DISUSUN OLEH:
AFNI ILMA HARYANTI
2017750001
i
LEMBAR PENGESAHAN
Penguji I
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb
Pertama kami panjatkan dengan kerendahan hati dan keikhlasan hati yang
mendalam, puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan penuh kesadaran bahwa Dia
telah membalas dosa-dosa yang telah banyak kita lakukan dengan karunia nikmat
yang jauh lebih banyak lagi. Shalawat dan salam semoga tercurahkan-Nya pada
junjungan kita yaitu Nabi besar Muhammad SAW, tentu saja beserta keluarga dan
pengikutnya sampai akhir zaman nanti, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada klien Ny.R Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Paviliun Marwah Atas
Rs. Islam Jakarta Cempaka Putih”
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan
Pendidikan program D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Oleh karena itu penulis dalam menyelesaikan makalah
ini . ucapan teriamaksih ini penulis tunjukan kepada:
1. Bapak Dr.Muhammad Hadi,SKM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
2. Ibu Ns.Titin Sutini,Sp.Kep.An selaku Ka.Prodi DIII Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
3. Ibu Ns.Fitrian Rayasari,M.Kep.,Sp.KMB selaku pembimbing yang selalu
memberikan bantuan, arahan dan saran-saran yang berguna dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dengan penuh kesabaran dan
ketulusan. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada beliau dan
keluarga.
4. Ibu Ns.Satriani,M.Kep selaku pembimbing dilahan selalu memberikan
bantuan, arahan dan saran-saran yang berguna dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan penuh kesabaran dan ketulusan. Semoga Allah
memberikan rahmat-Nya
iii
5. Bapak Drs.Dedi Muhdiana, M.Kep selaku wali akademik dari tingkat I
sampai tingkat III Angkatan XXXV Program Studi Diploma III
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
6. Para dosen dan staf Pendidikan akademik yang telah memberi dukungan
dan saran selama praktek lahan dan Menyusun Karya Tulis Ilmiah
7. Kepala Ruangan Keperawatan beserta staf khususnya di Paviliun Marwah
Atas Rumah Sakit Islam Jakarta yang memberi masukan dan arahan yang
sangat bermanfaat selama praktek lahan dan Menyusun Karya Tulis Ilmiah
ini.
8. Kedua orang tua yang saya sangat sayangi yang selalu meberi dukungan
dan motivasi dari awal hingga akhir, baik secara moral, spiritual, serta
bantuan materi dari proses perkuliahan hingga dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
9. Rekan–rekan seperjuangan mahasiswa AKPER Universitas
Muhammadiyah Jakarta Angkatan XXXV yang telah berjuang dan
berusaha bersama dalam segala hal, hingga akhirnya tersusunlah Karya
Tulis Ilmiah ini, semoga sukses.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh sempurna oleh karena keterbatasan kemampuan penulis. Maka,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan
semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna bagi pembaca pada umumnya
dan mahasiswa keperawatan pada khususnya dalam meningkatkan mutu
pelayanan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit
Wassalamualaikum, Wr,Wb
Jakarta, 10 April 2020
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ....................................................................................... 1
b. Tujuan Penulisan ................................................................................... 3
c. Lingkup Masalah .................................................................................... 4
d. Metode Penulisan.................................................................................... 4
e. Sistematika Penulisan ............................................................................... 5
v
BAB III TINJAUAN KASUS
a. Pengkajian Keperawatan ...................................................................... 36
b. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 48
c. Perencanaan Keperawatan ................................................................... 49
d. Pelaksanaan Keperawatan ................................................................... 52
e. Evaluasi Keperawatan ......................................................................... 59
BAB IV PEMBAHASAN
a. Pengkajian Keperawatan ...................................................................... 65
b. Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 66
c. Perencanaan Keperawatan .................................................................... 69
d. Pelaksanaan Keperawatan .................................................................... 70
e. Evaluasi Keperawatan ......................................................................... 71
BAB V PENUTUP
a. Kesimpula............................................................................................. 73
b. Saran .................................................................................................. 75
vi
DAFTAR TABEL
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bernafas merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia. Dalam bernafas terdapat organ-organ
pernafasan yang berperan penting untuk proses pertukaran oksigen dan
karbondioksida salah satunya adalah paru – paru. Apabila terjadi gangguan
pada pernafasan baik berupa obstruksi, restriksi dan lain-lain akan dapat
menyebabkan terganggunya proses bernafas contoh salah satunya adanya
gangguan pernafasaan yaitu Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh adanya hambatan aliran udara di saluran nafas yang
menghambat ventilasi.Penyakit ini merupakan penyakit progresif, yang
artinya penyakit ini akan semakin memburuk seiring berjalannya waktu.
Pada PPOK, bronkitis kronik dan emfisema sering ditemukan bersama.
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK
yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada bagian
proksimal, perifer, parenkim, dan vaskularisasi paru yang dikarenakan
adanya suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru.
Terjadinya peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil dengan
peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding
luar saluran nafas mengakibatkan restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen
saluran nafas kecil berkurang akibat penebalan mukosa yang mengandung
eksudat inflamasi, yang meningkat sesui berat sakit. Penyebab utama
PPOK yang paling sering yaitu merokok. Dalam hal ini yang termasuk
adalah perokok aktif,perokok pasif atau riwayat perokok. Selain itu, faktor
lain penyebab terjadinya PPOK yaitu sering terpapar polusi udara seperti
debu, gas – gas industri dan lain – lain yang ada diarea lingkungan tempat
tinggal dan sekitar. Faktor usia, jenis kelamin dan riwayat gangguan
pernafasan yang disebabkan oleh infeksi yang berulang juga bisa menjadi
faktor pada penyakit PPOK. Karakteristik tanda dan gejala dari PPOK
2
kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal yaitu kelembaban
lingkungan sekitar, suhu lingkungan sekitar, gangguan (lingkungan yang
terlalu ramai, atau sepi), kurang kontrol tidur, kurang privasi dan bisa
disebabkan juga oleh batuk yang aktif sehingga menganggu waktu istirahat
dan tidur.
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal nafas kronik,
gagal nafas akut, infeksi berulang, dan kor pulmonal. Gagal nafas kronis
ditunjukkan oleh hasil analisis gas darah berupa PaO2<60 mmHg dan
PaCO2>50 mmHg, serta Ph dapat normal.
Untuk mengatasi gangguan yang terjadi dan mencegah komplikasi, maka
diperlukan peran perawat sebagi pemberi asuhan keperawatan, advokat,
edukator, koordinator, kolaborator, konsultan, dan pembaharuan. Peran
perawat sebagai pemberian asuhan keperawatan yaitu melaksanakan
tindakan keperawatan secara langsung seperti: mengkaji fungsi pernafasan
(suara, irama, kecepatan dan kedalaman pernafasan),mengkaji tanda-tanda
vital,mengkaji kemampuan aktivias, berikan posisi semi fowler, berikan
ligkungan yang aman dan nyaman, anjurkan makan diit tinggi kalori dan
tinggi protein. Dan peran perawat sebagi edukator (pendidik), ajarkan
kepada keluarga cara fisio terapi dada yang baik dan benar, dimana cara
tersebut bisa membantu klien untuk mengurangi keluhannya. Kolaborasi
dengan tenaga Kesehatan yang lain dalam pemberian terapi obat,
radiologi, dan laboratorium.
Berdasarkan tingginya kasus PPOK di dunia maupun di Indonesia, dan
berbagai gangguan yang terjadi serta pentingnya peran perawat dalam
meberi asuhan keperawatan pada pasien dengan PPOK, maka penulis
tertarik untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan Asuhan
Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada klien Ny.R
Dengan Gangguan Sistem Pernafasan: Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) di Paviliun Marwah Atas Rs. Islam Jakarta Cempaka Putih
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Berikut ini akan diuraikan beberapa pegertian Penyakit Paru
Obstrukif Kronik (PPOK) atau dalam bahasa lain dikenal
dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) dari
bergbagai literature:
a. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit
radang saluran nafas utama ditandai dengan keterbatasan
aliran udara sebagian besar ireversibel yang menghasilkan
hypoxemia dan hiperkapnia (Huang, et al., 2013).
b. PPOK adalah penyakit yang ditandai oleh keterbatasan
aliran udara didalam saluran napas yang tidak sepenuhnya
dapat dipulihkan. PPOK adalah penyakit paru kronik yang
ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang
bersifat progresif nonvrsible atau reversible parsial (Dosen
Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia, 2017).
c. PPOK merupakan nama yang diberikan untuk gangguan
ketika dua penyakit paru terjadi adalah suatu kondisi yang
ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang membatasi aliran
udara, menghambat ventilasi (Hurst Marline, 2016).
d. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit
yang umum,yang dapat dicegah dan diobati yang ditandai
dengan gejala pernapasan persisten dan keterbatasan aliran
udara yang disebabkan oleh saluran napas dan/atau kelainan
alveolar yang biasanya disebabkan oleh pengeksposan yang
signifikan terhadap partikel atau gas yang berbahaya dan
dipengaruhi oleh faktor inang termasuk perkembangan paru
8
2. Klasifikasi
Table 2.1 klasifikasi penyakit PPOK menurut berbagai sumber.
Menurut keparahan Menurut kombinasi Menurut eksaserbasi akut
keterbatasan aliran penyakitnya
udara
3. Etiologi
Berikut ini etiologi PPOK menurut Blac&Hawks(2014);
GOLD(2020); Ikawati Zullies (2016):
a. Merokok
Merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK,
dengan risiko 30 kali lebih besar padaperokok disbanding
dengan bukan perokok, dan merupakan penyebab dari 85-
90% kasus PPOK. Kurang lebih 15-20% perokok akan
mengalami PPOK. Kematian akibat PPOK terkait dengan
banyaknya rokok yang dihisap,umur mulai merokok, dan
status merokok yang terakhir saat PPOK berkembang.
Namun demikian, tidak semua penderita PPOK adalah
perokok. Kurang lebih 10% orang tidak merokok juga
mungkin menderita PPOK. Perokok pasif (tidak merokok
tetapi sering terkena asap rokok) juga beresiko menderita
PPOK.
b. Faktor lingkungan:
1) Polusi udara
Pasien yang mempunyai disfungsi paru akan semakin
memburuk gejalanya dengan adanya polusi udara.
Polusi ini bisa berasal dari luar seperti asap pabrik, asap
10
3) Kebutuhan aktivitas
Penurunan kadar oksigen dalam darah menyebabkan
suplai oksigen ke jaringan menurun yang mengakibatkan
proses pembentukan ATP terhambat, akhirnya energi
yang dihasilkan sedikit, menyebabkan penderita PPOK
merasa lelah dan lemah. Sehingga pasien dengan PPOK
memerlukan bantuan orang lain dalam beraktivitas.
4) Kebutuhan istirahat dan tidur
Hal ini terjadi pada pasien PPOK karena adanya
gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal yaitu kelembaban lingkungan sekitar, suhu
lingkungan sekitar, gangguan (lingkungan yang terlalu
ramai, atau sepi), kurang kontrol tidur, kurang privasi dan
bisa disebabkan juga oleh batuk yang aktif sehingga
menganggu waktu istirahat dan tidur.
5. Manifestasi klinis
Berikut merupakan tanda dan gejala PPOK dari beberapa
sumber: GOLD (2020); Ikawati Zullies (2016)
1. Dipsnea
.Dipsnea kronis dan progresif adalah gejala paling khas dari
PPOK. Batuk dengan produksi dahak hadir hingga 30% dari
pasien. Gejala – gejala ini dapat bervariasi dari hari ke hari
dan dapat mendahului perkembangan keterbatasan aliran
udara sekama bertahun-tahun. Dipsnea merupakan gejala
cardinal dari PPOK, gejala ini merupakan penyebab utama
kecemasan yang berhubungan dengan penyakit ini. Pasien –
pasien PPOK menggambarkan dipsnea mereka sebagai
suatu perasaan dari usaha yang meningkat untuk bernafas,
dada terasa berat, kelaparan udara, atau terengah – engah.
16
2. Batuk
Batuk kronis sering merupakan gejala pertama dari PPOK
dan sering diabaikan oleh pasien. Awalnya batu muncul
sekali dua kali,selanjutnya batuk muncul setiap hari dan
sepanjang hari. Dalam beberapa kasus, Batasan aliran udara
yang signfikan ndapat terjadi tanpa adanya batuk.
3. Produksi dahak
Pasien PPOK umumnya meningkatkan jumlah dahak yang
kuat dengan batuk. Produksi dahak seringkali sulit untuk
dievaluasi karena pasien dapat menelan dahak daripada
mengeluarkannya,suatu kebiasaan. Dahak biasanya banyak
dan lengket, berwarna kuning, hijau atau kekuningan bila
terjadi infeksi.
4. Riwayat paparan terhadap faktor risiko
Merokok, partikel dan senyawa kimia, asap dapur.
5. Komplikasi
Komplikasi Penyakit Paru Obstrukif Kronik (PPOK) menurut
Grace et al (2011) dan Jackson (2014) :
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal nafas
kronik, gagal nafas akut, infeksi berulang, dan kor pulmonal.
Gagal nafas kronis ditunjukkan oleh hasil analisis gas darah
berupa PaO2<60 mmHg dan PaCO2>50 mmHg, serta Ph dapat
normal. Gagal nafas akut pada gagal nafas kronis ditandai oleh
sesak nafas dengan atau tanpa sianosis, volume sputum
bertambah dan purulen, demam, dan kesadaran menurun. Pada
pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan
terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi
berulang. Selain itu, pada kondisi kronis ini imunitas tubuh
menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar
limfosit darah. Adanya kor pulmonal ditandai
17
4) Aktivitas fisik
Rehabilitasi paru, termasuk pendekatan dengan bukti
manfaat yang jelas berbasis masyarakat masyarakat dan
rumah dengan bukti manfaat yang jelas. Ada bukti bahwa
aktivitas fisik menurun pada pasien PPOK, hal ini
disebabkan karna ketidakefektifan pola nafas yang
menjadi faktor predisposisi. Komponen rehabilitasi paru
dapat bervariasi meliputi pelatihan olahraga terstruktur
dan terawasi, penghentian merokok, konseling gizi dan
Pendidikan manajemen diri.
5) Perawatan paliatif
Tujuan dari perawatan paliatif ini adalah untuk
meringankan penderitaan pasien dan keluarga mereka
dengan penilaian komprehensif dan pengobatan gejala
fisik,psikososial,, dan spiritual yang dialami oleh pasien.
6) Dukungan nutrisi
Untuk pasien mal nutrisi dengan suplementasi nutrisi
pasien PPOK direkomendasikan. Ini didasarkan pada
temuan tinjauan sistematis efek positif pada berat badan,
massa lemak, dan massa bebas lemak ketika suplementasi
nutrisi diberikan sendiri kepada pasien PPOK (terutama
jika kurang gizi)
7) Vaksinasi
Vaksinasi influenza, vaksinasi pneumokokus, dan
PPSV23, direkomendasikan untuk semua pasien yang
berusia <65 tahun. PPSV23 juga direkomendasikan untuk
pasien PPOK yang lebih muda dengan kondisi komorbid
yang signifikan termasuk penyakit jantung atau paru
kronis.
b. Penatalaksanaan kolaboratif
Berikut merupan penatalaksanaan kolaboratif dari beberapa
sumber GOLD(2020); Maranatha Daniel(2010):
19
1) Bronkodilator
Merupakan obat yang meningkatkan FEV1 dan atau
mengubah variable spirometri lainnya.Bronkodilator
bekerja dengan cara melebarkan bronkus (saluran
pernapasan) dan merelaksasi otot-otot pada saluran
pernapasan sehingga proses bernapas menjadi lebih
ringan dan lancar. Obat ini sering diberikan pada orang
yang memiliki keluhan napas berat. Bronkodilator yang
sering digunakan untuk pengobatan PPOK adalah :
a) Agonis beta 2: salbutamol, terbutaline, fenoterol
b) Antikolinergis: ipratropium bromide, tiotropium
bromide
c) Derivate santin : aminofilin, teofilin
Berdasarkan waktu kerjanya, bronkodilator dibagi menjadi
dua, yaitu reaksi cepat dan reaksi lambat. Bronkodilator
reaksi cepat diberikan untuk seseorang yang mengalami
gejala sesak napas secara tiba-tiba. Sedangkan
bronkodilator reaksi lambat biasanya ditujukan untuk
mengontrol gejala sesak napas pada penderita penyakit
paru-paru kronis atau asma.
2) Kortikosteroid
Pengobatan regular (teratur) dengan inhaled
corticosteroid (ICS) tidak mempengaruhi penurunan
janga Panjang FEV1 pada pasien PPOK. Namun
pengobatan regular dengan ICS sudah tepat untuk pasien
PPOK simptomatik dengan FEV1 <50% prediksi
(stadium III dan IV). Pengobatan ini terbukti mengurangi
frekuensi eksaserbasi dan memperbaiki status kesehatan.
3) Mukolitik
Beberapa pasien dengan sputum yang kental mukolitik
sangat bermanfaat.Obat ini bekerja dengan cara
menghambat kerja sel yang menghasilkan dahak atau
20
f) Blue bloater
Gambaran khas pada bronchitis kronik, penderita gemuk
sianosis, terdapat edema tungkai dan ronkhi basah di basal
paru, sianosis sentral dan perifer.
3) Brain
Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Disamping
itu, perlu pemeriksaan GCS untuk menentukan tingkat
kesadaran pasien apakah komposmentis, somnollen, atau
koma.
4) Blood
Perawat perlu memonitor dampak PPOK pada status
kardiovaskuler meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi,
tekanan darah dan CRT.
5) Bledder
Pengukuran output urine perlu dilakukan karena berkaitan
dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu
memonitor adanya oliguria, karena hal tersebut merupakan
tanda awal dari syok.
6) Bowel
Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri dan tanda-tanda
infeksi, mengingat hal tersebut dapat merangsang serangan
PPOK. Pengkajian tentang status nutrisi paisen meliputi
jumlah, frekuensi dan kesuliatn-kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan nutrisinya.
7) Bone
Dikaji adanya edema pada ekstermitas, tremor, dan tanda-
tanda infeksi pada ekstermitas karena dapat merangsang
serangan PPOK. Pada integument perlu dikaji adanya
permukaan yang kasar,kering, kelainan pigmentasi, turgor
kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan,
pruritus, eksim, dan adanya bekas atau tanda urtikaria atau
dermatitis. Perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat
25
2. Diagnosa keperawatan
Berikut ini merupakan diagnosa keperawatan yang muncul dari pasien
PPOK dari berbagai sumber; Dosen Keperawatan Medikal-Bedah
Indonesia (2017); wartonah (2011):
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan sekresi, merokok/perokok pasif,, spasme jalan nafas
ditandai dengan:
Ds: klien mengatakan “batuk berdahak, susah mengeluarkan
dahak”
Do: klien terlihat batuk, suara serak, pemeriksaan auskultasi paru
terdengar suara ronchi
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perkusi, perubahan membrane kapiler alveolar ditandai
dengan:
Ds: klien mengatakan “sesak nafas, nafas terasa berat,susah tidur,
batuk-batuk”
Do: klien terlihat sesak, takipnea, menggunakan otot bantu
pernafasan, nafas menggunakan cuping hidung
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan efeksamping medikasi seperti
anoreksia,mual, atau muntah ditandai dengan:
Ds: klien mengatakan “nafsu makan berkurang, mengeluh mual,
badan terasa lemas”
28
3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.2 Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa keperawatan NANDA Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas Status pernapasan: patensi jalan napas Manajemen jalan napas:
berhubungan dengan: - Mempertahankan kepatenan jalan Independent
- Merokok/perokok pasif napas dengan suara napas bersih - Auskutasi suara napas. Catat suara
- Mucus berlebihan, sekresi tertahan, eksudat atau dibersihkan napas tambahan seperti mengi,
didalam alveoli - Menunjukkan perilaku yang crackles, atau ronkhi
- Penyakit paru obstruksi kronik bertujuan untuk meningkatkan - Kaji dan pantau frekuensi percnapasan.
- Spasme jalan napas, jalan napas alergi bersihan jalan napas. Catat rasio inspirasi ke ekspirasi
Definisi: - Catat keberadaan dan derjat dyspnea,
Ketidak mampuan membersihkan sekresi atau misalnya laporan “lapar udara”,
obstruksi dari saluran napas untuk gelisah,ansietas, hipoksia distress
mempertahankan bersihan jalan napas. napas, dan penggunaan otot aksesoris
- Periksa kecepatan aliran ekspirasi
puncak (peak expiratory flow rate)
sebelum dan setelah terapi dengan
menggunakan meter aliran puncak.
- Bantu klien mempetahankan posisi
nyaman
- Dorong dan bantu latihan pernapasan
abdomen atau pernapasan dengan
30
No. Diagnosa keperawatan NANDA Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)
mendorongbibir
- Observasi batuk yang persisten, batuk
kering, batuk basah.
Kolaboratif :
- Berikan medikasi sesuai indikasi,
misalnya:
- Pemberian kebutuhan oksigen, obat
obatan bronkodilator,
kartikosterois,mukolitik,antibiotic
- Beri humidifikas tambahan seperti
nebulizer ultrasonic dan humidifier
aerosol ruangan
- Bantu dengan terapi pernapasan,
seperti spirometry dan fisio terapi dada
- Pantau dan buat grafik seri GDA
oksimetri nadi, dan foto ronsen dada
31
No. Diagnosa keperawatan NANDA Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Status pernapasan: pertukaran gas Manajemen asam-basa:
- Ketidakseimbangan ventilasi perfusi - Mendemonstrasikan peningkatan Independent
- Perubahan membran kapiler alveolar ventilasi dan oksigenasi jaringan - Kaji frekuensi dan kedalaman
Definisi : yang adekuat dengan GDA berada pernapasan. Catat penggunaan otot
Kelebihan atau deficit oksigenasi dan/ atau dalam kisaran normal klien dan aksesoris.
eliminasi CO2 pada membrane alveolar kapiler. terbebas dari gejala distress - Tinggikan kepala tempat tidur dan
pernapasan. bantu klien mengambil posisi yang
- Berpartisipasi dalam regimen memudahkan kerja pernapasan.
terapisesuai tingkat kemampuan - Kaji dan pantau warna kulit dan
individu dan situasi yang dialami. membrane mukosa secara rutin
- Dorong pengeluaran sputum; hisap jika
diindikasikan.
- Auskultasi bunyi napas, perhatikan
area penurunan aliran udara dan suara
tambahan.
- Palpasi dada untuk mendeteksi
fremitus.
- Pantau tingkat kesadaran dan status
mental
- Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
Berikan lingkungan yang tenang dan
32
No. Diagnosa keperawatan NANDA Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)
damai. Batasi aktivitas klien atau
dorong tirah baring atau istirahat
dikursi selama fase akut.
- Evaluasi pola tidur; catat laporan
kesulitan dan apakah klien merasa
terlah dapat beristirahat dengan baik.
- Pantau tanda vital dan irama jantung
Kolaboratif
- Pantau dan buat grafik seri GDA dan
oksimetri nadi.
- Beri oksigen tambahan secara
bijaksana via kanula nasal, masker,
atau ventilator mekanis, dan ukur
sesuai indikasi berdasarkan hasil GDA
dan toleransi klien.
- Beri anti ansietas, sedative atau agens
opioid
- Bantu ventilasi tekanan positif
intermiten non invasive atau intubasi
- Persiapan rujukan dan intervensi
tambahan seperti ke spesialis paru
33
No. Diagnosa keperawatan NANDA Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)
No. Diagnosa keperawatan NANDA Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)
makanan bernutrisi Simbang yang
mudah dicerna melaui mulut, makanan
suplemen dan nutrisi parenteral.
- Tinjau albumin serum atau prealbumin
serum, transferrin, profil asam amino,
zat besi
- Beri suplemen oksigen selama makan,
sesuai indikasi
No. Diagnosa keperawatan NANDA Hasil yang dicapai (NOC) Intervensi (NIC)
- memberikan lingkugan yang nyaman
kolaboratif
- kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi
medik dalam merencanakan program
terapi yang tepat
- pemberian O2 jika diperlukan
independent:
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk Status istirahat tidur - kaji masalah gangguan tidur
yang aktif - Pola tidur kembali normal klien,karakteristik dan penyebab
- Waktu istirahat Tidur 7-8 jam/hari kurang tidur.
- Menunjukkan keadaan fisik yang - Anjurkan mandi/lap air hangat sebagai
rebih rileks dan segar persiapan sebelum tidur
- Mampu mengatur pola istirahat - Berikan tempat istirahat dan
tidur dengan baik lingkungan yang nyaman seperti
tempat tidur yang nyaman dan bersih,
serta bantal yang nyaman, lingkungan
kamar yang tenang
Kolaboratif :
- Pemberian obat mukolitik,
ekspektoran,bronkodilator atau
nebulizer setengah jam sebelum tidur
35
4. Pelaksanaan keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik.Tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders
untukmembantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.Oleh karena
itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan klien
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi :
1) Tindakan mandiri (independent)
Adalah aktivitas perawatan yang didasarkan pada kesimpulan dan
keputusan sendiri bukan merupakan petunjuk atau perintah petugas
kesehatan lain
2) Tindakan kolaborasi
Adalah tindakan yang dilakukan atas dasar hasil keputusan
bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dapat dialkukan pada tahap proses dan tahap akhir. Evaluasi
menilai perubahan status kesehatan pasien sebagai hasil dari intervensi
keperawatan. Indicator evaluasi tahap proses diantaranya tidak ada
sesak, ronchi, perubahan kualitas makan
36
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulis akan menyelesaikan sebuah laporan kasus “Asuhan
Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada klien Ny.R Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di
Paviliun Marwah Atas Rs. Islam Jakarta Cempaka Putih”. Proses pelaksanaan
Asuhan Keperawatan selama tiga hari pada tanggal 07 – 09 Maret 2020. Dalam
melengkapi data ini penulis melakukan wawancara dengan pasien, keluarga
pasien, tim perawat ruangan, selain itu juga memperoleh data-data dari catatan
medis,catatan keperawatan dan didapatkan hasil observasi langsung serta
pemeriksaan fisik.
A. Pengkajian
1. Idenditas
Pasien berinisial Ny.R berjenis kelamin perempuan usia 74 tahun, status
pernikahan menikah, beragama islam, suku jawa, dengan Pendidikan
SMP, Bahasa yang digunakan Bahasa Indonesia, pekerjaan ibu rumah
tangga, alamat rumah Jalan Mardani Raya Gg. Swadaya, RT/RW; 04/005
Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat, sumber biaya BPJS, sember
informasi diperoleh dari pasien,keluarga, Tim perawat ruangan dan status
pasien.
2. Resume kasus
Pasien masuk keruangan Marwah Atas pada tanggal 06 Maret 2020 jam
16:30 WIB. Sebelumnya pasien masuk ke UGD diantar oleh anaknya
pada tanggal 05 Maret 2020 pukul 20:00 WIB dengan keluhan sesak nafas
sejak pagi hari,sesak dirasakan tiba setelah pulang belanja dari warung,
batuk berdahak ± 1 minggu, klien susah mengeluarkan dahak, kesadaran
komposmentis, dilakukan observasi tanda tanda vital dengan hasil TD:
150/100 mmHg, N: 92 x/menit, RR: 25 x/menit, S: 36,5°C. Masalah
keperawatan yang ditemukan di IGD pola nafas tidak efektif. Di IGD
dilakukan pemasangan oksigen nasal kanul dengan 3 liter/menit. Terapi
37
yang sudah diberikan terapi cairan infus Ranger Laktat 500ml/12 jam,
injeksi cefoperazone 1x 1gram, injeksi ondansentron 1x8gram. Dilakukan
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hemoglobin: 12,7 g/dL,
Leukosit: 8,32 10³/µL, Hematokrit: 39%, Jumlah Trombosit: 242 10³/µL,
Eritrosit 4,30 juta/µL, MCV/HER: 90 fL, MCH/HER: 30pg,
MCHC/KHER: 33 g/dL, Kreatinin Darah: 0,5 mg/dL, Natrium(na) Darah:
136 mEq/L, Kalium (K) Darah: 3.8 mEq/L, Klorida (Cl) Darah: 100
mEq/L, GDS: 105 mg/Dl,
Kemudian pasien dipindahkan ke ruang observasi UGD sebelum dikirim
ke ruangan Marwah Atas. Di ruang Observasi UGD mendapatkan terapi
oksigen nasal kanul 3 liter/menit kemudian mendapatkan terapi oral Tab
Candesartan 1x8mg, Tab Spironolacton 1x25mg, Tab Nac 3x1tab, dan
klien juga mendapatkan terapi injeksi ondansentron 3x8mg, injeksi
cdfoperazone 3x1gram, dan mendapat terapi inhalasi combivent +
Pulmicort 2x1ampul. Dan pada tanggal 06 Maret 2019 pukul 16:30 pasien
baru dipindahkan ke Paviliun Marwah Atas. Pada tanggal 07 Maret 2020
pukul 05:00 masalah keperawatan yang ditemukan adalah gangguan pola
nafas. Intervensi yang telah dilakukan yaitu memantau TTV, dan
didaptkan hasil TD: 130/70, N: 92 x/menit, RR: 21 x/menit, S: 36,7°C.
3. Data dasar
Riwayat keperawatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan pasien tanggal 07 Maret 2020 adalah sesak sudah
berkurang, sesak dirasakaan setelah pergi berbelanja di warung,
sesak yang dirasakan yaitu rasa penuh di dada,dada terasa berat.
Skala sesak 8. Masih merasakan batuk, batuknya berdahak, klien
susah mengeluarkan dahak, mengeluh mual sejak masuk rumah
sakit, nafsu makan berkurang, makan hanya habis setengah porsi
kadang hanya 3-5 sendok makan saja.
2) Riwayat penyakit masa lalu
Pasien mengatakaan memiliki Riwayat penyakit Hipertensi, klien
mengatakan ± sudah 5 tahun memiliki riwayat hipertensi, dan sudah
38
Tn.A Ny.R
Hipertensi PPOK
Tn.B
Perokok
berat
39
= Perempuan
= Laki-laki
= Meninggal
----- = Tinggal serumah
= Pasien
= Garis keturunan
5) Pola kebiasaan
1) Pola nutrisi
- Sebelum sakit:
Ny.R makan 3 kali sehari dengan porsi yang dihabiskan
1 porsi tidak ada makanan yang tidak disukai, serta
tidak ada alergi terhadap makanan, nafsu makan baik.
Pasien makan dengan komposisi nasi, lauk pauk, sayur
mayur setiap hari
- Setelah sakit
Pasien makan 3 kali sehari disediakan dari rumah sakit
dengan porsi yang dihabiskan hanya ½ porsi, ,diit
diberikan 1700 kalori pada Ny.R adalah tinggi kalori tinggi
protein
2) Pola eliminasi
- Sebelum sakit:
Pasien BAK 5 kali sehari dengan konsistensi kuning
jernih, tidak ada keluhan dalam berkemih. Pasien BAB 1
kali sehari dengan warna kuning konsistensi setengah
padat dan tidak ada keluhan
- Setelah sakit
Pasien BAK 6 KALI sehari dengan warna kuning pekat,
tidak ada keluhan saat berkemih, tidak menggunakan alat
bantu berkemih. Pasien BAB 1 kali sehari dengan
warna kuning konsistensi setengah padat
3) Personal hygne
- Sebelum sakit
Pasien mandi 2 kali sehari setiap pagi dan sore hari,
menggosok gigi 2 kali sehari, mencuci rambut 2 hari sekali.
- Setelah sakit
Pasien mandi 1 hari sekali setiap sore, menggosok gigi 2
kali sehari,belum cuci rambut selama dirawat.Pasien
melakukan mandi dan menggosok gigi secara mandiri.
41
c) Sistem pendengaran
Daun telinga pasien normal, telinga bersih, kondisi telinga
pasien normal tidak ada cairan yang keluar ditelina pasien,
perasaan penuh ditelinga tidak ada, fungsi pendengaran
normal, tidak terjadi gangguan keseimbangan dan pasien
tidak menggunakan alat bantu dengar.
d) Sistem wicara
Pasien berbicara dengan normal dan tidak mengalami
gangguan.
e) Sistem pernafasan
Hasl pemeriksaan fisik RR: 22 x/menit, terdengar suara
ronchi, jalan nafas tidak bersih, ada sumbatan sputum, pasien
tidak sesak dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan,
dengan irama pernafasan teratur. Pasien nafas dengan
spontan, ada batuk produktif, susah mengeluarkan sputum
atau secret, tidak terdapat darah, dahak berwarna putih
kekuningan dan konsistensinya kental, tidak ada nyeri saat
bernafas. Hasil pemeriksaan Rotgen thorax kesan pneumonia.
Dan dokter mendiagnosis bahwa pasien teridentifikasi PPOK.
f) Sistem kardiovaskuler
- Sirkulasi perifer:
Nadi pasien 89 x/menit dengan irama teratur, tekanan darah
130/80 mmHg tidak ada distensi vena jugularis, dengan
temperature kulit hangat, warna kulit pucat, tidak terdpat
edema.
- Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical 92 x/menit irama teratur tidak
terdapat kelainan jantung, tidak ada nyeri dada.
g) Sistem hematologi
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 12,7 g/Dl, Ht
39%, Leukosit 8,32 10³/µL, pucat dan tidak ada perdarahan.
43
h) Sistem saraf
Pasien tidak ada keluhan pusing, tingkat kesadaran
komposmentis GCS : 14, E : 4, M : 6, V : 5, tidak ada tanda-
tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan pada 43uscul
persarafan
i) Sistem pencernaan
Keadaan umum pasien gigi tidak caries, tidak menggunakan
gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah terlihat bersih, abdomen
lembek, hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan Hb 12,7
g/Dl, GDS 105 mg/Dl.
j) Sistem endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, nafas pasien tidak
berbau keton dan tidak ada luka ganggren.
k) Sistem urogenital
Pola eliminasi tidak ada gangguan, kebiasaan buang air kecil
5-6 kali/ hari dalam batas normal, warna kuning pekat, tidak
ada distensi kandung kemih, tidak ada nyeri pinggang,
Balance cairan intake 1650 cc/hari, output 1450 cc/hari,
balance cairan intake-output: 1650 cc/hari – 1450 cc/hari=
200 cc/hari
l) Sistem integumen
Turgor kulit baik tetapi, tempratur hangat, warna kulit sedikit
pucat, keadaan kulit utuh, tidak ada kelainan pada kulit
pasien, keadaan rambut baik dipenuhi dengan rambut uban,
bersih. Pada daerah pemasangan infus tidak ada tanda-tanda
infeksi, tetesan infus lancar.
m) Sistem 43usculoskeletal
Pasien tidak mengalami gangguan gerak, tidak ada kelainan
struktur tulang belakang, keadaan tonud otot baik. Ketika
beraktifitas seperti berjalan pasien terkadang masih dibantu
oleh keluarganya.
44
7) Pemeriksaan penunjangan
a) Hasil pemeriksaan rotgen thorax pada tanggal 05 maret kesan:
pneumonia
b) Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 05 Maret 2020
8) Penatalaksanaan
Pada tanggal 07 Maret 2020 di Paviliun Marwah Atas:
a) Terapi cairan : Asering per 12 jam (20 tpm)
b) Terapi oral
Tabel 3.2 Terapi oral
Terapi Dosis
Nac (N-Acetryclysteine) tab 3x1 tab jam 06:00, 12:00, 18:00
Candesartan(8mg) tab 1x8mg jam 06:00
Spironolactone(25mg) tab 1x25mg jam 06:00
45
c) Terapi injeksi
Tabel 3.3 Terapi Injeksi
Terapi Dosis
Cefoperazone 1gram 3x1garm jam 04:00, 11:00, 20:00
Ondancentron 8mg 3x8mg jam 04:00, 12:00, 20:00
d) Terapi lain-lain
Tabel 3.4 Terapi lain-lain
Terapi Dosis
Combivent nebulizer 2x1 jam 06:00, 18:00
Pulmicort nebulizer 2x1 jam 06:00, 18:00
4. Data fokus
Tabel 3.5 Data Fokus
Data Objektif Data Subjektif Masalah
- Kesadaran: Klien mengatakan: “batuk Bersihan
composmentis sudah satu minggu, batuk
jalan nafas
- TD: 130/80 mmHg berdahak, susah
- N: 89 x/menit mengeluarkan dahak“ tidak efektif
- RR: 22 x/menit
- S: 36,5°C
- Batuk berdahak
- Terdengar suara ronchi
A: Klien mengatakan: “nafsu Resiko ntrisi
-BB saat ini: 40 kg makan kurang,, terasa mual, kurang dari
-TB: 152 cm
makan hanya ½ porsi, kebutuhan
- BBI: 44kg
-IMT: 17,3 tubuh
B:
-Hb: 12,7 g/dL
-Ht: 39%
-GDS: 105 mg/dL
C:
- Konjungtiva anemis
- Kulit sedikit kering
- Bibir terlihat pucat
- Klien terlihat lemas
46
5. Analisa data
Tabel 3.6 Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. Ds: Bersihan jalan Peningkatan
Klien mengatakan: “batuk nafas tidak efektif produksi sputum atau
sudah satu minggu, batuk secret
berdahak, susah
mengeluarkan dahak,
dahak,”
Do:
- Kesadaran:
composmentis
- TD: 130/80 mmHg
- N: 89 x/menit
- RR: 22 x/menit
- S: 36,5°C
- Batuk berdahak
- Terdengar suara ronchi
Do:
A:
-BB saat ini: 40 kg
-TB: 152 cm
- BBI: 44kg
-IMT: 17,3
B:
-Hb: 12,7 g/dL
-Ht: 39%
-GDS: 105 mg/dL
C:
- Konjungtiva anemis
- Kulit sedikit kering
- Bibir terlihat pucat
- Klien terlihat lemas
- Tidak nafsu makan
- Mual
D:
- Makan ½ porsi
- Dapat makan 3 kali
3. Ds : Intoleransi Ketidakseimbangan
Klien mengatakan :” suka aktivitas
antara suplai dan
merasa tiba-tiba sesak,
ketika habis berjalan lama, kebutuhan oksigen
atau saat kecapean, tidak
mau jalan-jalan keluar
karena takut sesak”
Do:
- Aktivitas terlihat hanya
ditempat tidur,
- Untuk ke kamar mandi
klien dibantu oleh
keluarga
48
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat di tegakkan pada pasien Ny. R berdasarkan data
meliputi:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum atau secret ditandai dengan :
Data subjektif: klien mengatakan “batuk sudah satu minggu, batuk
berdahak, susah mengeluarkan dahak,”
Data objektif :
- Kesadaran: composmentis
- TD: 130/80 mmHg
- N: 89 x/menit
- RR: 22 x/menit
- S: 36,5°C
- Batuk berdahak
- Terdengar suara ronchi
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat akibat efek samping medikasi, ditandai dengan :
Data subjektif: Klien mengatakan: “nafsu makan kurang,, terasa mual,
makan hanya ½ porsi,”
Data objektif:
A:
-TB: 152 cm
- BBI: 44kg
-IMT: 17,3
B:
-Ht: 39%
49
C:
- Konjungtiva anemis
- Kulit sedikit kering
- Bibir terlihat pucat
- Klien terlihat lemas
- Tidak nafsu makan
- Mual
D:
- Makan ½ porsi
- Dapat makan 3 kali
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan:
Data subjektif : Klien mengatakan :” suka merasa tiba-tiba sesak, ketika
habis berjalan lama, atau saat kecapean, tidak mau jalan-jalan keluar
karena takut sesak”
Data subjektif:
- Aktivitas terlihat hanya ditempat tidur,
- Untuk ke kamar mandi klien dibantu oleh keluarga
C. Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan, maka rencana
keperawatan yang dirumuskan adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum atau secret
Tabel 3.7 intervensi bersihan jalan nafas
Tujuan dan kriteria hasil Rencana Tindakan Rasional
Setelah dilakukan - Auskultasi suara napas 1. Untuk mengetahui
tindakankeperawatan - Kaji dan pantau adanya suara
kepada Ny.R selama 3x24 frekuensi pernafasan tambahan
jam diharapkan jalan nafas - Kaji kemampuan pernafasan
50
D. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien PPOK sesuai
dengan pengkajian, diagnosa dan rencana tindakan yang sudah ditentukan,
maka dilakukan asuhan keperawatan seam 3 hari berturut turut mulai
tanggal 07-09 Maret 2020 dan bekerja dengan tim yang bertugas di
Pavilium Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta
Tabel 3.10 Implementasi Keperawatan
Hari/tanggal Jam No.Dx Tindakan keperawatan dan hasil Paraf
Sabtu, 06:00 1,3 memberikan terapi mukolitik sesuai program : TIM
07 Maret 2020 - Nac 1tab (oral)
- Combivent nebulizer 1amp
- Pulmicort nebulizer 1amp
S: -
O: obat dan terapi inhalasi telah diberikan,
pasien dapat menelan obat dan tidak ada
reaksi muntah
Afni
Mengkaji kemampuan klien melakukan aktivitas
ilma
S: klien mengatakan “,tidak ada sesak dan
pusing,pipisnya sering, ke kamar mandi dibantu
oleh anak saya”
O: klien Nampak tidak sesak, ke kamar mandi
Nampak dibantu oleh anaknya
Afni
Memberikan antibiotik sesuai program:
12:00 1,2 - Cefoperazone 1gr diberikan 3x1 (IV) ilma
S: -
O: obat telah diberikan melalui bolus, obat
masuk dengan lancar tidak ada hambatan
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Berdasarkan Tindakan keperawatan yang telah dilakukan tanggal 07-09 Maret
2020, maka evaluasi diambil setiap hari akhir pergantian shift adalah sebagai
berikut:
60
Subjektif : Afni
3. Sabtu 14:30
Klien mengatakan: “aktivitas hanya Ilma
07 Maret 2020
ditempat tidur, kalua ke kamar mandi
61
Afni
3. Minggu 14:30 Ilma
Subjektif:
08 Maret 2020
Klien mengatakan :”tidak ada
pusing,sesak, ke kamar amndi diabantu
anak saya”
Objektif
- Klien terlihat lemas
- Aktivitas hanya ditempat tidur
- Aktvitas masih dibantu
Analisa:
Masalah:
Masalah teratasi sebagian
Planning :
- Dorong klien untuk beraktifitas
secara bertahap
- Pantau TD, dan pernafasan
Pemebrian terapi
Spironolactone 1x25 mg jam: 06:00
Candesartan 1x8 mg jam: 06:00
63
Subjektf: Afni
2. Senin
14:00 Klien mengatakan : “mual berkurang” ilma
09 Maret 2020
Objektif:
- Makan habis ½ porsi
- Nafsu makan belum membaik
Analisa :
Masalah teratasi sebagaian
Planning :
- Anjurkan pasien makan sedikit tapi
sering
- Berikan dukungan pasien untuk
tetap makan
- Berikan obat sesuai program
injeksi ondancentrone 3x8 mg jam:
04:00, 12:00, 20:00
64
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis telah menguraikan permasalahan mengenai tinjauan teoritis
beserta laporan kasus Asuhan Keperawatan Pada klien Ny.R Dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Patologi Sistem Pernafasan: Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) di Paviliun Marwah Atas Rs. Islam Jakarta Cempaka
Putih yang dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal 07 - 09 Maret 2020 di
Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Pembahasan
berikut ini akan diuraikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.R dengan
PPOK sesuai fase dalam proses asuhan keperawatan yaitu meliputi pengkajian,
pengangkatan diagnosa keperawatan, perencanaan Tindakan keperawatan,
pelaksanaan Tindakan keperawatan, serta evaluasi.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada proses pengkajian yang terdapat
pada tinjauan teoritis. Dalam pengumpulan data penulis melakukan
pengkajian secara komprehensif yang mengacu pada tinjauan teoritis yang
meliputi aspek bio, psiko, sosio, dan spiritual yang dilakukan dengan
memperhatikan kondisi pasien. Pada tahap pengkajian, penulis melakukan
pengumpulan data yang didapatkan dari hasilwawancara dengan pasien,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan laboratorium, catatan medis, catatan
keperawatan serta berkerja sama dengan tim perawat ruangan, dengan
tim kesehatan lainnya yang mendukung dalam pengkajian
Dari hasil pengkajian yang diperoleh penyebab pasien menderita PPOK yaitu
akibat terjadinya penyempitan saluran pernafasan hal ini dibuktikan dengan
adanya pasien mengalami sesak nafas, sesak yang dirasakan setelah pulang
dari membeli bahan makanan di warung, sesak yang dirasakan seperti rasa
penuh di dada, dan nafas terasa berat, skala sesak 8, klien mengalami batuk
berdahak sudah ± 1 minggu,hasil rotgen thoraks.dan faktor usia yang rentan
mudah terkena penyakit. Dimana faktor usia Ny. R merupakan kedalam
kelompok lansia yang merupakan kelompok yang sudah mulai mengalami
66
penurunan fungsi organ tubuh dan rentan terkena infeksi. Faktor lain yang
ditemukan pada pasien Ny.R yaitu dari sisi lingkungan dirumahnya dimana
Ny.R tinggal bersama anak dan cucunya. Dirumahnya, anak ke 4 dari Ny.R
merupakan perokok aktif, yang memungkinkan paparan dari asap rokoknya
terhirup oleh Ny.R sehingga Ny.R masuk kedalam kategori perokok pasif.
Data ini telah mendukung untuk ditegakan diagnosa PPOK. Hal ini
dijelaskan, bahwa salah satu faktor pencetus yang menyebabkan PPOK
diantaranya yaitu perokok yang aktif/pasif,dan faktor usia.
Manisfestasi klinis yang ditemukan pada Ny.R diantranya adalah sesak dan
batuk berdahak. Sesak yang dialami setelah membeli bahan makanan di
warung, sesak yang dirasakan seperti rasa penuh diadada, nafas terasa berat,
dan skala sesak 8. Adapula batuk berdahak yang sudah dialami ± 1 minggu
oleh klien sebelum masuk rumah sakit. Sesak dan batuk berdahak merupakan
gejala utama pada pasien PPOK dimana batuk berdahak dan sesa terjadi dari
faktor risiko utama PPOK yaitu merokok. Komponen asap rokok merangsang
perubahan pada sel-sel penghasil mucus bronkus. Perubahan pada sel-sel
penghasil mucus dan silia ini mengganggu system escalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mucus kental dalam jumlah besar dan sulit
dikeluarkan dari saluran napas. Komponen dalam asap rokok juga
merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. Akibatnya elastisitas
saluran udara hilang dan alveolus kolaps, maka ventilasi menjadi berkurang.
Dari data yang didapatkan dari hasil pengkajian, PPOK yang dialami oleh
Ny.R digolongkan berdasarkan eksaserbasi akut pada tipe I (eksaserbasi
berat), karena sesuai dengan tinjauan teori, bahwa gejala yang terdapat pada
eksaserbasi akut tipe I yaitu memiliki 3 gejala yaitu, sesak bertambah,
produksi sputum meningkat, perubahan warna sputum (sputum menjadi
purulent).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah data terkumpul dan dikelompokkan menjadi data fokus sesuai dengan
keluhan dan kondisi pasien, kemudian penulis menemukan diagnosa
keperawatan sesuai dengan masalah yang ada pada pasien.
67
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Setelah diagnosa keperawatan muncul, penulis membuat prioritas masalah,
tujuan keperawatan, dan kriteria hasil. Prioritas masalah mengacu pada hierark
“Maslow” serta yang mengancam kehidupan pasien.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif dengan dilakukan tindakan keperawatan
pada Ny.R selama 3x24 jam yang bertujuan agar bersihan jalan nafas
kembali efektif. Dan perencanaan yang dilakukan adalah tindakan mandiri
berupa memonitor status respirasi: jenis, frekuensi, suara nafas, dan irama,
memberikan obat ekpektoran yaitu NaC yang berfungsi untuk
mengencerkan dahak pada saluran pernafasan. Mengauskultasi suara nafas
bertujuan untuk mengetahui penumpukan secret, mengindikasikan
kebutuhan anak melakukan intervensi lebih lanjut. Dengan tindakan
mengkaji dan memantau frekuensi pernafasan bertujuan untuk mengetahui
keadaan perkembangan psien sebelumnya dan saat ini, sehingga jika terjadi
gejala yang abnormal dapat segera ditindak lanjut. Dengan menganjurkan
minum air hangat, akan mempermudah pengenceran sputum melalui proses
konduksi yang mengakibatkan arteri pada are sekitar leher vasodilatasi dan
mempermudah cairan dalam pembuluh darah dapat diikat oleh sputum.
Kemudian mengajarkan keluarga tentang cara bagaimana fisioterapi dada
yang bertujuan untuk membantu proses pengeluaran dahal. Tujuan
diberikan obat ekspektoran adalah untuk mengencerkan dahak.
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan dilakukan tindakan
keperawatan pada Ny.R selama 3x24 jam yang bertujuan nutrisi dari
kebutuhan seimbang. Pada perencanaan yang dilakukan yaitu, anjurkan
klien makan sedikit tapi sering, memperikan obat antipiretik
(Ondancentron), berikan diit tinggi kalori tinggi protein. Tujuan
menganjurkan klien makan sedikit tapi sering adalah meningkatkan intake
makan pada klien. Pemberian obat antipiretik bertujuan mencegah dan
mengobati mual dan muntah. Tuuan diberikan diit tinggi kalori tinggi
protein untuk proses penyembuhan.
3. Intoleransi aktifitas dengan dilakukan tindakan keperawatan pada Ny.R
selama 3x24 jam yang bertujuan menigkatkan keefektifan aktivitas selama
70
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Setelah rencana keperawatan dibuat kemudian di implementasikan sesuai
dengan intervensi yang dibuat. Pada tahap pelaksanaan penulis melaksanakan
tindakan sesuai dengan intervensi yang dibuat dan ditentukan. Pelaksanaan
dilakukan dengan memperhatikan keadaan atau kondisi pasien dan sarana
yang tersedia diruangan.
Pada tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan tim perawatan di
ruangan untuk melaksanakan tindakan keperawatan yang mengacu pada
rencana tindakan sampai dengan hari ketiga. Tindakan keperawatan yang
dilakukan pda pasien Ny.R ialah, mengkaji keluhan memonitor tanda-tanda
vital, mengkaji kemampuan klien, memberikan obat sesuai dengan program.
71
Selain itu, penulis juga mengajarkan kepada keluarga tentang cara fisioterapi
dada yang benar dan efektif.
Dari seluruh pelaksanaan keperawatan yang dilakukan dan pelaksanaannya
sesuai dengan rencana keperawatan. Untuk pelaksanaan edukasi penulis
melibatkan keluarga, karen keluarga merupakan sistem pendukung dalam
merawat pasien dirumah.
Dalam pelaksanaan kegiatan, faktor-faktor yang mendukung dalam
implementasi yang dilakukan ialah pasien dapat bekerja sama dengan perawat
dalam mengatasi masalah yang dihadapi, sehigga perwat dapat melakukan
intervensi dengan baik. Tersedianya alat-alat Kesehatan yang memudahkan
dalam melakukan tindakan keperawatan.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tahap evaluasi adalah tahap kelima dimana dilakukan pengukuran
keberhasilan dari suatu tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
oleh penulis serta kerja sama dengan tim perawat diruangan dari tanggal
07 maret 2020 sampai 09 maret 2020. Adapun dalam evaluasi proses
penulis menggunakan intervensi yang telah dibuat beserta respon dari pasien
sedangkan evaluasi hasil penulis menggunakan SOAP (Subjektif,Objektif,
Analisa, dan Planning) untuk dapat mengetahui apakah masalah teratasi,
teratasi sebagian, sebelum eratasi/timbul masalah baru. Evaluasi proses
dan evaluasi akhir yang penulis lakukan selama tiga hari berturut turut.
Adapun evaluasi keperawatan dengan masalah teratasi sebagian dan masalah
belum teratasi dari Ny.R selama dilakukan asuhan keperawatan, sebagai
berikut:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum atau secret. Evaluasi yang didapatkan adalah pasien
mengatakan masih batu, batuk masih berdahak, terdengar suara ronchi,
frekuensi nafas 22 x/menit. Planning pada diagnosa ini lanjutkan
intervensi auskultasi suara nafas, kaji dan panatu frekuensi pernafasan,
beri posisi nyaman semi fowler, anjurkan minum air hangat, lanjutkan
terapi pemberian obat Nac serta nebulizer Pulmicort dan combivent
72
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Ny.R dengan
PPOK melalui proses pengkajian dengan menggunakan format pengkajian,
pemeriksaan fisik, observasi, dan wawancara ini dapat dilakukan dengan
baik karena pasien dan keluarga sangat kooperatif dan dukungan yang
baik dari petugas ruangan serta sarana dan prasarana yang ada
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan PPOK
dilakukan secara bio,psiko, sosio, spiritual,pada laporan kasus pasien
dengan PPOK perlu dikaji riwayat Kesehatan keluarga, riwayat
kesehatan masa lalu, pola kebiasan sehari-hari dan dilanjutkan
dengan pemeriksaaan fisik pasien secara menyeluruh. Dari
pengkajian didapatkan bahwa pasien Ny.R mengalami PPOK yang
dibuktikan dengan adanya pemeriksaan rontgen thorak yang sudah
dibaca dokter dengan hasil pneumonia dan juga dari tanda gejala yang
didapatkan Ny.R. Gejala yang didapatkan pada pasien Ny.S sebagai
penderita PPOK adalah sesak nafas, sesak yang dirasa dada terasa
penuh,nafas terasa berat, skala sesak 8, batuk sudah ± 1 minggu, susah
menggeluarkan dahak, dan adanya mual. Faktor yang mempengaruhi
penyakit yang diderita Ny.R yaitu lingkungan dirumah pasien,
dikarenakan anak dari Ny.R yang tinggal serumah dengan Ny.R
merupakan perokok aktif. Sehingga kemungkinan besar Ny.R yang
tinngal serumah sering menghirup asap roko dan digolongkan menjadi
perokok pasif. Kemudian adanya faktor usia, klien yang berumur 74
tahun dimana diusia tersebut rentan terkena penyakit disebabkan oleh
74
penurunan fungsi organ didalam tubuh atau kerja organ tubuh sudah
tidak maksimal.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah bersihan jalan nafas tidak
efektif karena adanya keluhan klien dengan dahak. Resiko nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh karena intake tidak adekuat dan
dibuktikan dengan adanya keluhan mual. Intoleransi aktifitas karena
adanya keluhan pasien dengan sering merasa sesak setelah beraktifitas,
dan dalam saat perawatan aktifitas klien hanya ditempat tidur dan
aktifitas dibantu oleh keluarga.
3. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan keperawatan, penulis mengacu pada
tinjauan teoritis yang terdapat dalam buku sumber/literature dan
menyesuaikan dengan kondisi yang ada pada pasien. Adapun faktor
penghambat yaitu banyaknya sumber yang memuat intevensi yang sama
meskipun dengan diagnosa yang berbeda. Alternative pemecahan
masalah tersebut yaitu penulis menyesuaikan sesuai keluhan dan
kebutuhan yang dibutuhkan.
4. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan penulis mengacu pada rencana tindakan
yang telah dibuat pada perencanaan keperawatan sebelumnya.Selain
itu, peran serta keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan
sangat penting karena tindakan keperawatan sangat penting karena
tindak lanjut untuk perawatan pasien dirumah menjadi tanggung
jawab pasien sendiri dan keluarga. dalam tahap pelaksanaan ini tidak ada
hamabtan yang signifikan/ menghambat proses pelaksanaan.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan membandingkan hasil
dengan kriteria hasil yang diharapkan. Untuk diagnosa yang belum
teratasi akan dilanjutkan oleh perawat ruangan dengan cara
mendiskusikan perkembangan pasien saat ini dan melanjutkan
planningnya sesuai dengan dokumntasi yang ada diruangan.
75
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari seluruh proses asuhan keperawatan seperti yang
tertera diatas, maka penulis ingin menyampaikan saran-saran untuk
memperbaiki serta meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada
pasien dengan pemenuhan kebutuhan dasar PPOK, yaitu :
1. Untuk perawat ruangan
Diharapkan kepada perawat ruangan hendaknya menegakkan diagnosa
sesuai dengan kondisi pasien dan mendokumentasikannya secara lengkap
menyesuaikan semua tindakan yang dapat dilakukan pada pasien sesuai
dengan kondisi pasien saat ini
2. Untuk institusi mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam melakukan asuah
keperawatan dengan cara, banyak belajar dan membaca melalui
literature-literature yang terbaru dan terkini agar tidak ketinggalan
informasi.
3. Untuk institusi Pendidikan
Karya tulis ilmiah ini disusun dengan konsep pemenuhan kebutuhan
dasar manusia dan Keperawatan Medikal Bedah. Oleh sebab itu,
hendaknya referensi untuk kebutuhan dasar manusia pada gangguan
system dan Keperawatan Medikal Bedah perlu diperbanyak.
4. Untuk rumah sakit
Menyediakan media seperti leaflet disetiap ruangan yang berguna
sebagai media informasi untuk pasien terhadpa masalah kesehatan.
76
DAFTAR PUSTAKA
Black J.M & Hawks J.H. (2014). Keperwatan Medikal Bedah. Edisi 8-Buku 3. Jakarta:
Salemba Medika.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). (2020).Global Strategy for
the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. GOLD. USA.
Grace et al. (2011). Ata Clace Ilmu Bedah Edisi 3. Pt Gelora Aksara Pratama
Hidayat,A. Aziz Alimul. (2014). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Hurst, Marlene. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah, Vol. 1. Jakarta: EGC.
Li Jing, Huang Y, Fei G, et al. (2013). The Evalution Of Cognitive Impairment And Relevant
Factors In Patients With Cronic Obstructive Pulmonary Disease, Respiration,
85:89-105
PDPI.( 2016). Penyakit Paru Obstruktif Kronik Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia 2016
77
Tarwoto dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Jakarta.
Salemba Medika
WHO. World Health Statistics 2015: World Health Organization; 2015.Wibisono, Jusuf,
dkk.(2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit
Paru FK Unair
78
A. BIODATA MAHASISWA
NAMA : AFNI ILMA HARYANTI NUR
NPM : 2017750001
TTL : JAKARTA, 12 SEPTEMBER 1999
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
AGAMA : ISLAM
STATUS : BELUM MENIKAH
ALAMAT KTP : JALAN WARAKAS IX GANG 13 RT09/013
KEL. WARAKAS KEC. TANJUNG PRIOK
JAKARTA UTARA
EMAIL : afniilma@gmail.com