Anda di halaman 1dari 97

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN.

L DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN : POST OPERASI HERNIA INGUINALIS
DI RUANG PERAWATAN BEDAH KELAS III
RUMAH SAKIT PALAGIMATA
KOTA BAU-BAU

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

ZUMANA
NIM: P003200190272

POLTEKKES KEMENKES KENDARI JURUSAN


KEPERAWATAN KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN.L DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN : POST OPERASI HERNIA INGUINALIS DIRUANG PERAWATAN
BEDAH KELAS III RUMAH SAKIT PALAGIMATA” dapat terselesaikan walaupun
dalam bentuk yang sangat sederhana dan merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kendari.
Selama persiapan, pelaksanaan, penyusunan sampai penyelesaian karya tulis
ilmiah ini, peneliti banyak memperoleh bantuan, bimbingan, arahan dan motivasi
dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Olehnya itu dengan segala
kerendahan hati pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih kepada
Bapak Akhmad,S.ST.,M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Lena Atoy,S.ST.,MPH.
selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan selama
penyusunan karya tulis ilmiah ini. Tidak lupa pula peneliti mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.


2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep. Ns. M.Kes., selaku ketua jurusan keperawatan
Poltekes Kemenkes Kendari.
3. Ibu dr. HJ.Nuraeni Djawa selaku Direktur RS Palagimata Kota Baubau.
4. Ibu Asni wati.,Amk selaku Kepala ruangan CHR KELAS III RS Palagimata
Kota Baubau.
5. Teristimewa kepada orang tua, suami dan saudara yang telah memberikan
dorongan moral serta bantuan materi, juga atas semua doa dan kasih sayang
yang di berikan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
6. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya
tulis ilmiah.
7. Suami dan anak-anak tercinta yang senantiasa memberikan semangat.

vii
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
terdapat kekeliruan, kekurangan dan kesalahan yang disebabkan oleh keterbatasan
peneliti, baik dari segi pengetahuan maupun materi. Oleh sebab itu pendapat,
saran dan kritik sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, semoga segala bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak
bernilai amal soleh dan kiranya mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT.
Amin.
Baubau, Juni 2020

Peneliti
ABSTRAK

Zumana Nim : P003200190272“Asuhan Keperawatan Pada Klien An. L


Dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Post Operasi Hernia Inguinalis
di Ruang Perawatan Bedah Kelas III Rumah Sakit Palagimata Tahun 2020”,
dibimbing oleh Bapak Akhmad, SST,.M.Kes. sebagai pembimbing 1 dan
IbuLenaAtoy,SST.,M.PH.sebagaipembimbing2.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan informasi serta
pengalaman nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien An. L
dengan gangguan sistem pencernaan post operasi hernia inguinalis. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif, yaitu menggambar masalah yang diteliti
dengan menggunakan pendekatan penerapan proses keperawatan yang mencakup
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi. Diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada kasus yaitu nyeri akut berhubungan dengan
insisi pembedahan, kerusakan intergritas kulit, dan hambatan mobilitas fisik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: ada kesenjangan antara teori dan kasus
nyata yaitu seperti pada teori klien yang mengalami nyeri hernia inguinalis dapat
merasakan nyeri 8-10 (berat) pada rentang 0-10. Sedangkan gejala yang tampak
pada klien An. L yaitu merasa sakit dan nyeri pada bagian perut kanan bawah
dekat skrotum, nyeri pada luka operasi dengan skala 6, keruskan integritas kulit,
dan hambatan mobilitas fisik. Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan pada
tinjauan teoritis, terdapat lima diagnosa keperawatan. Sedangkan perumusan
diagnosa keperawatan tinjauan kasus dengan klien An. L ditemukan tiga
diagnosa keperawatan. Dari hasil pengkajian An. L didapatkan data yang
menunjang untuk mengarah pada diagnosa keperawatan, dalam tinjauan teori
tidak semua ditemukan dalam kasus nyata, intervensi yang ditulis
diimplementasikan selama 3x24 jam dan menunjukkan masalah teratasi semua.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Post Operasi Hernia Inguinalis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP...................................................................................... v

KATA PENGANTAR................................................................................. vi

ABSTRAK................................................................................................... viii

DAFTAR ISI................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR................................................................................... xi

DAFTAR TABEL........................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian...................................................................... 5

E. Metode Penelitian dan Tekhnik Pengumpulan Data................... 7

F. Tempat dan Waktu penelitian...................................................... 8

G. Sistematika Penulisan.................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan.................... 11

B. Konsep Medis Hernia Inguinalis................................................. 25


C. Konsep Proses Keperawatan....................................................... 34

D. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................... 39

BAB III TINAJUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan............................................................. 47

B. Diagnosa Keperawatan................................................................ 64

C. Intervensi Keperawatan............................................................... 69

D. Implementasi Keperawatan......................................................... 71

E. Evaluasi keperawatan.................................................................. 71

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan............................................................. 82

B. Diagnosa Keperawatan................................................................ 83

C. Intervensi Keperawatan............................................................... 83

D. Implementasi Keperawatan......................................................... 84

E. Evaluasi Keperawatan................................................................. 85

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................. 86

B. Saran............................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting

dalam berbagai tatanan kehidupan manusia. Perhatian masyarakat

terhadap kesehatan saat ini semakin besar, sehingga meningkatkan

tuntutan masyarakat terhadap perawatan yang berkualitas, sejalan

dengan hal tersebut, maka permasalahan manusia semakin kompleks,

salah satunya yaitu kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak, hal

tersebut menuntut manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya

dengan usaha yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi pola hidup dan

kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat yang

dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh.

Salah satu penyakit akibat beban kerja tubuh yang berat yang

menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh

adalah hernia. (diakses 08 maret 2020)

Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga

melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.

(Nurarif, A.H & Hardi Kusuma, 2018). Hernia Inguinalis lebih banyak

diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Hal ini dikarenakan pada

laki-laki dalam waktu perkembangan janin terjadi penurunan testis dari

rongga perut. Jika saluran testis tidak menutup dengan sempurna, maka

akan menjadi jalan lewatnya hernia inguninalis (Oswari, 2018).

1
Penyebab dari gejala hernia inguinalis adalah karena dinding

otot sangat lemah atau juga disebabkan karena membran dengan normal

menjaga organ tubuh untuk bagian yang lemah dan jugta bagian yang

kendor. Penyakit hernia kebanyakan juga dialami oleh orang-orang

yang berusia lanjut, karena pada usia lanjut biasanya otot-otot didalam

organ tubuh sudah mulai melemah dan mengalami kemunduran

sehingga resiko untuk terkena penyakit hernia semakin besar.

Sedangkan pada wanita, hernia bisa disebabkan karena terjadinya

obesitas atau kegemukan. (diakses 08 Juli 2020)

Hernia inguinalis terkadang tidak memunculkan gejala apapun,

bahkan klien mungkin tidak menyadari kondisi ini. Gejalanya baru bisa

dilihat dan juga dirasakan melalui benjolan yang muncul akibat hernia.

Benjolan lebih jelas akan terasa ketika klien berdiri tegak, terutama jika

bersamaan dengan batuk. Benjolan yang muncul mungkin sensitif

terhadap sentuhan dan terasa sakit. Tanda-tanda dari hernia inguinalis

adalah munculnya benjolan pada sisi manapun di daerah lipat paha

depan, sensasi nyeri perih atau rasa nyeri pada benjolan, muncul rasa

sakit dan pembengkakan pada area sekitar testis karena sebagaian usus

menembus masuk kantong skrotum. ( diakses 07 maret 2020).

Menurut World Health Organization (WHO), klien hernia tiap

tahunnya meningkat. Didapatkan data pada dekade tahun 2017 sampai

tahun 2020 klien hernia segala jenis mencapai 19.173.279 penderita

(12,7 %) dengan penyebaran yang paling banyak adalah negara –


negara berkembang seperti Afrika, Asia Tenggara, dan negara Uni

Emirat Arab dengan jumlah klien hernia terbesar di dunia + 3.950

klien pada tahun 2012. ( diakses 10 Juli 2020).

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan


Republik

Indonesia di Indonesia periode Januari 2020 sampai dengan


Desember

2020 berjumlah 1.243 yang mengalami gangguan hernia. Yang

terjadi pada anak – anak berjumlah 230 kasus (5,59%). ( diakses

10 Juli 2020).

Berdasarkan data dari Rumah Sakit Palagimata kota

Baubau selama 3 tahun terakhir, khususnya diruang perawatan

bedah pada tahun 2018 ada 21 kasus penyakit hernia, yaitu 19

laki-laki dan 2 perempuan, tahun 2020 tercatat 82 kasus hernia,

yaitu 73 laki-laki dan 9 perempuan, sedangkan pada tahun 2019

tercatat 61 kasus hernia yaitu

55 laki-laki dan 6 perempuan. Dari jumlah kasus tersebut,

sebagian besar yang mengalami operasi hernia merupakan laki-

laki dengan mayoritas usia lanjut. Hal ini dibuktikan bahwa angka

kesakitan terjadi lebih sering terjadi pada laki-laki dan jarang

terjadi pada perempuan.(Medical Record Rumah Sakit

Palagimata, 2020).

3
Masalah keperawatan utama yang muncul pada hernia

inguinalis adalah nyeri. Penanganan pada hernia inguinalis

biasanya melalui pembedahan diantaranya yang pertama

hernioplasti yaitu upaya pencegahan hernia muncul kembali

dengan cara menata kembali struktur jaringan dengan operasi.

Untuk yang kedua adalah herniorafi yaitu jaringan yang lemah

diperkuat dengan jaringan yang lebih kuat.


Ketiga herniotomi yaitu pengangkatan kantong hernia tetapi isi hernia

dikembalikan pada posisi sebelumnya (Haryono,2019).

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawtan Pada Klien

An. L dengan gangguan Sistem Pencernaan “Post Operasi hernia

Inguinalis” Di Ruang Perawatan Bedah Kelas III Rumah Sakit

Palagimata.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

asuhan keperawatan pada klien An. L dengan gangguan sistem

pencernaan “Post Operasi Hernia Inguinalis di Ruang Perawatan

Bedah Kelas III Rumah Sakit Palagimata?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Memperoleh informasi dan pengalaman nyata dalam

penerapan asuhan keperawatan pada klien An. L dengan gangguan

sistem pencernaan “Post Operasi Hernia Ingunalis” di Ruang

Perawatan Bedah Kelas III Rumah Sakit Palagimata tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan pengkajian

pada klien An. L dengan gangguan sistem pencernaan “Post

Operasi Hernia Inguinalis” di Ruang Perawatan Bedah Kelas

III Rumah Sakit Palagimata tahun 2020.

5
b. Memperoleh pengalaman nyata dalam merumuskan diagnosa

keperawatan pada klien An. L dengan gangguan sistem

pencernaan “Post Operasi Hernia Inguinalis” di Ruang

Perawatan Bedah Kelas III Rumah Sakit Palagimata tahun

2020.

c. Memperoleh pengalaman nyata dalam menetapkan intervensi

asuhan keperawatan pada klien An. L dengan gangguan sistem

pencernaan “Post Operasi Hernia Inguinalis” di Ruang

Perawatan Bedah Kelas III Rumah Sakit Palagimata.

d. Memperoleh pengalaman nyata dalam implementasi asuhan

keperawatan pada klien An. L dengan gangguan sistem

pencernaan “Post Operasi Hernia Inguinalis” di Ruang

Perawatan Bedah Kelas III Rumah Sakit Palagimata tahun

2020

e. Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan evaluasi

tindakan keperawatan pada klien An. L dengan gangguan

sistem pencernaan “Post Operasi Hernia Inguinalis” di Ruang

Perawatan Bedah Kelas III Rumah Sakit Palagimata tahun

2020.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Klien dan Keluarga


Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan pemahaman bagi pasien dan keluarga mengenai

penyakit Hernia Inguinalis dan cara perawatannya.

2. Bagi Perawat

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menambah

pengetahuan dan pemahaman bagi teman sejawat perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien Hernia Ingunalis

3. Bagi Rumah Sakit Palagimata

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi refrensih

tambahan ilmu bagi Rumah Sakit Palagimata dalam proses

pemberian asuhan keperawatan pada pasien klien Hernia Ingunalis.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan

pengetahuan bagi mahasiswa tentang asuhan keperawatan dengan

Hernia Ingunalis

5. Bagi penulis

Dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu

keperawatan serta dalam proses keperawatan khususnya pada klien

Hernia Inguinalis.

6. Bagi Pembaca

Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan khususnya

asuhan keperawatan pada pasien dapat menanbah ilmu


pengetahuan dan pemahaman dalam bidang ilmu keperawatan serta

dalam proses keperawatan khususnya klien Hernia Inguinalis.

E. Metode Penelitian dan Tekhnik Pengumpulan Data

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitain ini adalah

metode deskriptif yaitu menggambarkan masalah yang diteliti

dengan pendekatan proses keperawtan dan pemecahan masalah

(problem solving).

2. Tekhnik Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan digunakan sebagai dasar ilmiah yang terkait

dengan penulisan karya tulis ilmiah ini. Adapun sumber ilmiah

tersebut dari buku-buku, diklat, internet serta materi-materi

yang bersifat ilmiah.

b. Studi Kasus

Dimana penulis mempergunakan pendekatan proses

keperawatan yang komprehensif yang meliputi pengkajian,

penetapan diagnosa, penyusunan rencana, pelaksanaan

keperawatan dan evaluasi keperawtan yang dilakukan. Untuk

melengkapi data dalam melakukan pengkajian dipergunakan

tekhnik :

1) Observasi, yaitu melakukan pengamatan dengan memantau

langsung keadaan klien.


2) Wawancara, yaitu melakukan komunikasi tanya jawab

kepada klien atau keluarga mengenai masalah yang dialami.

3) Pemeriksaan fisik, berupa :

a) Inspeksi, yaitu melihat langsung keadaan klien.

b) Palpasi, yaitu melakukan perabaan pada bagian anggota

tubuh tertentu.

c) Perkusi, yaitu melakukan pukulan-pukulan lembut pada

bagian tubuh tertentu.

d) Auskultasi, yaitu mendengarkan suara yang muncul

dari organ atau bagian-bagian tubuh tertentu.

4) Dokumentasi, yaitu melakukan pencatatan kemabali

mengenai tindakan atau langkah-langkah yang telah

dilakukan.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Perawatan Bedah Kelas

III Rumah Sakit Palagimata, dari tanggal 11 maret sampai dengan

tanggal 13 maret 2020.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibagi dalam lima bab dengan urutan sebagai

berikut:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang

masalah, lingkup pembahasan, tujuan penulisan,


manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas tentang konsep antomi fisiologi,

konsep medik, konsep proses keperawatan, konsep

asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan judul

penelitian.

Bab III : Tinjauan Kasus

Di dalam bab ini akan diuraikan sebuah kasus yang

dimulai dengan tahapan melakukan pengkajian

keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan,

menentukan rencana tindakan keperawatan, dan

melakukan evaluasi keperawatan.

Bab IV : Pembahasan

Di dalam bab ini diuraikan mengenai perbandingan

antara konsep teori yang dikemukakan dengan

kenyataan yang terdapat dalam uraian tinjauan kasus

untuk mengetahui kesenjangan-kesenjangan diantara

teori dan kasus.

Bab V : Penutup

Bab ini membahas tentang :

A. Kesimpulan merupakan rumusan dari seluruh isi

karya tulis ilmiah ini.


B. Saran merupakan tanggapan dari seluruh
butir-

butir yang
dirumuskan.

Daftar Pustaka

Lampiran

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Antomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan

a. Anatomi Sistem Pencernaan

Gambar 1
Anatomi Sistem Pencernaan

Sumber : Anatomi Sistem Pencernaan (Gozali, AJ,2013)

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang

menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap

oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan,

dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbantang mulai

dari mulut (oris) sampai anus.

12
Sistem pencernaan merupakan suatu rangkaian organ yang terdiri dari :

a. Mulut / Oris

Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan

air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap

yang berakhir di anus.

Didalam rongga mulut terdapat :

1. Geligi, ada 2 (dua) macam yaitu;

a) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan.

Lengkap pada umur 2½ tahun jumlahnya 20 buah disebut

juga gigi susu, terdiri dari 8 buah gigi seri (dens insisivus),

4 buah gigi taring (dens kaninus) dan 8 buah gigi geraham

(premolare).

b) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun

jumlahnya 32 buah terdiri dari; 8 buah gigi seri (dens

insisiws), 4 buah gigi taring (dens kaninus), 8 buah gigi

geraham (molare) dan 12 buah gigi geraham (premolare).

c) Fungsi gigi terdiri dari; gigi seri untuk memotong makanan,

gigi taring gunannya untuk memutuskan makanan yang

keras dan liat, dan gigi geraham gunannya untuk

mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong.

2. Lidah

Lidah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian;


a) Pangkal lidah (Radiks lingua), pada pangkal lidah yang

belakang terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup

jalan napas pada waktu kita menelan makanan, supaya

makanan jangan masuk ke jalan napas.

b) Punggung lidah (Dorsum lingua), terdapat puting-puting

pengecap atau ujung saraf pengecap.

c) Ujung lidah (Apeks lingua)

Fungsi lidah yaitu; mengaduk makanan, membentuk

suara, sebagai alat pengcepa dan menelan, serta merasakan

makanan.

Otot lidah; otot-otot ekstrinsik lidah berasal dari

rahang bawah, (M. Mandibularis, os Hioid dan prosesus

stiloid) menyebar ke dalam lidah membentuk anyaman

bergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah.

M. Genioglossus merupakan otot lidah yang terkuat berasal

dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar

sampai ke radiks lingua.

3. Kelenjar ludah

Disekitar rongga mulut terdapat tiga buah kelenjar ludah yaitu:

a) Kelenjar parotis: letaknya dibawah depan dari telinga di

antara prosesus mastoid, kiri dan kanan os mandibular,

duktusnya duktus stensoni. Duktus ini keluar dari glandula


parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus

buksinator).

b) Kelenjar submaksilaris: terletak dibawah rongga mulut

bagian belakang, duktusnya bernama duktus wartoni,

bermuara di rongga mulut dekat dengan frenulum lingua.

c) Kelenjar sublingualis; letaknya dibawah selaput lendir dasar

rongga mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar

ludah disarafi oleh saraf-saraf tersadar.

b. Faring

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut

dengan kerongkongan (osofagus), di dalam lengkung faring

terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang

banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap

infeksi.

Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung

dengan perantaraan lubang bernama koana. Keadaan tekak

berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang

yang disebut ismus fausium.

Bagian superior disebut nasofaring, Pada nasofaring

bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang

telinga.

Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke

depan sampai di akar lidah bagian inferior.


c. Esofagus

Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan

lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu

masuk kardiak dibawah lambung. Lapisan dinding dari dalam ke

luar, lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan

otot melingkar sirkuler dan lapisan oto memanjang longitudinal.

Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang

punggung setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke

dalam abdomen menyambung dengan lambung.

Esofagus dibagi mejadi tiga bagian;

1) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

2) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

3) Bagaian inferior (terutama terdiri dari otot halus)

d. Gaster / Lambung

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang

paling banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari

bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui

orifisium pilorik, terletak dibawah diapragma didepan pankreas

dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.

Bagian lambung terdiri dari;

a) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak

sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.


1) Korpus venrtikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan

pada bagian bawah kurvatura minor.

2) Antrum pilorus, bagian lambung membentuk tabung

mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pilorus.

3) Kurvantura minor, terdapat sebelah kanan lambung

terbentang dari ostium kardiak sampai ke pilorus.

4) Kurvantura mayor, lebih panjang dari kurvantura minor

terbentang dari sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus

ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior.

Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas

kurvantura mayor sampai ke limpa.

5) Osteum kardiakum, meruapakan tempat dimana esofagus

bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini

terdapat orifisium pilorik.

b) Fungsi lambung terdiri dari;

1) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan

makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung

2) Getah cerna lambung yang dihasilkan:

(1) Pepsin fungsinya; memecah putih telur menjadi asam

amino (albumin dan pepton).


(2) Asam garam (HCl) fungsinya; mengasamkan makanan,

sebagai anti septik dan desinfektan, dan membuat

suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.

(3) Renin fungsinya; sebagai ragi yang membekukan susu

dan membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan

protein susu).

(4) Lapisan lambung; jumlahnya sedikit memecah lemak

yang merangsang sekresi getah lambung.

e. Pankreas

Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan

kelenjar ludah panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari

duodenum samapai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gr.

Terbentang pada vertebralumbalis I dan II di belakang lambung.

1. Bagian dari pankreas

a) Kepala pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen

dan di dalam lelukan duodenum yang melingkarnya.

b) Badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini

letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra umbalis

pertama.

c) Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri yang sebenamnya

menyentuh limpa.
2. Fungsi pankreas

a) Fungsi eksokrin, yang membentuk getah pankreas yang

berisi enzim dan elektrolit.

b) Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang

berbentuk pulau-pulau kecil atau pulau langerhans, yang

bersama-sama membentuk organ endokrin yang

mensekresikan insulin.

c) Fungsi sekresi eksternal, yaitu cairan pankreas yang

dialirkan ke duodenum yang berguna untuk proses

pencernaan makanan di intestinum.

d) Fungsi sekresi internal, yaitu sekresi yang dihasilkan oleh

pulau-pulau lanngerhans sendiri yang langsung dialirkan ke

dalam peredaraan darah. Sekresinya disebut hormon insulin

dan hormon glukagon, hormon tersebut dibawa ke jaringan

untuk membantu metabolisme karbohidrat.

3. Hasil sekresi

a) Hormon insulin, hormon insulin ini langsung dialirkan ke

dalam darah tanpa melewati duktus. Sel-sel kelenjar yang

menghasilkan insulin ini termasuk sel-sel kelenjar endokrin.

b) Getah pankreas, sel-sel yang memproduksi getah pankreas

ini termasuk kelenjar eksokrin, getah pankreas ini dikirim


ke dalam duodenum melalui duktus pankreatikus, duktus

ini bermuara pada papila vateri yang terletak pada dinding

duodenum.

c) Pankreas menerima darah dari arteri pankreatika dan

mengalirkan darahnya ke vena kava inteferior melalui vena

pankreatika.

d) Jaringan pankreas terdiri dari atas lobulus dari sel sekretori

yang tersusun mengitati saluran-saluran kecil dari lobulus

yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan melalui

badan pankreas dari kiri ke kanan.

e) Saluran kecil ini menerima saluran dari lobulus lain dan

kemudian bersatu untuk membentuk saluran utama yaitu

duktus wirsungi.

4. Struktur pankreas

Merupakan kumpulan kelenjar yang masing-masing

mempunyai saluran, saluran dari masing-masing kelenjar

bersatu menjadi duktus yang jari-jarinya ± 3 mm, duktus ini

disebut duktus pankreatikus.

Pankreas mempunyai 2 macam sel kelenjar, dimana sel

itu dikumpulkan dan menyerupai pulau-pulau yang disebut

pulau langerhans. Pulau-pulau ini membuat insulin yang

langsung masuk ke pembuluh darah dan kelenjar bagian tubuh.


Di dalam pankreas terdapat kelenjar-kelenjar yang

membuat ludah perut atau getah perut yang mengalir ke dalam

pembuluh-pembuluh kelenjar. Pembuluh ini bersatu ke dalam

saluran wirsungi kemudian masuk ke dalam duodenum pada

tempat papilla/arteri kelenjar perut menghasilkan ± 1 liter ludah

perut dalam satu hari.

f. Kantung Empedu

Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membran

berotot, letaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah

hati sampai pinggir depannya, panjangnya 812 cm berisi 60 cm³

1. Fungsi kantung empedu

a) Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu

menjadi kental.

b) Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel

hati jumlah setiap hari dari setiap orang dikeluarkan 500-

1000 cc sekresi yang digunakan untuk mencerna lemak.

80% dari getah empedu pigmen (warna) insulin dan zat

lainnya.

2. Bagian dari kantung empedu

a) Fundus vesikafelea, merupakan bagian kantung empedu

yang paling akhir setelah korpus vesikafelea.

b) Korpus vesikafelea, bagian dari kantung empedu yang

didalamnya berisi getah empedu.

20
c) Leher kantung kemih. Merupakan leher dari kantung

empedu yaitu saluran yang pertama masuknya getah

empedu ke badan kantung empedu lalu menjadi pekat

berkumpul dalam kantung empedu.

d) Duktus sistikus. Panjangnya ± 3¾ cm berjalan dari leher

kantung empedu dan bersambung dengan duktus hepatikus

membentuk saluran empedu ke duodenum.

e) Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.

f) Duktus koledokus saluran yang membawa empedu ke

duodenum.

g. Hati

Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam

rongga perut sebelah kanan, tepatnya dibawah difragma.

Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat

sekresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan

cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan

menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan

nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh

hati disebut proses detoksifikasi.

h. Usus Halus / Intestinum Minor

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran

pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Usus

halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),
usus kosong (jejenum), usus penyerapan (illeum). Pada usus dua

belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan

kantung empedu.

1. Bagian-bagian usus halus;

a) Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian pertama usus

halus yang panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda, dan

kepalanya mengelilingi kepala pankreas. Saluran empedu

dan saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada satu

lubang yang disebut ampulla hepatopankreatika, ampulla

vateri, 10 cm dari pilorus.

b) Usus kosong (jejenum), menempati dua perlima sebelah

atas pada usus halus yang selebihnya.

c) Usus penyerapan (illeum), menempati tiga perlima akhir.

i. Usus Besar / Intestinum Mayor

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara

usus buntu dan rektum.

1. Fungsi usus besar;

a) Menyerap air dari makanan

b) Tempat tinggal bakteri koli

c) Tempat feses

d) Bagian-bagian usus besar atau kolon;

e) Kolon asendens. Panjangnya 13 cm, terletak dibawah

abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke


bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan

ini disebut fleksura hepatika.

f) Kolon transversum. Panjangnya ± 38 cm, membujur dari

kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di

bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika

dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.

g) Kolon desendens. Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah

abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari

fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung

dengan kolon sigmoid.

h) Kolon sigmoid. Merupakan lanjutan dari kolon desendens

terletak miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya

menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan

rektum.

i) Rektum. Terletak di bawah kolon sigmoid yang

menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak

dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.

j. Usus Buntu

Usus buntu dalam bahasa latin disebut appendiks

vermiformis. Pada awalnya organ ini dianggap sebagai organ

tambahan yang tidak memiliki fungsi, tetati saat ini diketahui

bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan


secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu

kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar limfoid.

k. Umbai Cacing

Umbai cacing adalah organ tambahan pada usus buntu.

Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam

orang dewasa, umbai cacing berukuran 10 cm tetapi bisa bervariasi

2 sampai 20 cm.walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi

umbai cacing bisa berbeda-beda bisa di retrocaecal atau di

pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

l. Rektum

Rektum dalam bahasa latin regere (meluruskan , mengatur).

Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di

dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan

keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,

sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, dimana

penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi

untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan

terjadi.

m. Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang

menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di


dasar pelvis bagian posterior dari peritoneum. Dindingnya

diperkuat oleh 3 otot sfingter yaitu:

1. Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut

kehendak.

2. Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

3. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja sesuai

kehendak.

B. Konsep Medis

1. Defenisi

Istilah hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang

berarti penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang

lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu

membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini

sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari

usus (Giri Made Kusala, 2009).

2. Klasifikasi

Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi rongga melalui

defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia ada

beberapa jenis, yaitu :


a. Hernia hiatal

Hernia hiatal adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa

tenggorokan) turun, melewati diafragma melalui celah yang

disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke dada (toraks).

b. Hernia epigastrik

Hernia epigastrik terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang

rusuk digaris tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari

jaringan lemak dan hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan

tidak dapat didorong kembali kedalam perut ketika pertama kali

ditemukan.

c. Hernia umbilikal

Hernia umbilikal berkembang didalam dan disekitar umbilikus

(pusar) yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya

menutup sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Hernia

jenis ini biasanya menutup secara bertahap sebelum usia 2 tahun.

d. Hernia inguinalis

Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan

muncul sebagai tonjolan diselakangan atau skrotum. Hernia

inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga

usus menerobos ke bawah melalui celah.

e. Hernia femoralis

Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini

lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria


f. Hernia insisional

Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut.

Hernia ini muncul sebagai tonjolan didekat pusar yang terjadi

ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.

g. Hernia nukleus pulposi (HNP)

Hernia nukleus pulposi adalah hernia yang melibatkan cakram

tulang belakang. Diantara setiap tulang belakang ada diskus

intervertebralis yang menyerap goncangan cakram dan

meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang.

3. Etiologi

a. Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria

maupun wanita. Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan

karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup

seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang

telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan

penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan

peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala,

2009).

b. Jenis Kelamin

Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis

hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi

pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses


perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih

banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu

pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian

besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan

adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan

isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala,

2009).

c. Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti

pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu

kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk

kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini

dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang

dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke

dalam kanalis inguinalis.

d. Keturunan

Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena

hernia.

e. Obesitas

Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada

tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu

pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi


pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui

dinding organ yang lemah.

f. Kehamilan

Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus

memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat

menjadi pencetus terjadinya hernia.

g. Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat

menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh

angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan

peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.

Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya

prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

h. Kelahiran premature

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal

daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis

inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan

bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut.

Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia

akan mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala, 2012).

4. Patofisologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau

sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih
banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor

penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus

internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi

hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi

hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang

dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang

terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan

otot dinding perut karena usia.Kanalis inguinalis adalah kanal yang

normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis

melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik

peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum

yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang

sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi

sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun

dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun

terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.

Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.

Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada

usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami

obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital (Erfandi,

2009).Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena

merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang

menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat


terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.

Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan

Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah

apendiktomi(Erfandi, 2009).

5. Manifestasi Klinis

1. Nyeri Kolik Menetap

2. Suhu Badan Normal Normal/meninggi

3. Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali

4. Leukosit Normal Leukositosis

5. Rangsang peritoneum Tidak Jelas

6. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)

Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal

dan atau skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi

peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya mengedan, batuk-

batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan

hilang secara spontan.

7. Nyeri

Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada

dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri

viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen

usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila

usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis,

terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen


usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara

klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus.

8. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah.

9. Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia

inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis

yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.

10. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus

spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang

memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini

disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar

ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung

isinya,

11. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau

ovarium.

6. Komplikasi

a. Perlekatan / hernia akreta

b. Hernia irreponibel

c. Jepitan → vaskularisasi terganggu → iskhemi → gangrene →

nekrosis

d. Infeksi

e. Obstipasi → obstruksi / konstipasi

f. Hernia incarserata → Illeus


7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.

b. Herniografi.

c. USG

d. CT dan MRI

e. Laparaskopi

f. Operasi Eksplorasi(Hudack& Gallo, 2007).

8. Penatalaksanaan

Pengobatan konservatif terbatas mulai tindakan melakukan

reposisi. Dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk

mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Indikasi operasi

sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia

terdiri dari herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan

pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan

isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi.

Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada

hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis

internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. (R.

Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2012).

C. Konsep Keperawatan

Defenisi proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis

untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan


membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah

tersebut.

Proses keperawatan terdiri dari 5 (lima) tahap yaitu pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Budiono

dan Pertami S.B, 2015).

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

sistematis baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.

Tahap ini mencakup 3 kegiatan yaitu :

a. Pengumpulan data

Tujuannya, diperoleh data dan informasi mengenai masalah

kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan

tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut

yang menyangkut aspek fisik, mental,sosial dan spiritual serta

faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus

akurat dan mudah dianisis

Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang

diperoleh melalui suatu pengukuran ,pemeriksaan, dan pengamatan,

misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit, Data

subjektif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan

pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya kepala pusing,

nyeri, dan mual. Adapun fokus pengumpulan data meliputi :

1) Status kesehatan sebelum dan sekarang.


2) Fungsi status sebelumnya dan sekarang.

3) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan.

4) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien.

b. Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan

kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan.

c. Perumusan masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah

kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan

asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan

lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis

keperawatan sesuai dengan prioritas.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan atau

proses kehidupan yagn aktual atau potensial, sebagai dasatr seleksi

intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawtan

sesuai dengan kewenangan perawat (NANDA Internasional, 2012).

Tipe diagnosa keperawatan menurut NANDA Internasional (2012) :

a. Diagnosa keperawatan aktual : usatu diagnosa aktual

menggambarkan respon manusia terhadap kondisi


kesehatan/proses kehidupan yang benar nyata pada individu,

keluarga, kelompok atau komunitas.

b. Diagnosa keperawatan promosi kesehatan : penilaian klinis tentang

motivasi dan keinginan individu, keluarga, kelompok atau kounitas

untuk meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan potensi

kesehatan manusia.

c. Diagnosa keperawatan risiko : kerentena, terutama sebagai akibat

akibat dari paparan terhadap faktor-faktor yang meningkatkan

peluang kecelakaan atau kehilangan.

d. Diagnosa kepera syndrome : penilaian klinis menjelaskan

kelompok khusus diagnosa keperawatan yang terjadi bersama dan

paling tepat dihadapi secara bersama-sama dan melaluiintervensi

yang serupa.

3. Intervensi Keperawatan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu

klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang

diuraikan dalam hasil yang di harapkan.

Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana

perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat

mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan

keperawatan yang dirumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas

asuhan keperawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai


hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan

asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.

Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran

informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana

perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang.

4. Implementasi Keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan keperawatan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah

rencana tindakan disusundan ditunjukkan pada nursing orders untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tahap-

tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

Tahap 1 : Persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat

untuk mengevaluasi yang diidentifikasi pada tahap

perencanaan.

Tahap 2 : Intervensi

Fokus pada tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah

kegiatan dan pelaksanaan tindakan untuk memenuhi

kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan

keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen,

dan interdependen.

Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh

pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu

kejadian dalam proses keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan

membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses

tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan

membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan

sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang

telah dirumuskan sebelumnya.

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses

keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan

terencana antara hasil akhir yang dibuat pada tahap perencanaan.

Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :

a. Evaluasi proses (formatif) : evaluasi ini menggambarkan hasil

observasi dan analisis perawat terhadap respon klien segera setlah

tindakan. Evaluasi formatif dilakukan secara terus-menerus sampai

tujuan yang telah ditentukan tercapai.

b. Evaluasi hasil (sumatif) : evaluasi yang dilakukan setelah semua

semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan.

Menggambarkan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan

analisis status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang

ditetapkan.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses

keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien,

seluruh tindakannya harus di dokumentasikan dengan benar dalam

dokumentasi keperawatan. Untuk memudahkan perawat mengevaluasi

atau memantau perkembangan klien, digunakan komponen

SOAP/SOAPIE/SOAPIER.

D. Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses dalam praktik keperawatan yang

diberikan secara langsung kepada klien untuk memenuhi kebutuhan

objektif klien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapinya,

dan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu

keperawatan. Konsep asuhan keperawatan terdiri dari :

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data

dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara

intervensi, observasi, pemeriksaanfisik.

a. Identitas klien

b. Riwayat keperawatan

c. Keluhan utama

d. Riwayat kesehatan / penyakit sekarang

e. Riwayat kesehatan / penyakit dahulu

f. Riwayat kesehatan / penyakit keluarga

g. Riwayat tumbuh kembang (usia 2 tahun)


h. Pemeriksaan fisik

i. Pemeriksaan tumbuh kembang

j. Pemeriksaan penunjang

2. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme

3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis

4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman

5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (NANDA,

2011).

3. Perencanaan

a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Tujuan:

- Kontrol kecemasan

- Koping

Kriteria hasil :

- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala

cemas

- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik

untuk mengontol cemas

- Vital sign dalam batas normal

- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat

aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan


Rencana Tindakan :

1. Gunakan pendekatan yang menenangkan

2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien

3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama

prosedur Temani pasien untuk memberikan keamanan dan

mengurangi takut

4. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan

prognosis

5. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien

6. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi

7. Dengarkan dengan penuh perhatian

8. Identifikasi tingkat kecemasan

9. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

10. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,

persepsi

11. Kolaborasi pemberian obat anti cemas

b. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme

Tujuan:

Suhu tubuh menurun

Kriteria hasil:

- Suhu 36 – 37C

- Nadi dan RR dalam rentang normal

- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing,


Rencana Tindakan:

1. Monitor suhu sesering mungkin

2. Monitor warna dan suhu kulit

3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR

4. Monitor penurunan tingkat kesadaran

5. Monitor WBC, Hb, dan Hct

6. Monitor intake dan output

7. Berikan anti piretik:

8. Kolaborasi pemberian Antibiotik

9. Selimuti pasien

10. Berikan cairan intravena

11. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila

12. Tingkatkan sirkulasi udara

13. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

14. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

15. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

16. Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran

mukosa.

c. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis

Tujuan:

Pain Level, pain control, comfort level.

Kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan).

Rencana Tindakan:

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan

4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

5. Kurangi faktor presipitasi nyeri

6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.

7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam,

relaksasi, distraksi, kompres

8. hangat/ dingin.

9. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

10. Tingkatkan istirahat

11. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa

lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari

prosedur

12. Monitor vital sign sebelum dan sesudah

13. pemberian analgesik pertama kali


d. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman

Tujuan:

- Anxiety Control

- Comfort Level

- Pain Level

- Rest : Extent and Pattern

- Sleep : Extent and Pattern

Kriteria hasil:

- Jumlah jam tidur dalam batas normal

- Pola tidur,kualitas dalam batas normal

- Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat

- Mampu mengidentifikasi hal- hal yang meningkatkan tidur

Rencana Tindakan:

1. Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur

2. Jelaskan pentingnya tidur yangadekuat

3. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur

(membaca)

4. Ciptakan lingkungan yang nyaman

5. Kolaborasi pemberian obat tidur

e. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Tujuan :

- SelfCare : ADLS

- Toleransi aktivitas
- Konservasi energi

Kriteria hasil:

- Berpartisipasi dalam aktivitas fisiktanpa disertai peningkatan

tekanan darah, nadi dan RR

- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLS) secara mandiri

- Keseimbangan aktivitas dan istirahat

Rencana Tindakan:

1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara

berlebihan

5. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi,

disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan

hemodinamik)

6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

7. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi Medik dalam

merencanakan pasien progran terapi yang tepat.

8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan

9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan social


10. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber

yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan.

11. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitasseperti

kursi roda, krek

12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

13. Bantu klien untuk membuatjadwal latihan diwaktu luang

14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi

kekurangan dalam beraktivitas

15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri

dan penguatan

17. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual


BAB III TINJAUAN
KASUS

A. Pengkajian Keperawatan

Tanggal Masuk RS : 10 Maret 2020

Tanggal Pengkajian : 11 Maret 2020

Ruang Perawatan : Bedah Kleas III

No.RM : -

Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis

1. Biodata

a. Identitas Klien

Nama : An. L

Umur : 10 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan Terakhir : SD Kelas 4

Suku/Bangsa : Buton/ Indonesia

Alamat : Batauga, kelurahan Maja Pahit, Kecamatan

Batauga, Kabupaten Buton Selatan


b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. Ld

Umur : 38 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/Bangsa : Buton/ Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Penghasilan : Rp. 2.400.000

Hub. dengan klien : Ayah kandung

Alamat :Batauga, Kelurahan Maja Pahit, Kecamatan

Batauga, kabupaten buton Selatan

Sumber biaya klien : BPJS Keshatan

2. Alasan Masuk Rumah Sakit

Ayah klien mengatakan terlihat benjolan dibawah perut

disebalah kanan dekat scrotum kemudian memeriksakan klien

kepuskesmas tanggal 9 Maret 2020, dari puskesmas batauga dirujuk ke

dr. Hasmudin pada tanggal 10 Maret 2020, kemudian dari dr.

Hasmudin dirujuk ke Rumah Sakit Palagimata pada tanggal 11 Maret

2020 untuk dilakukan tindakan operasi.

3. Riwayat kesehatan Sekarang

a. Keluhan utama : Klien Mengatakan nyeri pada Luka operasi

dibawah perut kanan dekat daerah Skrotum

b. Keluhan yang menyertai : klien mengatakan susah bergera


c. Riwayat keluhan utama :

Provocative :

- Klien mengatakan yang menyebabkan gejala

yang dialami saat ini adalah posisi klien.

- Klien mengatakan apabila berbaring menghadap

kekanan menrasakan nyeri.

- Klien mengatakan merubah posisi klien

berbaring untuk menghilangkan nyeri.

Quality :

- Klien mengatakan gejala dirasakan seperti

ditusuk-tusuk

- Klien mengatakan gejala yang dirasakan

sekarang masih sangat dirasakan.

Regional :

- Gejala yang dirasakan dibagian daerah genetalia

dan sifatnya menetap daerah operasi dibagian

perut kanan bawah.

Saverity :

- Skala nyeri 6 (sedang) dari skala 0 – 10

Timing :

- Gejala dirasakan hilang timbul, apabila klien

merubah posisi tidur akan terasa sakit.


4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Ayah klien mengatakan klien pernah mengidap penyakit

epilepsi waktu umur 7 tahun dan diobati dikendari selama 2 tahun

rawat jalan, ayah klien mengatakan klien memiliki alergi makanan

apabila mengonsumsi ikan teri, klien tidak memiliki riwayat alergi

pada minuman maupun obat-obatan, ayah klien mengatakan klien

diimunisasi secara lengkap dan tidak pernah mengalami kecelakaan.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ayah klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit yang sama dengan klien, ayah klien dan keluarga

mengatakan tidak ada riwayat anggota keluarga yang menderita

penyakit keturunan, ayah klien dan keluarga mengatakan tidak ada

riwayat anggota kleuarga yang menderita penyakit infeksi, dan

keluarga klien mengatakan akibat anggota kleuarga meninggal yaitu

faktor usia.
Genogram 3 generasi :

Keterangan :

= Laki-laki / Perempuan

= Laki-laki / Perempuan meninggal

= Hubungan Perkawinan

= Garis Keturunan

= Klien

= Tinggal Serumah
6. Riwayat Psikologi

Klien mengatakan menerima penyakitnya dan berharap

sembuh dari penyakitnya, klien mengatakan sedih karena penyakitnya,

gaya komunikasi klien baik, dan klien mengatakan penyakitnya

mengganggu aktivitasnya.

7. Riwayat Sosial

Klien dapat berinteraksi dengan lingkungannya, hubungan

klien dengan anggota keluarga sangat bagus, dan hubungan dengan

lingkungannya sangat bagus.

8. Riwayat Spiritual

Klien mengatakan beribadah namun saat sakit tidak

menjalakan ibadah tetapi klien hanya berdoa agar klien diberikan

kesembuhan, dan klien yakin akan diberikan kesembuhan serta dapat

menjalankan aktivitasny kembali.

9. Pola Aktivitas Sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Tabel 3.1
Pola Nutris Klien
Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit

Makanan :

1. Selera makan Baik Baik


2. Menu makan
3. Frekuensi Nasi, ikan, sayur Bubur, telur, dan sayur
4. Porsi
5. Yang disukai 3 kali / hari 3 kali / hari
6. Yang tidak disukai 1 porsi dihabiskan 1 porsi dihabiskan
7. Pantangan
8. Alat makan yang digunakan Indomie Tidak ada
9. Perasaan mual/muntah
10. Kesulitan mengunyah Tidak ada Tidak ada
Minuman :
Tidak ada Tidak ada
1. Jenis minuman
2. Frekue si Piring, dan sendok Piring dan sendok
3. Kebutuhan dalam 24 jam
Tidak adada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada

Air putih Air putih


5-6 gelas 4-5 gelas
1250-1500 ml (1 1000-1500 ml (1 gelas
gelas = 600 cc) = 600 cc)

b. Pola Eliminasi

Tabel 3.2
Pola Eliminasi klien
Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit

BAB

1. Frekuensi 1 kali / hari selama menjalani


2. Konsisitensi
3. Bau Lembek perawatan dirumah
4. Warna
5. Kesulitan Khas sakit klien belum BAB.
BAK
Kuning
1. Frekuensi
2. Jumlah urine (cc/hari) Tidak ada
3. Pancaran
4. Perasaan setelah BAK
5. Bau
6. Warna
7. Alat bantu 2- 3 kali / hari 2-3 kali / hari
8. Kesulitan
± 800- 1000 ml ± 800- 1000 ml

Baik Baik

Lega Lega

Amoniak Amoniak

Kuning Kuning

Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada


c. Pola Istrahat dan Tidur

Tabel 3.3
Pola Istrahat dan Tidur Klien
Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit

1. Jam tidur malam Jam 20.00-05.00 Wita (9 jam) Jam 20.00-05.00 Wita (9 jam)
2. Jam tidur siang
3. Jam mudah tidur Tidak ada Jam 13.00-15.00 Wita (2 jam)
4. Jam sulit tidur
5. Lama tidur dalam 24 jam Jam 20.00 Wita Jam 20.00 Wita
6. Penyebab tidur terganggu
7. Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
8. Perasaan waktu bangun tidur
± 9 jam / hari 9 jam / hari
9. Masalah tidur
Tidak adak Tidak adak

Nonton Televisi Bermain game di HP

Segar Segar

Tidak ada Tidak ada

d. Pola Personal Hygiene

Tabel 3.4
Pola Personal Hygiene Klien
Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit

Mandi

1. Frekuensi 2 kali / hari 1 kali / hari lap basah


2. Cara Pemenuhan
Cuci rambut Mandiri Dibantu keluarga

1. Frekuensi
2. Cara pemenuhan
3. Apakah dishampo
Gosok gigi 3 kali seminggu Tidak dilakukan

1. Frekuensi Mandiri Tidak dilakukan


2. Cara pemenuhan
Gunting kuku Shampo Tidak dilakukan

1. Frekuensi
2. Cara pemenuhan
2 kali / hari 2 kali / hari

Mandiri Dibantu keluarga

1 kali Tidak dilakukan karena


kuku masih pendek.
seminggu

Mandiri
e. Pola Aktivitas / Mobilitas Fisik

Tabel 3.5

Pola Aktivitas / Mobilitas Fisik Klien


Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Kegiatan dalam sehari Pelajar Nampak berbaring


2. Kesulitan dalam gerak
Tidak ada Mengalami kesulitan
bergerak
3. Penggunaan alat bantu
4. Mandi Tidak ada
5. Berpakaian Tidak ada
6. Berhias Dibantu keluarga
Mandiri
Dibantu keluarga
Mandiri
Tidak berhias
Tidak berhias

f. Pola Kebiasaan

Tabel 3.6
Pola Kebiasaan Klien
Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Merokok Tidak merokok Tidak merokok


2. Minum alkohol
3. Penggunaan obat terlarang Tidak minum alkohol Tidak minum alkohol

Tidak mengonsumsi obat Tidak mengonsumsi obat


terlarang.
10. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Klien :

1) Keadaan umum lemah

2) Penampilan sesuai dengan usia

3) Kebersihan diri terpelihara

4) Tingkat kesadaran Composmentis

5) GCS : 15 (E4, M6, V5)

6) Skala nyeri yang dirasa 6 (sedang).

7) Nampak meringis

b. Tanda- Tanda Vital :

1) Tekanan darah (TD) : 110/ 80 mmHg

2) Nadi (N) : 70 kali/menit

3) Suhu (S) : 370C.

4) Pernapasan (RR) : 20 kali/menit

c. Pemeriksaan Sistem Tubuh (Review of system)

1) Sistem Pernapasan

Inspeksi :Toraks anterior Posterior lateral nampak

simetris tidak terdapat lesi, ICS

nampak simetris antara satu dengan

yang lainnya tidak terdapat retraksi,

menggunakan pernapasan hidung

dengan frekuensi 20 kali/menit.


Palpasi : Nyeri tekan tidak terdapat retraksi,

massa atau benjolan tidak teraba

ekspansi paru anterior superior simetris.

Perkusi : Resonan pada seluruh lapang paru

Auskutasi : Irama napas teratur tidak terdapat bunyi

napas tmabhan

2) Sistem Kardiovskuler

Inspeksi : Lesi tidak ada, tidak terdapat disternsi vena

jugularis

palpasi : Masa atau benjolan tidak teraba, denyut

nadi

perifer

Perkusi : Tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada

edema. Auskultasi: Irama Reguler

3) Sistem Persarafan

Insperksi : Kesadaran Composmentis, klien dapat

berespon dengan tepat terhadap stimulus yang

diberikan melalui suara dan visual, dan tidak

terdapat kontraktur pada ekstermitas atas

maupun ektermitas bawah.

Palpasi : Tonus otot cukup baik untuk menahan

gravitasi, dan dapat membedakan sensasi

tumpul dan tajam.


4) Sistem Perkemihan

Inspeksi : Tidak ada pemasangan alat bantu BAK

( kateter)

Palpasi : Blass teraba kosong, tidak ada keluhan sakit

pinggang, tidak ada keluhan pada saat BAK

Perkusi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada

pembesaran ginjal.

5) Sistem Pencernaan

1. Mulut

Inspeksi : Bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab,

tidak terdapat iritasi pada rongga mulut, gigi

lengkap, tidak terpasang gigi paksu, tidak

terdapat karies, bentuk lidah simetris, tampak

luka operasi 6 cm pada daerah perut kanan

bawah dekat scrotum.

2. Abdomen

Inspeksi : Tidak terdapat lesi, kulit nampak lembab,

terdapat luka pembedahan post operasi hernia

inguinalis di daerah perut bawah dekat

skrotum.

Palapsi : Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat

pembesaran hepar, dan tidak terdapat

pembesaran asites.
Perkusi : Terdengar bunyi timpani pada kuadran kiri

atas, kuadran kiri bawah, dan kuadran kanan

bawah.

6) Sistem Muskuloskeletal

1. Ekstermitas atas : Terpasang infus RL 20 Tpm

ditangan kanan, tidak nampak pembengkakan dan nyeri

tekan.

2. Ekestermitas bawah : Kedua kaki mampu digerakan

secara baik.

7) Sistem Indra

1) Mata

Inspeksi : Konjungtiva merah muda, sclera tidak

ikterus, pupil isokor, mata nampak cekung,

tidak terdapat tanda-tanda radang, reaksi

terhadap cahaya bagus.

2) Hidung

Inspeksi : Fungsi penciuman bagus, dan tidak ada secret

3) Telinga

Inspeksi : Tidak ada serumen, tidak ada perasaan penuh

pada telinga, dan fungsi pendengaran baik.

4) Wicara

Inspeksi : Klien tidak mengalami gangguan bicara dan

dapat mengungkapkan kata-kata dengan jelas


8) Sistem Integumen

Inspeksi : Kulit kepala tampak bersih, rambut tidak

lengket, distribusi rambut merata, tidak mudah

dicabut, kuku tangan pendek, dan kuku kaki

pendek

Palpasi : Turgor kulit baik, suhu 370C, CRT ≥ 3 detik.

9) Sistem Endoktrin

Inspeksi : Tidak mengalami pembesaran kelenjar

thyroid dan pembesaran kelenjar getah bening.

10) Sistem Imun

Inspeksi : Tidak mengalami alergi terhadap udara,

minuman, obat-obatan, cuaca, debu, tetapi

mengalami alergi terhadap makanan


11. Data Penunjang

Pemerikasaan laboratorium pada tanggal 12 Maret 2020

Tabel 3.7
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Unit Normal Limit

WBC 10.27 1033/µL 5.00 11.00

NEU 6.80 1033/µL 2.00 7.50

LYM 1.93 1033/µL 1.30 4.00

MON 1.12 1033/µL 0.15 0.70

EO 0.26 1033/µL 0.00 0.50.

BAS 0.16 1033/µL 0.00 0.15

NEU% 66.2 % 40.0 75.0

LYM% 18.8 % 21.0 40.0

MON% 10.9 % 3.0 7.0

EO% 2.5 % 0.0 5.0


BAS% 1.6 % 0.0 1.5

RBC 4.77 106/µL 4.00 6.50

HGB 12.7 g/dL 11.0 18.0

HCT 39.1 % 36.0 52.0

MCV 82.1 fL 76.0 96.0

MCH 26.6 pg 27.0 32.0

MCHC 32.4 g/dL 30.0 35.0

RDWsd 25.9 fL 46.0 59.0


RDWcv 12.5 % 0.0 16.0

PLT 372 103/µL 150 400

PCT 0.11 %

MPV 3.1 fL 8.0 15.0

PDWsd 10.9 fL

PDWcv 36.8 %

PLCR 13.42 %

PLCC 50 103/µL

Golongan Darah : O

12. Penataksanaan Medis

Terapi yang diberikan pada tanggal 12 Maret 2020 sampai dengan 14

Maret 2020.

a. IVFD RL 500 cc pemberian 20 tetes/menit

b. Injeksi Cefotaxime ½ gr/intra vena/12 jam

c. Injeksi Ketorolac ½ amp (15 mg)/intravena/12 jam

d. Injeksi Dexametasone ½ amp (2,5 mg)/intravena/12jam

B. Diagnosa Keperawatan

1. Klasifikasi Data

Tabel 3.8
Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif

1. Klien mengatakan nyeri pada 1. Keadaan umum lemah


daerah luka operasi 2. Skala nyeri 6 (sedang) dari skala
2. Klien mengatakan sulit untuk interval 0-10
bergerak 3. Klien nampak menahan rasa nyeri
3. Klien mengatakan ada bekas luka 4. Tanda-tanda vital
operasi didaerah kanan bawah TD : 110/ 80 mmHg, N : 70
dekat scrotum
kali/menit, S : 370C, RR : 20

kali/menit

5. Klien nampak sulit bergerak


6. Tampak ada luka post operasi 6 cm
2. Analisa Data

Tabel 3.9
Analisa data
No. Data Penyebab Masalah

1. Data Subjektif : Insis Pembedahan Nyeri Akut

1. Klien mengatakan nyeri pada


daerah luka operasi
Data Subjektif

2. Klien nampak menahan rasa


nyeri
3. Tanda-tanda vital:
TD : 110/ 80 mmHg

N : 70 kali/menit

S : 370C

RR : 20 kali/menit

2. Data Subjektif : Insisi pembedahan Kerusakan


integritas kulit
1. Klien mengatakan ada bekas
luka operasi didekat daerah
scrotum
Data objektif :

1. Tampak ada bekas luka operasi


sepanjang 6 cm
3. Data Subjektif : Nyeri Hambatan
mobilatas fisik
1. Klien mengatakan sulit untuk
beraktivitas
Data Objektif :

1. Klien nampak sulit beraktifitas


3. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Tabel 3.10
Perumusan Diagnosa Keperawatan

No Ditemukan Teratasi
Diagnosa Keperawatan
. Tanggal Paraf Tanggal Paraf

1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi 12/03/2020 14/03/2020


pembedahan (hernioktomy),ditandai
dengan:

Data Subjektif :

1. Klien mengatakan nyeri pada


daerah luka operasi
Data Subjektif

1. Klien nampak menahan rasa nyeri


2. Tanda-tanda vital:

TD : 110/ 80 mmHg

N : 70 kali/menit

S : 370C

RR : 20 kali/menit

2. Kerusakan integritas kulit 17/07/2017 19/07/2017


berhubungan dengan tindakan
pembendahan ditandai dengan :

Data Subjektif :

1. Klien mengatakan ada bekas luka


operasi didekat daerah scrotum
Data objektif :

1. Tampak ada bekas luka operasi


sepanjang 6 cm
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan 12/03/2020 14/03/2020
dengan proses pembendahan post
operasi hernia inguinalis ditandai
dengan :

Data Subjektif :

1. Klien mengatakan sulit untuk


beraktivitas
Data Objektif :

1. Klien nampak sulit beraktifitas


C. Intervensi Keperawatan

Tabel
3.11
Intervensi
Keperawtan
Rencana Asuhan keperawatam
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Rasional

1. Nyeri akut berhubungan dengan Tujuan : 1. Nyeri dapat menyebabkan


1. Observasi tanda-tanda vital
insisi pembedahan perubahan tanda-tanda vital
Setalah dilakukan tindakan 2. Nyeri yang hebat akan
(herniotomy),ditandai dengan:
perawatan, klien akan menunjukkan 2. Kaji karakteristik nyeri mempengaruhi
kenyamanan klien
Data Subjektif : pengendalian nyeri dalam kurun
3. Mengurangi nyeri yang
waktu 3x24 jam dirasakan
1. Klien mengatakan nyeri pada
daerah luka operasi 4. Pemberian obat yang tepat
Kriteria hasil :
Data Subjektif : 3. Ajarkan tekhnik rileksasi akan mengurangi nyeri
1. Klien mengatakan kurang rasa napas dalam yang dirasakan
1. Klien nampak menahan rasa nyeri nyeri atau hilang 4. Lakukan pemberian terapi
2. Tanda-tanda vital: 2. Ekspresi rileks
TD : 110/ 80 mmHg 3. Skala nyeri 2

N : 70 kali/menit

S : 370C

RR : 20 kali/menit

2. Kerusakan integritas kulit Tujuan : 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengetahui tanda-tanda


berhubungan dengan tindakan vital dalam batas normal.

69
pembendahan ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan 2. Observasi tanda-tanda infeksi 2. Bebas dari tanda-tanda
perawatan, klien akan menunjukkan infeksi
Data Subjektif : 3. Agar luka operasi tidak
penyembuhan luka dalam kurun mengalami infeksi
1. Klien mengatakan ada bekas luka waktu 3x24 jam 4. Untuk menhan
operasi didekat daerah scrotum 3. Bekerja dengan tekhnik pertumbuhan kuman yang
Kritria hasil : dapat menyababkan infeksi
Data objektif : aseptik dan antiseptik
1. Tidak ada bekas luka 4. Kolaborasi pemberian
1. Tampak ada bekas luka operasi antibiotik
sepanjang 6 cm 2. Tidak ada push atau nana
3. Hambatan mobilitas fisik Tujuan : 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Perkembangan tanda-tanda
berhubungan dengan proses vital dalam batas normal
pembendahan post operasi hernia Setelah dilakukan perawatan 3x24 2. Agar klien merasa lebih
jam diharpakan klien sudah bisa 2. Beri posis yang nyaman nyaman
inguinalis ditandai dengan : 3. Untuk melaksanakan tirah
bergerak atau beraktivitas
baring yang cukup
Data Subjektif : 4. Mempercepat
Kriteria hasil : 3. Anjurkan klien beristirahat
yang cukup penyembuhan klien dan
1. Klien mengatakan sulit untuk dapat beraktivitas kembali
beraktivitas 1. Klien dapat merubah posisi 4. Kolaborasi dengan tim medis
Data Objektif : 2. Klien dapat berjalan atau tentang terapi yang tepat
berinteraksi
1. Klien nampak sulit beraktifitas
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.12
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari 1
No. Hari / Tgl Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi keperawatan Paraf
DX

1. Senin 07.15 1. Mengkaji tanda-tanda vital 13.20 S:


Hasil :
12/03/2020 Klien mengatakan masih merasa nyeri
Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 70 dengan skala 6

kali/menit, Suhu, 370C, dan Pernapasan 20 O:

kali/menit. Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi


70 kali/menit, Suhu, 370C, dan
07.30 2. Mengkaji skala nyeri Pernapasan 20 kali/menit. Ekspresi
Hasil : wajah tampak meringis

Skala nyeri yang dirasakan 6 ( nyeri sedang) A:

3. Mengajarkan tekhnik rileksasi napas dalam Masalah belum Teratasi


07.45 Hasil :
P:
Klien mengetahui tekhnik rileksasi napas Lanjutkan intervensi 1,2,3,dan 4
dalam.

4. Kolaborasi pemberian obat alagetik


11.00 Hasil :
Injeksi ketorolac ½ amp/iv/12 jam dan

cefotaxime ½ gr/iv/12 jam diberikan sesuai

waktu pemberiannya

2. Senin 08.00 1. Mengkaji tanda-tanda vital 13.25 S:


Hasil :
12/03/2020 Klien mengatakan tidak ada tanda-
Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 70 tanda infeksi

kali/menit, Suhu, 370C, dan Pernapasan 20 O:

kali/menit. Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi


70 kali/menit, Suhu, 370C, dan
2. Kaji tanda-tanda infeksi Pernapasan 20 kali/menit.
Hasil :
08.30 Tidak tampak tanda-tanda infeksi
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti seperti kemerahan, push atau nana

kemerahan, push atau nana. A:

3. Perawatan dengan tekhnik aseptik dan Masalah belum teratasi


antiseptik P:
Hasil :
10.30
Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4
Mengganti verban luka sesuai tekhnik

aspeptik dn antiseptik.

4. Kolaborasi pemberian antibiotik


Hasil :
11.00

3. Senin 08.00 1. Mengkaji tanda-tanda vital 13.30 S:


Hasil :
12/03/2020 Klien mengatakan belum bisa berjalan
Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 70
kali/menit, Suhu, 370C, dan Pernapasan 20 O:
kali/menit Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi
2. Beri posisi yang nyaman. 70 kali/menit, Suhu, 370C, dan
Hasil : Pernapasan 20 kali/menit.
08.45
Klien dalam posisi tidur Rubah posisi tidur

Berbaring
3. Menganjur istrahat yang cukup
Hasil : A:
11.30 Klien berbaring ditempat tidur Masalalah belum teratasi

4. Terapi kolaborasi yang dianjurkan P:


Hasil :
Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4
12.00 Klien dianjurkan untuk berjalan sedikit demi

sedikit
Tabel 3.13
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari 2
No. Hari / Tgl Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi keperawatan Paraf
DX

1. selasa 07.15 1. Mengkaji tanda-tanda vital 13.20 S:


Hasil :
12/03/2020 Klien mengatakan masih merasa nyeri
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 78 dengan skala 4

kali/menit, Suhu, 370C, dan Pernapasan 22 O:

kali/menit. Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi


78 kali/menit, Suhu, 370C, dan
07.30 2. Mengkaji skala nyeri Pernapasan 22 kali/menit.
Hasil :
Skala nyeri 4
Skala nyeri yang dirasakan 4 ( nyeri sedang)
Melaksanakan tekhnik rileksasi napas
dalam
07.45
A:
4.Kolaborasi pemberian obat alagetik
Masalah belum Teratasi
Hasil :
P:
Injeksi ketorolac ½ amp/iv/12 jam dan
Lanjutkan intervensi 1,2, dan 4
11.00 cefotaxime ½ gr/iv/12 jam diberikan sesuai

waktu pemberiannya
2. selasa 08.00 1. Mengkaji tanda-tanda vital 13.25 S:
Hasil :
13/03/2020 Klien mengatakan tidak ada tanda-
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 78 tanda infeksi

kali/menit, Suhu, 370C, dan Pernapasan 22 O:

kali/menit. Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi


78 kali/menit, Suhu, 370C, dan
2. Kaji tanda-tanda infeksi Pernapasan 22 kali/menit.
08.45
Hasil :
Tidak tampak tanda-tanda infeksi
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti seperti kemerahan, push atau nana
kemerahan, push atau nana. A:

3. Perawatan dengan tekhnik aseptik dan Masalah belum teratasi


antiseptik
Hasil : P:
10.20
Mengganti verban luka sesuai tekhnik Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4

aspeptik dn antiseptik.

4. Kolaborasi pemberian antibiotik


Hasil :

11.00

3. Selasa 08.00 1. Mengkaji tanda-tanda vital 13.30 S:


Hasil :
13/03/2020 Klien mengatakan belum bisa berjalan
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 78
kali/menit, Suhu, 370C, dan Pernapasan 22 O:
kali/menit
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi
2. Beri posisi yang nyaman. 78 kali/menit, Suhu, 370C, dan
Hasil : Pernapasan 22 kali/menit.
08.30 Klien dalam posisi tidur Rubah posisi tidur

3. Menganjur istrahat yang cukup Berbaring


Hasil :
A:
11.00 Klien berbaring ditempat tidur
Masalalah belum teratasi
4. Terapi kolaborasi yang dianjurkan
Hasil : P:

Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4


Klien dianjurkan untuk berjalan sedikit demi
12.00
sedikit
Tabel 3.14
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari 3
No. Hari / Tgl Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf
DX keperawatan

1. Rabu 07.15 1. Mengkaji tanda-tanda vital 13.20 S:


Hasil :
14/03/2020 Klien
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 74 mengatakan
masih merasa
kali/menit, Suhu, 37,50C, dan Pernapasan 20 nyeri dengan
skala 4
kali/menit.
O:
07.30 2. Mengkaji skala nyeri
Hasil : Tekanan
darah 120/80
Skala nyeri yang dirasakan 2 ( nyeri ringan) mmHg, Nadi
74 kali/menit,
4.Kolaborasi pemberian obat alagetik Suhu, 37,50C,
07.45
Hasil : dan
Pernapasan
Injeksi ketorolac ½ amp/iv/12 jam dan 20 kali/menit.

cefotaxime ½ gr/iv/12 jam diberikan sesuai Skala nyeri 2

Melaksanakan
11.00 waktu pemberiannya
tekhnik
rileksasi
napas dalam
A:

Masalah
teratasi

P:

Hentikan
intervensi

2. Rabu 08.00 1. Mengkaji tanda-tanda vital 13.25 S:


Hasil :
14/03/2020 Klien
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 74 mengatakan
tidak ada
kali/menit, Suhu, 37,50C, dan Pernapasan 20 tanda-tanda
infeksi
kali/menit.
O:
08.50 2. Kaji tanda-tanda infeksi
Hasil : Tekanan
darah 120/80
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti mmHg, Nadi
74 kali/menit,
kemerahan, push atau nana.
Suhu, 37,50C,
dan
3. Perawatan dengan tekhnik aseptik dan
antiseptik Pernapasan
Hasil : 20 kali/menit.
10.45
Mengganti verban luka sesuai tekhnik Tidak tampak
tanda-tanda
aspeptik dn antiseptik. infeksi seperti
kemerahan,
4. Kolaborasi pemberian antibiotik push atau
Hasil :
nana

12.00 A:

Masalah
teratasi

P:

Hentikan
intervensi

3. Rabu 08.00 1. Mengkaji tanda-tanda vital 13.30 S:


Hasil :
14/03/2020 Klien
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 74 mengatakan
kali/menit, Suhu, 37,50C, dan Pernapasan 20 belum bisa
kali/menit berjalan

2. Beri posisi yang nyaman. O:


Hasil :
09.00 Tekanan
Klien dalam posisi tidur darah 120/80
mmHg, Nadi
3. Menganjur istrahat yang cukup 78 kali/menit,
Hasil : Suhu, 370C,
10.00 dan
Klien berbaring ditempat tidur
Pernapasan
4. Terapi kolaborasi yang dianjurkan 22 kali/menit.
Hasil : Rubah posisi
tidur
12.00 Klien dianjurkan untuk berjalan sedikit demi
Berbaring
sedikit
A:

Masalalah
teratasi

P:

Hentikan
intervensi

80
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam pelaksanaan proses keperawatan dilaksanakan selama tiga hari dari

tanggal 12 Maret 2020 sampai dengan tanggal 14 Maret 2020 pada klien An. L

dengan gangguan sistem pencernaan : Post Operasi Hernia Inguinalis. Adapun

proses keperawatan yang dilaksanakan meliputi:

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian menurut teori yaitu keluhan utama klien post

herniotomy adalah merasakan nyeri daerah operasi. Selain itu, ada

beberapa tanda dan gejala kompleks ditemukan dari hasil penelitian pada

beberapa klien dengan hernia inguinalis seperti hal rentan skala nyeri yang

berbeda-beda setiap klien dimana pada teori klien yang mengalami nyeri

hernia inguinalis dapat merasakan nyeri 8-10 (berat) pada rentang 0-10.

Sedangkan gejala yang tampak pada klien An. L yaitu merasa sakit

dan nyeri pada bagian perut kanan bawah dekat skrotum, nyeri pada luka

operasi dengan skala 6, keruskan integritas kulit, dan hambatan mobilitas

fisik.

Jadi dari hasil pengkajian menunjukkan bahwa kensenjangan antara

tinjauan teoritis dan tinjauan kasus.

B. Diagnosa Keperawatan

Perumusan diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis, ada lima

diagnosa keperawatan, yaitu :

1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan


2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme

3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis

4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman

5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (NANDA,

2011).

Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan tinjauan kasus

dengan klien An. L ditemukan tiga diagnosa keperawatan, yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan (hernioktomy).

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tindakan

pembendahan.

c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

Berdasarkan uaraian tersebut pada diagnosa keperawatan

menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara teori dan studi kasus,

hal ini disebabkab karena perkembangan penyakit dan sikap tanggap

klien terhadap penyakitnya untuk segera mendapat penanganan.

C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan disusun setelah merumuskan diagnosa keperawatan,

pada tahap keperawatan ini penulis memperioritaskan masalah

keperawatan terlebih dahulu dan penulis merumuskan tujuan dan kriteria

hasil dalam setiap diagnosa keperawatannya.

Intervensi keperawatan yang diterapkan pada klien An. L disusun

berdasarkan prioritas masalah yang berupa :


a. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan insisi

pembedahan.

Intervensi : rencana tindakan yang ditunjukkan untuk klien,

diharapkan nyeri klien berkuran atau hilang.

b. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan tindakan pembendahan.

Intervensi : rencana tindakan yang ditunjukkan untuk klien,

diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi

c. Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri.

Intervensi : rencana tindakan yang ditunjukkan untuk klien,

diharapkan klien bisa beraktivitas kembali.

Dalam merumuskan intervensi keperawatan pada klien An. L

penulis tidak mendapatkan hambatan yang berarti, karena penyusunan

dibantu dengan berbagai sumber referensi buku, artikel, serta bimbingan

perawat ruangan.

D. Implementasi Keperawatan

Dalam tahap implementasi keperawatan pada klien An. L, penulis

berupaya melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan atas rencana

tindakan yang telah dibuat.

Dalam melakukan implementasi keperawatan, penulis tidak

mengalami kesulitan yang berarti karena telah mengikuti alur pada rencana

keperawatan yang telah disusun sebelumnya, dan adanya kerjasama antara


klien, keluarga, dan perawat ruangan dengan penulis cukup baik sehingga

pelaksanaan implementasi keperawatan pada klien An. L dapat

dilaksanakan.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan

yang bertujuan untuk menilai kemajuan / kemunduran kondisi kesehatan

klien setelah dilakukan asuhan keperawatan.

Dalam tahap ini penulis tidak menemukan komplikasi dari gejala.

Kondisi kesehatan klien selama menjalani perawatan berangsur-angsur

membaik. Dari masalah keperawatan yang ditemukan pada klien An. L,

semua diagnosa keperawatan teratasi dengan baik yaitu nyeri akut,

kerusakan integritas kulit, dan hambatan mobilitas fisik.

Hal-hal yang mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan

adalah klien dan keluarga tersebut kooperatif, mulai dari pengkajian

sampai dengan tahap evaluasi. Disamping itu pula, kerjasama dan

penerimaan yang sangat baik dengan petugas kesehatan lainnya khususnya

perawat yang ada di ruang perawatan bedah tempat dimana kasus ini

dibuat.
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis melaksanakan penelitian dengan pendekatan proses

keperawatan pada klien An. L dengna gangguan sistem pencernaan “Post Operasi

Hernia Inguinalis” di Ruang perawatan Bedah Kelas III RUMAH SAKIT

PALAGIMATA dan dengan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai,

menunjukkan bahwa:

A. Kesimpulan

Pengkajian menurut teori yaitu keluhan utama klien post

herniotomy adalah merasakan nyeri daerah operasi. Selain itu, ada

beberapa tanda dan gejala kompleks ditemukan dari hasil penelitian pada

beberapa klien dengan hernia inguinalis seperti hal rentan skala nyeri yang

berbeda-beda setiap klien dimana pada teori klien yang mengalami nyeri

hernia inguinalis dapat merasakan nyeri 8-10 (berat) pada rentang 0-10.

Sedangkan gejala yang tampak pada klien An. L yaitu merasa sakit

dan nyeri pada bagian perut kanan bawah dekat skrotum, nyeri pada luka

operasi dengan skala 6, keruskan integritas kulit, dan hambatan mobilitas

fisik.

Jadi dari hasil pengkajian menunjukkan bahwa kensenjangan antara

tinjauan teoritis dan tinjauan kasus.

Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis,

ada lima diagnosa keperawatan, yaitu :


a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

b. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme

c. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis

d. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman

e. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (NANDA,

2011).

Sedangkan perumusan diagnosa keperawatan tinjauan kasus dengan

klien An. L ditemukan tiga diagnosa keperawatan, yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan (hernioktomy).

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tindakan

pembendahan.

c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

Berdasarkan uaraian tersebut pada diagnosa keperawatan

menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara teori dan studi kasus, hal

ini disebabkab karena perkembangan penyakit dan sikap tanggap klien

terhadap penyakitnya untuk segera mendapat penanganan.

1. Dari hasil pengkajian An. L didapatkan data yang menunjang untuk

mengarah pada diagnosa keperawatan dengan data pada pengkajian

yang diperoleh langsung melalui klien maupun keluarga klien,

pengamatan langsung, membaca catatan medik dan catatan

keperawatan serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.


2. Dalam konsep tinjauan teori tidak semua diagnosa keperawatan

ditemukan dalam kasus nyata, hanya tiga diagnosa keperawatan yang

muncul. Hal ini disesuaikan dengan kondisi pasien saat pengkajian.

3. Intervensi yang muncul tidak sepenuhnya dijadikan intervensi oleh

penulis pada pengelolaan klien karena situasi dan kondisi klien serta

kebijakan dari instansi rumah sakit.

4. Terdapat beberapa implementasi yang belum bisa penulis lakukan

secara langsung pada klien An. L, dalam melakukan implementasi

selama 3x24 jam penulis bekerja sama dengan melibatkan keluarga

dan perwat ruangan.

5. Dalan evaluasi keperawatan menunjukkan ketiga diagnosa

keperawatan yang ditemukan dalam kasus agar teratasi dengan baik

yaitu nyeri akut, kerusakan integritas kulit, dan hambatan mobilitas

fisik.

B. Saran

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien

An. L di Ruang Perawtatan Bedah Kelas III dan kesimpulan yang penulis

susun, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien diharapkan kerja

sama dari petugas rumah sakit untuk melanjutkan intervensi yang telah

dilaksanakan sesuai dengan kondisi klien.

2. Dalam mengumpulkan data sebaiknya mengguanakan cara dan sumber

informasi berupa tekhnik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi


yang didokumentasikan agar dapat dikumpul secra akurat dan

komprehensif.

3. Dalam menyusun intervensi keperawatan sebaiknya disesuaikan

dengan diagnosa keperawtan yang ditemukan dan disesuaikan dnegan

kondisi klien.

4. Dalam melaksanakan implementasi keperawatan, tidak harus sesuai

dengan apa yang terdapat pada teori, akan tetapi harus disesuaikan

dengan kondisi dan kebutuhan klien serta menyesuaikan dengan

kebijakan rumah sakit.

Dalam melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien yang menjalani


perawatan harus dilakukan secara komprehensif.
DAFTAR
PUSTAK
A

Liu, T., & Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma
Publishing Group.
Dermawan, D., & Rahayuningsih, T. 2010. Keperawatan Medikal Bedah
Sistem

Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Haryono, R. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan


Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Nanda. 2013. Diagnosis keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:

EGC. Erfandi, (2009). Pengetahuan dan faktor-faktor

yang

mempengaruhi.

http://forbetterhealth.wordperss.com/2009/04/19 Pengetahuan-

dan-faktor- faktor-yang-mempengaruhi

Giri Made Kusala, 2009. Kumpulan Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Rekam Medik RSUD Kota Baubau 2017. Registrasi Data Penyakit


Hernia

Inguinalis. Baubau

https://www.scribd.com/doc/1141042273/Hern

ia- Inguinal#download&from_embed diakses

08 Juli 2017
http// gejalahernia.com/gejala-hernia-inguinalis/ diakses 08

Juli 2017 www.alodokter.com/hernia-inguinalis diakses 07

Juli 2017. http://askep-kesehatan.jurnalkesehatan.com

diakses 10 Juli 2017. http://askep-kesehatan.jurnalkesehatan

diakses 10 Juli 2017.

Anda mungkin juga menyukai