i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN MOTIVASI PERAWATAN PAYUDARA DENGAN
KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA
DI RUMAH SAKIT X GROUP
Wilhelmus Hary Susilo, MM, IAI ) (Ns. Tuti Asrianti Utami, SE., Skep., Mkep)
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Menyatakan bahwa penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan
bukan duplikasi dari hasil karya orang lain.
Apabila pada masa yang akan datangdiketahui bahwa pernyataan ini tidak benar
adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala
konsekuensinya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
(Meri Yuliana)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
proposal penelitian yang berjudul “ Hubungan Motivasi Perawatan Payudara
dengan Keberhasilan ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja Di Rumah Sakit X’’
Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar Riset
Keperawatan pada Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sint Carolus. Peneliti menyadari banyak pihak yang turut membantu
sejak awal penyusunan sampai selesainya proposal penelitian ini. Pada
kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
iv
10. Teman-teman Program Studi S1B Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sint Carolus.
11. Teman-teman di ruangan Lantai 3 Rumah Sakit Pondok Indah Pondok Indah
yang telah membantu dan mendukung, sehingga proposal penelitian ini dapat
selesai pada waktunya.
12. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang turut
berpartisipasi sehingga selesainya proposal penelitian ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah makanan bayi yang paling penting
terutama pada usia 0-6 bulan diawal kehidupannya. Menyusui bayi baru lahir
sampai 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali vitamin, dan obat-
obatan yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan untuk alasan medis
disebut ASI eksklusif (WHO, 2019). ASI eksklusif sebagai sumber gizi yang
sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi (Iriyanti et al., 2017).
Breastfeeding Advocacy Initiative tahun 2020, melaporkan bahwa tingkat
pemberian ASI eksklusif di berbagai wilayah dunia sebesar 25% di Afrika
Barat dan Tengah, 30% di Asia Timur dan Pasifik, 47% Asia Selatan, 32%
Amerika Tengah dan Karibia, 51% Asia Tenggara, 46% di negara-negara
berkembang dan 38% dari negara lainnya (WHO, 2020). Di Indonesia bayi
usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif sekitar 66,1%
(Kemenkes, 2021). DKI Jakarta capaian pemberian ASI Eksklusif sebesar
65,63%. di bawah nasional proporsinya (Direktur Gizi Masyarakat, 2020).
Menyusui merupakan salah satu bentuk peran dan tanggung jawab yang
harus dilaksanakan oleh seorang ibu (Novitasari & Khasanah, 2022). Ibu
dapat menyusui ketika bayinya usia 0-6 bulan secara eksklusif minimal
adalah 6 bulan dan dapat dilanjutkan hingga 2 tahun (Kemenkes, 2019).
Menyusui secara eksklusif yang dilakukan oleh ibu dapat berhasil, salah
satunya dengan melakukan perawatan payudara.
Perawatan payudara merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
meningkatkan volume ASI dan melancarkan refleks pengeluaran ASI
(Ramadihina et al., 2020). Perawatan payudara sebagai langkah awal untuk
menjaga kebersihan agar payudara tetap sehat dan tidak terjadi infeksi dan
dilakukan setelah melahirkan yang mempunyai tujuan untuk merangsang
kelenjar-kelenjar air susu, untuk merawat puting payudara agar bersih, tidak
mudah lecet, memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya
1
saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI, perawatan yang
dilakukan berupa pemijatan pada daerah payudara (Arif, 2018). Ibu perlu
menyediakan waktu untuk melakukan perawatan payudara.
Ibu yang bekerja diluar rumah mempunyai keterbatasan kesempatan
menyusui bayinya secara langsung. Keterbatasan ini bisa berupa waktu atau
tersedia fasilitas tersebut. Jika ibu bekerja mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang manfaat, cara penyimpanan, cara pemberian ASI diharapkan
dapat meningkatkan cakupan pemberian ASI secara eksklusif (Berutu, 2021).
Motivasi berarti dorongan untuk bertindak mencapai suatu
tujuan. Motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam
subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai
suatu tujuan (Yustina Oktarida, 2021). Motivasi merupakan dorongan atau
keinginan dari dalam diri seseorang yang dapat menyebabkan seseorang
melakukan kegiatan tertentu, supaya mencapai tujuannya (Ririn et al.,
2020b).
Penelitian yang dilakukan oleh Ririn, tahun 2020 menjelaskan bahwa
sebagian besar motivasi ibu menyusui adalah kuat yaitu sebanyak 52 (68,4%)
ibu dan berhasil dalam pemberian ASI eksklusif sebanyak 56 (73,7%) ibu
(Ririn et al., 2020a). Ada hubungan yang signifikan antara motivasi ibu
menyusui dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif dengan hubungan
yang kuat antar kedua dan sifat hubungan yang positif atau searah yang
artinya bahwa semakin tinggi motivasi yang dimiliki ibu maka semakin
berhasil dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi (p value 0,001 < α 0,05, r
= 0,635) (Ririn et al., 2020a). Salah satu faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif yaitu motivasi ibu (Jahriah, Setiawati, & Maslani,
2022).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan terhadap ibu bekerja di Rumah
Sakit X, yang melahirkan selama bulan Juli - November 2022 dengan
melakukan wawancara 26 responden didapati 10 orang ibu (38,4%) yang
melakukan perawatan payudara saat menyusui dapat memberikan ASI
eksklusif, 5 orang ibu (19,3%) yang tidak melakukan perawatan payudara
pada saat menyusui, dapat memberikan ASI eksklusif, 5 orang ibu (19,3%)
2
yang tidak melakukan perawatan payudara pada saat menyusui, tidak berhasil
memberikan ASI eksklusif dikarenakan ketidaktahuan ibu dalam pentingnya
melakukan perawatan payudara dan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif,
dan 6 orang ibu (23,0%) melakukan perawatan payudara namun masih
mengalami tidak memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan latar belakang
diatas peneliti berminat untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
Motivasi Perawatan Payudara dengan Keberhasilan ASI Eksklusif Pada Ibu
Bekerja Di Rumah Sakit X Group”
B. Perumusan Masalah
Keberhasilan ASI Eksklusif pada ibu sangat di pengaruhi oleh motivasi
ibu untuk melakukan perawatan payudara agar dapat menyusui secara
eksklusif untuk bayinya, sementara ibu harus bekerja di luar rumah,
menyebabkan ibu memiliki motivasi yang tidak menentu untuk melakukan
perawatan payudara. Apalagi ibu harus mengerjakan pekerjaan lain untuk
keluarganya, sehingga peneliti ingin menganalisis lebih lanjut bagaimana
hubungan motivasi perawatan payudara dengan keberhasilan asi eksklusif
pada ibu bekerja di rumah sakit X Gorup”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisa hubungan motivasi perawatan payudara dengan
keberhasilan ASI eksklusif pada ibu bekerja di Rumah Sakit X Group.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi distribusi frekuensi usia ibu bekerja di Rumah
Sakit X Group.
b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi pendidikan ibu bekerja di
Rumah Sakit X Group.
c. Mengidentifikasi distribusi frekuensi paritas ibu bekerja di Rumah
Sakit X Group.
3
d. Mengidentifikasi motivasi perawatan payudara ibu bekerja di Rumah
Sakit X Group.
e. Mengetahui distribusi frekuensi keberhasilan ASI eksklusif pada ibu
bekerja di Rumah Sakit X Group.
f. Mengetahui hubungan antara motivasi perawatan payudara dengan
keberhasilan ASI eksklusif ibu bekerja di Rumah Sakit X Group.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman baru serta
dapat meningkatkan wawasan dan pemahaman serta kemauan untuk
mencaritahu lebih lanjut tentang hubungan motivasi perawatan
payudara dan keberhasilan ASI eksklusif.
3. Untuk Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi dan
pengetahuan kepada ibu tentang pentingnya perawatan payudara dalam
keberhasilan ASI eksklusif.
4
5. Untuk Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan pengembangan
dalam melakukan penelitian terkait perawatan payudara dan keberhasilan
menyusui.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini mengenai hubungan motivasi perawatan payudara
dengan keberhasilan ASI eksklusif pada ibu bekerja di Rumah Sakit X
Group. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan motivasi
perawatan payudara dengan keberhasilan ASI eksklusif pada ibu bekerja di
Rumah Sakit X Group. Penelitian ini dilakukan karena banyak kejadian ibu
yang bekerja di Rumah Sakit X Group mengalami payudara bengkak akibat
tidak melakukan perawatan payudara dan menyebabkan tidak tercapainya
pemberian ASI eksklusif. Mereka mengatakan tidak ada keinginan atau
motivasi untuk melakukan perawatan payudara karena tidak ada waktu,
atau bahkan malas melakukan perawatan payudara.
Penelitian ini dilakukan pada Maret-Juli 2023 bertempat di Rumah
Sakit X Group. Populasi penelitian ini adalah ibu bekerja di RS X Group
yang memiliki bayi usia 6-12 bulan, sebanyak 103 responden. Metode
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif korelasional dengan
pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan cara
penyebaran kuesioner dan dianalisis menggunakan analisis univariat dan
bivariat. Uji Analisa statistik menggunakan spearman rank.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
b. Bagi Ibu
Pemberian ASI Eksklusif dengan cara ibu menyusui bayinya
dapat membantu menunda kesuburan dan penurunan risiko kanker
ovarium, dimana saat ibu menyusui, produksi dari LH (Luteinizing
Hormone) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone) di hambat, dan
dapat memicu pelepasan hormon reproduksi sehingga proses ovulasi
tidak terjadi (Adisasmita, 2016). Ibu menyusui pada bayinya akan
memberi manfaat bagi ibu, dimana isapan bayi pada payudara ibu
akan merangsang oksitoksin yang membantu involusi uterus dan
mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan sehingga
mengurangi pre-valensi anemia defisiensi besi (Susanto, 2018).
Banyak manfaat bagi ibu menyusui yaitu mempercepat kondisi ibu
untuk kembali ke masa pra-kehamilan, serta mengurangi lemak di
sekitar panggul dan paha yang timbun saat masa kehamilan dan akan
berpindah ke dalam ASI, hal demikian dapat membantu ibu
menurunkan berat badan, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali
(Wilda et al., 2018).
Rekomendasikan World Health Organization (WHO) untuk
ibu terus menyusui dan mematuhi higiene untuk menghindari
terjadinya risiko penularan infeksi patogen lain dan meningkatkan
kesehatan ibu dan anak, serta manfaat bagi keluarga terhadap
dampak sosial dan ekonomi yang positif. Ibu yang menyusui dapat
mengurangi stres (kecemasan), hormon-hormon menyusui dapat
memberikan perasaan tenang, positif dan mengerjakan hal-hal
positif lebih banyak daripada ibu-ibu yang tidak menyusui (Irsal,
2018).
c. Bagi Keluarga
Manfaat ASI bagi keluarga antara lain, mudah pemberiannya
seperti tidak perlu mencuci botol dan mensterilkan sebelum
digunakan, meng hemat biaya, bayi sehat dan jarang sakit sehingga
menghemat pengeluaran keluarga (Nisa et al., 2020).
7
d. Bagi Negara
Manfaat ASI bagi Negara antara lain, menurunkan angka
kesakitan dan kematian anak, mengurangi subsidi untuk rumah sakit,
mengurangi devisa untuk membeli susu formula, meningkatkan
kualitas generasi penerus bangsa (Nisa et al., 2020).
8
6) Jangan memberikan bayi baru lahir makanan atau minuman
apapun selain ASI sampai berusia 6 bulan.
7) Perumahan memastikan bahwa ibu bersama bayinya 24 jam
sehari.
8) Dukung ibu untuk menyusui bayinya sesuai keinginannya, tanpa
batasan lama atau frekuensi menyusui.
9) Jangan berikan empeng atau empeng pada bayi yang disusui.
10) Upayakan untuk membentuk kelompok pendukung ASI di
masyarakat dan arahkan ibu ke kelompok tersebut ketika mereka
kembali dari rumah sakit/ibu bersalin atau layanan kesehatan.
9
Komponen jaringan kelenjar (Monika, 2014):
a. Alveoli adalah pabrik susu tempat sel susu menyerap nutrisi yang
diperlukan dari darah.
b. Saluran adalah tabung kecil yang membawa susu dari alveoli ke
puting susu.
c. Areola adalah area berpigmen/lebih gelap yang berisi puting susu dan
kelenjar Montgomery.
d. Kelenjar Montgomerry adalah kombinasi kelenjar sebaceous yang
mengeluarkan sebum/cairan berminyak dan kelenjar susu yang
membesar selama kehamilan. Jumlah kelenjar Montgomery
bervariasi dari 1 hingga 15.
e. Lobo-lobula, merupakan bagian dari kelenjar susu. Lobulus terdiri
dari alveoli bercabang dan saluran yang mengantarkan susu ke
lobulus. Kebanyakan wanita memiliki 4-17 lobus dada, dengan rata-
rata 9 lobus.
f. Puting adalah bagian payudara yang lentur saat bayi menghisap.
Permukaan luar poutine memiliki 5-18 pori dengan dimensi 0,4-0,7
mm dan setiap pori terhubung ke saluran. Puting dan areola memiliki
otot polos yang dapat berkontraksi.
Untuk lebih jelas dari anatomi payudara dapat dilihat pada gambar
berikut:
10
2. Fisiologi Payudara
Empat hormon yang terlibat dalam perkembangan dan pematangan
fungsi payudara.
a. Estrogen diproduksi di ovarium, kelenjar adrenal dan plasenta.
Hormon ini bertanggung jawab untuk perkembangan jaringan
payudara dan jaringan ikatnya ((Monika, 2014).
b. Prolaktin, yang diproduksi di plasenta dan kelenjar hipofisis anterior.
Hisapan bayi saat menyusui mengirimkan sinyal ke hipotalamus
(bagian kecil otak) untuk menghasilkan hormon prolaktin, yang
kemudian beredar di dalam darah.Hormon prolaktin terlibat dalam
produksi ASI. Oleh karena itu, susui bayi segera setelah lahir
dan/atau perah ASI sesering mungkin 8-12 kali sehari untuk menjaga
kadar hormon prolaktin tetap tinggi. Kadar hormon prolaktin sangat
tinggi pada malam hari, terutama antara jam 2 dan 4 pagi, jadi
gunakan waktu ini selain menyusui untuk mengeluarkan ASI sesuai
keinginan bayi. Hormon prolaktin membuat ibu rileks dan
mengantuk, memungkinkan ibu menyusui untuk tidur nyenyak di
malam hari. Hormon prolaktin juga berperan sebagai penghambat
ovulasi, sehingga menyusui (terutama secara eksklusif) merupakan
salah satu tahap peralihan alami kehamilan (Monika, 2014).
c. Progesteron, diproduksi di ovarium dan plasenta. Progesteron
memblokir aksi prolaktin selama kehamilan. Ketika seorang ibu
melahirkan, plasenta terlepas dari rahimnya, menyebabkan kadar
hormon progesteron turun. Efek selanjutnya, kadar hormon prolaktin
meningkat. Jika terjadi masalah (misalnya sebagian plasenta
tertinggal di dalam rahim setelah bayi lahir), produksi ASI tidak
meningkat hingga hari ke-3 atau bahkan ke-4 setelah lahir (Monika,
2014).
d. Oksitosin, diproduksi di hipotalamus dan disimpan di hipofisis
posterior otak. Saat bayi menghisap, dikirim rangsangan ke otak
sehingga hormon oksitosin keluar dan mengalir ke darah, lalu ke
payudara, menyebabkan otot-otot di sekitar kantung udara di paru-
11
paru berkontraksi dan ASI mengalir melalui saluran susu. . Hormon
oksitosin juga memperlebar saluran susu sehingga ASI lebih mudah
mengalir. Hormon oksitosin diproduksi lebih cepat dibandingkan
hormon prolaktin, bahkan hormon ini dapat bekerja sebelum bayi
mulai menyusu. Hal penting lainnya adalah hormon ini berperan
dalam kontraksi rahim setelah melahirkan, yang sangat bermanfaat
untuk mengurangi perdarahan dan mengembalikan kondisi rahim ibu
(Monika, 2014).
Dari keempat hormon tersebut, prolaktin dan oksitosin memainkan peran
terbesar dalam produksi dan pelepasan ASI, jadi penting untuk menjaga
levelnya tetap tinggi. C.perawatan payudara.
C. Perawatan Payudara
1. Definisi Perawatan Payudara
Menyusui merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jumlah
ASI dan mempercepat refleks pengeluaran ASI (Ramadihina et al.,
2020). Perawatan payudara dan puting penting selama menyusui. Puting
yang sakit sering terjadi. Jika dimulai dengan baik, maka proses
selanjutnya akan berjalan dengan baik pula (Apriani, 2021).
Perawatan payudara merupakan langkah awal dalam menjaga
kebersihan agar payudara tetap sehat dan bebas dari infeksi. Dilakukan
setelah melahirkan untuk merangsang kelenjar susu, merawat puting susu
agar bersih dan tidak mudah lecet. obat Melancarkan peredaran darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu untuk mempercepat keluarnya ASI,
pengobatan dilakukan dengan cara memijat daerah payudara (Arif,
2018).
12
d. Merangsang kelenjar air susu yang berada di payudara sehingga
produksi ASI lebih banyak dan lancer.
e. Kenali kelainan pada payudara.
f. Mengurangi dari bendungan ASI, mastitis, dan abses pada payudara.
Hal ini menunjukkan perawatan payudara sangat penting bagi proses
menyusui (Wahyuni et al., 2022).
3. Masalah Payudara
a. Putting susu nyeri / lecet
Disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu. bayi tidak
menghisap payudara. Jika bayi hanya menghisap puting susu, maka
ASI akan sedikit karena gusi bayi tidak menekan daerah sinus susu
sedangkan ibu merasakan nyeri/gesekan pada puting susu.
Menggunakan sabun, alkohol, krim atau bahan iritan lainnya untuk
membersihkan puting susu, memiliki lidah pendek yang membuat
bayi sulit menghisap di area payudara, dan hanya menghisap puting
susu saja, secara tidak sengaja menghentikan pemberian ASI
(Mansyur & Dahlan, 2014).
b. Payudara Bengkak
Pembengkakan payudara disebabkan oleh tidak cukup memerah
susu, membiarkan sisa susu menggenang di saluran susu, seringkali
pada hari ketiga atau keempat setelah ibu melahirkan. Kemacetan
pembuluh darah dan limfatik menyebabkan peningkatan tekanan
intraductal yang mempengaruhi berbagai area payudara,
meningkatkan tekanan pada seluruh payudara, seringkali
menyebabkan payudara terasa penuh, nyeri dan nyeri. Kemudian
terjadi penurunan produksi ASI dan penurunan refleks pengeluaran
ASI. Puting yang kencang juga sering menyebabkan pembengkakan
segmental, dan puting yang kotor dapat menyebabkan sumbatan
pada saluran (Mansyur & Dahlan, 2014).
13
c. Saluran susu tersumbat (obstructive duct)
Suatu kondisi di mana satu atau lebih saluran susu tersumbat. Sidik
jari ibu saat menyusui. Kenakan bra yang ketat. Komplikasi
payudara bengkak yaitu. ASI yang terkumpul tidak segera
dikeluarkan sehingga terjadi penyumbatan (Mansyur & Dahlan,
2014).
d. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Kasus ini terjadi pada
persalinan 1-3 minggu setelah melahirkan akibat sumbatan permanen
pada saluran susu. Payudara bengkak yang tidak cukup diperah pada
akhirnya akan berkembang menjadi mastitis. Puting lecet
memudahkan bakteri masuk ke payudara dan menyebabkan infeksi.
Bra yang terlalu ketat. Ibu dengan gizi buruk, kurang istirahat,
anemia rentan terhadap infeksi (Mansyur & Dahlan, 2014).
e. Abses Payudara
Abses dan mastitis harus dibedakan satu sama lain. Abses payudara
merupakan akibat/komplikasi dari mastitis yang disebabkan oleh
mastitis umum (Mansyur & Dahlan, 2014).
14
4. Cara Perawatan Payudara
a. Persiapan alat dan bahan
1) Minyak kelapa
2) Kasa atau kapas beberapa lembar
3) Handuk kecil 2 buah
4) Washlap 2 buah
5) 2 buah Waskom (isi air hangat / dingin)
6) Bra Menyusui
b. Langkah-langkah perawatan payudara menurut Mansyur dan Dahlan,
2014, sebagai berikut :
1) Mencuci tangan
2) Basahi kapas/kasa dengan minyak kelapa lalu bersihkan puting
dengan kapas/kasa tersebut untuk mengangkat kotoran di sekitar
areola dan putting
3) Tuangkan sedikit minyak kelapa ke kedua telapak tangan lalu
oleskan pada kedua payudara
4) Lakukan pemijatan dengan gerakan melingkar dari dalam ke luar,
gerakan ini diulang sebanyak 20-30 kali selama 5 menit.
Kemudian lakukan gerakan sebaliknya, mulai dari dalam, atas,
ke samping, ke bawah untuk menopang dada, lalu lepaskan
secara perlahan
5) Tangan kiri menopang payudara kiri, tangan kanan mengusap
payudara dari bawah atau atas ke puting. Lakukan gerakan
berikut dengan tangan kanan menopang payudara kanan, lalu
pijat dengan tangan kiri dengan cara yang sama. Gunakan
telapak tangan 20-30 kali selama 5 menit
6) Telapak payudara kiri menopang payudara kiri, tangan kanan
digenggam di ujung kepalan tangan, berjajar dari pangkal hingga
puting susu
7) Rangsang payudara dengan menekan secara bergantian dengan
waslap air panas dan dingin dengan handuk kecil, lalu gunakan
bra khusus menyusui
15
8) Cuci tangan
16
3) Kemudian gosok setiap puting dengan handuk kasar untuk
menghilangkan kotoran yang menempel di putting.
4) Payudara dipijat untuk mengeluarkan ASI. Lakukan langkah di
atas sebanyak 4-5 kali pada pagi dan sore hari. Jangan
membersihkan puting susu dengan alkohol atau sabun karena
akan menyebabkan kulit kering dan melepuh. Pompa payudara
atau jarum suntik bekas dengan ujung terpotong juga dapat
digunakan untuk mengatasi masalah puting terbalik.
D. Konsep Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah kebutuhan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat ketekunan dan semangat dalam melakukan suatu
kegiatan, baik dalam diri individu (motivasi internal) maupun di luar
individu (motivasi eksternal).
Motivasi adalah sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah
dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan (Lauda, 2021).
Seberapa kuat motivasi seseorang sangat menentukan kualitas
perilakunya di perguruan tinggi, di tempat kerja dan dalam aspek
kehidupan lainnya. Penelitian tentang motivasi telah lama memiliki daya
tarik tersendiri bagi para pendidik, manajer dan peneliti (Lauda, 2021).
Motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator (Abin
Syamsudyn Makmun 2016), diantarannya :
a. Durasi perawatan payudara setelah melahirkan adalah 15-30 menit
b. Prosedur perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari
c. Kontinuitas kegiatan perawatan payudara
17
d. Kekuatan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan
dan kesulitan.
e. Pengorbanan untuk mencapai tujuan
f. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang
dilakukan
g. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (output) yang dicapai dari
kegiatan yang dilakukan.
h. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
c. Faktor hereditas
Bahwa manusia diciptakan dengan kepribadian yang berbeda-beda,
diwariskan sejak lahir. Ada tipe kepribadian tertentu yang mudah
termotivasi di tempat lain.
18
pernyataan positif, maka skor tertinggi diberikan untuk jawaban sangat
setuju. Apabila pernyataan negatif, skor tertinggi diberikan untuk
jawaban sangat tidak setuju. Hasil motivasi dikelompokkan menjadi tiga
bagian berdasarkan skor hasil jawaban kuesioner yaitu; Motivasi kuat
jika skor penelitian 76-100%, Motivasi sedang jika skor penelitian 56-
75%, Motivasi lemah jika skor penelitian ≤ 55% (Ririn et al., 2020).
2. Pendidikan
Pendidikan adalah proses individu di dalam melakukan perubahan
sikap, perilaku secara individu atau dalam kelompok, serta merupakan
19
usaha dalam mendewasakan manusia melalui pelatihan dan pengajaran.
Ibu menyusui mempunyai pendidikan yang tinggi memiliki kemampuan
atau pemahaman yang baik tentang keberhasilan ASI Eksklusif (KBBI,
2012). Pendidikan merupakan suatu proses penyampaian bahan atau
materi kepada sasaran guna mencapai perubahan tingkah laku atau
tujuan, sehingga informasi atau pengetahuan tentang perawatan payudara
pada masa laktasi dapat diterima dengan baik.
Tingkat Pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya
pengetahuan, ibu dalam pemberian ASI Eksklusif, sedangkan ibu yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi mempengaruhi pengetahuan dan
perilaku ibu dalam pemberian gizi yang bermutu baik, umumnya terbuka
menerima perubahan guna pemeliharaan kesehatannya (Puspitaningrum,
2017). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah
menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki
dan sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap
seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Notoatmodjo,
2017). Ibu nifas yang berpendidikan tinggi kemungkinan makin mudah
menerima informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang
tujuan atau manfaat perawatan payudara pada masa laktasi.
Penelitian ini di dukung oleh Amalia et al., 2019 dimana terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan
keberhasilan ASI Eksklusif. Ibu yang memiliki pendidikan yang baik
akan mendukung dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayinya, sehingga
ibu akan memahami tentang pentingnya kandungan ASI untuk
perkembangan dan pertumbuhan.
Tingkat pendidikan dibagi menjadi 2 bagian yaitu sebagai berikut
(Profil Kesehatan Indonesia,2018) :
1. Pendidikan rendah (SD-SMP)
2. Pendidikan tinggi (SMA-Perguruan Tinggi)
20
3. Pekerjaan.
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan untuk menunjang
kehidupan seseorang dan keluarganya. Ibunya yang bekerja pada
umumnya dapat mempengaruhi pola kebiasaan dan hidupnya, terkhusus
dalam keluarganya (Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan dan Dewi, 2011).
Status pekerjaan ibu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam
pemberian ASI Eksklusif.
Ibu yang bekerja pada umumnya akan menghabiskan separuh
waktu dan akan mengalami kesulitan dalam membagi waktu dikarenakan
oleh beban kerja yang tinggi, stres, dan keyakinan, sehingga waktu
menyusui pada bayinya akan berkurang. Ibu yang bekerja memiliki masa
cuti hamil dan melahirkan yang singkat (Sutama et al., 2020). Ibu harus
kembali bekerja dalam 3 bulan pertama setelah melahirkan, hal ini
menyebabkan waktu pemberian ASI eksklusif yang seharusnya diberikan
selama 6 bulan menjadi lebih singkat. Okawary, 2015 pemberian ASI
langsung (direct breastfeeding) oleh ibu menjadi terhambat, dikarenakan
ibu yang sibuk bekerja. Bhriyah, 2017 hal ini menyebabkan ibu yang
bekerja cenderung memilih memberikan susu formula kepada bayinya
dikarenakan lebih praktis dan bisa diberikan oleh orang lain yang
mendampingin bayinya. Ibu yang tidak bekerja memiliki waktu yang
cukup untuk selalu mendampingi bayinya, sehingga pemberian ASI
sewaktu waktu bisa diberikan (Sutama et al., 2020).
Kurangnya pengetahuan mengenai pompa ASI pada ibu yang
bekerja juga berhubungan dengan kurang efektifnya pemberian ASI
eksklusif pada bayi. Ibu berusia lebih muda dan memiliki pekerjaan
cenderung lebih aktif mencari informasi dari berbagai sumber mengenai
cara memberikan ASI pada saat ibu sedang bekerja. Ketika ibu sedang
bekerja, orang lain yang mendampingi bayi bisa memberikan ASI yang
disimpan oleh ibu dan dilanjutkan dengan pemberian ASI secara
langsung ketika ibu sudah kembali dari bekerja, sehingga bayi masih bisa
mendapatkan ASI dari ibunya (Sutama et al., 2020)
21
Timporok et al, 2018 pada penelitian yang di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawangkoan juga memperoleh hasil yang sama dimana
terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif (p = 0,000). Damayanti et al, 2020 pada penelitiannya di
wilayah kerja Puskesmas Werdhi Agung Kecamatan Dumoga Tengah
juga mendapatkan adanya hubungan signifikan antara pekerjaan.
Pekerjaan mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif.
Hal ini dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk
memperhatikan kebutuhan ASI bayinya. Dukungan dari tempat kerja
sangat diperlukan agar ibu dapat memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya (Bakri et al., 2022).
Peneliti dalam penelitian ini membagi pekerjaan responden dengan
beberapa kelompok yaitu perawat, analis kesehatan dan administrasi.
Dimana perawat dan analis kesehatan mempunyai jam kerja secara shift.
Sedangkan bagian administrasi bekerja tidak secara shift. Penelitian
Dina, 2016 Jam kerja dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif,
karena adanya perbedaan jam kerja antara ibu yang memiliki jam kerja
secara shift maupun ibu yang bekerja secara tidak shift yang dapat
mempengaruhi kondisi ibu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa
ibu yang bekerja pada jam kerja shift cenderung tidak memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya (97,7%). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai
yang signifikan dengan nilai pvalue 0,003 sehingga ada hubungan antara
jam kerja ibu dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Kondisi ini
dapat terjadi karena ibu yang bekerja pada sistem kerja shift memiliki
potensi untuk terjadinya kelelahan maupun stres sehingga mempengaruhi
kondisi fisik ibu dan dapat mempengaruhi penurunan produksi ASI
(Rosyadi, 2016).
4. Paritas
Notoadmojo, 2010 paritas merupakan frekuensi ibu pernah
melahirkan anak, hidup atau mati tetapi bukan aborsi. Selanjutnya
tingkat paritas akan dijelaskan sebagai berikut : primipara yaitu
22
ibu yang pernah melahirkan 1 kali, mutipara adalah ibu yang
pernah melahirkan 2-4 kali, dan grande multipara adalah ibu yang
pernah melahirkan > 4 kali. Tingkat paritas telah banyak menarik
perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan ibu dan anak.
Dikatakan demikan karena terdapat kecendrungan kesehatan ibu yang
berparitas rendah lebih baik dari pada berparitas tinggi (Sholeha et
al., 2019).
Menurut penelitian Mododahi dkk, 2018 didapatkan bahwa adanya
hubungan antara paritas dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Ibu
yang sudah pernah melahirkan akan memberikan laktasi kedua yang
lebih baik dibanding ketika laktasi pertama, hal ini berhubungan dengan
sudah adanya pengalaman pada laktasi kedua, akan tetapi ada
kemungkinan bahwa ibu yang sudah pernah menyusui tidak memberi
ASI eksklusif. Hal ini biasanya disebabkan oleh kurangnya motivasi, ibu
yang bekerja dan lain-lain yang membuat pemberian susu formula lebih
disukai karena lebih praktis.
Ibu yang multiparitas memiliki pengalaman dari laktasi
sebelumnya, hal ini membuat ibu menjadi lebih siap dalam menyusui
ketika memiliki bayi lagi sehingga pemberian ASI menjadi lebih efektif.
Pengalaman laktasi sebelumnya juga membantu ibu meredakan
kecemasan dalam memberikan ASI pada bayinya. Pada ibu multiparitas
dengan usia yang lebih tua (>35 tahun) memiliki risiko penurunan fungsi
anatomi dan hormon yang terganggu (Perilaku et al., 2018).
Menurunnya kadar hormon mempengaruhi proses pengeluaran ASI
sehingga dapat menyebabkan ibu mengalami onset laktasi yang lama. Ibu
yang primiparitas tidak memiliki pengalaman laktasi sebelumnya
sehingga dapat menyebabkan stres. Stres yang dialami ibu primiparitas
dapat meningkatkan kadar hormon kortisol dalam darah. Peningkatan
hormon kortisol ini akan menyebabkan penurunan kadar hormone
oksitosin yang mengakibatkan keterlambatan onset laktasi.
23
F. Penelitian Terkait
1. Penelitian Made Ririn Sri Wulandari, dengan judul Hubungan Motivasi
menyusui Dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif. Sampel
penelitian diambil menggunakan teknik purposive sampling, dan
didapatkan 76 ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan. Data dikumpulkan
dengan kuesioner dan dianalisis dengan uji statistik kendall's tau. Hasil
penelitian menunjukkan, dari 76 responden sebagian besar motivasi ibu
menyusui kuat dengan persentase 68,4% dan pemberian ASI eksklusif
sebagian besar berhasil dengan persentase 73,7%. Uji statistik
menunjukkan p value 0,001 < a 0,05, r = 0,635, yang menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi ibu menyusui
dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif, dengan hubungan yang
kuat antar variabel serta arah yang positif, 2020.
2. Penelitian Pebri Alda Risma Cahyo, dengan judul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Bendungan ASI. Dalam penelitian ini
menggunakan studi literature review yang merupakan sebuah studi
literature sistematik, jelas, menyeluruh dengan mengidentifikasi,
mengevaluasi dan mengumpulkan data-data penelitian yang sudah ada.
Pencarian literature dilakukan melalui google scholar, google cendekia,
pubmad dengan kata kunci Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
bendungan ASI. Dan digunakan 10 jurnal 5 jurnal indonesia dan 5 jurnal
internasional dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis teori dan 10
jurnal tersebut menunjukan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi
kejadian bendungan ASI adalah 1) motivasi menyusui, 2) perawatan
payudara 3) kondisi putting 4) frekuensi menyusui 5) perlekatan
menyusui 6) posisi menyusui 7) teknik menyusui dan 8) pembengkakan
payudara. beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian
bendungan ASI adalah motivasi menyusui dengan menggunakan desain
penelitian analtik dengan tarif signifikan 0,05. Didapat hasil dengan X2
hitung (Value) = 4,854, perawatan payudara dengan menggunakan hasil
uji statistik diperoleh nilai P= 0,005 yang artinya ada hubungan
perawatan dengan kejadian bendungan ASI kondisi putting dengan hasil
24
uji statistik diperoleh nilai P= 0,007 yang artinya ada hubungan kondisi
dengan kejadian bendungan ASI, frekuensi menyusui dengan
menggunakan uji regresi p-value 0,05, 2021.
3. Penelitian Nafilatul Jahriah, dengan judul Hubungan Motivasi Ibu
dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Astambul. Metode penelitian ini menggunakan metode Survei Analitik
dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
ibu yang memiliki bayi usia >6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Astambul Tahun 2020 yang berjumlah 316 orang dan sampel berjumlah
177 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Systematic
Random Sampling. Instrument yang digunakan adalah kuesioner. Analisa
data menggunakan uji statistic Chi Square dengan a=0,05%. Hasil
penelitian didapatkan ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif
sebanyak 92 orang (52%), sebanyak 99 orang (55,9%) memiliki motivasi
tinggi. Hasil Uji Chi Square menunjukkan ada hubungan motivasi ibu
dengan pemberian ASI Eksklusif ρ=0,000 (ρ<a 0,05) OR=4,455, 2022.
4. Penelitian Selly Enggar Prilyastuty, dengan judul Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Pemberian MP-ASI Dini Pada Bayi Usia 6-11
Bulan. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI pada bayi usia 6-11 bulan. Metode
penelitian menggunakan literatur review yang bersifat analisis deskriptif.
Literatur yang digunakan adalah 10 jurnal dengan tema yang sama
dengan tahun terbitan 2011-2020. Hasil analisis jurnal didapatkan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara pendidikan, pengetahuan,
pekerjaan, pendapatan, dukungan keluarga dan sosial budaya dalam
praktik pemberian MP ASI dini, 2020.
5. Penelitian Fitri Hidayati, dengan judul Motivasi dan pemberian ASI
eksklusif di kalangan ibu dalam pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan motivasi dengan riwayat pemberian ASI eksklusif
pada ibu yang bekerja di perusahaan wilayah Kabupaten Bantul.
Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak
25
usia 6-12 bulan yang bekerja di perusahaan wilayah Kabupaten Bantul.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan
alat ukur berupa kuesioner. Hasil penelitian diuji dengan uji statistik uji
chi square dengan program SPSS. Hasil penelitian ini diperoleh sebagian
besar ibu memiliki motivasi yang baik dalam memberikan ASI eksklusif
sebesar 61,4% Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,011 dengan nilai
signifikan P<0.05 sehingga terdapat hubungan antara riwayat pemberian
ASI eksklusif pada Ibu bekerja yang bekerja diperusahaan wilayah
kabupaten Bantul, 2019.
26
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DIFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Soekanto dan Mamudji, 2012 mendefinisikan kerangka konsep sebagai
kerangka yang mengggambarkan hubungan antara konsep- konsep khusus
yang akan diteliti (Iriani, 2022).
Variabel yang digunakan dalam penelitian mengenai Hubungan
Motivasi Perawatan Payudara dengan Keberhasilan ASI Eksklusif pada Ibu
Bekerja Di Rumah Sakit X Group adalah :
a. Variabel dependen (terikat) yaitu keberhasilan ASI Eksklusif
b. Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah karakteristik:
usia ibu, pendidikan, pekerjaan, paritas dan motivasi perawatan payudara.
Variabel Independen
Karakteristik:
Usia Ibu
Pendidikan
Pekerjaan Variabel Dependen
Paritas
Keberhasilan ASI
Eksklusif
Motivasi Perawatan
Payudara
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
Skema 3. 1 Kerangka Konsep
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan peneliti terhadap hubungan antar 2
variabel atau lebih berdasarkan kerangka konsep penelitian (Supardi &
Rustika, 2013).
27
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ho1 : Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan keberhasilan ASI
Eksklusif pada bayi.
Ha1 : Ada hubungan antara usia ibu dengan keberhasilan ASI Eksklusif
pada bayi.
2. Ho2 : Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan keberhasilan
ASI Eksklusif pada bayi.
Ha2 : Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan keberhasilan ASI
Eksklusif pada bayi.
3. Ho3 : Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan keberhasilan
ASI Eksklusif pada bayi.
Ha3 : Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan keberhasilan ASI
Eksklusif pada bayi.
4. Ho4 : Tidak ada hubungan antara paritas dengan keberhasilan ASI
Eksklusif pada bayi.
Ha4 : Ada hubungan antara paritas dengan keberhasilan ASI Eksklusif
pada bayi.
5. Ho5 : Tidak ada hubungan antara motivasi perawatan payudara dengan
keberhasilan ASI Eksklusif pada bayi.
Ha5 : Ada hubungan antara motivasi perawatan payudara dengan
keberhasilan ASI Eksklusif pada bayi.
28
Tabel III. 1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
(Variabel Independen dan Variabel Dependen)
Variabel
N Definisi Skala
Independe Definisi Konseptual Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
o Operasional Ukur
n
Mengisi data
Usia adalah 1. Usia ibu ≤ 25
Lamanya seseorang hidup berdasa usia
lama waktu tahun
1 Usia Ibu r kan perhitungan statistik (KBBI, responden Kuesioner Ordinal
hidup 2. Usia ibu > 25
2012) berdasarkan
responden tahun
data primer
1. Pendidikan rendah
Segenap bentuk pendidikan yang Mengisi data (SD-SMP)
Jenjang
diberikan secara terorganisasi dan pendidikan 2. Pendidikan tinggi
pendidikan
2 Pendidikan berjenjang baik yang bersifat responden Kuesioner (SMA - Perguruan Ordinal
terakhir
umum maupun yang bersifat berdasarkan Tinggi)
responden
khusus (KBBI, 2012) data primer (Profil Kesehatan
Indonesia, 2018)
3 Pekerjaan Sesuatu yang harus dilakukan Memiliki Mengisi data Kuesioner 1. Perawat Nomina
29
kegiatan yang
dilakukan
2. Analis Kesehatan
oleh
(petugas
untuk menunjang kehidupan responden pekerjaan
laoratorium dan
seseorang dan keluarganya. secara rutin responden
radiologi) l
(Notoatmodjo dalam Wawan & untuk berdasarkan
3. Administrasi
Dewi, 2011) menghasilkan data primer
(admission, kasir
sesuatu yang
dan clerk)
baik materi
ataupun jasa
4 Paritas Paritas merupakan frekuensi ibu Jumlah Mengisi data Kuesioner Range Ordinal
pernah melahirkan anak hidup persalinan paritas 1. Primipara:
atau mati tetapi bukan aborsi yang telah responden melahirkan bayi
(Sholeha et al., 2019) dialami oleh berdasarkan pertama kali
ibu data primer 2. Multipara :
melahirkan bayi
beberapa kali (2-4
kali)
3. Grandemultipara:
30
melahirkan bayi
lebih dari 4 kali.
(Sholeha et al.,
2019)
1. Motivasi kuat :
Keinginan
Motivasi adalah sebagai proses skor 76-100%
dan ketekunan
Motivasi yang menjelaskan intensitas, arah Survei 2. Motivasi sedang :
ibu dalam
5 perawatan dan ketekunan usaha untuk menggunaka Kuesioner skor 56-75% ordinal
melakukan
payudara mencapai suatu tujuan (Lauda, n kuesioner 3. Motivasi lemah :
perawatan
2021) skor ≤ 55%
payudara
(Ririn et al., 2020b)
31
1. Pernyataan
positif:
a.Ya
(nilai 1)
1. Berhasil bila
b. Tidak
analisa score lebih
(nilai 0)
sampai 6 bulan tanpa dari sama dengan
ASI selama 6 2. Pernyataan
memberikan makanan tambahan median ≥ (7)
bulan. negatif:
lainnya (Luthfiyati et al., 2019). 2. Tidak berhasil bila
a.Ya
analisa score < 7
(nilai 0)
b. Tidak
(nilai 1)
(Sugiyono,
2018)
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan penelitian yang terdiri atas beberapa
komponen yang menyatu satu sama lain untuk memperoleh data atau fakta
dalam rangka menjawab pertanyaan atau masalah penelitian (Lapau, 2012).
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu dimana
variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur dan
dikumpulkan secara simultan, sesaat atau sekali saja dalam satu kali waktu
(dalam waktu yang bersamaan) dan tidak ada follow up (Setiadi, 2013).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan design
penelitian cross sectional dengan pendekatan deskriptif korelasional yaitu
mencari hubungan antara variabel usia, pendidikan, pekerjaan, paritas dan
motivasi perawatan payudara dengan keberhasilan menyusui ASI eksklusif
cara mengukur dan dikumpulkan dalam waktu yang sama.
33
2. Sampel
Sample adalah kumpulan individu-individu atau objek-objek yang
dapat diukur yang mewakili populasi, dalam penelitian sample yang
diambil hendaknya sampel yang dapat mewakili populasi (Swarjana,
2012). Sample penelitian adalah bagian yang memberikan gambaran
secara umum dari populasi, sample penelitian memiliki karakteristik
yang sama atau hampir sama dengan karakteristik populasi, sehingga
sample yang digunakan dapat mewakili populasi yang diamati (Riyanto,
Slamet.Hatmawan, 2020). Pengambilan sample dilakukan dengan metode
total sampling adalah cara penetapan jumlah sample dengan cara
mengambil semua anggota populasi menjadi sample. Berdasarkan hal
tersebut maka sample dalam penelitian ini jumlah populasi yaitu 103
responden.
Sample dalam penelitian ini adalah adalah seluruh ibu bekerja di
RS X Group yang memiliki bayi usia 6-12 bulan dengan kriteria :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana yang layak diteliti.
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Karyawan Rumah Sakit X Group yang memiliki bayi usia 6-12
bulan
2) Bersedia mengisi atau berpartisipasi dalam mengisi kuisioner
3) Bersedia menandatangani informed concent
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana yang tidak layak diteliti.
Adapun kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:
1) Bukan karyawan Rumah Sakit X Group
2) Karyawan Rumah Sakit X Group yang belum melahirkan
3) Karyawan Rumah Sakit X Group yang tidak menyusui
4) Karyawan Rumah Sakit X Group yang memiliki bayi usia lebih
dari 12 bulan
34
5) Tidak bersedia mengisi atau berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner
D. Etika Penelitian
Etika penelitian menguraikan penjelasan bahwa peneliti telah
melakukan langkah-langkah yang prosedur yang berkaitan dengan etika
penelitian, terutama yang berhubungan dengan perlindungan terhadap subjek
penelitian, baik berupa manusia, hewan coba, institusi atau sistem dalam
suatu institusi, dalam etika penelitian berisi keterangan seperti persetujuan
etik dan inform consent (Syahdrajat, 2015).
Peneliti telah mengajukan permohonan izin kepada Rumah Sakit X
Group untuk mendapat persetujuan dan memperhatikan etika penelitian.
Mappaware, 2016 setiap penelitian kesehatan, dimana melibatkan subyek
manusia maka wajib memenuhi prinsip etik atau kaidah dasar moral
meliputi respect for persons, beneficence dan non maleficence serta
prinsip etika keadilan (justice) (Lestari et al., 2021). Prinsip etika penelitian,
yaitu :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect of human dignity)
peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek untuk mendapatkan informasi
yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian dan kebebasan dalam
menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan
prinsip menghormati harkat dan martabat manusia adalah peneliti
mempersiapkan formulir persetujuan subjek (informed consent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentialy), penelitian akan memberikan akibat terbukanya
35
informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi sehingga
peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam
aplikasinya peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai
identitas baik nama maupun alamat asal subjek dalam kuestioner maupun
dalam alat ukur apapun untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek.
Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau identification number)
sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusivitas (respect of justice and inclusiveness), penelitian
dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan dan
memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan,
intimitas, psikologis serta perasaan religius subjek penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti tidak membedakan responden berdasarkan agama,
RAS dan budaya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits), peneliti melaksanakan penelitian sesuai prosedur
penelitian untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi subjek
penelitian dan dapat digeneralisasikan ditingkat populasi (benefitcence).
Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek
(nonmaleficence). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil dan
pengetahuan yang luas tentang hubungan motivasi perawatan payudara
dengan keberhasilan ASI eksklusif ibu bekerja.
36
digunakan untuk mengumpulkan data melalui pengisian kuessioner,
dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer dan sekunder
sebagai sumber.
Kuesioner terdiri dari:
a. Kuesioner A
Kuesioner A terdiri dari pertanyaan-pertanyaan karakteristik yang
mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif yaitu usia, pendidikan,
pekerjaan dan paritas.
b. Kuesioner B
Kuesioner B terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai motivasi
dalam melakukan perawatan payudara.
c. Kuesioner C
Kuesioner C berisi tentang pertanyaan mengenai keberhasilan ASI
eksklusif pada bayi 6-12 bulan.
37
kuisioner disebarkan pada sampel uji coba, selanjutnya hasil tersebut
diolah dengan metode program komputer. Uji coba dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman responden terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuisioner yang telah dibuat.
Dari hasil uji kuisioner maka dapat ditentukan beberapa
pertanyaan yang dikurangi atau disesuaikan. Menurut Sunyoto 2016,
analisis korelasi bertujuan untuk menguji apakah dua variabel
(dependen dan independen) mempunyai hubungan yang kuat atau
tidak, apakah hubungan tersebut positif atau negative (Mardesci &
Mardesci, 2020). Untuk uji valid, menggunakan uji Pearson
Corelation. Kekuatan asosiasi dijelaskan oleh koefisien korelasi - r.
r = 0 - .2 rendah, mungkin tidak berarti
r = 2 - .4 rendah, mungkin penting
r = .4 - .6 korelasi sedang
r = .6 - .8 korelasi tinggi
r = .8 - 1 korelasi yang sangat tinggi
Uji Validitas dilakukan dengan menyebarkan kuestioner pada
orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden
penelitian dengan jumlah uji coba sebanyak 30 responden dilakukan
sebanyak satu kali uji di Rumah Sakit P.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sebagai konsistensi tes, yaitu seberapa
konsisten skore tes dari satu pengukuran ke pengukuran berikutnya.
Realibitas merujuk pada ketetapan alat tersebut dalam menilai apa
yang diinginkannya, artinya kemampuan alat tersebut digunakan
akan memberikan hasil yang relatif sama (Endra, 2017). Reabilitas
berarti sejauh mana atau ukur mampu menghasilkan nilai yang sama
atau konsisten walaupun dilakukan pengukuran berulang atau
beberapa kali pengukuran pada subjek dan aspek yang sama, selama
aspek dalam sunyek tersebut memang belum berubah (Swarjana,
2012). Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur untuk gejala-
38
gejala sosial (nonfisik)harus mempunyai reliabilitas yang
tinggi.Untuk itu sebelum digunakan untuk penelitian harus di uji
coba sekurang-kurangnya dua kali.Uji coba tersebut kemudian diuji
dengan tes menggunakan rumus korelasi product moment. Uji
reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur apakah alat ukur yang
digunakan cukup akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa
saja yang ingin di ukur. Koefisien reliabilitas berkisar antara 0,0
sampai 1,0 semakin kecil reliabititas semakin besar error, koefisien
reliabilitas tidak mungkin diatas 1.0 namun tetap dimungkinkan
koefisien negatif (-). Menurut Guilford dan Sprearman Brown
keduanya sependapat bahwa koefisien rebialititas adalah >0, 60
(Bahri & Zamzam, 2014).
39
7. Analisa data.
40
positif : jawaban “Ya” bernilai 1, “Tidak” bernilai 0 dan
pernyataan negatif : jawaban “Ya” bernilai 0, “Tidak” bernilai 1.
c. Memasukan data (Data Entry) atau Processing
Melakukan pemasukan data dalam bentuk kode (angka atau huruf)
ke dalam program atau “software” computer.
d. Pembersihan data (Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut
pembersihan data (data cleaning). Adapun cara membersihkan data
dapat diberikan contoh sebagai berikut:
1) Mengetahui missing data (data yang hilang)
Untuk mengetahui data yang hilang (missing) dapat dilakukan
dengan membuat distribusi frekuensi masing-masing variabel.
2. Analisis Data
Setelah selesai melakukan pengolahan data, data peneliti selanjutnya
dianalisis untuk mendapatkan jawaban atau informasi terkait penelitian
yang dilakukan. Adapun tujuan dari analisis data untuk memperjelas
gambaran atau deskriptif dari masing-masing variabel yang telah
dirumuskan di dalam tujuan penelitian dan juga mengetahui hipotesis
penelitian yang telah dirumuskan.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk
analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Data numerik
41
menggunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi.
Tujuan dari analisa ini adalah untuk menjelaskan karakteristik setiap
variabel penelitian, dengan menggunakan rumus :
Rumus Frekuensi :
∑f=N
Keterangan :
f : frekuensi
N : jumlah total
Rumus persentase:
f
p= x 100 %
n
Keterangan:
p : presentase (%)
f : frekuensi
n : total nomor
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang saling
berhubungan atau berkorelasi (Syahdrajat, 2015). Analisa bivariat yang
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel independen
dan dependen yang diduga berhubungan atau berkorelasi yaitu antara
usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, motivasi perawatan payudara, dan
keberhasilan ASI. Jenis data yang peneliti gunakan untuk analisa adalah
data katagorikal. Dengan ini uji hipotesis yang digunakan adalah uji
Spearman’s rho. Namun pada penelitian ini digunakan Uji Korelasi
Spearman Rank. Melalui bantuan komputer program windows SPSS
(Statistic Program For Social Science) untuk melakukan Uji Korelasi
Spearman Rank, digunakan rumus berikut :
2
6 Σ bi
ρ =1
n [ n 2−1 ]
42
Keterangan :
ρ : rho (korelasi spearman)
n : banyaknya sampel
43
DAFTAR PUSTAKA
Direktur Gizi Masyarakat. (2020). Praktik Menyusui dan Pemberian MPASI pada
Masa Pandemi Covid-19. Kemenkes RI, April, 1–25.
Endiana, I. D. M. (2019). PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO LEVERAGE
DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR. 322–333.
Endra, F. (2017). Pengantar Metodologi Penelitian (1st ed.). Zifatama Jawara.
Hadi, S. P. I. (2021). Kandungan dan Manfaat ASI. Manajemen Laktasi Berbasis
Evidence Terkini. https://books.google.co.id/books?
44
id=Jkw_EAAAQBAJ&hl=id&source=gbs_slider_cls_metadata_1_mylibrary
Iriani, N. D. (2022). Metodologi Penelitian Kesehatan (1st ed.). Rizmedia Pustaka
Indonesia. https://books.google.co.id/books?id=wK-
kEAAAQBAJ&newbks=1&newbks_redir=0&lpg=PA60&dq=kerangka
konsep adalah&hl=id&pg=PA59#v=onepage&q=kerangka konsep
adalah&f=false
Iriyanti, A. D., Utami, N. W., & Dewi, N. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang ASI Eksklusif Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Pemberian ASI
Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Malang. Nursing News, 2.
Irsal, F. S. et al. (2018). A to Z ASI dan Menyusui (A TO Z ASI). Pustaka Bunda
grup Puspa Swara.
Jahriah, N., Setiawati, E., & Maslani, N. (2022). HUBUNGAN MOTIVASI IBU
DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ASTAMBUL. Jurnal Inovasi Penelitian, 3(7), 7247–7254.
Kurniawan, H. (2021). PENGANTAR PRAKTIS PENYUSUNAN INSTRUMEN
PENELITIAN. Deepublish. https://books.google.co.id/books?
id=fLBYEAAAQBAJ&lpg=PR4&ots=QxYFwaqYxU&dq=instrumen
penelitian&lr&hl=id&pg=PR4#v=onepage&q=instrumen penelitian&f=false
Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan (1st ed.). Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Lauda, W. U. (2021). HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN
MOTIVASI PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIWA LIMA DOBO. Repositori.
https://repositori.stikes-ppni.ac.id/handle/123456789/378
Lestari, P. W., Srimiati, M., & Istianah, I. (2021). Peningkatan Pengetahuan Dosen
Rumpun Ilmu Kesehatan Tentang Pegajuan Etik Penelitian. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Bakti Parahita, 02, 160–166.
Luthfiyati, Y., Widaryanti, R., & Yogyakarta, U. R. (2019). DI PMB ISTRI
YULIANI SLEMAN PRACTICE OF LACTATION IN PREGNANCY TO
PREVENT PROBLEMS IN GIVING EXCLUSIVE BREASTFEEDING. 74–
79.
Mansyur, N., & Dahlan, K. A. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
45
Makara Printing Plus, 1–146.
Mardesci, H., & Mardesci, A. (2020). Pengaruh Perkuliahan dengan Metode
dalam Jaringan (Daring) terhadap Minat Belajar Mahasiswa (Studi Kasus
pada Program Studi Teknologi Pangan Universitas Islam Indragiri). Jurnal
Pendidikan : Riset Dan Konseptual, 4(3), 357.
https://doi.org/10.28926/riset_konseptual.v4i3.222
Monika. (2014). Buku Pintar ASI dan Menyusui. PT MIzan Publika.
Nisa, R., Puspasari, H., Nisa, I. C., Fa, H., & Xaverius, F. (2020). Pendidikan
Kesehatan Asi Ekslusif dan Akupresur untuk Meningkatkan Produksi Asi di
RW 10 Kelurahan Karyamulya Kecamatan Kesambi Kota Cirebon.
Notoatmodjo, S. (2017). Konsep Pengetahuan.
Novitasari, E., & Khasanah, R. N. (2022). Peran dan Tanggung Jawab Ibu
Menyusui dalam Menghadapi Kesetaraan Gender Untuk Bekerja The Role
and Responsibilities of Breastfeeding Mothers in Facing Gender Equality at
Work. 1(3), 249–262.
Perilaku, D., Payudara, P., Ibu, P., & Pegandan, P. (2018). Hubungan karakteristik
Ibu, pengetahuan dan sikap dengan perilaku perawatan payudara pada ibu
menyusui ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pegandan. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(5), 696–703.
Puspitaningrum, E. M. (2017). HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN
PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI
USIA 0-6 BULAN.
Qiftiyah, M., Rahmawati, E. S., Utami, A. P., & Hurin’in, N. M. (2021).
Hubungan Frekuensi Perawatan Payudara dengan Kelancaran Produksi ASI
pada Ibu Nifas Hari ke 4. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 14(1), 39.
https://doi.org/10.48144/jiks.v14i1.530
Ramadihina, A. R., Romlah, S. N., & Sari, I. P. (2020). Pengaruh Perawatan
Payudara Terhadap Kelancaran Asi Dan Tingkat Kecemasan Pada Ibu Nifas.
Edu Masda, 4(1), 49–55.
Ririn, M., Wulandari, S., Suartha, I. N., Luh, N., & Dharmawati, P. (2020a).
Hubungan Motivasi Ibu dengan Keberhasilan Menyusui Eksklusif. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 4(2), 1–7.
46
Ririn, M., Wulandari, S., Suartha, I. N., Luh, N., & Dharmawati, P. (2020b).
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF The Correlation Between Motivation of
Breastfeeding Mothers and Exclusive Breastfeeding Successful. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 4(2), 1–7.
Riyanto, Slamet.Hatmawan, A. (2020). Metode Riset Penelitian Kuantitatif
Penelitian Di Bidang Manajement, Teknik, Pendidikan dan Eksperimen (1st
ed.). Deepublish. https://books.google.co.id/books?
id=W2vXDwAAQBAJ&lpg=PP1&ots=Zgui8UEbHU&dq=Riyanto%2C S.
%2C %26 Hatmawan%2C A. A. (2020). Metode Riset Penelitian Kuantitatif
Penelitian Di Bidang Manajement%2C Teknik%2C Pendidikan dan
Eksperimen &lr&hl=id&pg=PR4#v=onepage
Rokom. (2011). 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Redaksi Sehat Negeriku.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/mediakom/20110111/33777/10-langkah-
menuju-keberhasilan-menyusui/
Rosyadi, D. W. (2016). KERJA IBU DAN DUKUNGAN TEMPAT KERJA
DENGAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi
Strata I pada. Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/47204/28/1.NASKAH PUBLIKASI.pdf
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan (2nd ed.).
Graha Ilmu.
Sholeha, S. N., Sucipto, E., & Izah, N. (2019). Pengaruh Perawatan Payudara
Terhadap Produksi ASI Ibu Nifas. Oksitosin : Jurnal Ilmiah Kebidanan.
https://doi.org/10.35316/oksitosin.v6i2.491
Susanto. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. PUSTAKA BARU
PRESS.
Sutama, L. P. S. P., Arifin, S., & Yuliana, I. (2020). Hubungan Pekerjaan, Paritas,
dan Keterampilan Perawatan Payudara dengan Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif. Homeostasis, 3(3), 385–394.
Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan (1st ed.). CV ANDI
OFFSET.
Syahdrajat, T. (2015). Panduan Menulis Tugas Akhir Kedokteran dan Kesehatan
(1st ed.). prenadamedia group. https://books.google.co.id/books?
47
id=shVNDwAAQBAJ&lpg=PR5&ots=9QTzKByUEk&dq=Syahdrajat%2C
T. (2015). Panduan Menulis Tugas Akhir Kedokteran dan Kesehatan
&lr&hl=id&pg=PR4#v=onepage&q&f=false
Wahyuni, D., Afriyani, L. D., Nur, A., & Putri, S. (2022). Literature Review
Hubungan Perawatan Payudara terhadap Bendungan ASI. 1(2), 778–785.
Wahyuningsih, S. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum
Dilengkapi dengan Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan
(1st ed.).
WHO. (2019). No Title.
https://www.who.int/elena/titles/exclusive_breastfeeding/en/
Wilda, I., Sarlis, N., Mahera, R., Kebidanan, A., & Negeri, S. (2018). Hubungan
pemberian asi eksklusif dengan penurunan berat badan ibu menyusui. 3(3),
611–617.
Williams, J., Namazova-baranova, L., Weber, M., Vural, M., Mestrovic, J.,
Carrasco-sanz, A., Breda, J., Berdzuli, N., & Pettoello-mantovani, M. (2020).
The Importance of Continuing Breastfeeding during Coronavirus. The
Journal of Pediatrics, 223, 234–236.
https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2020.05.009
Yustina Oktarida. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Bendungan
ASI Pada Ibu Nifas Di Praktik Bidan Mandiri. Volume 2,(1).
48
Lampiran 1 Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah lembar pertanyaan penelitian dengan seksama
2. Jawablah setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist
() pada tempat yang disediakan
3. Apabila ibu ingin mengubah jawaban, beri tanda silang () pada jawaban yang
salah dan beri tanda checklist () pada jawaban yang baru
4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban
5. Periksalah kembali jawaban ibu dan pastikan semua pertanyaan telah terisi
6. Apabila ibu mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan kuesioner ini,
ibu dapat bertanya langsung kepada peneliti.
A. IDENTITAS RESPONDEN
Inisial Responden :
Usia :
Pendidikan :
Karyawan Bagian : Perawat
Analis (laboratorium dan radiologi)
Administrasi (admission, kasir dan clerk)
1. SS : Sangat Setuju
2. S : Setuju
3. TS : Tidak Setuju
4. STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
No Pernyataan Ya Tidak
Ibu berikan ASI selama 1 jam atau lebih setelah melahirkan
1
pada bayinya
2 Mengetahu manfaat ASI Eksklusif pada bayi
Sebelum usia 6 bulan bayi tidak lagi menyusui (tidak
3
diberikan ASI)
Ibu sudah berikan susu formula, tambahan
4 makanan/minuman lain, selain ASI pada bayinya, sebelum
waktunya bayi berusia 6 bulan
Ibu merasa sakit, tetapi tetap melanjutkan pemberian ASI
5
Eksklusif kepada bayinya
Ibu tetap membawa bayinya ke tempat fasilitas kesehatan
6 (Rumah Sakit/ Puskesmas/ Posyandu dan Pos Pelayanan
Kesehatan lainnya) untuk mendapat pelayanan kesehatan
Ibu yang sakit tetap menyusui bayinya atau dengan
7
memberikan ASI perah
Ibu yang bekerja dapat memberikan ASI perah kepada
8
bayinya
Ibu lebih memilih bekerja dibandingkan memberi ASI
9
secara Eksklusif pada bayi
Berat badan bayi kurang dikarenakan tidak diberikan susu
10
formula/ makanan/ minuman selain dari ASI
Lampiran 2 IC Kuesioner
Penjelasan Penelitian
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Motivasi
Perawatan Payudara Dengan Keberhasilan ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja Di
Rumah Sakit X Group”. Bersama ini saya mohon kesediaan Ibu berpartisipasi
dalam penelitian ini sebagai responden. Dalam hal ini adalah bersifat rahasia, akan
saya rahasiakan dan hanya saya gunakan untuk kepentingan penelitian saja.
Apabila Ibu menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani
lembar persetujuan yang tersedia.
Atas perhatian dan kerja sama Ibu responden dalam penelitian ini, saya ucapkan
terima kasih.
Jakarta ,...................2023
Hormat Saya,
(Peneliti)
Lampiran 2 IC Kuesioner
PERNYATAAN KESEDIAAN
MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Jakarta,..................2023
Yang menyatakan
( )
Lampiran 3 Plagiarism Scan Report
3
Lampiran 3 Plagiarism Scan Report
6
Lampiran 3 Plagiarism Scan Report