa perawatan termasuk pemasangan infus dengan menggunakan
skala Guttman.
c. Bagian ketiga berisi kecemasan anak selama masa perawatan khususnya
pemasangan infus dengan menggunakan skala Guttman.
35

Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, kuesioner akan dilakukan


uji kemampuan instrumen terlebih dahulu dengan melakukan uji validitas
(kesahihan) dan reabilitas (konsisten).
Pengukuran dukungan orang tua dengan skala Guttman sehingga terdapat
beberapa pilihan jawaban yang berisi pernyataan-pernyataan terpilih dan telah
diuji validitas dan realibilitas yaitu:
a) Pernyataan positif (Favorable)
1) Ya jika responden mengalami atau melakukannya dengan skor 1
2) Tidak jika responden tidak mengalami atau melakukannya dengan skor 0
Sedangkan untuk kecemasan anak digunakan skala Guttman dengan kriteria
sebagai berikut:
a) Pernyataan positif (favorable)
1) Ya jika responden mengalami atau melakukannya dengan skor 1.
2) Tidak jika responden tidak mengalami atau melakukannya dengan skor 0.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas


Untuk mengetahui apakah instrumen yang dibuat dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data maka harus dilakukan uji validasi dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesalahan
suatu instrumen (Arikunto, 2013). Prinsip validasi adalah pengukuran dan
pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam
mengumpulkan data (Nursalam, 2017). Uji validitas ini dilakukan dengan
menyebar kuesioner kepada 30 pasien anak rawat inap di RSUD Sejiran
Setason Kabupaten Bangka Barat. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan
untuk mengetahui tingkat kesahan instrument penelitian. Uji ini dilakukan
di tempat dan sampel yang berbeda dari responden penelitian karena untuk
memastikan bahwa instrumen penelitian dapat digunakan dan diterapkan
di lokasi penelitian sebenarnya.

Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment yaitu:


36

N ( ∑ XY ) ˗ ( ∑ X ) (∑Y )
r=
√ {N ( ∑ X ) ˗ ( ∑ X ) (N ( ∑Y ) ˗ ( ∑Y ) )}
2 2 2 2

Keterangan:
r : Koefisien korelasi/indeks korelasi
N : Jumlah responden
∑X : Jumlah skor item
∑Y : Jumlah skor total item
XY : Skor item dikali skor total

Setelah dihitung seluruh korelasi setiap pertanyaan dengan total skornya,


kemudian dibandingkan dengan tabel nilai product moment untuk
mengetahui nilai korelasinya signifikan atau tidak.

Pada penelitian ini dengan sampel uji coba 30 responden nilai r- tabelnya
0,361, maka item kueisioner dikatakan valid bila r-hitung ≥ 0,361
demikian sebaliknya bila r-hitung < 0,361 maka kuesioner dikatakan tidak
valid.

b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya (Notoatmodjo, 2012). Menurut Sugiyono (2014)
instrumen yang reliabel adalah instrumen yang digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Penelitian ini menggunakan teknik reliabilitas internal karena penulis
dalam menganalisis data hanya memberikan kuesioner kepada responden
satu kali pengetesan saja. Adapun rumus yang digunakan untuk menguji
reliabilitas adalah rumus koefisien reliabilitas alpha cronbach, yaitu:

Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha cronbach yaitu:


37

k Σ Si
r = [ k−1 ][1- St ¿

Keterangan :
r : Reliabilitas instrumen
k : Mean kuadrat antara subyek
∑Si : Mean kuadrat kesalahan
St : Varians total

Tabel 4.1 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha Cronbach


Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 – 0,20 Kurang Reliabel
˃0,20 – 0,40 Agak Reliabel
˃0,40 – 0,60 Cukup Reliabel
˃0,60 – 0,80 Reliabel
˃0,80 – 1,00 Sangat Reliabel
Sumber: Sugiyono (2016)

G. Prosedur Pengumpulan Data


Menurut Dharma (2011) mengatakan bahwa data yang dikumpulkan
menyangkut variabel bebas dan terikat. Data yang telah dikumpulkan
kemudian diolah. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data dengan
menggunakan lembar kuesioner. Data yang sudah ada dikumpulkan, dicek
kelengkapannya dan kemudian dianalisa. Pengumpulan data secara langsung
kepada responden dirawat inap Rumah Sakit Bakti Timah Muntok dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Berdasarkan surat pengantar dari ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Pertamedika Jakarta untuk mengambil data awal dalam pembuatan proposal
riset keperawatan.
2. Surat balasan dari Direktur Rumah Sakit Bakti Timah Muntok, yang
menerangkan memberikan izin pengambilan data.
38

3. Peneliti meminta ijin kepada Kepala Rawat Inap dan Kepala Instalasi IGD
di Rumah Sakit Bakti Timah Muntok.
4. Setelah persiapan dalam pengambilan data telah siap maka proses
pengambilan data terhadap responden dilaksanakan dengan tetap mengacu
kepada kriteria sehingga pengambilan data dapat diukur dengan baik.
5. Melakukan pengambilan data dengan mendatangi satu persatu responden
yang memenuhi syarat untuk terlibat dalam penelitian ini. Peneliti mencari
responden sesuai dengan kriteria dengan tetap berpegang pada etika
penelitian.
6. Menjelaskan pada responden dilakukannya penyebaran kuesioner dan
meminta kesediaan responden dengan mengisi informed concern yang telah
disediakan serta meminta tanda tangan responden sebagai bukti kesediaan.
7. Memberikan penjelasan kepada responden tentang judul penelitian, tujuan,
manfaat serta prosedur penelitian, penelitian memberikan kuesioner kepada
responden dan meminta responden untuk berpartisipasi dalam penelitian.
8. Responden diminta untuk mengisi kuesioner tapi sebelumnya dijelaskan
pengisian kuesioner dimulai dari data responden dan memilih pilihan
dengan ditandai checklist.
9. Setelah responden yang diambil datanya, maka proses pengambilan data
dianggap telah selesai. Kemudian peneliti melakukan pengolahan data
terhadap semua data yang telah terkumpul dari masing-masing responden.

1.) Pengolahan Data


Setelah uji validitas dan reliabilitas dilakukan maka diperoleh beberapa butir
soal yang valid untuk dilakukan analisis hasil penelitian. Kemudian kuesioner
yang telah diisi oleh responden maka data tersebut diolah melalui 4
tahapan/proses (Notoatmodjo, 2012) yaitu:
1. Editing data
Adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner. Peneliti
meneliti kembali apakah isian dalam lembar kuesioner sudah lengkap terisi
39

semua atau tidak. Setelah dilakukan pengecekan didapatkan setiap


kuesioner terisi lengkap.
2. Coding data
Adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau
bilangan. Dengan ketentuan nilai kurang dari atau < mean dan bila nilai
baik atau ≥ mean.
3. Processing data
Data yang sudah berbentuk kode (angka) dimasukkan kedalam program
komputer yang kemudian diolah secara otomatis dan dianalisis lebih
lanjut.
4. Cleaning data
Melakukan cek ulang untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan kode dan ketidaklengkapan, kemudian dilakukan koreksi.

2.) Teknik Pengolahan dan Analisa Data


Setelah data dikumpulkan, data itu perlu diolah atau dianalisis. Dalam
penelitian ini dilakukan beberapa analisa, yaitu:
1. Uji Normalitas
Menurut Sugiyono (2014) uji normalitas adalah hal yang penting karena
dengan data yang terdistribusi normal, maka data tersebut dianggap dapat
mewakili populasi. Uji normalitas bisa dilakukan dengan uji Skewness
(kecondongan) yaitu suatu kurva dapat dilihat dari perbedaan letak mean,
median dan modusnya. Ujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
normalitas data sehingga bisa dilakukan analisis data lebih lanjut dan dapat
dijadikan sebagai landasan untuk menarik kesimpulan. Jika data yang
diperoleh bersifat normal maka penghitungan akan menggunakan mean
akan tetapi jika data yang diperoleh tidak normal analisis data akan dilihat
melalui median.

Rumus yang digunakan adalah untuk koefisien Skewness menurut Pearson


(Arikunto, 2013):
40

3(x−Me)
sk=
sd

Keterangan:
sk : koefisien kemencengan pearson
x : rata-rata hitung
M : nilai median
sd atau s : standar deviasi
Interpretasi:
a. Distribusi simetris (normal) atau sk = 0
b. Skewness to the left (kurva menceng kiri) atau sk < 0
c. Skewness to the right (kurva menceng kanan) atau sk > 0

2. Analisa Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Ujian ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat distribusi frekuensi data yang telah
diperoleh dan dianalisis. Penulis mendeskripsikan variabel penelitian yaitu
variabel independen (dukungan orang tua), varibael dependen (tingkat
kecemasan anak) dan identitas dengan membuat tabel distribusi frekuensi
dan prosentase karena semua data berbentuk kategorik. Analisa univariat
menggunakan rumus sebagai berikut:
f
P= N x 100%

Keterangan:
P : Presentase
f : Frekuensi tiap kategori
N : Jumlah sampel

3. Analisa Bivariat
41

Adalah analisis yang digunakan untuk menjelaskan hubungan dan


besarnya hubungan atau pengaruh antara satu variable independen dan
variabel dependen (Dharma, 2011). Analisa bivariat penelitian ini untuk
melihat hubungan variabel independen dukungan orang tua dan variabel
dependen tingkat kecemasan anak menggunakan uji statistic chi square
karena data baik variabel independen dan variabel dependen berbentuk
kategori. Menurut Sugiyono (2014) uji hipotesis yang digunakan adalah
uji statistic Chi Square (x²) dengan batasan kemaknaan α (alfa) atau p =
0,05 dengan rumus sebagai berikut :
(0−E)
X ²=∑
E
Keterangan:
X² : Nilai Chi Square
0 : Nilai hasil pengamatan untuk tiap kategori
E : Nilai hasil yang diharapkan untuk tiap kategori

Keputusan untuk menguji kemaknaan digunakan batas kemaknaan 5% (α


= 0,05) adalah:
a. Bila nilai p value ≤ α, maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara
dukungan orang tua dengan tingkat kecemasan anak dalam
pemasangan infus di rawat inap Rumah Sakit Bakti Timah Muntok.
b. Bila nilai p value > α, maka Ho gagal ditolak (diterima) artinya tidak
ada hubungan antara dukungan orang tua dengan tingkat kecemasan
anak dalam pemasangan infus di rawat inap Rumah Sakit Bakti Timah
Muntok.
39

DAFTAR PUSTAKA

Tsai, Agboola, Alex dan Kaun Chen. 2012. ”Bring Character Education into
Classroom”. Uropean Journal of Educational Research. Vol. 1, No. 2. Pg: 163-
170.

Aisara, S., Azmi, S., & Yanni, M. (2018). Gambaran Klinis Penderita Penyakit
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas., 7(1), 42–50.

Anggika, A. and Wahyuni 2016.‘Tingkat Kecemasan Pada Anak Prasekolah Yang


Mengalami Hospitalisasi Berhubungan Dengan Perubahan Pola Tidur Di
RSUD Karanganyar’, Anggika A,Wahyuni, XIV(2)

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Atta, A. M. & Jamil, A. 2012. Effects Of Motivation And Parental Influence On The
Educational Attainments Of Students At Secondary Level. Academic Research
International. 2 (3): 1-5.

Budiman & Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap
Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika pp 66-69.

Dedi Supriadi dkk. 2018. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Anak
yang Mengalami Pemasangan Infus. Kolosium Penelitian URUCOL. hlm. 60-
66.

Desak Gede Yenni & Ayu Sudiarsani. 2020. Hubungan Dukungan Orang Tua
Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Remaja (12-18 Tahun) Pada Saat
Pemasangan Infus di Ruang IRD BRSU Kabupaten Tabanan. Skripsi, Jurnal
Medika Usada Volume 3 Nomor 2. hlm. 32-40.

Dharma. 2011 Metodologi Penelitian keperawatan. Jakarta :CV. Trans Info Media.

Halpern, Diane F. 2014. Thought and knowledge an introduction to critical thinking


fifth edition. Psychology Press: Ner York and London.
40

Hawari, D. 2018. Manajemen Stres Cemas Dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hidayat, A.A.A. 2005. Pengantar ilmu keperawatan anak Buku 1. Jakarta: Salemba
Medika.

Hockenberry and Wilson 2014. Study Guide for Wong’s Nursing Care of Infant and
Children. St. Louis: Elsevier-Health Sciences Division.

Iloh Devi Yanni dan Adrian Umboh. 2017. “Hubungan Dukungan Orangtua Dengan
Tingkat Kecemasan Anak Yang Sedang Di Pasangi Infus Di RSUP
Prof.DR.R.D.Kandau Manado.”

Jiwantoro, Y. A. 2017. Riset Keperawatan: Analisis Data Statistik Menggunakan


SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Khairani. 2019. Infodatin pusat data dan informasi kementrian kesehatan ri: Hari
diabetes sedunia tahun 2018. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Leksana, H. 2006. Buku saku anak pediatrika. Yogjakarta.

Miftahul Zannah, dkk. 2015. Peran Orang Tua Terhadap Tingkat Kecemasan Anak
pada saat Pemasangan Infus di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Banjar
Baru. DK Vol.3/No.2/September. hlm. 26-33.

Moersintowarti. 2008. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak Remaja. Jakarta: Sagung
Seto.

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Penerbit Fitramaya.

Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., Greene, Beverly. 2014. Psikologi Abnormal
Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga

Notoatmojo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2014. Managemen keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.
41

Pardede, J. A. 2020. Ekspresi Emosi Keluarga Yang Merawat Pasien Skizofrenia.


Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 6(2), 117-122.

Potter, A. & Perry, A. G. 2017. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC

Prabowo, E. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. I. Yogyakarta: Nuha Medika.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_20
18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses Maret 2023

Santrock, John W. 2009. Perkembangan anak. Edisi 11. Jakarta: Erlangga

Sugiyono. 2014. Metode penelitian kuantitatif kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sulistyawati. 2014. Deteksi tumbuh kembang anak. Jakarta: salemba Medika.

Supartini, Y. 2014. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.

Sutejo. 2017. Konsep Dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Gangguan
Jiwa Dan Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Videbeck, S. 2020. Psyciatric Mental Health Nursing (Leo Gray (ed.); 8th edition).
Wolters K

Wong, Donna L. 2012 Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6. Jakarta:
EGC.

Wong, et al. 2009. Wong buku ajar keperawatan pediatrik. (alih bahasa: Andry
Hartono, dkk). Jakarta. EGC.
42

Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ayu Nidia
NIM : 11222073
Judul Penelitian : Hubungan Dukungan Orang Tua Terhadap Tingkat Kecemasan
Anak saat Dipasang Infus di Rumah Sakit Bakti Timah Muntok

Bermaksud akan melakukan kegiatan penelitian sebagai rangkaian studi saya pada
Jurusan S1 Keperawatan, STIKes Pertamedika. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana hubungan dukungan orang tua terhaadap tingkat kecemasan
anak saat dipasangkan infus di Rumah Sakit Bakti Timah Muntok.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi siapapun.
Kerahasiaan seluruh informasi yang didapatkan akan dijaga dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu sebagai responden

dalam penelitian ini, jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden saya mohon Bapak/Ibu

menandatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan pada lembar identitas


responden yang telah disediakan, serta menjawab pertanyaan dari kuesioner yang
diajukan oleh peneliti. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu, saya ucapkan terima
kasih.

Peneliti

Ayu Nidia
43

Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI


RESPONDEN PENELITIAN
(Informed consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Initial : .......................................................................................................

Alamat : .......................................................................................................

Menyatakan bahwa:

Setelah diberikan penjelasan oleh peneliti tentang tujuan penelitian untuk mempelajari “
Hubungan Dukungan Orang Tua Terhadap Tingkat Kecemasan Anak saat Dipasang
Infus di Rumah Sakit Bakti Timah Muntok “ maka dengan ini saya yang bertanda
tangan di bawah ini, menyatakan bersedia / tidak bersedia* menjadi responden untuk
membantu dan berperan dalam kelancaran penelitian tersebut.

Muntok, Mei 2023

(…..........................)

*coret yang tidak perlu


47

Lampiran 3

No responden

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN ANAK SAAT PEMASANGAN INFUS DI RUMAH SAKIT
BAKTI TIMAH MUNTOK

Petunjuk :

1. Berilah tanda centang (  ) pada salah satu jawaban yang benar!

2. Semua pertanyaan harus dijawab!

3. Bila ada yang kurang dimengerti silahkan bertanya kepada peneliti!

A. DATA DEMOGRAFI

1. Jenis kelamin anak

Laki-laki Perempuan

2. Riwayat dirawat sebelumnya dirumah sakit

Pernah Belum pernah

3. Usia Anak

6 s/d 7 Tahun 10 s/d 12 Tahun

8 s/d 9 Tahun

4. Orang tua yang mendampingi

Ayah Ibu

5. Usia orang tua yang mendampingi............Tahun


6. Pendidikan Orang Tua

Tidak SD SLTP PT
Sekolah

7. Pekerjaan Orang
Tua

Tidak Wiraswasta Karyawan PNS Lain-


Bekerja lain

8. Pengalaman merawat anak di rumah sakit

Pernah Belum Pernah


47

KUESIONER DUKUNGAN ORANG TUA

A. Bacalah dengan seksama setiap pernyataan di bawah!


B. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan kenyataan perilaku pada saat anda merawat anak anda di rumah sakit dengan memberi tanda ( )
pada kolom jawaban yang tersedia dengan salah satu pilihan jawaban berikut:
1. Ya =1
2. Tidak = 0

No Indikator Dukungan Orang Uraian Singkat Ya Tidak


Tua
Aspek Dukungan Informasi
1 Menjalin kerjasama dengan 1. Mendukung bila dokter dan perawat bila mengatakan anak banyak istirahat
tenaga kesehatan 2. Mendorong anak agar mau diambil tindakan perawatan (diambil darah, diinfus,
ukur suhu, suntik, dsb)
2 Keterlibatan dalam 3. Mendampingi anak saat diperiksa
perawatan 4. Mengatur waktu istirahat dan tidur anak
Aspek Dukungan Emosional
3 Memberikan rasa nyaman pada 5. Memberikan kenyamanan kepada anak dengan memeluk,mencium dan berbicara
anak pada anak
6. Bermain dengan anak
4 Memberikan support 7. Mendampingi dan mendukung anak saat anak menerima tindakan yang membuat
emosional kepada anak rasa nyeri
8. Memberikan pujian bila anak mau makan dan minum obat selama perawatan
47

Aspek Kebutuhan Fisik


5 Terlibat pada tindakan yang 9. Memberikan kompres jika anak demam
sederhana 10. Membantu memberikan obat yang diminum anak
6 Menjelaskan tentang kondisi 11. Memberikan penjelasan tentang makanan apa saja yang boleh dimakan selama
anak perawatan
7 Memenuhi kebutuhan anak 12. Membantu dan melayani anak untuk makan
13. Memandikan, menggosok gigi, memberihkan muka anak
47

1. Petunjuk pengisian jawaban pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) pada kotak yang
telah disediakan.

Pernyataan untuk variabel Tingkat Kecemasan Anak:


0 = Tidak ada
1 = Sedikit
2 = Sedang
3 = Berat
4 = Sangat Berat

Jawaban
No Pernyataan
Tidak ada Sedikit Sedang Berat Sangat Berat
Aspek Tingkah Laku
Merasa gelisah atau gugup dan cemas dari
1
biasanya
2 Merasa takut tanpa alasan yang jelas
3 Mudah marah, tersinggung atau panik
Aspek Fisik
4 Kedua tangan dan kaki sering gemetar
47

Sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri leher


5
atau nyeri otot
6 Merasa badan lemah dan mudah lelah
Tidak dapat istirahat atau duduk dengan
7
tenang
Merasa jantung berdebar-debar
8
9 Sering mengalami pusing
Merasa kaku dan mati rasa dingin dan sering
10
basah oleh keringat
11 Merasa sakit perut atau gangguan pencernaan
12 Sering kencing dari pada biasanya
Merasa tangan dingin dan sering basah
13
oleh keringat
14 Wajah terasa panas dan kemerahan
Aspek Kognitif
15 Sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam
16 Mengalami mimpi-mimpi buruk

Anda mungkin juga menyukai